2018
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 2
B. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 2
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Implikasi ................................................................................................ 15
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buku yang berjudul “ Architecture, Spatial Behaviour, and Social Capital” ini
ditulis oleh Prof, Dr. M. Syaom Barliana S. Pd M.T dengan jumlah 149 halaman
dan diterbitkan pada tahun 2010. Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa pada mata kuliah Dasar Perancangan Arsitektur.
Buku ini membahas tentang hubungan antara Arsitrktur dengan sosial di
sekitarnya sepertitata atur lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur,
identitas tempat, hingga teritorialitas arsitektur terhadap modal sosial.
Buku ini ditugaskan kepada mahasiswa arsitektur semester satu untuk di
rangkum dan diresensi, sebagai syarat mengikuti Ujian Tengah Semester.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Isi Buku
1. BAB 1 – PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermula dari Konflik Sosial-Spasial
Konflik sosial, kekerasan, kerusuhan sosial, vandalisme, alienasi,
anomie, apatisme (ketidakpedulian) sosial, dan kriminalitas, merupakan
realitas yang semakin tampak sebagai suatu kecenderungan dan menjadi
perilaku keseharian masyarakat kota di Indonesia.
Keterbatasan ruang publik, segmentasi dan segregasi tata ruang,
eksklusifitas sosial dan spasial, desain yang tercerabut dari akar budaya dan
lokalitas adalah beberapa gejala yang mengemuka. Idealnya, arsitektur
seharusnya tidak memisahkan diri dari ekosistem, tetapi menjadi bagian dari
alam dan lingkungan sekitarnya.
B. FOKUS KAJIAN
Arsitektur, Perilaku Spasial, dan Modal Sosial
Buku ini memfokuskan pada tiga hal. Pertama, aspek lingkungan
binaan dan permasalahannya. Kedua, aspek hubungan manusia dan
lingkungan. Ketiga, konsep modal sosial dianalisis pada level keluarga
sampai level negara.
Tata atur lingkungan perumahan (Struktur/Order)
Pengolahan dan penataan lingkungan perumahan menjamin
pemakai memahami lingkungannya. Meliputi konsep-konsep: tata guna
lahan, tata bangunan, pengaturan sirkulasi dan parkir, tata ruang terbuka,
penataan jalur pedestrian, tata aktivitas pendukung, tata informasi, dan
preservasi dan konservasi.
Fungsi arsitektur perumahan
Fungsi arsitektur berkaitan dengan bagaimana suatu bangunan dan
lingkunngan perumahan dapat digunakan secara efektif. Variabel ini terdiri
atas konsep-konsep wadah aktivitas fisik, perlindungan dan keamanan,
3
identifikasi simbolik, kenikmatan dan kenyamanan, sera pertumbuhan dan
perkembangan.
Penampilan arsitektur (architecture appeal)
Identitas tempat
Identitas tempat merupakan karakeristik arsitektur perumahan yang
diserap dan dipersepsi oleh komunitas penghuni.
Teritorialitas
Seperangkat kognisi dan tindakan yang ditampilkan oleh individu
dalam konsteks sosial. Indikator teritorialitas mencakup aspek yang teraga
dan tak.
Modal sosial
Modal sosial kognitif meliputi norma dan nilai sosial yang mendukung
individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk saling memberi
manfaat.
C. METODA PENELITIAN
Suatu Pendekatan dan Kontribusi & Komparasi
Pertama, interaksi manusia dan lingkungan. Kedua, modal sosial
sebagai produk dari interaksi sosial. Ketiga, pengukuran tata atur lingkungan,
fungsi arsitektural, penampilan arsitektur, identitas tempat, teritorialitas
ruang, serta modal sosial berdasarkan persepsi penghuni. Keempat, dimensi
luas bangunan merupakan indikator yang absah bagi kategorisasi kelas
perumahan menengah kecil dan menengah besar. Kelima, tidak ada
pembedaan pada kategori kepemilikan oleh penghuni perumahan.
4
2. BAB 2 – KUALITAS ARSITEKTUR PERUMAHAN
Rumah sebagai tempat tinggal merupakan satu dari kebutuhan fisiologis
manusia. Ditinjau dari siai arsitektur, rumah merupakan wadah bagi kegiatan
manusia di mana manusia melakukan fungsi menghuni.
Menurut Budiharjo, ada 3 fungsi utama rumah : sebagai tempat tinggal,
sebagai mediator antara manusia dengan dunia, dan sebagai arsenal.
Perumahan juga mempresentasikan dimensi sosial, ekonomi, dan nilai-nilai
sosial. Indikator kualitas tata atur lingkungan perumahan, yaitu fungsi, pola,
identitas, dan penampilan arsitektur. Sedangkan dalam arsitektur kota, yaitu
kualitas fungsional, kualitas visual, dan rumah dapat memenuhi kebutuhan
psikologis dan sosiologis.
Pola tata guna lahan mencakup alokasi dan pembagian lahan serta peruntukan lahan.
2. Tata Bangunan
Bentuk fisik bangunan meliputi warna, material, tekstur, dan bentuk fasade bangunan.
Aspek-aspek sirkulasi adalah jalan pergerakan utama, jalur pedestarian, dan peralihan
moda transportasi pejalan kaki.
4. Ruang Terbuka
5. Jalur Pedestarian
Sebagai salah satu jalur sirkulasi untuk pejalan kaki yang membentuk vitalitas kawasan.
6. Aktivitas Pendukung
5
Pemakaian dan aktivitas yang membantu kekuatan ruang publik perkotaan.
B. FUNGSI ARSITEKTUR
4. Identifikasi Simbolik, makna, simbol, dan sistem nilai budaya dan soaial masyarakat.
C. PENAMPILAN ARSITEKTUR
Kriteria kualitas penampilan arsitektur mencakup: skala, vitalitas dan karakter, kesesuaian
dan keseimbangan, proporsi, keunikan, kesatuan dan keharmonisan, irama dan variasi,
serta hirarki dan fokus.
6
b. Garis horizontal dan vertikal, terkait gaya gravitasi dengan kekuatan bahan.
c. Garis lingkaran, elips, dan oval mengesankan kuat terkurung dan tenang beraatu.
5. Proporsi
Variasi sehingga tidak membosankan. Berirama progresif dan irama terbuka atau tertutup.
Urutan : tahap persiapan, pengalaman utama, dan ending. Perencanaan massa bangunan
yaitu : tahap awal, pengarahan, dan klimaks.
8. Keunikan
Suatu benruk khusus yang berbeda dengan unsur arsitektur yang lain sehingga
memperkuat karakter kawasan secara keseluruhan.
A. IDENTITAS TEMPAT
7
B. TERITORIALITAS
Pertahanan teritorial bersifat reaktif, adalah suatu tindakan untuk mengambil alih dan
memperbaiki kembali teritori yang sudah dilanggar atau diklaim oleh pihak lain.
Selain pengklarifikasian tersebut terdapat pula model klarifikasi teritorial lain terdapat dua
tipe yang berbeda yaitu teori interaksi dan teritori badan
• Teritori interaksi ditujukan pada suatu daerah yang secara temporer dikendalikan oleh
sekelompok orang yang berinteraksi.
Teritorialitas berhubungan dengan perasaan berbeda dengan orang lain, privasi, dan
identitas personal.
Konsep modal sosial mulai dikenal pada tahun 1916, kemudian terus berkembang,
dengan berbagai tafsir dan viriasi yang berbeda dalam praktik lapangan studi dan
penelitian. Bidang yang menggunakan modal sosial :
Woolcock : (1) keluarga dan remaja; (2) pendidikan dan persekolahan; (3) Komunitas; (4)
Organisasi dan dunia kerja; (5) pemerintahan dan demokrasi; (6) problema sosial; (7)
perkembangan ekonomi.
Pantoja : (1) keluarga dan kerabat terkait; (2) hubungan formal dan informal secara
horisontal; (3) jaringan sosial; (4) organisasi dan dunia kerja; (5) institusi dan kerangka
kebijakan formal; (6) norma yang mengatur kehidupan publik; (7) nilai-nilai sosial.
8
A. KONSEP MODAL SOSIAL
Menekankan pada bentuk dan tipe dari perilaku kerjasama serta nilai-nilai dari tindakan
bersama. Modal sosial berhubungan dengan kecenderungan para pelaku untuk
berinteraksi melalui asosiasi kerjasama dan menggabungkan potensi untuk tujuan
tertentu. (1) Mendukung kerja sama; (2) perilaku, bagaimana individu dan kelompok
bekerjasama; (3) persepsi, persoalan bersama.
9
Unsur unsur modal sosial kognitif
3. Derajat hubunga/relational
Modal sosial, pada dasarnya menyangkut perilaku, norma, nilai-nilai, dan jaringan
sosial yang berkembang dalam masyarakat.
Perkembangan kota yang sangat cepat sangat erat berkaitan dengan proses
perubahan sosial budaya segenap warganya. Kota secara fisik saling berkait dengan
segenap warganya secara sosial dan budaya.
Tata atur lingkungan fisik berperan penting untuk mencegah atau sebaliknya
mempromosikan perilaku kejahatan. Hal itu terjadi ketika struktur fisik lingkungan kurang
memberikan kesempatan kepada warga untuk saling berinteraksi dalam ruang publik.
10
Penelitian antropologi Benedict tentang orientasi nilai 3 suku primitive menonjolkan
kebersamaan yang sangat tinggi untuk hal-hal yang bersifat ritual. Mereka terbiasa dengan
pesta upacara yang dilakukan secara gotong royong.
Narayan dan Pitchett (1997) bahwa modal sosial tingkat pedesaan meningkatkan
pendapatan rumah tangga.
Portes (1995), serta Light and Karageorgis (1994) meneliti kesejahteraan ekonomi
dari komunitas imigran mampu memberikan bantuan bagi imigran yang baru datang dengan
mengorganisir sumber informasi kredit, asuransi, dukungan anak, pelatihan Bahasa Inggris
dan referensi pekerjaan.
A. Tata Atur Lingkungan, Suatu Mekanisme Pengaturan Teknis Material dan Sosial
Penciptaan sebuah lingkungan kota dan ketetanggaan untuk mendorong interaksi
sosial, komitmen, dan keterlibatan publik. Hal yan harus diperhatkan, yaitu :
1. Kota dan arsitektur perumahan merupakan pencapaian sosial moral.
2. Mengorganisasi diri sebagai warga demi hidup yang baik.
3. Semangat kebersamaan sebagai ruang koeksistensi (modal sosial kognitif)
Terdapat aspek - aspek indikator tata atur lingkungan, yaitu meliputi tata guna
lahan, tata bangunan, pengaturan sirkulasi dan parkir, tata ruang terbuka, penataan
11
jalur pedestrian, tata aktivitas pendukung, tata informasi (signing system), serta
preservasi dan konservasi.
Pertama, pola tata guna lahan yang mecakup alokasi peruntukan, dan pembagian
lahan/ pemintakan (zoning) serta tata bangunan, komposisi bangunan akan
menentukan variasi fungsi dan layanan arsitektur.
Tata bangunan yang menjadi faktor negatif yaitu, yang menghmabat interaksi
sosial.
Kedua, Zoning dalam menciptakan ruang publik untuk mendukung interaksi sosial
yang positif, seperti ruang terbuka, plaza dan parkir. Ketiga, pengaturan pola sirkulasi
kendaraan dan pejalan kaki seperti jalan, pedestrian, trotoar, dan parkir yang
mempengaruhi suatu aktivitas dan interaksi sosial terbentuk.
12
7. BAB 7 – KONSTRUKSIARSITEKTUR DAN PRILAKU SPASIAL TERHADAP
MODAL SOSIAL
A. KESIMPULAN
Faktor positif yang mempengaruhi modal sosial pada kelompok menengah besar
adalah tata atur lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur, dan identitas
tempat. Pada perumahan menengah kecil juga faktor tersebut menjadi pemicu bagi
penguatan modal sosial. Karena setiap kenaikan pada faktor teritorialitas akan
menyebabkan melemahnya modal sosial.
B. IMPLIKASI :
Penguatan fungsi pendidikan
Arsitektur membentuk prilaku sosial budaya, membentuk makna,
menghidupi dan sekaligus dihidupi oleh penghuninya.
Dengan demikian, interaksi manusia dengan lingkungan binaan, merupakan
suatu proses pendidikan dan pembelajaran terus menerus untuk menuju kualitas
hidup yang lebih baik.
C. REKOMENDASI:
Kriteria Desain Arsitektur
Aspek bisnis komersial untuk menciptakan desain yang peka terhadap
penguatan modal sosial. Aantara lain :
1) Segi fungsi, gaya arsitektur, type, ukuran, dan nilai rumah secara tidak
menyolok.
2) Perumahan memberikan ruang bagi penghuni untuk beragam aktivitas.
3) Lingkungan memberikan pilihan bagi pemakai untuk melaksanakan
aktivitas yang sesuai, tetapi secara kolektif tidak terlalu mahal.
4) Lingkunngan mudah diakses oleh pemakai tapi tetap memperhatikan
privasi dan keamanan.
5) Ruang terbuka dan jalur sirkulasi dirancang untuk meningkatkan
keamanan bagi pemakai individu dan kelompok
6) Desain memperhatikan konteks local dan merefleksikan kondisi local
7) Keunikan bangunan, karakter lingkungan, dan merefleksikan narasi
historis.
13
8) Ekonomis dan mempertimbangkan efisiensi lingkungan.
9) kenyamanan untuk perjalan kaki dan jalan
10) Interkoneksi antar jalan tanpa jaringan yang terputus
11) Aspek estetika, kenyamanan penghuni, dan menciptakan sense of place.
12) Meminimalkan dampak lingkungan.
BAB 3
ANALISIS KRISIS
A. Kesimpulan
14
monotone, bangunan tidak menghambat manusia berperan aktif dalam lingkungan
sosial dan politik, kesatuan lingkungan sosial harmonis, serta bangunan mampu
mengakomodasi dan mewadahi aktivitas penghuninya.
B. Implikasi
Tata perancangan arsitektur sangat mempengaruhi perilaku manusia dan
tatanan sosial lingkungan. Maka dari itu, perencanaan sebuah bangunan perlu
mempertimbangkan segala aspek yang berkenaan dengan dampak positif dan
negatif yang mungkin terjadi. Sehingga akan menciptakan kehidupan sosial yang
harmonis, kondusif efisien, dan demokratis guna memajukan kualitas kehidupan
yang lebih baik dengan metode saling didik mendidik.
15