No : 03
Kelas : XI AKL 2
Berdasarkan penjelasan pasal 11 ayat (1 dan 2) Undang Undang nomor 7 tahun 1983 stdtd
Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) dikatakan bahwa
metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini dilakukan:
1. dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta
tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau
2. dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku (metode saldo menurun atau declining balance method).
Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat asas. Untuk harta
berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud
selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam
hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa
manfaat harus disusutkan sekaligus. Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil
(small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.
Metode ini dasar penyusutannya adalah harga perolehan dengan menganggap aktiva tetap akan
memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya,
sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke
periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”,
metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak
terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan,
peralatan kantor
Metode ini dasar penyusutannya adalah nilai sisa buku fiskal, aktiva tetap dianggap akan
memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan
mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan
semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya
tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.
Cara perlakuan nilai sisa buku suatu aktiva tetap pada akhir masa manfaat yang disusutkan
dengan metode saldo menurun adalah nilai sisa buku suatu aktiva pada akhir masa manfaat yang
disusutkan dengan metode saldo menurun harus disusutkan sekaligus.
TARIF PENYUSUTAN DAN KELOMPOK AKTIVA YANG DISUSUTKAN
Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan
langsung dengan usaha atau kegiatan, biaya-biaya dan penyusutan. Biaya yang tidak boleh
dikurangi dari penghasilan bruto adalah biaya yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan, biaya-biaya dan penyusutan. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak
dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi.
Sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyau peranan terhadap penghasilan
untuk beberapa tahun, pembebanannya dilakukan sesuai dengan jumlah tahun lamanya
pengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. Contoh: pada bulan April 2017 wajib pajak
menyewa sebuah kantor untuk jangka waktu lima tahun sebesar Rp60.000.000,00. Maka biaya
sewa tahun 2017 hanya sebesar atau sebesar Rp9.000.000,00 saja.
Walaupun demikian, tidak ada larangan jika wajib pajak melakukan amortisasi atas biaya sewa
tersebut. Larangan hanya untuk pembebanan sekaligus. Metode untuk penyusutan dan amortisasi
untuk keperluan pajak sebagai berikut:
a. Garis Lurus (GL), yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa
manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
b. Saldo Menurun (SM), yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa
manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada
akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat
asas.
e. Kapal balon.
a. Perangkat pesawat telepon;
8 Telekomunikasi
b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan
penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven,
ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning
machine, coating machine, curing oven, cutting press,
dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test,
dynamic burn-in system oven, dynamic test handler,
eliminator (PGE-01), full automatic handler, full
Industri semi
9 automatic mark, hand maker, individual mark, inserter
konduktor
remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test
system, marker (mark), memory test system, molding,
mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual,
pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker,
taping machine, tiebar cut press, trimming/forming
machine, wire bonder, wire pull tester.
Jasa Persewaan
10 Peralatan Tambat Air Spoolling Machines, Metocean Data Collector
Dalam
Mobile Switching Center, Home Location Register,
Visitor Location Register. Authentication Centre,
Jasa Telekomunikasi Equipment Identity Register, Intelligent Network Service
11
Seluler Control Point, intelligent Network Service Managemen
Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal
SDH/Mini Link, Antena
Kelompok 3
c. Dok terapung.
Kelompok 4
g. Dok-dok terapung.
Bangunan Permanen
Pengertian Bangunan Permanen adalah bangunan yang bersifat tetap dan terbuat dari bahan yang
tahan lama atau bangunan yang dapat tidak dapat dipindah-pindahkan, yang mempunyai masa
manfaat 20 (dua puluh) tahun.Contoh Bangunan Permanen antara lain :
Pengertian Bangunan Tidak Permanen adalah bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari
bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dapat dipindah-pindahkan, yang masa
manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Contoh Bangunan Tidak Permanen antara lain:
Bila lembaga menggunakan kategori pengelompokkan aset, metode perhitungan dan tarif yang
berbeda dengan yang diatur oleh UU Perpajakan, maka pada saat pengisian SPT pajak
penghasilan badan perlu dilakukan rekonsiliasi. Artinya, dari daftar aset lembaga perlu dihitung
ulang dengan metode yang diakui oleh perpajakan. Kemudian dihitung dengan tarif penyusutan
perpajakan untuk mendapatkan total biaya penyusutan setahun. Tentu saja jumlah biaya ini bisa
berbeda dengan jumlah biaya penyusutan yang dihitung oleh bagian keuangan lembaga bila
metode dan tarifnya bebeda dengan perpajakan.
Penentuan harga perolehan dan harga penjualan aktiva tetap dapat terjadi dalam beberapa situasi
atau kondisi. Situasi atau kondisi yang dimaksud, diantaranya saat jual beli harta, tukar menukar
harta, pengambilalihan usaha, hibah/ bantuan/ sumbangan, pengalihan harta termasuk setoran
tunai sebagai pengganti penyertaan modal, serta penilaian atau pemakaian persediaan. Berikut ini
masing-masing penjelasannya.
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
2. Tukar Menukar Harta
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
3. Pengambilalihan Usaha
Pada prinsipnya apabila terjadi pengalihan harta, penilaian harta yang dialihkan dilakukan
berdasarkan harga pasar. Pengalihan harta tersebut dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
usaha berupa penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha.
Selain itu pengalihan tersebut dapat dilakukan pula dalam rangka likuidasi usaha atau sebab
lainnya. Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dialihkan merupakan
penghasilan yang dikenakan pajak.
4. Hibah/Bantuan/Sumbangan
Dalam hal terjadi penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan yang memenuhi syarat
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a atau warisan, maka nilai perolehan bagi pihak yang menerima
harta adalah nilai sisa buku harta dari pihak yang melakukan penyerahan. Apabila Wajib Pajak
tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga nilai sisa buku tidak diketahui, maka nilai
perolehan atas harta ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Dalam hal terjadi penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan yang tidak memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka nilai perolehan bagi pihak
yang mengalihkan adalah harga pasar.
Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan setoran tunai atau
pengalihan harta. Penilaian harta yang diserahkan sebagai pengganti saham atau penyertaan
modal akan dinilai berdasarkan nilai pasar dari harta yang dialihkan tersebut.
Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan persediaan barang, yaitu barang jadi atau barang
dagangan, barang dalam proses produksi, bahan baku dan bahan pembantu. Penilaian persediaan
barang hanya boleh menggunakan harga perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk
penghitungan harga pokok hanya boleh dilakukan dengan cara rata-rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang didapat pertama (“first-in first-out atau disingkat FIFO”). Sesuai
dengan kelaziman, cara penilaian tersebut juga diberlakukan terhadap sekuritas. Sekali Wajib
Pajak memilih salah satu cara penilaian pemakainan persediaan untuk penghitungan harga pokok
tersebtu, maka untuk tahun-tahun selanjutnya harus digunakan cara yang sama.
CONTOH PERHITUNGAN PENYUSUTAN
PT. Dongan Sahuta membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta berwujud
seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan atas biaya penyusutan
aktiva tersebut berdasarkan metode garis lurus adalah sebagai berikut :
PT. Ai So Ise membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta berwujud
seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan atas biaya penyusutan
aktiva tersebut berdasarkan metode saldo menurun adalah sebagai berikut :
Tahun
Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku