Anda di halaman 1dari 9

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 14 November 2016 sampai

dengan tanggal 02 Desember 2016 di Instalasi Radioterapi. Proses pengambilan

data dilakukan dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada sampel

penelitian dimana responden dalam penelitian ini adalah pasien kanker nasofaring

yang sedang menjalani proses radioterapi yang berjumlah 33 orang.

A. Karakteristik Responden

Tabel 6. Gambaran karakteristik pasien kanker nasofaring yang menjalani


radioterapi di RSUD Dr Moewardi pada tanggal November - Desember 2016
(N=33)
Karakteristik Demografi Responden n (%)
Usia (Tahun) 20-40 7 (21,2%)
41-60 26 (78,8%)

Jenis Kelamin Laki-laki 20 (60,6%)


Perempuan 13(39,4%)

Pendidikan Tidak Sekolah 4 (12,1%)


SD 13 (39,4%)
SMP 7 (21,2%)
SMA 7 (21,2%)
Perguruan Tinggi 2 (6,1%)

Pekerjaan PNS 1 (3,0%)


Karyawan Swasta 1 (3,0%)
Buruh 6 (18,2%)
Petani 9 (27,3%)
Tidak Bekerja 9 (27,3%)
Lain-lain 7 (21,2%)

Pengalaman Pendidikan Pernah 26 (78,8%)


Kesehatan Tidak Pernah 7 (21,2%)
58

Karakteristik Demografi Responden n (%)


Lama Terdiagnosa (Bulan) <6 2 (6,1%)
6-12 26 (78,8%)
>12 5 (15,2%)

Radioterapi (Kali) 1-10 11 (33,3%)


11-20 8 (24,2%)
21-30 11 (33,3%)
>30 3 (9,1%)
Tabel 6 menggambarkan karakteristik demografi responden dalam

penelitian yaitu sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (n = 20,

60,6%) dan berusia 41-60 tahun (n = 26, 78,8%). Sementara 26 responden

(78,8%) pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang radioterapi,

sebagian besar responden telah terdiagnosa kanker nasofaring selama 6-12

bulan (n = 26, 78,8%) dan sebagian besar responden telah melakukan

radioterapi sebanyak 1-10 kali dan 21-30 kali (n = 22, 66,6%).

B. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Radioterapi

Data hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan responden tentang

radioterapi ditampilkan dalam 2 kategori yaitu tingkat pengetahuan secara

keseluruhan dan tingkat pengetahuan per subskala. Data disajikan dalam

bentuk data ordinal. Data hasil perolehan angka dapat dilihat pada tabel 7, 8,

dan 9.

Tabel 7. Gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi secara


keseluruhan pada pasien kanker nasofaring yang menjalani radioterapi di
RSUD Dr Moewardi pada tanggal November - Desember 2016 (N=33)
Tingkat
n (%)
Pengetahuan
Baik 19 (57,6%)
Buruk 14 (42,4%)

Lebih dari setengah jumlah responden memiliki tingkat pengetahuan

tentang radioterapi yang baik (n = 19, 57,6%) (Tabel 7).


59

Tabel 8. Gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi per subskala pada


pasien kanker nasofaring yang menjalani radioterapi di RSUD Dr Moewardi
pada tanggal November - Desember 2016 (N=33)
Tingkat Pengetahuan n (%)
Definisi Baik 4 (12,1%)
Buruk 29 (87,9%)

Dosis Radioterapi Baik 21 (63,6%)


Buruk 12 (36,4%)

Tujuan Radioterapi Baik 11 (33,3%)


Buruk 22 (66,7%)

Jadwal Radioterapi Baik 19 (57,6%)


Buruk 14 (42,4%)

Pencegahan Efek Samping Baik 17 (51,6%)


Buruk 16 (48,4%)

Efek Samping Radioterapi Baik 23 (69,7%)


Buruk 10 (30,3%)

Manajemen Efek Samping Baik 16 (48,4%)


Buruk 17 (51,6%)
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah jumlah

responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang dosis radioterapi

(n =21, 63,6%), jadwal radioterapi (n = 19, 57,6%), dan efek samping

radioterapi (n = 23, 69,7%). Namun jumlah tersebut tidak jauh berbeda

dengan persentase responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk,

hampir setengah dari jumlah seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan

yang buruk tentang jadwal radioterapi (n = 14, 42,4%) dan pencegahan efek

samping radioterapi (n =16, 48,4%).

Tabel 9. Gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi per item pertanyaan


pada pasien kanker nasofaring yang menjalani radioterapi di RSUD Dr Moewardi
pada tanggal November - Desember 2016 (N=33)
Salah Benar
No Pengetahuan
n (%) n (%)
1 Radioterapi merupakan pengobatan kanker dengan 29 (87,9%) 4 (12,%)
60

pemberian sinar laser.


2 Radioterapi merupakan pengobatan kanker dengan 1 (3,0%) 32 (97,0%)
pemberian sinar radiasi.
3 Pengobatan radioterapi dilakukan cukup 1 kali pemberian 10 (30,3%) 23 (69,7%)
radioterapi.
4 Dosis radioterapi yang diberikan memiliki kadar yang 5 (15,2%) 28 (84,8%)
berbeda pada setiap stadium kanker nasofaring.
5 Radioterapi dilakukan untuk mencegah penyebaran sel 3 (9,1) 30 (90,9%)
kanker.
6 Radioterapi bertujuan untuk mematikan sel kanker. 0 33 (100%)
7 Radioterapi bertujuan untuk mengurangi keluhan akibat 5 (15,2%) 28 (84,8%)
penyebaran kanker nasofaring.
8 Radioterapi bertujuan untuk mencegah kerusakan pada 9 (27,3%) 24 (72,7%)
fungsi pendengaran akibat kanker nasofaring.
9 Radioterapi yang diberikan pada pasien kanker nasofaring 25 (75,8%) 8 (24,2%)
stadium III bertujuan untuk mengatasi kelemahan.
10 Radioterapi tidak bisa menyembuhkan kanker nasofaring 20 (60,6%) 13 (39,4%)
stadium IV.
11 Satu siklus radioterapi berlangsung selama 4 sampai 6 11 (33,3%) 22 (66,7%)
minggu.
12 Pemberian radioterapi dilakukan sebanyak 20-35 kali 8 (24,2%) 25 (75,8%)
dalam setiap siklus.
13 Radioterapi diberikan 5 kali dalam seminggu tanpa jeda. 3 (9,1%) 30 (90,9%)
14 Pemberian radioterapi ditunda jika pasien mengalami 11 (33,3%) 22 (66,7%)
kerontokkan rambut.
15 Pasien melakukan pemeriksaan laboratorium darah untuk 2 (6,1%) 31 (93,9%)
mencegah terjadinya efek samping radioterapi.
16 Bila pasien mengalami anemia, maka radioterapi ditunda. 5 (15,2%) 28 (84,8%)
17 Menghindari makanan pedas (cabai) dilakukan untuk 4 (12,1%) 29 (87,9%)
mencegah efek samping radioterapi.
18 Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan untuk 3 (9,1%) 30 (90,9%)
mencegah efek samping radioterapi.
19 Radioterapi tetap dilakukan pada pasien yang mengalami 13 (39,4%) 20 (60,6%)
demam.
20 Pemberian radioterapi akan ditunda jika pasien mengalami 7 (21,2%) 26 (78,8%)
kelemahan.
21 Radioterapi tidak mempengaruhi fungsi pengecapan 2 (6,1%) 31 (93,9%)
22 Merokok sebelum melakukan radioterapi dapat 5 (15,2%) 28 (84,8%)
menimbulkan efek samping radioterapi yang lebih berat.
23 Untuk menghindari efek samping radioterapi, pasien perlu 16 (48,5%) 17 (51,5%)
tidur dengan cukup
24 Radioterapi menimbulkan sariawan. 1 (3,0%) 32 (97,0%)
25 Sariawan karena radioterapi menyebabkan nyeri saat 1 (3,0%) 32 (97,0%)
menelan.
26 Radioterapi menyebabkan mulut kering. 3 (9,1%) 30 (90,9%)
27 Radioterapi dapat merusak gigi dan gusi. 14 (42,4%) 19 (57,6%)
28 Menjaga kebersihan mulut bisa dilakukan untuk 1 (3,0%) 32 (97,0%)
menghindari terjadinya infeksi pada mulut.

Salah Benar
No Pengetahuan
f (%) f (%)
29 Menjaga kebersihan mulut bisa dilakukan untuk 22 (66,7%) 11 (33,3%)
menghindari terjadinya infeksi pada mulut.
30 Makan dengan porsi sedikit namun sering jika pasien 1 (3,0%) 32 (97,0%)
mengalami penurunan nafsu makan.
61

31 Pasien tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan 11 (33,3%) 22 (66,7%)


yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein seperti
tempe, tahu, telur, ikan, daging, dan susu.
32 Mengkonsumsi susu merupakan upaya pemenuhan gizi 8 (24,2%) 25 (75,8%)
yang dapat dilakukan jika pasien mengeluh nyeri saat
menelan.
33 Pasien boleh melakukan kompres menggunakan air 10 (30,3%) 23 (69,7%)
dingin/air hangat pada bagian tubuh yang diberi
radioterapi.
34 Menggosok gigi 2-3 kali sehari menggunakan sikat gigi 3 (9,1%) 30 (90,9%)
yang lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride
untuk menjaga kebersihan mulut.
35 Pasien tidak boleh berkumur dengan air rebusan daun sirih. 29 (87,9%) 4 (12,1%)
36 Paparan sinar matahari secara langsung berbahaya bagi 5 (15,2%) 28 (84,8%)
pasien terutama pada bagian tubuh yang diberikan
radioterapi.
37 Pasien dapat berbagi pengalaman dengan pasien lain untuk 0 33 (100%)
menghindari stres.
38 Pasien dapat bertanya kepada dokter maupun perawat 0 33 (100%)
mengenai cara mengatasi stres.

Berdasarkan Tabel 9 diketahui hampir seluruh pasien tahu bahwa radioterapi

merupakan pengobatan kanker dengan pemberian sinar radiasi (n = 32, 97,0%)

(no.2) dan mengerti bahwa pemberian dosis radioterapi memiliki kadar yang

berbeda pada setiap stadium kanker nasofaring (n = 28, 84,8 %) (no.4). Sebagian

besar pasien tahu bahwa radioterapi dilakukan untuk mencegah penyebaran sel

kanker (n = 30, 90,9%) (no.5), sebanyak 28 (84,8%) responden tahu bahwa

radioterapi bertujuan untuk mengurangi keluhan akibat penyebaran kanker

nasofaring (no.7), dan seluruh pasien paham bahwa radioterapi dapat mematikan

sel kanker (n = 33, 100%) (no.6). Sementara itu sebagian besar pasien

menganggap radiasi sama dengan sinar laser (n = 29, 87,9%)(no.1), dan lebih dari

setengah responden beranggapan bahwa radioterapi yang diberikan pada pasien

kanker nasofaring stadium III bertujuan untuk mengatasi kelemahan (n = 25,

75,8%) (no.9 )serta dapat menyembuhkan kanker nasofaring stadium IV (n = 20,

60,6%)(no.10).
62

Pada pertanyaan nomor 13 sebagian besar pasien mengerti bahwa

radioterapi diberikan 5 kali dalam seminggu tanpa jeda (n = 30, 90,9%) (no.13),

sebanyak 31 (93,9%) responden paham bahwa pemeriksaan laboratorium darah

yang dilakukan sebelum radioterapi bertujuan untuk mencegah terjadinya efek

samping radioterapi (no.15), sebesar 84,8% responden paham bahwa pasien yang

mengalami anemia tidak dapat melakukan radioterapi (no.16), dan sebagian besar

responden paham bahwa untuk mencegah terjadinya efek samping maka pasien

harus melakukan pemeriksaan gigi dan mulut (n = 30, 90,9%) (no.18), serta

menghindari makanan pedas atau cabai (n = 29, 87,9%) (no.17), selain itu

sebanyak 28 responden tahu bahwa merokok sebelum melakukan radioterapi

dapat menimbulkan efek samping radioterapi yang lebih berat (no.22). Namun

hampir setengah dari jumlah responden menjawab salah pada pertanyaan yang

menyatakan bahwa untuk menghindari efek samping radioterapi, pasien perlu

tidur dengan cukup (n = 16, 48,5%)(no.23).

Pada tingkat pengetahuan responden terkait efek samping diketahui

sebagian besar pasien tahu bahwa radioterapi dapat mempengaruhi fungsi

pengecapan (n = 31, 93,9%) (no.21), hampir seluruh pasien tahu bahwa

radioterapi menimbulkan sariawan (no.24) dan sariawan dapat menimbulkan

nyeri saat menelan (n = 32, 97,0%) (no.25), dan sebanyak 30 (90,9%) responden

tahu bahwa radioterapi dapat menyebabkan mulut kering (no.26). Sementara pada

tingkat pengetahuan responden terkait manajemen efek samping radioterapi

didapatkan sebanyak 32 (97,0%) responden paham bahwa menjaga kebersihan

mulut bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada mulut (no.29)
63

dan makan dengan porsi sedikit namun sering dapat dilakukan jika pasien

mengalami penurunan nafsu makan (no.30).

Pada pertanyaan nomor 34 hampir seluruh pasien mengerti bahwa

menggosok gigi 2-3 kali sehari menggunakan sikat gigi yang lembut dan pasta

gigi yang mengandung fluoride dilakukan untuk menjaga kebersihan mulut (n =

30, 90,9%) (no.34) dan paparan sinar matahari secara langsung berbahaya bagi

pasien terutama pada bagian tubuh yang diberikan radioterapi (n = 28, 84,8%)

(no.36). Akan tetapi terdapat 11 responden (33,3%) beranggapan bahwa pasien

tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi kalori

dan tinggi protein (no.31), sebagian lainnya (n = 10, 30,3%) beranggapan bahwa

pasien boleh melakukan kompres pada area yang diberi radiasi (no.33). dan

sebagian besar responden (n = 29, 87,9%) tidak tahu bahwa air rebusan daun sirih

dapat digunakan untuk bekumur (no.35). Pada tingkat pengetahuan responden

terkait stress daiketahui seluruh pasien paham bahwa cara menangani stress dapat

dilakukan dengan berbagi pengalaman dengan pasien lain (no.37) dan dapat juga

bertanya kepada dokter maupun perawat (n = 33, 100%) (no.38).

Tabel 10. Gambaran tingkat pengetahuan tentang radioterapi berdasarkan


karakteristik pasien kanker nasofaring yang menjalani radioterapi di RSUD Dr
Moewardi pada tanggal November - Desember 2016 (N=33).
Karakteristik Demografi Tingkat Tingkat Pengetahuan
Responden Pengetahuan Baik Buruk
n (%) n (%)
Usia (Tahun) 20-40 3 (42,9%) 4 (57,1%)
41-60 16 (61,5%) 10 (38,5%)
64

Jenis Laki-laki 10 (50,0%) 10 (50,0%)


Kelamin Perempuan 9 (69,2%) 4 (30,8%)

Pendidikan Tidak Sekolah 1 (25,0%) 3 (75,0%)


SD 7 (53,9%) 6 (46,1%)
SMP 4 (57,1%) 3 (42,9%)
SMA 6 (85,7%) 1 (14,3%)
Perguruan Tinggi 1 (50,0%) 1 (50,0%)

Pekerjaan PNS dan Karyawan 1 (50,0%) 1 (50,0%)


Swasta
Buruh 2 (33,3%) 4 (66,7%)
Petani 4 (44,4%) 5 (55,6%)
Tidak Bekerja 7 (77,8%) 2 (22,2%)
Lain-lain 5 (71,4%) 2 (28,6%)

Pengalaman Pernah 16 (61,5%) 10 (38,5%)


Pendidikan Tidak Pernah 3 (42,9%) 4 (57,1%)
Kesehatan
Lama <6 1 (50,0%) 1 (50,0%)
Terdiagnosa 6-12 15 (57,7%) 11 (42,3%)
(Bulan) >12 3 (60,0%) 2 (40,0%)

Radioterapi 1-10 3 (27,3%) 8 (72,7%)


(Kali) 11-20 4 (50,0%) 4 (50,0%)
21-30 10 (90,9%) 1 (9,1%)
>30 2 (66,7%) 1 (33,3%)

Tabel 10 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden dengan

tingkat pengetahuan yang baik berada pada kelompok usia 41-60 tahun (n =

16, 61,5%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan (n = 9, 69%).

Selain itu responden dengan tingkat pengetahuan yang baik juga berada pada

kelompok responden yang berlatar belakang pendidikan SMA sebesar 85,7%.

Responden yang sebelumnya pernah memiliki pengalaman mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang radioterapi juga cenderung menunjukkan tingkat

pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 16 responden. Pada kategori frekuensi

radioterapi yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa sebesar 90,9%

responden yang telah melakukan radioterapi sebanyak 21-30 kali memiliki

tingkat pengetahuan tentang radioterapi yang baik (Tabel 10).


65

Anda mungkin juga menyukai