11
Tujuan
Falsafah
Motto
Slogan
1. Zending Nederlandse.
2. Zending svereninging.
3. Zending C. Albers.
4. Zending C. J. Cusell.
5. Zendeling Gisjman.
6. Zendeling J. Verhoeven.
7. Zending Pennings.
8. Zending B. M. Alkema.
12
adanya Rumah Sakit tempat para penderita dirawat dengan baik
dibandingkan mereka dirawat dirumah masing-masing. Pemikiran
itulah yang mendorong alkema pada tahun 1901 mendirikan sebuah
Rumah Sakit Pembantu ( Hulf Ziekenhuis ) yang terdiri dari ruang
periksa, kamar obat, bangsal untuk laki-laki, dan bangsal untuk
perempuan yang dapat menampung 12 pasien. Rumah Sakit ini
berfungsi sekitar 8 tahun dan kemudian dirombak untuk dibangun
sebuah bangunan baru yang diresmikan penggunaannya pada tahun
1910, Rumah Sakit dengan kapasitas 70 tempat tidur ini dibangun atas
prakarsa Zend. Z. Iken yang mulai bekerja di Bandung pada tahun
1905, kebutuhan tenaga para medis dipenuhi dengan cara mendidik
sendiri dan kebutuhan tenaga medis dipenuhi dengan bentuan Dokter –
Dokter Pemerintah secara paruh waktu. Rumah Sakit dengan nama
Immanuel ini mengalami perkembangan yang pesat dan pelayanannya
pun semakin meningkat dan meluas, sekarang berada Jl. Kopo. No. 161
dengan kapasitas 200 tempat tidur.
13
3.2 STRUKTUR ORGANISASI
Perencanaan & Pengadaan Farmasi Klinik Rawat Jalan Farmasi Klinik Rawat Inap Pengembangan &
Pengendalian Mutu
Theresia Sitompul, S.Si., Apt Wee Yung, S.Farm., Apt Erna Harahap, S.Si., Apt
Tuti Siswanti, AMD
Peni Rusydarfah
14
5. Anggraini Ginting AG Pelaksana
6. Syfa Wannisa IFA Pelaksana
7. Fitriawati V3 Pelaksana
8. Dahlia L Pelaksana
9. Tety Ruswidi TY Pelaksana
10. Eni Nuraeni E Pelaksana
11. Durotunnasikhah DU Pelaksana
12. Agriola Pertiwi AP Pelaksana
13. Dinda Agus Lestari DI Pelaksana
14. Adi Widado AD Pelaksana
15. Ida Kurniasih IK Pelaksana
16. Siti Maryamah SM Pelaksana
17. Tri Wahyunityas TW Magang
18. Dhea Septia Kurniawan DH Magang
19. Sylviantie Adrianarosa SY Magang
15
13. Nurul Hotimah NH TTK Magang
14. Tuti Siswanti TS Suvervisor Mutu
dan
Pengembangan
Terdapat beberapa sumber daya lain yang menunjang selain sumber daya
manusia, antara lain :
1. Mushola
2. Koperasi
3. Ruang tunggu
4. Tempat parkir
5. ATM, dll
16
3.4.3 Jenis Obat-Obat Yang Tersedia
1. Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
tanpa resep dokter, tidak termasuk daftar narkotika, psikotropika,
Obat Keras dan sudah terdaftar di Depkes R.I . Contoh:
a. Vitamin A, Vitamin B Kompleks dan lain - lain
b. Tablet Paracetamol
Penandaan Obat Bebas diatur berdasarkan S.K. Menkes R.I
No.2380/A/VI/1993 tentang tanda khusus untuk obat bebas. Tanda
khusus Obat Bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
17
berwarna hitam, berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat
gambar sebagai berikut :
3. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras,
18
memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan
sebagai berikut :
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter.
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata
untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
rangkaian asli dari jaringan.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan
telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak
membahayakan kesehatan manusia.
d. Semua obat tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri
dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu,
terkecuali apabila di belakang nama obat di sebutkan ketentuan
lain, atau ada pengecualian daftar obat bebas terbatas.
Contoh :
a. Andrenalinum
b. Antibiotika, seperti : Cefixime, Cefadroxil, Amoxicillin, dll
c. Antihistaminika, seperti : Loratidin,Cetirizine, dll
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus
Obat Keras daftar G adalah Lingkaran bulat berwarna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang
menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
19
4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri
kesehatan RI Nomor924/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbaharui
Mentri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 dikeluarkan
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan
pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran
apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan
edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri. Obat yang termasuk
kedalam obat wajib apotek misalnya : obat saluran cerna
(antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker
terdapat kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat berpasien yang
disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.
c. Memberikan catatan pasien informasi meliputi dosis dan aturan
pakai, kontra indikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu di
perhatikan oleh pasien.
Contoh Obat Wajib Apotek No.1 :
1. Obat kontrasepsi : Linesterol (1 siklus)
2. Obat saluran cerna :Antasida + Diazepam (10tab)
3. Obat mulut dan tenggorokan: FG Troches (10tab)
20
Contoh Obat Wajib Apotek No.2 :
1. Salep infeksi kulit : Gentamycin cream (1 tube)
2. Salep anti jerawat : Clindamicin cream (1 tube)
3. salep infeksi jamur : Flumetason cream (1 tube)
Contoh Obat Wajib Apotek No.3 :
1. Obat sakit maag : Ranitidin (10tab)
2. Obat infeksi kulit : Asam fusidat (10tab)
3. Obat asam urat : Allupurinol (10tab)
5. Prekursor
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun
2015 Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk
keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,
pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
Prekursor terbagi dalam 2 kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1
Potassium Permanganate
1-phenyl 2-propanone
Acetate Anhydride
N-acetylanthranilic acid
Isosafrole
3,4-methylenedioxyphenyl-2-propanone
Piperonal
Safrole
Ephedrine
Pseudo ephedrine
Norephedin(Phenylpropanolol amine/PPA)HCL
Ergometrine
Lysergic acid
21
b. Kelompok 2
Hydrochloric acid
Sulphuric acid
Toluene
Ethyl ether(Diethyl ether)
Acetone
Methyl ethyl ketone
Phenylacetic acid
Anthranillic acid
Piperidine
6. Obat Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Menurut Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2017 tentang
perubahan penggolongan narkotika, maka Psikotropika Golongaan
IV menjadi Narkotika Golongan I
Narkotika terbagi atas 3 golongan :
a. Golongan I
Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya : Daun koka,
Kokain, Tanaman ganja, dan lain-lain.
22
b. Golongan II
Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.Contohnya : Benzilformina, Petidina, Opium,
Dekstromoramida, Dietiltiambutena, Tebakon.
c. Golongan III
Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : Kodeina,
Etilmorfin, Asetildihidrokodeina.
Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat
dalam Ordinasi Obat Bius yaitu “Palang Medali Merah” seperti
gambar berikut :
23
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan ; dan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
7. Obat Psikotropika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Psikotropika, Psikotropika adalah
zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Menurut UU No. 3 tahun 2017 tentang perubahan penggolongan
psikotropika terbagi dari golongan II dan IV, yaitu :
a. Golongan I
Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam, antara lain :
Lisergida (LSD), MDMA (Matelin, Dioksi Meth Aemfetamin),
dan katino.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : Amineptina,
Sekobarbital, Metilfenidat.
c. Golongan III
Golongan III adalah psikotropika untuk ilmu pengetahuan,
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan. Psikotropika golongan III terdiri dari 9
24
macam,antara lain : Diazepam, Fenobarbital, Meprobamat, dan
Triazolam
d. Golongan IV
Psikotropika berkhasiat dan sangat luas digunakan dalam
pengobatan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan
ketergantungan.Contohnya : Alprazolam, Diazepam,
Fenobarbital.
Penandaan psikotropika yang dipergunakan sama dengan
penandaan untuk obat keras. Hal ini dikarenakan sebelum di
Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika
termasuk obat keras yang pengaturannya berada dibawah
ordinasi obat keras 1949 No. 419, sehingga dahulu disebut obat
keras tertentu, seperti terlihat pada logo tersebut :
8. Obat Tradisional
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103
Tahun 2014 Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
a. Jamu
Kriteria Jamu antara lain sebagai berikut :
1) Aman.
2) Klaim khasiat dibuktikan secara empiris.
3) Memenuhi persyaratan mutu.
25
Logo jamu berupa ranting daun terletak dalam lingkaran dan
harus mencantumkan tulisan “JAMU” seperti gambar di
samping.Contoh :Batugin, Curcuma FCT
26
c. Fitofarmaka
Kriteria Fitofarmaka antara lain :
1) Aman.
2) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau klinik.
3) Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi.
4) Memenuhi persyaratan mutu.
9. Alat Kesehatan
Menurut Permenkes No. 35 tahun 2016 Alat Kesehatan adalah
instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh
Contoh :
1) Foley catheter : untuk mengeluarkan atau mengambil urin
2) Masker :untuk melindungi pernafasan
3) Hand gloves : untuk melindungi tangan
4) Kasa : untuk menutupi luka
5) Blood set : untuk transfusi darah
6) Dll
27
10. Kosmetika
Berdasarkan Permenkes RI No. 1175/MenKes/Per/VIII/2010
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Contoh : Bedak, Shampo
28
e. Buku acuan
1. Buku standar yang diwajibkan yakni Farmakope Indonesia
2. Buku lain yang dibutuhkan seperti Mims
29