Anda di halaman 1dari 70

1

MODUL 1
KEPERAWATAN ORTHOPEDI

KEPERAWATAN ORTHOPEDI

Oleh :
Sunarto, S.ST., M.Kes
NIDN.4017127501 / NIP.197512172008121001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2017

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
2

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan atas terselesainya modul keperawatan orthopedi


I. Modul ini merupakan salah satu dari seri modul keperawatan orthopedi yang akan anda
pelajari. Di dalam modul ini Anda akan membahas dan mempelajari secara khusus dan cukup
terperinci mengenai kasus-kasus dalam bidang yang bersinggungan dengan sistem
muskuloskeletal. Keperawatan ortopedi merupakan area spesifik yang membutuhkan
kompetensi perawat untuk mengatasi masalah sistem muskuloskeletal dengan berbagai
penyebab yang meliputi degeneratif, traumatik, inflamasi, kongenital, metabolik, dan onkologi.
Untuk itu diperlukan suatu keterampilan khusus yang mendukung agar seorang perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan khususnya di bidang orthopedi secara
komprehensif.
Keperawatan orthopedi adalah mata kuliah muatan lokal yang dirancang khusus
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa guna mengenal lebih jauh akan gangguan
sistem muskuloskeletal secara lehih lanjut, sehingga mahasiswa dituntut untuk menekuni
terlebih dahulu bagian pendahuluan yang terdapat di dalam setiap modul beserta tujuan baik
umum maupun khusus pada setiap kegiatan belajar maupun praktikum.
Akhirnya dengan segala informasi tersebut diharapkan mampu memberikan petunjuk
bagi para mahasiswa untuk dapat mengikuti dengan penuh kesungguhan sehingga mampu
mencapai tujuan yang di harapkan.

Semoga Sukses !!

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
3

DAFTAR ISI

Hal.
Halaman Judul…………………………………………………………………………. 1
Kata Pengantar………………………………………………………………………... 2
Daftar isi………………………………………………………………………………... 3
Tinjauan Mata Kuliah…………………………………………………………………. 5
A. Deskripsi Mata Kuliah………………………………………………………….. 5
B. Capaian Pembelajaran………………………………………………………… 5
C. Petunjuk Pembelajaran………………………………………………………... 6
I. Pendahuluan……………………………………………………………………….. 8
II. Kegiatan Belajar…………………………………………………………….......... 9
A. Kegiatan Belajar 1 Asuhan keperawatan pada klien dengan tindakan
ORIF dan OREF……………………………………………………………. 9
1. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………... 9
2. Pokok-pokok Materi…………………………………………………….. 9
3. Uraian Materi……………………………………………………………. 9
4. Contoh Gambaran Umum asuhan keperawatan……………………. 15
5. Contoh Penulisan Kasus………………………………………………. 30
6. Tugas Mandiri…………………………………………………………… 31
7. Petunjuk Tugas Mandiri……………………………………………….. 31
8. Rangkuman……………………………………………………………… 31
9. Test Formatif……………………………………………………………. 32
10. Umpan Balik dan Tindak Lanjut………………………………………. 34

B. Kegiatan Belajar 2 Asuhan keperawatan pada klien dengan congenital


deformitas……………………………………………………………………….. 35
1. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………. 35
2. Pokok-pokok Materi………………………………………………………… 35
3. Uraian Materi dan Contoh Kasus lengkap Asuhan Keperawatan…….. 35
4. Tugas Mandiri……………………………………………………………….. 45
5. Petunjuk Tugas Mandiri……………………………………………………. 46
6. Rangkuman…………………………………………………………………. 46
7. Test Formatif……………………………………………………………….. 47
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………………………………… 48

C. Kegiatan Belajar 3 Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit


tulang…………………………………………………………………………… 50
1. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………… 50
2. Pokok-pokok Materi…………………………………………………………. 50
3. Uraian Materi dan Contoh Kasus lengkap Asuhan Keperawatan………. 50
4. Tugas Mandiri………………………………………………………………… 53
5. Petunjuk Tugas Mandiri………………………………………………………. 54
6. Rangkuman……………………………………………………………………. 54
7. Test Formatif………………………………………………………………….. 55
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………………………………….. 56

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
4

D. Kegiatan Belajar 4 Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit


sendi 57
1. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………… 57
2. Pokok-pokok Materi…………………………………………………………. 57
3. Uraian Materi dan Contoh Kasus lengkap Asuhan Keperawatan………. 57
4. Tugas Mandiri………………………………………………………………… 61
5. Petunjuk Tugas Mandiri………………………………………………………. 61
6. Rangkuman……………………………………………………………………. 62
7. Test Formatif………………………………………………………………….. 63
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut…………………………………………….. 64

III. Penutup……………………………………………………………................................. 65
Kunci Jawaban
Daftar Pustaka
Glosarium
Lampiran

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
5

TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Keperawatan orthopedi mempunyai bobot 2 sks dengan 1 sks teori dan 1
sks praktek. Mata kuliah ini diperuntukan bagi mahasiswa program studi keperawatan
baik diploma III maupun diploma IV Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta. Mata
kuliah ini memberikan pemahaman lebih jauh tentang gangguan sistem muskuloskeletal
dengan berbagai penyebab yang meliputi degeneratif, traumatik, inflamasi, kongenital,
metabolik, dan onkologi. Agar pemahaman anda tentang konsep dasar Keperawatan
orthopedi lebih lengkap maka disarankan agar anda aktif membaca berbagai literatur lain
maupun sumber bacaan yang relevan dengan berbagai media yang ada.
Materi yang akan dibahas dalam mata kuliah ini meliputi : Asuhan keperawatan pada klien
dengan tindakan ORIF dan OREF, congenital deformitas, penyakit tulang dan penyakit
sendi.
B. Capaian Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari materi mata kuliah ini, di akhir semester anda diharapkan
mampu memberikan asuhan keperawatan orthopedi secara komprehensif. Untuk
mencapai capaian pembelajaran tersebut , sebelumnya secara khusus anda diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
tindakan ORIF dan OREF,meliputi :
a. Melakukan pengkajian
b. Menentukan diagnosa
c. Membuat perencanaan
d. Melakukan tindakan
e. Melakukan evaluasi
2. Menjelaskan konsep dasar dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
congenital deformitas, meliputi :
a. Melakukan pengkajian
b. Menentukan diagnosa
c. Membuat perencanaan

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
6

d. Melakukan tindakan
e. Melakukan evaluasi
3. Menjelaskan konsep dasar dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit tulang, meliputi :
a. Melakukan pengkajian
b. Menentukan diagnosa
c. Membuat perencanaan
d. Melakukan tindakan
e. Melakukan evaluasi
4. Menjelaskan konsep dasar dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit sendi, meliputi :
a. Melakukan pengkajian
b. Menentukan diagnosa
c. Membuat perencanaan
d. Melakukan tindakan
e. Melakukan evaluasi
C. Petunjuk Pembelajaran
Agar anda dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik maka sebaiknya ikuti petunjuk-
petunjuk dibawah ini.

1. Bacalah setiap penjelasan yang diberikan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-
gesa bila perlu cari sumber bacaan atau referensi terkait dengan media yang ada.

2. Kerjakan soal-soal atau latihan yang anda temukan dan cocokkan jawaban anda
dengan kunci jawaban yang ada pada modul ini.

3. Pelajari sekali lagi uraiannya, terutama pada bagian yang kurang anda pahami, bila
perlu cari sumber bacaan lain yang terkait.

4. Lakukan dengan sungguh-sungguh setiap aktifitas dan yang terpenting adalah anda
mengerjakan dan mendiskusikannya dengan teman-teman di kelompok atau bila
perlu minta bantuan pada senior anda.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
7

5. Siapkan kertas, pensil dan alat tulis lain yang anda butuhkan selama anda
mempelajari modul ini.

6. Gunakan sumber media yang ada untuk memperkaya keilmuan.

Dalam mempelajari mata kuliah ini diharapkan anda memahami bahwa materi pada modul 1
merupakan suatu rangkaian yang saling terkait dengan modul-modul berikutnya, sehingga
harus betul-betul di pahami agar mampu melaksanakan asuhan keperawatan orthopedi
secara komprehensif .

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
8

I. PENDAHULUAN

Selamat kepada anda yang saat ini berjumpa dengan modul keperawatan orthopedi, yang
mana akan membahas dan mempelajari secara khusus dan cukup terperinci mengenai kasus-
kasus dalam bidang yang bersinggungan dengan system muskuloskeletal. Keperawatan
ortopedi merupakan area spesifik yang membutuhkan kompetensi perawat untuk mengatasi
masalah sistem muskuloskeletal dengan berbagai penyebab yang meliputi degeneratif,
traumatik, inflamasi, kongenital, metabolik, dan onkologi. Saya ucapkan selamat pada anda,
karena anda mempunyai kemauan dan semangat untuk terus mempelajari modul-modul
selanjutnya. Pada modul keperawatan orthopedi ini anda akan mempelajari beberapa
kegiatan belajar dan tugas-tugas belajar yang harus anda kerjakan. Isi dari modul
keperawatan orthopedi ini antara lain sebagai berikut :
A. Kegiatan belajar 1 : Asuhan keperawatan pada klien dengan tindakan ORIF dan OREF
B. Kegiatan belajar 2 : Asuhan keperawatan pada klien dengan congenital deformitas
C. Kegiatan belajar 3 : Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tulang
D. Kegiatan belajar 4 : Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit sendi
Anda akan mempelajari modul ini selama 4 x 50 menit : 200 menit, kemudian anda harus pula
melakukan kajian dengan berbagai literature yang tersedia baik di perpustakaan maupun
dengan media elektronik, melalui teori yang terbaru, jurnal yang mendukung maupun kajian
serta artikel yang ada, yaitu selama 4 x 50 menit : 200 menit.
Disetiap kegiatan belajar, anda akan mendapatkan berbagai tugas belajar yang diharapkan
anda mengerjakan sesuai perintah. Beberapa tugas dikerjakan langsung pada tempat (kolom
yang tersedia), atau anda dapat mengerjakan di tempat lain. Kunci jawaban telah disediakan
namun sebaiknya anda jangan terlebih dahulu melihatnya karena kemampuan serapan
belajar akan memberikan manfaat yang besar bagi anda dalam mempelajari modul ini. Anda
dinyatakan berhasil bila mampu menguasai 75 % materi modul ini yang ditandai dengan
kemampuan anda menjawab berbagai tugas.

Selamat belajar !!!

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
9

II. KEGIATAN BELAJAR

A. Kegiatan Belajar 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TINDAKAN ORIF DAN OREF

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, anda mampu ;
a. Menjelaskan pengertian tindakan ORIF dan OREF
b. Menyebutkab fungsi tindakan ORIF dan OREF
c. Menyebutkan tujuan tindakan ORIF dan OREF
d. menyebutkan indikasi tindakan ORIF dan OREF
e. Menyebutkan pemeriksaan penunjang diagnostic tindakan ORIF dan OREF
f. Melaksanakan Asuhan Keperawatan klien dengan tindakan ORIF dan OREF

2. Pokok-pokok Materi
Untuk mencapai tujuan Kegiatan Belajar 1 ini, pokok-pokok materi yang dibahas adalah ;
a. Pengertian tindakan ORIF dan OREF
b. Fungsi tindakan ORIF dan OREF
c. Tujuan tindakan ORIF dan OREF
d. Indikasi tindakan ORIF dan OREF
e. Pemeriksaan penunjang diagnostic tindakan ORIF dan OREF
f. Asuhan Keperawatan klien dengan tindakan ORIF dan OREF

3. Uraian Materi
a. Pengertian
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. Menurut Depkes (1995) satu tindakan untuk melihat
fraktur langsung dengan teknik pembedahan yang mencakup di dalamnya
pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama
penyembuhan.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
10

OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana prinsipnya tulang di
transfiksasikan diatas dan di bawah fraktur, sekrup atau kawat di transfiksi di bagian
proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.

b. Fungsi tindakan ORIF dan OREF


Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergeseran.

c. Tujuan tindakan ORIF dan OREF


Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada faktur terbuka yang tidak dapat di
reposisi tapi sulit dipertahankan

d. Indikasi tindakan ORIF dan OREF


Indikasi tindakan ORIF antara lain :
1. Fraktur yang tidak bisa sembuh.
2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi (Reksoperasirodjo, 1995).
Sedangkan indikasi OREF diantaranya :
1. Fraktur terbuka grade II dan III
2. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau patah tulang yang parah
3. Fraktur yang sangat kominutif (remuk) dan tidak stabil
4. Fraktr yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf
5. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain
6. Fraktur yang terinfeksi dimana fiksasi internal mungkin tidak cocok.
7. non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan
8. Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
11

e. Pemeriksaan penunjang diagnostic tindakan ORIF dan OREF


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk tindakan ORIF DAN OREF
antara lain :
a. Radiologi
Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang
sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Hal yang harus
dibaca pada x-ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya korteks sebagai
akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada
tidaknya rare fraction, sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi. Selain foto
polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti tomografi yang
menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit
divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks
dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di
ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma. Arthrografi:
menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa. Computed
Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang
dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain pemeriksaan Kalsium
Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang, Alkalin
Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik
dalam membentuk tulang, Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang
meningkat pada tahap penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).

f. Asuhan Keperawatan klien dengan tindakan ORIF dan OREF


Fokus intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan pada tindakan ORIF
dan OREF antara lain :

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
12

1. Resiko Tinggi Terhadap Trauma Berhubungan dengan Kehilangan


Integritas Tulang
Tujuan atau Kriteria evaluasi NOC yang diharapkan penulis adalah menunjukkan
Pengendalian Resiko ditandai dengan indikator 1 – 5 . tidak pernah, jarang,
kadang – kadang, sering, atau terus menerus ). Dengan kriteria hasil, mematau
lingkungan dan faktor resiko prilaku pribadi, mengikuti strategi pengendalian
resiko yang terpilih, memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko,
berpartisipasi dalam penampisan untuk mengidentifikasi resiko, menggunakan
sistem dukungan pribadi dan sumber – sumber komunitas untuk mengendalikan
resiko.
Intervensi menurut NIC adalah Pengelolaan Lingkungan Keamanan yaitu Pantau
dan manipulasi lingkungan fisikuntuk mendukung keamanan. Surveilans Kulit
yaitu Kumpulkan dan analisa data pasien untuk mempertahankan integritas kulit
serta membran mukosa.
Aktifitas Keperawatannya adalah pengkajian yaitu mengkaji Pengelolaan
Lingkungan Keamanan sesuai NIC berupa identifikasi kebutuhan keamanan
pasien berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku sebelumnya,
identifikasi resiko keamanan di lingkungan ( fisik, biologi, dan kimia ).
Intervensi Pendidikan Kesehatan Untuk Pasien atau Keluarga, Ajarkan kepada
pasien/keluarga tindakan keamanan pada area yang spesifik, Berikan materi
pendidikan yang berhubungan dengan strategi untuk mencegah trauma, Berikan
informasi tentang bahaya lingkungan dan ciri – cirinya ( misal tangga, jendela,
kunci pintu, kolam renang, jalan atau gerbang ).
Aktifitas Kolaborasi menurut NIC adalah Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan resiko, berikan alat – alat adaptif, Gunakan alat
pelindung (misal restrain).
2. Nyeri (Akut) Berhubungan dengan Spasme Otot, Gerakan Fragmen Tulang
Edema dan Cedera pada Jaringan Lunak, Alat Traksi / Imobilisasi, Stress
ansietas
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah menunjukkan Nyeri berupa
Efek Merusak, dibuktikan dengan indikator 1 – 5 ekstrem, berat, sedang, ringan
atau tidak ada, dengan kriteria penurunan penampilan peran atau hubungan

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
13

interpersonal, gangguan kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk


mengendalikan, penurunan konsentrasi, terganggunya tidur, penurunan nafsu
makan atau kesulitan menelan.
Menunjukkan Tingkat Nyeri, dibuktikan dengan indikator 1 – 5 ekstrem, berat,
sedang, ringan atau tidak ada, dengan kriteria, ekspresi nyeri lisan atau wajah,
posisi tubuh melindungi, kegelisahan atau ketegangan otot, perubahan dalam
kecepatan pernafasan, denyut jantung, atau tekanan darah.
Intervensi Prioritas NICnya adalah pemberian analgetik berupa penggunaan agen
– agen farmakologi untuk mengurangi nyeri, Sedasi Sadar Pemberian sedatif,
memantau respons pasien dan pemberian dukungan fisiologis yang dibutuhkan
selama prosedur diagnostik dan terapeutik, penatalaksanaan Nyeri meringankan
atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima
oleh pasien.
3. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka
Neusomuskuler .
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah, Menunjukkan Tingkat
Moblitas, ditandai dengan indikator 1 – 5 ketergantungan, membutuhkan bantuan
orang lain dan alat, membutuhkan bantuan orang lain, mandiri dengan
pertolongan alat bantu, atau mandiri penuh penampilan yang seimbang,
Penampilan posisi tubuh, Pergerakan sendi dan otot, Melakukan perpindahan,
Ambulasi
Intervensi Prioritas NICnya adalah terapi aktifitas, Ambulasi Meningkatkan dan
membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh,
Terapi Aktifitas, Mobilitas Sendi penggunaan pergerakan tubuh aktif untuk
mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi, perubahan posisi
memindahkan pasienatau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan,
menurunkan resiko kerusakan kulit mendukung integritas kulit dan meningkatkan
penyembuhan.
4. Kerusakan Integritas Kulit Atau Jaringan Berhubungan dengan Fraktur
Terbuka, Bedah Perbaikan Pemasangan Pen, Kawat, Sekrup
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah menunjukan Integritas Kulit
dan Membran Mokosa ditandai dengan indikator 1 – 5, ekstrem, berat, sedang,

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
14

ringan, atau tidak ada gangguan dengan kriteria suhu elastis, hidrasi, pigmentasi
dan jaringan dalam rentang yang diharakan, terbebas dari adanya lesi jaringan,
keutuhan kulit, menunjukkan Penyembuhan Luka.
Tujuan Utama di tandai dengan indikator 1 – 5 : tidak ada, sedikit, sedang,
banyak dan lengkap dengan kriteria penyatuan kulit, resolusi drainase dari luka
dan atau drain, resolusi dari bau luka.
Intervensi Prioritas menurut NIC adalah Perawatan Tempat Insisi pembersihan,
pemantaun, dan peningkatan proses penyembuhan pada luka yang ditutup
dengan jahitan, pengawasan kulit pengumpulan dan analisis data pasien untuk
mempertahankan integritas membran mukosa dan kulit, perawatan luka
pencegahan dan komplikasi luka dan peningkatan proses penyembuhan luka.
5. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif dan
Adanya Luka Terbuka
Tujuan atau kriteria evaluasi menurut NOC adalah faktor resiko infeksi akan
hilang dengan dibuktikan dengan keadekuatan status imun pasien, pengetahuan
yang penting, pengendalian infeksi dan secara konsisten menunjukkan perilaku
deteksi resiko dan pengendalian resiko. Pasien Menunjukkan Pengendalian
Resiko, dibuktikan oleh indikator 1 – 5 tidak pernah, jarang, kadang – kadang,
sering, konsisten menunjukkan
Dengan kriteria mendapat imunisasi yang tepat, memantau faktor resiko
lingkungan dan perilaku seseorang, menghindari pajanan terhadap ancaman
kesehatan, mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko, terbebas dari tanda
gejala infeksi, menunjukkan higiene yang adekuat
Intervensi Prioritas menurut NIC adalah pemberian imunisasi/vaksinasi :
pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit menular, pengendalian infeksi :
meminimalkan penularan agens infeksius.

Keuntungan dan komplikasi Eksternal Fiksasi


Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi awal dan latihan
awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena disuse dan imobilisasi
dapat diminimalkan,
Sedangkan komplikasinya adalah :

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
15

a. infeksi di tempat pen


b. kekakuan pembuluh darah dan syaraf
c. kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union/non union.
d. emboli lemak
e. overdistraksi fragmen

Hal-hal yang harus di perhatikan pada pemasangan eksternal fiksasi


a. Persiapan psikologis
penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang
fiksator eksternal alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.
Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan
bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat
ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan
fiksator ini.
b. Pemantauan terhadap kulit darah dan pembuluh saraf
Setelah pemasangan fiksator eksternal, bagian tajam fiksator atau pin harus
ditutupi untuk mencegah adanya cedera.
c. Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara
rutin, tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga
kebersihannya.
d. Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas
cedera di tempat lain.

4. CONTOH GAMBARAN UMUM ASUHAN KEPERAWATAN


I. PENGKAJIAN
Identitas : baik laki-laki maupun perempuan dapat mengalami bedah ortopedi, tidak
menuntut usia tergantung dari gangguan muskuluskeletal.
A. DATA SUBJEKTIF

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
16

a. Keluhan Utama
a. Persendian
1). Nyeri
2). Kekakuan
3). Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi
4). Keterbatasan gerak
b.Otot
1). Nyeri
2). Kelemahan Otot
c. Tulang
1). Nyeri
2). Deformitas
d. Pengkajian Fungsional
Pengkajian ini terkait dengan kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari ( ADL). Yang meliputi personal hygiene, eliminasi
berpakaian dan berhias, makan kemampuan mobilisasi serta kemampuan
berkomunikasi.

2. Riwayat Kesehatan dan Pengobatan.

Tanyakan pada klien mengenai masalah kesehatan yang pernah


dialaminya, khususnya yang terkait dengan ganguan muskuloskeletal. Informasi
ini akan memberi data dasar pada saat pemeriksaan fisik. Misalnya cedera yang
pernah dialami klien mungkin akan mempengaruhi nilai rentang gerak pada
persendian dan ekstremitas pada saat dilakukan pemeriksaan fisik. Demikian
juga nyeri persendian yang terjadi setelah menderita penyakit kerongkongan
yang mungkin mengindikasikan adanya demam rhematik.Data tentang imunisasi
juga diperlukan ( tetanus dan polio ), karena kekakuan pada persendian maupun
kejang pada otot dapat juga disebabkan oleh tetanus dan polio. Kondisi seperti ini
hampir mirip dengan arthritis.Pada wanita paruh baya perlu juga ditanyakan
mengenai riwayat menopause serta apakah pasien tersebut mendapat terapi
estrogen pengganti atau tidak. Wanita yang mengalami menopause lebih awal

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
17

biasanya berisiko menderita osteoporosis karena penurunan kadar estrogen


dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan kepadatan tulang. Selain penyakit
muskuloskeletal, adanya penyakit lain seperti DM, anemia dan sistemik lupus
eritematosus, juga perlu dikaji. Karena hal ini juga dapat menjadi resiko terjadinya
masalah muskuloskeletal seperti osteoporosis dan osteomyelitis.

3. Riwayat Keluarga.

Dapatkan informasi mengenai penyakit yang pernah diderita oleh anggota


keluarga seperti riwayat rheumatoid arthritis, gout atau osteoporosis. Kondisi ini
cenderung terjadi pada hubungan keluarga.

4. Riwayat Sosial.

Hal- hal yang dikaji disini meliputi pekerjaan yang berisiko terhadap terjadinya
gangguan muskuloskeletal. Termasuk juga aktivitas yang rutin dilakukan, pola
diet/ kebiasaan mengkonsumsi makanan maupun minuman keras, berat badan,
serta penanganan yang biasanya dilakukan jika terdapat keluhan.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik.

a. Inspeksi
Observasi kulit dan jaringan terhadap adanya perubahan warna,
pembengkakan, massa, maupun deformitas. Catat ukuran dan bentuk dari
persendian. Pembengkakan yang terjadi dapat dikarenakan adanya cairan
yang berlebih pada persendian, penebalan lapisan sinovial, inflamasi dari
jaringan lunak maupun pembesaran tulang. Deformitas yang terjadi termasuk
dislokasi, subluksasi, kontraktur ataupun ankilosis. Perhatikan juga postur
tubuh dan gaya berjalan klien, misalnya gaya berjalan spastik hemiparese
ditemukan pada klien stroke, tremor pada klien parkinson, dan gaya berjalan
pincang. Jika klien berjalan pincang, maka harus diobservasi apakah hal
tersebut terjadi oleh karena kelainan organik pada tubuh sejak bayi atau oleh

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
18

karena cedera muskuloskeletal. Untuk dapat membedakannya dengan melihat


bentuk kesimetrisan pinggul, bila tidak simetris artinya gaya berjalan bukan
karena cedera muskuloskeletal. Adakah kiposis,skoliosis atau lordosis.
b. Palpasi
Lakukan palpasi pada setiap sendi termasuk keadaan suhu kulit, otot,
artikulasi dan area pada kapsul sendi. Normalnya sendi tidak teraba lembek
pada saat dipalpasi, demikian juga pada membran sinovial. Dan dalam jumlah
yang sedikit, cairan yang terdapat pada sendi yang normal juga tidak dapat
diraba. Apabila klien mengalami fraktur, kemungkinan krepitasi dapat
ditemukan, tetapi pemeriksaan ini tidak dianjurkan karena dapat memperberat
rasa nyeri yang dirasakan klien.
c. Move /Gerak.

Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan


anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Pada pemeriksaan Move, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih
dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk
mengetahui gerakan normal penderita.

1) Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal


didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).
2) Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric.
Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.
3) Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh
factor intraarticuler atau ekstraarticuler.
4) Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita
sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh pemeriksa) dan gerak
pasif (bila pemeriksa yang menggerakan).
5) Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring, juga perlu
dilihat waktu berdiri dan berjalan. Pada pemeriksaan jalan, perlu dinilai
untuk mengetahui apakah adanya pincang atau tidak. Pincang dapat

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
19

disebabkan oleh karena instability, nyeri, discrepancy atau fixed


deformity.

d. Rentang Gerak ( ROM ).

Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh. Pada kondisi
normal sendi harus bebas dari kekakuan, ketidakstabilan,
pembengkakan,atau inflamasi. Bandingkan sendi yang sama pada kedua
sisi tubuh terhadap keselarasan.Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif
untuk masing-masing kelompok sendi otot mayor yang
berhubungan.Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang
menyakitkan.Beri klien cukup ruang untuk menggerakkan masing-masing
kelompok otot sesuai rentang geraknya.Selama pengkajian terhadap
rentang gerak, kekuatan dan tegangan otot , inspeksi juga memgenai
adanya pembengkakan, deformitas, dan kondisi dari jaringan sekitar,
palpasi atau observasi terjadinya kekakuan, ketidakstabilan, gerakan
sendi yang tidak biasanya, sakit, nyeri, krepitasi dan nodul-nodul.Bila
sendi tampak bengkak dan inflamasi, palpasilah kehangatannya.Selama
pengukuran rentang gerak pasif, minta klien agar rilek dan memungkinkan
pemeriksa menggerakkan sendi secara pasif sampai akhir rentang gerak
terasa. Pemeriksa membandingkan rentang gerak aktif dan pasif yang
harus setara untuk masing-masing sendi dan diantara sendi-sendi
kontralateral. Dalam keadaan normal dapat bergerak bebas tanpa sakit
atau krepitasi.Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan
sebuah goniometer untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat
gerakan. (Caranya tempatkan goniometer pada tengah siku dengan
lengan melebar disepanjang lengan bawah dan lengan atas klien. Setelah
klien memfleksikan lengan, goniometer akan mengukur derajat fleksi
sendi).Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh atau
pada posisi netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak penuh.
Bandingkan hasilnya dengan derajat normal gerakan sendi.Tonus dan
kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
20

sendi.Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rilek secara


pasif digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot normal
menyebabkan tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif selamanya
rentang geraknya.Periksa tiap kelompok otot untuk mengkaji kekuatan otot
dan membandingkan pada kedua sisi tubuh. Caranya minta klien
membentuk suatu posisi stabil. Minta klien untuk memfleksikan otot yang
akan diperiksa dan kemudian menahan tenaga dorong yang dilakukan
pemeriksa terhadap fleksinya . Periksa seluruh kelompok otot mayor.
Bandingkan kekuatan secara bilateral, dalam keadaan normal kekuatan
otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tenaga dorong, lengan
dominan mungkin sedikit lebih kuat dari lengan yang tidak
dominan.Bersamaan dengan tiap manuver : minta klien membentuk suatu
posisi kuatnya. Berikan peningkatan tenaga dorong secara bertahap
terhadap kelompok otot.Klien menahan dorongan dengan usaha untuk
menggerakkan sendinya berlawanan dengan dorongan tersebut.Klien
menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk
menghentikannya.Sendi seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi
variasi kekuatan tenaga dorong terhadap kelompok otot tersebut.Bila
kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan pita
pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan membandingkannya
dengan sisi yang berlawanan.

e. Tes kekuatan otot

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggerakkan tiap


ekstremitas ( pergerakan penuh ) dalam menahan tahanan. Lakukan
tindakan ini dengan menggunakan beberapa tahanan yang bervariasi.
Apabila klien tidak mampu melakukan gerakan untuk melawan tahanan
yang diberikan pemeriksa, maka klien untuk meggerakan ekstremitas
dalam melawan gravitasi. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, usahakan/
bantu klien untuk melakukan rentang gerak secara pasif. Apabila cara ini
juga tidak berhasil, maka perhatikan dan rasakan (palpasi) kontraksi otot

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
21

pada saat klien berusaha menggerakkannya. Dokumentasikan skala ini


dengan menggunakan skala berikut :

Skala kekuatan otot

5 Gerakan aktif, dapat melawan tahanan penuh 100 ( Normal )


4 Gerakan aktif, hanya dapat menahan sebagian tahanan 75 (
Kelemahan ringan )
3 Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 50 Cukup/ kelemahan sedang
2 Rentang gerak ( ROM ) pasif 25 ( Buruk )
1 Hanya terdapat kontraksi otot 10 Sangat buruk ( Kelemahan berat )
0 Tidak terdapat kontraksi otot 0 ( Paralisis )

Umumnya penulisan kekuatan otot di institusi kesehatan menggunakan


tanda atau symbol :

Kn.A : 543210 Kr.A : 543210


Kn.B : 543210 Kr.B : 543210

Arti tanda tersebut adalah :

Nilai kekuatan otot yang berada di sebelah kanan atas garis Kn.A :
543210 menunjukkan kekuatan otot ekstremitas kanan bagian atas,
sedangkan yang di sebelah kiri atas Kr.A : 543210 menunjukan kekuatan
otot ekstremitas kiri bagian atas.

Nilai kekuatan otot yang berada di sebelah kanan bawah garis Kn.B :
543210 menunjukkan kekuatan otot ekstremitas kanan bagian bawah,
sedangkan yang di sebelah kiri bawah Kr.B : 543210 menunjukan
kekuatan otot ekstremitas kiri bagian bawah.

Nilai horizontal yang terjauh dengan garis menunjukkan kekuatan otot dari
persendian yang terdistal dari organ yang diuji.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
22

Pada beberapa klien biasanya mengalami pergerakan yang lebih lambat


dan penurunan kekuatan otot yang diakibatkan oleh degenerasi serabut
otot dan sendi serta penurunan elastisitas dari tendon.

Hal yang perlu diperhatikan :

1) Jangan paksa organ tubuh/ ekstremitas untuk melakukan gerakan


normal. Hentikan gerakan pasif apabila klien merasa nyeri atau
tidak nyaman. Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati khususnya
pada pasien lanjut usia.
2) Pada saat membandingkan kekuatan otot dengan ekstremitas
lainnya, biasanya otot ekstremitas yang lebih dominan cenderung
lebih kuat.

f. Pemeriksaan lanjut

1) Pemeriksaan Phalen ( Phalen‟s test ).

Minta klien untuk melakukan fleksi 90o pada kedua pergelangan


tangan, dan kedua punggung tangan saling merapat ( bersentuhan ).
Pertahankan posisi ini selama 60 detik. Normal tidak ada keluhan,
tetapi pada “ Carpal Tunnel Syndrome “, tangan akan kebas dan
terasa seperti terbakar. Carpal Tunnel syndrome adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan / penekanan saraf pada
pergelangan tangan.

2) Tanda Tinel ( Tinel‟s Sign ).

Lakukan perkusi langsung pada nervus yang berada di bagian tengah


dari pergelangan tangan. “ Tinel‟s Sign “ positif apabila sewaktu
perkusi dilakukan klien merasa seperti terbakar ataupun merasa geli
pada area pergelangan tangan, dan sekitarnya. Ini juga dapat
ditemukan pada “ Carpal Tunnel Syndrome “.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
23

3) Tanda bulge ( Bulge Sign ).

Lakukan gerakan (seperti masase) dengan agak kuat pada bagian


medial paha bagian dalam ke arah lutut lebih kurang 2-3 kali,
kemudian tahan. Tangan yang lain menahan pada sisi yang
berlawanan. Perhatikan bagian tengah dari lutut pada daerah yang
agak cekung terhadap adanya tonjolan yang jelas dari gelombang
cairan. Normalnya tonjolan tersebut tidak ada( “Bulge Sign” negative ).

4) Pemeriksaan ballotemen

Pemeriksaan ini dapat digunakan apabila terdapat sejumlah cairan


pada area patela. Gunakan tangan kiri untuk menekan rongga
suprapatelar. Dengan jari tangan kanan dorong patella dengan tajam
ke arah femur. Apabila tidak terdapat cairan maka patella yang
terdorong akan kembali ke posisi semula.

5) Pemeriksaan McMurray ( McMurray‟s test )

Pemeriksaan ini dilakukan apabila klien melaporkan adanya riwayat


trauma yang diikuti dengan rasa nyeri pada lutut dan kesulitan dalam
menggerakkannya. Klien dibaringkan dengan posisi supine, dan
pemeriksa berdiri di sisi klien pada bagian yang akan diperiksa.
Sokong tumit kaki dan fleksikan lutut dan pinggul. Tangan yang lain
memegang lutut. Kemudian rotasikan kaki dari dalam ke luar dan
sebaliknya, lalu sambil menahan tumit kaki dan memegang lutut
dorong tumit tersebut kearah kepala. Setelah itu secara perlahan lutut
diluruskan. “McMurray‟s test” positif apabila terdengar atau terasa
bunyi “klik“ pada lutut. Normalnya kaki dapat diluruskan kembali
dengan lembut tanpa kekakuan dan tanpa nyeri.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
24

6) Pemeriksaan LaSegue ( LaSegue‟s test ).

Berikan posisi supine pada klien, kemudian angkat salah satu tungkai
bawah dan tungkai yang lain tetap lurus di atas tempat tidur. Lalu
dorsofleksikan telapak/ pergelangan kaki. Dilakukan pada kedua kaki
secara bergantian. Hasilnya positif apabila klien mengeluhkan nyeri
sewaktu pemeriksaan. Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini
dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan
(diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan
(fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu
berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat
dicapai sudut 70° sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah
timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70° maka disebut
tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya
diambil patokan 60°.Keluhan ini biasanya terjadi pada hernia nucleus
pulposus ( HNP )

2. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium


a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada sistem musculoskeletal dapat digunakan sebagai
pendukung untuk menegakkan diagnosa penyakit pasien. Adapun pemeriksaan ini
meliputi:

1) Bone X-Ray.

X-Ray merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat memberikan


gambaran kondisi keadaan tulang sesorang, apakah ada fraktur, infeksi tulang
seperti osteomiletis, kelainan bawaan, destruksi sendi pada klien arthritis,
osteoporosis tahap lanjut atau tumor baik fase awal atau yang telah
metastase.Gambaran X-Ray pada klien osteoporosis tampak terjadi
dimineralisasi yang ditunjukkan dengan adanya radiolusensni tulang, vertebra
torakalis berbentuk baji sedangkan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.Selain itu,
dengan X-Ray juga dapat memonitor perkembangan penyembuhan fraktur. Film

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
25

radiograpis dapat memperlihatkan adanya cairan sendi, pembengkakan dan


kalsifikasi jaringan lunak .Bila ditemukan tanda kalsifikasi pada jaringan lunak
dapat menunjukkan adanya peradangan kronis yang merubah bursa atau
tendon di area tersebut, karena X-Ray tidak mampu melihat secara langsung
keaadaan kartilago dan tendon, begitu juga fraktur kartilago, sprain, cedera
ligamentum.Umumnya untuk mendapatkan gambaran yang akurat diperlukan
dua sudut yang berbeda, yaitu anterior-posterior dan lateral.

2) CT-Scan
Computed Tomography digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan luasnya
cedera yang sulit teridentifikasi oleh pemeriksaan lain. Sehingga CT Scan
mempunyai tujuan untuk mengevaluasi cedera ligament, tendon dan tulang serta
dapat mengetahui adanya tumor secara spesifik.Bagi klien yang diamputasi
pemeriksaan ini berfungsi untuk mengidentifikasi lesi neoplastik , osteomielitis
dan pembentukan hematoma.Pemeriksaan ini dapat atau tidak menggunakan
zat kontras. Waktu yang digunakan kurang lebih 60 menit.
3) MRI ( Magnetic Resonance Imaging ).

MRI merupakan teknik scaning diagnostic yang non invasive dan menggunakan
medan magnet. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi tentang tulang,
sendi , kartilago, ligament dan tendon. Klien dengan keluhan nyeri leher dan
pinggang dapat diketahui dengan MRI untuk melihat kemungkinan adanya
herniasi. Kelebihan dari MRI adalah klien tidak terpapar oleh ion-ion radiasi. MRI
penting dalam pengkajian untuk mengetahui perbaikan dari suatu pembedahan
ortopedik.

Hal yang perlu diperhatikan perawat pada pemeriksaan MRI ini adalah :

a) Tidak ada pembatasan input baik makan maupun minum sebelum tindakan.
b) Jelaskan tujuan dan gambaran tindakan, seperti klien akan dibaringkan di
medan magnet, kemudian dimasukkan dalam sebuah tabung.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
26

c) Kemungkinan klien merasakan keidaknyamanan seperti pusing, tingling pada


gigi yang mengandung tambalan metal. Sebenarnya klien yang
menggunakan implant logam tidak dianjurkan untuk MRI.
d) Anjurkan klien melepas semua bahan metal seperti : ikat pinggang, arloji,
kartu kredit, karena ini akan mempengaruhi hasil scaning dan medan magnet
dapat merusak fungsi benda-benda tersebut.
e) Bagi klien claustrophobia mungkin merasa takut berada di tabung yang
tertutup oleh karena itu perlu penjelasan dan bila memungkinkan mesin tidak
ditutup.
f) Informasikan bahwa perubahan posisi dapat menyebabkan perubahan hasil
scan. Sehingga anak-anak sering diberikan obat penenang sebelum prosedur
dilakukan.
g) Didalam tabung pemeriksaan, klien akan mendengarkan suara mesin yang
mungkin membuat rasa tidak nyaman atau takut. Sehingga salah satu
solusinya klien dapat mengunakan earplug atau di ruang tersebut
diperdengarkan alunan musik.
h) Untuk kenyamanan, anjurkan klien mengosongkan bladder sebelum
pemeriksaan.
i) Pemeriksaan ini memerlukan waktu 30 – 90 menit.

Kontra indikasi MRI adalah :

a) Klien obesitas ( BB > 150 kg ) karena meja pemeriksaan tidak mampu


menyokong berat badan klien.
b) Klien yang memakaki implant logam seperti : pacemaker, infuse pump,
implant telinga dalam, klien ortopedik dengan pemasangan screw dan
plat, karena magnet logam tersebut dapat memindahkan ion magnet ke
tubuh klien dan dapat menimbulkan cedera.

4) Angiography
Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi struktur vaskuler.
Arteriografi dilakukan dengan cara memasukkan zat kontras radioopak melalui
arteri. Setelah diinjeksi area tersebut di foto rongent. Hal ini untuk mengetahui

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
27

sirkulasi/ perfusi jaringan apakah masih baik atau buruk. Biasanya dilakukan
untuk mengetahui perfusi jaringan pada area yang akan diamputasi. Setelah
dilakukan tindakan klien dianjurkan untuk istirahat kurang lebih 12 – 24 jam dan
dibebat elastis guna mencegah terjadinya perdarahan paska injeksi.
5) Atroscopy
Dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada kapsul sendi atau
ligament penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, pergelangan tangan dan
temporomandibular. Pemeriksaan ini merupakan tindakan endoskopi yang
memungkinkan pandangan langsung ke dalam ruang sendi. Setelah dilakukan
pemeriksaan ini, klien dianjurkan istirahat kurang lebih 12 – 24 jam dan diberikan
bebat elastis pada area pemeriksaan. Sebelum dilakukan prosedur ini, terutama
bila pemeriksaan pada bagian sendi ekstremitas bawah, pastikan klien mampu
menggunakan alat Bantu jalan seperti crucht. Crucht digunakan oleh klien hingga
klien mampu menunjukkan kemampuan berjalan tanpa pincang.Setelah dilakukan
pemeriksaan ini maka yang perlu diperhatikan perawat adalah pengkajian TTV,
status neurovaskuler pada area kaki : cek pulse, warna, temperature, dan sensasi
serta observasi tanda-tanda infeksi, termasuk panas, bengkak, nyeri, kemerahan
dan pengeluaran cairan.Potensial komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh
pemeriksaan ini adalah:

a) Infeksi (tindakan ini harus dilakukan dengan steril dan di kamar operasi).
b) Tromboplebitis yang dapat disebabkan oleh karena immobilisasi yang lama.
c) Hemartrosis (perdarahan dalam sendi) yang dapat disebabkan oleh aspirasi
karena jarum.
d) Cedera sendi oleh karena pembedahan.
e) Rupture sinovial.

Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat adalah :

a) Klien sebaiknya tidak diberikan obat-obat peroral sampai tengah malam pada
hari dimana prosedur tindakan dilakukan.
b) Pada umumnya tindakkan ini menggunakan anestesi spinal atau general
anestesi. Khususnya apabila pembedahan pada lutut diperlukan.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
28

c) Sebelum pemeriksaan pada lutut, rambut halus sekitar 6 inci di bawah dan di
atas lutut harus dibersihkan.
d) Klien ditempatkan pada meja operasi dengan posisi supinasi. Kaki klien
ditinggikan kemudian dibalut dengan pembalut elastis dari ibu jari sampai ke
paha bagian bawah guna meminimalkan vaskularisasi ke bagian distal.
e) Sebuah tourniquet ditempatkan pada tungkai proksimal klien. Kemudian kaki
dibuat lebih rendah, sehingga lutut membentuk sudut 45º.
f) Pembalut elastis dilepas lalu segera buat incici kecil di lutut, kemudian alat
atroskopi dimasukkan di sela persendian lutut untuk melihat keadaan di
dalam sendi lutut tersebut.
g) Setelah pemeriksaan dilakukan atroskope dilepas dan dilakukan irigasi
didaerah persendian, luka dibersihkan dan ditutup dengan kassa steril.
h) Prosedur ini dilakukan di ruang operasi oleh ahli ortopedik yang memerlukan
waktu 30 menit – 2 jam.

Kontraindikasi :

a) Klien dengan ankylosis, karena tidak memungkinkan benda-benda


untuk bergerak pada sendi yang kaku oleh karena perlekatan.
b) Klien dengan luka infeksi karena resiko sepsis.

6) Bone Densitometry

Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kadar mineral dalam tulang dan


kepadatannya untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi/ mengganggu hasil densitometri tulang adalah:

a) Barium. Bila dilakukan pemeriksaan paska pemberia barium hasilnya tidak


terlalu bermakna kecuali setelah 10 hari dari waktu pemasukan zat kontras
ini.
b) Pengapuran pada vertebra posterior, arthritis sclerosis.
c) Aneurisme pada aorta abdominal yang disebabkan oleh karena pengapuran.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
29

d) Penggunaan alat-alat metal, sehinga alat –alat ini harus dilepas sebelum
pemeriksaan.
e) Riwayat fraktur tulang yang mana telah mengalami proses penyembuhan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah :

a) Klien tidak perlu puasa atau diberikan sedasi.


b) Pemeriksaan ini memerlukan waktu 30 – 40 menit.
c) Jelaskan pada klien bahwa ia akan dibarinkan pada sebuah matras
pemeriksaan dengan kaki yang disokong dengan sebuah bantalan agar
pelvis dan lumal tetap pada posisi datar.
d) Sebuah alat “generator potton” akan ditempatkan didekat meja pemeriksaan
yang nantinya dimasukkan perlahan dibawah lumbal.
e) Sedangkan X-Ray detector akan berada diatas area yang akan diperiksa.
f) Gambaran lumbal dan tulang pinggul dengan mengunakan kamera yang
dihubungkan dengan monitoring computer.
g) Kaki atau tangan yang tidak dominant dimasukkan ke dalam penjepit dan
hasilnya akan diperlihatkan melalui computer baik hasil pada bagian paha,
pinggul, lumbal atau bagian tangan sendiri.
Komputer akan menghitung jumlah potton yang tidak dapat diserap oleh
tulang. Ini disebut BMC = Bone Mineral Content.
BMD ( Bone Mineral Density ) mempunyai rumus :
BMD = BMC (gm/ cm³) / permukaan area tulang.
Kemudian dari data tersebut akan dianlisa oleh ahli radiology.
Nilai Normal : – 1.0 )
Osteopenia : 1.0 –2,5 ( SD di bawah normal – 1.0 – 2.5 )
Osteoporosis : > 2,5 ( SD di bawah normal 12 mg/ dl

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


III. INTERVENSI KEPERAWATAN
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
V. EVALUASI KEPERAWATAN

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
30

5. CONTOH PENULISAN KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN/NY/AN. A DENGAN POST OP ORIF CLOSE FRAKTUR CRURIS
1/3 TENGAH DEXTRA HARI KE 1
DI RUANG A RS LARAS

I. PENGKAJIAN
1.Identitas Klien
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
Tanggal Pengkajian :
No. MR :

2.Penanggung Jawab
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Hubungan dgn klien :
3. Keluhan utama
4. Riwayat Kesehatan dan Pengobatan
5. Riwayat Keluarga
6. Riwayat Sosial
7. Pemeriksaan Fisik ( fokus sesuai kasus ) Inspeksi,palpasi,movement
8. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
31

II.ANALISA DATA
III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
IV.INTERVENSI KEPERAWATAN
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
VI..EVALUASI KEPERAWATAN

6. TUGAS MANDIRI
Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan
latihan dibawah ini.
a. Apakah pengertian tindakan ORIF dan OREF ?
b. Sebutkan fungsi tindakan ORIF dan OREF ?
c. Sebutkan tujuan tindakan ORIF dan OREF ?
d. Sebutkan indikasi tindakan ORIF dan OREF ?
e. Sebutkan pemeriksaan penunjang diagnostik tindakan ORIF dan OREF ?
f. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan tindakan
ORIF dan OREF ?
g. Gambarlah contoh salah satu tulang yang yang normal dan yang mengalami fraktur
lengkap dengan keterangannya ?

7. PETUNJUK TUGAS MANDIRI


Untuk menjawab soal-soal diatas, anda harus mempelajari materi diatas dengan tekun
sehingga anda dapat menjawab dengan tepat, Namun apabila anda belum dapat
menjawab dengan baik ulangi lagi untuk mempelajari dan berusahalah mencari sumber
jawaban dengan mencari melalui media yang tersedia baik media tulis di perpustakaan
maupun elektronik, dengan harapan anda akan paham akan bahasan diatas.

8. RANGKUMAN
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. satu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan
teknik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau
protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan. OREF adalah reduksi terbuka
dengan fiksasi internal dimana prinsipnya tulang di transfiksasikan diatas dan di bawah

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
32

fraktur, sekrup atau kawat di transfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian
dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
Fungsi ORIF dan OREF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap
menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Sedangkan Tujuan tindakan ORIF dan OREF
adalah untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada faktur terbuka yang tidak dapat di
reposisi tapi sulit dipertahankan.
Indikasi tindakan ORIF antara lain fraktur yang tidak bisa sembuh, fraktur yang tidak
bisa direposisi tertutup, fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, fraktur
yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi.
Sedangkan untuk OREF diantaranya fraktur terbuka grade II dan III, fraktur terbuka yang
disertai hilangnya jaringan atau patah tulang yang parah, fraktur yang sangat kominutif
(remuk) dan tidak stabil, fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan
saraf, fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain, fraktur yang terinfeksi dimana
fiksasi internal mungkin tidak cocok, non union yang memerlukan kompresi dan
perpanjangan, Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.
Pemeriksaan penunjangnya meliputi radiologi dan laboratorium.
Asuhan keperawatan pada klien post ORIF maupun OREF memerlukan tenaga
kesehatan yang sangat professional, karena menyangkut unit yang lebih spesifik.

9. TES FORMATIF
a. Seorang laki-laki kecelakan lalu lintas dengan Open fraktur disertai bone loss
Tindakan awal yang harus dilakukan adalah…
a. Pemasangan bone graft d. ORIF
b.Tindakan operasi elektif e. Debridemen
c. Pemasangan alat pemanjangan tulang
b. Seorang laki-laki umur 21 tahun mendapatkan tindakan operasi dengan pemasangan
knailing pasca jatuh dari sepeda motor dengan fraktur femur dektra, termasuk dalam
jenis tindakan…
a. Immobilisasi d. Manipulasi
b. Open Reduction e. Traksi
c. ORIF

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
33

c. Seorang perempuan umur 72 tahun datang ke Rumah Sakit untuk melakukan kontrol
ulang pasca operasi fraktur cruris yang dilakukan 9 minggu yang lalu, dari
pemeriksaan rongent ulang didapatkan hasil tidak menyatunya tulang yang fraktur
sesuai dengan waktu yang berlangsung.Hal tersebut dinamakan…
a. Non Union d. Reduksi
b. Mal Union e. Artrodesis
c. Delayed Union
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit sehubungan dengan imobilisasi. Intervensi
yang paling tepat untuk masalah diatas adalah :
a. Pantau berat badan dan pertumbuhan
b. Beri makanan tinggi kalori
c. Kaji kulit setiap 2 jam
d. Latih mobilisasi
e. Beri bedak talk
e. Tn. F di bawa ke RS dengan riwayat jatuh dari sepeda motor. Diagnosa sementara
mengalami patah tulang antebrachii dan terjadi avulsi. Yang dimaksud avulsi
adalah…
a. Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
b. Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen/tendo pada perlekatannya.
c. Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit.
d. Fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam.
e. Fraktur dimana tulang mengalami kompresi.
Cocokkan Jawaban anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif -1 yang terdapat
dibagian akhir modul ini . Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------------- X 100
Jumlah seluruh kata kunci
Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :
90% - 100% = baik sekali

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
34

80% - 89% = baik


70% - 79% = sedang
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan
ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus ! Tetapi bilai nilai Anda masih di bawah 80%,
maka Anda harus mengulang kegiatan sub modul pokok ini terutama bagian yang
belum dikuasai.

10. Umpan balik dan tindak lanjut


Apabila anda sudah selesai mempelajari kegiatan belajar 1 ini dan mengerjakan
tugas-tugas yang ada dalam modul ini, sekarang cobalah kita cocokkan dengan kunci
jawaban yang telah disediakan pada lembar belakang/akhir modul ini. Silakan anda
lakukan sendiri, tentu saja setelah anda menjawab pada kertas yang berbeda. Selamat
kami sampaikan pada anda bila dapat menjawab dengan benar minimal 75 % dari tugas
modul ini. Selanjutnya anda dapat melanjutkan anda dapat mempersiapkan diri untuk
mempelajari kegiatan belajar 2. Tetapi bila jawaban belum mencapai 75 %, maka
dianjurkan untuk mempelajari ulang tentang kegiatan belajar 1 ini hingga anda paham
benar. Hal-hal yang sulit untuk dipahami silakan diskusikan dengan tutor.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
35

B. Kegiatan Belajar 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CONGENITAL DEFORMITAS

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini, anda mampu ;
a. Menjelaskan definisi dari congenital deformitas
b. Menyebutkan etiologi dari congenital deformitas
c. Menyebutkan klasifikasi dari congenital deformitas
d. Menyebutkan pemeriksaan fisik dari congenital deformitas.
e. Menyebutkan pemeriksaan penunjang diagnostic dari congenital deformitas
f. Menjelaskan penatalaksanaan dari congenital deformitas
g. Melaksanakan Asuhan Keperawatan klien dengan dari congenital deformitas

2. Pokok-pokok Materi
Untuk mencapai tujuan Kegiatan Belajar 2 ini, pokok-pokok materi yang dibahas adalah ;
a. Definisi congenital deformitas
b. Etiologi congenital deformitas
c. Klasifikasi congenital deformitas
d. Pemeriksaan dasar orthopedi congenital deformitas.
e. Pemeriksaan penunjang diagnostic congenital deformitas
f. Penatalaksanaan congenital deformitas
g. Asuhan Keperawatan klien dengan congenital deformitas ( sesuai kasus )

3. Uraian Materi dan Contoh Kasus lengkap Asuhan Keperawatan


a. Definisi congenital deformitas
Congenital deformitas adalah kelainan yang sudah diderita klien sejak lahir. Pendapat
lain para ahli mengungkapkan Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
36

b. Etiologi congenital deformitas


1) Sekitar 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui.
2) Faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya.
3) Kelainan struktur atau kelainan metabolisme
4) Faktor Genetik Dan Kromosom Pola pewarisan kelainan genetik
5) Faktor lingkungan lain

c. Klasifikasi congenital deformitas


Klasifikasi congenital deformitas terbagi atas :
1) Congenital Deformitas pd Anggota Gerak bawah, antara lain :
a) Congenital Hip Dislocation
b) Congenital Genu Recurvatum
c) Congenital Talipes Equinovarus
d) Congenital Pseudo Arthrosis
2) Congenital Deformitas pd Anggota Gerak atas
a) Congenital Torticolis
b) Congenital Dislocation of the shoulder

d. Pemeriksaan dasar orthopedi congenital deformitas


1) Anamnesa
2) Pemeriksaan Fisik ( umum dan regional )
3) Pemeriksaan radiologi
4) Pemeriksaan biokimia
5) Biopsi tulang

e. Pemeriksaan penunjang diagnostic congenital deformitas


1) Diagnosis prenatal, antara lain :
a) Tes skrining
(1). Pemeriksaan darah ibu
(2). Pemeriksaan USG.
b) Tes diagnostik
(1). Amniosentesis

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
37

(2). Pemeriksaan vili korion


(3). Pemeriksaan darah janin
(4). Pemeriksaan USG yang lebih mendetil
Diagnosis pada masa bayi dan anak-anak dilakukan pemeriksaan sistem
muskuloskeletal yang merupakan bagian integral pemeriksaan pediatrik bayi baru
lahir. Tujuan pemeriksaan orthopedi check list ini, diantaranya :
1) Menemukan kalainan bawaan sedini mungkin
2) Penanganan dan perencanaan terapi yang memerlukan tindakan segera dan
lama (sampai selesai pertumbuhan 16 -17 tahun)
3) Genetic councelling untuk menyatakan apakah keadaan kelainan tersebut
dominant atau resesive / mutasi atau herediter.

f. Penatalaksanaan congenital deformitas


Penatalaksanaan penderita dengan kelainan bawaan tergantung dari jenis
penyakitnya, kelainan genetik yang terjadi, derajat deformitas/kecacatannya,
kapasitas mental, dan status sosialnya.meskipun demikian suatu standar dasar yang
bersifat umum untuk penanganan kelainan bawaan tetap diperlukan.

g. Asuhan Keperawatan klien dengan congenital deformitas beserta contoh


kasusnya
1) Congenital Hip Dislocation
Congenital Dislocation of the Hip (CDH) atau dislokasi panggul kongenital adalah
deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran. Ada
tiga pola yang terlihat yaitu subluxation, dislocatable, dislocated

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
38

Congenital dislocation of hip biasanya sering dikaitkan dengan patah


tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang sedemikian
rupa karena kelainan bawaan. 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak
diketahui sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau
kombinasi dari keduanya.
Pemeriksaaan klinik untuk mengetahui dislokasi panggul kongenital pada bayi
baru lahir antara lain :
a) Uji Ortolani
b) Uji Barlow
c) Tanda Galeazzi
Penatalaksanaan pembebatan, reduksi tertutup, operasi
Gambaran Asuhan Keperawatan pada Congenital Hip Dislocation,meliputi :
Pengkajian
1. Pengkajian muskuloskeletal
a. Fungsi motorik kasar
1) Ukuran otot : adanya atrofi atau hipertrofi otot ; kesimetrisan
massa otot
2) Tonus otot : spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas
3) Kekuatan
4) Gerakan abnormal : tremor, distonia, atetosis
b. Fungsi motorik halus
1) Manipulasi mainan
2) Menggambar

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
39

c. Gaya berjalan : ayunan lengan dan kaki, gaya tumit – jari


d. Pengendalian postur
1) Mempertahankan posisi tegak
2) Adanya ataksia
3) Bergoyang-goyang
e. Persendian
1) Rentang gerak
2) Kontraktur
3) Kemerahan, edema, nyeri
4) Tonjolan abnormal
f. Tulang belakang
1) Lengkung tulang belakang : skoliosis, kifosis
2) Adanya lesung pilonidal
g. Pinggul
1) Abduksi
2) Adduksi

2. Kriteria pengkajian
a. Maneuver ortolani
b. Maneuver barlow
c. Tanda galeazzi
d. Uji trendelenburg
3) Kaji tanda – tanda iritasi kulit
4) Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan adanya gip
spika.
5) Kaji tingkat perkembangan anak
6) Kaji kemampuan pasien untuk mengelola perawatan gips spika di rumah.

Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi
3. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
40

Intervensi, implementasi dan evaluasi sesuai kasus yang dihadapi.

2) Congenital Genu Recurvatum


Dislokasi kengenital atau sublukasi lutut adalah suatu penyakit yang relatif jarang,
dengan menghilangnya persendiaan normal antara femur dan tibia. Frekuensi
kejadiannya sebanding antara anak laki-laki dan perempuan ( Rudolf
abraham,2006). Genu recurvatum ( Back Knee ) adalah penyakit kongenital dan
cacat perkembangan atau keabnormal posisi intra-uterin ( Marlyn J. Wong‟s
Nursing Care of Infant anf Children )

Penyebab dari congenital genu recurvatum antara lain :


a) Kelemahan ligamen lutut
b) Kelemahan otot quadriceps pemoris
c) Ketidakstabilan dari persendian lutut dan ligamen serta rusaknya kapsul
sendi
d) Ketidakcocokan garis tibia dan femur
e) Tulang sekitar lutut tidak menyatu
f) Kelemahan otot ekstensor paskal paha
g) Otot gastrocnomius melemah
Penatalaksanaan konservatif dan operasi

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
41

Gambaran Asuhan Keperawatan pada Congenital Hip Dislocation,meliputi :


Pengkajian
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Nyeri, Kekakuan pada sendi, Pembengkakan, panas dan kemerahan pada
sendi, Keterbatasan gerak, Otot, Kelemahan Otot, Tulang, Deformitas.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
hiperekstensi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan hiperekstensi, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan
klien dan menghambat proses penyembuhan.
Pemeriksaan Fisik
a) Look
Terlihat adanya hiperekstensi pada lutut. Bayi yang mengalami dislokasi
kongenital tidak mampu melakukan abduksi secar sempurna pada sisi
dislokasi. Pada anak yang mulai berjalan di dapatkan deformitas perubahan
gaya berjalan atau berdiri. Kadang di dapatkan dislokasi unilateral atau
bilateral.
b) Feel
Tidak didapatkan nyeri tekan pada lutut.
c) Move
Hambatan dalam mobilisasi.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
42

Pemeriksaan stabilitas knee


a) Drauwer ant dan poste : ACL dan PCL Penderita tidur terlentang, lutut
difleksikan 90 derajat engkel distabilisasi lalu tibia didorong ke anterior atau
keposterior.
b) Lachman : ACL atau PCL penderita tidur terlentang, femur distal distabilisasi
lalu tibia didorong anterior atau posterior. Rubtur of posterior cruciate ligamen
(PCL). Cidera disebabkan oleh hiperektensi yang menekuk lutut kedalam
akibat dampak deshboart.
Diagnosa Keperawatan
a) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan cedera neuromuskulular
sekunder akibat dilokasi sendi pinggul.
b) Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh.
c) Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan pembedahan.
Intervensi, implementasi dan evaluasi sesuai kasus yang dihadapi.

3) Congenital Talipes Equinovarus


Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) yang juga dikenal sebagai „club-foot‟
adalah suatu gangguan perkembangan pada ekstremitas inferior yang sering
ditemui. Congenital Talipes Equino Varus adalah fiksasi dari kaki pada posisi
adduksi, supinasi dan varus. Tulang calcaneus, navicular dan cuboid terrotasi ke
arah medial terhadap talus, dan tertahan dalam posisi adduksi serta inversi oleh
ligamen dan tendon.Sebagai tambahan, tulang metatarsal pertama lebih fleksi
terhadap daerah plantar. Arti lain deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke
dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi.
Klasifikasinya antara lain Clubfoot ringan atau postural, Clubfoot tetralogic terkait
dengan anomaly congenital dan Clubfoot idiopatik congenital.
Etiologi dari CTEV tidak diketahui dengan pasti. akan tetapi banyak teori
mengenai etiologi CTEV, antara lain :
a) Faktor mekanik intra uteri
b) Defek neuromuscular
c) Defek plasma sel primer
d) Perkembangan fetus yang terhambat

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
43

e) Herediter
f) Hipotesis vascular
Penatalaksanaan konservatif dan operasi
Gambaran Asuhan Keperawatan pada Congenital Talipes Equino Varus (CTEV),
meliputi :
Pengkajian
Biodata klien, Keluhan Utama :Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah
sakit karena adanya keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya
berbagai kekakuan kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-
tulang kaki ringan, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat penyakit keluarga,
Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal, Riwayat Pertumbuhan dan
Perkembangan, Riwayat Kesehatan Keluarga, Riwayat Imunisasi, Pola Fungsi
Kesehatan,Pola nutrisi, Pola eliminasi, Pola aktivitas, Pola istirahat, Pola
kebersihan diri.
Pemeriksaan Fisik meliputi Pantau status kardiovaskuler, Pantau nadi perifer,
Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan sirkulasi yang
adekuat pada ekstremitas tersebut, Perhatikan keketatan gips, Kaji adanya
peningkatan hal-hal berikut : Nyeri, Bengkak, Rasa dingin, Sianosis atau pucat,
Kaji sensasi jari kaki, Minta anak untuk menggerakkan jari kaki, Observasi
adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon terhadap
perintah, Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan
sirkulasi, Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau kesemutan,
Periksa suhu (gips plester), Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang
meningkatkan panas, Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas,
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan, Inspeksi bagian dalam
gips untuk adanya benda-benda yang terkadang dimasukkan oleh anak yang
masih kecil, Observasi adanya tanda-tanda infeksi : Periksa adanya drainase,
Cium gips untuk adanya bau menyengat, Periksa gips untuk adanya ”bercak
panas” yang menunjukkan infeksi dibawah gips, Waspadai adanya peningkatan
suhu, letargi dan ketidaknyamanan, Observasi kerusakan pernapasan (gips
spika) : Kaji ekspansi dada anak, Observasi frekuensi pernafasan, Observasi

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
44

warna dan perilaku, Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka):
Batasi area perdarahan, Kaji kebutuhan terhadap nyeri
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, diantarannya :
a) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
b) Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cidera fisik
c) Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan
jaringan, kemungkinan kerusakan saraf
d) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips
e) Ansietas berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips.
Intervensi, implementasi dan evaluasi sesuai kasus yang dihadapi.

4) Congenital Torticolis
Conginetal Torticollis adalah kelainan bentuk leher dimana ada rotasi kepala ke
satu sisi dan fleksi lateral lainnya. Kondisi ini dapat terjadi sejak saat kelahiran
maupun saat masih bayi.
Tortikolis yang sering terjadi pada anak dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a) Congenital (bawaan)
Pada tortikolis congenital, terjadi kontraktur / kekakuan otot sternokleido
mastoid pada satu sisi. Otot sterno kleidomastoid adalah otot pada leher
yang berfungsi untuk menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan. kekakuan
pada otot ini akan mengakibatkan terjadinya keterbatasan pergerakkan leher
bayi karena pemendekkan serabut-serabut otot tersebut. Trauma jalan lahir
menjadi biasanya menjadi penyebab tortikolis congenital ini, walaupun
penyebab pastinya belum diketahui. Tortikolis congenital umumnya terlihat
pada usia 2-4 minggu kelahiran. Gejalanya adalah kepala leher yang selalu
menoleh ke satu sisi saja saat tidur, dan pergerakkan leher yang sangat
terbatas. Komplikasi dari tortikolis congenital yang tidak diterapi adalah
asimetri bentuk wajah dan asimetri bentuk kepala atau penglihatan ganda
(diplopia).
b) Didapat setelah lahir antara lain Cedera/peradangan pada saraf-saraf leher,
Abses retrofaringeal (nanah yang terletak di belakang tenggorokan),Radang
tenggorokan, Pergeseran dari tulang belakang, terutama di daerah leher,

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
45

Perdarahan di sekitar tulang belang daerah leher, Adanya tumor di daerah


tulang belakang kepala, Kecenderungan posisi bayi menengok hanya ke 1
sisi sehingga terjadi, pemendekan otot leher (m.sternocleidomastoideus) di
sisi yang berlawanan.
Pemeriksaan diagnostic yang mendukung Elektromiogram (EMG) mengukur
aktivitas listrik pada otot, Pencitraan tes seperti X-ray dan scan MRI juga dapat
digunakan untuk menemukan masalah structural.
Sedangkan penatalaksanaanya antara lain : pijat, terapi fisik, latihan peregangan,
kawat gigi leher, obat relaksan otot, obat yang digunakan untuk mengobati tremor
penyakit Parkinson, toksin botulinum (suntikan yang berulang setiap beberapa
bulan), penggunaan neck collar.
Fokus pengkajian adalah pada fungsi otot sedangkan diagnose Intervensi,
implementasi dan evaluasi sesuai kasus yang dihadapi.

5) Congenital Pseudo Arthrosis dan Congenital Dislocation of the shoulder


Pada kasus tersebut dapat anda pelajari di perpustakaan atau dengan sumber
media yang lain, sedangkan bila ada kesulitan bisa didskusikan dengan tutor.

4. TUGAS MANDIRI
Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan
latihan dibawah ini.
a. Apakah definisi congenital deformitas?
b. Sebutkan etiologi congenital deformitas?
c. Sebutkan klasifikasi congenital deformitas?
d. Sebutkan pemeriksaan dasar congenital deformitas?
e. Sebutkan pemeriksaan penunjang diagnostik definisi congenital deformitas?
f. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan Congenital
Hip Dislocation ?
g. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan Congenital
Genu Recurvatum ?
h. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan Congenital
Talipes Equinovarus?

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
46

i. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan Congenital


Torticolis?

5. PETUNJUK TUGAS MANDIRI


Untuk menjawab soal-soal diatas, anda harus mempelajari materi diatas dengan tekun
sehingga anda dapat menjawab dengan tepat, Namun apabila anda belum dapat
menjawab dengan baik ulangi lagi untuk mempelajari dan berusahalah mencari sumber
jawaban dengan mencari melalui media yang tersedia baik media tulis di perpustakaan
maupun elektronik, dengan harapan anda akan paham akan bahasan diatas.

6. RANGKUMAN
Dislokasi pinggul kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat segera
sebelum atau pada saat kelahiran. Jika telah diketahui anak mengalami dislokasi pinggul,
maka sebaiknya dilakukan pengobatan atau terapi sedini mungkin untuk mendapatkan
hasil yang optimal
Genu recurvatum atau hiperekstensi sendi lutut adalah penyakit konginetal yang
biasanya menyerang sejak masih anak-anak. Penderita akan mengalami kelainan pada
sendi lutut, dimana lutut atau kaki condong kebelakang. Penyakit atau kelainan ini bisa
diperbaiki dengan melakukan pembedahan untuk retruksi sendi maupun otot pada lutut.
Pasien dengan genu recurvatum bisanya mengalami gangguan body image sehingga
perawat harus mampu memberikan motovasi pasien agar mampu beradaptasi dan
membentuk konsep diri yang baik.
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki
berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas
yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan,
dan rotasi media dari tibia Asuhan keperawatan pada klien post ORIF maupun OREF
memerlukan tenaga kesehatan yang sangat professional, karena menyangkut unit yang
lebih spesifik. Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan
yaitu : koreksi dari deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot
normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
Pemasangan gips serial segera dimulai setelah kelahiran.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
47

Torticolis congenital dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain anomaly


perkembangan tulang dan otot area jalan lahir dan tekanan posisi janin yang abnormal
Torticollis congenital dapat menyebabkan perubahan bentuk wajah pada anak yaitu
ketidak simetrisan wajah

7. TES FORMATIF
a. Dibawah ini yang termasuk penyakit congenital deformitas pada anggota gerak atas
dalam bidang orthopedi adalah…
a. Congenital Torticolis
b. Congenital Hip Dislocation
c. Congenital Pseudo Arthrosis
d. Congenital Genu Recurvatum
e. Congenital Talipes Equinovarus
b. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada penderita genu recorvatum yang
paling utama adalah…
a. Gangguan citra tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas
b. Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya infomasi
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d defomitas
e. Nyeri b/d agen pencedera
c. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada penderita hip dislocation yang
paling utama adalah…
a. Gangguan citra tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas
b. Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya infomasi
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d defomitas
e. Nyeri b/d agen pencedera
d. Seorang anak laki-laki umur 2 bulan dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sejak
lahir posisi ankle jointnya tidak dapat flexi ke atas . Kemungkinan penderita tersebut
mengalami kasus …
a. Poliomyelitis d. Congenital Talipes Equinovalgum
b. Genu recorvatum e. Congenital Talipes Equinovarus

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
48

c. Radial Nerve Paralyse


e. Pemeriksaan untuk mengetahui dislokai pangul bawaan dengan cara ibu jari
pemeriksa ditempatkan pada lipatan paha dan memegang bagian atas dengan
maksud mengungkit kaput femoris disebut uji…
a. Ortolani d. APLEY test
b. Galeazzi e. Camel sign
c. Barlow
Cocokkan Jawaban anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif -1 yang terdapat
dibagian akhir modul ini . Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------------- X 100
Jumlah seluruh kata kunci
Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = sedang
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan
ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus ! Tetapi bilai nilai Anda masih di bawah 80%,
maka Anda harus mengulang kegiatan sub modul pokok ini terutama bagian yang
belum dikuasai.

8. Umpan balik dan tindak lanjut


Apabila anda sudah selesai mempelajari kegiatan belajar 2 ini dan mengerjakan
tugas-tugas yang ada dalam modul ini, sekarang cobalah kita cocokkan dengan kunci
jawaban yang telah disediakan pada lembar belakang/akhir modul ini. Silakan anda
lakukan sendiri, tentu saja setelah anda menjawab pada kertas yang berbeda. Selamat
kami sampaikan pada anda bila dapat menjawab dengan benar minimal 80 % dari tugas
modul ini. Selanjutnya anda dapat melanjutkan anda dapat mempersiapkan diri untuk

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
49

mempelajari kegiatan belajar 3. Tetapi bila jawaban belum mencapai 80 %, maka


dianjurkan untuk mempelajari ulang tentang kegiatan belajar 2 ini hingga anda paham
benar. Hal-hal yang sulit untuk dipahami silakan diskusikan dengan tutor.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
50

C. Kegiatan Belajar 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DENGAN PENYAKIT TULANG

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3 ini, anda mampu ;
a. Menjelaskan pengertian penyakit tulang
b. Menyebutkan penyebab penyakit tulang
c. Menyebutkan klasifikasi penyakit tulang
d. Menyebutkan macam penyakit tulang
e. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit tulang
f. Menyebutkan pemeriksaan diagnostic penyakit tulang
g. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tulang
h. Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan klien dengan penyakit tulang

2. Pokok-pokok Materi
Untuk mencapai tujuan Kegiatan Belajar 3 ini, pokok-pokok materi yang dibahas adalah ;
a. Pengertian penyakit tulang
b. Penyebab penyakit tulang
c. Klasifikasi penyakit tulang
d. Macam penyakit tulang
e. Tanda dan gejala penyakit tulang
f. Pemeriksaan diagnostik penyakit tulang
g. Penatalaksanaan penyakit tulang
h. Asuhan Keperawatan klien dengan penyakit tulang beserta contoh kasusnya

3. Uraian Materi dan Contoh Kasus lengkap Asuhan Keperawatan


a. Pengertian penyakit tulang
Penyakit tulang adalah suatu kondisi yang akibat kerusakan kerangka dan
membuat tulang lemah dan rentan terhadap fraktur.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
51

b. Penyebab penyakit tulang


Penyakit tulang biasanya diawali dengan kekurangan kalsium , kekurangan
vitramin serta tidak berolahraga, pola hidup yang salah serta pengaruh dari obat dan
keganasan namun bisa karena keturunan serta genetik. Setelah berlanjut kemudian
terjadi peningkatan asam urat, infeksi saluran kemih, patah tulang, berlebihan
olahraga sehingga terjadi trauma, osteoarthritis dan penyakit lupus.

c. Klasifikasi penyakit tulang

Terbagi menjadi 2 yaitu penyakit rangka yang terdiri dari osteogenesis Imperfecta ,
osteomalacia, congenital Hypothyroid dll dan penyakit infeksi tulang yang terdiri dari
osteomyelitis, TBC tulang dsb.

d. Macam penyakit tulang.

1) Osteoporosis, disebabkan tulang menurun sehingga rapuh dan mudah patah,


osteoporosis disebabkan oleh kurangnya kalsium pada tulang.
2) Kiposis, yaitu gangguan pada tulang belakang sehingga tulang belakang
melengkung ke depan dan muncul sehingga badan menjadi bongkok.
3) Osteomalacia, disebabkan oleh kekurangan vitamin D atau juga bisa disebabkan
oleh metabolisme pada tubuh, penyakit tulang osteomalacia sama seperti
osteoporosis yaitu tulang akan mudah kropos dan patah.
4) Ricket, disebabkan oleh penumpukan kalsium di tulang atau akibat radiasi
matahari, sering terjadi pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
5) Ankilosis, yaitu gangguan pada persendian sehingga sendi tidak bisa digerakkan
dan dimana ujung-ujung antara tulang terasa bersatu.
6) Kaki Bengkok, terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan tulang pada pusat
lutut atau juga bisa karena rapuh.
7) Hidroxiapatite, terjadi akibat penumpukan calcium piropospat ( sejenis kalsium
tubuh ).
8) Sarcoidosis merupakan peradangan yang bermula dengan ditandai terbentuknya
granuloma di kelejer getah bening ,paru-paru,hati dan mata.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
52

9) Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit anti imun dimana sitem
kekebalan tubuh yang fungsinya melindungi orang tersebut akan terbalik
menyerang tubuh dan melawan dirinya sendiri, biasanya orang yang menderita
lupus akan merasakan ngilu yang luar biasa pada tulang.
10) Keseleo / Terkilir, yaitu ganguan yang terjadi pada sendi tulang sehingga
menyebabkan tulang menjadi tidak bisa digerakkan .
11) Rakitis, terjadi akibat seseorang tidak mau mengkonsumsi sayur atau kekurangan
vitamin D , tulang akan menjadi bengkok dengan berbentuk huruf O atau X.
12) Skoliosis, yaitu tulang belakang penderita akan tumbuh melengkung ke samping
kiri ataupun kanan.
13) Penyakit karena infeksi, seperti osteomyelitis, TBC tulang dsb.

e. Tanda dan gejala penyakit tulang


Hal ini tergantung dari penyakit yang diderita namun secara umum antara lain nyeri
daerah lesi, demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional, sering
ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka, pembengkakan lokal, kemerahan,
suhu raba hangat, gangguan fungsi, perubahan bentuk

f. Pemeriksaan Diagnostik penyakit tulang


Fisik, laboratorium, biopsi, Ultrasaound, Ro, CT Scan, MRI

g. Penatalaksanaan penyakit tulang


1) Promotif, antara lain menjaga pola hidup sehat, menghindari kebiasaan yang
buruk dan merugikan.
2) Preventif, antara lain konsumsi kalsium dan vitamin D sesuai kebutuhan,
olahraga rutin sesuai kemampuan, konsumsi garam yang cukup jangan
berlebihan, batasi konsumsi kafein, berhenti merokok dan waspadai obat yang di
konsumsi.
3) Kuratif, terdiri dari non medikamentosa ( diet, pemanasan sebelum olah raga, gizi
cukup, Kontrol BB ), sedangkan untuk medikamentosa dengan pemberian obat
analgetik antiradang (NSAIDs), Obat-obatan supresif long-acting (DMARD) dan
Glukokortikoid atau kortikosteroid.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
53

4) Rehabilitatif, dengan memberikan tindakan untuk upaya mempertahankan atau


meningkatkan kemampuan hidup secara mandiri.
h. Asuhan Keperawatan klien dengan penyakit tulang beserta contoh kasusnya
Fokus pengkajian adalah pada fungsi tulang sedangkan diagnose, Intervensi,
implementasi dan evaluasi sesuai kasus yang dihadapi. Beberapa diagnose yang
mungkin muncul antara lain :
1) Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan inflamasi
2) Resiko cedera (injury) berhubungan dengan kerapuhan tulang
3) Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri
4) Resiko Kekurang kebutuhan Nutrisi berhubungan dengan gangguan pada gigi
5) Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan keluarga terhadap penyakit
6) Resiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang.
7) Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.

4. TUGAS MANDIRI
Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan
latihan dibawah ini.
a. Apakah pengertian penyakit tulang ?
b. Apakah penyebab penyakit tulang ?
c. Sebutkan klasifikasi penyakit tulang ?
d. Sebutkan macam penyakit tulang ?
e. Sebutkan tanda dan gejala penyakit tulang ?
f. Sebutkan pemeriksaan diagnostic penyakit tulang ?
g. Jelaskan penatalaksanaan penyakit tulang ?
h. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan
Osteoporosis ?
i. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan
Osteomalacia ?
j. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan
osteomyelitis ?
k. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan TBC
tulang?

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
54

5. PETUNJUK TUGAS MANDIRI


Untuk menjawab soal-soal diatas, anda harus mempelajari materi diatas dengan tekun
sehingga anda dapat menjawab dengan tepat, Namun apabila anda belum dapat
menjawab dengan baik ulangi lagi untuk mempelajari dan berusahalah mencari sumber
jawaban dengan mencari melalui media yang tersedia baik media tulis di perpustakaan
maupun elektronik, dengan harapan anda akan paham akan bahasan diatas.

6. RANGKUMAN
Vitamin D (kalsiferol) adalah vitamin yang diperlukan untuk kalsifikasi (penulangan)
pada tulang. Pada mamalia, vitamin D dapat disintesis oleh tubuh dari pro vitamin D
dengan bantuan ultraviolet. Kekurangan vitamin D dapat terjadi jika tubuh tidak menerima
sinar matahari yang cukup.
Osteoporosis menggerogoti kekuatan tulang, sehingga kekuataannya berkurang
drastis, juga tulang cortical menipis dan secara eseluruhan tulang akan mudah patah.
Penyakit ini mengintai orang yang sudah lanjut dan wanita yang memasuki masa
menopause.
Chondroblastoma ( tumor pada pada tulang) dikategorikan di bawah tumor jinak yang
biasanya melibatkan ujung terminal tulang panjang (seperti tulang tungkai atas atau paha
tulang). Hal ini paling sering terjadi pada orang yang lebih muda dari 25 tahun. Penyebab
pasti tumor ini tidak sepenuhnya diketahui
Osteogenesis imperfecta adalah kelompok gangguan pada pembentukan tulang yang
membuat tulang mudah patah secara tidak normal. Kasus osteogenesis merpakan kasus
langka dan mengakibatkan masalh yang komplek bagi penderita nya terutama anak-anak.
Karena anak-anak merupaka masa emas untuk masa depan, tapi karena masalah yang
ditemukan adalah nyeri dan ganggauan imobilisasi maka anak tidak bisa beraktifitas
dengan baik, hari-hari akan dihabiskan di tempat tidur akibat fraktur disekujur tubuh, tapi
dengan pengobatan yang rutin masalh osteogenesis bisa diatasi walaupun tidak bisa
mengembalikan dalam keadaan normal.
Upaya penanganan pada kasus penyakit tulang sangat berarti apabila sejak awal di
mulai dengan promotif dan preventif, namun demikian pabila sudah terjadi maka kita
melangkah ke kuratif dan rehabilitative.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
55

7. TES FORMATIF
a. Jaringan ikat fibrosa (tidak elastis) yang tebal dan berwarna putih yg menghubungkan
otot rangka dengan tulang disebut…
a. Periosteum d. Tendon
b. Proteoglikans e. Fasciculus
c. Fibrokartilago
b. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada penderita osteomyelitis yang
paling utama adalah…
a. Gangguan citra tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas
b. Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya infomasi
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d defomitas
e. Nyeri b/d agen pencedera
c. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada penderita osteoporosis yang
paling utama adalah…
a. Gangguan citra tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas
b. Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya infomasi
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d defomitas
e. Nyeri b/d agen pencedera
d. Pemeriksaan penunjang diagnosa dalam bidang orthopedi untuk memastikan
diagnosa bahwa klien menderita osteocondroma adalah…
a. Rontgen d. Kultur
b. Scaning e. Ultrasound
c. Biopsi
e. Seorang perempuan umur 13 tahun datang ke Rumah Sakit untuk melakukan
pemeriksaan lanjut karena telah di diagnosa Osteogenesis Imferfecta dari
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya osteoporosis, Penyuluhan
kesehatan yang tepat pada klien tersebut untuk memperbaiki osteoporosisnya
dengan mengkonsumsi vitamin…
a. B1 c.B6 e. C

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
56

b. B2 d. K
Cocokkan Jawaban anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif -1 yang terdapat
dibagian akhir modul ini . Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------------- X 100
Jumlah seluruh kata kunci
Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = sedang
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan
ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus ! Tetapi bilai nilai Anda masih di bawah 80%,
maka Anda harus mengulang kegiatan sub modul pokok ini terutama bagian yang
belum dikuasai.

8. Umpan balik dan tindak lanjut


Apabila anda sudah selesai mempelajari kegiatan belajar 3 ini dan mengerjakan
tugas-tugas yang ada dalam modul ini, sekarang cobalah kita cocokkan dengan kunci
jawaban yang telah disediakan pada lembar belakang/akhir modul ini. Silakan anda
lakukan sendiri, tentu saja setelah anda menjawab pada kertas yang berbeda. Selamat
kami sampaikan pada anda bila dapat menjawab dengan benar minimal 80 % dari tugas
modul ini. Selanjutnya anda dapat melanjutkan anda dapat mempersiapkan diri untuk
mempelajari kegiatan belajar 4. Tetapi bila jawaban belum mencapai 80 %, maka
dianjurkan untuk mempelajari ulang tentang kegiatan belajar 3 ini hingga anda paham
benar. Hal-hal yang sulit untuk dipahami silakan diskusikan dengan tutor.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
57

D. Kegiatan Belajar 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DENGAN PENYAKIT SENDI

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4 ini, anda mampu ;
a. Menjelaskan pengertian penyakit sendi
b. Menyebutkan penyebab penyakit sendi
c. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit sendi
d. Jenis radang sendi
e. Menyebutkan macam gangguan sendi
f. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit sendi
g. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik penyakit sendi
h. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit sendi
i. Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan klien dengan penyakit sendi

2. Pokok-pokok Materi
Untuk mencapai tujuan Kegiatan Belajar 4 ini, pokok-pokok materi yang dibahas adalah ;
a. Pengertian penyakit sendi
b. Penyebab penyakit sendi
c. Tanda dan gejala penyakit sendi
d. Jenis radang sendi
e. Macam gangguan sendi
f. Tanda dan gejala penyakit sendi
g. Pemeriksaan diagnostik penyakit sendi
h. Penatalaksanaan penyakit sendi
i. Asuhan Keperawatan klien dengan penyakit sendi beserta contoh kasusnya

3. Uraian Materi dan Contoh Kasus lengkap Asuhan Keperawatan


a. Pengertian penyakit sendi

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
58

Penyakit sendi adalah Suatu keadaan tubuh dimana bagian tubuh ( sendi )
mengalami gangguan baik dari segi bentuk, gerakan,fungsi maupun anatomis
sehingga mengakibatkan gangguan pada individu yang mengalaminya.

b. Penyebab penyakit sendi


Penyakit sendi bisa diawali dengan kekurangan mineral dan vitamin ataupun
zat tertentu lainnya, tidak berolahraga/berolahraga berlebihan, kecelakaan, pola hidup
yang salah serta pengaruh dari obat dan keganasan namun bisa karena keturunan
serta genetik. Setelah berlanjut kemudian terjadi peningkatan asam urat, infeksi
saluran kemih, patah tulang pada daerah sendi, berlebihan olahraga sehingga terjadi
trauma, arthritis dan penyakit lupus.

c. Tanda dan gejala penyakit sendi

Sakit ketika anggota tubuh di gerakan, Mengalami kejang otot, Selain kejang otot juga
akan kaku, Pusing kepala, Mual, Ada nya suatu benjolan, Kulit akan memerah jika
tulang di belakang nya mengalami radang sendi. Hal ini tergantung dari penyakit yang
diderita namun kadamg-kadang diikuti nyeri daerah lesi, demam, menggigil, malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional, sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada
luka, pembengkakan lokal, kemerahan, suhu raba hangat, gangguan fungsi,
perubahan bentuk

d. Jenis radang sendi


Radang terbagi dapat digolongkan menjadi radang sendi rematik, arthritis septik,
encok, radang sendi reaktif.

e. Macam gangguan sendi

1) Dislokasi
Dislokasi disebabkan bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan
gantungnya (ligamentum) sobek.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
59

2) Ankilosis
Ankilosis adalah suatu keadaan persendian yang tidak dapat digerakkan karena
seolah - olah menyatu.

3) Terkilir
Terkilir adalah tertariknya ligamentum ke posisi yang tidak sesuai, tetapi sendi
tidak bergeser. Terkilir dapat terjadi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang
jarang dan sulit dilakukan.

4) Ankilosis / Ankylosis
Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat
digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.

5) Serangan kuman pada sendi

Infeksi gonorhoe dan sifilis dapat menyerang persendian sehingga sendi menjadi
kaku. Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi yang disebabkan
layuhnya tulang akibat infeksi sifilis ketika bayi dalam kandungan

6) Artritis / Arthritis
Artritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi
perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik.
Artrisis dapat dibedakan menjadi empat sebagai berikut :

a) Artritis Gout
Gout terjadi karena adanya timbunan asam urat pada sendi-sendi kecil
terutama jari - jari tangan. Sebagai akibatnya ruas jari-jari membesar.

b) Osteoartritis
Osteoartritis adalah menipisnya tulang rawan sehingga mengalami
degenerasi. Akibatnya, terjadi gangguan pada saat sendi digerakkan.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
60

c) Artritis eskudatif
Artrisis eskudatif adalah terisinya rongga sendi oleh cairan yang disebut
getah radang. Penyakit ini terjadi karena serangan kuman.
d) Artritis sika
Artritis sika adalah berkurangnya minyak sendi yang menyebabkan rasa
nyeri saat tulang digerakkan.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Fisik, laboratorium, biopsi, Ultrasaound, Ro, CT Scan, MRI

g. Penatalaksanaan
1) Promotif, antara lain menjaga pola hidup sehat, menghindari kebiasaan yang
buruk dan merugikan.
2) Preventif, antara lain konsumsi kalsium dan vitamin D sesuai kebutuhan,
olahraga rutin sesuai kemampuan, konsumsi garam yang cukup jangan
berlebihan dan waspadai obat yang di konsumsi.
3) Kuratif, terdiri dari non medikamentosa ( diet, pemanasan sebelum olah raga,
gizi cukup, Kontrol BB ), sedangkan untuk medikamentosa dengan pemberian
obat analgetik antiradang (NSAIDs), Obat-obatan supresif long-acting (DMARD)
dan Glukokortikoid atau kortikosteroid, tindakan operatif.
4) Rehabilitatif, dengan memberikan tindakan untuk upaya mempertahankan atau
meningkatkan kemampuan hidup secara mandiri.

h. Asuhan Keperawatan klien dengan penyakit tulang beserta contoh kasusnya

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
61

Fokus pengkajian adalah pada fungsi sendi sedangkan diagnose, Intervensi,


implementasi dan evaluasi sesuai kasus yang dihadapi. Beberapa diagnose yang
mungkin muncul antara lain :
1) Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan inflamasi
2) Resiko cedera (injury) berhubungan dengan kelemahan sendi
3) Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri
4) Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan keluarga terhadap penyakit
5) Resiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses sendi,dsb

9. TUGAS MANDIRI
Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan
latihan dibawah ini.
a. Apakah pengertian penyakit sendi ?
b. Apakah penyebab penyakit sendi ?
c. Sebutkan tanda dan gejala penyakit sendi ?
d. Sebutkan jenis radang sendi ?
e. Sebutkan macam gangguan sendi ?
f. Sebutkan pemeriksaan diagnostik penyakit sendi ?
g. Jelaskan penatalaksanaan penyakit sendi ?
h. Tuliskan diagnosa keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan dislokasi
sendi ?
i. Tuliskan diagnosa Keperawatan beserta intervensinya pada klien dengan arthritis ?

10. PETUNJUK TUGAS MANDIRI


Untuk menjawab soal-soal diatas, anda harus mempelajari materi diatas dengan tekun
sehingga anda dapat menjawab dengan tepat, Namun apabila anda belum dapat
menjawab dengan baik ulangi lagi untuk mempelajari dan berusahalah mencari sumber
jawaban dengan mencari melalui media yang tersedia baik media tulis di perpustakaan
maupun elektronik, dengan harapan anda akan paham akan bahasan diatas.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
62

11. RANGKUMAN
Sendi merupakan bagaian tubuh yang sangat berguna dan memilik fungsi yang
berbeda, tergantung dari anatominya. Sendi adalah persambungan/ artikulasio pertemuan
antara dua atau lebih dari tulang rangka.
Artrologi adalah ilmu yang mempelajari persendian.Pemeriksaan arthrography akan
memberikan visualisasi radiografik setelah udara dan media kontras dimasukan ke sendi.
Untuk operasi untuk memperbaiki adalah arthroplasty, sedangkan kalu tujuan untuk
membuatkaku adalah arthodesis
Type sendi pada manusia antara lain pivot bekerja di leher, ball dan sochet pada
bahu, hinge pada siku, ellipsoidal pada pergelangan tangan dan jarinya, hip pada pelvis
dan knee pada lutut.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada
saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian dan
anggota gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem
muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat.
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamatorik progresif, sistemik dan kronis sering
terjadi pada wanita dengan perbandingan 3:1 lebih banyak dari pada laki-laki yang
menyerang pada usia antara 25-35 atau 40 tahun. Infeksi mula-mula mengenai sendi
sinovial disertai edema, kongesti vaskuler eksudet dan infiltrasi seluler.
Artroplasti adalah memperbaiki masalah sendi dengan arthostop (suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau
melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi adalah eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak penggantian
permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis. Sedangkan penggantian sendi
adalah penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis
Upaya penanganan pada kasus penyakit sendi sangat berarti apabila sejak awal di
mulai dengan promotif dan preventif, namun demikian apabila sudah terjadi maka kita
melangkah ke kuratif dan rehabilitative.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
63

12. TES FORMATIF


a. Type sendi yang termasuk golongan ball and socket pada organ dibawah ini
adalah…
a. Leher d. Pergelangan tangan
b. Jari tangan e. Siku tangan
c. Bahu
b. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada penderita dengan arthritis yang
paling utama adalah…
a. Gangguan citra tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas
b. Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya infomasi
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d defomitas
e. Nyeri b/d agen pencedera
c. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada penderita dislokasi shoulder yang
paling utama adalah…
a. Gangguan citra tubuh b/d ketidakseimbangan mobilitas
b. Kurang perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal
c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya infomasi
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d defomitas
e. Nyeri b/d agen pencedera
d. Seorang laki-laki mengalami kerusakan persendian karena kecelakaan , sehingga
harus menjalani operasi. Nama operasi perbaikan sendi tersebut adalah…
a. Capsulotomi d. Arthroplasti
b. Arthrodesis e. Reduksi internal
c. Tenotomi
e. Seorang laki-laki mengalami kerusakan persendian karena artritis , sehingga harus
menjalani operasi untuk membuat kaku. Nama operasi pengkakuan sendi tersebut
adalah…
a. Capsulotomi d. Arthroplasti
b. Arthrodesis e. Reduksi internal
c. Tenotomi

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
64

Cocokkan Jawaban anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif yang terdapat
dibagian akhir modul ini . Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar 4.
Rumus :
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = ------------------------------------------- X 100
Jumlah seluruh kata kunci
Arti tingkatan penguasaan yang Anda capai :
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = sedang
< 70% = kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan
ke kegiatan belajar berikutnya. Bagus ! Tetapi bilai nilai Anda masih di bawah 80%,
maka Anda harus mengulang kegiatan sub modul pokok ini terutama bagian yang
belum dikuasai.

13. Umpan balik dan tindak lanjut


Apabila anda sudah selesai mempelajari kegiatan belajar 4 ini dan mengerjakan
tugas-tugas yang ada dalam modul ini, sekarang cobalah kita cocokkan dengan kunci
jawaban yang telah disediakan pada lembar belakang/akhir modul ini. Silakan anda
lakukan sendiri, tentu saja setelah anda menjawab pada kertas yang berbeda. Selamat
kami sampaikan pada anda bila dapat menjawab dengan benar minimal 80 % dari tugas
modul ini. Selanjutnya anda dapat melanjutkan untuk mempersiapkan diri mempelajari
modul II. Tetapi bila jawaban belum mencapai 80 %, maka dianjurkan untuk mempelajari
ulang tentang kegiatan belajar 4 ini hingga anda paham benar. Hal-hal yang sulit untuk
dipahami silakan diskusikan dengan tutor.

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
65

III. PENUTUP

Selamat pada anda yang telah menyelesaikan modul I Keperawatan Orthopedi ini
yang meliputi kegiatan belajar Asuhan keperawatan pada klien dengan tindakan ORIF dan
OREF, kongenital deformitas, penyakit tulang dan sendi. Pada tiap kegiatan belajar diberikan
tugas mandiri, soal latihan untuk meningkatkan kemampuan serapan materi, sehingga anda
akan semakin mudah mengingat serta meningkatkan kemampuan.
Agar materi yang telah anda pelajari mudah untuk diingat dalam jangka lama, maka
anda harus menerapkan dalam aktifitas/tugas sehari-hari. Anda juga harus menambah
wawasan pengetahuan dari membaca buku referensi yang dianjurkan dalam modul ini,
mencari sumber bacaan lain melalui studi referensi di perpustakaan, mencari sumber melalui
media elektronik atapun melakukan praktikum. Mendiskusikan dengan tutor dapat digunakan
sebagai salah satu media untuk meningkatkan pemahaman atau mencari kejelasan tentang
sebuah topik.
Berusahalah dengan lebih baik dan sungguh-sungguh diiringi semangat belajar untuk
dapat menyelesaikan modul ini. Kesanggupan mengerjakan tugas mandiri, soal formatif
merupakan salahsatu cara anda untuk mengetahui kemampuan dan tetaplah fokus pada
bahan pembelajaran. Mengikuti petunjuk secara arif dan bijaksana akan membimbing anda
menyelesaikan modul ini dengan baik. Semoga semangat anda akan membuahkan hasil yang
yang terbaik dan sesuai harapan serta sesuai tujuan yang tertuang dalam modul ini.

Selamat dan sukses selalu !!!

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
66

KUNCI JAWABAN

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
67

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2005.Clubfoot Deformity. www.dubaibone.com. diakses tanggal 7 Januari


2017

Anonym.2006.Brith Defect Risk Factor Series: Talipes Equinovarus (clubfoot).


www.statehealth.com diakses tanggal 7 Januari 2017

Athayana. 2014. Askep Genu Recurvatum. (online),


(http://athayana.blogspot.com/2014/09/ askep-genurecurvatum-
sistem.html, diakses tanggal 7 Januari 2017
Benz, Gladys S. 1964. Pediatric Nursing Fifth Edition. USA : The C.V Mosby
Company
Betz,Cecily Lynn dan Linda A.Sowden.2009 . Buku Saku Keperawatan Pediatrik.Edisi
5. Jakarta : EGC.
Brunner, Suddarth.1997. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E , Marry Frances M.., Alice C. Geisster. 1999.Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Rencana dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. diterjemahkan Made Kariasa, dan Ni Made
Sumarwati.Jakarta:EGC.
Doenges,Marilynn E, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Engram, Barbara.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi
Indonesia, Jakarta ,EGC.
Erika,Kadek Ayu, dkk.2008. Keperawatan Anak. Makasar : SIK UNHAS
Harris, E. 2008. Key Insight To Treating Talipes Equinovarus.Salemba Medika:
Bandung

Hussain, S. et al. 2007 Gomal Journal of Medical Sciences July – Dec 2007,
Vol. 5, No. 2. Turco‟s Postero – Medial Release for Congenital
Talipes Equinovarus. www.gjm.com diakses tanggal 7 Januari 2017

Kler, J. et al. 2005 Treatment Methods of Congenital Talipes Equinovarus-three case


reports. www.jpn-online.com diakses tanggal 7 Januari 2017

Meidzybrodzka, Z. 2002. Congenital Talipes Eqinovarus (clubfoot): disorder of the


foot but not the hand. www.anatomisociety.com diakses tanggal 7
Januari 2017

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
68

Nordin, S. 2002. Controversies In Congenital Clubfoot: Literature Review. Jakarta:


EGC.

Patel, M. 2007. Clubfoot. www.emedicine.com diakses tanggal 7 Januari 2017

Pirani, S. 1991. A Relible & Valid Method of Assesing the Amount of Deformity in the
Congenital Clubfoot Deformity. www.ubc.com diakses tanggal 7
Januari 2017

Powell, Mary. 1970. Orthopaedic Nursing Sixth Edition. Edinburg and London : E.& S.
Livingstone

Prof.dr.r.soeharso M.D.F.IC.S 1993. Ilmu bedah orthopedi oleh Yayasan essentia


medica
Sacharin, Rosa.M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatri, ed.2. Jakarta: EGC.
Shart, John. Pendle.1994. Ikhtisar Penyakit anak.Jilid 2.Jakarta: Binarupa Aksara.
Soeharso .1993.Ilmu bedah orthopedi.Yayasan essentia medica
Soule, R. E. 2008. Treatment of Congenital Talipes Equinovarus in Infancy and Early
Chlidhood.Oxford University.british

Speirs, Al. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat. Semarang. IKIP Semarang
Press.www. Google. Com
Wong,Donna L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Yeung EHK. et al. 2005 Radiografic Assesment of Congenital Talipes Equinovarus:
Strapping versus Forced Dorsoflexion. www.jos.com diakses tanggal
7 Januari 2017

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
69

GLOSARIUM

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
70

LAMPIRAN

Modul Mata Ajar Keperawatan Orthopedi oleh Sunarto, S.ST., M.Kes


Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

Anda mungkin juga menyukai