Jasa Persewaan
10 Peralatan Tambat Spoolling Machines, Metocean Data Collector
Air Dalam
Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor Location
Jasa Register. Authentication Centre, Equipment Identity Register,
11 Telekomunikasi Intelligent Network Service Control Point, intelligent Network
Seluler Service Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver Unit,
Terminal SDH/Mini Link, Antena
C. Kelompok 3
Tarif Penyusutan : 6,25 %
Masa Manfaat : 16 Tahun
NomorJenis Usaha Jenis Harta
Pertambangan
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk
1 selain minyak dan
mesin-mesin yang mengolah produk pelikan.
gas
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil
Permintalan, (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan
2 pertenunan dan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).
pencelupan b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing,
finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu,
3 Perkayuan barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
a. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri
kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia
(misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan
anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia
organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat,
4 Industri kimia
pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat
kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis
pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk
pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan
sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya
(misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa,
karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).
Pengertian
Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi
jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan
yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila
dibandingkan dengan komponen neraca lainnya.
18
Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 16 tentang Aset Tetap dan Aset Lain-Lain.
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiataan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
2.4.2 Klasifikasi aset
Aset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat diklasifikasikan berdasarkan
umurnya, substansinya, cara penyusutan/ depresiasinya dan jenis fisiknya. Secara
akuntansi, aset tetap harus diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik fisik
mereka. Aset tertentudengan karakteristik yang sama dapat digabungkan ke
dalamsatu akun saja (single account).
Dalam PSAK (IAI, 2009: 16.7) klasifikasi aset tetap adalah
pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam
operasi normal entitas. Berikut adalah contoh kelompok aset yang terpisah:
a. Tanah
b. Tanah dan bangunan
c. Mesin
d. Kapal
e. Pesawat udara
f. Kendaraan bermotor
19
g. Perabotan
h. Peralatan
Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Penyusutan perlu dilakukan karena
manfaat yang diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang.
Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal, yaitu
keadilan pajak, kebijakan ekonomi, dan administrasi, penjelasannya sebagai
berikut:
1. Keadilan Pajak (tax equity)
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak,
apakah perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur
modalnya, padat modal (capital intesive) atau padat karya (labour
intensive). Dengan adanya penyusutan maka kegiatan usaha manufaktur dan
jenis usaha yang padat modal akan lebih diuntungkan dibandingkan dengan
yang lainnya.
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal
(capital growth). Jika penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar,
pengembalian atas investasi (return on investment_ROI) besar, sehingga
arus kas menjadi tinggi. Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan
20
penyusutan dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat diatur
dengan peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau
menghambat suatu peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat
dibedakan menjadi:
a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas
b. Penyusutan berdasarkan jenis industri
c. Penyusutan berdasarkan jenis aset
d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil).
3. Administrasi `
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sederhana dan kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana
maupun yang kompleks, bergantung pada beberapa hal, seperti besarnya
biaya administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan dari Wajib Pajak.
2.4.4 Karakteristik aset tetap yang dapat disusutkan:
1. Penggunaan dalam kegiatan usaha (use in a trade or business)
Aset yang boleh disusut adalah aset yang dipakai dalam usaha atau
menjalankan usaha.Aset ini dapat dibedakan menjadi business asets, mixed
asets, dan private asets. Untuk business asets dapat disusutkan semuanya,
sedangkan untuk mixed asets boleh disusutkan sebagian sesuai dengan yang
digunakan dalam kegiatan usaha.
2. Nilainya menurun secara perlahan/bertahap (gradual declining in value)
21
Nilai aset yang dapat disusutkan harus menurun secara perlahan/bertahap
baik karena semakin buruk fisiknya atau karena factor kualitas.Kalau
nilainya tidak menurun secara bertahap maka tidak dapat disusutkan tetapi
langsung dibiayakan.Adapun aset yang tidak dapat disusutkan adalah tanah,
financial assets, barang dagangan, dan persediaan.
3. Aset berwujud dan tidak berwujud (tangible and intangible asets)
Aset berwujud maupun tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode dapat disusutkan.Untuk penyusutan aset tidak berwujud
penyusutannya disebut amortisasi.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan (claiming depreciations) adalah:
a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha
b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.
5. Saat dilakukan penyusutan (timing of depreciation)
Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi
adakalanya saat tahun perolehan.
6. Dasar untuk melakukan penyusutan (basis of depreciation)
Pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga:
a. Harga perolehan (historical cost)
b. Harga penggantian (replacement cost)
c. Revaluasi
a. Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap Berwujud
SAK No. 16 (2011:16.17) menyatakan bahwa dalam menentukan masa
manfaat suatu faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan:
22
1) Ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut
dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran
fisik dari aset;
2) Ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor
pengoperasian aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shifts)
penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan perawatannya,
serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak
digunakan (menganggur);
3) Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh
perubahan atau peningkatan, atau karena perubahan permintaan pasar
atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut, dan;
4) Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan
tertentu, seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan
sewa.
Masa manfaat juga dapat diartikan sebagai taksiran kapasitas atau manfaat
yang dapat dipakai, yang bisanya dinyatakan dalam tahun. Masa manfaat
(ekonomis) dari suatu aset yang dapat disusutkan untuk suatu perusahaan
mungkin lebih pendek dari usia fisik atau usia teknisnya. Sebagai akibat tambahan
terhadap aus dan kerusakan fisik yang bergantung pada faktor operasional (seperti
frekuensi penggunaan aset, program perbaikan dan pemeliharaan), faktor-faktor
lain juga perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut termasuk keusangan yang
timbul dari perubahan dalam permintaan pasar terhadap output produk atau jasa
dari pembatasan hukum seperti tanggal batas penggunaan.
23
Masa manfaat suatu aset tetap harus ditelaah ulang secara periodik dan bila
harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, maka beban
penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.
Apabila manfaat ekonomi suatu aset tetap tidak lagi sebesar jumlah yang
sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa, penurunan nilai kegunaaan
aset tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi. enyusutan
Kelompok dan Gabungan
Untuk memudahkan kegiatan administrasi, ada kalanya perusahaan memilih cara
penyusutan dengan mengelompokkan aset ke dalam beberapa kelompok. Dalam
ketentuan fiskal disebut dengan golongan harta. Besarnya penyusutan dengan cara
mengalikan tarif ke nilai seluruh aset yang sejenis. Apabila kelompok aset tidak
sejenis maka penyusutan dihitung dengan cara gabungan (composite
depreciation). Besarnya penyusutan tiap tahun adalah penyusutan tiap jenis aset
yang dihitung dengan metode garis lurus.
2.4.7 Saat dimulainya penyusutan
Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset tetap
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada saat selesainya
pengerjaan tersebut.
2.4.8 Dasar penyusutan
Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal, baik melalui
pembelian, maupun pendirian, penambahan dan perbaikan.Apabila perusahaan
melakukan penilaian kembali (revaluasi) maka dasar penyusutannya adalah nilai
setelah revaluasi.
25
2.4.9 Pengungkapan
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat adalah suatu
pertimbangan. Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi manfaat atau
tingkat penyusutan yang digunakan menyediakan bagi para pengguna laporan
informasi yang membuat mereka menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan
dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain.
2.5 Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama
masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan.
Hal ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip
penandingan antara pengeluaran dan penerimaan (matching cost againsts
revenue). Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun
pengeluarannya. Namun demikian, dalam penghitungan dan penetapan tarif
penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan
fiskal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial).
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap
dilakukan secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan
26
golongan) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-alat kecil (small
tools) yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan secara
golongan.
2.5.1 Saat mulainya penyusutan fiskal
Undang-Undang Pajak Penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat
dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan fiskal
harus dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan itu hanya dapat
terjadi karena hal-hal berikut ini.
1. Harta/aset yang masih dalam proses pengerjaan.
Untuk harta/aset dalam proses pengerjaaan, penyusutannya dimulai pada
tahun selesainya pekerjaan tersebut. Jadi, walaupun pada umumnya
penyusutan atas harta/aset dimulai pada tahun perolehan tetapi untuk
harta/aset yang masih dalam proses pengerjaannya memerlukan waktu lebih
dari satu tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat selesainya harta/aset
yang bersangkutan.
2. Harta/aset dalam sewa guna usaha (leasing).
Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha khususnya sewa
guna usaha tanpa hak opsi dimulai pada bulan harta tersebut
disewagunausahakan.
3. Wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.
27
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila
tidak mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru
dilakukan pada tahun harta/aset tersebut menghasilkan.
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang
memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi
dua golongan sebagai berikut:
1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan.
2. Harta berwujud kelompok bangunan.
Tabel 2.3
PENGELOMPOKKAN HARTA BERWUJUD
----------------------
1. Sudut substansi
a. Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin gedung, dan
peralatan.
b. Intangible assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti, HGU, HGB,
goodwill-pateents, copyright, hak cipta, franchise, dan lain-lain.
Menurut PSAK no. 16 tahun 2004 pengakuan awal dari suatu aktiva tetap
dilihat dari perolehannya, yaitu sebagai berikut:
1. Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea
impor dan PPN masukan tak boleh restitusi (non-refundable), dan setiap biaya
yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke
kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga
pembelian. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah:
a. Biaya persiapan tempat;
b. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-
muat (handling costs);
c. biaya pemasangan (installation costs); dan
d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
2. Perolehan secara Gabungan
Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang
bersangkutan.
3. Pertukaran Aktiva
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian
untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos
semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang
diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva
yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas
yang ditransfer. Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu
aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha
yang sama dan memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat
dijual dalam pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam kedua
keadaan tersebut, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak
lengkap, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi.
Sebaliknya, biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari aktiva
yang dilepaskan. Tetapi, nilai wajar aktiva yang diterima dapat menyediakan
bukti dari suatu pengurangan (impairment) aktiva yang dilepaskan.-Dalam
keadaan ini aktiva yang dilepaskan diturun-nilai buku-kan (written down) dan
nilai turun nilai buku (written down) ini ditetapkan untuk aktiva baru. Contoh
dari pertukaran aktiva serupa termasuk pertukaran pesawat terbang, hotel,
bengkel dan properti real estate lainnya. Jika aktiva lain seperti kas termasuk
sebagai bagian transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos
yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa.
4. Aktiva Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga
taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun "Modal
Donasi”.
2.1.4. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Stice, Stice & Skousen yang diterjemahkan oleh Safrida &
Ahmad Maulana (2005;10) ketika suatu aktiva dibeli secara tunai, maka
perolehannya hanya dicatat pada jumlah kas yang dibayar, termasuk semua
pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian dan persiapan aktiva untuk
penggunaan yang direncanakan. Tetapi, aktiva tetap juga dapat dibeli dengan
berbagai perjanjian lain, yang sebagian diantaranya memiliki masalah khusus
mengenai harga perolehan yang akan dicatat. Perolehan aktiva dan pencatatannya
akan dibahas berikut ini:
1. Pembelian Secara Paket
Dalam beberapa pembelian, sejumlah aktiva dapat dibeli dalam suatu
pembelian secara paket. Untuk mencatat aktiva tersebut secara terpisah, maka
total harga belinya harus dialokasikan ke masing-masing aktiva tersebut. Jika
sebagian dari harga beli dapat secara jelas diidentifikasi dengan suatu aktiva
secara khusus, maka pembebanan biaya ke aktiva tersebut harus dilakukan dan
sisa harga beli dialokasikan ke aktiva yang tersisa. Jika tidak ada bagian dari
harga beli dapat dihubungkan dengan suatu aktiva tertentu, maka jumlah
keseluruhananya harus dialokasikan keberbagai aktiva berbeda yang
diperoleh. Harga penilaian atau bukti serupa yang diberikan oleh suatu otoritas
independen yang kompeten harus dicari untuk mendukung pengalokasian
tersebut. Penting untuk diketahui bahwa alokasi harga perolehan secara paket
ini bukan hanya merupakan suatu latihan teoritis. Beberapa aktiva dalam
kelompok tersebut dapat disustkan, sementara yang lainnya tidak. Aktiva yang
disusutkan mungkin memiliki masa manfaat yang berbeda-beda. Beban
penyusutan periodik dapat secara signifikan dipengaruhi oleh proporsi harga
pembelian yang dialokasikan pada aktiva dengan masa manfaat yang relatif
panjang. Ayat jurnal untuk mencatat perolehan ini dengan asumsi dilakukan
secara tunai adalah sebagai berikut:
Dr. Tanah xxx
Bangunan xxx
Peralatan xxx
Cr. Kas xxx
6. Kontruksi Sendiri
Kadang kala bangunan atau peralatan dibangun atau dibuat sendiri oleh
perusahan untuk digunakan sendiri. Hal ini mungkin dilakukan untuk
menghemat biaya, untuk menggunakan fasilitas yang menganggur atau untuk
mendapatkan kualitas bangunan yang lebih baik. Aktiva yang dibuat sendiri
sama halnya dengan aktiva yang dibeli, aktiva ini dicatat pada harga
perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat
aktiva dan mempersiapkan aktiva tersebut untuk digunakan sesuai dengan
rencana.
7. Perolehan Melalui Sumbangan Atau Penemuan
Ketika aktiva diperoleh melalui sumbangan (donation), tidak ada biaya yang
dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Meskipun ada pengeluaran
tertentu yang harus dikeluarkan secara insidental untuk mendapatkan hadiah
tersebut, tetapi pengeluaran tersebut biasanya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan nilai aktiva tersebut. Dalam hal ini, biaya tertentu saja tidak dapat
dijadikan dasar penilaian. Properti yang diperoleh melalui donasi harus
diperkirakan nilainya dan dicatat sesuai dengan harga pasar wajarnya.
Sumbangan diakui sebagai pendapatan atau keuntungan pada saat diterima.
Ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat perolehan melalui sumbangan
adalah sebagai berikut:
Dr. Tanah xxx
Gedung xxx
Cr. Pendapatan atau keuntungan xxx
Menurut Stice, stice skousen yang diterjemahkan oleh Safrida & Ahmad
Maulana (2005;104) penyusutan bukanlah proses dimana perusahaan
mengakumulasikan dana untuk mengganti aktiva tetapnya. Penyusutan bukan pula
cara untuk menghitung nilai yang berlaku dari aktiva tetap. Penyusutan adalah
alokasi yang sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode
berbeda yang memperoleh manfaat dari dari pengguna suatu aktiva. Akumulasi
penyusutan bukanlah dana dana penggantian aktiva, melainkan jumlah seluruh
harga perolehan aktiva yang telah dipergunakan selama periode-periode
sebelumnya. Nilai buku (harga perolehan dikurang akumulasi penyusutan) aktiva
adalah harga perolehan aktiva yang tersisa yang akan diakumulasiklan pada
periode-periode yang akan datang tetapi bukan merupakan suatu perkiraan harga
yang berlaku dari aktiva tersebut.
Sedangkan beban penyusutan adalah pengakuan penggunaan manfaat
potensial dari suatu aktiva. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban penyusutan
tahunan adalah sebagai berikut:
Harga Perolehan Aktiva
Harga perolehan suatu aktiva meliputi semua pengeluaran yang berhubungan
dengan perolehan dan persiapan penggunaan aktiva tersebut. Harga perolehan
dikurangi dengan nilai sisa, jika ada adalah harga perolehan yang dapat
disusutkan, atau dasar penyusutan, yaitu jumlah harga perolehan aktiva yang
akan dibebankan pada peride-peride mendatang.
Nilai Sisa atau Nilai Residu
Nilai sisa (residu) suatu aktiva adalah perkiraan harga penjualan aktiva pada
saat aktiva tersebut dijual setelah dihentikan pemakaiannya. Nila sisa
tergantung pada kebijaksanaan penghentian aktiva dalam perusahaan serta
keadaan pasar dan faktor-faktor lainnya.
Masa Manfaat
Aktiva operasi tidak lancar selain tanah memiliki masa manfaat yang terbatas
sebagai akibat dari faktor fisik dan fungsional. Faktor fisik yang membatasi
masa manfaat suatu aktiva adalah kerusakan, keausan, dan kehancuran.
Pola Penggunaan
Untuk mengaitkan harga perolehan aktiva dengan pendapatan, maka
penyusutan periodik harus mencerminkan pola penggunaanya setepat
mungkin. Jika aktiva tersebut menghasilkan pola pendapatan yang berbeda-
beda, maka biaya penyusutannya harus berbeda-beda pula sesuai dengan
penggunaannya.
Sistem penyusutan fiskal disebut Accelerated Cost Recovery System
(ACRS) yang berlaku sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 dan kemudian
tahun 1995 sampai sekarang menggunakan sistem Modefied Accelerated Cost
Recovery System (MACRS) yang diterjemahkan bebasnya dapat diartikan sebagai
modefikasi sistem pengembalian biaya dipercepat. Sedang metode
penyusutannya dibatasi pada metode garis lurus (straight line), metode saldo
ganda menurun (double declining balance), dan metode satuan produksi (units
of production method).
Format sistem MACRS ini secara garis besar dilakukan sebagai berikut:
1. Harta berwujud atau harta tidak berwujud perusahaan dibagi-bagi dalam
kelompok bangunan dan bukan bangunan dan diamortisasi. Kelompok
bangunan dipisahkan lagi antara kelompok bangunan yang sifatnya permanen
dan bangunan tidak permanen, sedang kelompok bukan bangunan dirinci lagi
atas kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4. Harta tidak
berwujud hanya dibagi atas empat kelompok saja, yaitu kelompok 1, kelompok
2, kelompok 3, dan kelompok 4.
2. Masing-masing kelompok harta berwujud tersebut ditetapkan pula masa
manfaatnya, yaitu dimulai dengan masa manfaat 20 tahun untuk bangunan
yang permanen dan 10 tahun untuk bangunan yang tidak permanen, sedang
untuk yang bukan bangunan dan harta tidak berwujud masa masa manfaatnya
ditetapkan 4 tahun (kelompok 1), 8 tahun (kelompok 2), 16 tahun (kelompok
3), dan 20 tahun (kelompok 4).
3. Wajib pajak dapat memilih, apakah akan menggunakan metode garis lurus atau
saldo ganda menurun tergantung pada kebijakan perusahaan, dengan catatan
tarifnya pun baik harta berwujud maupun harta tidak berwujud telah ditetapkan
sebagai berikut:
4. Pengelompokkan Harta
5. Untuk mengetahui di kelompok berapa aktiva atau harta yang kita gunakan,
kita—Wajib Pajak—harus melihat pada Lampiran I s.d. Lampiran IV yang ada di
PMK Nomor 96/PMK.03/2009. Di lampiran tersebut sudah ditentukan jenis-
jenis aktiva untuk masing-kelompok harta yang disebutkan di tabel di atas,
sesuai dengan jenis usaha dan kegiatan Wajib Pajak. PMK ini berlaku umum
untuk seluruh Wajib Pajak, kecuali bagi Wajib Pajak yang disebutkan dalam
PMK Nomor 249/PMK.03/2008.
6. Kemudian jika misalnya kita punya aktiva tetapi aktiva kita tidak tercantum
dalam Lampiran I hingga Lampiran IV PMK tersebut, maka aktiva kita itu
dianggap masuk Kelompok 3. Itu artinya aktiva kita tadi harus disusutkan
selama 16 tahun [Pasal 2 ayat (1) PMK Nomor 96/PMK.03/2009).
7. Namun jika kita bisa menunjukkan bahwa aktiva kita yang tidak tercantum
dalam lampiran-lampiran PMK tersebut bukan termasuk Kelompok 3, maka
kita bisa mengajukan permohonan untuk penetapan kelompok atas aktiva kita
tersebut sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya. Permohonan ini harus
diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP setempat, sesuai dengan Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-55/PJ./2009. Tanpa ada surat persetujuan dari Kepala
Kantor Wilayah DJP, aktiva kita yang tidak tercantum dalam Lampiran I hingga
Lampiran IV akan tetap dianggap masuk Kelompok 3.
8. Khusus bagi Wajib Pajak bidang usaha tertentu, ketentuan mengenai
penyusutan aktiva atau hartanya diatur secara khusus melalui PMK Nomor
249/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Penyusutan Atas
Pengeluaran Untuk Memperoleh Harta Berwujud Yang Dimiliki Dan Digunakan
Dalam Bidang Usaha Tertentu.
9.
10. Non-Depreciable Assets
11. Dalam ketentuan fiskal, ada aktiva yang digolongkan sebagai aktiva yang tidak
boleh disusutkan (non-depreciable assets) yaitu tanah hak milik, termasuk
tanah yang berstatus hak guna bangun, hak guna usaha, dan hak pakai yang
pertama kali. Terkait dengan tanah, hanya perpanjangan hak guna bangun, hak
guna usaha, atau hak pakai saja yang boleh disusutkan melalui mekanisme
amortisasi sesuai Pasal 11A UU PPh.