Anda di halaman 1dari 19

BAB III

KEADAAN TEMPAT KEGIATAN PRAKERIN

3.1 SEJARAH BERDIRINYA INSTALASI TEMPAT PRAKERIN


Rumah Sakit Bayukarta berdiri pada tanggal 20 Juli 1932. Zending
mendirikan Rumah Sakit dimana orang yang sakit bisa mendapatkan perawatan
penuh sampai sembuh sebagai pasien. Sebagai Rumah Sakit pembantu ( hulf
Ziekenhuis ) kemudian berubah status menjadi Rumah Sakit pada tahun 1940.
3.1.1 Visi Rumah Sakit
Menjadikan Rumah Sakit terkemuka di Jawa Barat tahun 2030
melalui kesehatan yang dikelola secara etis dan propesional, serta
memenuhi harapan masyarakat sebagai perwujudan cinta kasih Allah.

3.1.2 Misi Rumah Sakit

1. Memacu terwujudnya pelayanan Rumah Sakit Bayukarta yang


professional, etis, efektif – efisien, memenuhi standar pelayanan
yang ditetapkan oleh pemerintah dan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan masyarakat.
2. Mewujudkan tersedianya SDM yang jumlahnya cukup professional,
akuntabel, berorientasi, pelanggan yang berdasarkan moral, etika dan
hokum serta berwawasan regional.
3. Mewujudkan tersedianya sumber daya untuk peningkatan dan
pengembangan pelayanan Rumah Sakit Bayukarta.
4. Mewujudkan iklim kinerja yang mendorong terciptanya SDM yang
mandiri dan bermotivasi.
5. Memacu pemanfaatan dan pengembangan teknologi tepat guna
untuk mendukung pelayanan holistic yang berdaya guna dan berhasil
guna.
6. Mewujudkan kerja sama yang optimal, harmonis dan saling memberi
manfaat dengan seluruh stake holder.

11
 Tujuan

Memberi pelayanan yang paripurna terhadap paska dan


keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

 Falsafah

Melayani dengan segenap hati berdasarkan kasih Allah tanpa


memandang perbedaan.

 Motto

“ Heman Geten Kapapancen “.

 Slogan

Touch With Heart And Profesional

3.1.3 Para Pendiri Rumah Sakit

1. Zending Nederlandse.
2. Zending svereninging.
3. Zending C. Albers.
4. Zending C. J. Cusell.
5. Zendeling Gisjman.
6. Zendeling J. Verhoeven.
7. Zending Pennings.
8. Zending B. M. Alkema.

3.1.4 Perkembangan Usaha Sejak Berdiri

Pekerjaan pelayanan kesehatan Gereja Kristen Pasundan


merupakan lanjutan dari pekerjaan pelayanan kesehatan lembaga
Zending Nederlandse, Zending Svereninging ( NZV ) suatu cirri umum
pekerjaan zending dan para zendelingnya adalah mendirikan sekolah
dan melakukan pelayanan kesehatan atau pengobatan. Pekerjaan
pelayanan ini semakin berkembang dan kemudian dirasakan kebutuhan

12
adanya Rumah Sakit tempat para penderita dirawat dengan baik
dibandingkan mereka dirawat dirumah masing-masing. Pemikiran
itulah yang mendorong alkema pada tahun 1901 mendirikan sebuah
Rumah Sakit Pembantu ( Hulf Ziekenhuis ) yang terdiri dari ruang
periksa, kamar obat, bangsal untuk laki-laki, dan bangsal untuk
perempuan yang dapat menampung 12 pasien. Rumah Sakit ini
berfungsi sekitar 8 tahun dan kemudian dirombak untuk dibangun
sebuah bangunan baru yang diresmikan penggunaannya pada tahun
1910, Rumah Sakit dengan kapasitas 70 tempat tidur ini dibangun atas
prakarsa Zend. Z. Iken yang mulai bekerja di Bandung pada tahun
1905, kebutuhan tenaga para medis dipenuhi dengan cara mendidik
sendiri dan kebutuhan tenaga medis dipenuhi dengan bentuan Dokter –
Dokter Pemerintah secara paruh waktu. Rumah Sakit dengan nama
Immanuel ini mengalami perkembangan yang pesat dan pelayanannya
pun semakin meningkat dan meluas, sekarang berada Jl. Kopo. No. 161
dengan kapasitas 200 tempat tidur.

Dengan semakin berkembangnya pelayanan dibidang medis ini,


pertolongan dilakukan para Zendeling seperti dimasa permulaan
Zending bekerja di Jawa Barat tidak lagi memadai, sebab itu Zending
meningkatkan pelayanannya dengan cara mendirikan poliklinik. Tetapi
disadari, bahwa di poliklinik pasien yang sakit tidak mendapatkan
perawatan secara penuh. Karena setelah mendapat pengobatan, pasien
akan kembali ke rumahnya masing-masing yang mana keadaannya
kurang mendukung bagi kesembuhan pasien. Itu sebabnya kemudian
Zending mendirikan Rumah Sakit dimana yang pasien yang sakit
mendapatkan perawatan penuh sampai sembuh.

Rumah Sakit Bayukarta mulai dibuka kembali tahun 1962 setelah


beberapa waktu lamanya tidak dipakai oleh Pemerintah karena telah
mempunyai tempat di kampung Adiarsa.Pada waktu dibuka, hanya ada
Balai Pengobatan dan Klink Bersalin.Dan pekerjaan pelayanan
kesehatan ini semakin lama semakin berkembang.

13
3.2 STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi unit pelayanan farmasi.Kepala Instalasi Farmasi


adalah Drs. Timbul Pandiangan, Apt., MBA. Memiliki 5 Supervisi yaitu
Supervisi Farmasi Klinik Rawat Inap oleh Erna Harahap, S.Si., Apt; Supervisi
Perencanaan dan Pengadaan oleh Theresia Sitompul, S.Si., Apt; Supervisi
Farmasi Klinik Rawat Jalan oleh Wee Yung, S.FARM., Apt; dan Peni
Rusydarfah, dan Supervisi Pengembangan dan Pengendalian Mutu oleh Tuti
Siswanti, AMD.

Kepala Instalasi Farmasi

Drs. Timbul Pandiangan, Apt., MBA

Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor

Perencanaan & Pengadaan Farmasi Klinik Rawat Jalan Farmasi Klinik Rawat Inap Pengembangan &
Pengendalian Mutu
Theresia Sitompul, S.Si., Apt Wee Yung, S.Farm., Apt Erna Harahap, S.Si., Apt
Tuti Siswanti, AMD
Peni Rusydarfah

Asisten Apoteker (AA) Apoteker (Apt) Apoteker (Apt) Administrasi

Asisten Apoteker (AA) Asisten Apoteker (AA)

3.3 SUMBER DAYA MANUSIA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT


BAYUKARTA

3.3.1 Instalasi Farmasi Rawat Jalan

No. Nama Karyawan Kode Jabatan


1. Drs. Timbul Pandiangan. Apt., MBA TB Ka. Unit
2. Wee Yung, S.Farm., Apt WY Suvervisor
3. Peni Rusyidarfah PR Suvervisor
4. Fitriani Dian FD Pelaksana

14
5. Anggraini Ginting AG Pelaksana
6. Syfa Wannisa IFA Pelaksana
7. Fitriawati V3 Pelaksana
8. Dahlia L Pelaksana
9. Tety Ruswidi TY Pelaksana
10. Eni Nuraeni E Pelaksana
11. Durotunnasikhah DU Pelaksana
12. Agriola Pertiwi AP Pelaksana
13. Dinda Agus Lestari DI Pelaksana
14. Adi Widado AD Pelaksana
15. Ida Kurniasih IK Pelaksana
16. Siti Maryamah SM Pelaksana
17. Tri Wahyunityas TW Magang
18. Dhea Septia Kurniawan DH Magang
19. Sylviantie Adrianarosa SY Magang

3.3.2 Instalasi Farmasi Rawat Inap

No. Nama Karyawan Kode Jabatan


1. Erna Harahap, S.Si., Apt EH Apoteker
2. Diniar Nur F, S.Farm., Apt DN Apoteker
3. Fanji Setia P, S.Farm., Apt FS Apoteker
4. Ika Kurniati IK TTK
5. Farhan A FA TTK
6. Risnawati RIS TTK
7. Harry Purnama HP TTK
8. Winda Amalia WA TTK
9. Andariningtyas Putri AP TTK
10. Anah Juhanah AJ Pekarya
11. Sawin Darmawan SD Pekarya
12. Andri Septiawan AS Pekarya

15
13. Nurul Hotimah NH TTK Magang
14. Tuti Siswanti TS Suvervisor Mutu
dan
Pengembangan

3.3.3 Gudang Farmasi

No. Nama Karyawan Kode Jabatan


1. Theresia Sitompul, S. Si,. Apt Apoteker
2 Popi Novita Asisten Apoteker
3. Usep Wahyudin Pekarya
4. Umar Hadi Permana Pekarya

3.4 SUMBER DAYA LAIN YANG MENUNJANG

Terdapat beberapa sumber daya lain yang menunjang selain sumber daya
manusia, antara lain :

3.4.1 Fasilitas Kerja :

Alat-alat Yang Digunakan Saat Bekerja :

Blender obat, mesin press kertas perkamen, mortir, stemper, kertas


perkamen, cetakan kapsul, cangkang kapsul, pot salep gunting,
sudip,gelas ukur, kalkulator, dispenser, Timbangan miligram dll.

3.4.2 Fasilitas Sosial Dan Ekonomi

1. Mushola
2. Koperasi
3. Ruang tunggu
4. Tempat parkir
5. ATM, dll

16
3.4.3 Jenis Obat-Obat Yang Tersedia
1. Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
tanpa resep dokter, tidak termasuk daftar narkotika, psikotropika,
Obat Keras dan sudah terdaftar di Depkes R.I . Contoh:
a. Vitamin A, Vitamin B Kompleks dan lain - lain
b. Tablet Paracetamol
Penandaan Obat Bebas diatur berdasarkan S.K. Menkes R.I
No.2380/A/VI/1993 tentang tanda khusus untuk obat bebas. Tanda
khusus Obat Bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas


Obat Bebas Terbatas atau obat yang termasuk daftar “W”
menurut bahasa Belanda “W” singkatan dari “Warschuwing” artinya
peringatan jadi maksudnya yaitu obat yang pada penjelasannya
disertai tanda peringatan.
Menurut keputusan mentri kesehatan R.I yang menetapkan obat-
obatan kedalam daftar obat “W” memberikan pengertian Obat Bebas
Terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter,
bila penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahan oleh pembuat atau penjual harus memberi tahu
tanda peringatan yang tercetak. Tanda peringatan tersebut

17
berwarna hitam, berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat
gambar sebagai berikut :

Contoh obat P1-P6 :


P1 : Tuzalos Tab
P2 : Tantum Verde ( obat kumur )
P3 : Miconazole Cream
P4 : Serbuk untuk penyakit asma untuk dibakar
P5 : Amonii Sol 10%
P6 : Dulcolax Suppositoria
Penandaan berdasarkan keputusan menteri kesehatan R.I
No.2380/A/VI/1983 tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas berupa
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada
gambar berikut :

Gambar 2. Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras,

18
memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan
sebagai berikut :
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata
untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
rangkaian asli dari jaringan.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan
telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak
membahayakan kesehatan manusia.
d. Semua obat tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri
dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu,
terkecuali apabila di belakang nama obat di sebutkan ketentuan
lain, atau ada pengecualian daftar obat bebas terbatas.
Contoh :
a. Andrenalinum
b. Antibiotika, seperti : Cefixime, Cefadroxil, Amoxicillin, dll
c. Antihistaminika, seperti : Loratidin,Cetirizine, dll
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus
Obat Keras daftar G adalah Lingkaran bulat berwarna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang
menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Obat Keras

19
4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri
kesehatan RI Nomor924/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbaharui
Mentri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 dikeluarkan
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan
pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran
apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan
edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri. Obat yang termasuk
kedalam obat wajib apotek misalnya : obat saluran cerna
(antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker
terdapat kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat berpasien yang
disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
c. Memberikan catatan pasien informasi meliputi dosis dan aturan
pakai, kontra indikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu di
perhatikan oleh pasien.
Contoh Obat Wajib Apotek No.1 :
1. Obat kontrasepsi : Linesterol (1 siklus)
2. Obat saluran cerna :Antasida + Diazepam (10tab)
3. Obat mulut dan tenggorokan: FG Troches (10tab)

20
Contoh Obat Wajib Apotek No.2 :
1. Salep infeksi kulit : Gentamycin cream (1 tube)
2. Salep anti jerawat : Clindamicin cream (1 tube)
3. salep infeksi jamur : Flumetason cream (1 tube)
Contoh Obat Wajib Apotek No.3 :
1. Obat sakit maag : Ranitidin (10tab)
2. Obat infeksi kulit : Asam fusidat (10tab)
3. Obat asam urat : Allupurinol (10tab)

5. Prekursor
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun
2015 Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk
keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,
pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
Prekursor terbagi dalam 2 kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1
 Potassium Permanganate
 1-phenyl 2-propanone
 Acetate Anhydride
 N-acetylanthranilic acid
 Isosafrole
 3,4-methylenedioxyphenyl-2-propanone
 Piperonal
 Safrole
 Ephedrine
 Pseudo ephedrine
 Norephedin(Phenylpropanolol amine/PPA)HCL
 Ergometrine
 Lysergic acid

21
b. Kelompok 2
 Hydrochloric acid
 Sulphuric acid
 Toluene
 Ethyl ether(Diethyl ether)
 Acetone
 Methyl ethyl ketone
 Phenylacetic acid
 Anthranillic acid
 Piperidine

6. Obat Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Menurut Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2017 tentang
perubahan penggolongan narkotika, maka Psikotropika Golongaan
IV menjadi Narkotika Golongan I
Narkotika terbagi atas 3 golongan :
a. Golongan I
Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : Daun koka,
Kokain, Tanaman ganja, dan lain-lain.

22
b. Golongan II
Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.Contohnya : Benzilformina, Petidina, Opium,
Dekstromoramida, Dietiltiambutena, Tebakon.
c. Golongan III
Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : Kodeina,
Etilmorfin, Asetildihidrokodeina.
Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat
dalam Ordinasi Obat Bius yaitu “Palang Medali Merah” seperti
gambar berikut :

Gambar 4. Obat Narkotika

Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)


harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda;
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk
Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum, untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,

23
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan ; dan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.

7. Obat Psikotropika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Psikotropika, Psikotropika adalah
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Menurut UU No. 3 tahun 2017 tentang perubahan penggolongan
psikotropika terbagi dari golongan II dan IV, yaitu :
a. Golongan I
Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam, antara lain :
Lisergida (LSD), MDMA (Matelin, Dioksi Meth Aemfetamin),
dan katino.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : Amineptina,
Sekobarbital, Metilfenidat.
c. Golongan III
Golongan III adalah psikotropika untuk ilmu pengetahuan,
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan. Psikotropika golongan III terdiri dari 9

24
macam,antara lain : Diazepam, Fenobarbital, Meprobamat, dan
Triazolam
d. Golongan IV
Psikotropika berkhasiat dan sangat luas digunakan dalam
pengobatan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan
ketergantungan.Contohnya : Alprazolam, Diazepam,
Fenobarbital.
Penandaan psikotropika yang dipergunakan sama dengan
penandaan untuk obat keras. Hal ini dikarenakan sebelum di
Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika
termasuk obat keras yang pengaturannya berada dibawah
ordinasi obat keras 1949 No. 419, sehingga dahulu disebut obat
keras tertentu, seperti terlihat pada logo tersebut :

Gambar 5. Obat Psikotrpika

8. Obat Tradisional
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103
Tahun 2014 Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
a. Jamu
Kriteria Jamu antara lain sebagai berikut :
1) Aman.
2) Klaim khasiat dibuktikan secara empiris.
3) Memenuhi persyaratan mutu.

25
Logo jamu berupa ranting daun terletak dalam lingkaran dan
harus mencantumkan tulisan “JAMU” seperti gambar di
samping.Contoh :Batugin, Curcuma FCT

Gambar 6. Logo Jamu

b. Obat Herbal Terstandar


Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain :
1) Aman.
2) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-linik.
3) Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi.
4) Memenuhi persyaratan mutu.

Logo Herbal Terstandar berupa jari-jari daun (3 pasang)


terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan
“OBAT HERBAL TERSTANDAR”.Di Indonesia telah terdapat
kurang lebih 17 macam.Contohnya : Diapet, LELAP, Stop Diar
Plus

Gambar 7. Logo Obat Herbal Terstandar

26
c. Fitofarmaka
Kriteria Fitofarmaka antara lain :
1) Aman.
2) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau klinik.
3) Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi.
4) Memenuhi persyaratan mutu.

Logo Fitofarmaka berupa jari-jari daun (yang kemudian


membentuk bintang) terletak dalam lingkaran dan harus
mencantumkan tulisan “FITOFARMAKA”.Contoh :Nodiar,
Inlacin.

Gambar 8. Logo Fitofarmaka

9. Alat Kesehatan
Menurut Permenkes No. 35 tahun 2016 Alat Kesehatan adalah
instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh
Contoh :
1) Foley catheter : untuk mengeluarkan atau mengambil urin
2) Masker :untuk melindungi pernafasan
3) Hand gloves : untuk melindungi tangan
4) Kasa : untuk menutupi luka
5) Blood set : untuk transfusi darah
6) Dll

27
10. Kosmetika
Berdasarkan Permenkes RI No. 1175/MenKes/Per/VIII/2010
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Contoh : Bedak, Shampo

3.5 PERLENGKAPAN APOTEK

Lampiran Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002 Formulir Apotek-3 (Form


APT – 3 ) tentang berita acara Pemeriksaan Apotek, dituliskan tentang perincian
halyang diperiksa dan persyaratan yang harus dipenuhi, yakni :

a. Alat pembuat, pengolah dan peracikan


1. Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal 1
set
2. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal 1 set
b. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi
1. Lemari dan rak untuk penyimpanan obat
2. Lemari pendingin
3. Lemari untuk menyimpan narkotika dan psikotropika
c. Wadah pengemasan dan pembungkusan
1. Etiket
2. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat
d. Alat administrasi
1. Surat penyerahan obat
2. Surat pesanan obat narkotika
3. Salinan resep
4. Blanko faktur dan blanko faktur penjualan
5. Form laporan obat narkotika

28
e. Buku acuan
1. Buku standar yang diwajibkan yakni Farmakope Indonesia
2. Buku lain yang dibutuhkan seperti Mims

3.6 LINGKUNGAN KERJA

Tempat yang strategis yang memiliki kenyamanan dan kebersihan yang


cukup baik dan pegawai yang ramah antarsesama serta fasilitas ruangan ber-AC
yang meningkatkan semangat pegawai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Bayukarta.

29

Anda mungkin juga menyukai