Anda di halaman 1dari 223

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

SEMESTER III

Kompetensi Dasar:
1. Peralatan Laboratorium Kesehatan Hewan
2. Identifikasi Ektoparasit
3. Identifikasi Endoparasit
4. Identifikasi Protozoa

Oleh:
Tim Pusat Pendidikan, Standarisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


JAKARTA
2014
Buku Ajar Siswa ini menyajikan informasi tentang teknik identifikasi/pengenalan
parasit yang menyerang hewan secara umum berdasar morfometrik parasit, habitat
dan siklus hidupnya berikut cara pemeriksaan atau cara mengidentifikasi berbagai
jenis parasit tersebut. Parasit hewan sebenarnya adalah semua jenis mikroorganisme
yang hidup menumpang pada hewan (induk semang) dan dengan aktifitas
kehidupannya dapat menyebabkan gangguan kenyamanan hidup hewan, gangguan
kesehatan yang serius hingga menimbulkan kematian. Pembahasan dibatasi pada
golongan hewan yang hidup menumpang pada induk semang yang bersifat merugikan.

Telaah materi yang tercantum dalam buku ini terdiri atas 5 bahasan utama yang
diuraikan dalam 6 (enam) pendekatan praktis meliputi: (1) mengenal, menggunakan
dan merawat peralatan laboratorium kesehatan hewan (2) memahami ruang lingkup
parasit, (3) identifikasi jenis-jenis parasit yang hidup di luar tubuh hewan atau disebut
ektoparasit, (4) identifikasi parasit yang hidup di dalam tubuh hewan atau
endoparasit, (5) identifikasi parasit protozoa yang hidup pada intrasel maupun
ekstrasel dan (6) teknik melakukan pemeriksaan laboratorium secara makroskopis
dan mikrokospis.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat dan
petunjuk-Nya, sehingga buku ajar Pemeriksaan Laboratorium untuk Sekolah
Menengah Kejuruan-Pembangunan Pertanian (SMK-PP) Program Studi Kesehatan
Hewan dapat tersusun sesuai rencana.

Penyusunan buku ajar siswa ini dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Bersama
antar Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
yang ditandatangani pada 4 Desember 2013. Tujuan penyusuan buku ajar ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran di SMK-PP sehingga pelaksanaan
pendidikan dapat terukur dengan jelas, bulat, utuh dan tuntas.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku ajar siswa ini masih jauh dari sempurna,
sekalipun dalam menyusun kami telah berusaha untuk memenuhi standar isi yang
harus dipenuhi sebagai prasyarat mutlak bagi proses pembelajaran di SMK-PP.
Bertitik tolak dari kondisi ini, maka kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan buku ajar ini untuk masa mendatang.

April 2014

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI. ……………………………………………………………………………………………… ii
PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR. …………………………………………………………….. v
GLOSARIUM. …………………………………………………………………………………………… vi
I PENDAHULUAN
A. Deskripsi.………………………………………………………………………………… 1
B. Prasyarat. ………………………………………………………………………………..
1
C. Petunjuk Penggunaan. …………………………………………………………….
D. Tujuan Akhir. …………………………………………………………………………. 2
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.....................................................
3
F. Cek Kemampuan Awal. ……………………………………………………………
4
6

II PEMBELAJARAN
1. Mengenal, Menggunakan dan Merawat Peralatan Laboratorium
A. Deskripsi………………………………………………………………………………… 7
B. Kegiatan Belajar …………………………………………………………………..… 7
1. Tujuan Pembelajaran ……………………………………………….………….… 7
2. Uraian Materi ………………………………………………………………………… 8
3. Refleksi …………………………………………………………………………………. 30
4. Tugas …………………………………………………………………………………… 31
5. Tes Formatif…………………………………………………………………………… 31
C. Penilaian
1. Sikap.………………………………………………………………………………………
35
2. Pengetahuan. …………………………………………………………………………
3. Keterampilan. …………………………………………………………………………. 36
36
2. Memahami Parasit dan Parasitisme
A. Deskripsi………………………………………………………………………………………
B. Kegiatan Belajar……………………………………………………………………………
1. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………………… 37
2. Uraian Materi……………………………………………………………………………

ii
3. Refleksi…………………………………………………………………………………… 37
4. Tugas………………………………………………………………………………………
37
5. Tes Formatif……………………………………………………………………………
C. Penilaian 38
1. Sikap………………………………………………………………………………………
42
2. Pengetahuan.……………………………………………………………………………
3. Keterampilan…………………………………………………………………………… 43
43
3. Identifikasi Ektoparasit
A. Deskripsi……………………………………………………………………………………
B. Kegiatan Belajar………………………………………………………………………….
44
1. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………………….
2. Uraian Materi…………………………………………………………………………… 44
3. Refleksi…………………………………………………………………………………….
45
4. Tugas………………………………………………………………………………………
5. Tes Formatif……………………………………………………………………………
C. Penilaian
1. Sikap……………………………………………………………………………………
2. Pengetahuan…………………………………………………………………………… 46
3. Keterampilan…………………………………………………………………………
46
46
4. Identifikasi Endoparasit (Cacing)
47
A. Deskripsi………………………………………………………………………………………
B. Kegiatan Belajar…………………………………………………………………………… 82
1. Tujuan Pembelajaran……………………………………………………………………
82
2. Uraian Materi……………………………………………………………………………
3. Refleksi…………………………………………………………………………………… 83
4. Tugas………………………………………………………………………………………
5. Tes Formatif……………………………………………………………………………
D. Penilaian 84
1. Sikap……………………………………………………………………………………
84
2. Pengetahuan…………………………………………………………………………
3. Keterampilan…………………………………………………………………………… 84

5. Identifikasi Parasit Protozoa (Endoparasit)


A. Deskripsi…………………………………………………………………………………
B. Kegiatan Belajar………………………………………………………………………
85
1. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………………
2. Uraian Materi…………………………………………………………………………… 85
3. Refleksi.……………………………………………………………………………………
85
4. Tugas.………………………………………………………………………………………
5. Tes Formatif…………………………………………………………………………… 86
E. Penilaian
134
1. Sikap.………………………………………………………………………………………
iii
2. Pengetahuan.…………………………………………………………………………… 135
3. Keterampilan……………………………………………………………………………
136

139
139
140

141
142
142
142
159
159
160

162
162
162

III PENUTUP 163


DAFTAR PUSTAKA

PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR

iv
BIDANG STUDI PEMERIKSAAN LABORATORIUM

RUANG LINGKUP LABORATORIUM


KESEHATAN HEWAN

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM
PARASITOLOGI BAKTEROLOGI, VIROLOGI, SEROLOGI
FUNGIOLOGI PATOLOGI ANATOMI

PEMERIKSAAN KESEHATAN
TERNAK/ KLINIK HEWAN
NIK HEWAN

DIAGNOSA

PROGNOSA

PENGOBATAN/PERAWATAN
KESEHATAN TERNAK

TERNAK SEHAT DAN


PENINGKATAN PRODUKTIFITAS
TERNAK

Gambar 1. Peta kedudukan bahan ajar bidang studi pemeriksaan laboratorium.


GLOSARIUM

v
Abiotik : Berkenaan dengan benda tidak hidup.
Abses : Bengkak karena adanya timbunan nanah pada suatu lokasi tubuh.
Adenin : Suatu komponen purin pada nukleotida, nukleosida dan asam
nukleat.
Aerob : organisme yang hidupnya memerlukan oksigen.
Aflatoxin : toxin atau racun yang dihasilkan oleh bangsa jamur yang diduga
dapat menyebabkan kanker (karsinogen).
Adjuvant : suatu substansi atau preparat bila disuntikkan bersama dengan
antigen dapat meningkatkan daya produksi antibodi.
Aglutinasi : penggumpalan darah.
Aglutinin : suatu protein yang mampu menyebabkan penggumpalan atau
aglutinasi bakteri dan sel-sel lain.
Agar-agar : suatu ekstrak polisakarida kering dari ganggang merah
digunakan untuk pemadat dalam media biakan bakteri.
Alergi : suatu tipe reaksi antigen/antibodi yang ditandai dengan suatu
respon fisiologis yang berlebihan terhadap suatu zat pada
individu yang peka.
Amubiasis : penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh
amuba.
Ampitirik : bakteri yang memiliki flagelum atau silium tunggal pada masing-
masing ujungnya.
Amilase : suatu enzym pencernaan untuk memecah amilum atau zat pati.
Amonifikasi : dekomposisi senyawa nitrogen organik (contoh : protein) yang
dilakukan oleh bakteri yang disertai penglepasan amoniak.
Anabolisme : Proses sintesis komponen-komponen sel dari molekul sederhana
menjadi molekul yang besar.
Anaerob : Lawan aerob yaitu bakteri yang tidak memerlukan oksigen.
Anaerob fakultatif : bakteri yang mampu hidup baik dengan atau tanpa oksigen.

vi
Anaplasia : dedefferentiation (sel kehilangan kemampuan untuk
berdeferensiasi). Ini merupakan karakteristik sel yang tumbuh
menjadi tumor.
Anafilaksis : hipersensitif/reaksi alergi berat yang terjadi tiba-tiba. Anafilaksis
biasanya ditandai dengan beberapa gejala termasuk diantaranya
ruam, gatal, pembengkakan tenggorokan dan tekanan darah
rendah. Reaksi ini umumnya disebabkan oleh gigitan serangga,
makanan dan obat.
Antibiotik : suatu zat atau preparat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
Antibodi : suatu substansi yang dihasilkan oleh hewan sebagai
tanggapan/respon dari masuknya antigen.
Antibodi heterofil : antibodi atau zat imun yang dibentuk oleh lain spesies tetapi jika
diberikan pada spesies lain akan menimbulkan kekebalan dengan
tanpa mengalami gangguan fisiologis.
Antigen : benda asing (mikroorganisme, toksin, protein asing) bila
dimasukkan kedalam tubuh hewan akan merangsang
pembentukan antibodi (zat imun).
Antigen H : suatu tipe antigen yang dijumpai pada flagela bakteri tertentu.
Antigen heterofil : suatu antigen yang bereaksi dengan antibodi yang dirangsang
oleh spesies-spesies yang tidak berkerabat.
Antiseptik : bahan yang bekerja untuk anti pembusukan atau anti putrefaksi
dengan cara menghambat atau menghentikan pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan hidup.
Antiserum : serum darah yang mengandung antibodi (zat kebal).
Antitoksin : suatu zat yang mampu menetralkan toksin.
Aplanospora : suatu spora nonmotil.
Aplikasi topikal : pemberian obat diluar tubuh pada lokasi tertentu.
Apoenzym : gugus protein dari suatu enzym.
Arbovirus : virus yang berasal dari arthropoda.

vii
Arthropoda : suatu hewan invertebrata dengan kaki bersendi-sendi atau
beruas-ruas.
Artrospora : suatu spora aseksual yang dibentuk dengan cara
fragmetasi miselium.
Asam amino : suatu senyawa organik yang mengandung gugus amino
(R-NH2) dan karboksil (-COOH).
Asam deoksiribonukleat : disingkat DNA yaitu pembawa sifat genetik yang terdapat
dalam sel. Senyawa ini memiliki basa purin dan pirimidin
(adenin, guanin, sitosin dan timin), D2-deoksiribose dan
asam folat.
Asam nukleat : senyawa yang terdiri dari kompleks nukleotida yang
bergabung. Asam nukleat terdiri atas DNA dan RNA (asam
ribonukleat).
Asam ribonukleat : disingkat RNA yaitu suatu asam nukleat yang terdapat
dalam sitoplasma sel. Senyawa ini memiliki basa purin
adenin, guanin, sitosin dan urasil, D-deoksiribose dan
asam folat.
Asam tekoat : suatu komponen dinding sel yang unik pada sel
prokariotik.
Asepsis/ aseptik : suatu kondisi yang bebas dari mikoorganisme.
Asimilasi : pengubahan bahan nutrisi menjadi protoplasma.
Asimtomatik : tidak menunjukkan gejala atau tanda sakit.
Askus : suatu struktur menyerupai kantong, merupakan ciri dari
ascomycota.
Atenuasi : proses melemahkan virulensi/keganasan penyebab
penyakit. Contoh : virus yang diatenuasi tidak lagi
menimbulkan penyakit tetapi dapat digunakan untuk
vaksin.
ATP : Adenosin triphospat.

viii
Autoclaf : suatu alat bertekanan uap air panas yang dapat diatur suhunya
untuk sterilisasi bahan dan peralatan tertentu.
Autolisis : desintegrasi sel akibat kerja enzym dari dirinya sendiri.
Autotrof : suatu mikroorganisme yang menggunakan bahan-b ahan an-
organik sebagai sumber makananya dimana karbohidrat
sebagai satu-satunya sumber karbon.
Autotrof fotosintetik : mikroorganisme yang membutuhkan karbondioksida sebagai
sumber karbon dan cahaya sebagai sumber energi.
Bakterimia : suatu keadaan yang menunjukkan adanya bakteri dalam aliran
darah.
Bakteri : suatu kelompok mikroorganisme prokariot bersel tunggal
Bakteriofage : suatu virus yang menginfeksi bakteri dan menyebabkan
lisisnya sel-sel bakteri.
Bakteriofage tenang : bakteriofage yang mampu bereplikasi sejalan dengan
perkembangan sel bakteri inangnya tanpa menyebabkan sel
inang mati.
Bakterioklorofil : suatu pigmen menyerupai klorofil yang dimiliki bakteri
fotosintetik.
Bakteriostatik : suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Bakterisida : suatu zat yang dapat mematikan bakteri.
Biogenesis : terbentuknya organisme hidup.
Biologi molekuler : telaah tentang organisme pada peringkat molekuler.
Bioluminensis : pancaran cahaya oleh organisme hidup.
Biomasa : massa benda hidup yang ada pada suatu area tertentu.
Biosfer : zona dibumi yang meliputi atmosfer bawah, air dan lapisan
diatas tanah.
Biosintesis protein : pembentukan protein baru oleh mikroorganisme.
Blastospora : spora jamur yang bersifat aseksual yang dihasilkan melalui
proses pertunasan disepanjang hifa atau melalui sel tunggal.

ix
BOD : Biological Oxygen Demand, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk proses biokimiawi.
Botulism : racun makanan yang disebabkan oleh bakteri Clostridium
botulinum.
DAP : asam diaminopimelat yaitu komponen mukopeptida dinding sel
pada beberapa jenis bakteri.
Deaminasi : dibuangnya satu gugus amin (R-NH3).
Dehidrasi : kekurangan cairan tubuh atau dibuangnya air.
Dehidrogenisasi : suatu reaksi yang melibatkan enzym yang menyebabkan terjadinya
oksidasi substrat dengan cara membuang hidrogen dari senyawa
tersebut.
Dekarboksilasi : dibuangnya suatu gugus karboksil (-COOH).
Dekstrans : polisakarida dengan bobot molekul 3-2000 kD (kilo Dalton). Dalam
dunia kedokteran dekstran digunakan sebagai anti trombosis,
untuk mengurangi kekentalan darah dan meningkatkan volume
darah pada kasus hypopolaemia.
Demineralisasi : Proses berkurangnya mineral.
Denaturasi : proses dimana protein atau asam nukleat kehilangan struktur
tertier dan sekundernya.
Denitrifikasi : reduksi/berkurangnya nitrat menjadi nitrogen bebas.
Dermatrofik : memiliki afinitas selektif terhadap kulit.
Dosis infektif (DI) : jumlah mikroorganisme atau toxin yang dapat menginfeksi inang.
DI50 : dosis atau jumlah bakteri yang dapat menginfeksi 50 % hewan
percobaan dalam suatu pengujian.
Dialisis : pemisahan zat-zat terlarut dari koloid melalui difusi lewat
membran semipermiabel.
Diplo : suatu bentuk ganda (dobel).
Diploid : memiliki kromosome berpasangan dengan anggota-anggota
homolog: mempunyai dua kali lipat haploid.

x
Desimilasi : reaksi kimiawi yang membebaskan energi dengan cara merombak
nutrien.
DL (dosis letal) : Dosis atau jumlah mikroorganisme atau toxin yang mampu
menyebabkan kematian pada hewan percobaan atau tumbuhan.
Dikenal DL 50 dan DL 80.
DNA ligase : suatu enzym khusus yang menghubungkan fragmen-fragmen
utasan hasil replikasi.
Edema : timbunan cairan yang berlebihan pada jaringan tubuh.
Eksoenzym : suatu enzym yang dilepaskan oleh organisme ke lingkungan
disekitarnya.
Eksotermik : suatu rekasi kimiawi yang melepaskan energi.
Eksotoksin : racun yang dikeluarkan mikroorganisme ke lingkungan sekitarnya.
Eksudat : cairan atau leleran kental yang dikeluarkan oleh jaringan yang luka
atau terinfeksi.
Endemik : bersifat terus-menerus terjadi pada suatu daerah.
Endogen : suatu zat yang dihasilkan oleh dirinya sendiri.
Endoplasma : lapisan sitoplasma yang berada pada bagian dalam.
Endotoksin : suatu toksin yang dihasilkan oleh mikroba dan baru dibebaskan
jika mikroba tersebut telah mati/ hancur.
Enterotoksin : suatu toksin yang spesifik bagi sel-sel usus. Toksin ini
menyebabkan peracunan makanan.
Enzym : suatu katalis organik yang dihasilkan oleh organisme.
Enzootik : suatu penyakit yang menyerang pada hewan pada suatu wilayah
terbatas.
Epidemik : meningkatnya penjangkitan penyakit secara tiba-tiba yang
menyerang sejumlah besar individu pada suatu wilayah yang luas.
Epidemiologi : telaah/pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya
maupun penyebaran penyakit di dalam kelompok-kelompok
individu.

xi
Episom : suatu plasmid yang dapat terpadu pada kromosom
inang bakterinya secara reversibel.
Epizootik : menggambarkan suatu proses penyebaran penyakit
secara cepat yang menyerang hewan yang berjenis
sama.
Etiologi : telaah mengenai sebab suatu penyakit.
Fagosit : suatu sel yang mampu menelan mikroorganisme atau
partikel lain.
Fase eksponensial/ logaritma : periode pertumbuhan biakan pada waktu sel-selnya
membelah diri secara mantap dengan laju konstan.
Fenotipe : ciri-ciri dari suatu individu yang tampak dari luar
(dapat diamati).
Fermentasi : oksidasi anaerobik senyawa oleh enzym
mikroorganisme. Oksigen tidak terlibat dalam proses
yang membangkitkan energi ini.
Dalam bidang pangan fermentasi diartikan sebagai
proses pengubahan karbohidrat menjadi alkohol, CO 2,
dan asam organik.
Fibrinolisin : zat yang dapat melisiskan benang fibrin darah yang
menggumpal.
Fiksasi : penambatan /pengikatan komplement kepada
komplek antibodi sehingga komplemen tersebut tidak
tersedia bagi reaksi berikutnya.
Filamen : suatu bentuk menyerupai benang.
Fimbriae : suatu rumbai dipermukaan bakteri gram negatif
tertentu, yang terdiri dari unit-unit protein. Struktur
ini lebih kecil dan pendek dibanding flagela.
Fluida asitik : fluida yang mengandung serum dan menumpuk secara
abnormal didalam rongga peritonial.
Flagelata : suatu sub fillum dalam protozoa.

xii
Formit : benda mati yang membawa organisme patogen hidup.
Fosforilasi : suatu penambahan gugus fosfat (PO 4 -3) kepada suatu
senyawa.
Fotosintesis : proses penggunaan klorofil dan energi cahaya oleh
tumbuhan dan mikroorganisme untuk membentuk
karbohidrat dari karbondioksida dan air
Fototrof : suatu bakteri yang mampu menggunakan energi
cahaya untuk metabolisme.
Frgamen Okazaki : utasan-utasan DNA yang bereplikasi dalam potongan-
potongan kecil.
Fungi imperfektif : fungi/jamur yang tidak memiliki daur seksual.
Fungi perfektif : fungi/jamur yang memiliki daur seksual dan aseksual.
Fusiform : berbentuk gelondong yang kedua ujungnya runcing.
Galur : suatu biakan murni mikroorganisme yang terdiri dari
satu keturunan yang berasal dari sel isolasi tunggal.
Gamet : suatu sel reproduktif yang melebur dengan sel
reproduksi lain untuk membuat zigot, yang kemudian
berkembang menjadi individu baru.
Gastroentritis : peradangan selaput lendir lambung dan usus.
Gen : suatu segmen kromosom yang menyimpan satuan
informasi genetik.
Gen mengandung dua bagian : 1)Bagian/ daerah yang
mengkode. Bagian ini disebut gen struktural (coding
region). 2) Bagian/daerah yang mengatur (regulatori
region).
Gen pengatur : suatu gen yang mengendalikan gen lain (mengaktifkan
atau menonaktifkan).
Gen struktural (cistron gene) : gen yang mengkode molekul mRNA.
Genus : suatu kelompok spesies yang berkerabat erat.

xiii
Gerak brown : gerak menari-nari dari partikel atau bakteri pada suatu
suspensi biakan akibat benturan dengan molekul fluida.
Germisida : bahan untuk mematikan kuman patogen.
Glikogen : suatu karbohidrat kelompok polisakarida yang disimpan pada
otot hewan.
Glikolisis : suatu disimilasi glukosa secara aerob menjadi asam piruvat
melalui serangkaian reaksi yang dikalisis oleh enzym (Embden
Meyerhoff).
Glubolin gamma : suatu fraksi globulin serum yang kaya antibodi.
Habitat : lingkungan hidup alamiah suatu organisme.
Holofil : suatu mikroorganisme yang pertumbuhannya dipercepat oleh
suatu kandungan garam yang tinggi.
Hambatan kompetitif : penghambatan kerja suatu enzym oleh molekul bukan substrat
yang menduduki situs-situs pada enzym yang seharusnya
diduduki oleh substrat.
Haploid : kromosom tunggal atau tidak berpasangan.
Hemoglobin : komponen sel darah merah yang memberikan warna merah
dan membawa oksigen.
Hemolisis : proses peluruhan/rusaknya sel darah merah.
Heterogami : konjugasi gamet-gamet yang tidak serupa.
Heterokarion : sel yang memiliki dua nukleus yang berbeda secara genetis.
Heterolog : berbeda dalam spesies, lawannya homolog.
Heterotrof : mikroorganisme yang tidak mampu menggunakan
karbondioksida sebagai satu-satunya sumber karbon.
Lawannya autotrof.
Hidrolisis : proses pemecahan suatu substrat untuk membentuk produk-
produk melalui intervensi molekul air.
Hifa : suatu filamen atau benang pada suatu miselium.
Hipersensitifitas : kepekaan individu terhadap protein asing (alergi).

xiv
Holoenzym : suatu enzym yang aktif secara penuh, mengandung
apoenzym dan koenzym.
Homeostatik : proses yang terjadi secara terus menerus untuk memelihara
stabilitas/keseimbangan sehingga makhluk hidup mampu
beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Imunisasi : proses memberikan resistensi (kekebalan) pada suatu inang
terhadap penyakit secara khusus.
Imunitas : kekebalan.
Imunitas aktif : kekebalan yang spesifik terhadap penyakit yang didapat
oleh individu sebagai akibat reaksi dirinya sendiri terhadap
mikroorganisme pathogen.
Imunitas dapatan/pasif : kekebalan yang didapat akibat pemberian antigen (vaksin)
atau serum kebal oleh organisme lain.
Imunitas humoral : kekebalan yang timbul dari pembentukan antigen spesifik
yang beredar pada aliran darah sebagai respon terhadap
antigen yang masuk ke tubuh.
Imunogenitas : kemampuan merangsang pembentukan antibodi.
Imunoglubolin : protein serum yang memiliki aktifitas antibodi.
Inaktivasi : menghancurkan aktifitas suatu substrat, misalnya
memanaskan serum darah pada suhu 56oC untuk
menghancurkan komplemen.
Inang : induk semang atau organisme yang ditempati hidup
organisme lainnya.
Induksi : peningkatan laju sintesis dari suatu enzym.
Infeksi : kondisi patogenis akibat pertumbuhan mikroorganisme
pada inang.
Infeksi fulmasi : penyakit menular yang bisa menjadi gawat secara
mendadak dan cepat menjadi parah.
Inkubasi : mengeramkan suatu bahan pada suatu ruang yang bisa
diatur suhu dan kelembabanya.

xv
Inokulasi : Memasukan substrat mikroorganisme kedalam media atau tubuh.
In situ : lokasi asli atau lamih.
Interferon : subtansi antivirus yang dihasilkan oleh jaringan virus.
Intoksikasi : keracunan.
Intra sel : di dalam sel.
Invertase : suatu enzym yang menghidrolisis sakarosa menjadi glukosa dan
fruktosa.
In vitro : didalam tabung/diluar tubuh, yaitu berkenaan dengan percobaan
biologis yang dilakukan didalam tabung reaksi atau wadah pada
laboratorium.
In vivo : di dalam tubuh organisme hidup, berkenaan dengan percobahan
suatu bahan yang dilakukan pada organisme hidup.
Isogamus : reproduksi seksual pada alga dengan gamet yang morfologinya
serupa.
Isograf : suatu cangkokan jaringan dari donor yang spesiesnya sama.
Kalori : panas (1 kalori : jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1oC pada 1 gram air).
Kapang : suatu cendawan yang dicirikan oleh struktur seperti benang.
Kapsul : suatu sampul atau lapisan lendir yang mengelilingi dinding sel jasad
renik tertentu.
Katabolisme : disimilasi atau peruraian molekul organik kompleks yang
membebaskan energi.
Katalase : suatu enzym yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
Katalis : substansi yang memacu reaksi kimiawi tetapi dia tidak berubah
sesudahnya baik dalam bentuk atau jumlahnya.
Kemotaksis : pergerakan suatu organisme sebagai respon terhadap rangsangan
kimiawi.
Kemoterapi : pengobatan penyakit dengan menggunakan bahan kimia.

xvi
Kemotrof : suatu organisme yang memperoleh energinya dari
oksidasi senyawa kimia.
Khamir : suatu cendawan uniseluler dan tidak dicirikan oleh
adanya miselium khas.
Klon : suatu populasi sel yang berasal dari satu sel tunggal.
Koagulase : suatu enzym yang dihasilkan bakteri stafilokokus yang
mampu menggumpalkan sel darah merah.
Koenzym : bagian enzym yang bukan gugus protein.
Koloni : pertumbuhan mikroorganisme pada media biakan padat
yang dapat dilihat secara kasat mata.
Komplemen : suatu komponen protein termolabil yang normal dalam
serum darah yang berperan serta dalam reaksi antigen-
atibodi.
Kontaminasi : masuknya mikroorganisme yang tidak dikehendaki
kedalam beberapa bahan.
Konversi lisogenik : suatu fenomena yang menunjukkan bakteriofage mampu
menunjukkan perubahan sifat bakteri inangnya.
Konjugasi : peristiwa transfer bahan genetik dari suatu individu
kepada individu lainnya (dari individu positif ke individu
negatif). Peristiwa ini terjadi pada organisme tingkat
rendah (bakteri, protozoa).
Kromosom : suatu struktur seperti benang yang mengandung gen di
dalam nukleus sel.
Kuman : mikroba.
Larutan buffer/penyangga : suatu fluida yang cenderung mempertahankan pH bila
ada penambahan asam atau basa.
Leukemia : peningkatan jumlah sel darah putih (leucosit) diatas
normal akibat suatu penyakit
Leukopenia : berkurangnya jumlah sel darah putih.

xvii
Leukositosis : peningkatan jumlah sel darah putih akibat reaksi terhadap
kerusakan atau penyakit.
Ligan : suatu molekul yang terikat pada protein atau enzym yang
berperan mengendalikan kerja enzym tersebut.
Likuefaksi : perubahan gas atau benda padat menjadi cair.
Limfadenopati : pembesaran pembuluh limfa akibat penyakit.
Limfosit : gugus/jenis sel darah putih yang mampu membinasakan
organisme lain.
Lisin : suatu enzym atau antibodi yang mampu menghancurkan sel
lain.
Litmus : suatu ekstrak tanaman yang digunakan sebagai indikator pH
dan oksidasi-reduktasi.
Lokus : suatu situs yang ditempati oleh gen.
Medium/media biakan : suatu substansi yang digunakan untuk menyediakan nutrient
bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Membran plasma : suatu lapisan tipis yang permiabel secara selektif dan terletak
dibawah dinding sel yang terdiri dari lipid dan protein.
Membran sitoplasma : suatu membran yang mengelilingi sitoplasma dan isinya.
Mesofil : suatu bakteri yang tumbuh paling baik pada suhu 25-45oC.
Mesosom : suatu membran yang menonjol kedalam dan bermembran.
Metabolisme : suatu sistem perubahan kimiawi yang menjaga kegiatan
nutrisional dan fungsional organisme.
Metabolit : bahan kimia yang berperan di dalam metabolisme suatu
nutrient.
Metastatis : proses terlepasnya sel-sel ganas dari tumor dan
pembentukan tumor baru pada situs yang berlainan didalam
tubuh inang.
Metazoa : hewan yang tubuhnya terdiri dari banyak sel.

xviii
Metode cawan gores : suatu cara inokulasi bakteri pada cawan petri yang
dilakukan dengan menggoreskan ose berisi biakan
bakteri.
Mikoplasma : sekelompok bakteri yang terdiri dari sel-sel yang sangat
pleomorfik.
Mikosis : penyakit yang disebabkan cendawan.
Mikroorganisme oportunis : mikroba normal yang dapat berubah menjadi patogen
jika inang dalam kondisi lemah.
Mikrosiste/microcyst : kista/cyst yang sangat kecil, sering kali hanya dapat
dilihat dengan mikroskop.
Mikroskopi fluorisensi : berpendarnya mikroorganisme selama mendapat cahaya.
Mikroskopi fosforisensi : berpendarnya mikroorganisme saat kondisi gelap.
Mikrotom : alat untuk memotong jaringan dengan ketebalam 6
mikron.
Mikrotubul : batang tipis yang terdapat dalam semua tipe sel mikroba
eukariot.
Miksamuba : sel amuboid nonflagelata yang terdapat dalam daur
hidup kapang lendir aseluler.
Miksospora : sel istirahat suatu miksobakterium yang dikandung
didalam kapsul lendir yang keras.
Miselium : suatu masa filamen seperti benang, bercabang yang
membangun struktur vegetatif cendawan.
Mitosis : pembelahan inti sel yang ditandai dengan pergerakan
kromosom yang rumit dan duplikasi kromosom yang
tepat.
Monera : mikroorganisme prokariotik, termasuk bakteri.
Mordan : suatu zat yang mengikat zat pewarna.
Morfogenesis : proses terorganisasinya sel-sel menjadi struktur jaringan.
Mutagen : suatu zat yang menyebabkan terjadinya mutasi.

xix
Nanometer : suatu satuan panjang (1 nanometer (nm) =1/ 1 milyard meter
atau 10-9 .
Neoplasma : pertumbuhan baru sel-sel atau jaringan abnormal secara tidak
wajar.
Neurotoksin : racun saraf yang dihasilkan bangsa ular, alga, bakteri.
Objektif : sistem lensa mikroskop yang dekat dengan benda yang diperiksa.
Oksidase : suatu enzym yang melakukan oksidasi.
Operator : suatu daerah khusus pada DNA pada ujung awal gen tempat
diawalinya sintesis mRNA.
Operon : sekelompok gen yang ekspresinya dikendalikan oleh satu
operator tunggal.
Opsonin : suatu substansi di dalam serum darah yang menyebabkan
mikroorganisme rentan terhadap fagositosis.
Organel : suatu tubuh atau struktur yang terdapat dalam sel.
Organotrof : suatu organisme yang mendapat nutrien dari menelan dan
perombakan bahan organik.
Parasit : suatu organisme yang memperoleh makanannya dari tumbuhan
hidup atau hewan inang. Suatu parasit tidak selalu menyebabkan
sakit.
Parenteral : melalui jalur lain selain jalur pencernaan.
Pasteurisasi : proses pemanasan makanan cair atau minuman pada suhu
terkendali untuk meningkatkan kualitas penyimpanan dan
memusnahkan mikroorganisme yang berbahaya.
Patogen : organisme yang mampu menyebabkan sakit.
Pebrin : penyakit ulat sutra oleh protozoa.
Penyakit : suatu keadaan terganggunya fungsi tubuh yang terjadi sebagai
respon terhadap infeksi, tekanan atau kondisi lain.
Penyakit autoimun : suatu kondisi dikembangkannya suatu reaksi imunologis oleh
tubuh terhadap jaringan-jaringan sendiri.

xx
Penyakit imunodefisiensi : suatu keadaan sakit yang terjadi akibat tidak berfungsinya
respon kekebalan tubuh.
Peptidoglikan : suatu polimer besar yang memberikan struktur kaku pada
dinding sel prokariotik, yang terdiri dari asetilglukosamid,
asam asetil muramat dan suatu peptida yang tersusun atas
4-5 asam amino.
Peptonisasi : suatu pengubahan protein menjadi pepton dimana protein
terhidrolisasi sebagian.
Perifit : mikroorganisme yang melekat pada permukaan tubuh dan
membentuk mikrokoloni.
Pertumbuhan : Suatu peningkatan massa atau jumlah sel total dari suatu
mikroorganisme.
pH : derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan yang
ditentukan oleh adanya atom H untuk asam dan OH untuk
basa.
Piemia : suatu septicemia yang melibatkan mikroorganisme
patogen didalam aliran darah yang menjadikan fokus
sekunder didalam organ atau jaringan.
Plasmodium : genus protozoa penyebab penyakit malaria.
Plasmolisis : menyusutnya inti sel akibat tersedotnya cairan sel keluar
oleh proses osmose.
Plasmoptisi : membengkaknya sel akibat masuknya air ke dalam sel oleh
proses osmose.
Polar : kutub atau terletak pada satu ujung benda.
Proteolitik : mampu memecah atau mencerna protein menjadi senyawa
yang lebih sederhana.
Protista : mikroorganisme eukariot yang tidak termasuk hewan,
tumbuhan atau fungi. Mikroorganisme ini bersel tunggal,
hidup secara mandiri atau berkoloni.
Protozoa : mikroorganisme eukariot dengan sifat-sifat seperti hewan.

xxi
Protoplasma : benda hidup atau zat hidup suatu sel yang terdapat dalam sel.
Prototrof : mikroorganisme yang secara nutrisi mandiri, mampu mensintesis
semua faktor tumbuh yang dibutuhkannya dari zat-zat
sederhana.
Pseudopodium : kaki semu atau suatu penonjolan sementara protoplasma sel
amuboid yang kedalamnya mengalir sitoplasma selama
mengembang atau menyusut.
Psikrofil : mikroorganisme yang hidup pada suhu dingin.
Putrefaksi : perombakan protein oleh mikroorganisme yang menghasilkan
bau tidak sedap.
Quartener : suatu detergent antimikroorganisme.
Radioisotop : suatu isotop yang menunjukkan adanya radio aktif.
Reduksi : suatu proses kimiawi yang melibatkan penyingkiran oksigen,
penambahan hidrogen atau diperolehnya elektron.
Reduksi nitrat : pengurangan oksigen pada nitrat menjadi nitrit atau amoniak.
Rekombinan : sel atau klon sel hasil dari rekombinasi/penggabungan gen.
Renjatan osmotik : gangguan didalam sel saat dipindahkan kedalam larutan
hipotonik atau hipertonik.
Replikasi : penggandaan jumlah sel mikroorganisme atau virus.
Resipien universal : seseorang dengan golongan darah AB yang serumnya tidak
mempunyai isoantibodi anti A, B dan O.
Respirasi : proses pernafasan.
Rizoid : sel tunggal atau multi sel yang menyerupai rambut atau seperti
akar.
Riketsia : genus bakteri intraseluler yang patogen terhadap manusia dan
hewan. Riketsia bersifat non motil, Gram negatif, tidak
membentuk spora, dan sangat mudah berubah bentuk. Pada
bentuk coccus diameternya 0,1 µm, saat berbentuk batang,
panjangnya 1-4 µm, saat berbentuk benang panjangnya 10 µm.
Berreplikasi pada sitoplasma sel eukariot. Tidak dapat hidup

xxii
pada media agar. Hanya hidup pada media hidup (tissue culture
atau embrio).
Saprofit : suatu organisme yang hidup pada bahan organik mati.
Schizon : stadium dalam daur hidup aseksual parasit malaria.
Sel Kufler : makrofage yang melakukan fagositosis.
Senositik : sel yang mengandung banyak inti.
Sepsis : kondisi yang terjadi bila tubuh melepaskan zat-zat untuk melawan
penyebab penyakit yang telah beredar ke seluruh tubuh.
Septicemia : suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi dan
perkembangbiakan mikroba dalam aliran darah.
Sequela : komplikasi yang timbul karena penyakit.
Serologi : ilmu yang mempelajari tentang serum.
Sferoplas : sel bakteri gram negatif yang peptidoglikan dan komponen dinding
sel lainnya telah ditiadakan sehingga tidak mempunyai sifat kaku.
Siklus Kreb : suatu sistem enzym yang mengubah asam piruvat menjadi
karbondioksida bila ada oksigen disertai pembebasan energi yang
ditangkap dalam bentuk molekul-molekul ATP (siklus asam sitrat).
Silium/silia : suatu rumbai menyerupai rambut pada sel-sel tertentu.
Sindrom : sekelompok tanda dan gejala yang mencirikan suatu penyakit.
Sintesis : proses suatu reaksi yang menyebabkan menumpuknya senyawa yang
komplek melalui penggabungan senyawa-senyawa atau unsur-unsur
yang lebih sederhana.
Sistemik : berkaitan dengan orgnisme secara keseluruhan dan bukan dengan
salah satu bagian tertentu.
Sitoplasma : bagian hidup sel yang terletak diantara membran sel dan nukleus.
Spesies : suatu jenis mikroba, sub divisi dalam suatu genus.
Spirilium : bakteri berbentuk spiral atau uliran gabus.
Sporozoid : suatu stadium infektif yang pada beberapa sporozoa bersifat motil
dan merupakan hasil produksi seksual yang menimbulkan daur
aseksual didalam inang yang baru.

xxiii
Steroid : suatu zat kimia kompleks yang mengandung sistem cincin carbon
tetrasiklik pada sterol. Steroid digunakan sebagai bahan terapetik.
Taksis : pergerakan yang menjauhi atau mendekati suatu zat kimia atau
suatu kondisi fisik.
Tinea : Kurap yang disebabkan oleh jamur.
Toxin : suatu zat beracun yang dikeluarkan oleh mikroorganisme.
Toxoid : suatu toksin yang telah diberi perlakuan untuk menghancurkan
sifat racunnya tanpa mempengaruhi sifat antigeniknya.
Translasi : proses diarahkannya urutan perakitan asam-asam amino khusus
oleh informasi genetik didalam RNA dalam sintesis protein.
Tropozoid : bentuk vegetatif protozoa.
Tuberkulin : suatu ektrak basil tuberkulosis yang mampu melancarkan reaksi
peradangan didalam tubuh hewan yang telah disensitisasi oleh
adanya basil TBC yang hidup atau mati. Tuberkulin digunakan
untuk uji kulit pada diagnosa TBC.
Tubuh inklusi/ badan inklusi/inclusion body : perakitan pirion secara sendiri-sendiri
dan atau komponen-komponen virus yang berkembang didalam
sel-sel yang terinfeksi oleh virus.
Uji Frei : suatu uji kulit untuk menentukan kepekaan terhadap bahan yang
menyebabkan limfegranuloma fenerium.
Uji Impik : nama bagi sekelompok uji yang digunakan untuk membedakan E-
Colli dari Enterobakter aerogenes.
Uji Kahn : suatu uji flokulasi untuk diagnosa sifilis.
Uji Weil-felix : suatu uji aglutinasi untuk typus dengan menggunakan bakteri
proteus sp sebagai antigennya.
Uji Widal : uji aglutinasi pada kaca objek untuk demam tipoid atau paratipoid.
Vaksin : suatu suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit
tetapi telah dimodifikasi dengan cara mematikan atau
melemahkan sehingga tidak akan menimbulkan penyakit dan
dapat merangsang pembentukan antibodi bila diinokulasikan.

xxiv
Vaksin autogen : suatu vaksin yang disiapkan dari penyakit yang diisolasi dari
penderita yang akan diobati.
Vakuola : suatu rongga jernih didalam sitoplasma suatu sel prokariot.
Varisela : Suatu penyakit ringan yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus atau cacar air.
Vektor : suatu agen penyakit invertebrata yang secara mekanis atau biologis
mampu menularkan penyakit dari suatu organisme ke organisme
lainnya.
Virion : partikel virus yang matang dan sempurna.
Zigospora : sejenis spora yang dihasilkan dari peleburan dua gamet yang serupa
pada beberapa cendawan.
Zoonosis : penyakit yang dapat ditularkan oleh manusia ke hewan atau
sebaliknya.
Zooplankton : suatu istilah kolektif untuk organisme non fotosintetik yang ada
dalam plankton.
Zoospora : suatu spora yang berflagela dan motil.

xxv
I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu bagian dari kegiatan laboratorium


diagnosa. Buku ajar pemeriksaan laboratorium ini disusun untuk siswa kelas XI
semester III. Isinya khusus membahas peralatan kesehatan hewan dan pemeriksaan
parasit.

Parasit adalah organisme yang hidup menumpang pada organisme lain dan dengan
segala aktifitasnya bersifat merugikan atau mengganggu kenyamanan hidup
organisme yang ditumpanginya. Dalam pembahasan selanjutnya yang dimaksud
parasit dibatasi hanya untuk organisme atau mikroorganisme yang tergolong dalam
kelompok hewan sedang mikroorganisme jenis lainnya seperti bakteri, riketsia, jamur,
virus dan prion akan dibahas dalam ilmu mikrobiologi dan penyakit hewan.

Untuk memahami sejauhmana aktifitas parasit mampu mempengaruhi induk semang


yang ditumpanginya, diperlukan pengamatan yang cermat, bahan serta peralatan
laboratorium yang memadai, dan keterampilan dalam menggunakan dan merawat
peralatan secara tepat.

B. Prasyarat

Untuk kelancaran proses pembelajaran dalam mempelajari buku teks ini, maka bagi
siswa kelas XI Program Studi Kesehatan Hewan harus memiliki kemampuan yang
disyaratkan, sebagai berikut:
1. Telah mengikuti pembelajaran anatomi dan fisiologi tubuh ternak.
2. Telah mempelajari teknik menggunakan alat pemeriksaan sampel (mikroskop,
mikrometer, gelas ukur, pipet ukur dan lain-lain).
3. Telah mengetahui teknik mengukur sampel secara morfometriks.
C. Petunjuk Penggunaan
1. Petunjuk Bagi Siswa

a. Umum

Untuk membantu kelancaran belajar Saudara, disediakan modul pembelajaran yang


terdiri dari 2 penggalan atau bagian. Setiap penggalan disajikan secara rinci dari
materi pelajaran yang terdiri dari teori dan praktek. Pada setiap akhir penggalan
disediakan rangkuman dan soal-soal latihan, kerjakan soal latihan dan hasilnya
diserahkan kepada Bapak/Ibu Guru.

b. Khusus
- Pelajaran paket keahlian ini berturut-turut mulai dari penggalan 1 dan 2, Saudara

tidak diperbolehkan melanjutkan modul berikutnya sebelum mempelajari bagian


sebelumnya secara berurutan dan telah dinyatakan berhasil oleh Bapak/Ibu Guru
melalui tes formatif dengan nilai 80.
- Kerjakan soal test formatif pada lembar jawaban yang telah disediakan.
- Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban yang disediakan dan berilah

skor.

2. Petunjuk Pemanfaatan Buku Ajar Bagi Guru

Sebelum Pembelajaran :
1. Menyiapkan modul yang akan diberikan kepada siswa.
2. Memberikan informasi tentang topik modul, sasaran modul, alokasi waktu, tujuan
intruksional, materi pelajaran, kegiatan guru, prosedur evaluasi.
3. Mempersiapkan lembar kerja, lembar test, peralatan dan bahan kerja pengalaman
serta sumber belajar.
Pada saat berlangsungnya proses belajar :
1. Guru menjelaskan pada siswa, bahwa tidak boleh mengerjakan soal yang ada pada
lembar kegiatan siswa sebelum mempelajari kegiatan dengan baik.
2. Guru menjelaskan bahwa selama mengerjakan modul, siswa boleh bertanya baik
kepada teman maupun guru.

2
3. Guru memeriksa kelas untuk mengatahui kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
memahami petunjuk.
4. Guru memberikan lembar test formatif kepada siswa yang telah selesai belajar di
setiap penggalan.
5. Guru memeriksa lembar kerja siswa, dengan ketentuan :
a. Bisa memberikan kunci jawaban kepada siswa yang telah mencapai kebenaran
80 %.
b. Menyuruh siswa mengerjakan kembali soal test hingga siswa bisa mencapai
kebenaran 80 %.

Sesudah Pembelajaran selesai :


1. Guru memberikan lembar tes pada siswa yang sudah menyelesaikan modulnya.
2. Guru menarik kembali lembar tes dan lembar jawaban siswa.
3. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk melanjutkan ke penggalan
berikutnya atau mengerjakan praktek sesuai petunjuk lembar kerja.

D. Tujuan Akhir

Setelah belajar pemeriksaan laboratorium kesehatan hewan, maka siswa mampu :


a. Mengenal jenis-jenis peralatan laboratorium kesehatn hewan.
b. Menggunakan alat laboratorium kesehatan hewan dengan benar.
c. Merawat alat laboratorium kesehatan hewan dengan benar.
d. Memahami siklus/daur hidup parasit dan aktifitasnya.
e. Mengetahui jenis-jenis ektoparasit dengan benar.
f. Mengetahui jenis-jenis endoparasit dengan benar
g. Mengetahui jenis-jenis parasit protozoa dengan benar.

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Tabel 1. Kompetensi inti dan kompetensi dasar.

No Kompetensi Inti Keterangan


1 2 3
1.1 Mengamalkan anugerah Tuhan pada pembelajaran
peralatan laboratorium.
1.2 Menghayati sikap hemat, cermat dan bersahaja

3
serta rasa tanggung jawab terhadap penggunaan
dan perawatan peralatan laboratorium kesehatan
hewan untuk kemaslahatan umat manusia
1.3 Memahami nilai guna dari setiap tindakan untuk
memenuhi kebutuhan bagi tindak diagnostik dan
pengendalian penyakit
1.4 Mampu menggunakan dan merawat alat
laboratorium diagnostik dengan benar.
2.1 Mengamalkan anugerah Tuhan tentang sistem kerja
sama antar makhluk dan hubungan saling
ketergantungan sebagai bahan renungan atas
KodratNya.
2.2 Mengamalkan anugerah Tuhan pada pembelajaran
parasit dan parasitisme untuk kemaslahatan umat
manusia
2.3 Menerapkan pengetahuan tentang langkah-langkah
persiapan untuk tindak pengendalian parasit
ternak secara umum
1 2 3
2.4 Membuat naskah dan mengkomunikasikan tentang
langkah-langkah pengendalian parasit.
3.1 Mengamalkan anugerah Tuhan tentang nilai luhur
pada pembelajaran ektoparasit bagi kemaslahatan
umat
3.2 Mengamalkan anugerah Tuhan pada pembelajaran
ektoparasit untuk kemaslahatan umat manusia
3.3 Menerapkan pengetahuan tentang langkah-langkah
persiapan untuk tindak identifikasi dan
pengendalian parasit ternak secara umum
3.4 Membuat naskah dan mengkomunikasikan tentang
ciri-ciri ektoparasit dan langkah-langkah
pengendalian parasit.
4.1 Mengamalkan anugerah Tuhan tentang nilai luhur
pada pembelajaran endoparasit bagi kemaslahatan
4
umat
4.2 Mengamalkan anugerah Tuhan pada pembelajaran
endoparasit untuk kemaslahatan umat manusia
4.3 Menerapkan pengetahuan tentang langkah-langkah
persiapan untuk tindak identifikasi dan
pengendalian endoparasit ternak secara umum
4.4 Membuat naskah dan mengkomunikasikan tentang
ciri-ciri endoparasit dan langkah-langkah
pengendalian parasit.
5.1 Mengamalkan anugerah Tuhan tentang nilai luhur
pada pembelajaran parasit protozoa bagi
kemaslahatan umat
1 2 3
5.2 Mengamalkan anugerah Tuhan pada pembelajaran
parasit protozoa untuk kemaslahatan umat
5.3 Menerapkan pengetahuan tentang langkah-langkah
persiapan untuk tindak identifikasi dan
pengendalian parasit ternak secara umum
5.4 Membuat naskah dan mengkomunikasikan tentang
ciri-ciri parasit protozoa dan langkah-langkah
pengendalian parasit.

F. Cek Kemampuan Awal

Tabel 2. Cek kemampuan awal.

No Uraian Kompetensi Dasar Belum Sudah


1 Mengenal peralatan laboratorium kesehatan hewan
2 Menggunakan alat laboratorium kesehatan hewan
3 Merawat alat laboratorium dari bahan kaca
4 Merawat alat laboratorium dari bahan metal/logam
5 Mengetahui keparasitan caplak (tick)
6 Mengetahui keparasitan tungau
7 Mengetahui keparasitan kutu dan pinjal
8 Mengetahui keparasitan lalat dan nyamuk
9 Mengetahui keparasitan nemathoda

5
10 Mengetahui keparasitan cestoda
11 Mengetahui keparasitan thrematoda
12 Mengetahui keparasitan Trypanosoma sp
13 Mengetahui keparasitan Trichomonas sp
14 Mengetahui keparasitan Emeria sp
15 Mengetahui keparasitan Babesia sp
II. PEMBELAJARAN

Kegiatan Pembelajaran I. Mengenal, menggunakan dan merawat peralatan


laboratorium

A. Deskripsi

Mengenal, menggunakan dan merawat peralatan pemeriksaan laboratorium dimaksud


adalah proses pembelajaran dengan tujuan siswa harus mampu mendiskripsikan
jenis-jenis peralatan dalam tindakan pemeriksaan laboratorium, menggunakan dan
melakukan perawatan alat. Ruang lingkup peralatan pemeriksaan laboratorium
meliputi peralatan konvensional maupun inkonvensional atau peralatan manual dan
otomatis. Uraian dalam buku ajar ini dibatasi pada jenis-jenis peralatan untuk
diagnostik laboratorium. Segi tinjauannya meliputi fungsi alat, teknik mengoperasikan
alat dan teknik melakukan perawatan alat.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran.

Setelah belajar tentang Mengenal, Menggunakan dan Merawat Peralatan


Laboratorium siswa harus mampu :
a. Menyebutkan nama alat dengan benar.
b. Menjelaskan fungsi/kegunaan alat kesehatan hewan.
c. Mengoperasikan alat kesehatan hewan dengan benar.
d. Merawat alat-alat kesehatan hewan dengan benar.

2. Uraian Materi.

6
a. Jenis, Fungsi dan Teknik Penggunaan Alat Kesehatan Hewan

Peralatan Pemeriksaan Laboratorium kesehatan hewan dimaksud adalah semua jenis


alat yang digunakan untuk melakukan tindakan pelayanan klinik hewan yang
dilakukan di dalam ruang laboratorium, dimana alat tersebut adalah alat yang lebih
dari satu kali digunakan. Jenis, fungsi dan teknik penggunaan alat yang penting untuk
pemeriksaan laboratorium diagnostik penyakit hewan, antara lain :

Tabel 3. Nama alat dan kegunaan.

No Nama Alat Kegunaan dan Cara Gambar


Menggunakan
1 2 3 4
1 Gelas Ukur Mengambil cairan atau
Volume alat 25 ml- larutan yang tidak
2.500 ml berwarna atau zat
warnanya tidak
membekas pada alat
tersebut

2 Gelas piala a. Mengambil cairan


Volume alat 25- atau larutan
4.000 ml b. Membuat/
melarutkan bahan
c. Memanaskan bahan

1 2 3 4

7
3 Pipet ukur Mengambil cairan atau
Volume 5-20 ml larutan

4 Buret melakukan titrasi dalam


Volume 40-75 ml penentuan derajad
keasaman suatu bahan.

5 Gelas Erlenmeyer a. Mereaksikan bahan


Volume 25-4.000 b. Mencampur bahan
ml c. Tempat media biakan
saat dibuat dan
disetrilkan

6 Gelas Staining Jar Merendam bahan untuk


Volume 250-500 ml diberi zat warna dalam
jumlah banyak

1 2 3 4

8
7 Objek glass Membuat preparat
pemeriksaan
laboratorium

8 Deck atau cover Menutup preparat pada


glas objek glass

9 Tabung reaksi a. Mereaksikan bahan


Volume 20 ml. b. Tempat media biakan
bakteri
c. Pengujian bahan

10 Cawan petri 1. Tempat pengujian


mikroorganisme
2. Tempat media biakan
bakteri
3. Tempat
penyimpanan
spesimen
pemeriksaan
1 2 3 4

9
11 Pipet tetes atau Untuk memindahkan
pipet pasteur cairan atau larutan

12 Mikropipet Memindahkan cairan


automatis volume secara otomatis dalam
10–500 mikro litter uji serologi (HA/HI test,
dll)

13 Tabung Katalase Untuk menguji adanya


enzym katalase

14 Tabung reduktase Menguji adanya enzym


reduktase pada susu

1 2 3 4

10
15 Butirometer Untuk menguji kadar
lemak susu

16 Laktodensimeter Mengukur berat jenis air


susu

17 Tabung labu Menyimpan larutan atau


reagen

18 Desikator Menyimpan bahan


berupa serbuk atau
tepung agar tetap kering

1 2 3 4

11
19 Kondensimeter Mendinginkan uap air
menjadi titik air

20 Botol tetes Untuk meneteskan


cairan atau larutan
dalam proses
pewarnaan bakteri

21 Botol spesimen Menyimpan dan


mengirim spesimen/
bahan pemeriksaan
laboratorium

1 2 3 4

12
22 Botol reagen Menyimpan bahan
kimia sebagai reagen
dalam pemeriksaan
laboratorium

23 Haemositometer Menghitung jumlah sel


darah dengan
pengenceran 20 x untuk
leukosit dan 200 x
untuk eritrosit

24 Haemometer Mengukur kadar


Haemoglobin darah
secara kualitatif

1 2 3 4

13
25 Tissu Procesor Mengurangi kandungan
air dalam pembuatan
preparat jaringan
(histopatologi)

25 Enkas - Alat untuk sterilisasi

radiasi sinar ultra


violet
- Melakukan inokulasi

biakan bakteri
- Tempat proses

menuangkan media
biakan
26 Mikroskop Melihat jasad
renik/mikroorganisme

1 2 3 4

14
27 Alat bedah :
- Gunting potong - Untuk menggunting

kulit atau kain


perban

- Gunting perban - Menggunting ikatan

perban

- Gunting operasi - Mengunting jaringan

tubuh
- Menggunting bulu
- Gunting bengkok
- Mencubit/memegang
- Pinset sirurgis
organ
- Mencubit/memegang
- Pinset anatomis
organ
- Jarum jahit jaringan
- Satur needle
tubuh
- Alat pemegang jarum
- Needle holder
jahit
- Mengambil cairan
- Sonde alur
- Mengiris jaringan
- Scalpel
tubuh
- Menjepit arteri atau
- Arteri klem
vena
- Mengambil darah
- Venoject vacum secara otomatis
- Membuka sayatan

- Alice forcep jaringan atau luka

15
1 2 3 4
28 Mikrotom Memotong jaringan

29 Kutimeter/jangka Mengukur panjang


sorong/mikrometer preparat
Mengukur ketebalan
kulit

30 Kulkas/refrigerator Menyimpan
bahan/preparat

1 2 3 4

16
31 Sentrifus Mengendapkan larutan
secara cepat

32 Lup Memeriksa benda kecil

33 Autoclaf Mensterilkan dengan


uap panas

1 2 3 4

17
34 Kompor Memasak bahan

35 Bunsen Melakukan sterilisasi


alat secara bakar cepat

36 Neer beken Tempat menyiapkan alat

1 2 3 4

18
37 Spuit record Memasukkan cairan
atau mengeluarkan
cairan ke tubuh

38 Oven Mensterilkan alat

39 Inkubator Mengeramkan biakan


bakteri

40 Alat Nekropsi Membuka bangkai


hewan

b. Merawat Peralatan Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi

19
Merawat alat laboratorium secara garis besar dibedakan menjadi perawatan peralatan
logam dan peralatan kaca. Tahapan perawatan terdiri atas : (1) tindakan pencucian
atau pembersihan dan (2) sterilisasi alat.
1) Pencucian alat :
1.1) Peralatan kaca
Pencucian alat secara prinsip harus benar-benar bersih dari kotoran berupa debu
hingga noda atau noktah yang menempel pada alat kaca. Tolok ukur bersih adalah jika
diterawang tidak terdapat noktah sedikitpun. Untuk mendapatkan kondisi bersih
maka dalam mencuci alat dari kaca harus diikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Merendam alat dengan detergent 10 % selama 6-12 jam.
b. Mencuci dengan menggosok bahan tertentu pada
permukaan yang kotor dan jika perlu dilakukan dengan merebus alat
menggunakan air sabun.
c. Menggosok alat hingga bersih dan membilas dengan
aquadestilata.
d. Merendam alat kembali dengan larutan Natrium
bicarbonat 5,6 Gram/ liter aquades selama 6-12 jam.
e. Menggosok kembali alat yang kotor.
f. Membilas alat dengan aquades. Pekerjaan ini harus diulang-ulang hingga
mendapatkan alat yang benar-benar bersih.
g. Untuk peralatan kecil langkah kerja a hingga f dapat diganti dengan menggunakan
xylol. Peralatan direndam dalam larutan xylol selama 2-3 jam, kemudian digosok
dengan lap atau kain hingga bersih.

2.1) Peralatan logam


Sebelum merawat peralatan dari logam, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Apakah alat tersebut terdiri dari bagian-bagian (onderdil).
 Apakah setiap onderdil harus dibersihkan dengan larutan tertentu atau hanya
cukup di lap dengan kain atau kapas.
 Bagaimana tingkat kesulitan pemasangan kembali jika harus dibersihkan atau
hanya cukup disemprotkan bahan tertentu.
 Apakah peralatan mudah korosif atau tidak.

Secara prinsip perawatan alat logam dilakukan dengan cara :


 Mencuci setiap onderdil peralatan dengan air sabun hingga bersih dan bilas
dengan air bersih.
 Merendam dengan larutan Na Bicarbonat selama 6 jam.

20
 Mencuci hingga bersih dan bilas dengan aquades.
 Mengeringkan dengan kain/lap kering.
 Memasukkan ke dalam oven pada suhu 65oC hingga digunakan atau menyimpan
pada tempat yang bersih dan kering.

2) Sterilisasi Alat.
Sterilisasi adalah suatu usaha mensucihamakan suatu alat dan bahan dengan
menggunakan terknik tertentu dan waktu tertentu pula. Cara sterilisasi alat dan
bahan dalam kegiatan laboratorium dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
:

Udara Panas/Panas Kering

Secara prinsip sterilisasi dengan udara panas adalah mensterilkan alat dan bahan
yang tidak rusak jika terkena panas dengan suhu 180 oC selama 1 jam pada suatu
ruang. Alat yang digunakan untuk sterilisasi adalah oven.

Tabel 4. Suhu dan waktu sterilisasi dengan panas kering.

No Suhu Ruang Oven Waktu


1. 170-180oC 1 jam
2. 160-170oC 2 jam
3. 150-160oC 3 jam

Landasan teori

21
Bentuk kehidupan yang paling tahan terhadap panas kering adalah spora bakteri dan
oosit dari protozoa mengingat bentuk kehidupan ini memiliki lapisan (cysta) yang
kuat dan cukup tebal, sehingga untuk mematikannya diperlukan waktu seperti pada
Tabel 4.
Untuk menghindari terjadinya pencemaran mikroorganisme kembali setelah
sterilisasi, maka semua alat harus dibungkus dengan kertas tahan panas, dan untuk
peralatan kaca seperti pipet tetes ukur, spuit, harus dimasukkan pada kotak
penyimpanan alat yang terbuat dari logam.
Saat pemanasan pada suhu 180 oC, semua bahan dan alat memuai, dan agar tidak
terjadi penyusutan mendadak yang berakibat fatal terhadap alat dan bahan, maka
setelah selesai melakukan sterilisasi suhu ruang oven dibiarkan turun hingga pada
suhu 40-50oC, baru alat dan bahan diambil.

Uap Panas/Sterilisasi Basah

Sterilisasi uap panas adalah usaha mensterilkan alat dan bahan dengan menggunakan
uap air panas dan tekanan udara berkekuatan tertentu. Persyaratan alat dan bahan
yang dapat disetrilkan adalah alat dan bahan yang tidak rusak jika terkena uap air dan
suhu panas. Selain dengan uap panas sterilisasi dengan air panas dapat juga dilakukan
dengan merebus alat dengan air mendidih selama 15 menit. Khusus untuk spuit kaca
untuk menghindari kerusakan sebelum direbus spuit harus dipisahkan antara tabung
dan logam penghisapnya.

Tabel 5. Suhu, tekanan dan waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi.

No Suhu Outoclaf Tekanan uap Waktu


1. 106-110oC 0,2 Kg/Cm3 30 Menit
2. 111-115oC 0,3 Kg/cm3 25 Menit
3. 116-120oC 0,4 Kg/cm3 20 menit
4. 121-124oC 0,5 Kg/cm3 15 Menit

22
5. 125-130oC 0,7 Kg/cm3 5-8 Menit

Landasan Teori

Mikroorganisme secara umum terdiri atas protein, lemak dan karbohidrat yang
bersenyawa dengan mineral. Secara teori protein jika berada pada uap air atau
kondisi basah akan mengalami koagulasi pada suhu 56oC.
Untuk menjaga keselamatan kerja dan agar tidak terjadi ledakan dari outoclaf, maka
setelah selesai sterilisasi klep uap air dibuka hingga uap air habis dan suhu dibiarkan
turun antara 40-50oC kemudian alat dan bahan yang disetrilisasi diangkat dengan
kain/lap atau alat bantu lainnya.

Radiasi sinar

Sterilisasi dengan radiasi sinar dimaksud adalah sterilisasi alat dan bahan dengan
menggunakan radiasi (penyinaran) sinar ultra violet selama 6-12 jam.

Landasan teori

Sinar Ultra Violet (UV) merupakan jenis sinar dengan gelombang yang sangat pendek,
tajam dengan sifat membakar benda apa saja yang diterpanya. Sinar UV dapat
mempengaruhi proses fisiologi sel dengan cara mengganggu sintesa protein dan asam
inti/asam nukleat, merusak dinding sel, serta mempengaruhi metabolisme dalam
sitoplasma. Sifat lain dari sinar ini dapat menyebabkan iritasi pada sel tubuh kita yang
berakibat kanker dan sinar ini tidak dapat menembus kaca.
Untuk menjaga keselamatan kerja maka semua alat dan bahan yang akan disterilkan
dengan sinar UV harus dibersihkan dulu dan dimasukkan pada Enkas (ruang

23
penyinaran berdinding kaca). Sebelum sinar dinyalakan enkas harus tertutup rapat,
demikian pula saat akan mengambil alat, lampu harus dimatikan.

Bahan kimia

Sterilisasi peralatan dengan menggunakan bahan kimia dimaksud adalah


mensucihamakan peralatan dengan menggunakan bahan kimia atau lazim disebut
desinfektan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan kimia sebagai
bahan sterilisasi adalah :
 Tidak membekas pada peralatan.
 Aman terhadap jaringan hidup atau tubuh (tidak mengandung toxin).
 Tidak bersifat korosif pada peralatan.
 Mampu membunuh mikroorganisme hingga merusak asam inti baik DNA maupun
RNA.

Kondisi ini penting sebab ada beberapa jenis bahan kimia yang dapat menimbulkan
iritasi pada jaringan bahkan bersifat karsinogen (penyebab kanker), karena hanya
merusak dinding sel sementara DNA atau RNA tidak rusak dan masih bersifat
patogen/karsinogen.
Bahan kimia yang selama ini aman digunakan untuk sterilisasi alat antara lain:
Alkohol 70%.

Landasan Teori

Kerja densinfektan kimia terhadap mikroorganisme adalah bahwa desinfektan mampu


membakar dinding sel, membekukan protein sel, dan menghidrolisis cairan sel, serta
mematikan/merusak rangkaian DNA mikroorganisme. Alkohol 70 % bekerja lebih
cepat dibanding alkohol 96% sebab dengan kandungan air 30 % akan mempercepat
hidrolisis cairan sel mikroba sehingga kematian sel akan lebih cepat.

24
Fumigasi

Fumigasi adalah suatu cara sterilisasi alat dan bahan dengan menggunakan gas pada
suatu ruang dengan ukuran tertentu. Hal pokok yang harus diperhatikan saat fumigasi
adalah bahan dan alat yang disetrilkan harus bisa ditembus oleh gas. Cara ini kurang
praktis untuk sterilisasi alat, tetapi sebaliknya untuk sterilisasi ruangan sangat efektif.
Contohnya sterilisasi ruang mesin tetas, sterilisasi ruangan laboratorium, ruang
kandang, dll.

Landasan Teori

Gas dari beberapa reaksi bahan kimia bersifat toksik terhadap mirkoorganisme.
Kejenuhan gas pada ruang akan menyebabkan ketimpangan kejenuhan uap air dengan
demikian akan menyebabkan cairan yang terdapat dalam sel mikroba keluar dari
dinding sel. Disamping itu gas juga bersifat toksik bagi sintesis protein.

Filtrasi

Sterilisasi dengan filtrasi adalah mensterilkan bahan yang dilakukan dengan


menyaring bahan atau larutan dengan filter khusus.

Landasan Teori

Setiap mikroorganisme memiliki ukuran tertentu sehingga jika organisme tersebut


tidak dapat melewati ukuran alat saring/filter maka filtrat yang keluar dari alat saring
dapat dipastikan bebas dari mikroorganisme tersebut. Filter berbentuk lubang-
lubang yang memiliki ukuran dan kerapatan tertentu, semakin halus alat saring

25
berarti penyaring tersebut memilki ukuran lubang yang sangat kecil dan kerapatan
yang sangat padat. Ukuran terkecil dari organisme adalah prion dengan ukuran 1/100
ukuran virus (2/1.000.000 cm2 ).

Tabel 6. Langkah kerja mengenal, menggunakan dan merawat alat laboratorium.

No Langkah Kerja Penjelasan


1 2 3
1. Melakukan identifikasi alat laboratorium
2. Memperhatikan demonstrasi penggunaan alat
3. Melakukan praktek penggunaan alat
4. Melakukan perawatan dan sterilisasi peralatan
logam dengan cara :

- Mencuci peralatan logam dengan membasuhnya


menggunakan alkohol 70% hingga bersih.

- Memasukkan peralatan logam kedalam oven


dengan suhu 650C.
1 2 3
5. Melakukan perawatan peralatan dari bahan kaca
dengan cara :

- Merendam alat kaca dengan larutan Natrium


bicarbonat 0.25 N (5,6 gram/liter air) selama 6-
12 jam.

- Mencuci bersih peralatan tersebut dengan


detergen.

- Membilas peralatan dengan aquadestilata.

- Melakukan sterilisasi alat.


6. Radiasi Sinar
- Memasukkan alat dan bahan yang akan

26
disterlisasi ke dalam enkas dan enkas ditutup
dengan rapat.
- Menyalakan lampu ultra violet selama 6-12 jam.
- Mematikan lampu jika akan mengambil alat.
Membungkus peralatan dengan aluminium foil
atau kertas steril dan menyimpan alat pada
almari peralatan.
7. Udara panas (oven)
- Membungkus semua peralatan dengan kertas
tahan panas.
- Memasukkan semua peralatan kedalam ruang
oven.
- Menyalakan oven hingga suhu 180 0 C.
- Mempertahankan suhu tersebut selama 1 jam.
- Mematikan oven dan membiarkannya hingga
suhu turun menjadi 40-50 0 C.
1 2 3
- Mengambil peralatan dan menyimpan pada
almari peralatan
8. Melakukan Fumigasi Ruang dan peralatan.
- Meletakkan semua bahan dan peralatan dalam
ruang fumigasi.
- Menghitung volume ruang fumigasi (panjang x
Lebar x Tinggi).
- Menimbang bahan fumigasi :
Bahan Formadehid: menimbang bahan sebanyak
15 gram/m3, menempatkannya pada wadah
logam, meletakkannya diatas kompor listrik
dengan pemanasan 20-30 menit, memindahkan
bahan fumigasi/fumigan yang telah dipanaskan
tersebut ke dalam ruangan yang akan difumigasi

27
dan membiarkannya selama 3 jam.
 KMnO4 dan Formalin 40 % : menimbang bahan
KMnO4 sebanyak 15 gram/ m3,, menakar
formalin 40 % sebanyak 25 ml/ m3, mereaksikan
kedua bahan tersebut pada cawan proselin dan
menutup ruang fumigasi selama 3 – 4 jam.
9. Melakukan sterilisasi peralatan dengan bahan
kimia
- Membasuhkan alkohol 70 % pada seluruh
permukaan alat dengan kapas
10. Sterilisasi Uap Panas
- Menyiapkan outoclaf.
- Mengisi outoclaf dengan aquades sebanyak 1,5
1 2 3
liter dan memasang wadah logam diatas air.
- Memasukkan bahan dan alat yang akan
disetrilisasi kedalam wadah logam.
- Menutup rapat outoclaf dengan mengencangkan
baut.
- Memanaskan outoclaf hingga mencapai suhu
yang dikehendaki.
- Membiarkan klep otomatis membuang uap air
sebanyak 3-4 kali atau sesuai waktu yang
dikehendaki.
- Mematikan kompor atau pemanas dan
mengeluarkan uap air dengan membuka klep
pembuangan.
- Membiarkan suhu outoclaf turun hingga 40-50 oC
dan mengambil semua bahan dan alat yang
disterilkan.

28
3. Refleksi

 Alat apa saja yang dapat Saudara gunakan untuk mengambil cairan atau larutan
untuk bahan pemeriksaan laboratorium ?
 Jika Saudara bekerja di laboratorium yang tidak memilki oven dengan sumber
panas listrik alat apa yang harus Saudara gunakan? Jelaskan alasannya !
 Peralatan apa saja yang harus Saudara siapkan untuk mengambil spesimen darah,
feses dan kerokan kulit ?
 Apa yang harus Saudara lakukan setelah selesai menggunakan peralatan dari
bahan kaca dan peralatan dari logam atau metal ?
 Tindakan apa yang harus Saudara lakukan sebelum menggunakan peralatan
laboratorium ?

4. Tugas

- Lakukan perawatan alat Laboratorium dari bahan kaca !


- Lakukan perawatan alat laboratorium dari bahan logam !

5. Test Formatif

Kerjakan Soal dibawah ini !


1) Prinsip sterilisasi dengan uap air atau perebusan sebenarnya dilakukan
berdasarkan teori bahwa protein dalam sitoplasma sel akan mengalami
penggumpalan jika terkena uap air selama ± 15 menit pada suhu……………………….
A. 45-50oC. B. 56-60oC. C. 65-70oC. D. 80-90oC.

2) Proses sterilisasi dengan uap air harus dilakukan di atas titik didih air dengan
tekanan udara dan waktu tertentu. Suhu, waktu dan tekanan udara yang cocok
untuk sterilisasi adalah :

29
A. 121oC selama 15 menit, tekanan 0,5 Kg/cm3
B. 130oC selama 10 menit, tekanan 1 Kg/cm3
C. 110oC selama 15 menit, tekanan 0,5 Kg/cm3
D. 106oC selama 20 menit, tekanan 0,4 Kg/cm3

3) Kematian sel mikroorganisme di atas titik didih air dengan waktu tertentu,
membuktikan bahwa :
A. Protein yang berada di dalam sel mikroorganisme berbeda dengan protein yang
berada dalam telur atau bahan pangan.
B. Adanya lapisan sel mikroorganisme yang mampu melindungi organel sel
terutama protein dan inti sel.
C. Adanya kekebalan dinding sel mikroorganisme terhadap panas.
D. Jawaban A, B dan C benar semua.

4) Sterilisasi dengan menggunakan udara panas memerlukan suhu 180oC selama 1


jam. Hal ini menunjukkan bahwa :
A. Alat tahan panas sehingga pada suhu tersebut alat belum terbakar atau rusak.
B. Mikroorganisme mampu bertahan pada suhu 180 oC dalam waktu kurang dari
1 jam.
C. Tidak semua bahan dan peralatan laboratorium bisa disterilkan dengan udara
panas.
D. A, B dan C Benar semua.

5) Ruang mesin tetas telur (inkubator) memiliki ukuran 60 cm x 50 cm x 100 cm.


Formalin dan KMnO4 yang diperlukan untuk fumigasi…………………………………..
A. 4,5 gram KMnO4 + 7,5 ml Formalin. C. 15 gram KMnO4 + 25 ml Formalin
B. 7,5 gram KmnO4 + 12 ml Formalin. D. 10 gram KMnO4 + 20 ml Formalin

6) Tersedia alkohol 95 % sebanyak 500 ml, sedang untuk sterilisasi alat seperti
spuit digunakan alkohol dengan konsentrasi 70%. Jika Saudara memerlukan

30
alkohol 70 % sebanyak 50 ml, maka perbandingan akuades dan alkohol 96%
yang dicampurkan…………………………………………………………………………………………..
A. 1 bagian akuades : 2 bagian alkohol C. 2 bagian akuades : 6 bagian alkohol.
B. 13,6 ml akuades : 36,4 ml alkohol D. 15 ml akuades : 35 alkohol 95%

7) Cekungan yang ada pada gelas objek dalam pembuatan preparat natif bakteri
berfungsi untuk :
A. Memberikan ruang pada bakteri agar aktifitas bakteri tidak terganggu.
B. Agar preparat tidak dibiaskan oleh sinar yang datangnya diperkuat.
C. Menghalangi cahaya yang masuk ke mikroskop sehingga tidak terlalu
terang/silau.
D. Agar sinar yang masuk ke mikroskop dapat membiaskan media biakan
sehingga objek yang dilihat tidak terbalik.

8) Pada mikroskop terdapat 2 lensa yang penting yaitu lensa yang dekat dengan
obyek benda yang diamati dan lensa yang dekat dengan mata kita. Lensa yang
dekat dengan mata kita disebut lensa :
A. Obyektif. B. Okuler. C. Diafragma. D. Prisma

9) Untuk memeriksa mikroorganisme diperlukan pembesaran kuat, dengan lensa


obyketif 100 X. Jarak antara ujung lensa dengan benda atau cover glass yang
diamati……………………………………………………………………………………………………………...
A. 0,4-0,7 mm. B. 4-7 mm. C. 1-2 mm. D. 1-2 cm.

10) Untuk membuat preparat jaringan (histologi) maka alat yang digunakan adalah
A. Mikrometer. B. Mikrotom. C. Silet/sexor. D. Sleser.

11) Ketebalan irisan pada pembuatan preparat jaringan adalah.


A. 0,6 mm. B. 0,06 mm. C. 0,006 mm D. 0,0006 mm

31
12) Alat yang diisi zat warna yang berguna untuk merendam preparat yang akan
diwarnai disebut:
A. Botol tetes. B. Cawan neer beken. C. Petri disk D. Staining Jar.

13) Alat yang lazim digunakan untuk mengukur volume cairan untuk menetralkan
keasaman bahan adalah:
A. Pipet ukur. B. Buret. C. Gelas ukur. D. Gelas piala.

14) Alat yang digunakan untuk mengurangi kandungan air dari suatu spesimen
dalam pembuatan preparat jaringan adalah:
A. Tissu processor. B. Oven. C. Incubator. D. Water bath.
15) Alat pemanas air yang dapat diatur suhunya dan berfungsi untuk inkubasi agar
proses reaksi dapat terjadi adalah:
A. Autoclaf. B. Water bath. C. Oven. D. Incubator.

16) Sterilisasi dengan menggunakan sinar lampu ultra violet, merupakan proses
sterilisasi dengan metode:
A. Radiasi. B. Konveksi. C. Fumigasi. D. Fermentasi

17) Sterilisasi dengan metode filtrasi :


A. Mampu membinasakan mikroorganisme karena sempitnya penyaring.
B. Mampu membebaskan filtrat dari mikroorganisme dan benda-benda
polutan.
C. Mampu melarutkan mikroorganisme dalam filtrat dan residu.
D. Jawab A, B dan C salah semua.

18) Alat yang digunakan untuk sterilisasi bahan dengan menggunakan uap air panas
dengan tekanan udara tertentu disebut:
A. Water bath. B. Outoclaf. C. Refrigerator. D. Aerosol

32
19) Alat yang digunakan untuk mengetahui ukuran benda kecil dengan ketelitian 0,01
mm disebut :
A. Mikrometer. B. Jangka sorong. C. Kutimeter. D. Jawab A, B dan C Benar

20) Suatu hal yang bukan merupakan syarat utama bagi bahan kimia yang digunakan
untuk sterilisasi :
A. Tidak membekas pada peralatan dan bersifat korosif.
B. Aman terhadap jaringan hidup atau tubuh (tidak mengandung racun).
C. Tidak berwarna, berbau dan bebas dari benda yang terlarut.
D. Mampu membunuh mikroorganisme hingga asam inti/asam nukleatnya.

Kunci jawaban
1. B 11. D
2. A 12. D
3. D 13. B
4. B 14. A
5. A 15. B
6. B 16. A
7. A 17. B
8. B 18. B
9. A 19. A
10. B 20. C

C. Penilaian

1. Penilaian Sikap

No Ranah Penilaian Nilai Keterangan


(40-80)
1 Keaktifan dalam praktek

33
2 Keaktifan bertanya dan menjawab
3 Ketepatan waktu saat mengumpulkan tugas
4 Minat saat mendapat tugas merawat alat
5 Motivasi belajar saat melakukan observasi

2. Penilaian Pengetahuan

No Nama Siswa Nilai yang diperoleh dari Jumlah Rata-rata


Refleksi Tugas Formatif
40-90 40-80 0-100

3. Penilaian Keterampilan

No Ranah Penilaian Nilai Keterangan


1 2 3 4
1. Ketepatan menyebut kegunaan alat
2. Ketepatan menggunakan alat
3. Kerapian merawat alat
4. Keruntutan/sistematik kerja saat merawat alat
5. Kebersihan mencuci/merawat alat
6. Ketepatan dalam sterilisasi alat.
7. Ketepatan dalam menyimpan alat

34
Kegiatan Pembelajaran II. Memahami Parasit dan Parasitisme

A. Deskripsi

Organisme yang hidup menumpang pada organisme lain dan dengan segala
aktifitasnya merugikan organisme yang ditumpanginya lazim disebut parasit. Jenis
dan jumlah parasit yang berhubungan dengan kesehatan hewan sangat banyak, akan
tetapi secara garis besar dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Dengan kemajuan
teknologi pengendalian parasit bukan lagi hal yang sulit untuk ditangani selama kita
mengetahui dasar-dasar keparasitannya. Telaah umum tentang parasit mencakup
aspek pemahaman tentang: (1) Jenis organisme yang digolongkan sebagai parasit, (2)
cara perkembangbiakan parasit, (3) induk semang parasit dan sifatnya, (4) cara
penularan parasit dan (5) akibat aktifitas parasit pada tubuh induk semang.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar tentang parasit dan parasitisme, siswa harus mampu:


1. Menjelaskan apa yang dimaksud parasit dengan benar (100 %).
2. Menjelaskan cara induk semang (hewan) dapat terinfeksi parasit dengan benar
(100 %).
3. Menjelaskan perkembangan parasit dalam tubuh induk semang dengan tingkat
kebenaran minimal 80 %.
4. Menjelaskan kegunaan mempelajari parasitologi secara umum dengan tingkat
kebenaran minimal 70 %.

2. Uraian Materi
35
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme yang hidup
menumpang pada hewan lain dengan segala aktivitas dan akibat yang dialami oleh
kedua belah pihak.
Parasitisme adalah bentuk simbiosis antara dua jenis organisme yang berbeda
spesiesnya, dimana salah satu pihak dirugikan dan satu pihak diuntungkan. Pihak
yang dirugikan disebut hospes (induk semang/organisme yang ditumpangi) dan yang
diuntungkan disebut parasit. Jadi Parasit adalah semua jenis organisme yang
hidupnya merugikan induk semang atau organisme lain yang ditumpanginya.
Berdasar sifatnya keparasitannya, parasit dibedakan menjadi dua yaitu parasit obligat
dan parasit fakultatif :
a. Parasit obligat yaitu parasit yang seluruh hidupnya bergantung pada induk
semang yang bersifat tetap dan induk semang yang ditempati parasit disebut
induk semang definitif.

Gambar 2. Virus merupakan parasit obligat.

b. Parasit fakultatif adalah parasit yang selama hidupnya tidak selalu bergantung
pada induk semang yang tetap. Parasit ini dapat berpindah baik induk semangnya
maupun tempat hidupnya.

Berdasarkan tempat hidupnya dalam tubuh hospes, parasit dibedakan menjadi :

36
a. Ektoparasit yaitu semua jenis parasit yang hidupnya berada di bagian luar tubuh
hospes baik yang menempel tetap mapun yang berada diluar tubuh.
b. Endoparasit yaitu semua jenis parasit yang hidupnya berada di dalam tubuh
hospes.
Endoparasit dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. Endoparasit ekstra sel adalah endoparasit yang hidup di dalam tubuh hospes
tetapi berada di luar sel seperti saluran pencernaan, saluran darah, trachea,
mesenterium dan lain-lain.
b. Endoparasit intra sel adalah endoparasit yang hidupnya berada di dalam sel induk
semang seperti sel darah, sel epithel dan di dalam sel otot.
Hewan induk semang (hospes) parasit berdasarkan sifatnya dibedakan atas hospes
antara dan hospes definitif.
a. Hospes antara yaitu hospes yang ditempati oleh parasit sebagai tempat
sementara guna menyempurnakan siklus hidupnya (metamorfosis). Contoh
siput darat untuk cacing hati fase mirasidium hingga redia.
b. Hospes definitif yaitu hospes tunggal sebagai tempat bergantungnya hidup
parasit dan bersifat tetap.

Induk semang (hospes) tertular atau terserang oleh parasit melalui beberapa cara,
diantaranya:
a. Kontak langsung, yaitu induk semang (hewan sehat) terinfeksi setelah
bersentuhan langsung dengan agen penyakit (parasit) yang terdapat pada
peralatan kandang, pakan, tanah, air, udara dan bahan yang dibawa oleh hewan
lain.
b. Termakan bersama induk semang antara. Beberapa jenis parasit pada fase
tertentu hidup pada makhluk lain baik tanaman maupun hewan, sehingga jika
tanaman atau hewan yang terjangkit oleh parasit tersebut termakan oleh induk
semang definitif maka terjadilah penularan.
c. Inokulasi oleh hewan penghisap darah. Beberapa jenis parasit seperti malaria
pada fase tertentu hidup pada kelenjar ludah nyamuk Anopheles. Jika nyamuk ini

37
menghisap darah hewan sehat maka parasit malaria dapat menular pada hewan
tersebut.
d. Stage to Stage, transovarial dan kongenital.
- Stage to stage merupakan cara penularan parasit Theileria sp yang ditularkan oleh
caplak berumah satu secara khas. Proses ini diawali dari caplak berumah satu
menghisap darah hewan yang terjangkit parasit Theileria sp. Setelah kenyang
caplak akan jatuh ke tanah dan kawin, sebagai akibatnya semua telur caplak akan
tertular parasit Theileria sp .
- Transovarial, yaitu cara penularan suatu penyakit yang terjadi akibat kontaminasi
pada cairan alantois telur saat menetas.
- Kongenital, yaitu penularan penyakit dari induk ke anak melalui pembuluh darah
saat berada pada organ reproduksi.
Antara kongenital, stage to stage dan transovarial semuanya melibatkan organ
reproduksi induk sebagai pengantar penularan penyakit.
Berdasarkan bentuknya, induk semang parasit dan hewan pembawa parasit
dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Carrier adalah hewan bertulang belakang yang bertindak sebagai hewan
pembawa penyakit.
b. Vektor adalah hewan yang tidak bertulang belakang sebagai hewan pembawa
penyakit.

Vektor dalam menularkan penyakit parasit dibedakan menjadi vektor mekanis dan
vektor hayati
a. Vektor Mekanis yaitu vektor yang dalam menularkan parasit hanya berfungsi
memindahkan parasit ke induk semang definitif. Parasit tersebut di dalam tubuh
vektor tidak mengalami perubahan baik bentuk maupun siklusnya. Contoh : Lalat
Tabanus Sp saat menularkan parasit Tripanosoma.
b. Vektor Hayati yaitu vektor yang dalam menularkan parasit dan parasit yang ada di
dalam tubuhnya mengalami perubahan baik bentuk maupun jumlahnya.

38
Gambar 3. Lalat Tabanus sp sebagai vector mekanis.

Perkembangan parasit dalam tubuh vektor hayati dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu:
a. Siklopropagatif yaitu jika parasit dalam tubuh vektor mengalami perubahan siklus
sehingga bentuknya berubah.
b. Siklodevelopmen yaitu jika parasit dalam tubuh vektor mengalami penggandaan
jumlah.
c. Propagatif developmen yaitu jika parasit dalam tubuh vektor mengalami
penggandaan jumlah dan perubahan bentuk parasit atau siklus.
Pemahaman parasit sebagai organisme yang merugikan induk semang (hospes) dapat
ditinjau dari akibat aktifitasnya yang dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
a. Menghisap darah (nyamuk, lalat, cacing tambang), cairan limfe (kutu penghisap)
dan eksudat (cacing paru-paru).
b. Merusak sel atau jaringan tubuh yang padat secara langsung (cacing ginjal, cacing
hati) atau dihancurkan terlebih dulu (kutu pengunyah).
c. Bersaing memanfaatkan zat makanan yang telah tercerna (cacing ascaris) dan
menghisap zat makanan yang berada pada dinding usus (cacing pita).
d. Menyumbat saluran tubuh secara mekanis seperti usus (cacing ascaris), saluran
darah (cacing jantung pada anjing), saluran limfe (cacing filaria dan schistozoma

39
penyebab kaki gajah) dan saluran empedu (ascaris dan cacing pita berjumbai)
serta ductus alveoli (cacing paru-paru).
e. Menghancurkan sel-sel tubuh (coccidia, malaria, babesia, theileria)
f. Meracuni tubuh induk semang seperti: anti pembekuan atau penjendalan darah
dari lintah, tick paralysis oleh caplak, alergi dalam bentuk ruam kulit oleh
nyamuk, sarcoptes, kutu dan pinjal.
g. Menyebabkan gangguan pertumbuhan sel. Contoh : kanker oleh Spirocerca lupi,
pembengkakan, hipertropi, hipoplasia, benjolan, dan lain-lain.
h. Sebagai pembawa penyakit jenis lain. Contoh : malaria oleh nyamuk, babesia oleh
caplak, dll.
i. Dapat menurunkan kekebalan dan stamina tubuh (melemahkan) sehingga induk
semang mudah terjangkit penyakit yang lain serta terjadi penurunan
produktifitasnya.

3. Refleksi

 Apa yang Saudara ketahui tentang parasit, vektor, dan induk semang definitif serta
induk semang antara ?
 Apa yang menjadikan parasit penting dan harus kita ketahui dalam kesehatan
hewan ?
 Menurut Saudara bagaimana tingkat keganasan dan kerugian akibat serangan
parasit yang ditularkan secara stage to stage, transovarial dan congenital ?
 Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus hidup parasit sehubungan dengan fase
infektif !
 Menurut Saudara manakah yang lebih berbahaya, vektor hayati atau vektor
mekanis, jika ditinjau dari tingkat keganasan parasit yang ditularkan ? Berilah
penjelasan !

4. Tugas

40
Berilah contoh parasit yang ditularkan melalui hewan penghisap darah, termakan
bersama induk semang antara dan kontak langsung, serta bagaimana menghindari
penularan tersebut menurut pengetahuan atau pengalaman Saudara !

5. Test Formatif

Jawablah dengan singkat pertanyaan dibawah ini !


1) Apa yang dimaksud Siklopropagatif dalam sistem penularan parasit ?

2) Apa yang dimaksud dengan vektor hayati ?

3) Hewan tidak bertulang belakang sebagai pembawa penyakit parasit baik ia


sebagai induk semang definitif maupun induk semang antara
disebut……………………………………………………………………………………………………………...

4) Yang dimaksud dengan vektor mekanis adalah……………………………………………………

5) Penularan penyakit yang terjadi pada telur saat masih berada di mesin tetas
karena terkontaminasinya cairan alantois disebut………………………………………………

6) Penularan penyakit atau parasit dari tetuanya kepada semua anak keturunannya
melalui telur tetas disebut………………………………………………………………………………….

7) Parasit dalam tubuh vektor seperti siput darat berkembang dari fase mirasidium
dan kemudian keluar dari tubuh menjadi serkaria. Perkembangan parasit yang
terjadi pada tubuh siput disebut…………………………………………………………………………

8) Saat caplak menghisap darah sapi terikutlah parasit piroplasmosis pada fase
skizogoni dan setelah caplak menghisap darah ternak kembali maka pada

41
kelenjar ludah caplak mengandung zygot piroplasmosis yang jumlahnya telah
berkembang banyak. Perkembangan parasit demikian disebut………………………….

9) Parasit yang hidup di dalam sel tubuh induk semang disebut……………………………..

10) Semua jenis organisme yang hidup menumpang pada induk semang baik menetap
atau sementara disebut……………………………………………………………………….

C. Penilaian

1. Penilaian Sikap

No Ranah Penilaian Nilai Keterangan


1 Keaktifan partisipasi dalam belajar
2 Keaktifan bertanya dan menjawab
3 Ketepatan waktu saat mengumpulkan tugas
4 Kerapihan dalam mengerjakan tugas

2. Penilaian Pengetahuan

No Nama Siswa Nilai yang diperoleh dari Jumlah Rata-rata


Refleksi Tugas Formatif

3. Penilaian Keterampilan

No Ranah Penilaian Nilai Keterangan


40-80
1. Kemampuan siswa memberikan contoh atau Tingkat
menjelaskan akitifitas parasit beserta akibatnya persepsi
42
2. Kemampuan menyiapkan alat-alat untuk identifikasi
parasit

Kegiatan Pembelajaran III. Identifikasi Ektoparasit

A. Deskripsi

Ektoparasit adalah semua parasit yang hidup menumpang diluar tubuh induk semang
baik yang menetap maupun yang tidak menetap, dan dengan segala aktifitasnya

43
menggangu hidup induk semang yang ditumpanginya. Aktifitas ektoparasit mulai
dengan menghisap darah, menghisap cairan limfe, membuat kerusakan/terowongan
pada kulit, yang semuanya sangat mengganggu karena dapat menyebabkan sakit,
gatal dan ketidaktenangan induk semang.
Hampir semua ektoparasit termasuk golongan Arthrophoda. Arthrophoda berarti
“kaki beruas-ruas”, yaitu semua jenis hewan yang memiliki kaki beruas-ruas, jumlah
kaki fase dewasa biasanya 8 buah, sekalipun ada beberapa spesies memiliki kaki 6
buah pada fase larvanya.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar tentang ektoparsit, siswa harus mampu :


1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan arthropoda sebagai parasit dengan benar
(100 %).
2. Menjelaskan bagaimana cara ektoparasit mengganggu induk semang dengan
tingkat kebenaran minimal 80 %.
3. Menjelaskan perkembangbiakan ektoparasit dengan tingkat kebenaran minimal
70 %.
4. Menjelaskan kegunaan mempelajari ektoparasit dengan tingkat kebenaran
minimal 90 %.

2. Uraian Materi

a. Identifikasi Caplak (tick)

Caplak adalah tungau besar dengan ciri bagian kepala memiliki gigi melengkung dan
diantara gigi terdapat jarum (lidah) penghisap darah dan bagian abdomen atau perut
berongga. Caplak masuk dalam famili iksodida dengan metamorfosis tidak lengkap.
Telur menetas menjadi larva berkaki 6 dan berubah menjadi nympha berkaki 8 buah.
Dari kedua fase hidupnya baik larva maupun nympha menempel pada induk semang.
Nympha kemudian berubah menjadi imago (dewasa) dan kawin.
Berdasarkan perilaku keparasitannya, caplak dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
44
a. Caplak berumah satu yaitu jenis caplak yang dalam hidupnya hanya memerlukan
1 induk semang. Caplak ini memiliki siklus hidup dimulai dari telur yang
menetas menjadi larva. Pada saat ini larva mencari hospes untuk dihisap
darahnya. Pada tubuh hospes larva berubah menjadi nympha untuk menghisap
darah hingga kenyang. Nympha jatuh menjadi imago untuk mengadakan
perkawinan, bertelur dan akhirnya mati.
b. Caplak berumah dua yaitu jenis caplak yang dalam hidupnya memerlukan 2
induk semang sekalipun satu jenis/spesies. Caplak ini memiliki siklus hidup
dimulai dari telur yang menetas menjadi larva. Pada saat ini larva mencari
hospes untuk dihisap darahnya. Pada tubuh hospes larva berubah menjadi
nympha untuk menghisap darah hingga kenyang, kemudian jatuh. Saat lapar
nympha naik kembali ke induk semang baru untuk menghisap darah periode ke
dua. Setelah kenyang nympha menjatuhkan diri dan berubah menjadi imago
untuk mengadakan perkawinan, bertelur dan akhirnya mati.
c. Caplak berumah tiga yaitu jenis caplak yang dalam hidupnya memerlukan 3
induk semang. Caplak ini memiliki siklus hidup dimulai dari telur yang menetas
menjadi larva dan kemudian berkembang menjadi nympha. Nympha menghisap
darah hingga kenyang, kemudian jatuh. Saat lapar nympha naik kembali ke tubuh
induk semang baru untuk menghisap darah periode kedua. Setelah kenyang
nympha menjatuhkan diri, dan naik kembali ke tubuh induk semang saat lapar
untuk menghisap darah periode ketiga. Setelah kenyang nympha menjatuhkan
diri dan berubah menjadi imago untuk mengadakan perkawinan, bertelur dan
akhirnya mati.
Usia caplak mulai dari larva hingga mati berkisar 21 hingga 560 hari dengan rata-rata
fase nymphanya bersiklus antara 21-28 hari.
Akibat serangan caplak dapat terjadi hal-hal sebagai berikut :
- Caplak mengakibatkan luka akibat gigit dan luka tersebut menjadi pintu masuk
lalat untuk meletakkan telurnya ke dalam luka yang lazim disebut Miasis.
- Caplak sebagai vektor penyakit parasit darah seperti Babebsia sp, Theileria sp dan
Anaplasma sp.

45
- Caplak menyebabkan keracunan akibat gigitannya yang dikenal dengan tick
paralysis pada beberapa bangsa ternak yang memiliki kepekaan terhadap caplak.

Gambar 4. Caplak.

Terdapat 11 genus caplak yang penting antara lain :


a. Argas. Caplak ini sangat pipih dan pada kulitnya terdapat semacam kancing kecil,
bulat dengan sebuah lekukan ditengahnya. Jantan dan betina memiliki bentuk
sama. Jenis argas yang terkenal adalah Argas persicus merupakan caplak ayam
atau caplak biru, ukuran caplak panjang 0,5-1,2 cm x lebar 0,25-0,6 cm. Siklus
hidup dimulai dari telur yang diletakkan pada celah atau lekukan kandang dan
menetas antara 2 minggu hingga 3 bulan tergantung suhu dan kelembaban. Larva
dan nympha menghisap darah ayam di waktu malam dengan lama 20-45 menit
sekali menghisap. Caplak ini selain menghisap darah juga sebagai vektor penyakit
spiroketa (spirochaeta) dari spiroketosis ayam. Jumlah sekali bertelur mencapai
45-100 butir setelah menghisap darah. Dalam kondisi kelaparan caplak fase
nympha dan dewasa mampu bertahan hidup hingga 5 tahun, kondisi ini seperti
kemampuan kutu busuk (kepinding).

46
Gambar 5. Argas persicus.

b. Ornithodorus. Caplak ini bernama Ornithodoros turicata, memiliki ukuran 5-6


mm x 3-4 mm gigitannya sangat sakit dan bisa bertindak sebagai vektor
Spirochaeta borelia. Siklus hidupnya, telur menetas 14-21 hari kemudian larva
menempel pada induk beberapa hari dan sekali hisap darah memerlukan waktu
12-30 menit. Setelah 15 hari larva berubah menjadi nympha 1, 2 dan 3 dalam
rentang waktu setiap 10-32 hari. Nympha secara normal memiliki usia hidup 4
bulan. Caplak dewasa tahan hidup tanpa makan selama 7 bulan.

Gambar 6. Ornithodoros turicata.

47
c. Otobius. Ciri caplak ini kulitnya memiliki granula dan pada fase nympha kulitnya
memiliki duri. Terdapat pada sapi, kambing, kuda, anjing, kucing dan hewan liar
lainnya. Caplak betina bertelur diatas tanah, telur menetas dalam waktu 21 hari.
Larva merayap diatas tumbuhan untuk menunggu induk semang. Pada induk
semang larva caplak memasuki lubang telinga dan menempel sambil menghisap
darah. Larva berubah menjadi nympha 1 dan 2, selama 4 bulan. Setelah itu larva
keluar dan berubah menjadi dewasa dalam waktu 12-42 hari kemudian bertelur
selama 5 bulan tanpa makan.

Gambar 7. Otobius megnini.

d. Ixodes. Ciri caplak ini memiliki lekukan anal diatas anus, tidak bermata dan
kakinya tidak memiliki taji (kaki panjat). Ixodes ricinus, disebut juga caplak biji
jarak, berinduk semang tiga dan terdapat pada berbagai jenis hewan. Caplak ini
sebagai vektor penyakit babesiosis atau piroplasmosis, anaplamosis dan
riketsiosis serta menyebabkan piemia yang disebabkan bakteri Staphylococcus
aureus pada domba, selain itu bisa menyebabkan ticks paralysis.

48
Gambar 8. Ixodes ricinus.

e. Dermacentor. Caplak ini berumah tiga. Larva dan nympha menyerang rodentia
sedang dewasanya menyerang sapi, kambing, rusa, beruang, kelinci liar. Spesies
Dermacentor andersoni bertelur antara 4-8 ribu dalam 2-3 tahun tergantung
keadaan. Caplak ini merupakan vektor dari penyakit theileria, paralysis dan
anaplasmosis.

Gambar 9. Dermacentor andersoni.


f. Rhipicephalus. Caplak ini memiliki mata tetapi tidak memiliki kaki raba
(ornata). Mulut berbentuk koma tumpul dan panjang. Spesies Rhipicephalus
appendiculatus, berinduk semang tiga, yang sering diketemukan pada sapi, rusa,
domba, kuda dan hewan lainnya. Caplak ini sebagai vektor penyakit theileria.

49
Gambar 10. Rhipicephalus appendiculatus.

g. Amblyoma. Caplak ini memiliki mata dan faston, mulut panjang. Spesies
Amblyomma americanum berinduk semang 3, dan bisa menyerang semua jenis
hewan termasuk manusia pada semua fase. Caplak betina bertelur 1-8 ribu butir.
Larva menetas dalam waktu 23-117 hari. Larva menempel induk semang selama
4-9 hari kemudian jatuh. Larva berubah menjadi nympha dalam waktu 8-26 hari.
Larva fase 2 menempel induk semang 3-8 hari. Kemudian jatuh dan menjadi
imago dalam waktu 13-46 hari. Caplak dewasa menempel pada induk semang
baru selama 9-24 hari kemudian jatuh dan bertelur. Larva mampu tidak makan
selama 279 hari, nympha mampu tidak makan selama 476 hari dan dewasa
mampu tidak makan selama 430 hari. Caplak ini merupakan vektor penyakit
deman Q,/tularemiasis dan ticks paralysis.

50
Gambar 11. Amblyomma americanum.

h. Boophilus. Caplak ini memiliki mata tetapi tidak memiliki faston. Bidang tepi
tubuh bergigi. Spesies caplak Boophilus annulatus ini berumah satu dan terdapat
pada hewan ruminansia piaraan dan hewan liar. Caplak betina mampu bertelur
1.800-4.000 butir selama 14-59 hari. Telur menetas dalam waktu 19-180 hari,
larva menempel induk semang selama 15-59 hari, kemudian jatuh dan bertelur.
Larva mampu bertahan hidup tanpa makan selama 8 bulan. Caplak ini merupakan
vektor penyakit anaplasma, theileria, babesia.

Gambar 12. Boophilus annulatus.


Tabel 7. Langkah kerja pengamatan parasit

No. Langkah Kerja Penjelasan

1. Siapkan alat untuk mengamati caplak, yang terdiri


atas :
a. Lup (Kaca pembesar)
b. Mikroskop sterio
c. Mistar
d. Mikrometer atau kutimeter

51
e. Buku gambar
2. Ukur tubuh caplak dengan alat mistar atau
mikrometer tentang :
a. Panjang
b. Lebar tubuh
c. Tebal tubuh caplak.
3. Amati bentuk anggota badan caplak, meliputi: Amati bentuk dan ukuran
a. Kaki Mulut penghisap dan
b. Mulut penghisap. tentukan jenis caplaknya
c. Ruas kaki caplak yang memiliki penghisap
4. Gambarlah pada buku gambar.

b. Identifikasi Tungau/ Kudis

Parasit Tungau atau kudis secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 sub ordo yaitu:
(1) Sarcoptorina dan (2) Trombidorina. Perbedaan dari 2 ordo ini ditunjukkan bahwa
Sarcoptorina memiliki tenggorokan penghisap dan bibir (kelisera) seperti gunting
untuk merobek kulit hospes dan memiliki kaki dan anus penghisap, sedang
Trombidorina tidak memiliki alat penghisap pada kakinya.
1) Sarcoptorina digolongkan menjadi 12 jenis (genus) sebagai parasit penting pada
hewan. Contoh spesies/jenis untuk setiap genus :
a. Acarus siro (kutu keju). Tungau ini kecil 05, mm terdapat pada butiran tepung,
keju, daging dan buah-buahan kering. Tungau ini berkembang sangat cepat.
Bahaya tungau ini bisa menyebabkan diare pada manusia jika mengkonsumsi
makanan yang tercemar olehnya.

52
Gambar 13. Acarus siro.

b. Glycyphagus domesticus. Tungau ini merupakan tungau makanan yang


mengerumuni bahan makanan apa saja. Ia bisa menyerang manusia atau hewan
lain yang mengusiknya dan dengan gigitannya menyebabkan gatal-gatal.

Gambar 14. Glycyphagus domesticus.

c. Epidermoptes bilobatus. Tungau ini terdapat pada bulu ayam yang bisa
menyebabkan radang kulit bersisik.

53
Gambar 15. Epidermoptes bilobatus.

d. Sarcoptes scabiei. Tungau ini merupakan tungau kudis sejati yang memiliki alat
penghisap pada ujung kakinya. Ia membuat terowongan dibawah kulit dan
menghisap cairan limfe dari hospesnya. Tungau ini berukuran 500-600 mikron.
Tungau ini bisa menyerang manusia, anjing, kambing, kuda, sapi dan babi,
bergantung pada varietas/spesiesnya.

Gambar 16. Sarcoptes scabiei


e. Notoedres cati dan N. cati var. cuniculi, merupakan tungau kudis berkaki pendek
yang menyerang pada kucing dan kelinci.

54
Gambar 17. Notoedres cati.

f. Cnemidocoptes gallinae, C. mutan dan C. pilae. Tungau ini diketemukan pada


bangsa ayam dan unggas lainnya yang menyebabkan kerontokan pada bulu ayam.
Tungau tersebut menyebabkan gatal hingga luka bersisik dan hidup dibawah kulit.

Gambar 18. Cnemidocoptes gallinae.

g. Psoroptes bovis, P. ovis dan P. equi. Tungau ini memiliki kaki yang panjang dan kaki
1,2 dan 3 memiliki alat penghisap. Tungau ini menyerang pada sapi, domba,
kambing dan kuda. Serangan tungau ini akan menurunkan mutu kulit dan wool.

55
Gambar 19. Psoroptes equi.

h. Chorioptes bovis, C. equi, C. ovis, C. caprae, C. elephi. Tungau ini hampir sama
dengan psoroptes yang dapat menyerang pada sapi, kuda, domba, kambing dan
gajah tergantung spesiesnya tetapi tidak seganas psoroptes atau sarcoptes.

Gambar 20. Chorioptes bovis .

i. Otodectes cynotis. Tungau ini hidup pada telinga anjing, kucing dan binatang buas
liar lainnya. Tungau ini dapat menyebabkan penebalan pada kulit telinga.

Gambar 21. Otodectes cynotis .

j. Dermatophagoides scheremetewskyi. Tungau ini sangat kecil dan tidak penting


bagi kesehatan ternak sebab tungau ini berada pada kelelawar, tikus dan burung
liar lainnya.

56
Gambar 22. Dermatophagoides scheremetewskyi.

k. Cytodites nudus. Tungau ini agak istimewa sebab hidup dalam kantung udara
ayam, kalkun dan burung besar lainnya. Tungau ini kurang patogen.

Gambar 23. Cytodites nudus.

l. Laminosioptes cysticola. Tungau ini hidup dibawah kulit ayam dan kalkun yang
menyebabkan benjolan kecil bulat atau gepeng pada kulit.

57
Gambar 24. Laminosioptes cysticola.

Gambar 25. Metabelba papillae

Gambar 26. Myocoptes musculinus.

Gambar 27. Tyrophagus sp.


Trombidorina, digolongkan menjadi 4 genus. Tungau ini sangat kecil dan pada
kakinya tidak terdapat alat penghisap. Spesies yang penting sebagai parasit pada
ternak antara lain :
a. Pyemotes ventricosus. Tungau ini bertubuh lunak sebagai pemangsa serangga yang
memakan makanan bentuk butiran. Tungau ini akan menyerang manusia dan
hewan lain yang mengganggunya dan menyebabkan dermatitis.

58
Gambar 28. Pyemotes ventricosus.

b. Psorergates ovis dan P. bos. Tugau ini menyebabkan gatal pada kambing, domba
dan sapi dengan menyebabkan dermatitis.

Gambar 29. Psorergates ovis.

c. Cheyletiella blakei dan C. yasguri. Tungau ini terdapat pada anjing, kelinci dan
binatang liar lainnya. Panjang tubuh 0,3 mm. Menyebabkan dermatitis bersisik
seperti ketombe.

Gambar 30. Cheyletiella blakei.

59
d. Demodex canis, D. bovis. Tungau ini menyerang folikel bulu pada anjing, kucing dan
sapi. Tungau ini sulit dikenali sebelum menyebabkan gangguan seperti radang
kulit dengan membentuk luka-luka kecil.

Gambar 31. Demodex canis.

Tungau Jenis lain.


a. Dermanyssus gallinae, adalah tungau merah pada ayam. Tungau ini memiliki alat
penusuk tunggal dan panjang yang menyebabkan iritasi kulit. Tungau ini juga
dapat menyerang jenis unggas lainnya bahkan sangat beracun jika menyerang
tanaman anggrek. Tungau ini selain menghisap darah juga membawa penyakit
virus, riketsia dan juga larva cacing fase spiroketa.

Gambar 32. Dermanyssus gallinae.

b. Ornithonyssus sylviarum, adalah tungau yang menyerang ayam dan unggas lainnya.
Selain hidup dalam tubuh ayam tungau ini juga bisa menempati celah-celah

60
kandang. Tungau ini menghisap darah dan menggigit binatang lainnya termasuk
manusia.

Gambar 33. Ornithonyssus sylviarum.

c. Ciger, tungau ini biasanya hidup bebas dan bisa menyerang hewan invertebrata
lainnya. Ukuran tubuhnya 1 mm, beberapa jenis dari golongan ini menyebabkan
kudis.
d. Trombicula. Tungau ini seluruh tubuhnya tertutup bulu halus seperti beludru.
Tungau ini bisa menyerang binatang apa saja termasuk manusia. Menyebabkan
dermatitis pada bagian kaki.

Gambar 34. Trombicula autumnalis.

Tabel 8. Langkah kerja pengamatan parasit.

61
No Langkah Kerja Penjelasan
1. Siapkan alat untuk mengamati kudis, yang terdiri
dari:
a. Lup (Kaca pembesar)
b. Mikroskop
c. Mikrometer
d. Scalpel
2. Kerok kulit yang mengalami keropeng akibat
parasit kudis hingga terjadi perdarahan perifer
dan tampung hasil kerokan kulit pada cawan
porselin.
3. Oleskan obat merah (yodium tinctur) pada lokasi
kerokan kulit.
4. Ambil 1-2 butir kecil kerokan kulit dan letakkan
pada objek glass.
5. Teteskan 2-3 tetes larutan KOH atau NaOH 10 %.
6. Biarkan kerokan kulit larut dan tutup dengan
1 2 3
deck glass.
7. Periksa dibawah mikroskop.
8. Gambar pada buku gambar hasil pemeriksaan
tersebut.

c. Identifikasi Kutu/Lice

Kutu atau lice adalah jenis artrophoda yang berbentuk pipih dorsalventral, tidak
bersayap dengan metamorfosis yang tidak lengkap. Kutu memiliki mulut untuk
menghisap dan menggigit. Akitifitas dari kutu selain sebagai parasit pengganggu
dengan menyebabkan rasa gatal juga sebagai pembawa penyakit lain seperti virus,

62
riketsia dan berbagai larva cacing. Jenis kutu yang penting bagi ternak adalah sebagai
berikut:
a. Menacanthus. Kutu ini berwarna kuning yang hidup pada ayam. Menyerang kulit
dada, paha, dan sekitar anus. Kutu ini memakan kulit, sisik dan bulu. Aktifitas kutu
ini menggaruk/menggesek kulit untuk mendapat eksudat sebagai bahan
makanan.

Gambar 35. (A) Menacantus stramineus. (B) Menopon gallinae

b. Cuclotogaster heterographus. Dikenal sebagai kutu kepala ayam. Terdapat pada


bulu kepala, leher dan dapat membunuh ayam muda. Aktifitasnya sama dengan
menacanthus.

Gambar 36. (C) Cuclotogaster heterographa (D) Goniocotes galinae

63
Gambar 37. Cuclotogaster lipeurus.

c. Menopon gallinae, yaitu kutu bulu ayam yang menyerang ayam, kalkun dan juga
itik. Terdapat pada batang bulu ayam.

Gambar 38. Menopon gallinae.

d. Goniodes gallinae/ G. gigas, yaitu kutu bulu lembut ayam yang terdapat pada
pangkal bulu ayam. Kutu ini sangat kecil (1,6 mm).

Gambar 39. Goniodes gigas.

e. Bovicola bovis. Kutu ini merupakan kutu penggigit pada ruminansia seperti sapi,
kambing dan domba. Panjang badan 1,5 mm berwarna kuning kemerahan.
Biasanya kutu ini dalam jumlah besar terdapat pada gumba, pangkal ekor dan
leher sapi.

64
Gambar 40. Bovicola bovis.

f. Trichodecthes canis. Kutu anjing ini selain menggigit kulit anjing juga sebagai
pembawa larva cacing cestoda seperti Dipilidum caninum.

Gambar 41. Trichodectes canis (Kutu pada anjing).


g. Haematopinus eurysternus, H. quadri pertusus , H. vituli adalah kutu penghisap
darah sapi yang terdapat pada ekor, leher, sekitar mata. Panjang kutu golongan ini
antara 1,2-4,8 mm. Dalam jumlah besar menyebabkan anemia pada sapi dan akan
menurunkan ketahanan tubuh ternak.

65
Gambar 42. Haemotopinus suis.

h. Pediculus humanus capitis adalah kutu badan atau kutu kepala manusia. Kutu ini
selain menghisap darah juga membawa penyakit demam kambuhan, penyakit
tifus dan penyakit rochalimae yang disebabkan oleh riketsia.

Gambar 43. Pediculus humanus (Kutu pada manusia).

Gambar 44. Phthirus pubis.

66
Gambar 45. Kutu Busuk.

Gambar 46. Linognathus setosus.

2) Pinjal/ Mite

Pinjal /Mite berbadan cukup besar, dan tidak memiliki induk semang definitif. Mampu
melompat dari hewan satu ke hewan lainnya dengan panjang lompatan 30 cm. Pinjal
mendapat makanan dengan cara menghisap darah sehari sekali, tidak bersayap, kulit
dilapisi oleh kitin yang tebal dan siklus hidupnya tidak lengkap. Pinjal mempunyai
panjang 1,5-4,0 mm. Umur pinjal tanpa makan mencapai 58 hari tetapi jika makan
secara teratur mampu hidup 234 hari, sedang pinjal manusia mampu hidup hingga
513 hari. Jenis pinjal yang penting antara lain:

a. Ctenocephalides canis dan C. felis adalah pinjal yang umum pada anjing dan kucing,
tetapi bisa menyerang manusia dan hewan lain. Selain menghisap darah juga
sebagai vektor antara cacing pita dan filaria cacing nematoda.

67
Gambar 47. Ctenocepalides felis.

b. Pulex irritans adalah pinjal pada kepala manusia. Pinjal ini selain menyerang
manusia juga menyerang anjing, babi, kucing dan tikus dan sebagai vektor
panyakit tifus akibat Rickettia typhii.

Gambar 48. Pulex irritans.

c. Echidnophaga gallinae adalah pinjal pada unggas. Pinjal ini bisa menyerang:
manusia, kelinci, kucing, anjing dan mamalia lainnya. Pinjal betina hidup dibawah
kulit untuk meletakkan telurnya. Hidup disekitar cengger, pial dan mata.

Gambar 49. Echidnophaga gallinae.

d. Tungau penetrans adalah pinjal pasir, pinjal betina masuk ke bawah kulit yang
bisa menyebabkan kebengkakan kulit dengan rasa sakit.

68
Gambar 50. Pinjal pasir.

Tabel 9. Langkah kerja pengamatan parasit

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Siapkan alat untuk mengamati kutu/lice, yang


terdiri dari:
a. Lup (kaca pembesar)
b. Mikroskop sterio
c. Mistar
d. Mikrometer atau kutimeter
e. Buku gambar
2. Ukur tubuh kutu/lice dari preparat awetan
dengan alat mistar atau mikrometer tentang:
a. Panjang
b. Lebar tubuh
c. Tebal tubuh
3. Amati bentuk anggota badan kutu, meliputi:
a. Kaki
b. Mulut penghisap
c. Ruas kaki kutu yang memiliki penghisap
4. Gambarlah pada buku gambar.

69
3) Lalat dan Nyamuk

Lalat dan Nyamuk sebenarnya masih dalam ordo Dipteroida, yaitu serangga yang
memiliki sepasang sayap berbentuk membranosa. Mulut terdiri atas alat untuk
menghisap dan menjilat, antena memiliki 3-40 ruas, metamorfosis lengkap (telur,
larva, nympha, pupa dan imago), terdiri 80 ribu jenis dari 140 famili.
Lalat dan Nyamuk merupakan ektoparasit bagi ternak yang bisa menimbulkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sebagai ektoparasit, lalat dan nyamuk menghisap darah baik pada manusia
maupun hewan.
b. Membuat luka pada kulit .
c. Sebagai hewan pembawa berbagai penyakit baik parasit maupun
mikroorganisme lain sepeti bakteri, virus dan riketsia.
d. Mampu menginvestasikan telurnya pada luka yang menyebabkan luka berulat
atau lazim disebut Miasis.

Jenis lalat yang penting dalam parasitologi:


a. Lalat Simulium vitatum, adalah lalat yang berukuran 1-5 mm dengan aktifitas
malam hari. Sekali bertelur 200-500 butir. Selain menghisap darah lalat ini juga
menghisap madu. Lalat ini pembawa penyakit protozoa dan cacing nematoda dari
fase larvanya.

Gambar 51. Simulium spp.

70
Gambar 52. Lalat Culicoides.

Gambar 53. Glossina sp.

Gambar 54. L.Cochliomyia sp

b. Lalat pasir hitam. Lalat ini berbentuk seperti nyamuk, kecil dan sedikit bongkok.
Selain menghisap darah lalat ini juga menularkan penyakit bakterial, viral dan
parasiter lainnya.

71
Gambar 55. Lalat Pasir (Phlebotomus sp).

c. Lalat Pitak, lalat Buyung Jaran atau Tabanus sp. Lalat ini berbadan besar, kokoh
dan memiliki jarum penghisap darah yang cukup besar. Warna abu-abu dengan
ukuran 10-25 mm, kemampuan bertelur 100-1000 butir sekali bertelur. Lalat ini
terkenal sebagai vektor mekanis dari penyakit surra yang disebabkaan oleh
Trypanosoma evansi dan larva dari berbagai cacing nematoda.
d. Golongan Muscidae. Lalat ini terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:
- Lalat Rumah (Musca domestica) atau lalat rumah merupakan lalat penjilat dan
tidak menggigit. Larva berkembang pada sampah yang sedikit basah. Kebiasaan
lalat ini mondar mandir diantara kotoran dan bahan makanan untuk makan dan
bertelur.

Gambar 56. Musca domestica.

72
- Stomoxys calcitrans (lalat kandang). Lalat ini mirip lalat rumah tetapi memiliki
mulut penghisap dan penjilat sehingga bisa menghisap darah hewan dan sebagai
vektor parasit trypanosoma.

Gambar 57. Stomoxys calcitrans.

- Musca autumnalis (lalat wajah sapi). Lalat ini mirip dengan lalat rumah tetapi
lebih besar. Lalat ini sebagai pembawa parasit cacing mata sapi (Thelasia
rhodensii).

Gambar 58. Musca autumnalis.

- Haematobia irritans. Lalat ini bertubuh lebih kecil dari lalat rumah (1/2 nya)
dan hidup berkelompok. Terdapat pada sapi diseluruh dunia. Tempat yang
disenangi disekitar kepala dan leher dan berada pada sapi siang-malam.

73
Gambar 59 . Haematobia irritans.
e. Lalat Hijau, lalat ini bentuknya besar dengan warna biru metalik, hijau hingga
kuning metalik. Lalat ini tidak menghisap darah tetapi larvanya hidup pada daging
busuk, bangkai, bahkan jaringan hidup (miasis), buah dan sampah basah. Spesies
lalat yang terkenal adalah Phormia regina, lalat botol berwarna hijau metalik.

Gambar 60. Phormia regina.

f. Lalat daging. Lalat ini berwarna abu-abu dengan garis hitam mulai kepala hingga
punggung, ada kalanya bagian ekor berwarna merah. Larva hidup pada daging
busuk dan daging segar sebagai miasis; selain itu larvanya mampu hidup dalam
usus.

74
Gambar 61. Lalat daging.

g. Lalat mrutu mata atau lalat buah kecil. Lalat ini sangat kecil dan hampir tidak
bersayap. Larva berkembang pada buah atau sayuran membusuk, hidup disekitar
mata dan merupakan lalat pembawa penyakit konjungtifitis, dan penyakit mata
lainnya serta mastitis.
h. Lalat Culicoides atau lalat penggigit yaitu lalat bertubuh kecil 0,6-5,0 mm. lalat
ini termasuk lalat penggigit yang menyebabkan rasa sakit dan menyebabkan
iritasi pada kulit. Selain menggigit, lalat ini juga menghisap darah dan menularkan
penyakit yang disebabkan protozoa dan larva cacing nematoda.

Gambar 62. Lalat Culicoides.

Golongan Nyamuk:

Nyamuk dikenal sebagai ektoparasit dan diperkirakan lebih dari 2000 spesies.
Nyamuk ini menghisap darah, mengganggu dengan suaranya, dan sebagai vektor
berbagai parasit baik protozoa, virus, larva cacing nematoda. Jenis nyamuk yang
penting dalam parasitologi diantaranya:
a. Culex, adalah nyamuk rumah atau nyamuk tong air hujan. Nyamuk ini selain
mengganggu karena bunyinya juga sebagai parasit penghisap darah dan sebagai
vektor dari berbagai penyakit dan parasit seperti: Malaria unggas, cacar unggas,

75
filaria nematoda dan penyakit ensefalitis pada manusia. Bangsa nyamuk ini
dicirikan dari telurnya yang diletakkan seperti rakit dipermukaan air.

Gambar 63. Nyamuk Culex.

b. Aedes. Ciri nyamuk ini adalah meletakkan telurnya secara tunggal di permukaan
air. Larva yang menetas membentuk sudut 45 o seperti larva nyamuk culek. Saat
menggigit abdomen sejajar dengan permukaan tubuh (datar). Jenis nyamuk aedes
diantaranya:
- Aedes aegypti. Nyamuk ini menjadi vektor virus demam kuning/demam berdarah
(dengue) dan deman tulang (cikungunya). Ciri khas dari nyamuk kebun ini adalah
meletakkan telur pada genangan air jernih dan tubuhnya bertotol putih dan
hitam, lebih kecil dibanding culex, aktifitas pada pagi hingga sore hari.

Gambar 64. Nyamuk Aedes aegypti.

76
- Aedes vexans, disebut juga nyamuk daerah banjir. Nyamuk ini juga berpengaruh
buruk bagi ternak.

Gambar 65. Aedes vexans.

- Aedes nigripes dan A. impiger, adalah nyamuk daerah dingin bersalju. Nyamuk ini
terbang secara berkelompok untuk mendapatkan makanan dari kerbau, rodensia,
unggas dan bahkan manusia yang ditemuinya. Larva nyamuk ini tahan hidup
sekalipun telah membeku dalam salju.

Gambar 66. Aedes nigripes.

c. Anopheles, adalah nyamuk yang dikenal dengan nyamuk malaria. Bentuk larva
terletak sejajar dengan permukaan air, tetapi saat dewasa menggigit tubuh
hewan/manusia dengan membentuk sudut 45o dengan permukaan tubuh
hewan/manusia yang digigitnya.

77
Gambar 67. Nyamuk Anopheles.

Tabel 10. Langkah kerja pengamatan parasit.

No Langkah Kerja Penjelasan


1. Siapkan alat untuk mengamati lalat dan nyamuk,
yang terdiri dari:
a. Lup (kaca pembesar)
b. Mikroskop sterio
c. Mistar
d. Mikrometer atau kutimeter
e. Buku gambar
2. Ukur tubuh lalat dan nyamuk dari preparat awetan
dengan alat mistar atau mikrometer tentang:
a. Panjang.
b. Lebar tubuh
c. Tebal tubuh
3. Amati bentuk anggota badan lalat/nyamuk, meliputi:
a. Kaki
b. Mulut penghisap.
c. Ruas kaki yang memiliki penghisap
4. Gambarlah pada buku gambar.

3. Refleksi.

78
- Apa yang Saudara ketahui tentang cara kehidupan caplak dan aktifitasnya?
- Apa yang Saudara ketahui tentang cara kehidupan Sarcoptes scabiei dari
lingkungan disekitar Saudara?
- Apa yang Saudara ketahui tentang cara kehidupan pinjal dan kutu di sekitar
kehidupan Saudara?
- Apa yang Saudara ketahui tentang cara kehidupan lalat pada lingkungan rumah
Saudara?
- Apa yang Saudara ketahui tentang cara kehidupan nyamuk?

4. Tugas

- Lakukan pengamatan di sekitar lingkungan Anda, tentang tata cara kehidupan


ektoparasit. Diskusikan secara kelompok:
 Kelompok 1. Parasit caplak
 Kelompok 2. Parasit tungau atau scabies
 Kelompok 3. Parasit kutu dan pinjal
 Kelompok 4. Parasit lalat
 Kelompok 5. Parasit nyamuk
- Buat laporan untuk bahan diskusi panel, dengan isi:
 bentuk dan ukuran telur
 bentuk dan ukuran larva
 tempat hidup larva
 bentuk dan ukuran dewasa
 Cara hidup atau perilaku/kebiasaan hidup parasit.
 Ektoparasit ada yang mampu bertahan hidup hingga 3-5 tahun tanpa makan.
Bagaimana tindakan Saudara untuk memberantasnya?
- Waktu penyelesaian tugas 1 minggu

5. Tes Formatif

1. Dari jenis caplak yang telah anda kenal, berdasar perilaku keparasitannya caplak
dibedakan menjadi 3, sebutkan!
2. Sebutkan kemungkinan yang bisa terjadi akibat serangan caplak pada ternak !
3. Untuk membedakan jenis caplak, hal utama yang harus kita lihat adalah bentuk
mulut penghisapnya. Jelaskan mengapa langkah kerja ini yang kita lakukan!

79
4. Tungau jenis sarcopterina ada 12 jenis, sebutkan tungau apa saja yang menyerang
bangsa unggas !
5. Tungau jenis sarcopterina ada 12 jenis, sebutkan tungau apa saja yang menyerang
bangsa ternak ruminansia !
6. Apa alasannya, untuk memeriksa ada/tidaknya parasit tungau dari spesiemen
kulit digunakan larutan NaOH atau KOH 10% ?
7. Sebutkan jenis tungau apa saja yang hidup bebas tetapi bersifat parasit obligat !
8. Sebutkan kemungkinan yang bisa terjadi akibat serangan tungau pada ternak !
9. Sebutkan kemungkinan yang bisa terjadi akibat serangan kutu/lice pada ternak !
10. Sebutkan jenis kutu apa saja yang hidup pada bangsa unggas dan bangsa hewan
piaraan !
11. Apa perbedaan tubuh antara pinjal dan kutu berdasar morfologinya ?
12. Obat insektisida oleh petani digunakan untuk memberantas hama tanaman.
Apakah obat tersebut bisa digunakan untuk memberantas ektoparasit? Jelaskan !
13. Jika sekelompok ternak dalam kandang terserang Sarcoptes scabiei, bagaimana
tindakan untuk kandang ternak tersebut?
14. Alat apa yang digunakan untuk mengukur morfologi parasit?
15. Apa yang Anda ketahui tentang kutu merah? Jelaskan !

C. Penilaian

1. Penilaian Sikap

No Ranah Penilaian Nilai Keterangan


1 Keaktifan dalam praktek
2 Keaktifan bertanya dan menjawab
3 Ketepatan waktu saat mengumpulkan tugas

80
4 Keaktifan mengkomunikasikan hasil pengamatan secara
kelompok.
5 Ketepatan mengambil kesimpulan.

2. Penilaian Pengetahuan

No Nama Siswa Nilai yang diperoleh dari Jumlah Rata-rata


Refleksi Tugas Formatif

3. Penilaian Keterampilan

No Ranah Penilaian Nilai Keterangan


40-90
1. Ketepatan menggunakan alat
2. Kerapihan membuat gambar hasil observasi
3. Kerapian merawat alat
4. Keruntutan/sistematik kerja saat observasi
5. Kebersihan mencuci/merawat alat
6. Kebenaran mengidentifikasi ektoparasit

Kegiatan Pembelajaran IV: Identifikasi Endoparasit (cacing)

A. Deskripsi

Cacing disebut juga helminthes/ worm atau vermes. Cacing sebagai parasit
sebenarnya digolongkan menjadi 5 golongan (subfilum), yaitu:
1. Cacing Annelida (cacing hidup bebas)
2. Acanthosephala (cacing kepala berduri)
3. Cacing Trematoda (cacing bentuk daun)
4. Cacing Cestoda (cacing pita)
5. Cacing Nematoda (cacing gilik, bulat atau gelang)

81
Cacing golongan subfilum 1 dan 2, kurang menarik perhatian sebagai parasit pada
ternak, kecuali lintah yang berasal dari filum Annelida yang merupakan cacing
penghisap darah pada hewan maupun manusia. Hingga saat ini lintah dari genus
Limnatis dan Haemadipsa digunakan untuk mengeluarkan darah orang guna
penyembuhan dari suatu penyakit. Hampir semua cacing hidup sebagai parasit yang
dapat menyerang pada semua jenis binatang tanpa pandang bulu. Induk semang
antara bisa berupa hewan mulai dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar siswa harus mampu:


1. Mengidentifikasi nama parasit cacing berdasar bentuk dan morfologinya (alat
penghisap, kepala dan bentuk abdomennya) dengan tingkat kebenaran 80 %.
2. Menjelaskan siklus hidup cacing berdasarkan perilaku keparasitannya dengan
tingkat kebenaran 70 %.
3. Menjelaskan kerugian akibat serangan cacing dengan tingkat kebenaran 90 %.
4. Menentukan adanya telur cacing secara natif dari spesimen faeces dengan benar
100 %.
5. Menentukan adanya telur cacing berdasar uji sedimen dan apung dengan tingkat
kebenaran 100 %.

2. Uraian Materi

a. Golongan Tremathoda (cacing berbentuk daun).

Jenis trematoda yang penting sebagai parasit unggas dan ruminansia dibagi dalam
genus sebagai berikut:

82
1) Schistosoma disebut juga cacing darah karena hidup dalam pembuluh darah
pada manusia, ruminansia dan bangsa unggas. Siklus hidupnya terdiri dari telur
yang diletakkan pada ujung venula usus, hati, paru-paru. Telur ini
disertai/mengandungi enzym dari induknya agar dapat melekat pada ujung
venula. Telur kemudian keluar bersama feses, urin, atau sekresi lendir lainnya.
Telur menetas menjadi miracidium yang berenang bebas di perairan untuk
mencari siput air yang cocok. Dalam siput miracidium berubah menjadi
sporokista induk kemudian menghasilkan sporokista anak untuk memproduksi
cercaria. Cercaria meninggalkan siput dan mencari induk semang definitif
dengan menembus kulit.

Gambar 68. Daur hidup cacing Schistosoma spp.


Jenis schistosoma yang penting di Indonesia sebagai parasit, diantaranya:
- Schistosoma japonicum. Cacing ini menyebar di Jepang, Pilipina, Sulawesi dan
Cina. Menyerang manusia dan hewan lainnya, hidup dalam vena mesenterika
colon dan menyebabkan penyakit yang melemahkan kondisi tubuh.

83
Gambar 69. Schistosoma japonicum.

- Schistosoma bovis. Cacing ini menyerang kambing, domba, sapi, dan kerbau air.
Tempat hidupnya berada pada vena mesentrika.

Gambar 70. Schistosoma bovis.

- Schistosoma mansoni. Cacing ini hidup pada vena mesenterika manusia dan hewan
rodentia lainnya.

Gambar 71. Telur Schistosoma mansoni.

84
Gambar 72. Siklus hidup cacing Schistosoma japonicum.

2) Echinostoma, adalah cacing trematoda yang hidup dalam rektum dan sekum
ayam, itik, merpati, dan unggas air lainnya serta hewan mamalia bahkan manusia
di seluruh dunia. Induk semang antara adalah golongan siput darat dan air. Fase
miracidium menembus semua tubuh siput dan berubah menjadi sporokista dalam
9-12 hari. Sporokista memproduksi 2 redia induk setiap hari selama 1 minggu.
Redia induk dalam waktu 21 hari akan memproduksi redia anakan. Redia anakan
berubah menjadi cercaria dan keluar dari tubuh siput setelah 42 hari. Induk
semang definitif terinfeksi setelah menelan induk semang antara atau kontak
langsung dengan miracidium.

85
Gambar 73. Siklus hidup Echinostoma spp.

Dikenal ada 4 spesies echinostoma sebagai parasit patogen, diantaranya:


- Echinostoma revolutum. Ditemuka pada sekum dan rektum ayam, itik, burung
merpati, unggas air, mamalia dan bisa menginfeksi manusia.

Gambar 74. Echinostoma revolutum.

- E. paraulum. Terdapat pada usus halus merpati, itik, ayam dan manusia. Siklus
hidupnya pada saat cercaria berubah menjadi metacercaria terdapat pada siput,
katak dan ikan air tawar.

86
Gambar 75. Echinostoma paraulum.

3) Fasciola adalah cacing berbentuk daun yang lebar dan besar, bertubuh pipih
dengan alat hisap di bagian anterior yang tersusun berdekatan. Organ tubuhnya
bercabang-cabang dan tampak seperti garis atau titik menyebar keseluruh
permukaan tubuh. Dikenal ada 2 jenis cacing ini yang penting sebagai parasit
ternak, yaitu:
- Fasciola hepatica. Cacing ini terdapat dalam saluran empedu hati domba,
kambing, sapi, kerbau dan manusia. Tersebar di seluruh dunia. Kerugian akibat
infeksi cacing hati adalah banyaknya hati yang diafkir akibat kerusakan hati yang
berbentuk cirosis hepatis. Ukuran cacing mencapai panjang 5 cm dengan lebar
1,5-2 cm. Siklus hidup Fasciola hepatica dimulai dari telur yang dikeluarkan
bersama cairan empedu menuju organ pencernaan bersama feses. Telur menetas
menjadi miracidium. Miracidium harus bertemu dengan siput darat dalam waktu
12 jam. Di dalam tubuh siput darat miracidium berubah menjadi Redia. Redia
kemudian berubah menjadi cercaria dan keluar dari tubuh siput. Cercaria naik ke
rumput sambil menunggu induk semang definitif menelannya. Pada saat
menunggu tersebut cercaria membungkus diri dengan selaput tipis; bentuk ini
disebut metacercaria. Metacercaria jika ditelan oleh induk semang akan menuju
usus halus dan naik menuju hati melalui saluran empedu.

Gambar 76. Fasciola hepatica


87
Gambar 77. Siklus hidup Fasciola hepatica.

- Fasciola gigantica. Induk semang definitif cacing ini sama dengan F. hepatica.
Ukuran cacing ini lebih besar dan lebar dibandingkan F. hepatica.

Gambar 78. Fasciola gigantica.

4) Paramphistomum, disebut juga cacing porang atau cacing rumen. Cacing ini
berbentuk kerucut dan berotot tebal, memiliki satu alat hisap dimulutnya. Panjang
tubuh 10-12 mm dengan lebar 2-4 mm. Siklus hidup cacing ini sama dengan
cacing hati hanya bedanya miracidium setelah masuk tubuh siput berubah
menjadi sporokista yang panjang kemudian berubah menjadi redia. Redia
berubah menjadi cercaria. Hingga fase cercaria ini masih berada dalam tubuh
siput. Cercaria keluar dari siput dan dalam waktu beberapa jam membentuk kista

88
(metacercaria) yang menempel pada rumput. Dari cacing paramphistomum
dikenal sekira 14 jenis sebagai cacing penghuni rumen dan retikulum pada sapi,
kambing, domba dan ruminansia lainnya. Cacing tersebut antara lain: Cotiloporon,
balanorchis, gastrotilaks, dan lain-lain yang semuanya memiliki bentuk sangat
mirip antar satu dengan lainnya.

Gambar 79. Paramphistomum Sp.

5) Notocotylus. Cacing ini terdapat pada sekum dan rektum ayam, itik, angsa air di
seluruh dunia. Ukuran cacing 2-5 x 0,6 x 1,5 mm. Dikenal ada 2 spesies yaitu:
Notocotylus attenuatus dan Catatropis verrucosa.

Gambar 80. Notocotylus attenuatus.

6) Prosthogonimus. Cacing ini berbentuk bulat dengan sedikit lonjong pada bagian
mulut. Induk semang antara adalah siput darat dan kemudian pindah ke capung.

89
Dikenal ada 2 janis cacing, yaitu: Prosthogonimus macrochis dan P. pellucidus
terdapat pada oviduct, bursa fabricius dan usus depan pada ayam, itik dan
berbagai burung air lainnya. Panjang 5-7 mm.

Gambar 81. Prosthogonimus macrochis.

7) Dicrocoelium. Cacing ini bertubuh seperti tombak dengan bagian terbesar pada
tengah tubuh. Cacing ini berada pada saluran empedu domba, kambing, rusa, babi
dan mamalia lainnya. Panjang 6-10 mm dengan lebar 1,5-2,5 mm. Cacing betina
meletakkan telurnya pada saluran empedu kemudian menuju usus halus. Induk
semang perantara adalah siput air tawar. Siput menelan telur cacing yang
kemudian menetas di dalam tubuh siput menjadi miracidium. Miracidium keluar
dari tubuh siput dan masuk lagi menuju pankreas siput kemudian membentuk
sporokista induk dan anak. Sporokista anak terdapat dalam ruang paru-paru
siput, berbentuk bola yang berisi 200-400 cercaria. Bola cercaria keluar dari siput
kemudian menempel pada tumbuhan. Cercaria dimakan semut dan berubah
bentuk menjadi metacercaria. Induk semang akhir akan terinfeksi jika memakan
semut saat merumput.

90
Gambar 82. Dicrocoelium dendriticum.

8) Eurytrema. Cacing ini bertubuh oval dan sedikit melebar, hidup pada saluran
pankreas pada domba, kambing, sapi, kerbau dan terkadang pada manusia dan
anjing. Panjang tubuh 2,6-3,3 mm dengan lebar 1-1,4 mm.

Gambar 83. Eurytrema pancreaticum.

9) Cryptocotyle. Cacing daun ini ditemukan pada usus halus anjing, kucing, burung
dan mamalia lainnya. Ukuran cacing 0,9 x 2 mm. Induk semang antara pertama
adalah siput air pantai dan beberapa jenis ikan sebagai induk semang kedua.
Cryptocotyle concava adalah cacing pada berbagai jenis burung air.

Gambar 84. Cryptocotyle concava.

91
Tabel 11. Langkah kerja pengamatan parasit trematoda.

No Langkah Kerja Penjelasan


1. Siapkan alat untuk mengamati endoparasit.
Ukur tubuh cacing dari preparat awetan dengan
alat mistar atau mikrometer tentang:
a. Panjang
b. Lebar tubuh
c. diameter.
2. Amati bentuk anggota badan
a. Mulut penghisap.
b. Organ pencernaan
c. Organ reproduksi
3. Gambarlah pada buku gambar.

1. Sub Fillum Cestoda (cacing beruas-ruas)

a. Taenia Sp, adalah genus cacing pita yang besar dan panjangnya hingga 3-5 meter
dengan lebar badan 5-6 mm dengan membentuk segmen-segmen atau ruas-ruas
yang disebut proglotida. Cacing dewasa hidup pada usus halus hospes. Cacing ini
penting, sebab larvanya (sistiserkosis) terdapat pada urat daging pada
ruminansia dan manusia. Jika pada daging diketemukan cisticercus maka daging
harus diafkir. Larva cacing taenia dalam daging membentuk kista yang tahan
terhadap panas.

92
Gambar 85. Siklus hidup Taenia spp.

Jenis-jenis taenia yang penting:


- Taenia solium. Cacing pita babi yang dapat menular pada manusia ini memiliki
panjang tubuh antara 3-5 m dengan jumlah alat hisap (scolex) 22-32 buah dan
memiliki kait besar berjejer membetuk baris dengan panjang 140-180 mikron. T.
solium biasanya diketemukan pada usus babi dan bersifat tunggal. Larva cacing ini
diberi nama Cysticercus celulose.

Gambar 86. Taenia solium.

- Taenia pisiformis merupakan cacing pita kelinci dan anjing, dengan panjang
mencapai 2 meter. Larvanya disebut Cysticercosis pisiformis.

93
Gambar 87. Scolex (alat hisap) Taenia pisiformis.

- T. hydatigena, T. ovis, merupakan cacing pita pada anjing dan domba. Cacing
dewasa hidup pada usus halus.

Gambar 88. Taenia hydatigena.

b. Taeniarhynchus sp. Cacing ini sedikit berbeda dengan Taenia sebab cacing ini
tidak memiliki rostelum dan kait-kait pada tubuhnya. Taeniarhynchus saginatus
adalah cacing pita daging sapi pada manusia. Cacing dewasa berada pada usus
halus manusia dengan panjang mencapai 4-8 meter. Larva cacing ini disebut
cysticercus bovis yang ditemukan pada otot/daging sapi (pada maseter,
intercostae, dan otot lainnya).

94
Gambar 89. Taeniarhynchus saginatus.

c. Echinococcus adalah cacing pita golongan kecil dan hanya memiliki beberapa
proglotida (segmen) tetapi larvanya merupakan kista yang besar. Cacing ini
terdapat pada anjing tetapi merupakan hal yang serius jika menginveksi usus
manusia. Ukuran cacing 2-6 mm. Cacing ini berkembang biak secara langsung
dengan membentuk bintil-bintil berongga pada jaringan yang berisi kista cacing.
Dikenal ada 2 spesies yang penting, yaitu:
- Echinococcus granulosus. Cacing pita pendek ini bisa menginfeksi domba, sapi,
kuda dan manusia, dan merupakan parasit yang ditakuti untuk peternakan domba
(biri-biri). Di beberapa daerah di belahan dunia parasit ini bersifat endemik.

Gambar 90. Echinococcus granulosus.

- Echinococcus multilocularis merupakan cacing pita primer pada bangsa rodensia


(tikus) tetapi dapat menular pada anjing dan karnivora lainnya termasuk manusia.

95
Gambar 91. Echinococcus multilocularis.

d. Anoplocephaga. Cacing pita ini terdapat pada kuda, keledai dan bagal. Panjang
cacing mencapai 80 cm dengan lebar 2 cm, memiliki scolex besar 4-6 mm,
bersegmen pendek-lebar. Cacing jenis ini dikenal 2 jenis yaitu:
- Anoplocephala magna terdapat pada usus halus kuda, keledai dan bagal.
- Anoplocephala perfoliata terdapat pada usus besar pada kuda.

Gambar 92. Anoplocephala magna yang terdapat di usus halus.

e. Moniezia adalah cacing pita besar hingga mencapai 2 meter atau lebih, hidup
pada usus halus domba, kambing, sapi. Cacing ini bersegmen dengan proglotida
mencapai 16 mm. Cacing ini dikenal 2 genus yang penting yaitu:
- Moniezia espanza, terdapat dalam usus halus domba, sapi dan ruminansia lainnya
di seluruh dunia. Induk semang antara pada fase larva adalah tungau rumput
oribatid.
- Monezia benedeni terdapat pada usus halus domba, sapi dan ruminansia lainnya,
tetapi lebih sering ditemukan pada sapi. Cacing ini sama dengan M. espanza.

96
Gambar 93. Monezia espanza.

f. Thysanosoma adalah cacing pita berjumbai pada usus halus dan terkadang pada
saluran empedu domba dan ruminansia lainnya. Salah satu jenis cacing ini adalah
Thysanosoma actinoides. Panjang cacing mencapai 30 cm dengan lebar 8 mm.
Fase larva (cysticercus) dapat berkembang pada rayap sekalipun di alam bebas
belum ada rayap yang terinfeksi.

Gambar 94. Thysanosoma actinoides.

g. Choanotaenia infundibulum. Cacing pita ini terdapat pada usus halus ayam dan
bangsa unggas lainnya. Panjang mencapai 20 cm dengan lebar 2 mm.
Cysticercusnya terdapat pada lalat rumah (Musca domestica) dan berbagai
kumbang.

97
Gambar 95. Telur Choanotaenia infundibulum.

h. Metroliasthes lucida. Cacing ini terdapat pada usus halus kalkun dan ayam
dengan panjang mencapai 20 cm dan lebar 2 mm. Cysticercusnya memerlukan
waktu 2-6 minggu dalam tubuh belalang sebagai induk semang antara. Setelah itu
cyst akan mengeluarkan cacing dan setelah 3 minggu cacing betina mulai bertelur.
i. Amoebotaenia sphenoides adalah cacing pita pada usus halus ayam dengan
bentuk seperti botol dengan kait tersusun satu baris dengan proglotid kurang dari
30 buah. Panjang badan 4 mm dengan lebar 1 mm. Induk semang antara adalah
cacing tanah. Cacing betina mulai bertelur setalah umur 4 minggu.

Gambar 96. Amoebotaenia sphenoides.

j. Davainea proglottina. Cacing ini terdapat pada usus halus ayam, merpati dan
burung lainnya diseluruh dunia. Bentuknya pendek dengan panjang 3 mm dan

98
jumlah progotidnya antara 4-9 ruas. Induk semang antara adalah siput. Cacing
betina mulai bertelur setelah 2 minggu.

Gambar 97. Davainea proglottina.

k. Raillietina. Cacing ini dikenal dengan cacing pita ayam yang tersebar di seluruh
dunia. Pada alat hisap terdapat kait kecil. Tubuhnya memiliki banyak segmen
(proglotida). Terdapat beberapa spesies, antara lain:
- Raillietina cesticillus. Terdapat pada usus halus bagian depan ayam, burung dan
bangsa unggas lainnya. Panjang tubuh mencapai 13 cm, scolex melebar dengan
400-500 kait kecil. Cacing ini memiliki induk semang antara seperti kumbang
tinja, kumbang tanah dan kumbang hitam.

Gambar 98. Raillietina cesticillus.

99
- Raillietina tetragona. Terdapat pada bagian depan usus halus ayam dan bangsa
unggas lain diselurtuh dunia. Tubuh bersegmen dengan panjang 25 cm. Alat
penghisap dilengkapi 8-10 baris kait kecil. Telur berbentuk kapsul dan terdapat
6-12 telur. Telur menetas menjadi larva dan cysticercusnya terdapat pada semut.

Gambar 99. Raillietina tetragona.

- Jenis lain adalah Raillietina echinobothrida dan R. geargiensis yang mirip dengan
raillietina lainnya.
l. Hymenolepis carioca dan H. cantaniana. Cacing pita ini terdapat pada usus
halus ayam, kalkun dan burung lainnya di seluruh dunia. Cacing ini lebih kecil
dibanding railietina dan tembus pandang. Panjang cacing hanya beberapa
sentimeter.
m. Fimbriaria. Cacing ini tidak memiliki scolex, tetapi proglotida pertama
membentuk alat hisap palsu yang melebar, tidak bersegemen tetapi kulitnya
membentuk lipatan-lipatan kecil. Dikenal nama Fimbriaria fasciolaris yang
terdapat pada usus halus ayam, itik, angsa dan bangsa unggas lainnya. Panjang
cacing 2,5 -4,2 cm. Induk semang antara adalah hewan amfibi.

100
Tabel 12. Langkah kerja pengamatan parasit cacing cestoda.

No Langkah Kerja Penjelasan


Siapkan alat untuk mengamati endoparasit.
Ukur tubuh cacing dari preparat awetan dengan
alat mistar atau mikrometer tentang:
a. Panjang
b. Lebar tubuh
c. diameter.
2. Amati bentuk anggota badan
a. Mulut penghisap.
b. Pencernaannya
c. Organ reproduksi
3. Gambarlah pada buku gambar.

2. Sub Fillum Nematoda (cacing gilik atu gelang)

1. Strongyloides merupakan cacing gilik kecil dan langsing yang hidup sebagai
parasit dan ada yang bebas di alam. Panjang 4-9 mm. Cacing ini menginfeksi
induk semang dengan menembus kulit atau tertelan. Jika larva telah masuk kulit
mereka pergi ke pembuluh kapiler dan terbawa ke paru-paru, kemudian merusak
kapiler, menembus alveoli menuju ke ductus alveolus kemudian ke trachea; dari
trachea terus turun ke oesophagus menuju usus halus dan menetap sebagai
parasit. Spesies cacing ini dikenal ada beberapa, antara lain:
- Strongyloides papillosus. Cacing ini tersebar ke seluruh dunia. Hidup pada
mukosa usus halus domba, kambing, sapi dan ruminansia lainnya. Ukuran cacing
betina sebagai parasit 3,5-6 mm dan berdiameter 50-65 mikron.

101
Gambar 100. Strongyloides papillosus.

- Strongyloides avium. Terdapat pada sekum dan usus halus ayam atau burung
lainnya. Ukuran 2,2 mm dengan diameter 40-45 mikron.
- Strongyloides jenis lain terdapat pada babi, anjjing, kuncing dan manusia.
2. Ancylostoma. Ancylostoma disebut juga cacing kait klasik. Cacing ini memiliki
daur hidup sebagai berikut: betina meletakkan telur dalam tinja (feses) kemudian
menjadi larva fase I dan II yang disebut rabditiform dengan memakan
mikroorganisme dari feses. Dari fase II berubah menjadi strongiliform dengan
membentuk kista (bungkus pelindung) sehingga tidak makan. Setelah beberapa
hari strongiliform keluar dari feses dan memanjat tumbuhan dan jika ditelan oleh
induk semang definitif atau strongiliform menembus kulit, akan berubah bentuk
menjadi dewasa. Ukuran cacing ini untuk jantan panjang 11-13 mm diameter 480
mikron, untuk betina 14-21 mm dengan diameter 500-600 mikron. Cacing betina
bertelur antara 7.700-28.00 butir/hari atau rata-rata 16.000 butir.
Spesies cacing ancylostoma yang menjadi parasit, antara lain:
- Ancylostoma caninum, A. braziliense pada kucing dan anjing.
- Ancylostoma ceylanicum dan A. duodenale pada manusia, anjing, kucing.

102
Gambar 101. Ancylostoma caninum.

3. Bunostomum disebut juga cacing kait ruminansia. Cacing ini masih berkerabat
dengan ancylostoma dengan bentuk bagian depan membengkok sedikit
kebelakang. Cacing jantan dan betina sama besarnya dengan ukuran panjang 10-
12 mm dengan diameter 475 mikron. Siklus hidup cacing ini sama dengan
Ancylostoma caninum. Cacing ini menginfeksi melalui kulit.
Spesies cacing bunostomum yang penting ada 2 spesies, yaitu:
- Bunostomum phlebotomum terdapat pada sapi Zebu di seluruh dunia.
- Bunostomum trigonochepalum terdapat pada usus halus domba, kambing dan
sebangsanya di seluruh dunia. Panjang cacing jantan 12-17 mm dengan diameter
600-640 mikron, sedang betina panjangnya 19-26 mm dengan diameter 250
mikron.

Gambar 102. Bunostomum spp.

4. Strongylus, disebut juga cacing palisade. Terdapat pada kuda. Bentuk mulut lurus
ke depan dan dikelilingi korona radiata. Siklus hidupnya sama dengan
103
ancylostoma. Spesies strongylus yang terkenal adalah S. equinus, S. edentatus dan
S. vulgaris. Panjang jantan 23-28 mm dengan diameter 1,3-1,5 mm sedang betina
panjang 33-44 mm dengan diameter 1,6-2,2 mm. Cacing ini terdapat pada sekum
dan colon dari bangsa kuda, keledai dan bagal diseluruh dunia.

Gambar 103. Strongylus spp.

5. Oesophagostomum disebut juga cacing benjol. Terdapat sekitar 50 jenis cacing


yang semuanya parasit pada ternak ruminansia, primata dan babi. Spesies cacing
yang penting diantaranya:
- Oesophagostomum radiatum. Terdapat pada sapi dan kerbau diseluruh dunia.
Panjang cacing jantan 14-17 mm dengan diameter 300-400 mikron sedang betina
16-22 mm dengan diameter 300-400 mikron.
- Oesophagostomum columbianum dan O. venulosum. Cacing ini terdapat pada usus
besar domba, kambing dan sebangsanya diseluruh dunia. Ukuran cacing sama
dengan O. radiatum. Siklus hidup hampir sama dengan ancylostoma, jadi hewan
terinfeksi saat memakan rumput yang tercemar larva fase ketiga strongiliform.

104
Gambar 104. Oesophagostomum radiatum.

6. Chabertia. Cacing ini mirip oesophagustomum tetapi ujung anterior


membengkok kesamping. Dikenal spesies Chabertia ovina yang terdapat pada
usus besar domba, kambing, sapi dan ruminansia lainnya di seluruh dunia. Ukuran
jantan 13-14 mm dan betina 17-20 mm dengan diameter 330 mikron.

Gambar 105. Chabertia ovina.

7. Stephanurus adalah cacing ginjal pada babi yaitu Stephanurus dentatus,


terdapat pada ginjal, hati, pankreas dan organ lain pada babi di seluruh dunia.
Cacing jantan berukuran 13-20 mm dan betina 30-45 mm dengan diameter 1,1-
1,3 mm.

105
Gambar 106. Stephanurus dentatus.

8. Syngamus, disebut juga cacing menganga. Pada unggas dikenal Syngamus


trachealis yang terdapat pada ayam, kalkun, dan berbagai jenis burung diseluruh
dunia. Predileksi pada trachea. Hewan yang terinfeksi cacing ini menunjukkan
tanda mulutnya menganga. Cacing ini berukuran kecil antara 2-6 mm dengan
diameter 200 mikron.

Gambar 107. Syngamus trachealis.

9. Trichotrongylus, disebut juga cacing rambut atau cacing diare hitam. Siklus
hidup: telur terdapat dalam feses dan menetas menjadi larva di tanah. Larva
berubah menjadi fase 2 dan tiga, kemudian pindah ke tumbuhan. Jika termakan
induk semang definitif larva menjadi stadium 4 dan berubah dewasa. Dikenal ada

106
34 jenis cacing dan 2 berada pada ayam. Ukuran trichostrongylus bervariasi
antara 3-8 mm dengan diameter 50-60 mikron. Spesies yang telah dikenal antara
lain:
- Trichostrongylus axei, T. longispicularis, T. colubriformis, T. capricosa, T. vitrinus, T.
affinis. Spesies ini hidup parasit pada usus halus dan kadang-kadang pada
abomasum sapi, kambing, domba dan ruminansia lain.

Gambar 108. Trichostrongylus axei.

- Trichostrongylus tenuis terdapat pada usus halus dan sekum ayam dan bangsa
unggas lainnya diseluruh dunia. Ukuran jantan 5-9 mm dan betina 6-11 mm
dengan diameter 65 mikron.

Gambar 109. Trichostrongylus tenuis.

107
10. Haemonchus. Cacing ini merupakan parasit penting untuk ternak domba dan
sapi. Kepala berdiameter kecil 50 mikron dengan mulut seperti lanset. Silus hidup
mirip dengan trichostrongylus. Spesies yang penting antara lain:
- Haemonchus contortus. Merupakan cacing lambung besar atau disebut barbepole
atau cacing lambung berpilin atau cacing kawat ruminansia. Terdapat pada
abomasum sapi, kambing, domba dan ruminansia lainnya bahkan manusia dan
menyebar di seluruh dunia. Cacing ini patogen terhadap domba muda diseluruh
daerah panas dan lembab. Ukuran jantan 10-20 mm (panjang), berdiameter 400
mikron, betina 18-30 mm (panjang), diameter 500 mikron.

Gambar 110. Haemonchus contortus.

- Haemonchus placei merupakan cacing abomasum pada sapi, tetapi dapat juga
menginfeksi domba dan ruminansia lain. Ciri-cirinya hampir sama dengan
haemonchus lainnya.

Gambar 111. Haemonchus placei.

108
- Haemonchus similis. Terdapat pada abomasum sapi dan domba. Cacing ini lebih
kecil dibanding jenis lainnya dengan ukuran jantan 8-13 mm dan betina 12-17
mm dengan diameter 150-210 mikron.

Gambar 112. Haemonchus similis.

11. Ostertagia. Cacing ini merupakan cacing lambung sedang yang terdapat pada
ruminansia. Siklus hidupnya sama dengan trichostrongylus. Spesies yang telah
dikenal ada 35 jenis, diantaranya:
- Ostertagia ostertagi. Merupakan cacing pada abomasum sapi, domba, kambing
dan ruminansia lainnya. Cacing ini berwarna coklat kemerahan dan sering
ditemukan pada daerah kering sedikit lembab pada daerah dingin. Ukuran jantan
6-8 mm (panjang), diameter 220-230 mikron, betina 8-10 mm (panjang),
diameter 230 mm.

Gambar 113. Ostertagia ostertagi.

109
- Jenis lain: O . bisonis, O. lyrata, O. occidentalis, O. trifurcate. Cacing ini semua
terdapat pada abomasum domba, sapi, kambing tetapi tidak semua ada pada sapi.
Ukuran bervariasi sesuai jenisnya, antara 7-9 mm.
12. Cooperia. Cacing ini terdapat pada usus ruminansia dengan ciri kepala
menggembung seperti bungkul. Siklus hidupnya mirip strongyllus dan terdapat 20
jenis cacing, diantaranya:
- Cooperia oncophora. Terdapat pada usus halus domba, kambing, sapi dan
ruminansia lain di seluruh dunia. Ukuran jantan 5-9 mm (panjang) dan betina 6-8
mm. Betina ditandai dengan adanya pembesaran di daerah alat kelamin.

Gambar 114. Cooperia oncophora.

- Jenis lain diantaraya C. pectinata, C. punctata, C. spatulata dan C. surnabada. Cacing


ini semua merupakan parasit pada usus halus ruminansia seperti kambing,
domba dan sapi di seluruh dunia.
13. Marshallagia. Cacing ini terdapat pada abomasum domba dan kambing di
seluruh dunia tetapi tidak terdapat pada sapi. Spesies yang telah diketemukan
adalah Marshallagia marshalli. Ukuran jantan 10-13 mm (panjang) dan betina
12-20 mm. Siklus hidupnya sama dengan nematodirus.

110
Gambar 115. Telur cacing Marshallagia marshalli.

14. Nematodirus. Cacing ini keluarga trichostrongylus, berleher benang atau tipis.
Tubuhnya sangat ramping. Siklus hiupnya: telur keluar bersama feses berisi 4-8
sel, dalam waktu 1-4 minggu berubah menjadi larva infektif sekalipun masih
berada di dalam telur. Ternak terinfeksi jika memakan telur yang berlarva. Setelah
berada pada mukosa usus halus larva fase ke empat kemudian berubah menjadi
dewasa. Spesies cacing ini antara lain:
- Nematodirus spathiger. Hidup pada usus halus domba, kambing, sapi, ruminansia
piaraan dan ruminansia lainnya. Ukuran jantan 10-19 mm (panjang) dengan
diameter 180-220 mikron, betina 15-29 mm dengan diameter 460 mikron.

Gambar 116. Nematodirus spathiger.

111
- Jenis lain seperti N. helvetianus, N. fillicollis, N. abnormalis, N. lanceolaus. S Semua
cacing ini terdapat pada usus halus domba, kambing, sapi dan ruminansia lainnya
di seluruh dunia. Cacing jantan 15-19 mm (panjang), diameter 900-1250 mikron,
betina 18-25 mm, diameter 700-1100 mikron bergantung pada jenisnya.
15. Hyostrongylus. Cacing ini memiliki keluarga (genus) yang berjumlah banyak
dianataranya Ornithostrongylus, Nippostrongylus, Hystrongylus, dan
Nemastrongylus yang semuanya hidup dalam usus halus dan abomasum hewan.
Cacing ini relatif kecil dengan ukuran jantan 4-12 mm (panjang) dan betina 6-18
mm, bergantung pada jenisnya.

Gambar 117. Hyostrongylus.

16. Dictyocaulus. Genus ini terkenal dengan sebutan cacing paru-paru yang umum
pada hewan. Cacing ini bertelur dalam bronchi dan menetas disitu juga, kemudian
larva keluar bersama lendir dari hidung atau mulut. Spesies cacing ini
diantaranya:
- Dictyocaulus viviparus. Merupakan cacing paru-paru sapi. Hidup pada bronchi dan
brochiola. Panjang jantan 1,7-5 cm dan betina 2,3-8 cm dengan diameter 500
mikron.

112
Gambar 118. Dictyocaulus viviparus.

- Dictyocaulus filaria. Terdapat pada paru-paru domba, kambing dan ruminansia


liar di seluruh dunia. Panjang jantan 2,5-8 cm dan betina 4,5-11 cm dengan
diameter 550 mikron.

Gambar 119. Dictyocaulus filaria.

17. Heterakis. Cacing ini berada pada sekum (usus buntu) dan masih serumpun
dengan ascaridia. Dikenal Heterakis gallinarum yang merupakan cacing sekum
pada ayam dan jenis burung lainnya di seluruh dunia. Panjang jantan 4-14 mm
dengan diameter 115 mikron, betina 8-15 mm.

113
Gambar 120. Heterakis gallinarum.

18. Ascaris, Neoascaris, Parascaris dan Ascaridia.


Ascaris, Neoascaris, Parascaris, Ascaridia, dan Toxocara merupakan serumpun
cacing dengan bentuk tubuh yang mirip satu sama lain. Kelompok ini rata-rata
memiliki bentuk tubuh yang tebal, bulat dan besar. Secara umum cacing jantan
tidak memiliki bursa. Bersifat anaerob baik pada cacing dewasa maupun larvanya.

Gambar 121. Kumpulan cacing Ascaris suum.

a. Ascaris, merupakan cacing besar dengan ukuran panjang pada jantan 15-25 cm
dengan diameter 4 mm, sedang betina dengan panjang 20-40 cm dan diameter 5-

114
6 mm. Berwarna putih kekuningan hingga kecoklatan. Siklus hidupnya langsung.
Sebagai contoh Ascaris suum pada babi: cacing betina bertelur keluar bersama
tinja sebanyak 1-1,6 juta buah perhari atau rata-rata per menit ± 650 buah.
Bentuk telur oval dengan permukaan benjol-benjol kasar. Telur yang bertunas
akan membentuk larva infektif dalam waktu 3 minggu atau 30-40 hari jika pada
suhu 18-20oC. Induk semang akan terinfeksi jika menelan telur infektif. Larva baru
menetas jika terkena getah lambung dan keluar larva fase 1. Larva biasanya
melakukan migrasi dengan menembus dinding usus, ikut pembuluh limfe menuju
mesentrium, hati dan ada kalanya mengikuti aliran darah menuju jantung terus ke
paru-paru dan berubah menjadi larva fase 2 selama 4-5 hari. Dari paru-paru larva
menembus alveoli menuju bronkiola, bronchus dan trachea dalam waktu 5-6 hari
dan berubah menjadi larva fase 3. Dari trachea cacing bisa dibatukkan keluar atau
tertelan menuju saluran pencernaan. Pada usus halus larva berubah menjadi larva
fase 4 kemudian menjadi dewasa dalam waktu 2-3 minggu. Dari jenis ascaris yang
penting sebagai parasit adalah:
Ascaris suum. Terdapat pada usus halus babi diseluruh dunia. Larvanya bisa
terdapat pada domba dan hewan lainnya bahkan pada manusia.
Ascaris lumbricoides. Terdapat pada manusia dan primata lainnya diseluruh dunia.
Ascaris columnaris. Terdapat pada usus halus hewan liar. Ukuran panjang cacing
jantan 9 cm dan betina mencapai 22 cm.
b. Parascaris, cacing ini lebih besar dan lebih tebal dibanding Ascaris. Morfologi
cacing mirip dengan ascaris. Spesies yang dikenal adalah: Parascaris equorum.
Terdapat pada usus halus kuda dan sejenisnya di seluruh dunia. Ukuran panjang
cacing jantan 15-28 cm dengan diameter 3-6 mm dan betina dengan panjang 18-
50 cm, diameter 8 mm.

115
Gambar 122. Parascaris equorum.

c. Neoascaris. Cacing ini terdapat pada usus halus sapi dan ruminan besar lainnya
seperti kambing, domba di seluruh dunia. Spesies cacing ini adalah Neoascaris
vitulorum yang menyerang usus halus sapi dan ada kalanya terdapat pada
mesentrium. Ukuran panjang cacing jantan 15-26 cm, diameter 3-5 mm, sedang
betinanya dengan panjang 22-30 cm dan diameter 5-6 mm. Siklus hidupnya
berbeda dengan Ascaris suum. Anak sapi bisa terinfeksi larva cacing melalui
placenta dari induknya.

Gambar 123. Neoascaris vitulorum.

d. Askaridia (cacing kawat/Ascaridia gallii). Menyerang bangsa unggas, seperti


ayam, kalkun, dan burung diseluruh dunia. Bentuk cacing bulat memanjang

116
dengan warna putih kekuningan. Panjang cacing jantan 30-80 mm, diameter 0,5-
1,2 mm, dan betinanya 6-12 cm, diameter 0,9-1,8 mm. siklus hidup berjalan secara
langsung yaitu telur infektif tertelan atau larva fase 2 tertelan masuk
proventrikulus. Telur kemudian menetas menjadi larva. Larva menembus dinding
usus dan ada yang tetap dalam lumen usus. Larva fase 2 hingga ke 4 memerlukan
waktu 18-22 hari kemudian berubah menjadi dewasa. Pada kasus yang parah
cacing dewasa bisa memenuhi usus halus ayam hingga terjadi penyumbatan usus
yang berakibat fatal bagi ayam. Dari spesies ini dikenal Askaridia galli, A.
dissimillis, A. compar.

Gambar 124. Ascaridia gallii.

19. Oxyuris. Dikenal juga sebagai cacing peniti yang terdapat pada usus besar kuda
dan keledai di seluruh dunia. Untuk mendapat makanan cacing ini bercampur
dengan isi kolon. Panjang jantan 9-12 mm, sedang betina panjangnya 40-150 mm.
Siklus hidupnya langsung dimana cacing betina mengeluarkan telurnya di sekitar
anus dan dalam waktu 1-1,5 hari telur menetas. Setelah 3-5 hari larva infektif
langsung menginfeksi usus. Telur yang tidak menetas akan jatuh ke tanah
kemudian termakan oleh kuda, baru setelah sampai ke usus halus telur menetas.
Larva fase ke 3 masuk dalam sekum dan lipatan usus besar, setelah 3-10 hari larva
tersebut memakan mukosa usus hingga umur 50 hari baru menjadi cacing
dewasa.

117
20. Trichinella. Cacing ini merupakan penyebab trikinelosis pada manusia dan
mamalia di seluruh dunia. Cacing ini bentuk dewasanya kecil sekali dan hidup
pada urat daging dengan membentuk kista dalam jumlah yang sangat banyak
sehingga menyebabkan sakit serius. Dikenal satu spesies cacing yaitu Trichinella
spiralis yang merupakan cacing nematoda yang hidup pada urat daging/otot
manusia, babi, tikus dan hewan mamalia lainnya. Cacing jantan memiliki panjang
1,4-1,6 mm dengan diameter 40 mikron sedang panjang cacing betina 3-4 mm
dengan diameter 60 mikron. Cacing ini menetaskan telurnya pada uterus,
kemudian larva menembus otot dengan membentuk kista.

Gambar 125. Trichinella spiralis.

Jika kista cacing dalam daging termakan oleh manusia atau hewan lainnya, maka
larva akan bebas kemudian menembus mukosa usus halus dan berubah mejadi
cacing dewasa dalam 4-6 hari. Cacing dewasa segera kawin. Cacing jantan akan
mati dan betina akan ikut aliran limfe, bertelur dan larvanya akan berkembang
dalam otot. Pembentukan kista dalam otot membutuhkan waktu 3 bulan, dan
kista akan mengapur dalam waktu 6-9 bulan. Larva dalam kista tersebut akan
tetap hidup dalam otot selama 11 tahun.
21. Filaria. Kelompok cacing ini terdiri dari beberapa jenis cacing yang semuanya
memiliki bentuk panjang, tipis dan hidup diluar organ pencernaan. Cacing betina
mengeluarkan larva stadium pertama yang disebut mikrofilaria dan biasanya

118
terdapat pada pembuluh darah dan limfe. Semua jenis mikrofilaria memerlukan
induk semang antara penggigit (nyamuk, kutu, lalat, tungau). Mikrofilaria
merupakan parasit penting bagi manusia sebab dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh limfe yang menyebabkan penyakit kaki gajah. Jenis
cacing golongan filaria, diantaranya:
a. Dipetalonema Sp. Panjang jantan 9-17 mm dengan diameter 97-106 mikron,
betina dengan panjang 20-32 mm dan diameter 180 mikron. Mikrofilaria tidak
berselubung, terdapat dalam darah. Induk semang antara sejenis pinjal penghisap
darah.
b. Dirofilaria sp. Cacing ini hidup pada jantung dan pembuluh darah paru-paru pada
anjing, kucing termasuk manusia. Panjang cacing jantan 12-20 cm, diameter 0,7-
0,9 mm, sedang betina dengan panjang 25-30 cm dan diameter 1-1,3 mm.
Mikrofilaria terdapat pada darah dan tidak memiliki selubung. Induk semang
antara adalah nyamuk. Hospes tertular jika digigit nyamuk kemudian mikrofilaria
menuju jaringan submuskuler, adeposa atau serosa dan berubah menjadi larva
fase 4 dengan panjang 25-110 mm kemudia menuju vena. Ada kalanya
mikrofilaria membentuk kista dalam paru-paru manusia dan tidak berkembang
menjadi dewasa normal.
c. Onchocerca sp dan Elaeophora sp, merupakan cacing yang hidup pada dinding
arteria iliaka, arteria mesenterika dan arteri lainnya pada domba, rusa. Cacing
jantan panjangnya 65 mm dengan diameter 750 mikron, sedang cacing betina 11-
22 cm dengan diameter 750-810 mikron. Mikrofilaria terdapat pada kulit kepala.
Induk semang antara adalah lalat tabanus.
d. Stefanofilaria sp. Cacing ini hidup pada permukaan kulit sapi terutama pada kulit
sekitar mata, leher dan ponok/gumba. Panjang cacing jantan 3-3,5 mm dengan
diameter 50 mikron, cacing betina dengan panjang 5,5-60 mm dan diameter 100-
110 mikron. Induk semang antara lalat hitam.
e. Setaria cervei. Cacing ini terdapat pada rongga peritonium sapi, biri-biri dan
ruminansia lain. Panjang cacing jantan 40-60 mm dengan diamater 380-450

119
mikron, betina dengan panjang 60-120 mm dan diameter 0,6-0,9 mm.
Mikrofilarianya hidup dalam darah.
f. Wuchereria sp dan Brugia sp. Cacing ini terdapat pada pembuluh limfe dan
limfoglandula manusia. Panjang cacing 3-10 cm dengan diamater 240-300 mikron.
Induk semang antara adalah semua jenis nyamuk.

Gambar 126. Proses terjadinya filariasis.

22. Trichuris. Cacing ini disebut juga cacing cambuk. Bentuknya sepert cambuk/
cemeti. Cacing ini terdiri dari beberapa spesies, diantaranya:
a. Trichuris ovis. Merupakan cacing cambuk pada ruminansia yang terdapat pada
sekum dan kolon pada sapi, domba, kambing dan rusa di seluruh dunia. Panjang
cacing jantan 5-8 cm dan betina 4-7 cm, dengan diameter 500 mikron.
b. Trichuris discolor. Merupakan cacing cambuk yang terdapat pada sekum sapi,
kerbau, kambing, domba dan ruminansia lainnya diseluruh dunia. Cacing ini
sedikit berbeda dibanding dengan T. ovis. Cacing ini lebih ramping dan pendek.
120
c. Jenis lainnya adalah Trichuris suis yang terdapat pada babi, T. campanula terdapat
pada kucing, T. trichiura terdapat pada manusia, T. vulvis terdapat pada anjing.

Gambar 127. Trichuris spp.

23. Capillaria. Cacing ini mirip dengan Trichuris tetapi lebih ramping. Cacing ini
menyerang bangsa ruminansia, unggas, amfibi dan reptilia. Diantara sekian
banyak cacing ini yang penting diantaranya:
a. Capillaria bovis, terdapat pada usus halus sapi, kerbau, domba dan kambing
diseluruh dunia. Panjang cacing antara 13-25 mm dengan diameter 80-115
mikron.
b. Capillaria brevipes.

Gambar 128. Capillaria spp.

24. Thelazia, adalah cacing berwarna putih/transparan dengan panjang antara 8-21
mm dan diamater 100-130 mikron. Dikenal Thelazia rhodesii yang merupakan
cacing pada selaput lendir mata sapi, domba, kambing dan kerbau. Ternak
terinfeksi melalui lalat yang membawa larva cacing.

121
25. Oxyspirura. Merupakan cacing berwarna putih/transparan dengan panjang
antara 3-4 mm dengan diamater 10-16 mikron. Dikenal Oxyspirura mansoni yang
merupakan cacing pada selaput lendir mata ayam dan jenis unggas lainnya.
Ternak terinfeksi melalui lalat yang membawa larva cacing.

Gambar 129. Oxyspirura mansoni.

26. Tetrameres. Adalah cacing globuler pada lambung ayam. Cacing ini terdapat
pada dinding proventrikulus ayam, burung dan belibis. Cacing jantan panjangnya
5-5,5 mm dengan diameter 115-130 mikron, betina dengan panjang 3,5-5 mm dan
lebar 3 mm. Induk semang antara adalah belalang dan kecoa.

Gambar 130. Tetrameres americana.

122
Tabel 13. Langkah kerja pengamatan parasit.

No Langkah Kerja Penjelasan


1 2 3
A. Lakukan Pemeriksaan Morfologi Cacing
1. Siapkan alat untuk mengamati endoparasit.
Ukur tubuh cacing dengan alat mistar atau mikrometer
tentang:
a. Panjang
b. Diameter.
2. Amati bentuk anggota badan
a. Mulut penghisap.
b. Pencernaannya
3. Gambarlah pada buku gambar.

3. Refleksi

1. Diantara cacing golongan cestoda, nemathoda dan thrematoda, cacing mana yang
paling berbahaya bagi kesehatan ternak, jelaskan berdasarkan pendapat Saudara!
2. Menurut Saudara cacing apa yang memiliki siklus hidup paling panjang dari jenis
cacing nemathoda, cestoda dan thrematoda, jelaskan pendapat Saudara berikut
siklus hidupnya !
3. Untuk memeriksa adanya telur cacing dalam feses, metode apa yang saudara pilih
untuk diaplikasikan dalam kegiatan selanjutnya ?
4. Apa maksud dan tujuan menetaskan telur cacing dalam pemeriksaan
laboratorium?
5. Bagaimana sikap Saudara jika diketemukan cysticercus dalam daging ternak?

4. Tugas.

a) Kerjakan secara berkelompok


1. Lakukan pemeriksaan telur cacing dari jenis ternak: ayam, itik, kambing dan sapi
baik ternak yang ada di kampus atau dari luar kampus

123
2. Gunakan metoda pemeriksaan yang Saudara kehendaki minimal 2 metode.
3. Lakukan penetasan telur cacing dan amati larvanya.
4. Buat laporan berikut gambar telur cacing dan larvanya
5. Kumpulkan dalam waktu 2 minggu setelah penugasan.

b) Buat sistematika jenis parasit cacing dan predileksinya pada ternak dengan
mengisi form dibawah ini.

Tabel 14. Predileksi Jenis Cacing pada Ternak (Unggas, Kambing/Domba, Sapi/kerbau,
Babi *)

No Organ Cestoda Thrematoda Nematoda Ket.


(nama cacing) (nama cacing) (nama cacing)
Predileksi
1 Kepala
2 Pernafasan
3 Pencernaan
4 Dst….

Ketentuan :
- Kelompok 1. Cacing pada unggas
- Kelompok 2. Cacing pada kambing/domba
- Kelompok 3. Cacing pada sapi/kerbau
- Kelompok 4. Cacing pada babi
- Kelompok 5. Cacing pada kuda.
- Kelompok 6. Cacing pada hewan kesayangan.
5. Tes Formatif.

1. Cacing trematoda yang berpredileksi pada saluran peredaran darah adalah......


2. Fase infektif dari parasit cacing saluran peredaran darah adalah fase…................
3. Echinostoma adalah cacing trematoda yang menyerang pada ternak/hewan:…..
4. Penularan enchinostoma melalui fase infektif dalam bentuk…....................................
5. Cacing trematoda yang berpredileksi pada hati adalah cacing hati atau
disebut….............................................................................................................................................
6. Fase infektif untuk induk semang perantara untuk cacing hati adalah fase….....
7. Fase infektif untuk induk semang definitif untuk cacing hati adalah fase…........
8. Larva Cacing hati saat meninggalkan tubuh siput dalam bentuk fase …….........
9. Apa akibat yang mungkin terjadi jika ternak terserang cacing hati?
10. Cacing berbentuk bungkul bulat lonjong dari golongan trematoda yang
berpredileksi pada rumen dan retikulum ternak ruminasia adalah…
11. Fase infektif dari cacing bungkul tersebut adalah setelah meninggalkan siput
darat dalam bentuk. ……………
124
12. Cacing Notokotylus kebanyakan menyerang ternak:
13. Cacing trematoda yang khusus menyerang hewan kesayangan adalah jenis…
14. Larva cacing cestoda . yang harus dicermati keberadaannya saat kita
melakukan pemeriksaan daging adalah adanya…..
15. Larva cacing yang berada pada daging/otot berasal dari jenis cacing
16. Otot yang menjadi predileksi larva cacing cestoda adalah otot….
17. Echinococcus yang banyak menyerang domba dan sapi adalah spesies…
18. Moniezia espanza dapat menyerang ternak………
19. Cacing pita pada ayam yang berbentuk ruas-ruas panjang hingga 30 cm disebut
20. Ciri khusus cacing Thysanosoma sp yang menyerang usus halus dan empedu
domba dan ruminansia lainnya adalah..
21. Tetrameres americana adalah golongan cacing cestoda yang menyerang….
22. Cacing gilik yang memiliki ciri khusus berupa kait pada bagian anteriornya…
23. Strongyloides merupakan cacing kecil dimana induk semang dapat terinfeksi
melalui cara………….
24. Cacing kait yang khusus menyerang ruminansia terutama pada domba adalah:
25. Cacing yang secara awam dikenal sebagai cacing benjol dan menyerang
ruminansia disebut cacing………..
26. Cacing Strongylus sp kebanyakan diketemukan pada hewan………..
27. Cacing rambut sebagai penyebab diare hitam disebut juga cacing.
28. Cacing yang banyak diketemukan pada domba dan sapi dengan ciri berpilin
seperti kawat adalah
29. Cacing dengan ciri tubuh tebal dan bulat dengan panjang 15-30 cm berwarna
putih kekuningan hingga kecoklatan dan mampu bertelur 1-1,6 juta/hari
adalah jenis cacing.
30. Cacing nemathoda yang hidup pada selaput lendir mata pada ternak adalah
31. Cacing peniti yang terdapat pada kuda disebut juga cacing
32. Cacing nematoda yang hidup pada otot manusia dan hewan disebut…
33. Cacing penyebab kaki gajah pada manusia disebut cacing.
34. Spesies cacing yang hidup pada kulit sapi dan menyebabkan penyakit kaskado
atau selakarang adalah…
35. Cacing cambuk yang menyerang ruminansia (sapi, domba dan kambing)
disebut juga cacing…
36. Pada ternak ruminansia cacing capilaria berpredileksi pada organ…
37. Untuk pemeriksaan telur cacing secara pewarnaan natif digunakan bahan
38. Pada pemeriksaan telur cacing secara apung, biasanya spesimen di sentrifus
selama
39. Bahan yang digunakan untuk uji sedimen dan apung adalah
40. Menetaskan telur cacing bertujuan untuk mengetahui adanya….

125
Kunci Jawaban Test Formatif :

No Jawaban No Jawaban
1 Schistozoma 21 Anchilostoma
2 Cercaria 22 Kulit dan hospes sementara
3 Unggas dan mamalia 23 Bunostomum
4 Mirasidium dan memakan induk 24 Oesophagustomum
semang antara 25
5 Fasciola hepatica atau F. igantica 26 Kuda
6 Miracidium 27 Trichostrongilus
7 Metacercaria 28 Haemonchus
8 Redia 29 Ascaris/ ascaridia
9 - Kerusakan jaringan hati 30 Telasia dan oxispirura
berupa sirosis hepatis hingga 31 Oxyuris
80 %. 32 Trichenela
- Ichterus/ikterus atau pucat 33 Filaria
kekuningan pada konjungtiva 34 Stefaofilaria
mata akibat terikutnya cairan 35 Trichuris
empedu dalam alirn darah 36 Usus halus
10 Paramphistomum 37 Eosis 1 %
11 Cercaria. 38 3 menit
12 Unggas (ayam, itik, angsa) 39 Larutan NaCL Jenuh
13 Cryptocotyle. 40 Larva cacing
14 Cestiserkosis sp
15 Teniea sp
16 Musculus Maseter, M. intercostae.

126
17 Echinococcus granulosum
18 Domba, sapi dan ruminansia lain
19 Reilitinia sp
20 Berjumbai
C. Penilaian

1. Penilaian Sikap

No Ranah Penialain Nilai Keterangan


40-80
1 Keaktifan dalam praktek
2 Keaktifan bertanya dan menjawab
3 Ketepatan waktu saat mengumpulkan tugas
4 Keaktifan mengkomunikasikan hasil
pengamatan secara kelompok.
5 Ketepatan mengambil kesimpulan untuk
mengaplikasi ilmu.

2. Penilaian Pengetahuan

No Nama Siswa Nilai yang diperoleh dari Jumlah Rata-rata


Refleksi Tugas Formatif
40-90 40-90 0-100

127
3. Penilaian Keterampilan

No Ranah Penialain Nilai Keterangan


40-90
1. Ketepatan menggunakan alat
2. Kerapihan membuat gambar hasil observasi
3. Kerapian merawat alat
4. Keruntutan/sistematik kerja saat observasi
5. Kebersihan mencuci/merawat alat
6. Kebenaran mengidentifikasi Endoparasit

Kegiatan Pembelajaran V: Identifikasi Parasit Protozoa (Endoparasit)

A. Dekripsi

Protozoa merupakan golongan hewan bersel tunggal. Sekalipun demikian di dalam


tubuhnya terdapat organel-organel sel yang kompleks. Sel protozoa merupakan sel
Eukaryotik dengan satu inti yang diselubungi oleh membran tipis. Kondisi ini berbeda
dengan bakteri yang selnya merupakan gugus Prokaryotik dimana bahan-bahan inti
tidak terpisah dengan sitoplasma (cairan sel). Kebanyakan Protozoa memiliki inti sel
128
vesikuler yang mengandung DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). DNA protozoa dapat
dibedakan menjadi 2 tipe: jika DNA protozoa bereaksi negatif terhadap reaksi Feulgen
disebut sebagai ENDOSOMA, tetapi jika DNA-nya bereaksi secara positif terhadap
Feulgen maka disebut NUKLEUS.
Protozoa ada yang bisa bergerak (motil) dan ada yang tidak bisa bergerak (amotil).
Alat gerak protozoa berupa: silia (jumbai), flagela (bulu getar/cambuk), pseudopoda
(kaki semu yang bisa ditarik/disimpan), selaput undulasi (seperti sirip) dan cara
bergerak lainnya adalah dengan cara membengkokkan dan meluruskan tubuh.
Berdasarkan cara mendapatkan makanannya protozoa dibedakan menjadi 4 type :
a. Autotrofik yaitu mengubah bahan makanan anorganik menjadi protein,
karbohidrat dan lemak yang dilakukan secara absorbsi bahan dari luar tubuhnya.
b. Holofitik yaitu menyerupai tanaman dimana protozoa melakukan fotosintesis
dalam klorofil yang ada dalam kromatofora pada tubuhnya.
c. Holozoik yaitu menyerupai hewan dimana makanan ditelan melalut mulut semu
atau mulut permanen.
d. Saprozoik yaitu melalui osmosis atau difusi menembus dinding sel yang dikenal
dengan sistem pinositosis.
Sistem reproduksi protozoa secara garis besar ada dua yaitu membelah diri langsung
secara binner dan ada yang secara seksual (kawin).

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

a. Mampu mengidentifikasi parasit protozoa dalam darah dan organ lain berdasar
bentuk dan morfologinya.
b. Mampu menjelaskan siklus hidup protozoa berdasarkan perilaku keparasitannya.

2. Uraian Materi

129
a. Protozoa Golongan Flagelata :

1. Trypanosoma. Merupakan hewan bersel tunggal, berbentuk bulat memanjang. Di


bagian punggung terdapat membran undulan atau sebangsa sirip yang berlekuk-
lekuk mulai dari bagian kepala hingga batas ekor sebagai alat gerak. Protozoa ini
merupakan parasit ekstra sel yang berada pada darah hewan ruminansia yang
bersifat patogen dan kurang patogen. Induk semang pada hewan peliharaan
antara lain pada: sapi, kerbau, kuda dan pada unggas atau bangsa burung.
Trypanosoma ditularkan oleh hewan artropoda penghisap darah sepeti lalat pitak
atau Tabanus sp. yang berperan sebagai vektor mekanis.

Beberapa spesies trypanosoma yang penting sebagai parasit:


a. Trypanosoma theileri. Terdapat pada darah sapi di seluruh dunia tetapi tidak
begitu patogen.

Gambar 138. Trypanosoma theileri.


b. Trypanosoma melophagium. Terdapat pada darah domba di seluruh dunia dan
tidak patogen
c. Trypanosoma cruzi. Terdapat pada darah manusia dan hewan piaraan, berifat
pathogen, dapat menimbulkan kematian pada manusia atau hewan. Bentuk muda
terdapat dalam darah, akhirnya memasuki otot berserat melintang pada jantung.
Panjang parasit 1,5-4 mikron.

130
Gambar 139. Trypanosoma cruzi.

d. Trypanosoma brucei. Terdapat pada mamalia peliharaan. Parasit ini merupakan


penyakit patogen pada hewan peliharaan tetapi kurang patogen pada hewan liar.
Panjang parasit antara 29-42 mikron.

Gambar 140. Trypanosoma brucei.


e. Trypanosoma evansi. Parasit ini menyebar di Asia, Afrika hingga Amerika. Parasit
ini menimbulkan penyakit surra. Panjang parasit 15-34 mikron. Terdapat pada
darah dan limfe. Ditularkan oleh lalat tabanus sebagai vektor mekanis.

131
Gambar 141.Trypanosoma dalam biakan darah mencit.

Gambar 142.Trypanosoma dalam darah kuda.

Gambar 143. Trypanosoma dalam darah sapi

132
Gambar 144. Siklus hidup Trypanosomiasis.

2. Leishmania. Parasit ini menyerang manusia, anjing dan mamalia liar lainnya
dengan predileksi pada sistem makrofag dan sistem pertahanan tubuh lainnya
seperti kulit, hati dan limpa. Spesies yang terkenal adalah Leishmania donovani
dan Leishmania tropica. Kedua spesies ini lebih sering menyerang pada bagian
kulit dengan membentuk benjolan-benjolan (ulcera) dan bersifat zoonosis.

133
Gambar 145. Kasus Leishmania berat.

3. Trichomonas. Parasit ini memiliki flagelum 3 buah, bentuk tubuh oval seperti
buah pir dan ada yang berbentuk kumparan. Parasit ini bisa menyebabkan
keguguran kandungan hingga pyometra (timbunan nanah pada uterus). Terdapat
pada alat kelamin sapi (uterus, vagina dan alat kelamin jantan). Panjang parasit 1-
25 mikron dengan lebar 3-15 mikron dengan bentuk seperti kumparan hingga
menyerupai buah pir. Hewan terinfeksi melalui perkawinan dengan hewan carrier.
Dalam parasitologi parasit ini dikenal ada beberapa jenis, diantaranya:
 Trichomonas foetus. Merupakan penyebab keguguran dan pyometra pada sapi.
Ditemukan pada uterus dan vagina sapi betina dan pada alat kelamin sapi jantan.

Gambar 146. Trichomonas foetus.

 T. suis. Terdapat pada organ hidung dan alat pencernaan babi


 T. enteris. Terdapat pada sekum dan kolon sapi.
 T.eberthi. Terdapat pada sekum ayam dan kalkun.
 T. equi. Terdapat pada kolon dan sekum kuda.
4. Trichomonas. Ciri parasit ini memiliki flagela 4 buah, berbentuk lonjong. Dikenal
ada beberapa jenis, diantaranya :
a. Trichomonas tenax. Terdapat pada sekeliling gusi dan gigi manusia.
b. Trichomonas vaginalis. Merupakan penyebab penyakit keputihan pada wanita.
134
c. Trichomonas galinae. Terdapat pada organ pencernaan unggas bagian atas.

Gambar 147. Trichomonas galinae.

5. Histomonas meleagridis. Parasit ini berbentuk bulat dengan flagela berada pada
bagian atas tubuh. Berkembang biak secara pembelahan ganda, tidak berkista.
Terdapat pada kalkun, ayam dan unggas lain dengan menyebabkan penyakit
kepala hitam/black head disease. Parasit ini diketemukan pada hati dan sekum.
Penularan penyakit antar bangsa burung terjadi karena menelan telur cacing
Heterakis gallinae.

Gambar 148. Histomonas meleagridis.

A. Golongan Amuba dan Apicomplexa

1. Entamoeba. Merupakan parasit pada organ pencernaan dengan ditandai disentri


yang hebat baik pada manusia maupun pada hewan. Jenis ini ada yang tidak

135
patogen. Bentuk parasit ini bulat hingga sedikit lonjong dengan ukuran 12-30
mikron. Jenis entamuba yang penting, diantaranya:
a. Entamoeba histolytica. Parasit ini menyerang manusia pada fase merozoid dengan
menembus lumen usus. Saat berada dalam usus bersifat komensali. Ukuran
parasit 12-30 mikron.
b. Entamoeba colli. Parasit ini hampir sama dengan E.histolytica tetapi lebih besar
dengan ukuran 20-30 mikron.

Gambar 149. Entamoeba colli.

2. Endolimax. Merupakan parasit yang mirip dengan entamoeba tetapi rata-rata


tidak patogen sehingga harus dibedakan/menjadi defferential diagnose dari jenis
Entamoeba histolytica maupun Entamoeba colli.

B. Golongan Coccidia/Emeria dan Isospora.

Coccidia disebut juga Emeria adalah hewan bersel tunggal, tidak dapat bergerak
dengan bentuk sedikit lonjong (oval). Protozoa ini merupakan penyebab sakit berak
darah pada bangsa unggas dan ternak lainnya seperti sapi, kambing, domba dan babi
yang dikenal dengan penyakit coccidiosis. Di Indonesia penyakit ini banyak terdapat
pada usaha peternakan ayam yang dipelihara pada kandang berlantai litter.

136
Emeria/coccidia memiliki daur hidup yang lengkap dan semua spesies sama, dengan
siklus sebagai berikut: telur dikenal dengan nama ookista keluar bersama feses yang
memerlukan oksigen untuk berkembang menjadi ookinet. Setiap ookinet menjadi 4
buah sporoblas dan masing-masing sporoblas berubah menjadi sporokista yang
didalamnya terdapat 2 buah sporozoit. Jika Ookista atau sporokista tertelan ayam,
maka selubung sporokista akan terlepas dan keluarlah sporozoitnya. Sporozoit akan
masuk dalam vili-vili usus halus hingga usus besar ayam, bergantung pada jenisnya. Di
dalam vili-vili usus sporozoid tumbuh dan membelah diri menjadi meron generasi
pertama, kemudian tumbuh dan membelah diri menjadi kira-kira 900 merozoid
generasi pertama. Semua merozoid merusak sel induk semang dan mencari sel-sel
baru, kemudian berubah bentuk menjadi meron generasi kedua. Meron ini tumbuh
dan membelah diri menjadi 200-300 merozoid generasi kedua. Merozoid keluar dari
sel induk semang dan mencari sel yang baru. Ada kalanya merozoid ini melakukan
aktifitasnya hingga meron generasi ke 3-4. Setelah itu merozoid akan melakukan
perkawinan dengan membentuk makrogamet (sel betina) dan mikrogamet (sel
jantan). Mikrogamet keluar untuk membuahi makrogamet dan terbentuk zygote.
Zygote kemudian membungkus dirinya dengan selubung tipis yang disebut o ookista.
Berdasarkan uraian ini maka setiap ookista yang terbentuk secara teori bisa
menghasilkan ± 2,5 juta merozoit yang menginfeksi usus hingga mengeluarkan darah
dari hospes dan menimbulkan berak darah.

137
Gambar 150. Siklus hidup Coccidiosis pada Usus Ayam.

Gambar 151. Beberapa bentuk Emeria sp. pada ayam

Tabel 15. Jenis Emeria dan Predileksi pada Usus Ternak Unggas.
1. Emeria necatrix menyerang usus halus

138
(yeyunum dan illeum bagian depan).

2. Emeria hagani menyerang duodenum ayam.

3. Emeria brunetti menyerang illeum atau


usus halus bagian akhir.

4. Emeria acervulina menyerang duodenum


hingga bagian depan yeyunum
5. Emeria mitis menyerang hampir seluruh
usus halus mulai duodenum, yeyunum dan
illeum.
6. Emeria praecox menyerang duodenum

7. Emeria tenella menyerang usus buntu ayam

8. Emeria mivati menyerang hampir seluruh


usus halus seperti halnya Emeria mitis
9. Emeria maxima menyerang usus halus
bagian tengah yaitu akhir duodenum hingga
awal illeum

C. Golongan Plasmodium.

1. Plasmodium malariae
Protozoa ini menyerang manusia dan menyebabkan penyakit malaria. Ditularkan
melalui nyamuk dan hingga saat ini masih merupakan penyakit penting di wilayah
tertentu seperti Afrika dan Papua serta daerah lainnya. Secara prinsip parasit ini tidak
139
penting bagi hewan piaraan / ternak sebab parasit ini menyerang manusia dan
ditularkan oleh nyamuk Anopheles.

Gambar 152. Perkembangan Plasmodium malariae dalam sel darah :


a. 13, 14 Tropozoid masak, berbentuk pita.
b. 15-19 Fase perkembangan skizon.
c. 20. Merozoid masak,
d. 21-23 Mikrogamet muda (belum masak).
e. 24. Makrogamet masak.

2. Babesia sp atau Piroplasma sp

Babesia disebut juga piroplasma atau malaria sapi. Merupakan endoparasit intrasel
yang hidup di dalam sel darah merah. Bentuk parasit bulat oval seperti buah pir, ada
yang berpasangan dan ada yang tunggal. Terlatak pada satu sisi sel darah atau
bersilangan. Selain itu juga bisa hidup dalam lumen kapiler paru-paru, ginjal dan hati.

140
Siklus hidupnya diawali dari usus caplak kemudian masuk kedalam telur dan larva
caplak yang sedang tumbuh dan akhirnya pindah di kelenjar ludah anak caplak.
Penyakit ditularkan melalui gigitan caplak tersebut. Penyakit yang ditimbulkannya
disebut babiseosis atau piroplasmosis. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia
sekalipun untuk saat ini tidak begitu penting lagi setelah diketemukan obat
antiparasit. Beberapa jenis babesia yang penting adalah:
a. Babesia bigemina. Penyebab piroplasmosis pada sapi. Ukuran panjang
merozoitnya antara 4-5 mikron dengan diameter 3-4 mikron.
b. Babesia bovis. Penyebab demam piroplasmosis pada sapi di Afrika hingga
Amerika. Ukuran panjang merozoitnya antara 2,4 mikron dengan diameter 2
mikron.
c. Babesia berbera, B. divergens, B. argentina, B. Motasi dan Babesia ovis, adalah
semua jenis dan bentuk penyakit piroplasmosis yang menyerang pada sel darah
merah.

141
Gambar 153. Siklus hidup Babesia/Piroplasma

Gambar 154. Babesia caballi dalam darah kuda.

142
Gambar 155. Babesia equi dalam darah kuda.

3. Theileria.
Theileria adalah endoparasit intra sel yang disebabkan oleh protozoa yang hidup
dalam sel darah merah seperti babesia tetapi struktur selnya lebih sederhana. Bentuk
parasit ini tidak spesifik ada yang bulat, bulat telur, tidak beraturan dan ada yang
berbentuk tongkat.
a. Theileria parva. Merupakan penyebab demam pada ternak. Merozoid hidup
dalam sel darah merah dan bentuk perbanyakan diri hidup dalam sel limfosit.
Pada pewarnaan geimsa parasit ini berwarna biru. Penyakit ini ditularkan oleh
caplak.
b. Theileria annulata. Parasit ini menyebar mulai dari Afrika hingga Asia. Parasit ini
terdiri banyak galur, ada yang sangat patogen dan ada yang tidak pathogen.
Tingkat kematian ternak akibat parasit ini lebih rendah dibanding Theileria parva.
c. Theileria mutans. Parasit ini bercirikan sama dengan theileria lainnya tetapi tidak
begitu patogen.

143
Gambar 156. Bentuk Theileria dalam sel darah merah
(Oval, batang, koma, dan oval bergranula)

4. Leucocytozoon
Leucocytozoon adalah penyakit malaria ayam dan bangsa unggas lainnya yang
disebabkan oleh protozoa dan ditularkan oleh nyamuk Culicoides sp. Parasit ini pada
fase merozoid berukuran 26-30 mikron, hidup dalam sel darah merah ayam, tetapi
saat fase meron hidup dalam ginjal, hati dan paru-paru. Pada kondisi penyakit yang
parah diketemukan ptechie (bercak merah) pada seluruh otot dada hingga paha. Jenis
jenis leucocytozoon antara lain
a. Leucocytozoon caulleryi. Terdapat di Asia Tenggara hingga Jepang. Fase ganom
berukuran 15 x 15 mikron terdapat pada sel darah merah, tetapi fase meron bisa
terdapat pada sel hati, ginjal dan paru-paru. Parasit ini bisa membesar dengan
ukuran 26-300 mikron dan menghasilkan merozoid yang bulat.
b. Leucocytozoon sabrazesi adalah penyebab malaria ayam yang terdapat di Asia.
Hidup dalam sel darah merah dengan ukuran 24x4 mikron dan ada yang
menyerang sel darah putih dengan bentuk membesar menjadi 67 x 6 mikron.
c. Leucocyozoon jenis lain antara lain Leucocytozoon simondi, L. smithi yang dapat
menyerang kalkun, itik, itik liar dan berbagai bangsa unggas lainnya. Parasit ini
secara prinsip sama dengan jenis leucocytozoon lainnya.

144
Gambar 157. Perkembangan Leucocytozoon dalam darah ayam
(gambar hitam adalah inti sel darah merah)

Tabel 16. Langkah kerja pengamatan parasit darah


No Langkah Kerja Penjelasan
1 2 3
1. Buat Preparat Ulas darah tipis dengan cara:
a. Siapkan alat pengambilan darah (jarum suntik atau
lanset)
b. Oleskan alkohol 70 % pada vena aurikularis
c. Tusuk vena aurikularis dengan jarum suntik atau
lanset.
d. Ambil darah dengan ujung objek glass
e. Tempelkan ujung objek glass yang mengandung
darah pada objek glass lain dengan sudut 45 o dan
biarkan darah rata ke kiri-kanan
f. Dorong lurus objek glass hingga membentuk bidang
tebal hingga tipis.
Buat larutan Buffer dengan cara:
2. a. Timbang bahan KH2PO4 sebanyak 9,35 gram
dan larutkan pada 1 liter aquades (larutan 1).
1 2 3
b. Timbang bahan Na2HPO4 sebanyak 11,1 Gram dan
larutkan pada 1 liter aquades (larutan 2)
c. Ambil larutan 1 sebanyak 3,2 ml dan ambil larutan
2 sebanyak 6,8 ml. Campurkan kedua larutan
tersebut
d. Ambil larutan buffer sebanyak 1 ml dan buang.

145
e. Tambahkan larutan Geimza sebanyak 1 Ml pada 9
ml larutan buffer. (larutan ini hanya tahan 24 jam).
3. Lakukan Pewarnaan Giemsa, dengan jalan.
a. Lakukan fiksasi preparat ulas darah diatas lampu
bunsen dengan jalan dilewatkan diatas api sebanyak
3-4 kali.
b. Letakkan preparat pada posisi datar diatas bak
pewarnaan.
c. Teteskan methanol 5-6 tetes dan biarkan selama 5
menit.
d. Buang sisa methanol, biarkan hingga mengering.
e. Teteskan larutan Giemsa 6-8 tetes (cukup tergenang)
dan biarkan selama 20 menit.
f. Cuci preparat pada air mengalir.
g. Hisap air yang berlebihan
h. Periksa dibawah mikroskop untuk melihat adanya
parasit darah baik intra sel maupun ekstra sel.
i. Bandingkan dengan preparat awetan dari
4. Gambarlah pada buku gambar.

3. Refleksi

1. Apa yang menjadi ciri pokok dari parasit trypanosoma, dan trichomonas,
jelaskan!
2. Apa yang dimaksud dengan vektor mekanis pada penularan penyakit
tripanosomiasis ?
3. Apa yang menjadi ciri pokok dari parasit malaria manusia dengan malaria sapi
dan malaria ayam ? jelaskan berdasarkan morfologi dalam sel darah !
4. Apa yang Saudara ketahui tentang parasit Trichomonas faetus dan Trichomonas
tenax ?Jelaskan berdasar predileksi dan morfologinya 1

146
5. Apa yang Saudara ketahui tentang amuba dan apicomplexa yang menjadi parasit ?
Jelaskan!
6. Jelaskan fase infektif dari koksidiosis berdasar siklus hidupnya!
7. Apa yang saudara ketahui tentang Protozoa autotrof, halofitik, holozoik dan
saprozoik?

4. Tugas

1. Buat preparat ulas darah tipis dan tebal minimal 3 buah dari setiap spesies hewan
(unggas, kambing, domba, sapi/kerbau, kuda) yang dicurigai sakit
2. Lakukan pewarnaan preparat dengan pewarnaan Giemsa.
3. Periksa preparat pada nomor 2 tersebut di atas dibawah mikroskop dengan
pembesaran 1000-2000 kali.
4. Foto hasil parasit yang Saudara temukan.
5. Bandingkan dengan preparat jadi yang tersedia
6. Buat laporan hasil pengamatan Saudara.
7. Waktu pelaksanaan penyelesaian tugas 2 minggu,

5. Test Formatif

1. Protozoa yang melakukan fotosintesis dalam memperoleh makanan yang


dilakukan oleh kromatofora pada tubuhnya disebut……….
2. Protozoa yang mengambil makanan dengan cara difusi dan osmose disebut…….
3. Alat gerak pada protozoa berupa sirip tipis yang terdapat pada sepanjang
tubuhnya disebut….
4. Trypanosoma yang bisa menyebabkan penyakit tujuh keliling atau penyakit sura
adalah jenis…
5. Trypanosoma ditularkan oleh arthopoda, dimana hewan tersebut bertindak
sebagai vektor…….
147
6. Panyakit kala azar yang menyerang jaringan kulit disebut juga penyakit……
7. Penyakit protozoa yang menyerang organ reproduksi yang mengakibatkan
maserasi fetus dan pyometra adalah…
8. Ciri khusus Trichomonas faetus memiliki bulu cambuk sebanyak….
9. Ciri khusus trichomonas pada tenak umumnya memiliki bulu cambuk sebanyak….
10. Entamoeba merupakan penyebab penyakit yang parah pada manusia maupun
hewan. Parasit ini berpredileksi pada…….
11. Fase infektif golongan coccidia terdapat pada fase…….
12. Perubahan sporozoid dari siklus coccidia akan menjadi…
13. Fase yang merusak sel dinding usus inang dari siklus coccidia terletak pada fase…
14. Penyakit babesia disebut penyakit………….
15. Predileksi parasit babesia pada …
16. Caplak dalam menularkan penyakit babesia bertindak sebagai…
17. Babesia dalam tubuh caplak berkembang menjadi……
18. Penyakit theileria ditularkan oleh caplak dengan sistem penularan….
19. Penyakit malaria pada unggas yang disebabkan oleh protozoa intra sel disebut…..
20. Untuk mewarnai preparat ulas darah digunakan zat warna…

Kunci Jawaban:
1. Autotifik
2. Saprozoik
3. Undulant
4. Trypanosoma evansi
5. Mekanis
6. Leismania
7. Trichomonas foetus
8. 3 buah
9. 4 buah
10. Usus

148
11. Sporokista
12. Merozoid
13. Merozoid
14. Piroplasmosis
15. Erytrocyt
16. Vektor hayati
17. ciclo propagatif development
18. Stage to stage
19. Leucocytozoon
20. Giemsa

C. Penilaian

1. Penilaian Sikap

No Ranah Penialain Nilai Keterangan


1 Keaktifan dalam praktek
2 Keaktifan bertanya dan menjawab
3 Ketepatan waktu saat mengumpulkan tugas

2. Penilaian Pengetahuan

No Nama Siswa Nilai yang diperoleh dari Jumlah Rata-rata

149
Refleksi Tugas Formatif

3. Penilaian Keterampilan

No Ranah Penialain Nilai Keterangan


1. Ketepatan menyebut kegunaan alat
2. Ketepatan menggunakan alat
3. Kerapian merawat alat
4. Keruntutan/sistematik kerja saat merawat alat
5. Kebersihan mencuci/merawat alat
6. Ketepatan dalam sterilisasi alat.
7. Ketepatan dalam menyimpan alat

Kegiatan Pembelajaran VI: Teknik Diagnosa Penyakit Parasit.

A. Dekriptif:

Tindak diagnosa penyakit parasit ternak adalah suatu langkah khusus


untuk memeriksa atau menentukan adanya parasit dari tubuh ternak dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium dari bahan pemeriksaan (spesimen) yang
diambil dari ternak yang dicurigai menderita penyakit parasit. Mengacu pada
jenis dan predileksi atau tempat hidup, menunjukkan bahwa parasit dapat hidup
hampir disetiap organ tubuh hospes dengan demikianj dapat dipastikan bahwa
akibat serangan parasit tersebut secara alami hospes akan mengadakan
perlawanan terhadap penyakit serta mengalami gangguan-gangguan fisiologis
yang ditandai adanya penurunan penampilan (performent) dari hospes hingga
menunjukkan kondisi sakit.
Berdasar praktek di lapangan penentuan/diagnosa penyakit baik yang
disebabkan oleh mikroorganisme maupun organisme (parasit) diawali dari

150
pemeriksaan klinik terhadap ternak yang sakit, kemudian mengambil bahan
pemeriksaan atau spesimen/sample untuk diperiksa di laboratorium.

Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran:

1. Mampu menentukan adanya parasit protozoa baik intra dan ekstra sel dari
bahan spesimen berdasar bentuk dan morfologinya.
2. Mampu menentukan adanya telur cacing dari bahan spesimen berdasar
bentuk dan morfologinya.
3. Mampu menentukan adanya larva cacing hasil biakan dari bahan spesimen
berdasar bentuk dan morfologinya.

2. Uraian Materi Pelajaran.

Langkah kerja dalam pameriksaan laboratorium parasit diawali dari


pemeriksaan bahan/spesimen yang diambil dari ternak atau bahan yang
diterima dari petugas lapangan. Bahan/spesimen untuk pemeriksaan parasit
bisa berupa: faeces/tinja, darah, kerokan kulit, leleran atau lendir atau cairan
tubuh, potongan organ tubuh dan organisme langsung yang diambil dari hospes.

2.1 Pemeriksaan Spesimen Faeces/Tinja.

Faeces adalah produk akhir dari sisa bahan makanan yang berasal dari
organ pencernaan, disisi lain menunjukkan bahwa organ pencernaan
merupakan habitat berbagai parasit, dengan demikian sudah tentu bahwa di
dalam faeces terdapat/mengandung berbagai parasit baik berupa tubuh dan
atau bagian dari siklus hidup parsit seperti: telur, oocyt, larva bahkan tubuh
parasit dewasa.

151
Pemeriksaan spesimen faeces memiliki tujuan dan kegunaan, antara lain
sebagai berikut:
1. Menentukan adanya telur cacing dari berbagai spesies.
2. Menentukan adanya larva cacing terutama dari golongan Nematoda.
3. Menetukan parasit protozoa pencernaan, seperti: Emeria sp (Oocyt,
sporozoit atau coccidia dewasa), Entamuba usus, , Histomonas sp,
endolimax sp, dll.

Teknik Pemeriksaan faeces untuk parasit cacing dan protozoa ektra sel dapat
dilakukan dengan cara:
1. Preparat natif yaitu pemeriksaan langsung dari spesimen faeces, dengan
cara ini dapat diketemukan: larva cacing, telur cacing, emeria sp dan parasit
lain seperti Trikomonas sp.
Prinsip pemeriksaan natif dari faeces adalah melihat dan
membandingkan antara morfologi objek pemeriksaan (telur, larva, parasit
dewasa) dengan bahan sisa makanan, dimana setiap organisme memiliki
bentuk khas, memiliki dinding sel/lapisan yang cukup tebal, bersifat tunggal
dan di dalamnya terdapat organel sel yang tersusun rapi serta tembus
pandang/transparan sedang bahan `sisa biasanya berupa rangkaian sel
tanaman.
Pemberian zat warna seperti larutan eosin 1-2 % bertujuan memberian
warna pada bahan sisa makanan yang berwarna merah sedang telur cacing
atau obyek organisme tidak terwarnai atau akan tetap berwarna
transparan.
2. Uji Sedimen dan Apung, yaitu memeriksa faeces dengan volume lebih
adonan banyak dengan maksud agar kemungkinan diketemukannya telur
cacing akan lebih besar dan lebih mudah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara mengendapkan faeces dan mengapungkan telur cacing dipermukaan
cairan. untuk mempercepat pengendapan faeces diperlukan alat centrifugel
dengan kecepatan putaran tertentu dalam 1 menitnya (RPM).

152
Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah faeces mengendap secara cepat
sedang telur cacing akan mengapung, untuk mengapungkan telur digunakan
larutan garam jenuh atau larutan gula sheather mengingat berjat jenis (BJ)
telur cacing lebih ringan dibanding larutan tersebut.
3. Uji Penyaringan, yaitu menyaring adonan faeces dengan kain yang diberi
sedikit tekanan agar larva cacing terutama dari golongan nematoda keluar
dari faeces dengan menembus kain saring tersebut, kemudian larva diambil
bersama filtrat untuk diperksa di bawah mikroskope.
4. Pembiakan larva, yaitu menetaskan telur cacing pada kondisi sedikit basah
dan lembab selama beberapa hari, kemudian larva dipisahkan dari faeces
dan media biakan untuk selanjutnya diperiksa ada/tidaknya larva cacing.
Langkah ini merupakan alternatif jika dari pemeriksaan secara: natif,
sedimen/apung dan penyaringan tidak diketemukan telur atau larva cacing.

Langkah Kerja Pemeriksaan Faeces.

2.1.1 Pengambilan Sepsimen Faeces

No Langkah Kerja Penjelasan

A. Spesimen Faeces secara langsung


1. - Siapkan alat berupa sendok plastik, kantong
plastik atau wadah lain seperti: cawan petri
atau botol spesimen.
2. - Amati faeces dari ternak yang dicurigai
menderita/terserang parasit pencernaan.
3. - Ambil faces beberapa butir atau sendok
terutama faeces yang sedikit berlendir atau ada
gumpalan darahnya.
4. - Tampung pada wadah yang telah dipersiapkan.

B. Spesimen Faeces dari tubuh ternak.


1. - Kuasai ternak dengan aman dari segala akibat
tingkah lakunya atau masukkan ternak ke dalam
kandang jepit atau noodstall

153
2. - Bungkus tangan dengan kantong plastik yang
cukup kuat.
3. - Masukkan tangan ke dalam anus dan ambil
faeces dari rektum secukupnya (2-3 sendok).
- Berilah kode pada spesimen berdasar nomor
ternak atau signalemen ternak.

2.1.2 Pemeriksaan Faeces secara Natif

No Langkah Kerja Penjelasan

1. - Ambil faeces sebesar biji kacang ijo.


2. - Letakkan ditengah objek glass
3. - Teteskan aquades atau larutan eosin 1 % diatas
faeces sebanyak 2-3 tetes atau secukupnya.
4. - Ratakan faeces hingga membentuk adonan
setipis mungkin, dan usahakan tidak ada
gumpalan faeces.
5. - Tutup dengan cover glass dan periksa di
mikroskope pembesaran sedang.
- Periksa dengan teliti/cermat di setiap pergeseran
6. preparat, hingga setiap sudut padang terperiksa.
- Gambarlah telur cacing yang diketemukan dan
7. cocokkan dengan gambar pada lampiran.

2.1.3 Pemeriksaan Faeces secara Apung

No Langkah Kerja Penjelasan


1. - Ambil Faeces sebanyak 10-gram gram dan
letakkan pada mortal
2. - Tambahkan larutan garam dapur atau NaCl
fisiologis (0,9%) sebanyak 15-20, dan haluskan
hingga merata.
3. - Saring dengan kain penyaring 2 lapis atau
saringan teh.
4. - Tuangkan filtrat (air saringan) tersebut pada 2
buah tabung reaksi atau tabung tronsdrop ½
bagian tabung.
5. - Tambahkan larutan NaCl jenuh atau larutan gula
sheather hingga ¾ bagian penuh.
6. - Tutup tabung dengan penyumbat dan kocok
secara perlahan-lahan
7. - Masukkan tabung pada centrifugel dengan posisi

154
8. seimbang atau bersilangan dan tutup centrifugel.
- Putar centrifugel dengan RPM 1.500 selama 3
9. menit atau biarkan selama 1 jam.
10. - Ambil tabung reaksi dan letakkan pada rak.
- Teteskan larutan garam jenuh pada tabung
11. hingga membentuk cembung.
- Tempelkan objek glass dan segera dibalik,
12. rekatkan deck glass.
- Periksa dibawah mikroskope pada wilayah
13 deckglass.
- Gambar telur cacing yang diketemukan

Resep Larutan Gula Sheather:


- Gula sukrosa : 500 gram
- Aquades : 320 ml
- Fenol cair: 6,5 gram
Resep larutan garam jenuh:
- Garam dapur : 100 gram
- Aquades : 100-150 ml
- Saring larutan dengan kertas saring.

2.1.4 Pemeriksaan Telur Cacing Secara Sedimen dan Apung

No Langkah Kerja Penjelasan

1. - Ambil Faeces sebanyak 10-gram gram dan


letakkan pada mortal
2. - Tambahkan aquades sebanyak 20-25 ml, dan
haluskan
3. - Tuangkan campuran faeces tersebut pada 2 buah
tabung reaksi atau tabung tronsdrop hingga ¾
penuh.
4. - Masukkan tabung pada centrifugel dengan posisi
seimbang atau bersilangan dan tutup centrifugel.
5. - Putar centrifugel dengan RPM 1.500 selama 3
menit.

155
6. - Ambil tabung reaksi dan biarakan selama 5
menit buang cairan yang jernih, ganti dengan
larutan garam jenuh serta aduk hingga rata.
7. - Putar centrifugel dengan RPM 1.500 selama 20
menit.
8. - Ambil tabung reaksi dan letakkan pada rak
9. - Teteskan larutan garam jenuh hingga
membentuk cembung, dan biarkan 15-20 menit
10. - Tempelkan objek glass pada larutan dan segera
dibalik, rekatkan deck glass.
11. - Periksa dibawah mikroskope pada wilayah
deckglass.
12 - Gambar telur cacing yang diketemukan dan
cocokkan dengan gambar telur cacing.

2.1.5 Menetaskan Telur Cacing

No Langkah Kerja Penjelasan

1. - Hancurkan gabus hingga berbentuk butir-butir


kecil.
2. - Masukkan kedalam cawan petri sebanyak 2
sendok makan
3. - Tambahkan faeces dari ternak sebanyak 10-15
gram kedalam cawan petri.
4. - Tambahkan aquades sebanyak 15-20 ml dan
aduk hingga rata.
5. - Tutup cawan petri dan letakkan pada tempat
yang aman.
6. - Biarkan selama 4-5 hari.
7. - Tambahkan aquades sebanyak 10-15 ml pada
biakan telur cacing.
8. - Saring media biakan dengan saringan teh dan
tampung pada cawan petri.

156
9. - Periksa adanya larva cacing dengan
menggunakan loop atau diperiksa langsung
dibawah mikroskope sterio.

2.1.6 Penentuan Larva Cacing Strongyloides dan Nematoda lainnya

No Langkah Kerja Penjelasan

1. - Letakkan 10 gram faeces yang telah halus pada 2


lapis kain penyaring tepat ditengah kain.
2. - Ikat kain sehingga membentuk kantong kecil.
3. - Ambil corong kaca dan sambung ujungnya dengan
pipa karet dan jepit ujung pipa tersebut.
4. - Masukkan kantong faeces kedalam corong.
5. - Tambahkan aquades secukupnya hingga faeces
terendam ½ bagian atau lebih.
6. - Diamkan selama 1-2 jam agar air menetes ke pipa
karet di ujung corong.
7. - Ambil beberapa tetes air dari ujung pipa karet
dengan membuka penjepitnya dan ditampung pada
cawan petri
8. - Periksa larva langsung dibawah mikroskope sterio.

Gambar: Berbagai Telur Cacing

157
Gambar Aneka Telur cacing pada Kambing dan Domba
1. Fasciola hepatika 9. Trichuri globulosa 17. Haemonchus contortus
2. Paramphistomum cervi 10. Fasciola gegantika 18. Bunostomum triganocephalum.
3. Thysaniezia giardi 11. Nematodurus spatiger 19. Oesophagustomum columbianum
4. Moniezia expansa 12. Gaigeria pachiscelis 20. Cotyluparon cotylupharum
5. Moneizia benedeni 13, Trichostrongilus spp 21. Fascioloides magna
6. Dicrocoelium dendriticum 14. Skrjabinema ovis 22. Ostertagia arcumeineta
7. Stronglyloides pupillosus 15. Avitellina centripunetata 23. Marshallagia marshalli
8. Gongylonema pulchrum 16. Chabertia avina.

158
Gambar Aneka Telur Cacing pada Unggas
1. Ascaris galli 9. Gangylonema ingluvicola 17. Amaebotaenia sphenoides
2. Heterachis gallinae 10. Syngamus trachalis 18. Hymenolepis carioca
3. Subutura brumpti 11. Hartertia gallinarum 19. Raillietina cesticillus
4. Prosthogonimus sp 12. Oxyspirura mansoni 20. Choanotaenia infundibulum
5. Strongiloides avium13. Capilaria annulata 21. Single egg of infundibulum
6. Tetraneres americana 14. Capilaria retusa 22. Raillietina echinobathrida
7. Acuaria spiralis 15. Capilaria columbae 23. Raillietina tetragona
8. Acuaria hamulosa 16. Capilaria longicollis 24. Davainea proglottina

159
Gambar Aneka Telur Cacng pada Sapi

1. Schistosoma bovis 7. Thelazia rhodesii 13. Bunostomum phlebotomu


2. Eurytrema bovis 8. Schistozoma nasalis 14. Carmyerius spatiasus
3. Schistosoma spindalis 9. Oesophagustomum radiatum 15. Gastrothylax crumenifer
4. Schistozoma japonicum 10. Syngamus laryngeus 16. Cooperia pectimia
5. Schistosoma indicum 11. Mecistocirrus digitatus 17. Toxocara vitulorum
6. Ornithobilharzia turkestanicum 12. Fishoderius cobboldi 18. Pischoederius elongatus

160
Gambar Aneka Telur Cacing pada Anjing
1. Toxocara canis 9. Mesocestoides lineatus 17. Oncicola canis
2. Toxascaris leonina 10. Diphyllobothrium latum 18. Troglotrema salmincola
3. Dipylidium caninum 11. Euryhelmis squamula 19. Physaloptera canis
4. Linguatula serrata 12. Echinococcus gramulosus 20. Trichuris vulvis
5. Ancylostoma braziliense 13. Taenia hydatigena 21. Capillaria plica
6. Ancylostoma caninum 14. Taenia ovis 22. Capillaria aerophila
7. Spirocerca lupi 15. Uncinaria stenosephala 23. Filaroides osleri
8. Dioctophyma renale 16. Necator americanus

Gambar Telur Cacing Pada Kelinci


8. Passalurus ambigus. 2. Cittotaenia ctenoides 3. Trichostrongylus retartaeformis 4. Graphidium strigosum.

Gambar Aneka Telur Cacing Pada Kuda


1. Ascaris equorum 5. Anoplocephala spp 9. Oxyuris equi
2. Stromgyloides spp 6. Gastrodiscus aegyptiacus 10. Paranoplocephala mamilana

161
3. Trichonema spp 7. Strongyloides westeri 11.
4. Triadontophorus tenuicalis 8. Dictycaulus arnfieldi

Gambar Aneka Telur Cacing pada Babi


1. Ascaris lumbercoides 7. Metastrongylus apri 13. Alacracanthorhynchus sp
2. Fasciolopsis buski 8. Bourgelatia diducta 14. Globocephalus connorfilli
3. Paragonimus westermonii 9. Oesophagustomum dentotum 15. Necator sp
4. Ascarops strongylina 10. Hyastrongilus rubidus 16. Schistozoma suis
5. Stephanurus dentatus 11. Physocephalus sexalatus
6. Trchuris trichura 12. Brachylaemus

162
Beberapa bentuk Emeria sp (Coccidiosis) pada ayam

Tugas: 1. Kerjakan secara berkelompok


6. Lakukan pemeriksaan Faeces secara natif dan tentukan jenis parasit yang
didapatkan.
7. Lakukan pemeriksaan telur cacing dari jenis ternak: ayam, itik, kambing dan
sapi baik ternak yang ada di kampus atau dari luar kampus
8. Gunakan metoda pemeriksaan yang Saudara kehendaki minimal 2 metode.
9. Lakukan penetasan telur cacing dan amati larvanya.
10. Buat laporan berikut gambar telur cacing dan larvanya
11. Kumpulkan dalam waktu 2 minggu setelah penugasan.

a. Pemeriksaan Spesimen Darah.

Darah merupakan cairan khusus yang mengalir keseluruh jaringan


tubuh, secara komposis fisik darah terdiri dari 90 % plasma darah dan 10 %
benda-benda darah seperti: sel darah putih (leucosit), sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah tak berbentuk (trombosit). Berdasar fisiologis darah
memiliki fungsi fital bagi proses kehidupan suatu organisme terutama ternak,
fungsi darah tersebut antara lain:

163
1. membawa semua jenis zat nutrisi yang telah disiapkan oleh pencernaan
dan dibawa ke seluruh jaringan tubuh.
2. membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
3. membawa CO2 sisa metabolisme dari jaringan ke paru paru untuk di
keluarkan.
4. membawa produkl buangan dari berbagai jaringan menuju ke ginjal
untuk dibuang
5. membawa hormon dari kelenjar endokrin ke organ-organ sasaran
6. membawa panas tubuh yang berperang penting dalam pengaturan suhu
dari organ dalam ke permukaan tubuh.
7. membawa air ke seluruh jaringan tubuh dalam menjaga keseimbangan air
tubuh.
8. Berperan dalam sistem buffer (penyangga) dalam mempertahankan pH
tubuh yang konstan pada jaringan maupun dalam cairan tubuh
(homeostatik).
9. Melakukan pembekuan atau penggumpalan darah untuk mencegah
terjadinya kehilangan darah akibat luka
10. mengandung dan membawa zat anti body dan benda-benda anti penyakit
sebagai barier (pertahanan) tubuh.
Berdasar komposisi dan peran darah di dalam tubuh hewan berdarah panas
maka pemeriksaan terhadap darah pada laboratorium banyak jenisnya
tergantung dari keperluan diagnosa penyakit atau penyimpangan fisiologis
yang aan dicarinya, tetapi jika pemeriksaan darah ditujukan untuk
pemeriksaan laboratorium parasitologi, maka hanya ada beberapa langkah
pemeriksaan yang dianggap berhubungan erat.
Darah secara umum mengandung bahan nutrisi yang lengkap bagi
kehidupan sehingga darah merupakan tempat hidup yang paling subur bagi
parasit yang mempu menempatinya, sekaligus darah merupakan suatu
tempat yang penuh tantangan mengingat unsur darah merupakan tempat
pembentukan dan penyimpanan zat-zat imun yang dibentuk oleh tubuh

164
Pemeriksaan spesimen darah untuk bidang parasitologi bertujuan untuk:
a. Menentukan adanya parasit intraseluler darah: Babesia sp, Theilria sp.
Leucocytozoon, Anaplasma sp, Plamodium malaria,
b. Menentukan adanya parasit ektraseluler darah: trypanosoma sp.
c. Menentukan aanya parasit cacing yang hidup pada darah.
d. Menentukan adanya zat imun atau antibodi dalam darah terhadap
penyakit tertentu. (dibahas pada semester V dan VI)

Teknik atau prosedur untuk pemeriksaan laboratorium terhadap darah


diawali dari mengambil sampel darah kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan-pemeriksaan terhadap parasit, dengan langkah kerja sebagai
berikut:
i. Teknik mengambil spesimen darah.
a. Pembuatan preparat ulas darah.
Langkah kerja ini bertujuan mengambil bahan pemeriksaan atau sampel guna
menentukan adanya parasit intraseluler maupun ekstraseluler, agar parasit
dapat terdeteksi dengan jelas maka langkah selanjutnya preparat diberi
pewarnaan. Preparat ulas darah bisa dibuat dengan dua cara yaitu preparat
ulas darah tipis dan ulas darah tebal, dengan langka kerja sebagai berikut:

- Membuat Preparat Ulas Darah

No Langkah Kerja Penjelasan


1. Membuat Preparat Ulas darah tipis:
a. Siapkan alat pengambilan darah (jarum
suntik atau lanset), objek glas, alkohol 70 %,
dan kapas steril secukupnya.
b. Kuasai ternak dengan aman.
c. Oleskan alkohol 70 % pada vena auriskularis
(vena telinga) atau vena pada cengger ayam.
d. Tusuk vena auriskularis atau cengger ayam
dengan jarum suntik atau lanset.
e. Ambil darah dengan ujung objek glass

165
f. Tempelkan objek glass yang mengandung
darah pada objek glass satunya dengan sudut
45o dan biarkan darah rata ke kiri-kanan.
g. Dorong lurus objek glass hingga membentuk
bidang tebal hingga tipis.
h. Rekatkan darah pada objek glass dengan
fiksasi diatas bunsen.
i. Beri kode spesimen sesuai nomor ternak.

2. Membuat preparat ulas darah tebal:


a. Siapkan alat pengambilan darah (jarum
suntik atau lanset) objek glas, alkohol 70 %,
dan kapas steril secukupnya.
b. Kuasai ternak dengan aman.
c. Oleskan alkohol 70 % pada vena auriskularis
(vena telinga) atau vena pada cengger ayam.
d. Tusuk vena auriskularis atau cengger ayam
dengan jarum suntik atau lanset.
e. Ambil darah dengan ujung objek glass
f. Tempelkan sudut objek glass yang menga-
ndung darah pada objek glass satunya dengan
sudut 45o.
g. Buat garis melingkar sehingga darah akan
membentuk ulasan seperti tetessan darah
h. Rekatkan darah pada objek glass dengan
fiksasi diatas bunsen.
i. Beri kode spesiemn sesuai nomor ternak.

b. Mengambil sampel darah segar/ darah oksalat.


Secara alami darah akan membeku sesaat keluar dari sistem
vaskuler sehingga untuk menghindari pembekuan darah maka perlu
diberikan zat anti pembekuan darah atau anti koagulan.
Tujuan utama pengambilan spesimen atau sampel darah adalah:
1. Memperoleh serum darah, dilakukan dengan cara darah ditampung
pada suatu tabung dan dibiarkan membeku kemudian tabung

166
digoyang-goyang maka akan keluar serum darah yang berwarna
kekuningan seperti minyak goreng.
2. Memperoleh darah segar , dilakukan dengan cara sesaat setelah darah
diambil dari vena baik menggunakan spoit record atau venoject maka
segera diberikan zat anti koagulan berupa serbuk EDTA (ethylene
diamine tetra acetat) atau larutan EDTA 10 % atau Natrium sitrat 3,8
%. Darah yang diberi antikoagulan disebut darah oksalat.
Dosis pemberian EDTA sebagai anti koagulan:
- Bahan berupa serbuk adalah 1-2 mg EDTA untuk 1 ml darah,
kemudian digoyang-goyang selama 2 menit agar EDTA bisa
bercampur sempurna, untuk uji sifat darah sebaiknya digunakan 1
mg EDTA/ 1 ml darah.
- Bahan berupa larutan 10 % adalah 1 ml larutan untuk 10 ml darah.
Jangka waktu ketahanan darah oksalat pada suhu kamar rata-rata 2 jam
setelah pencampuran dan 24 jam jika disimpan pada suhu 4 oC atau
pada kulkas.

Langkah Kerja Pengambilan Darah Oksalat.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Siapkan alat pengambilan darah (jarum suntik atau


lanset) yang terdiri dari:
c. Venolject vakum dan holder venolject
d. Larutan sodium EDTA 10 % atau serbuk
sodium EDTA (ethylene diamine tetra acetat)
atau larutan Natrium sitrat 3,8 %.

167
e. Spoit dan jarum suntiknya.
f. Alkohol 70 %, kapas, tali ternak
2. Kuasai ternak dengan aman atau masukkan ke
dalam kadang jepit (nood stal)
3. Oleskan alkohol 70 % pada lokasi vena jugolaris
(vena leher) atau vena brachialis pada ayam atau
vena besar supervisialis lainnya seperti vena
maxilaris, vena caudalis dan lain-lain atau
langsung pada jantung untuk tewan kecil seperti
mencit, marmud atau kelinci.
4. Bendung aliran darah dengan menekan vena hingga
tampak ada penggelembungan vena.
5. Lakukan fungsio/pengambilan darah:
a. Dengan spoit record:
g. Tusuk vena dengan spoit dan hisapSpesimen darah akan
perlahan-lahan hingga mencapai jumlah membeku jika
darah yang dikehendaki. dibiarkan.
h. Pindahkan darah ke dalam tabung
sesegera mungkin. Bekuan darah jika
i. Tambahkan larutan EDTA 10 % sebanyak digoyang-goyang
10 % dari jumlah darah dan goyang- akan keluar serum
goyangkan selama 30 detik. darah berwarna
b. Dengan tabung venolject: kekuningan.
j. Tusuk vena dengan jarum venolject hingga
darah menetes keluar, pasang tabungSpesimen darah
venolject dan biarkan hingga darah oksalat adalah
mengalir ke dalam tabung hingga voleme darah yang diberi
yang dikehendaki. zat anti pembeku
k. Tambahkan larutan EDTA 10 % sebanyak darah.
10 % dari jumlah darah dan goyang-
goyangkan selama 30 detik

2.2.2 Pewarnaan Preparat Ulas Darah Metode Geimza dan Wright.


Untuk dapat mengidentifikasi preparat ulas darah maka diperlukan
pewarnaan preparat ulas dengan memberikan zat warna tertentu.
Pewarnaan preparat yang lazim digunakan untuk parasit darah adalah
pewarnaan metode Geimza, Wright, atau Methyle blue tergantung dari
bahan yang tersedia.

168
Berikut adalah langkah kerja dari pewarnaan geimza.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Buat larutan Buffer dengan cara:


f. Timbang bahan KH2PO4 sebanyak 9,35 gram
dan larutkan pada 1 liter aquades (larutan 1).
g. Timbang bahan Na2HPO4 sebanyak 11,1 Gram
dan larutkan pada 1 liter aquades (larutan 2)
h. Ambil larutan 1 sebanyak 3,2 Ml dan ambil
larutan 2 sebanyak 6,8 Ml. campurkan kedua
larutan tersebut
i. Buang larutan buffer sebanyak 1 Ml
j. Tambahkan larutan Geimza sebanyak 1 Ml
pada 9 ml larutan buffer. (larutan ini hanya
tahan 24 jam).

Prosedur Pewarnaan Geimza dari Preparat ulas


2. darah tipis:
a. Lakukan fiksasi preparat ulas drah diatas
lampu bunsen dengan jalan dilewatkan diatas
api sebanyak 3-4 kali.
b. Letakkan preparat pada posisi datar diatas
bak pewarnaan.
c. Teteskan methanol 5-6 tetes dan biarkan
selama 5 menit.
d. Buang sisa methanol biarkan hingga
mengering.
e. Teteskan larutan Buffer Geimza 6-8 tetes
(cukup tergenang) dan biarkan selama 20
menit.
f. Cuci preparat pada air mengalir.
g. Hisap air yang berlebihan
h. Periksa dibawah mikroskope untuk melihat
danya parasit darah baik intra sel maupun
ekstra sel.
i. Bandingkan dengan preparat awetan dari
berbagai penyakit parasit darah.
j. Gambarlah pada buku gambar.

Prosedur Pewarnaan Geimza dari Preparat ulas


3. darah tebal:
a. Lesiskan preparat darah dengan meneteskan
larutan asam cuka 5 % hingga preparat

169
menjadi pucat atau transparan.
b. Lakukan fiksasi preparat ulas drah diatas
lampu bunsen dengan jalan dilewatkan diatas
api sebanyak 3-4 kali.
c. Letakkan preparat pada posisi datar diatas
bak pewarnaan.
d. Teteskan methanol 5-6 tetes dan biarkan
selama 5 menit.
e. Buang sisa methanol biarkan hingga
mengering.
f. Teteskan larutan Buffer Geimza 6-8 tetes
(cukup tergenang) dan biarkan selama 20
menit.
g. Cuci preparat pada air mengalir.
h. Hisap air yang berlebihan
i. Periksa dibawah mikroskope untuk melihat
danya parasit darah baik intra sel maupun
ekstra sel.
j. Bandingkan dengan preparat awetan dari
berbagai penyakit parasit darah.

2.2.3 Menentukan Mikrofilaria pada Anjing

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Ambil darah dari vena auriscularis atau vena telinga


anjing sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung
reaksi atau tronsdrop.

2. Tambahkan larutan formalin 2 % sebanyak 10 ml

170
3. Kocok perlahan-lahan, kemudian masukkan pada
centrifugle selama 5 menit dengan RPM 1.500.

4. Buang cairan supernatan atau dibagian permukaan


hingga endapannya saja.

5. Tambahkan larutan endapan dengan biru methylen


sama banyak.

6. Tempatkan pada obyek glas dan tutup dengan cover


glass

7. Periksa dibawah mikroskope.

2.2.4 Pemeriksaan Trypanosoma Sp secara natif.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Ambil darah oksalat dengan pipet pasture hingga ¾


penuh.

2. Tutup ujung pipet dengan lak atau lilin dengan cara


menusukkan ujung pipet pada lak atau lilin yang
dibakar.

3. Periksa dibawah mikroskope sterio dengan


pembesaran sedang hingga kuat.

4. Amati pergerakan parasit yang terjadi pada


spesimen darah.

Gambar Parasit Anaplasma Sp

171
Gambaran umum ternak sapi terserag Parasit Anaplasma
yang disebabkan oleh golongan Richetsia, yaitu suatu mikroorganisme lebih kecil dibanding bakteri.
dikenal 2 type Anaplasma: (1) Type marginale dan (2) type centrale.

Gambar Parasit Babesia Sp atau Piroplasmosis.

172
Gambar: Berbagai tipe parasit Babesiosis/piroplasmosa yang diambil dari preparat ulas darah
sapi pada pewarnaan Geimza. Perhatikan tanda panah.

Gambar Parasit Trypanosoma Sp.

173
Gambar: Parasit Trypanosoma sp. Pada berbagai preparat ulas darah

Gambar parasit Leucocytozoon Sp

174
175
Gambar Parasit Plamodium Galinececum
Perhatikan titik-titk kecil yang mkengelilingi inti sel darah merah
dari preparat ulas darah ayam

Parasit Theileria sp, yang dari preparat ulas darah sapi.

Bakcillus Anthraxis dari Preparat Ulas Darah

Tugas 2. Kerjakan secara kelompok.

176
1. Lakukan pembuatan preparat ulas darah tipis minimal 2 buah preparat dari
tiap jenis ternak: ayam, itik, kambing dan sapi baik ternak yang ada di kampus
atau dari luar kampus
2. Gunakan metoda pewarnaan geimza atau wright.
3. Buat laporan berikut gambar parasit darah yang diketemukan.
4. Kumpulkan dalam waktu 2 minggu setelah penugasan.

2.3Pemeriksaan Spesimen Kerokan Kulit.

Kulit dan tenunan kulit serta tambahannya membentuk sistem integumen


tubuh dan secara garis besar kulit terdiri atas lapisan: epidermis, dermis dan
hipodermis.
Epidermis adalah lapisan superfisial nonvaskuler yang mengandung epitel
berlapis pipih dengan keratin. Epitel ini terdiri atas banyak lapisan sel dengan
jenis yang berbeda-beda dimana lapisan paling luar merupakan lapisan keratin
yang sudah mati.
Dermis, terdapat dibawah epidermis, dimana dermis lebih tebal, lebih
dalam dan bervaskuler. Lapisan superfisial dermis berlekuk-lekuk masuk ke
epidermis dan membentuk indentasi yang disebut papila dermis atu stratum
papilare. Stratum ini tersusun atas jaringan ikat longgar yang tak teratur.
Jaringan dermis yang lebih dalam disebut stratum retikulare .
Hipodermis, adalah lapisan subcutan yang menyatu dengan dermis.
Dimana jaringan ikat ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.
Reseptor sensorik seperti badan meisser terdapat pada permukaan kulit, sedang
badan vater pacini terdapat lebih dalam di jaringan ikat.

Fungsi Tenunan Kulit dan Turunanya.

Kulit merupakan integumen yang membungkus tubuh dan berkontak


langsung dengan dunia luar, sehingga kulit memiliki banyak fungsi penting,
diantaranya:
1. Perlindungan, sel epitel berlapis pipih dan bertanduk melindungi permukaan
tubuh terhadap abrasi mekanik dan membentuk sawar fisik terhadap
mikroorganisme patogen.
2. Regulasi Suhu Tubuh, kulit berperan dalam mengatur suhu tubuh, jika
lingkungan panas, maka kulit akan dedilatasi mengembang dan membuka pori-
pori sehingga berkeringat dan sebaliknya jika berada pada lingkungan dingin

177
kulit akan mengkerut agar pori-pori tertutup dengan demikian panas tubuh
tidak hilang.
3. Persepsi sensorik, Kulit merupakan organ sensorik besar dan sumber utama
sensasi umum tubuh terhadap lingkungan luar. Banyak ujung saraf sensorik
bersimpai dan bebas di dalam kulit yang merespon panas/dingin, kasar/ halus,
sentuhan, nyeri dan tekanan.
4. organ ekskresi, kulit menghasilkan keringat, air, larutan garam dan limbah
nitrogen.
5. Pembentukan Vitamin D. bila kulit terkena sinar ultra violet dari matahari,
maka dibentuklah vitamin D dari prekusor yang disintesis di dalam epidermis.

Mengingat dari fungsinya ini, maka kondisi kulit merupakan manifestasi dari kondisi
fisiologis dari organ dalam tubuh secara umum, artinya jika kondisi kulit buruk
maka buruk pula kondisi fisiologis organ tubuh lainnya.

Hubungan Kulit dengan parasit hewan.

Semuanya parasit kulit masuk dalam golongan arthropoda dan bertindak


sebagai ectoparasit baik obligat atau definitif, dimana ektoparasit ini akan
mengambil cairan tubuh berupa cairan lymfe atau darah dengan menggunakan
jarum penghisap darah yang ada di rongga mulut dan atau pada kaki parasit
tergantung spesiesnya.
Pemeriksaan spesimen kulit ditujukan untuk menentukan adanya parasit yang
hidup menetap di dalam jaringan kulit seperti: Sarcoptes scabei (kudis),
Psoroptes, Demodek sp, dan parasit lain sebagai penghuni tetap yang berada pada
bagian kulit antara epidermis dan dermis dari berbagai hewan piaraan.

2.3.1 Teknik Mengambil Spesimen Kulit.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Siapkan alat dan bahan berupa:


- Pisau Scalpel
- Cawan petri
- Tali ternak
- Kapas steril
- Yodium tinctura dan alkohol 70 %.
2. Oleskan alkohol 70 % pada kulit yang terserang

178
parasit kulit, dan biarkan mengering.
3. Keroklah kulit dengan pisau scapel secara perlahan-
lahan hingga mencapai pembuluh darah perifir
dan tampung semua hasil kerokan kulit tersebut
pada cawan petri atau wadah lainya.

2.3.1 Teknik Memeriksa Spesiemn Kulit.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Ambil kerokan kulit yang berbentuk gumpalan kecil


dan usahakan gumplan tersebut ada titik
darahnya atau berwarna kemerahan disalah satu
sisinya.

2. Letakkan pada obyek glass tepat ditengah-tengah.

3. Teteskan larutan KOH 10 % sebanyak 3-4 tetes atau


secukupnya dan biarkan beberapa saat.

4. Hancurkan kerokan kulit dengan sondek tusuk atau


ujung scalpel hingga hancur.

5. Tutup preparat dengan cover glass

6. Periksa dibawah mikroskope dengan pembesaran


lemah hingga sedang.

7. Gambar bentuk parasit yag ditemukan.

Tugas 3. Kerjakan secara kelompok.


1. Lakukan pembuatan preparat kerokan kulit dari ternak yang menderita scabies
atau kudisan.
2. Gunakan metoda natif dengan larutan KHO 10 %.
3. Periksa dibawah mikroskope.
4. Buat laporan berikut gambar parasit darah yang diketemukan.
5. Kumpulkan dalam waktu 2 minggu setelah penugasan.

2.4 Pemeriksaan Lendir/spuntum atau leleran Organ

179
Lendir adalah cairan kental dan licin yang diperoduksi oleh sel epithel
dari jaringan mukosa tubuh, organ tubuh yang memproduksi lendir/mukosa
adalah hampir semua sistem organ tubuh berongga yang berhubungan
langsung dengan dunia luar, seperti: sistem organ pernafasan, organ
reproduksi dan pencernaan. Secara alami lendir akan diproduksi dalam
jumlah banyak jika ada rangsangan dari luar terutama oleh infeksi dari virus,
bakteri dan parasit dan khusus untuk organ reproduksi betina lendir akan
diproduksi dalam jumlah banyak saat sedang estrus dan saat melahirkan,
sehingga jika ada kasus diluar dari hal tersebut berarti merupakan kelainan
yang harus diperiksa secara laboratirium.

Pemeriksaan lendir untuk parasitologi bertujuan untuk:


1. Menetukan adanya parasit protozoa yang hidup pada jaringan mukosa
seperti: Coccidiosis/emeria. sp, Trichomonas faetus. sp, Amuba dan
entamuba. Sp.
2. Menentukan adanya bakteri pencemar/yang menginfeksi selaput lendir.
3. Menentukan adanya kerontokan sel epithel yang terjadi pada sistem
organ.
i. Teknik mengambil bahan/sampel atau spesiemen.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Siapkan alat dan bahan berupa:


- Sendok atau spoit plastik tanpa jarum atau
sendok kuret
- Cawan petri/ botol spesimen
- Tali ternak
- Objek glass
2. Lakukan pengambilan lendir atau leleran organ
A. Dari faeces:
- Ambil lendir yang terdapat pada faeces
dengan sendok dan tampung pada botol
spesimen atau cawan.
- Beri kode spesimen.
B. Dari Organ:
- Ambil lendir yang terdapat pada rongga
180
organ dengan sendok biasa atau sendok
kuret atau spoit.
- Masukkan ke dalam botol spesimen
atau cawan.
- Beri kode spesimen
C. Preparat sentuh.
- Sentuhkan tengah objek glass pada
bagian norgan yang berlendir.
- Buat preparat ulas setipis mungkin.

2.4.2 Teknik Memeriksa Spesiemn Lendir/leleran organ.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Buat preparat ulas tipis dari lendir/leleran organ pada


objek glass.
2. Rekatkan peparat dengan fiksasi diatas bunsen
3. Beri pewarnaan geimza atau wright (seperti pada
pewarnaan ulas darah tipis).
4. Periksa dibawah mikroskope, tentang:
- Parasit protozoa.
5. - Bentuk dan jumlah sel epithel.
- Jumlah sel darah putih.
- Adanya sel darah merah
- Telur cacing pernafasan.

6. Gambarlah parasit yang ditemukan dari hasil


pemeriksaan

Tugas 4. Kerjakan secara kelompok.


1. Lakukan pembuatan preparat leleran organ/lendirt dari ternak yang dicurigai
sakit.
2. Gunakan metoda pewarnaan geimza atau wright
3. Periksa dibawah mikroskope.
4. Buat laporan berikut gambar parasit darah yang diketemukan.
5. Kumpulkan dalam waktu 2 minggu setelah penugasan.

2.5 Pemeriksaan Cairan Getah Bening/ Lymfe.

181
Cairan getah bening disebut juga cairan lymfe yaitu suatu cairan yang
berasal dari pembuluh lymfe. Cairan lymfe sebenarnya berasal dari bagian
darah balik, secara singkat diuraikan sebagai berikut:
1. Organ tubuh selalu menerima aliran darah dari jantung melalui arteri hingga
arteri terkecil yang disebut arteiokol dan masuk ke dalam sel jaringan, dari
sel-sel jaringan darah kemudian kembali ke jantung melalui vena terkecil
yaitu venula atau venokol, venula ke vena terus vena cava dan berakhir ke
jantung.
2. Jumlah darah yang datang/masuk ke organ dan yang meninggalkan organ
lebih banyak darah yang datang, sedang daya tampung vena dan junlah darah
yang memasuki jantung terbatas sesuai ritme kerja jantung, sehingga untuk
mencegah terjadinya pembengkaan organ akibat kelebihan jumlah aliran
darah, maka darah dialirkan melalui pembuluh lymfe.
3. Aliran lymfe ini sejalan dengan vena darah dan dibeberapa tempat sebelum
menuju vena yang lebih besar cairan lymfe akan disaring oleh kelenjar
lymphoglandulla.
4. Cairan lymfe berisi sama dengan cairan darah vena yang tak beroksigen,
kemudian bersatu kembali masuk ke dalam vena cranial dan vena caudal
untuk menuju jantung.
5. Jika terjadi infeksi oleh parasit baik pada darah atau organ tubuh, maka
penyakit atau parasit tersebut akan tertahan pada kelenjar lymphoglandulla,
sehingga cairan lymfe dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan yang
akurat pula.

2.5.1 Teknik Pengambilan Cairan Getah Bening.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Siapkan alat dan bahan berupa:


- Spoit dan jarum suntik ukuran kecil.
- Cawan petri/ botol spesimen
- Tali ternak

182
- Objek glass
- Alkohol 70 %.
- Kapas steril.

2. Lakukan pemeriksaan lymphoglandulla yang


mengalami pembengkaan atau sakit sat dipalpasi

3. Oleskan alkohol 70 % pada kelenjar tersebut dan


biarkan mengering.

Tusuk limphoglandulla dengan sopit recort dan hisap


4. cairan getah bening secukupnya 0,1- 1 ml.

Tampung pada botol spesiem atau langsung dibuat


5. preparat ulas tipis

2.5.2 Teknik Pemeriksaan Preparat getah bening.

No Langkah Kerja Penjelasan

1. Buat preparat ulas tipis dari cairan getah bening pada


objek glass.
2. Rekatkan peparat dengan fiksasi diatas bunsen
3. Beri pewarnaan geimza atau wright (seperti pada
pewarnaan ulas darah tipis).
4. Periksa dibawah mikroskope, tentang:
- Parasit protozoa.
- Bentuk dan jumlah sel epithel.
- Jumlah sel darah putih.
- Adanya sel darah merah
- Larva cacing

5. Gambarlah parasit yang ditemukan dari hasil


pemeriksaan

183
Tugas 5. Kerjakan secara kelompok.
1. Lakukan pembuatan preparat dari cairan getah bening dari ternak besar yang
dicurigai menderita sakit sebanyak 2 buah.
2. Gunakan metoda pewarnaan geimza atau wright
3. Periksa dibawah mikroskope.
4. Buat laporan berikut gambar parasit darah yang diketemukan.
5. Kumpulkan dalam waktu 2 minggu setelah penugasan.

Refleksi
Setelah saudara melsakukan praktek dan menyelesaikan tugas, maka jelaskan:
1. Apa yang menjadi titik fokus dari pemeriksaan
a. Spesimen faeces
b. Spesimen darah
c. Spesimen kerokan kulit
d. Spesimen leleran atau lendir organ
e. Spesimen cairan getah bening.

Test Formatif
1. Bahan apa yang digunakan untuk melisiskan sel darah merah pada pewarnaan
preparat ulas darah tebal
2. Bahan apan yang digunakan untuk menghancurkan/melarutkan tenunan kulit
saat memeriksa ectoparsasit kulit.
3. Apa kegunaan garam jenuh atau larutan gula sheather pada pemeriksaan telur
cacing.
4. Berapa lama waktu yang digunakan untuk merendam preparat dengan larutan
buffer geimza.
5. Bahan antikoagulan darah yang umum digunakan adalah EDTA, singkatan dari
apa EDTA.
6. Bahan utama yang digunakan untuk menentuakn adanya parasit seperti
entamuba, trichomonas faetus dan jenis amuba lainnya adalah:
7. Apa hasil yang bisa diperoleh dari pemeriksaan faeces secara natif.
8. Apa hasil yang bisa diperoleh dari pemeriksaan darah secara pewarnaan geimza.
9. Apa fungsi atau kegunaan dari bahan metanol dalam pewarnaan geimza.
10. Apa fungsi atau kegunaan bahan yodium tinctura saat kita mengambil spesimen
kerokan kulit.

184
C. Penilaian

1. Penilaia Sikap
No Ranah Penialain Nilai Keterangan
1 Keaktifan dalam praktek
2 Keaktifan bertanya dan menjawab
3 Ketepatan waktu saat mengumpulkan tugas
4
5

2. Penilaian Pengetahuan
No Nama Siswa Nilai yang diperoleh dari Jumlah Rata-rata
Refleksi Tugas Formatif

3. Penilaian Ketrampilan
No Ranah Penialain Nilai Ket.
1. Ketepatan menyebut kegunaan alat
2. Ketepatan menggunakan alat
3. Kerapian merawat alat
4. Keruntutan/sistematik kerja saat merawat alat
5. Kebersihan mencuci/merawat alat
6. Ketepatan dalam sterilisasi alat.
7. Ketepatan dalam menyimpan alat

185
PENUTUP

Dengan selesainya mempelajari buku teks bahan ajar ini, diharapkan siswa SMK-
Pertanian Pembangunan Program Studi Kesehatan Hewan telah menguasai
kompetensi dasar dari suatu rangkaian tindak diagnosa penyakit hewan khusus yang
disebabkan oleh parasit dan mampu menggunakan peralatan diagnostik secara benar.
Mengacu pada standar isi, desain, dan tata letak, penulis menyadari akan ketidak
sempurnaan buku ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan isi buku ini.

186
DAFTAR PUSTAKA

Akoso Budi Tri. 1998. Kesehatan unggas. Yogyakarta: Kanisus.


-------------------. 1998. Ilmu penyakit Ternak. Yogyakarta: Kanisus.
Djannah Dj. 1984. Parasit dan Parasitsme.Jakarta: CV. Yasaguna.
Gandasoebrata. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Hadiutomo RS. 1986. Penuntun laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: EGC.
Hasdianah. 2012. Mikrobiologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Koes Irianto. 2012. Mikrobiologi (Menguak Dunia Mikroorganisme). Bandung: Yaama
Widya.
Levine D Norman. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Murtidjo BA. 1997. Pengendalian Hama dan Penyakit Unggas. Yogyakarta: Kanisius.
Noble E R. 1989. Parasitologi (Biologi Parasit Hewan). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Rahardja K, Tan Hoan Tjay. 2002. Obat-obat Penting. Jakarta: Gramedia.

187
Adendum
1. Obat Anti Parasit.

2. Tujuan Pembelajaran:

- Memahami pengertian anthelmintika/anthelmetika/Obat Cacing.


- Memahami mekanisme kerja anthelmintika terhadap agen penyakit.
- Memahami penggolongan anthelmintika berdasar tinjauan asal obat, daya kerja
dan khasiatnya
- Mampu menghitung dosis obat anthelmintika untuk pengobatan ternak
- Mampu membaca resep untuk kombinasi obat anthelmintika.
- Mampu memberikan obat anthelmintika pada ternak dengan berbagai aplikasi.

3. Uraian Materi

1. Anthelmintika (obat cacing)

Anthelmintika disebut juga obat cacing, yaitu obat untuk memberantas penyakit
parasit yang disebabkan oleh cacing baik pada fase telur, larva maupun dewasa. Obat
cacing mencakup semua zat yang bekerja menghalau cacing dari saluran cerna hingga
sistemik, dari fase telur hingga dewasa.
Parasit cacing biasanya tidak menimbulkan penyakit serius jika dilakukan pencegahan
dengan pemberian obat cacing setiap 2-3 bulan sekali. Bila hal ini tidak dilakukan,
pada kasus-kasus tertentu cacing (contoh: cacing hati) bisa menyebabkab penyakit
kronis yang merusak organ hingga 80 %. Diagnosis cacing dilakukan dengan
pemeriksaan feses baik uji sedimen, uji apung atau secara natif.

Jenis Obat Cacing.

188
1. Mebendazol (Vermox) dan derivatnya, merupakan obat cacing berspektrum luas
( mampu membunuh cacing kremi, pita, gelang, tambang dan cambuk). Obat ini
banyak digunakan untuk memberantas infeksi cacing. Mekanisme kerja obat ini
adalah dengan menghalangi masuknya glukosa ke tubuh cacing dan mempercepat
penggunaan glikogen. Obat ini sulit diserap oleh usus (hanya 10%). Bagi ternak
laktasi dan bunting sebaiknya tidak diberikan obat ini. Dosis: 2 mg/kg bobot
badan dan diulangi 14 hari kemudian melalui mulut. Derivat obat cacing ini,
antara lain:
a. Thiabendazol. Merupakan obat cacing yang efektif untuk golongan Nemathoda
pada fase larva maupun dewasa. Mekanisme kerjanya diperkirakan akan
mengganggu metabolisme tubuh cacing. Efek samping adalah mual, muntah,
anoreksia dan pusing. Dosis obat: 25 mg/kg bobot badan maksimal 1,5
gram/ekor/hari.
b. Albendazol. Merupakan obat cacing yang efektif untuk cacing Nematoda dan
Cestoda. Efek samping biasanya hewan mengalami anoreksi, rontok bulu, demam,
exanthema. Dosis pemakaian: 2 mg/kg bobot badan dan diulangi 14 hari
kemudian.
2. Piperazin, Obat ini efektif terhadap nemathoda (ascaris, oxyuris). Obat ini
bekerja dengan menghalangi penyaluran impuls syaraf hingga ke otot, sehingga
cacing akan lumpuh dan kemudian dikeluarkan melalui anus dengan gerakan
peristaltik usus, karena obat ini juga bersifat laxantia yang lemah. Dosis
pemakaian: 60-75 mg/kg bobot badan atau maksimal 3 gram/ekor selama 2-3
hari. Derivat yang penting dari piperazin adalah Diethilkarbamazin. Obat ini
aman bagi induk bunting dan menyusui. Dosis 2-4 mg/kg berat badan/perhari
dan diberikan selama 4-6 hari.
3. Piranthel (Combandrin, Quatrel). Obat ini efektif terhadap nemathoda dan
cestoda dalam saluran pencernaan, tetapi tidak cocok untuk mengobati cacing
hati, paru-paru dan saluran darah. Mekanisme kerjanya sama dengan piperazin
yaitu melumpuhkan cacing. Tidak boleh diberikan pada ternak bunting dan
menyusui. Dosis: 10 mg/kg bobot badan/hari dan diberikan selama 3 hari. Untuk

189
meningkatkan daya kerjanya, obat ini biasa digabung dengan mebendazol dengan
campuran: 100 mg piranthel + 250 mg mebendazol.
4. Levamizol (levotetramizol, ascaridil, ergamizol). Obat ini efektif untuk cacing
nematoda usus. Mekanisme kerja melumpuhkan cacing. Obat ini berkhasiat pula
dalam membentuk /merangsang zat imum pada tubuh inang. Dosis: 2 mg/kg
berat badan/hari secara per os/oral/mulut).
5. Praziquanthel. Obat ini efektif terhadap schistozoma dan cacing pita, tetapi tidak
efektif terhadap cacing hati. Obat ini hampir tidak memiliki efek samping. Dosis:
10 mg/kg bobot badan/ hari.
6. Niklosamide. Obat ini efektif terhadap cacing pita baik Tenia solium pada babi
maupun T. saginata pada sapi dan manusia tetapi tidak efektif terhadap cacing
lainnya. Efek samping sangat kecil tetapi obat ini sangat toksik sehingga harus
hati-hati dalam pemakaiannya terutama jika ada luka pada saluran cerna. Dosis:
25 mg/kg bobot badan/hari selama 3 hari.
7. Ivermectin (Mectizan). Obat ini merupakan obat cacing berspektrum luas
bahkan terhadap semua infeksi parasit baik ekto maupun endoparasit. Obat ini
dibuat dari fermentasi jamur Streptomycetes avermitilis. Efek samping sangat
ringan berupa gatal-gatal pada kulit dan sedikit pusing. Dosis: 1 mg/ 8 kg bobot
badan. Diberikan melalui suntikan sub cutan atau per os/melalui mulut.
8. Obat tradisional. Obat cacing tradisional masih sering digunakan untuk baik pada
manusia maupun hewan. Obat cacing tersebut antara lain: minyak chenopodi,
gentian violet, santonin (kulit manggis), papain (gatah pepaya), ekstrak
mengkudu.

Tabel 14. Obat-obat Anti Parasit di Pasaran (Obat Patent).


No Nama Obat Kandungan Efektif pada Dosis dan aplikasi
1. Dovenix Nitroksinil 25 % (25 - Cacing hati - Ruminasia 1 ml/25
gram dalam 100 ml kg bobot badan
pelarut). (bb)

190
2 Flukicide Albendazole - Cacing - Anjing : obat
bolus pencernaan diencerkan 10 kali
- Cacing paru- (1:9) disuntik 0,4
paru ml/kg bb/ sub
- Cacing hati cutan (SC).
- Cacing pita
(moniezia)
3 Klosan Closantel 2 - Sapi : 1 bolus/ 300
- Spektrum luas
gram/bolus kg bb

Closantel 200 - Kuda: 1 bolus/ 450

mg/kaplet kg bb

4 Ivomec Super Invermectin dan - 1 bolus/200 g/oral


- Spektrum luas,
Clorsulon - 2-4 kaplet/ekor
untuk semua
parasit (endo anak sapi/

dan ekto kambing/ domba.


5 Intermectin Invermectin parasit) - < 25 kg = 0,5 ml/sub
cutan

- Spektrum luas, - 26-50kg= 1 ml/ SC


6 Mectisan Invermectin untuk semua - 50-75 kg=1,5 ml/ SC

parasit (endo - 100 kg = 2 ml/ SC

dan - 1 ml/50 kg bb/ SC

ektoparasit)
- Spektrum luas,
untuk semua 1 ml/ 50 kg bb/ sub

parasit (endo cutan

dan
ektoparasit)

191
Obat Anti Protozoa dan Amoebiasis:

Yang dimaksud dengan anti parasit protozoa dan amoebiasis adalah obat-obat yang
digunakan untuk memberantas penyakit parasit berukuran kecil
(mikroorganisme/yang tidak kasat mata). Obat golongan ini dibedakan menjadi: (1)
Obat Anti Protozoa dan (2) Obat Amoebiasis. Parasit seperti amuba dan protozoa
dapat dipastikan memiliki siklus hidup, dimana setiap fase memiliki masa infektif atau
tidak infektif.
Pada saat ini obat-obatan jenis ini telah berkembang pesat dan di pasar tersaji jenis
obat campuran yang memiliki fungsi ganda dalam pengobatan.

Jenis protozoa yang sering menyebabkan sakit dan jenis obat yang digunakan, antara
lain:
1. Plasmodium malariae, merupakan penyakit parasit darah dengan induk semang
nyamuk. Penyakit ini hingga saat ini masih menjadi penyakit laten di beberapa
daerah dan tersebar ke seluruh dunia. Obat malaria:
a. Kinin. Merupakan alkaloida dari kulit pohon kina (Chincona rubra) yang berasal
dari Amerika. Obat ini memiliki aktifitas sebagai: (a) antiplasmodium dengan
membunuh tropozoid malaria dalam sel darah merah dan juga gametozitnya, (b)
antipiretik. Obat ini memiliki kemampuan menurunkan demam dan analgetika
rendah, (c) antioksitosis yaitu bekerja sebagai perangsang kontraksi otot dan
uterus dan (d) spasmolisis yaitu untuk meredakan kejang-kejang di betis kaki.
Efek samping: nyeri kepala, pusing, gangguan pendengaran, gemetar, mual dan
menggigil. Dosis: untuk malaria tropika akut: 10-15 mg/kg bobot badan/hari
selama 7 hari, kemudian disusul 1 minggu sekali dengan primaquin dengan dosis
10-15 mg/kg bobot badan.
b. Kloroquine, adalah obat pilihan utama untuk pengobatan malaria sebab berkerja
cepat dan lebih aman dibanding kinin. Selain sebagai obat malaria kloroquin juga

192
berkhasiat sebagai anti amuba dan antiradang. Efek samping: kejang-kejang,
gangguan saluran cerna, sakit kepala, gatal-gatal dan gangguan darah (anemia).
Dosis: 5 mg/kg bobot badan setiap 6 jam selama 2 hari.
c. Primakuin, berkhasiat mematikan stadium EE primer dan skunder.
2. Trichomonas vaginalis/T. foetus. Protozoa ini penyebab penyakit keputihan pada
wanita dan pyometra (timbunan nanah dalam uterus; volume nanah yang
tertimbun dapat mencapai 80 liter), maserasi fetus (kehancuran janin; biasanya
terjadi pada umur kebuntingan kurang dari 3 bulan) pada sapi. Trichomonas
foetus adalah jenis protozoa berbulu cambuk yang hidup pada organ kelamin
betina. Umumnya infeksi ini tanpa gejala hingga radang vagina dengan nanah
berwarna putih sampai kuning kehijauan yang berbusa dan busuk, gatal-gatal
serta sulit kencing. Pengobatan : Metronidazol atau tinidazol 2 gram dan langsung
diberikan kedalam vagina selama 6 hari.
3. Giardia lamblia. Merupakan penyebab diare kronis pada manusia yang terinfeksi
oleh kista amuba didalam usus besar. Tanda-tanda penyakit ini mual dan diare
secara periodik. Pengobaan: Metronidazol atau tinidazol 2 gram dalam makanan
atau air minum selama 2-3 hari.
4. Trypanosoma evansi, T .vivax, T. gambia. Merupakan penyebab penyakit tidur
pada manusia dan penyakit surra pada ternak dengan tanda-tanda terjadi
pembengkakan pada daerah scrotum hingga dada bagian bawah, jalan
sempoyongan, haemoglobinuria, berkeliling (berputar-putar). Oleh karena itu
penyakit ini disebut penyakit 7 keliling. Pengobatan: Trypamedium 10 ml secara
Intra muskuler atau Naganol 3 gram dalam larutan 10 % secara Intra Vena.
5. Emeria sp. Merupakan penyebab penyakit berak darah/coccidiosis pada unggas.
Protozoa ini menyerang mukosa usus unggas dan menyebabkan berak darah,
sayap terkulai, lumpuh hingga mati. Pengobatan: Sulfa Quinoxalin 34 gram/liter
selama 3 hari.
6. Anaplasma sp. Parasit penyebab demam tinggi pada ternak yang menyerang sel
darah merah dengan ciri adanya titik kromatin, tidak memiliki plasma dan berada
pada bagian sentral/tengah sel.

193
7. Babesia sp/Piroplasma sp. Merupakan penyebab malaria sapi. Parasit darah ini
hidup di dalam sel darah merah, dengan ciri berada di tepi sel dengan bentuk
seperti buah pir atau buah advokad kecil, bisa berpasangan atau saling
bersilangan pada tepi sel darah merah.
8. Theilleria sp. Golongan riketsia ini menyerang sel darah merah dengan gejala
demam tinggi dan haemoglobinuria.

Jenis Obat Anti Parasit lainnya, diantaranya:


1. Emetin: obat ini berkhasiat amoebiasis sistemik terutama untuk Entamoeba
histolitica, tetapi kurang efektif untuk E. minuta. Obat ini sudah sangat kurang
digunakan setelah ditemukan metronidazol.
2. Kloroquin. Obat ini dikenal sebagai anti malaria dan antiradang juga sebagai anti
amoeba dan sering dikombinasi dengan metronidazol. Dosis: 10 mg/kg bobot
badan/hari selama 3-5 hari.
3. Metronidazol (flagistatin, rodogyl). Obat ini berkhasiat sebagai anti bakteri
baik gram positif maupun gram negatif dan anti protozoa yang luas. Daya kerja
obat ini menghalangi sisntesa asam nukleat (asam inti). Obat ini merupakan obat
pilihan pertama untuk pengobatan amuba. Dosis: 10-15 mg/kg bobot badan/hari,
dan diberikan secara terus selama 5-7 hari secara per oral.
4. Tinidazol, secnidazol, nimorazol. Obat derivat dari metronidazol yang berfungsi
sama bahkan lebih kuat dibanding metronidazol. Dosis: 10 mg/kg bobot
badan/hari selama 4-6 hari.
5. Dilosanida (furamide). Obat ini efektif untuk Entamoeba minuta dalam usus.
Dosis: 20 mg/kg bb/hari selama 4-6 hari.
6. Antibiotika/antibakterial dan amoebiasid. Obat antibakterial juga ada yang
efektif terhadap amuba diantaranya: tetrasiklin, eritromicin dan paromomisin.
Paromomisin juga efektif terhadap beberapa jenis cacing pita. Dosis lihat
antibiotika antibakterial.

194
Obat-obat paten.

1. Tryponil. Obat ini mengandung zat aktif: Diminazene aceturate 1,05 gram dan
phenezone 1,31 gram dalam setiap bungkus. Obat ini efektif terhadap
Trypanozoma evansi (penyebab surra), Babesia (penyebab
babesiosis/piroplasmosis) serta Theilleria. Cara pemakaian: 1 bungkus
dilarutkan dalam 15 ml aquades. Disuntikkan secara sub cutan atau intra
muskuler 1 ml/ 20 kg bobot badan. Kontra indikasi: gangguan ginjal, gangguan
fungsi hati dan hipersensitif terhadap obat ini
2. Trypamedium. Obat ini mengandung Isometamidium HCL. Efektif terhadap
penyakit Surra dari berbagai fase yang menyerang sapi, kerbau, kuda, keledai dan
unta. Pemberian: obat dilarutkan dalam larutan 1–2 %, kemudian disuntikkan
secara i.m dengan dosis: Pengobatan : 0,5 – 1 mg/kg bobot badan secara intra
muskuler atau intra vena sedang untuk dosis pencegahan 0,25-0,5 mg/kg bobot
badan secara intra muskuler. Pencegahan dilakukan 3-4 kali setahun.
3. Neguvon. Obat sintetis ini mengandung Trichiorfon. Berkhasiat untuk ekto dan
endoparasit seperti Ascaris spp, Schistizoma nasale, Trichostrongylus, trichuris,
kaskado, scabies, pinjal, kutu, dll. Cara pemakaian: obat dilarutkan menjadi 1-
2:1000. Kemudian disemprotkan pada tubuh, atau dipping untuk pengobatan
ektoparasit. Sedang untuk endoparasit: ternak dipuasakan semalam kemudian
Neguvon dicampur dengan pakan sebanyak 5 gram/100 kg. bobot badan.
4. Mectisan. Berkhasiat memberantas ekto dan endoparasit. Obat ini mengandung
Ivermectin 10 mg/ml larutan. Cara pemakaian disuntikkan secara Sub Cutan.
Sapi : 2 ml/100 kg bobot badan. Kambing: 1 ml/50 kg bobot badan. Babi: 1
ml/33kg bobot badan dan anjing 0,05-0,1 ml/ 10 kg bobot badan.
5. Ivomect dan Intermectin : Baca pada sub bab obat cacing.
6. Baycox solution 2,5 %. Merupakan obat anti coccidiosis berspektrum luas.
Setiap 1 liter Baycox mengandung 25 gram Totrazuril. Cara pemakaian: 2 ml
Baycox dilarutkan dalam 1 liter air. Diberikan melalui air minum selama 2-3 hari

195
berturut-turut. Obat ini bisa dikombinasi dengan antibiotika seperti: ampicilin,
tetrasiklin, tylosin, neomicyn,dll.
7. Sq-plus, Coccystop, Saquadil, dll. Merupakan obat merek dagang dari berbagai
perusahaan obat yang prinsipnya berisi Sulfa Quinoxalin. Merupakan obat untuk
koksidiosis yang aman digunakan. Dosis 5-10 mg/ekor, atau 1 gram obat
dilarutkan dalam 1 liter air, diberikan selama 3-4 hari berturut-turut.

196

Anda mungkin juga menyukai