Anda di halaman 1dari 18

AKUN–BINTARA

Lampiran Khusus 1a
Kompetensi Dasar:
3.10 Memahami data dalam lampiran khusus nomor 1a.

4.10 Mengelompokkan data dalam lampiran khusus nomor 1a.

A.     LAMPIRAN KHUSUS NOMOR 1A

Formulir Lampiran Khusus 1A / 1B merupakan formulir isian untuk memberitahukan


daftar aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dan penyusutan fiskalnya untuk
tahun yang bersangkutan. Formulir ini harus disampaikan apabila terdapat data yang
harus diisikan. Apabila tidak ada, maka tidak perlu dilampirkan pada saat
penyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.Pada lampiran khusus nomor 1a berisi
tentang daftar penyusutan dan amortisasi fiskal. Metode penyusutan/amortisasi diisi
dengan kode sebagaimana pada tabel berikut.

Metode Penyusutan/Amortisasi Kode Penggunaan

Garis Lurus GL Komersial/ Fiskal

Jumlah Angka Tahun JAT Komersial

Saldo Menurun SM Komersial/ Fiskal

Saldo Menurun Ganda SMG Komersial

Jumlah Jam Jasa JJJ Komersial

Jumlah Satuan Produksi JSP Komersial/Amortisasi Fiskal

Metode Lainnya ML Komersial


Bagi Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat, perhatikan ketentuan mengenai kurs konversi aktiva tetap
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain Rupiah Serta Kewajiban
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.011/2012.

B.     METODE PENYUSUTAN

Berdasarkan penjelasan pasal 11 ayat (1 dan 2) Undang Undang nomor 7 tahun 1983
stdtd Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)
dikatakan bahwa metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini
dilakukan:

1.   dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi
harta tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau

2.   dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas
nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method).

Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat asas. Untuk
harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus.
Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau
metode saldo menurun. Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo
menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Sesuai
dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis
dapat disusutkan dalam satu golongan.

a.   Metode garis lurus (straight line method)

Metode ini dasar penyusutannya adalah harga perolehan dengan menganggap aktiva
tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa
penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang
sama dari periode ke periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya.

Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost
Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang
fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang
dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor

b.   Metode saldo menurun (declining balance method)


Metode ini dasar penyusutannya adalah nilai sisa buku fiskal, aktiva tetap dianggap
akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya,
dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode
berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat
kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin
produksi.

Cara perlakuan nilai sisa buku suatu aktiva tetap pada akhir masa manfaat yang
disusutkan dengan metode saldo menurun adalah nilai sisa buku suatu aktiva pada
akhir masa manfaat yang disusutkan dengan metode saldo menurun harus disusutkan
sekaligus.

C.     TARIF PENYUSUTAN DAN KELOMPOK AKTIVA YANG


DISUSUTKAN

Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai
hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan, biaya-biaya dan penyusutan. Biaya
yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto adalah biaya yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan, biaya-biaya dan penyusutan.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

Sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyau peranan terhadap


penghasilan untuk beberapa tahun, pembebanannya dilakukan sesuai dengan jumlah
tahun lamanya pengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. Contoh: pada
bulan April 2017 wajib pajak menyewa sebuah kantor untuk jangka waktu lima tahun
sebesar Rp60.000.000,00. Maka biaya sewa tahun 2017 hanya sebesar  atau sebesar
Rp9.000.000,00 saja.

Walaupun demikian, tidak ada larangan jika wajib pajak melakukan amortisasi atas
biaya sewa tersebut. Larangan hanya untuk pembebanan sekaligus. Metode untuk
penyusutan dan amortisasi untuk keperluan pajak sebagai berikut:

a.   Garis Lurus (GL), yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
b.   Saldo Menurun (SM), yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan
syarat dilakukan secara taat asas.

Berikut tarif yang berlaku untuk penyusutan:

TARIF DEPRESIASI
KELOMPOK HARTA MASA
BERWUJUD MANFAAT
GARIS LURUS SALDO MENURUN

I.  Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II.  Bangunan

Permanen 20 tahun 5% –

Tidak Permanen
10 tahun 10% –

Kelompok 1

Nomor
Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha a.  Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja,
bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari
bangunan.
b.  Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator,
mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer,
printer, scanner dan sejenisnya.

c.  Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video


Nomor
Jenis Usaha Jenis Harta

recorder, televisi dan sejenisnya.

d.  Sepeda motor, sepeda dan becak.

e.  Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang


bersangkutan.

f.   Dies, jigs, dan mould.

g.  Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile,


telepon seluler dan sejenisnya.

Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul,
2
kehutanan, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.

Industri makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller,
3
minuman pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.

Transportasi dan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan
4
Pergudangan umum.

Falsh memory tester, writer machine, biporar test system,


5 Industri semi konduktor
elimination (PE8-1), pose checker.

Jasa Persewaan
Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel
6 Peralatan Tambat Air
Wire Ropes, Mooring Accessoris.
Dalam

Jasa telekomunikasi
7 Base Station Controller
selular
 

Kelompok 2

Nomor Jenis Harta


Jenis Usaha

1 Semua jenis usaha a.   Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja,
Nomor Jenis Harta
Jenis Usaha

bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan


merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara
seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b.   Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.

c.   Container dan sejenisnya.

a.  Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin


bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan
Pertanian, sejenisnya.
perkebunan, b.  Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
2
kehutanan, memproduksi bahan atau barang pertanian, perkebunan,
perikanan peternakan dan perikanan.

a.  Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas


dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .
b.  Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin
minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang
gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan
beras, gandum, tapioka.
Industri makanan
3
dan minuman c.  Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman
dan bahan-bahan minuman segala jenis.

d.  Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan


makanan dan makanan segala jenis.

Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan


4 Industri mesin
(misalnya mesin jahit, pompa air).

a.  Mesin dan peralatan penebangan kayu.


Perkayuan, b.  Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
5 memproduksi bahan atau barang kehutanan.
kehutanan

Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump


6 Konstruksi
truck, crane buldozer dan sejenisnya.
Nomor Jenis Harta
Jenis Usaha

a.  Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat,


truk peron, truck ngangkang, dan sejenisnya;
b.  Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat
untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum,
batu – batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk
kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan
sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100
DWT;

Transportasi dan c.  Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau
7
Pergudangan mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran,
kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang
mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;

d.  Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai


berat sampai dengan 250 DWT;

e.  Kapal balon.

a.  Perangkat pesawat telepon;


b.  Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan
8 Telekomunikasi penerimaan radio telegraf dan radio telepon.

Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven,


ball shear tester, bipolar test handler (automatic),
cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting
press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear
test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler,
eliminator (PGE-01), full automatic handler, full
Industri semi
9 automatic mark, hand maker, individual mark, inserter
konduktor
remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test
system, marker (mark), memory test system, molding,
mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester
manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD
stocker, taping machine, tiebar cut press,
trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.

10 Jasa Persewaan Spoolling Machines, Metocean Data Collector


Peralatan Tambat
Nomor Jenis Harta
Jenis Usaha

Air Dalam

Mobile Switching Center, Home Location Register,


Visitor Location Register. Authentication Centre,
Jasa
Equipment Identity Register, Intelligent Network
11 Telekomunikasi
Service Control Point, intelligent Network Service
Seluler
Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver
Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena
 

Kelompok 3

Nomor Jenis Harta


Jenis Usaha

Pertambangan
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan,
1 selain minyak dan
termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan.
gas

a.  Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk


tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan,
Permintalan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-
2 pertenunan dan kain bulu, tule).
pencelupan b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing,
printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.

a.  Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk


kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan
3 Perkayuan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.

4 Industri kimia a.  Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan


produk industri kimia dan industri yang ada
hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan
kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis
dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan
kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat
pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-
resinonida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat
rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih
lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk
pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi
dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri
lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan
eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit
samak, jangat dan kulit mentah).

Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin


5 Industri mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin
kapal).

a.  Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat


untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya
gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya)
termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal
penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai
berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong
kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal
keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai
Transportasi dan berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
6
Pergudangan
c.  Dok terapung.

d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai


berat di atas 250 DWT.

e.  Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala


jenis.

7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.


 

Kelompok 4

Nomor Jenis Harta


Jenis Usaha
1 Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi

a.     Lokomotif uap dan tender atas rel.


b.    Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere
atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.

c.     Lokomotif atas rel lainnya.

d.    Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk


kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik
dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.

e.     Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus


Transportasi dan dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu
2
Pergudangan (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan
sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki,
kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai
berat di atas 1.000 DWT.

f.     Kapal dibuat khusus untuk menghela atau


mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan
sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.

g.    Dok-dok terapung.

Bangunan Permanen

Pengertian Bangunan Permanen adalah bangunan yang bersifat tetap dan terbuat dari
bahan yang tahan lama atau bangunan yang dapat tidak dapat dipindah-pindahkan,
yang mempunyai masa manfaat 20 (dua puluh) tahun.Contoh Bangunan Permanen
antara lain :

 Gedung kantoryang dibuat dari batu bata, semen dan lain-lain.


 Gudangyang dibuat dari batu bata, semen dan lain-lain.
 Bangunan Pabrikyang dibuat dari batu bata, semen dan lain-lain.
 Rumahyang dibuat dari batu bata, semen dan lain-lain.

Bangunan Tidak Permanen


Pengertian Bangunan Tidak Permanen adalah bangunan yang bersifat sementara dan
terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dapat dipindah-
pindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.
Contoh Bangunan Tidak Permanen antara lain:

 Barak yang dibuat dari kayu untuk karyawan


 Asramayang dibuat dari kayu untuk karyawan.

Bila lembaga menggunakan kategori pengelompokkan aset, metode perhitungan dan


tarif yang berbeda dengan yang diatur oleh UU Perpajakan, maka pada saat pengisian
SPT pajak penghasilan badan perlu dilakukan rekonsiliasi. Artinya, dari daftar aset
lembaga perlu dihitung ulang dengan metode yang diakui oleh perpajakan. Kemudian
dihitung dengan tarif penyusutan perpajakan untuk mendapatkan total biaya
penyusutan setahun. Tentu saja jumlah biaya ini bisa berbeda dengan jumlah biaya
penyusutan yang dihitung oleh bagian keuangan lembaga bila metode dan tarifnya
berbeda dengan perpajakan.

C.     HARGA PEROLEHAN

Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1994 menjelaskan bahwa pada umumnya dalam
jual beli harta, harga perolehan harta bagi pihak pembeli adalah harga yang
sesungguhnya dibayar dan harga penjualan bagi pihak penjual adalah harga yang
sesungguhnya diterima. Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya
yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya
pengangkuta, biaya pemasangan, biaya asuransi waktu pemasangan, biaya komisi,
biaya balik nama dan lain-lain.

Dalam jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (4) UU PPh, maka bagi pihak pembeli nilai perolehannya adalah jumlah
yang seharusnya dibayar dan bagi pihak penjual nilai penjualannya adalah jumlah
yang seharusnya diterima. Adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual
dapat menyebabkan harga, perolehan menjadi lebih besar atau lebih kecil
dibandingkan dengan jika jual beli tersebut tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa. Oleh karena itu dalam ketentuan ini diatur bahwa nilai perolehan atau nilai
penjualan harta bagi pihak-pihak yang bersangkutan adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau yang seharusnya diterima.
Adapun hubungan istimewa yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU No. 36 Tahun
2008 adalah sebagai berikut.

a.   Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib
Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib
Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut
terakhir;

b.   Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

c.   terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Contoh Soal:
PT.Citra Nusa yang beroperasi di Kota Bogor membeli sebuah mesin dari perusahaan
supplier di Cikarang seharga Rp100.000.000, PPh 22 sebesar 7,5% PT Citra Nusa,
mesin dikirim via kurir yang ditunjuk, ongkos kirim dari Cikarang ke Bogor sebesar
Rp1000.000 dan instalasi pemasangan mesin memakan biaya Rp.500.000 dan asuransi
pengiriman sebesar Rp150.000. Tentukan harga perolehan mesin tersebut!
Pembahasan :
Jika diuraikan semua pengeluaran untuk memperoleh mesin tersebut adalah sebagai
berikut :
Pembelian Mesin           Rp 100.000.000
PPh 22                              Rp     7.500.000
Ongkos kirim                  Rp     1.000.000
Asuransi                          Rp        150.000
Biaya Instalasi               Rp        500.000 +
Rp 109.150.000

Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp109.150.000 merupakan harga perolehan atas


mesin tersebut.

D.     MENENTUKAN HARGA PEROLEHAN DAN HARGA PENJUALAN

Penentuan harga perolehan dan harga penjualan aktiva tetap dapat terjadi dalam
beberapa situasi atau kondisi. Situasi atau kondisi yang dimaksud, diantaranya saat
jual beli harta, tukar menukar harta, pengambilalihan usaha, hibah/ bantuan/
sumbangan, pengalihan harta termasuk setoran tunai sebagai pengganti penyertaan
modal, serta penilaian atau pemakaian persediaan. Berikut ini masing-masing
penjelasannya.

1.      Jual Beli Harta

Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4)
adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila
terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima.

Contoh Kasus :

CV AXA menjual mobil kepada CV BETA dengan harga Rp100.000.000, tetapi harga
pasar/nilai wajar dari mobil tersebut adalah Rp150.000.000. Nilai buku mobil tersebut
bagi CV AXA adalah Rp90.000.000.

Jika CV AXA dan CV BETA ada hubungan istimewa. Harga penjualan adalah harga
pasar wajar yakni Rp150.000.000, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh CV
AXA sebesar Rp50.000.000.

2.      Tukar Menukar Harta

Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.

Contoh Kasus :

PT AL menukarkan mobil “Blast” (Nilai Buku Rp100.000.000, Harga Pasar


Rp150.000.000) dengan mobil “Center” (Nilai Buku Rp80.000.000, Harga Pasar
Rp150.000.000) milik PT EL.

Dari transaksi tersebut, PT AL memperoleh keuntungan sebesar Rp 50.000.000 dan


PT EL memperoleh keuntungan sebesar Rp.70.000.000. Sehingga harga perolehan
Mobil “Blast” dan Mobil “Center” dari pertukaran tersebut adalah sebesar Harga
Pasarnya yaitu Rp150.000.000.

3.      Pengambilalihan Usaha

Pada prinsipnya apabila terjadi pengalihan harta, penilaian harta yang dialihkan
dilakukan berdasarkan harga pasar. Pengalihan harta tersebut dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan usaha berupa penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, dan pengambilalihan usaha. Selain itu pengalihan tersebut dapat
dilakukan pula dalam rangka likuidasi usaha atau sebab lainnya. Selisih antara harga
pasar dengan nilai sisa buku harta yang dialihkan merupakan penghasilan yang
dikenakan pajak.

Contoh:

PT A dan PT B melakukan peleburan dan membentuk badan baru, yaitu PT C. Nilai


sisa buku dan harga pasar harta dari kedua badan tersebut adalah sebagai berikut:

                                                 PT A                             PT B

Nilai sisa buku        Rp 200.000.000,00         Rp 300.000.000,00

Harga pasar           Rp 300.000.000,00         Rp 450.000.000,00

Pada dasarnya, penilaian harta yang diserahkan oleh PT A dan PT B dalam rangka
peleburan menjadi PT C adalah harga pasar dari harta. Dengan demikian, PT A
mendapat keuntungan sebesar Rp100.000.000,00 (Rp300.000.000,00 –
Rp200.000.000,00) dan PT B mendapat keuntungan sebesar Rp150.000.000,00
(Rp450.000.000,00 – Rp300.000.000,00). Sedangkan PT C membukukan semua harta
tersebut dengan jumlah Rp750.000.000,00 (Rp300.000.000,00 + Rp450.000.000,00).
Namun dalam rangka menyelaraskan dengan kebijakan di bidang sosial, ekonomi,
investasi, moneter dan kebijakan lainnya, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk
menetapkan nilai lain selain harga pasar, yaitu atas dasar nilai sisa buku (“pooling of
interest”). Dalam hal demikian PT C membukukan penerimaan harta dari PT A dan
PT B tersebut sebesar Rp 500.000.000,00 (Rp 200.000.000,00 + Rp 300.000.000,00).

 
4.      Hibah/Bantuan/Sumbangan

Dalam hal terjadi penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan yang
memenuhi syarat dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a atau warisan, maka nilai perolehan
bagi pihak yang menerima harta adalah nilai sisa buku harta dari pihak yang
melakukan penyerahan. Apabila Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan
sehingga nilai sisa buku tidak diketahui, maka nilai perolehan atas harta ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dalam hal terjadi penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan yang tidak
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka nilai
perolehan bagi pihak yang mengalihkan adalah harga pasar.

Adapun syarat yang adala dalam pasal 4 ayat (3) huruf a UU No. 36 Tahun 2008
adalah sebagai berikut.

1.   bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah; dan

2.   harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;

Contoh Kasus :

a.   CV Sinar menghibahkan mobil kepada Yayasan Panti Jompo. Nilai buku mobil
tersebut bagi CV Sinar adalah Rp100.000.000 dan Harga Pasarnya Rp150.000.000.
Harga pengalihan mobil tersebut adalah sebesar nilai bukunya Rp100.000.000,
sehingga tidak ada keuntungan yang diakui oleh CV Sinar. Demikian juga bagi
Yayasan Panti Jompo, harga perolehan mobil adalah sebesar Rp100.000.000
b.   CV Sinar menghibahkan mobil kepada Tuan Han yang merupakan salah satu
mitra bisnis CV Sinar. Nilai buku mobil tersebut bagi CV Sinar adalah
Rp100.000.000 dan harga pasarnya Rp150.000.000. Mobil tersebut bagi Tuan Han
merupakan objek pajak, karena antara CV Sinar dan Tuan Han terdapat hubungan
usaha. Harga pengalihan mobil tersebut adalah sebesar harga pasarnya
Rp150.000.000. Sehingga keuntungan yang diakui oleh CV Sinar sebesar
Rp50.000.000. Bagi Tuan Han, Harga Perolehan mobil adalah sebesar
Rp150.000.000.

5.      Pengalihan Harta Termasuk Setoran Tunai sebagai Pengganti Penyertaan


Modal

Penyertaan Wajib Pajak dalam permodalan suatu badan dapat dipenuhi dengan
setoran tunai atau pengalihan harta. Penilaian harta yang diserahkan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal akan dinilai berdasarkan nilai pasar dari harta yang
dialihkan tersebut.

Contoh:

Wajib Pajak X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai bukunya adalah
Rp25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti penyertaan sahamnya dengan nilai
nominal Rp20.000.000,00. Harga pasar mesin-mesin bubut tersebut adalah
Rp40.000.000,00. Dalam hal ini PT Y akan mencatat mesin bubut tersebut sebagai
aktiva dengan nilai Rp40.000.000,00 dan sebesar nilai tersebut bukan merupakan
penghasilan bagi PT Y. Selisih antara nilai nominal saham dengan nilai pasar harta,
yaitu sebesar Rp20.000.000,00 (Rp40.000.000,00 – Rp20.000.000,00) dibukukan
sebagai agio. Bagi Wajib Pajak X selisih sebesar Rp15.000.000,00 (Rp40.000.000,00
– Rp25.000.000,00) merupakan Objek Pajak.

6.      Penilaian atau Pemakaian Persediaan

Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan persediaan barang, yaitu barang jadi atau
barang dagangan, barang dalam proses produksi, bahan baku dan bahan pembantu.
Penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan. Penilaian
pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok hanya boleh dilakukan
dengan cara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang didapat
pertama (“first-in first-out atau disingkat FIFO”). Sesuai dengan kelaziman, cara
penilaian tersebut juga diberlakukan terhadap sekuritas. Sekali Wajib Pajak memilih
salah satu cara penilaian pemakainan persediaan untuk penghitungan harga pokok
tersebtu, maka untuk tahun-tahun selanjutnya harus digunakan cara yang sama.

F.     CONTOH PERHITUNGAN PENYUSUTAN

1.      Straight line method

PT. Dongan Sahuta membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta
berwujud seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan atas
biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode garis lurus adalah sebagai
berikut :

Tahun Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan

2009 Rp.100.000.000 25% Rp.12.500.000 Rp.87.500.000

2010 25% Rp.25.000.000 Rp.62.500.000

2011 25% Rp.25.000.000 Rp.37.500.000

2012 25% Rp.25.000.000 Rp.12.500.000

2013 25% Rp.12.500.000 Rp. 0


2.      Double declining method

PT. Ai So Ise membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta
berwujud seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan atas
biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode saldo menurun adalah sebagai
berikut :

Tahun
Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku

2009 Rp.100.000.000 50% Rp.25.000.000 Rp.75.000.000


Tahun
Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku

2010 50% Rp.37.500.000 Rp.37.500.000

2011 50% Rp.18.750.000 Rp.18.750.000

2012 50% Rp. 9.375.000 Rp. 9.375.000

2013 Disusutkan sekaligus 50% Rp. 9.375.000 Rp. 0

LAPORKAN IKLAN INI

Anda mungkin juga menyukai