Anda di halaman 1dari 2

HASIL

PENELITIAN
2018

MODEL PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL


TAHUN 2018 MELALUI KEARIFAN LOKAL
DI KALIMANTAN BARAT
(Lokus Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sambas)
Resky Nanda Pranaka1, Fathul Yusro2, Indah Budiastutik3
1
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat
2
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura
3
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Abstrak
Pemanfaatan tanaman obat merupakan salah satu solusi dalam penyelesaian masalah kesehatan yang
sering dihadapi oleh masyarakat dan hal ini berdampak positif pada terjaganya kelestarian hutan dan
keanekaragaman hayati tumbuhan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan model pemanfaatan dan
penggunaan toga, menganalisis jenis-jenis tumbuhan obat dan cara pemanfaatannya, menganalisis gambaran
pengetahuan masyarakat sambas dan sintang dalam mempertahankan tanaman obat tradisional berbasis
kearifan local, menganalisis derajat persetujuan masyarakat dalam pemanfaatan tanaman obat untuk setiap
kategori penyakit , menganalisis spesies atau jenis tanaman apa yang paling penting untuk mengobati suatu
penyakit, menganalisis faktor social dan ekonomi masyarakat yang berpengaruh dalam pemanfaatan tanaman
obat tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan yang dipakai
dalam penelitian ini adalah fenomenologi, emik dan etik. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah Kepala
Keluarga atau Ibu Rumah Tangga yang tinggal di Wilayah Kabupaten Sambas (Desa Sempadian, Sungai
Serabek dan Sungai Baru) dan Sintang (Desa Kebong, Merpak dan Kelam Sejahtera) Teknik pengambilan
sampel dengan cara purposive sampling.
Hasil penelitian Kabupaten sintang memiliki 198 spesies yang digolongkan kedalam 76 famili dan
Kabupaten Sambas memiliki 233 species tanaman yang digunakan oleh masyarakat umum di Kabupaten
Sambas, maka dapat digolongkan kedalam 81 famili. Derajat persetujaun masyarakat suku melayu dan Suku
Dayak di Kalimantan Barat di lihat dari analisis nilai ICF yakni untuk Kabupaten Sintang menggunakan 198
species tumbuhan untuk mengobati 101 kelompok penyakit antara lain anti septik (1), bau badan (1), bau mulut
(1), diet (1), jerawat (1), kermut (1), mimisan (1), antibiotik (0,80), batuk (0,80), diare (0,84), hipertensi (0,84),
dan luka dalam (0,82). Nilai ICF terendah (0,00) terdapat pada penyakit ambeyen/wasir, anti nyamuk, ayan,
batu empedu, berak darah, berak lendir, campak, ejakulasi dini, hepatitis, insomnia, kejengkolan, kelenjar
getah bening, kutil, menghilangkan flek hitam, meningkatkan antibodi, meningkatkan kesuburan wanita,
menyuburkan rambut, mual, muntaber sedangkan Kabupaten Sambas penyakit dengan nilai ICF tertinggi yaitu
antibiotik (1), Cacar,keremut (1), Mencerdaskan otak (1), sakit telinga (1), usus buntu (1), demam (0,86), sakit
perut (0,86), hipertensi (0,85), penyakit kulit (0,84), perlancar BAK (0,84), Masuk angin (0,80). Nilai ICF
terendah (0,00) terdapat pada penyakit alergi,Amandel, bintitan, beri-beri, bisa ular, campak, diet, gondok,
hernia, infeksi saluran kecing, insomnia, jantung, katarak, kejang-kejang, ketombe, koreng berair, kusta,
lumpuh, mabok, mandul, menyegarkan badan, menyegarkan mata, obesitas, paru-paru, patah tulang,
pendarahan, penguat kandungan, peningkatan penglihatan,penyakit dalam, radang telinga, radang tenggorokan,
sakit kaki, sakit tenggorokan, sariawan, sipilis, TB. Nilai FL Kabupaten Sintang untuk jenis-jenis tumbuhan
yang potensial untuk pengobatan suatu penyakit yakni sebanyak 60 Spesies sedangkan Kabupaten Sambas
sebanyak 89 spesies. Faktor Sosial ekonomi yang berpengaruh di Kabupaten Sintang yakni Desa dan Jumlah
Anggota keluarga sedangkan Kabupaten sambas yang berpengaruh adalah jenis kelamin, umur, agama.

Kata Kunci : Tanaman Obat, Kearifan Lokal, Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PROVINSI KALIMANTAN BARAT
HASIL
PENELITIAN
2018

MODEL OF TRADITIONAL MEDICINE PLANT UTILIZATION IN


2018 THROUGH LOCAL INFECTION IN WEST KALIMANTAN
(Locus of Sintang Regency and Sambas Regency)

Abstract

Utilization of medicinal plants is one of the solutions in solving health problems that are often faced by
the community and this has a positive impact on the preservation of forests and plant biodiversity. This study
aims to describe the model of the use and use of toga, analyze the types of medicinal plants and how to use
them, analyze the image of Sambas and Sintang community knowledge in maintaining traditional medicinal
plants based on local wisdom, analyze the degree of community consent in the use of medicinal plants for each
disease category, analyze what species or types of plants are most important for treating a disease, analyzing
the social and economic factors of society that influence the use of traditional medicinal plants. This study uses
qualitative and quantitative methods with the approaches used in this study are phenomenology, emics, and
ethics. The sample population in this study is the Head of the Family or Housewife who lives in the Sambas
Regency (Sempadian Village, Serabek River, and Baru River) and Sintang (Kebong, Merpak, and Kelam
Sejahtera Villages). The sampling technique is by purposive sampling.
The research results of Sintang District have 198 species classified into 76 families and Sambas
Regency has 233 species of plants used by the general public in Sambas Regency, so they can be classified into
81 families. The degree of equality of the Malay and Dayak tribes in West Kalimantan was seen from the ICF
analysis of Sintang District, which used 198 species of plants to treat 101 groups of diseases including anti-
septic (1), body odor (1), bad breath (1), diet (1), acne (1), kermut (1), nosebleeds (1), antibiotics (0.80), cough
(0.80), diarrhea (0.84), hypertension (0.84), and wounds in (0.82). The lowest ICF value (0.00) is found in
ambeyen / hemorrhoids, mosquito repellent, epilepsy, gallstones, bloody stools, phlegm, measles, premature
ejaculation, hepatitis, insomnia, lumps, lymph nodes, warts, removing black spots, increase antibodies,
increase female fertility, nourish hair, nausea, vomiting while Sambas Regency is the disease with the highest
ICF value, namely antibiotics (1), Smallpox, cramps (1), Educating the brain (1), earache (1), appendicitis (1),
fever (0.86), stomach pain (0.86), hypertension (0.85), skin diseases (0.84), smooth BAK (0.84), colds (0.80).
The lowest ICF value (0.00) is found in allergic diseases, tonsils, sterility, beriberi, snake venom, measles, diet,
mumps, hernias, kecing channel infections, insomnia, heart disease, cataracts, convulsions, dandruff, runny
scabs. , leprosy, paralysis, drunkenness, infertility, invigorating the body, invigorating the eyes, obesity, lungs,
broken bones, bleeding, booster, vision enhancement, internal medicine, ear inflammation, sore throat, sore
throat, sore throat, thrush, syphilis , TB. Sintang District FL values for potential plant species for the treatment
of disease are 60 species while Sambas Regency is 89 species. Socioeconomic factors that influence in Sintang
Regency are Village and Number of Family Members while Sambas Regency which influences are gender,
age, religion.

Keywords: Medicinal Plants, Local Wisdom, Utilization of Traditional Medicinal Plants

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Anda mungkin juga menyukai