BAB II
ISI
A. Pengertian
Sitokrom merupakan protein pemindah elektron yang mengandung heme sebagai gugus
prostetik. Sitokrom adalah jenis protein pentransfer yang mengandung gugus heme yang
atom besinya berisolasi antara Fe 3+ dengan Fe2+. Berbagai sitokrom yang ditemukan
didalam rantai respirasi antara lain sitokrom aa3/oksidase, b5, c, sitokrom P450.Sitokrom
yang bertahun-tahun lalu dikenal sebagai sel pigmen yang berisi Fe-porfirin. Sitokrom
menggunakan pasangan Fe3 / Fe2 dan biasanya enam koordinat, dengan dua ikatan aksial
yang kuat untuk donor asam amino, dan Fe biasanya berputar rendah di kedua negara
oksidasi. Hal ini bertentangan dengan ligan mengikat Fe-porfirin protein seperti hemoglobin,
untuk situs koordinasi keenam adalah baik kosong atau diduduki oleh molekul H2O.
Cara yang baik untuk dipertimbangkan kemampuan transfer
elektron sitokrom dengancepat, orbital d dari Fe (III) dan Fe (II) dalam
arti medan ligan oktahedral untuk tumpang tindih T2G antara elektron-kaya, tetapi hampir
tidak mengikat melihat orbital (yangconigurations adalah t2g5 dan t2g6 di Fe (III) dan Fe
(II)) dan orbital dari porfirin itu.Elektron memasuki atau
meninggalkan orbital π dengan tumpang tindih dengan orbital π *antibonding pada
sistem cincin. Pengaturan ini menyediakan transfer elektronditingkatkan, karena d-
orbital dari atom Fe dapat secara efektif dilakukan untukmemperpanjang tepi dari
cincin porfirin, sehingga mengurangi jarak di mana perlu untuk mentransfer elektron antara
mitra redoks.
Apabila protein sitokrom P450 tidak berfugsi dengan baik ada beberapa hal yang akan terjadi,
yaitu:
1. Gangguan interaksi obat di dalam tubuh.
2. Hiperplasi adrenal bawaan bentuk hipertensif ( beta 11 hidroksilase)
3. Penurunan sistesis kortisol
4. Rakhitis ( 25 hidroksikolekalsiferol)
5. Kekurangan pembentukan aldosteron, tetapi tidak ada gangguan sintesis kortisol dan
hormone kelamin ( 18 )
6. Radikal bebas superoksida dapat menyebabkan keracunan oksigen,
7. Cidera sel
8. Kanker
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sitokrom merupakan jenis protein pentransfer yang mengandung gugus heme yang
atom besinya berisolasi antara Fe 3+ dengan Fe2+. Kebanyakan sitokrom terdapat dalam
membrane mitokondria dan berfungsi terhadap metabolism tubuh. Selain berperan dalam
transfer electron dalam membrane mitokondria, sitokrom juga memiliki fungsi lain dengan
berbagai jenis sitokrom. Misalnya sitokrom P450 sebagai katalisator dan membantu proses
hidroksilasi atau penguraian.
5 fosfatidil etanolamina
3 fosfatidil gliserol
2 asam kolat
2 heme A
3 Cu
1 Mg
1 Zn
dengan 2 kanal proton yang terbentang dari matriks mitokondria menuju sitoplasma.[3]
reaksi oksidasi:
reaksi reduksi:
Keterangan:
Sifat hidrofobik gugus delta-propionat dan ikatan hidrogen yang dibentuknya dengan
senyawa Asp51 yang terletak pada ruang antarmembran memungkinkan letupan ion
H+ dari gugus tersebut sebagai reaksi oksidasi, dengan reaksi reduksi Asp51
menjadi asparagina.[5][8] 4 ion H+ diletupkan dengan daya sebesar 635 meV,[9] untuk 1
molekul O2 pada pHsekitar 8, namun mekanisme peletupan tersebut lenyap pada pH
sekitar 10,5.[10]
Sitokrom, pada umumnya adalah hemoprotein yang mengandung gugus heme dan berfungsi
sebagai pengusung elektron. Sitokrom dapat dijumpai dalam bentuk monomer, seperti cyt.c atau
sebagai sub-unit dari kompleks enzim yang merupakan katalisator reaksi redoks.
Sitokrom pertama kali ditemukan oleh Charles A. MacMunn pada tahun 1886, kemudian diteliti
ulang oleh David Keilin pada tahun 1925 yang mengidentifikasi senyawa organikini pada rantai
transpor elektron.[1]
dengan reaksi reduksi enzim oksidase Warburg pada molekul hidrogen tersebut,
oleh karena terjadi perpindahan elektron antara kedua reaksi tersebut melalui tiga buah
sitokrom yang berturut-turut disebut cyt.b, cyt.c dan cyt.a
Tubuh manusia normal memiliki suatu mekanisme keseimbangan (homeo-stasis) antara pertumbuhan
(proliferasi) dan kematian sel (cell death). Hal ini berguna untuk pertumbuhan normal. Bila salah satu
keseimbangan terganggu akan menyebabkan suatu penyakit, misalnya bila pertumbuhan sel lebih cepat dari
kematian sel maka akan menimbulkan Alzheimer dan penyakit parkison.
Apoptosis adalah kematian sel terprogram dengan tujuan untuk menghilangkan sel yang tidak
diinginkan dan mengurangi jumlah sel yang terlalu banyak, sehingga jumlah sel dalam jaringan organisme
multiseluler dapat dikendalikan. Selain itu apoptosis juga menghilangkan sel yang berbahaya bagi tubuh. Oleh
karena itu, apoptosis memiliki peranan penting untuk perkembangan, homeostasis jaringan, dan proteksi
terhadap patogen.
Pada sel mamalia, saat terjadi rangsangan untuk apoptosis maka akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan permeabilitas membran luar mitokondria yang menyebabkan pelepasan sitokrom-c ke dalam
sitosol. Sitokrom-c berfungsi sebagai apoptosis-inducing factor (AIF) yang menginduksi terjadinya apoptosis
sel. Sitokrom-c bersama dengan molekul adaptor Apaf-1, memicu dimerisasi dan aktivasi proenzim caspase-9.
Caspase-9 yang aktif, selanjutnya akan mengaktifkan caspase-3. Caspase-3 akan mengaktifkan beberapa target
selular, termasuk inhibitor dari caspase-activated deoxyribonuclease (ICAD). Akibatnya akan terjadi apoptosis
inti yang ditandai dengan kondensasi kromatin lanjut dan degradasi DNA oligonukleosomal. Jalur apoptosis
yang tergantung pada caspase ini dipengaruhi oleh sistem pengendalian ganda, termasuk anggota keluarga Bcl-
2 yang mempunyai pengaruh anti-apoptotik dengan menghambat pelepasan sitokrom-c, yaitu Bcl-2 dan Bcl
-X1. Selain itu ada anggota keluarga Bcl-2 yang mempunyai pengaruh pro-apoptotik dengan mempermudah
pelepasan sitokrom-c, yaitu Bax dan Bid. Pengendalian apoptosis melalui jalur ini juga dilakukan oleh IAP
(inhibitors of apoptosis) dan smac/ DIABLO.
Komponen-komponen yang terlibat dalam proses apoptosis, yaitu protein caspase, protein adaptor,
kelompok TNF dan TNF-R, serta kelompok protein Bcl-2. Caspase atau Cystein Aspertyl-specific
Proteasemerupakan enzim yang berperan dalam proses apoptosis. Enzim ini terdiri dari berbagai jenis yang
masing-masing memiliki pern dan fungsinya masing-masing, contohnya yaitu caspase-8 yang berperan dalam
proses apoptosis melalui jalur ekstrinsik dan caspase -9 yang berperan dalam proses apoptosis melalui jalur
intrinsik. Kelompok protein Bcl-2 ada yang berperan sebagai anti-apoptosis (Bcl-2 dan Bcl-X L) dan ada yang
berperan sebagai pro-apoptosis (Bax, Bcl-X5, Bak, dan Bad). Mekanisme aksi dari protein Bcl-2, yaitu
membentuk pori-pori, heterodimerisasi protein pro- & anti-apoptosis, regulasi caspase melalui adaptor, interaksi
dengan protein mitokondria lain, dan oligomerisasi membentuk kanal ion selektif.
1. Sitokrom
Struktur :
Sitokrom a
Sitokrom b Sitokrom c
Ligan : phorphyrin
Fungsi sitokrom:
2. Feritin [Fe(H2O)6]2+
Struktur :
Atom pusat : Fe2+
Ligan : H 2O
- Serum feritin dapat digunakan untuk uji penyakit anemia (kekurangan zat
besi).
Tubuh memiliki buffer melawan defisiensi besi (jika darah memiliki sedikit zat
besi yang terlalu, feritin dapat melepaskan lebih) dan, pada tingkat lebih
rendah, kelebihan zat besi (jika darah dan jaringan tubuh memiliki banyak zat
besi yang terlalu, feritin dapat membantu untuk menyimpan kelebihan zat
besi) .