Pada kesempatan ini tidak lupa saya sampailan ucapan terima kasih
kepada Dr. Drs. H. M. Ali Syamsuddin, S.Ag., M.Si. selaku Dosen Agama
kekeliruan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya sangat
Penyusun
DAFTAR ISI
Membaca bismillah memang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika kita hendak
memulai aktivitas yang baik. Sabda Nabi, "Segala sesuatu (aktivitas yang baik) yang tidak
dimulai dengan bismillah, akan terputus (nilai keberkahannya)". (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
Dengan kata lain, kunci kebaikan dan pangkal keberkahan dalam meraih cita-cita mulia
adalah membaca bismillah.
Bismillah bukan sekadar bacaan pembuka, tetapi merupakan zikir hati yang dapat
memancarkan cahaya keagungan Sang Pencipta.
Menurut Bediuzzaman Said Nursi dalam karya monumentalnya, Rasail an-Nur, bismillah itu
bacaan yang supermulia sehingga Allah SWT memilihnya sebagai bacaan pembuka bagi
Kitab Suci-Nya, Alquran. Menurutnya, bismillah memiliki tiga keagungan yang indah dan
perlu dimaknai oleh setiap Muslim.
Membiasakan membaca bismillah sama dengan belajar untuk tidak melupakan Allah. Sebab
lupa kepada Allah merupakan penyakit hati yang dapat menyebabkan kefasikan dan
hilangnya keberkahan hidup ini.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS Al-
Hasyr [59]: 19).
Kedua, keagungan rahmaniyyah (kasih). Melafalkan bismillah merupakan doa bagi Muslim
untuk memperoleh kasih-Nya yang tak terbatas. Bismillah menjadi pintu tercurahnya rahmat
Allah dalam menggapai kebahagiaan hidup ini.
"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-
ayat Kami." (QS Al-A'raf [7]: 156).
Ketiga, keagungan rahimiyyah (kasih sayang). Jika kasih Allah diberikan kepada semua
makhluk-Nya, kasih sayang-Nya hanya diberikan kepada Muslim, terutama di akhirat kelak.
Bismillah menumbuhkan keyakinan kasih sayang Allah itu mengatasi segalanya, sehingga
hanya Allah-lah yang akan memberi ampunan dan pertolongan pada hari perhitungan
(yaumul hisab) nanti.
Dengan bismillah, Muslim diingatkan agar selalu beristighfar kepada-Nya karena Allah
Mahapengampun dan Mahapenyayang.
Keagungan bismillah tidak hanya karena ia merupakan salah satu ayat dari surat Alfatihah,
tapi juga induk Alquran itu sendiri.
Dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika kamu membaca Alhamdulillah,
maka bacalah Bismillahirrahmanirrrahim, karena ia adalah ummul Quran (induk Alquran)
dan Assab’ul matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang atau Alfatihah), sedangkan
bismillah itu termasuk salah satu ayatnya.” (HR Addaruqutni).
Bismillah termasuk etika (adab) spiritual untuk 'menyapa' dan mengakrabkan diri dengan
Allah SWT.
Keagungan bismillah juga tercermin dari esensi al-Asma’ al-Husna (ar-Rahman ar-Rahim)
yang terkandung di dalamnya. Bahkan dua nama dan sifat utama Allah ini sesungguhnya
merupakan intisari dari al-Qur’an.
Dalam buku Kanzul ‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wal Af’al karya ‘Ala’uddin al-Muttaqi
dinyatakan “Semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah itu (esensinya) ada dalam
Alquran.
Semua yang ada dalam Alquran itu ada dalam surat al-Fatihah. Sedangkan semua yang ada
dalam al-Fatihah itu ada dalam bismillah.”
Oleh karena itu, kita harus selalu membaca bismillah dalam memulai segala sesuatu yang
positif agar aktivitas kita bernilai ibadah dan mendapatkan berkah.
Kita pun harus yakin aktivitas yang didahului dengan bismillah dapat mendatangkan
kebaikan dan kemuliaan; sebaliknya bismillah dapat menjauhkan kita dari kesia-siaan dan
boleh jadi kemaksiatan.
Islam sebagai sebuah agama yang sempurna, pastinya memiliki sesuatu yang menunjang
kesempurnaan dari eksistensinya, salaha satunya adalah sumber hukum, sumber hukum
menjadi salah satu hal penting didalam sebuah agama, yang akan menentukan alur kehidupan
dan pegangan hidup bagi para pemeluknya.
1. Al-Qur`an , al-qur`an adalah kalam allah yang diturunkan kepada nabi muhammad SAW
melalui perantara malaikat jibril dengan menggunakan bahasa arab dan membacanya
termasuk ibadah yang dimulai dari surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-nas.
Al-qur`an menjadi sumber hukum pokok agama islam dikarnakan eksistensinya sebagai
wahyu yang konkrit dari allah SWT kepada para hambanya yang di turunkannya kepada nabi
muhammad SAW.
Al-qur`an ibarat sebuah pelita yang menerangi jalan yang gelap, dikala banyak pertanyaan
yang datang, dan tak ada yang mampu memuaskan penannyanya al-qur`an datang dengan
berbagai jawaban yang terang di dalam menjawab segala pertanyaan yang menggelapkan.
Al-qur`an yang hadir yang keabsahanya tak dapat di ragukan, di karnakan jalur
penyampainya yang secara muttwatir, menjadikan al-qur`an sebagai sumber hukum yang tak
dapat di sangkal akan kebenaranya.
2.al-hadits, hadits adalah sesuatu atau apa – apa yang yang di sandarkan kepada nabi
muhammad SAW, baik dari segi perbuatan perkataan dan penentuan, bahkan beberapa ulama
menambahkan sifat dan angan rasul didalamnya.
Al-hadits menjadi sumber hukum ke – 2 yang konkrit, yang telah terjamin ke absahanya,
kenapa ? karna penyandaranya di sandarkan kepada manusia yang terjamin akan
amanahanya.
Nabi muhammad SAW di dalam menggeluarkan hadits yang berkaitan dengan hukum pasti
ada sebab yang mendasari dari terucapnya hadits tersebut.
dan juga karna fungsi haddits sebagai al-bayan dan at-tafsir ayat –ayat al-qur`an, yang
menambah kuat ke absahannya sebagai salah satu dari sumber hukum islam.
3.Ijma, yakni sebuah kesepakatan para ulama yang terkenal keshalehanya, yang terjaga
dirinya dari hal-hal yang merusak ke murruahanya pada suatu hukum yang di ambil
intisarinya dari al-qur`an dan hadits, yang di sepakati oleh oleh semua ulama pada zaman
tersebut dan dilakukan setelah nabi muhammad SAW meninggal dunia.
4.Qiyas, yakni pengambilan hukum dengan cara menyamakan sesuatu yang belum ada
hukumnya kepada sesuatu yang telah ada hukumnya
Pembagian Hukum:
A. hukum Wadhi : sebuah hukum yang menjadikan sesuatu sebagai sebab adanya sesuatu
yang lain.
1. Sebab : sesuatu yang mendasar dan terang dan tertentu yang menjadi pangkal adanya
sesuatu.
2.syarat : Sesuatu yang karenya ada hukum dan ketidak adanya tidak ada hukum
2. Syarat Jali,
Syarat haqiqi adalah sebuah syarat yang diperintahkan syariat sebelum mengerjakan
pekerjaan yang lain, dan pekerjaan yang lain tidak akan di terima atau tidak syah jika
pekerjaan yang pertama tidak dilakukan
Syarat Jali adalah segala sesuatu yang dijadikan syarat oleh perbuatanya untuk mewujudkan
perbuantan yang lain.
3.Man`i adalah suatu hal yang karna adanya menyebabkan tidak adanya hukum atau tidak
adanya sebab bagi adanya hukum.
B. Hukum Taklif, yakni Sesuatu yang menuntut suatu pekerjaan dari mukallaf, atau menuntut
untuk berbuat dan menentukan pilihan kepadanya antara melakukan dan meninggalkanya
1. wajib
Secara istilah wajib adalah, sesuatu yang dikerjakan berpahala ia dan apabila ditinggalkan
berdosa ia
2. Mukhayar : sesuatu yang ditentukan macam perbuatanya dan kita dapat memilih
dari satu macam dari macam – macam yang ditawarkan.
Contoh : kewajiban kaffarat bagi orang yang berhubungan badan pada siang hari
bulan puasa, maka iadapat memilih dari kaaffarat yakni membebaskan budak atau
memberikan makan 60 faqir miskin.
Contohnya : puasa Ramadhan yang hanya bisa dilakukan pada bulan ramadhan
Contoh : sholat 5 waktu, kita diperbolehkan mengerjakan sholat lima waktu pada
waktu sholat yang ditentukan dan kita dapat memilih kapan kita mau
mengerjakanya diantara senggang waktu antara satu sholat dengan sholat yang lain
Yang ketiga kewajiban yang ditinjau dari dari siapa yang mengerjakan
1. wajib `ain, kewajiban yang harus dilakukan oleh setian individu / mukallaf
Contohnya : Infaq
2. sunnah
Secara istilah adalah, sesuatu yang apabila dilakukan mendapatkan pahala dan apabila
dilakukan tidak mendapat dosa,
Secara istilah ketakwaan, apabila dilakukan ia beruntung dan apabila tidak dilakukan ia rugi
2. sunnah kifayah : yakni sunnah yang dianjurkan oleh seseorang dari sebuah
kelompok atau anggota masyarakat.
Contohnya : berkurban
2. G. Muakkad : Perbuatan yang tidak selalu dilakukan oleh nabi muhammad SAW
3. Haram, sesuatu yang apabila di kerjakan berdosa ia dan apabila di tinggalkan berpahala ia
1. Haram Lidzatih , keharaman karna memang telah ditetapkan dan dituliskan oleh
syariat itu haram
4. mubah , sesuatu yang diberikan oleh syariat kepada mukallaf dan untuk memilih antara
mengerjakan dan tidak mengerjakan dan tidak ada pahala atau siksa didalamnya.
5. makruh. Adalah sesuatu yang dituntut oleh syariat terhadap mukallaf supayan
meninggalkan suatu perbuatan dikarnakan tidak adanya kepastian dari tuntunanya
Contohnya : merokok
6. Rukhsah adalah sebuah keringan yang di berikan oleh syariat, dikarnakan suatu sebab
tertentu
Contohnya : di bolehkan berbuka puasa karna sebab perjalan yang amat jauh
7.Azimah Peraturan agama yang pokok yang bersifat umum untuk setiap mukallaf/
Atau firman pembuat syara yang berhubungan dengan perbuatan orang dewasa, dan
firman tersebut menentukan membolehkan atau tidak sesuatu sebagai adanya yang lain
I’AM ALLAH
Hari terus berganti hari. Kehidupan manusia juga terus berjalan pantas seiring dengan masa
yang pantas berlari. Di celah-celah hari berwarna-warni yang di jalani dan ditelusuri,
tanpa disedari atau tidak, manusia sebenarnya telahpun menempuh pelbagai ujian dan
dugaan duniawi. Ujian-ujian yang diberi oleh Allah itu datang menyapa silih berganti dalam
pelbagai bentuk dan rupa. Setiap orang diuji olah Allah berbeza-beza mengikut tahap
kemampuannya.
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya, ia mendapat pahala
kebajikan yang diusahakannya dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang
dilakukannya… “ ( Al-Baqarah: 286)
ALLAH telah menyatakan dengan jelas di dalam Al-Quran bahawa DIA tidak akan sekali-
kali menguji hambaNya diluar kemampuan hambaNya. ALLAH mengetahui kita kuat dalam
menghadapi ujianNya, oleh kerana itu ALLAH memberikan ujian itu ke atas diri kita. Di
sini kita dapat lihat betapa sayang dan kasihnya ALLAH kepada kita sebagai hambaNya.
ALLAH menguji seseorang bukan kerana ALLAH benci kepada kita tetapi
percayalah ALLAH menguji kita kerana DIA sangat kasih kepada kita. Cuma kita sebagai
hambaNya, adakala tidak mampu bertahan dan bersabar dalam menghadapi ujianNya.
Hakikatnya saat ini, saat kita sedang mengecapi bahagia, ada berjuta manusia di luar sana
yang sedang dihujani ujian atau dihimpit pelbagai derita. Ada di kalangan manusia di luar
sana yang saat ini sedang diuji dengan kehilangan orang tersayang. Tidak kurang juga ada
manusia yang diuji apabila apa yang diingini dan diharapkan tidak terjadi dan diberi.
Mungkin ini adalah antara persoalan dan keluhan yang meniti di bibir atau berlegar di fikiran
kita sebagai seorang hamba saat dihimpit dengan secebis ujian. Kadangkala tanpa sedar dan
niat kita juga terlanjur marah pada DIA kerana menghujani kita dengan pelbagai ujian.
Tetapi, apabila kita menenangkan diri dan bermuhasabah kembali, tenyata sebenarnya
dengan ujian yang diberi kita adalah hamba yang beruntung . Mengapa saya katakan begitu?
Kerana ujian hanyalah diberi oleh Allah kepada hamba-hambanya yang terpilih. Hamba-
hambanya yang dikasihi dan disayangiNya. Dan jangan kita lupa bersama ujian itu juga ada
pertolongan dari Allah sepertimana yang dinyatakan di dalam Al-Quran:
Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai
kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang
terdahulu sebelum kamu? mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan harta benda) dan
serangan penyakit, serta digoncangkan (dengan ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: “Bilakah (datangnya)
pertolongan Allah?” Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu
bersabar dan berpegang teguh kepada agama Allah). ( Al-Baqarah: 214)
Sebagai manusia biasa, kita pastinya tidak akan mampu menjangka bilakah ujian itu akan
muncul tiba. Walaubagaimanapun, jika kita mengetahuinya, apalah kudrat kita sebagai
seorang hamba yang kerdil lagi penuh dosa untuk menolak ujian-ujian yang bakal
menyapa itu. Jika direnungkan kembali, kita semua pastinya pernah dan akan ditimpa ujian
dari yang Maha Esa, tetapi saat ujian itu tiba, mampukah kita menjadi manusia yang
bersyukur dengan ujian itu dan memandangnya sebagai hadiah pemberian Allah?
Manusia itu sifatnya pelupa, Ada masanya dalam melayari kehidupan di dunia, kita lalai dan
leka pada hakikat yang nyata bahwa kita hanyalah hamba DIA yang Esa. Jadi apakah
sebenarnya yang mampu membangkitkan manusia dari kelalaian dan kealpaan ini? UJIAN.
Ya, Ujian. Ujian atau mehnah yang menjengah dalam kehidupan kita itulah sebenarnya yang
mampu mengejutkan kita dari mimpi dunia yang panjang.
Allah Tuhan yang Maha Mengetahui. Mungkin tanpa ujian-ujian dan dugaan yang dikirimkan
khas oleh DIA untuk kita, kita masih lagi menjadi seorang hamba yang hanyut dan lemas
dalam lautan kelalaian. Apa yang paling utama sebenarnya adalah “ hadiah ” itu dikirimkan
oleh Allah bertujuan untuk menilai sejauh mana keimanan kita terhadapNya sepertimana
yang dijelaskannya di dalam Al-Quran:
Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami
beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? (Al-Ankabut: 2)
Justeru, marilah kita sama-sama bermuhasabah dan menilai kembali segala prasangka buruk
yang mungkin pernah bermain di fikiran kita saat kita diuji. Inilah saatnya bagi kita, saya dan
anda yang sedang membaca, merubah fikiran kita dan mula memandang ujian-ujian yang
telah dan akan kita lalui sebagai sebuah ‘ hadiah’ dari Allah dan bukan lagi satu bebanan.
Apabila kita benar-benar menyedari hakikat ini, maka kita akan menjadi seorang hamba yang
bersyukur dengan segala ujian yang diberi.
Jika anda saat ini sedang diuji, ingin saya sampaikan sesungguhnya bersyukur dan
berbahagialah anda karena
“Aku beriman kepada Allah” adalah sebuah pernyataan yang sudah dapat dipastikan telah
kita lafalkan. Kita juga mengetahui bahwa keimanan ini adalah keimanan yang pertama kali
dituntut bagi seorang muslim pada rukun iman yang enam.
Hal ini sebagaimana jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjawab
pertanyaan malaikat Jibril tentang apa itu iman, yaitu,
Sejauh manakah pemahaman kita akan pernyataan keimanan ini? Beriman kepada Allah,
tidaklah cukup dengan sekedar mengakui bahwa Allah-lah Sang Pencipta dan Pemberi
Rezeki. Karena kaum musyrikin pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah
mengakui ini, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Dan sungguh jika kamu
tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka
akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 9)
Agar kita tidak sekedar taklid (ikut-ikutan) dan dapat memahami pernyataan keimanan ini
secara benar, maka ketahuilah saudariku, keimanan kepada Allah terkandung di dalamnya
empat unsur yang saling berkaitan.
Pertama, keimanan kepada wujudullah (adanya Allah ta’ala). Maka jelas batillah pendapat
yang mengatakan bahwa Allah tidak ada. Bahkan keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala jelas
nyata, baik secara fitrah, akal, syar’i dan secara indrawi.
Secara fitrah, setiap makhluk mengimani adanya Dzat yang menciptakan tanpa harus berpikir
atau mempelajari terlebih dahulu. Adapun jika tidak sesuai dengan fitrah, maka ini terjadi
karena ada sesuatu yang memasuki hatinya dan memalingkannya dari fitrah tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah.
Lalu orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.”(HR. Bukhari dan
Muslim)
Secara akal, maka kita mengetahui tidak mungkin sesuatu ada tanpa ada yang menciptakan
dan kita juga mengetahui kita tidak menciptakan diri-diri kita sendiri. Maka jelas ada Dzat
yang menciptakan, dan Dia-lah Allah tabaroka wata’ala.
Adapun dalil secara syar’i, maka seluruh kitab samawi membahas tentang adanya Allah
ta’ala. Adapun ayat-ayat yang berisi hukum-hukum yang berisi manfaat untuk makhluk
menunjukkan bahwa Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui apa yang membawa
manfaat bagi makhluk-Nya. Dan ayat-ayat yang berisi khobar kauniyah dapat kita saksikan
peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan yang dikhabarkan tersebut, dan ini menunjukkan
bahwa Allah Maha Kuasa untuk mewujudkan peristiwa yang telah diberitakan-Nya.
Keberadaan Allah juga dapat kita ketahui secara indrawi dengan dua cara, yaitu dari
terkabulnya do’a dan dari mu’jizat para Nabi dimana manusia dapat menyaksikan atau
mendengar mukjizat tersebut. Ini adalah kenyataan yang pasti akan adanya Dzat yang
mengutus para Nabi tersebut dan Dia-lah Allah ta’ala.
Kedua, keimanan kepada sifat rububiyah Allah ta’ala, yaitu kita mengimani bahwa hanya
Allah Rabb semesta alam dan tidak ada satupun sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nya-lah hak
untuk mencipta, menguasai dan memerintah. Tidak ada seorang pun yang mengingkari sifat
rububiyah Allah ini kecuali orang-orang yang sombong yang meragukan perkataan mereka
sendiri.
Ketahuilah! Keimanan pada sifat rububiyah Allah telah diakui oleh kaum musyrikin pada
zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam firman-Nya yang
artinya, Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah
kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah:
“Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari -Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.”
Katakanlah: “maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al Muminun [23]: 84-89)
Oleh karena itu saudariku, kita perlu mengetahui unsur yang ketiga dari keimanan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu keimanan kepada sifat uluhiyah Allah ta’ala, yaitu
mengimani bahwa hanya Allah-lah yang berhak disembah dan tidak ada satu pun sekutu
bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]:
163)
Dakwah pada sifat uluhiyah inilah yang ditolak oleh kaum musyrikin karena mereka
mengambil tuhan-tuhan selain Allah ta’ala yang mereka meminta pertolongan dan
memberikan pengorbananan pada sesembahan-sesembahan mereka. Allah subhanahu wa
ta’ala membatilkan perbuatan kaum musyrikin dan orang-orang yang membuat sekutu-sekutu
bagi Allah ta’ala dengan dua dalil secara akal,
Sesembahan mereka tidak memiliki kekhususan dari sifat-sifat uluhiyah Allah, mereka tidak
menciptakan tetapi diciptakan, mereka tidak dapat memberi manfaat, tidak dapat menolak
bahaya dan sifat-sifat yang tidak mungkin dapat dimiliki selain Allah ta’ala.
Sesungguhnya kaum musyrikin mengakui bahwa Allah ta’ala adalah satu-satunya Pencipta
(pengakuan pada sifat rububiyah Allah). Maka pengakuan mereka tersebut seharusnya
melazimkan bagi mereka untuk tidak menyekutukan Allah dalam perkara uluhiyah Allah.
Keempat, engkau wajib mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah ta’ala yaitu nama-nama
dan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau Sunnah Rasul-
Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan tanpa melakukan tahrif, ta’thil, takyif,
tamtsil dan tafwidh. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-A’raaf, “Hanya milik Allah
asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf
[7]: 180)
Ketahuilah! Penetapan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah tabaroka wa ta’ala tidak
melazimkan kita melakukan penyerupaan atau menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
Maha suci Allah dari segala penyerupaan tersebut. Allah telah menyatakan dalam firman-
Nya, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar
dan Melihat.” (QS. Asy-Syuura [42]: 11)
Demikianlah saudariku. Dengan keimanan yang benar pada Allah subhanahu wa ta’ala, maka
akan meperbaiki ketauhidanmu kepada Allah ta’ala yaitu dengan tidak menyembah kepada
selain-Nya, menyempurnakan kecintaanmu pada Allah serta memperbaiki amal ibadahmu
dengan apa yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Semoga engkau kini memahami dengan makna yang benar dari pernyataan, “Aku beriman
kepada Allah”. Berimanlah kepada Allah ta’ala secara utuh! Janganlah engkau tinggalkan
salah satu dari empat unsur keimanan pada Allah ini. Jika engkau tinggalkan unsur pertama,
maka engkau termasuk orang-orang sombong yang membohongi dirimu sendiri. Jika engkau
tinggalkan unsur kedua, maka engkau tidak lebih baik dari kaum musyrikin pada masa Nabi
shallallahu’alaihiwasallam. Jika engkau tinggalkan unsur ketiga, maka engkau akan
terjerumus dalam perbuatan syirik yang Allah ta’ala tidak akan mengampunimu sebelum
engkau bertobat. Jika engkau tinggalkan unsur keempat, maka engkau telah mengingkari apa
yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya. Wallahu musta’an.
BAB III
AYAT KAUNIYAH
1. AYAT QAULIYAH Ayat-ayat Qauliyah adalah Al-Quran! 30 Jus, 114 Surat, dan 6666
ayat..
2. AYAT KAUNIYAH. Ayat-ayat Kauniyah adalah jagat raya ini berikut isi-isinya
termasuk manusia beserta isi hatinya Aku kaitkan dengan Puisi-puisi yang di cintai Rasul.
Puisi itu bisa kita ambil dari makna ayat Qauliyah yakni Al-Quran, bisa juga kita dapat dari
Alam jagat raya ini yakni Ayat Kauliyah. bahkan hati kita juga sebagai ayat kauliyah, so.
tidak salah jika seseorang membuat puisi tentang perasaan hatinya atau lainnya sebagai
tafakur binikmah 'ala syukron. kecuali isi puisinya mengandung nafsu 'ala la'natullah yang
menegaskan bahwa Al-Quran dapat dipahami sebagai nama dari keseluruhan firman Allah,
namun juga dapat bermakna "sepenggal dari ayat-ayat-Nya." Maksudnya dari sepenggal itu,
Jika ada seseorang yang mengatakan "Aku hafal Al-Quran" padahal yang dia hafal misalnya
hanya satu ayat maka perkataan dia itu tidak salah, kecuali jika dia berkata "Aku hafal
seluruh Al-Quran" padahal hanya separuhnya, maka perkataan dia salah adanya.. Apa yang
dikatakan Al-Quran itu pasti benarnya, sedangkan apa yang dapat digali dari ayat-ayat
kauniyah sifatnya relatif dan sementara, mungkin ini salah satu yang membedakan antara
ayat-ayat Qauliyah dengan ayat-ayat Kauniyah. Muncul pertanyaan! Kenapa ada paralesasi
antara kedua ayat tersebut, seperti yang dilakukan banyak ilmuwan? aku pernah membaca
sekaligus melihat youtubenya, bahwasanya para saintis dunia telah menjumpai sebuah planet
sebesar ukuran bulan kurang lebih yang sekarang ini sedang menuju atau mendakati planet
bumi dan bertabrakan antara dua planet itu, kemudian menimbulkan Ledakan Dahsyat.
Ledakan dahsyat ini telah diperkirakan dalam jangka waktu berlaku pada tahun 2065. Apa
yang terjatuh dari angkasa itu lebih sangat menakutkan karena batuan-batuaan panas yang
planet ini suhu bumi berubah mendadak dan permukaan bumi terbakar, air laut mendidih
panas, tiada nyawa pun yang dapat bertahan dengan suasana itu karena peningkatan suhunya
sangat dahsyat panasnya. Kemusnahan ini berkurun lamanya dan bumi menjadi suria kedua
dalam cakrawalanya sendiri. Setelah membicarakan diatas, bahwa teori Ledakan Dahsyat
mendapatkan pembenaran dari (atau sejalan dengan) Ayat Qauliyah Allah. Orang suka
bertanya apakah teori itu benar untuk jangka waktu yang telah ditentukan? Kalau ternyata
nanti teori itu ada yang menyanggah, apakah Quran yang kita paparkan untuk membenarkan
atau mendukung teori itu salah? Ada sesuatu yang membuat kita harus rendah hati dan
berhati-hati dalam mengartikan paralelisasi antara dua ayat Tuhan itu, Kita yakin bahwa Al-
perkembangan manusia dalam dunia ilmu yang memaknai ayat Tuhan yang kauniyah tidak
mendapatkan jaminan bahwa itu adalah pasti kebenarannya. Di situlah suka ada bentrokan
antara kebenaran ilmu dan kebenaran yang diterangkan Al-Quran. contoh teori lainnya, Al-
Quran mengatakan bahwa matahari nanti ada disebelah barat, Para sains mengatakan itu
tidak mungkin. Tetapi ada salah satu ilmuwan yang membenarkan ayat Qauliyah tersebut,
dan dia telah membuktikan teorinya tentang bumi berputar mengelilingi matahari. teori ini
mengatakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari begitu cepat tetapi lama kelamaan
bumi akan berputar semakin lambat dan kelambatan itu akan berhenti pada satu titik atau
bertemu dengan satu titik, titik disitu bumi tidak berputar "Diam" hanya 72 jam bumi tidak
berputar mengelilingi matahari, nah titik inilah menandakan matahari ada diposisi barat dari
bumi. setelah ilmuwan mengetahui teori itu. ilmuwan langsung masuk islam. subhanallah
walhamdulillah.. Mungkin ini semua salah satu tanda-tanda kiamat sudah dekat yah
sahabatku.. Kita tahu dari Al-Quran bahwa alam semesta ini sedang sujud kepada-Nya,
sedang melakukan sesuatu yang suci. Alam ini suci. Alam bukanlah musuh-musuh manusia
yang harus ditaklukan sebagaimana mitos. Alam semesta sejajar dan senasib dengan manusia
dalam ketundukannya kepada Allah. Bahkan alam semesta selalu mengagungkan Allah,
walaupun manusia tidak dapat memahaminya. "Semua yang ada di langit dan di bumi
bertasbih kepada Allah (QS. Al-Hadid : 1)." Arti yang sama dapat kita cari pada surat Ar-
Ra'du ayat 13 dan masih banyak yang lainnya. Alam sedang mengagungkan Tuhan dan
Tuhan memerintahkan kita untuk memikirkannya. Pada kesimpulannya bahwa objek ilmu
adalah Ayat Qauliyah dan Kauniyah. Al-Quran sudah jelas suci karena ia firman Allah. Ayat
Kauniyah pun sedang Ikhlas bertasbih kepada-Nya. Timbul pertanyaan dalam hati. Apakah
sesuatu yang begitu suci dan ikhlas bertasbih kepada-Nya bisa dipelajari dengan
menggunakan metode tidak benar atau kotor? Atau Apakah ketika mempelajari ayat-ayat
Tuhan yang megah itu bisa dibarengi dengan kemaksiatan yang hina? Disinilah permasalahan
ilmu yang sangat mendasar di mana akal sering dijalankan dengan cara tidak tepat dan benar.
Kalau begitu Apakah akal itu? kita pasti tahu bahwa akal bukanlah otak. Sebab kambing,
ayam, sapi pun punya otak. Intinya Akal adalah potensi ruhaniah, oleh karena itu akal bersifat
abstrak. Akal merupakan potensi kesucian sebagaimana ruh. Sungguh bahagianya jika akal
kita ini dipergunakan untuk mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan Ayat-ayat Kauniyah.
Kita, di dunia ini, tidak pernah bisa melihat Allah. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui
bahwa Allah memang ada dan tidak ada sekutu bagi-Nya? Dan bagaimana kita bisa
mengenal-Nya?
Memang, Allah telah menetapkan bahwa kita tidak akan bisa melihat-Nya di dunia ini,
namun Allah telah menampakkan kepada kita ayat-ayat-Nya. Kemudian, Allah telah
menganugerahkan kepada kita akal pikiran dan hati agar kita bisa memahami ayat-ayat-Nya.
Allah telah menyediakan untuk kita dua jenis ayat. Yang pertama, ayat qauliyah, yaitu ayat-
ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya. Al-Qur’an adalah ayat qauliyah. Yang
kedua, ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta
dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu
yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Bahkan diri kita baik secara
fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Antara ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah terdapat hubungan yang sangat erat karena
keduanya sama-sama berasal dari Allah. Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah, yakni Al-
Qur’an, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat-
ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah dalam
“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga)
Dalam ayat diatas, jelas-jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita
memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada
diri kita masing-masing. Inilah ayat-ayat Allah dalam bentuk alam semesta (ath-thabi’ah,
nature).
Dalam QS Yusuf ayat 109, Allah berfirman: “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi
Disamping itu, sebagian diantara ayat-ayat kauniyah juga tidak jarang disebutkan secara
eksplisit dalam ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an. Tidak jarang dalam Al-Qur’an Allah
memaparkan proses penciptaan manusia, proses penciptaan alam semesta, keadaan langit,
ketika para ilmuwan menyelidiki dengan seksama paparan dalam ayat-ayat tersebut, mereka
terkesima dan takjub bukan kepalang karena menemukan keajaiban ilmiah pada ayat-ayat
tersebut, sementara Al-Qur’an diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dimana belum
Karena itu, tidak hanya ayat-ayat qauliyah yang menguatkan ayat-ayat kauniyah. Sebaliknya,
penemuan ilmiah yang menegaskan kemukjizatan ilmiah pada Al-Qur’an tidak diragukan lagi
Setelah kita mengetahui bentuk ayat-ayat Allah, yang menjadi penting untuk dipertanyakan
adalah apa yang harus kita lakukan terhadap ayat-ayat tersebut. Atau dengan kata lain, apa
kewajiban kita terhadap ayat-ayat tersebut? Dan jawabannya ternyata hanya satu kata: iqra’
(bacalah), dan inilah perintah yang pertama kali Allah turunkan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
Lalu bagaimana kita membaca ayat-ayat Allah? Jawabannya ada pada dua kata: tadabbur dan
tafakkur.
Terhadap ayat-ayat qauliyah, kewajiban kita adalah tadabbur, yakni membacanya dan
berusaha untuk memahami dan merenungi makna dan kandungannya. Sedangkan terhadap
ayat-ayat kauniyah, kewajiban kita adalah tafakkur, yakni memperhatikan, merenungi, dan
mempelajarinya dengan seksama. Dan untuk melakukan dua kewajiban tersebut, kita
menggunakan akal pikiran dan hati yang telah Allah karuniakan kepada kita.
Mengenai kewajiban tadabbur, Allah memberikan peringatan yang sangat keras kepada orang
yang lalai melakukannya. Allah berfirman dalam QS Muhammad ayat 24: “Maka apakah
yang berakal (ulul albab). Dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, Allah berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri
(memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
Tujuan utama dan pertama kita membaca ayat-ayat Allah adalah agar kita semakin mengenal
Allah (ma’rifatullah). Dan ketika kita telah mengenal Allah dengan baik, secara otomatis kita
akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin bertakwa kepada-Nya. Karena itu,
indikasi bahwa kita telah membaca ayat-ayat Allah dengan baik adalah meningkatnya
keimanan, ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat qauliyah adalah
sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfal:
2)
Dan yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat kauniyah adalah
sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang
penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS
Selanjutnya, kita juga membaca ayat-ayat Allah agar kita memahami sunnah-sunnah Allah
(sunnatullah), baik itu sunnah Allah pada manusia dalam bentuk ketentuan syar’i (taqdir
syar’i) maupun sunnah Allah pada ciptaan-Nya dalam bentuk ketentuan penciptaan (taqdir
kauni).
Dengan memahami ketentuan syar’i, kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan syariat
yang ia kehendaki, dan dalam hal ini kita bebas untuk memilih untuk taat atau ingkar.
Namun, apapun pilihan kita, taat atau ingkar, memiliki konsekuensinya masing-masing.
Adapun dengan memahami ketentuan penciptaan, baik itu mengenai alam maupun sejarah
dan ihwal manusia, kita akan mampu memanfaatkan alam dan sarana-sarana kehidupan untuk
kemakmuran bumi dan kesejahteraan umat manusia. Dengan pemahaman yang baik
mengenai ketentuan tersebut, kita akan mampu mengelola kehidupan tanpa melakukan
Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang
aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Ayat Kauniyah
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah.
Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di
dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala
sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan
Penciptanya.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ?
dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali bagi setiap Muslim, apakah
itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari
• Allah Ta’ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka
ب أُولُو َيتَذَ َّك ُر ِإنَّ َما َيعلَ ُمونَ لَ َوالَّذِينَ َيعلَ ُمونَ الَّذِينَ َيستَ ِوي هَل قُل
ِ األَل َبا
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
(QS. Az-Zumar: 9)
Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologimengalami
perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan
ilmuwan terus mengkaji dan ToloK ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan
teknologi meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern.
Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu
bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa
atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam adalah satu-satunyanya agama samawi yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu
pengetahuan.
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat
mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun,
termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat
Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam
semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
disebabkan umat Islam tidak memahami konsep dan mengoptimalkan fungsinya sebagai
khalifah di Bumi. Seharusnya, dengan memahami konsep dan fungsinya sebagai khalifah di
Bumi, umat Islam mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
menguasai dan memanfaatkan alam demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Terlebih lagi,
umat Islam adalah umat pilihan Allah yang dianugerahi iman dan petunjuk berupa Al Quran
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,
menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek . Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan
iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara
mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.
Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan
(sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah (scientific method) .Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-
Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh
sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah
dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh
yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan
orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam
hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh
kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih dahulu
adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap
orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu
telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika,
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-
ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan
menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam
yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu
itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding sedekah harta
benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal
yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat
yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan
makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai“al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi”
(Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-
A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi
Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan
Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka
itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-
Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu,
akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR
Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan
adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih). Jadi setiap orang yang berilmu harus
mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara
sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga menhancurkan
Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada
sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang
pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber
energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar manusia
sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi kepentingan
masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu sedang berjalan di
depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari tragedi masa depan
tersebut.
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di
mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS Al-
Baqarah:11)
Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’.
orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan
mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur lingkungan
Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa melestarikan
alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan, teknologi daur
ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.
1.Nebula
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak.
(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam
orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet,
dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya
masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui
satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang
diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada
3.Orbit
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta
yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
4.Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa
dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.”
(QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana
(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-
gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
(QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai
pasak?”
(QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan
ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada
titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan
magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
(QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur
akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu,
diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung
seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya,
meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara
fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat
batas. Di Selat Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut
Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.
BAB IV
AYAT TANZILIYAH
Petunjuk Al-Qur’an dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk: petunjuk langsung dan
petunjuk tidak langsung. Dalam Al-Qur’an terdapat pokok-pokok dasar ilmu pengetahuan
yang melingkupi segenap bidang. Pokok dasar ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an itu
memerlukan pengembangan melalui nalar manusia sehingga menjadi satu ilmu yang
sistematis.
Akal mengandung arti (antara lain) mengerti, memahami dan berfikir. Sedangkah wahyu
adalah apa yang disampaikan Allah kepada Nabinya (utusannya). Kedudukan akal dalam
Islam adalah tinggi sekali karena menampung akidah, syari’ah serta akhlak dan
menjelaskannya.
Kita tidak pernah dapat memahami Islam (wahyu) tanpa menggunakan akal (la dina liman la
aqlalah) artinya tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki akal. Dengan akal pula
Dalam Islam akal tidak boleh berjalan tanpa bimbingan wahyu agar tidak terjerumus dalam
kesalahan dan kesesatan. Jadi wahyu membimbing akal agar dalam menjalankan fungsinya
Akal dan wahyu merupakan saka guru ajaran Islam. Dalam sistem ajaran Islam wahyulah
yang utama dan pertama (sebagai sumber ilmu), sedang akal adalah yang kedua (ia sebagai
a. lmu-ilmu tanziliyah.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia terkait dengan nilai-nilai yang diturunkan Allah
b. Ilmu-ilmu kauniyah.
Antara keduanya tidak bisa dipisahkan, karena saling melengkapi bagi kehidupan manusia.
Ilmu tanziliyah berfungsi untuk menuntun jalan kehidupan manusia, sedangkan ilmu
Klasifikasi ilmu berdasarkan cara memperolehnya (menurut al-Ghozali) ada dua, yaitu:
a. lmu yang dihadirkan, disebut ilmu suprarasional, intuitif, atau disebut juga laduni. Ilmu
ini menurut istilah Ibnu Khaldun dengan Ilmu naql (dari wahyu)
b. Ilmu yang diIcapai, disebut ilmu insani, ilmu kasbi. Ilmu menurut istilah Ibnu Khaldun
Islam dalam menghargai ilmu adalah sangat tinggi, ini terlihat dari:
b. Banyaknya ayat al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran
c. Allah memandang rendah orang yang tidak mau menggunakan potensi akal sehingga
mereka disederajatkan dengan binatang bahkan lebih rendah lagi. QS. 7: 179.
d. Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan dengan orang-
f. Dalam menentukan orang-oranag pilihan yang akan memimpin manusia di muka bumi ini
g. Allah menganjurkan kepada orang yang beriman untuk senantiasa berdo’a bagi
Banyak ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits Nabi yang memerintahkan kepada ummat
e. Barang siapa yang ingin bahagia di dunia maka harus dengan ilmu, dan barang siapa
yang ingin bahagia di akherat maka harus dengan ilmu dan barang siapa yang ingin
5. MODEL KEWAJIBAN
a. Fardu ain > Ilmu yang haruis dikuasai oleh seseorang terkait dengan status dirinya
b. Fardu kifayah > Ilmu yang keberadaannya terkait dengan kepentingan masyarakat
a. Dalam al-Q’uran banyak kita jumpai ayat yang memerintahkan kita untuk beramal
shalih, artinya beramal sesuai dengan petunjuk, ketentuan (ilmu) yang telah
b. Dalam Islam terdapat kewajiban untuk menuntut ilmu baik secara pribadi (QS.16: 43)
c. Ada perumpamaan dari hadits Nabi yang mengatakan bahwa Ilmu yang tanpa amal
(tidak diamalkan) bagaikan pohon yang tak berbuah (tidak bermanfaat ilmunya).
d. Dan ada lagi satu statement (qaolul Ulama’) bahwa orang yang beramal tanpa
dilandasi dengan ilmu maka amalnya akan tertolak (tidak diterima oleh Allah).
Semua itu menunjukkan betapa orang harus mengamalkan ilmu yang dimilikinya dalam
b. Memahami hubungan al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan bukan dengan melihat adakah
teori-teoi ilmiah atau penemuan-penemuan baru tersimpul di dalamnya, tetapi dengan melihat
adakah al-Qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau
PERSPEKTIF TAUHIDULLAH
Definisi Tauhidullah
Perlu kita ketahui terlebih dahulu arti tauhid itu sendiri adalah tauhid berasal dari
mengakui bahwa sesuatu itu satu.[2] Adapun yang dimaksud dengan makna harfiyah tersebut
adalah meng-Esakan atau mengakui dan menyakini akan ke-Esaan Allah SWT. Lawan dari
tauhid adalah syirik, yaitu menyekutukan atau membuat tandingan kepada Allah SWT.
Dengan demikian tauhid adalah mengakui dan menyakini ke-Esaan Allah SWT, dengan
membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Maka bertauhid
kepada Allah (tauhidullah) adalah hanya mengakui hukum Allah SWT yang memiliki
kebenaran mutlak, dan hanya peraturan Allah SWT yang mengikat manusia secara mutlak.
Dengan demikian, tauhid adalah esensi aqidah dan iman dalam Islam. Tauhid
merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan implementasi ajaran-ajarannya.
Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada aqidah dan tidak ada Islam dalam arti yang
sebenarnya.
Dari kalimat tauhid tersebut mengandung dua prinsip yang harus dipegang seorang
Muslim, prinsip tersebut adalah Al-Nafyu artinya peniadaan, merupakan penegasan tentang
tidak adanya sesembahan yang haq selain Allah SWT. Selanjutnya prinsip Al-Isbat yang
artinya penetapan, yaitu menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya sesembahan yang
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[3] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada
buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
harus dengan syarat-syarat. Tanpa syarat-syarat tersebut maka kalimat tauhid yang
1). Al-‘Ilm, lawan dari al-jahl (kebodohan). Artinya memahami makna dan maksud kalimat
Artinya: “............akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)”. (Qs. Al-Zukhruf: 86).
Dalam konsep ilmu, agama Islam sangat memposisikan ilmu dalam keadaan istimewa. Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an banyak menerangkan kaum Muslimin supaya memilki
ilmu. Keistimewaan tersebut tampak sekali dari banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
Artinya: “.........Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (Qs. Ali-Imran: 79).
Artinya: “Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
Dengan ayat tersebut, Imam Bukhari memasukkannya ke dalam bab ilmu sebelum amal, Ibn
Al-Munir menyatakan, yang artinya; “maksudnya ilmu adalah syarat untuk benarnya
perkataan dan perbuatan. Keduanya benar hanya dengan ilmu. Maka ilmu adalah lebih
utamakan dari keduanya karena ilmu adalah pembenar bagi niat yang benar untuk amal.
Imam Bukhari menginginkan tentang itu sehingga tidak tergambar dalam benak dari
perkataan mereka, bahwa; “ilmu tidak bermanfaat kecuali dengan amal” merendahkan urusan
fardhu atas manusia supaya beriman. Sebabnya, iman itu hakikatnya terdiri dari rangkuman
ilmu (yang tertentu) dan amal (yang tertentu); justru tidaklah tergambar akan wujud iman
melainkan dengan ilmu dan amal. Kemudian dari (wajibnya meyakini rukun iman) itu,
mengamalkan cara hidup (syari’ah) Islam adalah kewajiban atas setiap Muslim, dan tidak
mengenai syari’ah yang tersebut. Allah mengeluarkan para hambaNya dari perut ibu mereka
dengat sifat tidak mengetahui apa-apa[7]. Oleh sebab itu, menuntut ilmu adalah fardhu atas
tiap-tiap Muslim. Tidak mengapdikan diri kepada Allah-sedangkan ibadah itu haq Allah atas
sekalian hambaNya-kecuali dengan ilmu, dan tidak mungkin mencapai ilmu melainkan
dengan menuntutnya (walau dari mana sekalipun)?[8] Selain dalam Al-Qur’an, perintah
menuntut ilmu juga terdapat dalam banyak hadits. Rasulullah SAW bahkan menyatakan
orang yang mempelajari ilmu, maka kedudukannya sama seperti seorang yang sedang
Mengikuti apa yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, Ali bin Abi talib ra,
Ali bin Abi Thalib berkata; “Ilmu lebih baik daripada harta, oleh karena itu kamu yang
menjaganya, sedangkan ilmu itu adalah yang menjagamu. Harta akan lenyap jika
dibelanjakan, sementara ilmu akan berkembang jika diinfakkan (diajarkan). Ilmu adalah
penguasa, sedang harta adalah yang dikuasai. Telah mati penyimpan harta padahal mereka
masih hidup, sementara Ulama’ tetap hidup sepanjang masa. Jasa-jasa mereka hilang, tapi
2). Al-Yaqin, lawan dari al-syak (keraguan). Seorang yang mengikrarkan tauhid harus
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-
3). Al-Qabul (menerima), lawan dari al-rodd (penolakan). Yaitu menerima kandungan
konsekuensi dari syahadat tauhid yang diucapkan, hanya menyembah Allah SWT semata.
Artinya: “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha
illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan
diri. Dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-
4). Al-Inqiyad (patuh), lawan dari al-tark (meninggalkan). Merupakan tunduk dan patuh
kepada makna dan kandungan la ilaha illa Allah, yang berarti memusat ketundukan dan
berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.
dan Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (Qs. Luqman: 22).
5). Al-Ikhlas (bersih), lawan dari syirk dalam amal. Yaitu membersihkan amal dari segala
dari sum’ah dan riya’ atau sebab-sebab keduniaan lainnya. Rasulullah bersabda, yang artinya:
mengucapkan “la ilaha illa Allah”, karena semata mengharap ridho Allah”. (HR. Bukhori-
Muslim).
6). Al-Shidqu (jujur), lawan dari al-kidzbu (dusta). Yaitu orang yang mengucapkan kalimat
Artinya: “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian[10]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit[11], lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
mengucapkan kalimat tersebut dan mencintai isi kandungannya, serta mencintai orang-orang
Diantara syarat diterimanya amal adalah iman dan Islam, sedangkan pintu masuk
Islam adalah syahadatain, dan syahadatain adalah tauhid itu sendiri sehingga dapat kita
katakan bahwa tauhidullah itu amat penting bagi semua manusia. Jika tauhidullah menjadi
pandangan hidup kaum muslimin, maka pada diri seorang muslim akan lahir sikap[12]:
a). Ibarat seperti orang buta di dunia ini, ia tidak tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah
Artinya: “Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak
mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”. (Qs.
Al-Mulk: 22).
b). Menjadikan hati manusia bersatu karena iman, sehingga mereka saling mencintai karena
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
dimana tiap anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan,
semuanya berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah. Individunya pun merasa takut untuk
berbuat zhalim, karena ia takut kepada Allah dan takut terhadap hari dimana ia harus
tauhid mereka, maka mereka akan menjadi orang-orang terbaik, sebagaimana firman Allah
Ta’ala:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah....”. (Qs. Ali-
Imran: 110).
c). Jika semangat tauhidullah dan iman telah menyebar di masyarakat, maka pastilah akan
membuahkan amal shalih yang diridhai Allah sehingga membuka berbagai pintu kebaikan
dan mendatangkan pertolongan Allah. Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka
adalah orang-orang lemah dan miskin, kemudian mereka beriman dan beramal shalih
sehingga Allah membuka pintu-pintu keagungan dunia kepada mereka. Dan Allah cukupkan
Berangkat dari kesemuanya itu, maka seorang Muslim yang memiliki pandangan hidup
Islam, dan yakin akan kehidupan akhirat, dia akan tenang setiap kali menerima ujian dari
Allah SWT. Dia yakin, bahwa hidup didunia adalah sementara dan semuanya akan
dipertagungjawabkan kepada Allah SWT di akhirat nanti. Seorang Muslimah yang yakin
Dan seorang laki-laki yang memiliki perspektif akhirat, dia tidak mungkin akan berlaku
semena-mena terhadap istri dan keluarganya, karena semua itu adalah amanah yang akan
dipertagungjawabkan di akhirat kelak. Maka semakin besar amanah dan kenikmatan yang
Seorang Muslim yang memiliki pandangan dunia Islam yang berlandaskanTauhid, maka dia
akan yakin bahwa hanya Islamlah agama yang diterima Allah SWT. Maka dalam firmannya
disebutkan:
Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan". (Qs. Ali ‘Imron: 83)
Dari konteks ayat tersebut, hanya Islamlah agama yang mengajarkan kalimat
Tauhid (kalimatun sawa’), dan merupakan kelanjutan dari semua agama yang dibawa oleh
para Nabi. Islam adalah nama satu agama, dan penjelasan tentang cara ibadah yang benar
kepada Allah SWT. Dalam pandangan hidup Islam, manusia tidak mungkin akan mengenal
Allah SWT, kecuali melalui keimanan kepada utusanNya yang terakhir, yaitu Nabi
Muhammad SAW. Hanya melalui utusanNya itulah, Allah SWT menjelaskan, siapa diriNya,
dan bagaimana manusia harus beribadah kepadaNya, dan bagaimana manusia harus
menjalani hidup di dunia. Maka, untuk masuk Islam, seorang harus meyakini dan
Rasulallah”, (Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah).
Karena itu, dalam perspektif pandangan dunia Islam tidaklah dapat diterima
pandangan orang Pluralis[13] yang menyatakan bahwa semua agama pada dasarnya memiliki
intisari yang sama, yaitu sama-sama sebagai jalan yang sah untuk menuju Tuhan yang satu,
meskipun masing-masing memiliki cara ibadah dan penyebutan nama Tuhan yang berbeda-
beda. Jelas pendapat semacam itu adalah batil. Jika semua jalan adalah benar, maka tidak
perlu Allah SWT memerintahkan kita kaum Muslim untuk berdoa “Ihdinash Shirathal
Mustaqim”(Tunjukkanlah kami jalan yang lurus). Jelas dalam surat Al-Fatihah disebutkan,
ada jalan yang lurus dan ada jalan yang tidak lurus, yaitu jalannya orang-orang yang dimurkai
Allah SWT dan jalannya orang-orang yang sesat[14]. Dengan demikian, Tauhid tidaklah
mungkin dicapai melalui jalan pengalaman keagamaan semata, tanpa merujuk pada Al-
Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Inilah cara pandang Islam dalam
bertauhid.
Dan bisa kita lihat umat Islam sekarang ini dijajah oleh pemikiran Barat yang
sekular dan liberal, maka konsep “pandangan dunia Islam yang berlandaskan tauhidullah”
harus dipegang erat-erat. Jangan sampai terjebak dan terperosok dalam pemikiran-pemikiran
Barat tersebut yang dapat merusak keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
Memang, setiap kita pasti akan diuji oleh Allah SWT terhadap keimanankita. Iman
tidak akan dibiarkan begitu saja, tanpa ada ujian[15]. Maka setiap zaman dan setiap waktu
akan selalu ada ujian iman. Ada yang lulus, ada juga yang gagal dalam ujian iman tersebut.
Karena itulah, setiap kita diwajibkan agar selalu menuntut ilmu, setiap waktu, agar dapat
mengetahui mana yang salah dan mana yang benar, mana yang Tauhid dan mana yang syirik.
Dalam kitab Sullamut Tawfriq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thohir bin
Muhammad bin Hasim, yang biasa dikaji di madrasah Ibtidaiyah dan Pondok-pondok
pesantren, disebutkan, bahwa kewajiban setiap Muslim untuk menjaga Islamnya dari hal-hal
yang membatalkannya, yaitu murtad (riddah). Dijelaskan juga dalam kitab tersebut,
bahwa murtad itu ada tiga jenis; yaitu, murtad dengan I’tiqod, murtad dengan lisan, murtad
dengan perbuatan. Contoh murtad dari segi I’tiqod; ragu-ragu terhadap wujud Allah SWT,
atau ragu-ragu terhadap Nabi Muhammad SAW, atau ragu-ragu terhadap Al-Qur’an, atau
ragu-ragu terhadap hari Akhir, Sorga, Neraka, Pahala, Siksa, dan sejenisnya.[16]
hal yang kecil. Jika iman batal, maka hilanglah pondasi keislamannya. Banyak ayat Al-
Qur’an yang menyebutkan bahaya dan resiko pemurtadan bagi seorang Muslim. Diantaranya
"Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya
dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[17]. dan berbuat fitnah[18] lebih besar
mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
HAKIKAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ALQUR'AN
Al-Qur'an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam istilah
yang satu sama lain saling berhubungan, yakni al-insaan , an-naas , al-basyar , dan banii
Aadam .
Manusia disebut al-insaan karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan
peringatan.
Sedangkan kata an-naas (terambil dari kata an-nawsyang berarti gerak; dan ada juga yang
berpendapat bahwa ia berasal dari kata unaas yang berarti nampak) digunakan untuk
menunjukkan sekelompok manusia baik dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu
dari manusia.
Manusia disebut al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu
disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai banii Aadam karena dia menunjukkan
pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati
dirinya. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.
Penggunaan istilah banii Aadam menunjukkan bahwa manusia bukanlah merupakan hasil
evolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini diperkuat lagi dengan panggilan
kepada Adam dalam al-Qur'an oleh Allah dengan huruf nidaa (Yaa Adam!). Demikian juga
penggunaan kata ganti yang menunjukkan kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan
kata tunggal (anta)dan bukan jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah
ayat 35.
Manusia dalam pandangan al- Qur'an bukanlah makhluk anthropomorfisme yaitu makhluk
manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya.
Disamping itu manusia dianugerahi akal yang memungkinkan dia dapat membedakan nilai
baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah kualitas tertinggi sebagai manusia
takwa.
Al-Qur'an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai
manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal
manusia,yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan
istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam
perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia
harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam
hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak
ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Sungguhpun
demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu
Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa
menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua
tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya
yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih
superego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang
pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.
Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai
tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran
doronganego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego
instink, intuisi, dan intelegensi - ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama-
bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran pada ego
manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang
negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.
Sebagai kesimpulan dapatlah diterangkan bahwa kualitas manusia berada diantara naluridan
nurani. Dalam rentetan seperti itulah manusia berperilaku, baik perilaku yang positif maupun
yang negatif. Fungsi intelegensi dapat menaikkan manusia ke tingkat yang lebih tinggi.
Namun intelegensi saja tidaklah cukup melainkan harus diikuti dengan nurani yang tajam
dan bersih. Nurani (mata batin, akal budi) dipahami sebagai superego, sebagiconscience atau
sebagai nafsu muthmainnah (dorongan yang positif). Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan
bahwa bagi manusia bukan sekedar to live (bagaimana memiliki) dan to survive (bagaimana
bertahan), melainkan juga to exist (bagaimana keberadaannya). Untuk itu, maka manusia
memerlukan pembekalan yang kualitatif dan kuantitatif yang lebih baik daripada hewan.
Manusia bisa berkulitas kalau ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan kehendak. Tetapi
kebebasan disini bukanlah melepaskan diri dari kendali rohani dan akal sehat, melainkan
upaya kualitatif untuk mengekspresikan totalitas kediriannya, sambil berjuang keras untuk
menenangkan diri sendiri atas dorongan naluriah yang negatif dan destruktif. Jadi kebebasan
yang dimaksudkan disini adalah upaya sadar untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya
Kualitas dan nilai manusia akan terkuak bila manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan naluri bebasnya itu berdasarkan pertimbangan aqliah yang dikaruniai Allah
kepadanya dan dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling murni.
Wallaahu A'lam.
BAB VII
DIN AL ISLAM
Dienul Islam merupakan tatanan hidup (syariah = aturan, jalan hidup) ciptaan Allah untuk
mengatur segenap aktivitas manusia di dunia, baik aktivitas lahir maupun aktivitas batin.
Aturan Allah yang terkandung dalam al-Islam ini bersifat absolut. Selanjutnya, aturan Allah
dibagi dua, yakni : Pertama, aturan tentang tata keyakinan disebut Aqidah. Kedua adalah
aturan tentang tatacara beribadah, yang disebut syariah ibadah,Ada satu lagi yang
disebut Akhlaq, yakni aturan tentang tatacara menjalin hubungan dengan Allah, dengan
sesama manusia dan dengan alam sekitar. Akhlaq ini, sebenarnya, adalah syariah ibadah juga,
hanya saja dilihatnya dari persepktif layak dan tidaknya suatu perbuatan dilakukan, bukan
sekadar wajib dan haram. Aqidah, syariah dan akhlaq ini dalam terminology lain adalah
(2). Mengamalkan seluruh aturan Islam yang absolut itu secara kaffah (menyeluruh).
(3). Mendakwahkan al-Islam melalui hikmah (pendalaman keilmuan), mauidlah (nasihat-
nasihat) jadilhim billati hiya ahsan (diskusi, seminar, dialog interaktif yang menarik ), yang
Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem atau tatacara hidup. Jadi Din
Tidak tepat apabila din diterjemahkan sebagai agama, sebab istilah agama (religion, religie)
hanyalah merupakan alih bahasa saja yang tidak mengandung makna substantif dan essensil.
Lebih dari itu apabila din diterjemahkan sebagai agama maka maknanya menjadi sempit. Di
Indonesia misalnya, agama yang diakui hanya ada enam , yakni Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha, dan Kunghuchu padahal di Indonesia terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan
tatacara hidup.
Dengan memaknai din sebagai tatan hidup, maka yang dimaksud dengan istilah muslim
Din al-Islam sebagai tatanan hidup meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan, dari mulai
masalah ritual sampai kepada masalah muamalah termasuk masalah sosial budaya, sosial
ekonomi, sosial politik, bahkan sampai kepada masalah kenegaraan. Seseorang yang
mengaku muslim atau menganut din al-Islam harus mengikuti tatanan hidup Islam secara
) Barangsiapa mencari tatanan hidup selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(din itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. 3 : 85).
Din terbagi dua yang sangat jelas bedanya, yakni din al-haq dan din al-Bathil . Yang
dimaksud dengan din al-haq ialah din yang berisi aturan Allah yang telah didesain
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan fitrah manusia. Aturan ini kemudian dituangkan di
dalam kitab undang-undang Allah, yakni Al-Qur’an. Sedangkan di luar din al-Islam adalah
din yang berisi aturan manusia sebagai produk akal, hasil angan-angan, imajinasi, hawa nafsu
Berdasarkan pengelompokkan din ini, maka manusia sebagai pemilih din, otomatis hanya
terbagi menjadi dua kelompok yang jelas-jelas berbeda (furqan), yakni kelompok Huda dan
kelompok Dhallin
Kelompok Huda adalah kelompok yang memilih din Islam sebagai tatanan hidupnya. Ini
berarti bahwa mereka telah mengikuti jalan yang haq sehingga Allah akan menghapuskan
segala kesalahannya. Sedangkan kelompok Dhalalah adalah orang-orang yang memilih din
selain Islam. sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam Al-Qur?an surat 7 : 30 dan surat
47 : 1,2,3
اطين اتخذُوا إِن ُه ُم الضاللةُ علي ِْه ُم حق وف ِريقًا هدى ف ِري ًقا
ِ ُون ِم ْن أ ْو ِلياء الشي
ِ ( ُمهْتدُون أن ُه ْم ويحْ سبُون َللاِ د30)
Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka.
ُّ(بال ُه ْم وأصْلح س ِِّيئاتِ ِه ْم ع ْن ُه ْم كفر ر ِِّب ِه ْم ِم ْن ا ْلحق2)اطل اتبعُوا كف ُروا الذِين ِبأن ذ ِلك
ِ اتبعُواا ْلحق ءامنُوا الذِين وأن ا ْلب
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah
menghapus perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan
mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada
Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-
kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adalah karena
sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang
beriman mengikuti yang hak dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia
Dalam pandangan Al-Qur’an, din al-Islam adalah satu-satunya din ciptaan Allah, din yang
satu ini adalah aturan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali
Sementara itu, din-din hasil ciptaan manusia berdasarkan akal, imajinasi dan falsafah
sebagaimana telah dikemukakan di atas telah melahirkan banyak din dan isme-isme lainnya,
dan Kolonialisme.
BAB VIII
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau)
dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari
kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu :
religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan
atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan
berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang
penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan
tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965). Dari sudut
sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu
kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan
secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi. Sedangkan menurut M. Natsir
agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara
lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
ya na. Dalam kamus arab traditioanal ia memberikan banyak arti, dari berbagai makna
dayana ada 4 pengertian yang mempunyai hubung kait dengan agama menurut persepsi
Islam:
1. Dain/ qardh bermakna hutang. Dalam hal ini ia berkaitan rapat dengan kewujudan
manusia yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah al-Baqarah:245),
manusia yang berasal dari tiada kemudian dicipta dan dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat
yang tak terhingga (wain tauddu). Sebagai peminjam kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa,
akan tetapi Pemilik sebenar adalah Allah S.W.T manusia hanyalah diamanahkan untuk
dipergunakan dalam ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa, manusia tidak dapat
membayar hutangnya maka satu-satunya jalan untuk membalas budi adalah dengan
beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana adalah tujuan daripada penciptaan
manusia(al-Dhariyat:56).
2. Maddana juga berasal dari kata dana, dari kata ini lahirlah istilah madinah dan madani,
maddana yang bermakna membangun dan bertamaddun, oleh itu madinah dan madani hanya
boleh digunakan untuk masyarakat yang beragama dan bukan sekular. Dari pengertian ini
juga kita lihat ianya berhubung kait dengan konsep khilafah dimana manusia telah
diamanahkan oleh Allah sebagai khalifahNya di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan
3. Perkataan dana juga mempunyai arti kerajaan (judicious power). Konsep ini sangat
berkaitan dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan perkara paling penting dalam aqidah
Muslim. Seseorang itu tidak diterima imannya dengan hanya percaya kepada Allah sebagai
Rabb akan tetapi ia hendaklah iman kepada Allah sebagai Ilah. Ini bermakna Allah adalah
satu-satunya tuhan yang disembah, ditaati, dialah penguasa dan Raja. Tauhid uluhiyyah ini
yang membezakan musyrikin dengan mu’minin. Dari sinilah lahirnya Istilah al-hakimiyyah
dimana seoarang muslim harus menerima Syari’at Allah dan tidak boleh tunduk kepada
undang-undang buatan manusia. Kerana Allah Yang maha bijaksana dan maha mengetahui
telah menetapkan hukum syari’ah yang sesuai untuk manusia untuk ditegakkan dan
dipatuhi(Yusuf:40,al-Nisa’:65).
4. Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi fitrah manusia
percaya adanya tuhan yang mengatur alam semesta dan kuasa ghaib disebalik apa yang
dicerna oleh indera manusia. Inilah yang dinamakan dienul fitrah (al-Zukhruf:9, al-Rum:30)
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan seorang bayi itu lahir sebagai
seorang Muslim.
Dari beberapa definisi / maksud ad-Din menurut Islam seperti yang telah diterangkan diatas,
maka jelaslah agama menurut sudut pandangan Islam sangat berbeza dengan persepsi Barat,
agama dalam Islam adalah cara hidup, cara berfikir, berideologi, dan bertindak. Agama
berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk masyarakat yang
ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan spiritual sesebuah masyarakat tetapi
tidak lupa juga membangun tamadun dan membina empayar yang kukuh dan berwibawa
dimata dunia. Inilah yang dinamakan agama menurut Islam, jadi apa yang dianggap agama
oleh barat adalah bukan agama(tidak lengkap) menurut Islam, ataupun Islam bukan hanya
Islam berasal dari kata as la ma yang dari segi bahasa bermakna berserah diri. Ini tidak berarti
setiap orang yang berserah diri dan percaya adanya tuhan termasuk dalam Islam, oleh kerana
berserah diri sahaja tidak cukup untuk masuk Islam. Al-Qur’an menerangkan bahwa ada dua
jenis berserah diri/tunduk (ali Imran:83): (a). seluruh ciptaan Allah tunduk kepada hukum
Allah dengan terpaksa. (b) Ada juga yang berserah diri dengan keinginan sendiri (tau’an)
mereka adalah orang mukmin(al-An’am:162,163). Agama selain islam tidak diterima oleh
Keislaman seseorang itu bergantung kepada kefahamannya terhadap kalimah Lailaha illallah
orang musyrikin terkeluar daripada Islam, demikian juga orang yang menuhankan hawa nafsu
dan tidak mahu tunduk kepada hukum Allah. Adapun dengan kalimah
nabi dan Rasul, tunduk dan Iman kepada Allah tidak diterima apabila mengingkari Nabi .
Sunnah yang dibawanya adalah wajib dipegang , ibadah seorang Muslim tidak diterima
apabila sesuatu itu tidak disyari’atkan dan disunnahkan. Sementara agama islam dapat
diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui para Rosul-Nya sebagai pedoman
hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia
memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak. Agama Islam adalah agama yang
B. Konsepsi Agama
ومبين عد لكم انه الشيطن خطوت ولتتبعوا كافة السلم فى امنواادخلوا الدين يايها
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh,
sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu. Kekaffahan beragama itu telah di
contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas
kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi
Beliau telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan
kapanpun beliu adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah
mendapat jaminan maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau
semakin meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, zdikir,
dan beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliu
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-
sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah
terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai
islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW. Diantara umat islam masih banyak
yang menampilkan sikap dan prilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam
sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau
peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai contoh-contoh
ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam mempedomani islam sebagai
agamanya.
yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai
1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-
2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.
3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru
Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat
itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada
yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat
kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu
sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi
“Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah)
tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq
(iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).
Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna
esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai
tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam
harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan
ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun
warabun ghafur” Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.
Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : a.
sumber moral, b. petunjuk kebenaran, c. sumber informasi tentang masalah metafisika, dan d.
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat
diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral bersumber dari agama. Agama menjadi
sumber moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas pertanyaan
ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi
pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi
dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau
agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh
manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Dapat disimpulkan,
bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal dicari-carioleh
manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat
dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu
saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam
batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui
wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang
metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan
metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah,
alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya. Dapat
disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan),
karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia
metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber
Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah
pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu
ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap
mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang
beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah
hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup
seluruhnya serba baik.Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu
bersyukur, padahal “ Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi” , kata Allah sendiri berjanji
(Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan
tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-
dosanya(H.R Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan
sebagainya. Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan
agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, “Setiap orang yang
betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena
diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak
adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat. Pendidikan akhlak ini
sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang
muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor,
dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap
muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung
kepada akhlak tersebut. Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang
sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur
Kami di sini tidak mampu mengisyaratkan berbagai pemikiran klasik. Tetapi, kami akan
menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemikiran klasik menurut pendapat kami.
Pada masa datangnya budaya Islam, turunnya kitab-kitab suci dan diutusnya para Rasul yang
mengantarkan manusia menuju jalan kesempurnaan. Hal ini sangatlah jelas, bahwa agama
adalah petunjuk Tuhan Yang Penyayang dan Pemberi Hidayat kepada manusia hingga
memberikan petunjuk pada manusia, sehingga dengan kekuatan petunjuk agama akan
menyampaikannya menuju ke-haribaan Ilahi. Jika demikian, maka agama adalah perantara
dalam membantu tugas manusia untuk merealisasikan tujuan mulianya. Dengan dasar ini,
tidaklah mungkin digambarkan bahwa bagaimana mungkin ketika agama muncul manusia
menjadikan tebusan dan pengorbanan pada dirinya. Jika seandainya manusia tidak berpegang
pada prinsip agama, tidak menjadikan kesempurnaan kekuatan ruh agama. Maka tidak akan
menyampaikannya ke tujuan agama. Jika manusia tanpa memperdulikan petunjuk agama dan
agama hanya sebagai identitas lahirnya akan menjerumuskannya ke jurang kehancuran, dan
Dalam pandangan Islam yang murni, agama sebagai jalan kebenaran dan keselamatan.
Agama sebagai jalan menyampaikan pada tujuan dan kesempurnaan realitas wujud yang
paling tinggi. Agama sebagai rantai dan penyambung antara Alam Malaikat dan Alam
Malakut. Agama datang, hingga menjadikan manusia yang berasal dari kedalaman tanah
menuju ke singgasana langit. Agama sebagai pengobat rasa takut kita. Agama sebagai
pelindung terhadap berbagai kesulitan yang mendasar dari alam natural. Agama adalah
bagian penting dari kehidupan manusia. Agama yang merubah ketakutan akan mati pada
BAB IX
Islam pada hakekatnya adalah aturan atau undang-undang Allah SWT yang terdapat
dalam kitab Allah dan Sunnah Rasulnya yang meliputi perintah-perintah dan larangan-
larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan ummat
manusia guna kebahagiaanya di dunia dan akhirat. Adapun secara garis besar ruang lingkup
1. A K I D A H
Sistem kepaercayaan Islam atau akidah dibangun di atas enam dasar keimanan yang lazim
disebut Rukun Iman. Rukun Iman meliputi keimanan kepada Allah,malaikat, kitab-kitab,
rasul, haru akhir dan qodha dan qadar. sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat
136.
" Wahai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kapada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang
Berdasarkan fondasi yang enam tersebut, maka keterikatan setiap muslim kepada Islam yang
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang
berfirman:
"Tidaklah Muhammad seorang bapak (bagi) salah seorang laki-laki di antara kamu,
melainkan dia
itu utusan Allah dan penutup para nabi"
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar di sisi Allah karena Islam
adalah agama yang dianut oleh para Nabi sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad
SWT. Islam datang dengan membawa kebenaran yang bersifat absolut guna menjadi
pedoman hidup dan kehidupan manusia selarasnya dengan fitrahnya. Allah berfirman dalam
c. Meyakini Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua manusia, serta
mampu menjawab segala persoalan yang muncul dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai
dengan tuntutan budaya manusia sepanjang zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surah
As-Saba,ayat28:
"Dan tiadalah kami utus kamu (Muhammad) melainkan untuk semua manusia sebagai berita
2. S Y A R I A H
Komponen Islam yang kedua adalah Syariah yang berisi peraturan dan perundang-undangan
yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan
manusia.
Syariat adalah sistem nilai Islam ditetapkan oleh Allah sendiri dalam kaitan ini Allah disebut
puasa, dan haji, serta yang juga berdimensi hubungan dengan manusia, seperti zakat .
Hubungan manusia dalam bentuk peribadatan biasa dengan Allah disebut ibadah mahdhah
atau ibadah khusus, karena sifatnya yang khas dan tata caranya sudah ditentukan secara pasti
b. Syariat yang mengatur hubungan manusia secara horizontal, dengan sesama manusia dan
makhluk lainnya disebut muamalah. Muamalah meliputi ketentuan atau peraturan segala
aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan dengan alam sekitarnya.
3. A K H L A K
Akhlak merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku
atau moral. Dalam kamus Bahasa Indonesia,kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan.Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk artinya dayan kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
Dengan demikian, akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diseseorang yang
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cerminan dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab
keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.Inilah misi diutusnya Nabi
Muhammad SAW.
Menurut obyek atau sasaranya pembahasan tentang akhlak biasanya dikategorikan menjadi
3:
a. Akhlak kepada Allah, meliputi beribadah kepada Allah, berzikir kepada Allah, berdoa
b. Akhlak kepada manusia, meliput : pertama sabar,yaitu prilaku sesorang terhadap dirinya
sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yangmenimpanya.
Kedua Syukur yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat. Ketiga Tawadhu' yaitu
rendah hati,selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,kaya,miskin,tua dan
muda.
c. Akhlak kepada orang tua adalah berbuat baik kepadanya dengan ucapan dan perbuatan.
d. Akhlak kepada keluarga, yaitu mengembangkan kasih sayang di antara anggota keluarga
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat, kebaikan dan kedamaian bukan hanya
kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah:
" Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
Memakmurkan alam adalah mengelola sumberdaya sehingga dapat memberi manfaat bagi
kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri.Allah menyediakan alam yang subur
ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengelola memeliharanya sehingga
melahirkan nilai tambah yang tinggi. Sebagaiman firman Allah dalam surah Hud ayat 61:
" Dia menciptakan kalian dari bumi dan menyediakan kalian sebagai pemakmurnya".
BAB X
DZIKRULLAH
Istilah dzikrullah (berdzikir kepada Allah) memiliki dua makna, yang kedua-duanya
diperintahkan untuk kita penuhi, yaitu: dzikrullah dengan arti: mengingat Allah, dan yang
kedua: dzikrullah dengan makna: menyebut Allah melalui Nama-Nama dan Shifat-Shifat-
Nya, serta bukti-bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Dzikrullah dengan arti dan makna
Dia (Jibril as.) bertanya, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu apa?’ Beliau (Rasulullah
SAW.) pun menjawab: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan
jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka (ketahuilah) sesungguhnya Dia melihatmu” (HR.
Namun arti yang lebih umum digunakan adalah arti kedua, yakni menyebut Nama-Nama
Allah melalui tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan lain-lain, yang di dalamnya juga terkandung
sebanyak-banyaknya dalam segala kondisi dan situasi, dengan kedua arti dan esensi
dzikir diatas.
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang” (QS. Al-
Ahzab: 41-42).
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal; (yaitu) orang-orang
yang mengingat (berdzikir) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
1. Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim mengibaratkan dzikrullah bagi seorang
mukmin seperti nafas bagi makhluk hidup atau seperti air bagi ikan. Maka orang
mukmin yang tidak berdzikir seperti seseorang yang tidak bisa bernafas atau seperti
ikan yang dijauhkan dari air, apa jadinya? Karena hidup hakiki dalam konsep Islam
adalah ketika seseorang itu senantiasa sambung dan berhubungan dengan Allah
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu dia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Permisalan orang yang berdzikir mengingat Rabb-nya dengan orang yang tidak
berdzikir mengingat Rabb-nya seperti (perbandingan) orang yang hidup dengan yang
dunia itu terlaknat (terjauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah) dan segala isinya pun juga
terlaknat, kecuali (yang diisi) dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya, dan
orang yang alim atau orang yang belajar.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).
1. Dzikrullah adalah landasan, motivasi, isi, esensi dan sekaligus tujuan seluruh ibadah.
Maka tingkat, kualitas dan juga kwantitas ibadah seseorang sangat ditentukan oleh
tingkat, kualitas dan juga kuantitas dzikir dan ingatnya kepada Allah. Lalu shalat
seluruhnya adalah dzikir. Puasa Ramadhan dan ibadah haji juga penuh dengan dzikir.
kewajiban ibadah zakat dan juga seluruh ibadah yang lainnya kecuali jika ia
senantiasa ingat Allah dengan baik. Disaat yang sama, seluruh ibadah itu juga
merupakan sarana terbaik untuk menggapai tingkat dzikrullah yang lebih tinggi dan
lebih baik.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku. Maka
beribadahlah kepada-Ku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat (dzikir kepada) Aku” (QS.
Thaha: 14)
1. Salah satu keistimewaan ibadah dzikrullah adalah bahwa, ia merupakan ibadah yang
paling mungkin dilaksanakan di segala situasi, kondisi, tempat, waktu, kedaan dan
lain-lain, dengan hampir tanpa penghalang atau kendala kecuali dari dalam diri
sendiri. Maka maklum jika perintah dan contohnya adalah dzikir sebanyak-banyaknya
di segala keadaan. Dan oleh karenanya pula, ibadah dzikrullah juga bisa berfungsi
sebagai penutup kekurangan dan pengganti (dari aspek pahala, dan bukan secara
sesungguhnya syari’at-syari’at Islam telah (terasa) banyak bagiku (sehingga aku takut tidak
bisa memenuhinya), maka beritahukan kepadaku sesuatu (amalan) yang dapat aku jadikan
“Hendaknya senantiasa lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi,
1. Dzikir tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan lain-lain bernilai pahala sedekah yang sangat
tinggi.
Dari Abu Dzar bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah menguasai dan
mendominasi seluruh pahala. Mereka shalat seperti kami shalat dan puasa seperti kami
puasa, namun (selain itu) mereka bisa bersedekah dengan sisa harta mereka (sementara
kami tidak bisa)” Maka beliau pun bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan berbagai
macam cara bagi kalian untuk bersedekah? Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap
kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil
adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, bahkan pada
aktivitas hubungan suami istri seorang dari kalian pun terdapat nilai sedekah.” Mereka
bertanya, “Wahai Rasulullah, jika salah seorang diantara kami menyalurkan nafsu
melampiaskannya secara halal, maka tentu iapun akan mendapatkan pahala.” (HR.
Muslim).
Dari Abu Dzarr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Setiap pagi
dari setiap persendian masing-masing kalian harus ada sedekahnya. Dan setiap tasbih
adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, setiap amar ma’ruf adalah sedekah, setiap nahi mungkar adalah sedekah,
dan semua itu bisa tercukupi dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim).
1. Dengan dzikrullah secara benar, baik dan konsisten, hati kita akan selalu tenang,
tenteram, damai dan stabil. Dan itu merupakan landasan dan modal utama untuk
menggapai hidup bahagia dan sejahtera secara hakiki, baik di dunia maupun di
akhirat.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan berdzikir
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir mengingati Allah-lah hati menjadi
1. Tinggi dan istimewanya nilai dzikrullah serta besar dan berlipat-gandanya balasan dan
pahalanya.
“Dan sesungguhnya dzikir mengingat Allah (dalam shalat dan lainnya) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
‘Sesungguhnya membaca dzikir: Subhaanallah, al-hamdu lillah, laa ilaaha illallah, dan
Allahu akbar, adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar
1. Inti, dasar dan landasan dzikir adalah dzikir hati. Jika hati telah berdzikir (syaratnya
dengan benar), maka seluruh anggota yang lainpun akan berdzikir: lisan (mulut),
mata, telinga, tangan, kaki, pikiran, dan seterusnya. Dan yang dimaksud dzikir hati
adalah dzikir dengan arti mengingat (muraqabah) Allah. Sedangkan dzikir dengan arti
menyebut Asma’ dan Shifat Allah, maka kaidah, tuntunan dan sempurnanya adalah
dengan pengucapan lesan, tentu juga harus berlandaskan dzikir hati. Tapi yang jelas
dzikrullah dengan arti menyebut Nama Allah sebagai sebuah amal ibadah khusus
dengan segala keutamaan dan keistimewaannya, tidaklah cukup dilakukan dengan hati
saja (dengan kata lain di-batin saja), tapi harus dengan pengucapan lisan. Kecuali
sebagai sebuah pengecualian dalam kondisi-kondisi khusus saja. Maka sangat tidak
benar pendapat yang mengatakan bahwa puncak dzikrullah (dengan arti menyebut
Nama Allah), adalah ketika yang “menyebut” itu hanya tinggal hati saja, seiring dan
sebanyak tarikan nafas dan detakan jantung. Serta ketika sudah tidak ada lagi
keterlibatan pengucapan lisan (?!). Pendapat ini sama sekali tidak bisa dibenarkan,
karena justru kebalikan dan bertentangan dengan petuntuk Al-Qur’an dan tuntunan
justru dzikir yang sempurna itu adalah yang menggabungkan dzikir (ingatan dan
(‘Amir) berkata; aku mendengar An-Nu’man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah
jelas….. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka
baiklah seluruh (bagian) tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusak pulalah seluruh
BAB XI
“Ketahuilah bahwa syukur dan tidak kufur tidak akan sempurna melainkan dengan
Sebab makna syukur adlh mempergunakan segala karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala
Bisa juga dengan tidka memanfaatkan ni’mat tersebut atau mempergunakan pada apa yang
dimurkai-Nya.”
Syukur secara bahasa adalah nampak bekas makan pada badan binatang dengan jelas.
Binatang yang syakur artinya: Apabila nampak pada kegemukan karena makan melebihi
takarannya.
Adapun dalam tinjauan agama syukur adalah: Nampak pengaruh ni’mat Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas seorang hamba melalui lisan dengan cara memuji dan mengakuinya; melalui hati
dengan cara meyakini dan cinta; serta melalui anggota badan dengan penuh ketundukan serta
ketaatan nya.
3. Cinta hati kepada yg memberi ni’mat dan anggota badan dengann ketaatan serta lisan
7. Engkau melihat dirimu orang yang tidak pantas untuk mendapatkan ni’mat.
8. Mengikat ni’mat yang ada dan mencari ni’mat yang tidak ada.
Masih banyak lagi definisi para ulama tentang syukur akan tetapi semua kembali kepada
Yang jelas syukur adalah sebuah istilah yang digunakan pada pengakuan/ pengetahuan akan
sebuah ni’mat. Karena mengetahui ni’mat merupakan jalan untuk mengetahui Dzat yang
memberi ni’mat.
Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan Islam dan iman di dlm Al-Qur`an
dengan syukur. Dari sini diketahui bahwa mengetahui sebuah ni’mat merupakan rukun dari
rukun-rukun syukur.
Apabila seorang hamba mengetahui sebuah ni’mat mk dia akan mengetahui yg memberi
ni’mat. Ketika seseorang mengetahui yg memberi ni’mat tentu dia akan mencintai-Nya dan
Makna Syukur
Pertama
Mengetahui adalah sebuah ni’mat. Arti dia menghadirkan ddalam benak mempersaksikan dan
memilahnya. Hal ini akan bisa terwujud dalam benak sebagaimana terwujud pada kenyataan.
Sebab banyak orang yang jika engkau berbuat baik kepada namun dia tidak mengetahui.
Kedua
Menerima ni’mat tersebut dengan menampakkan butuh kepadanya. Dan bahwa sampai
ni’mat tersebut kepada bukan sebagai satu keharusan hak bagi dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan tanpa membeli dengan harga. Bahkan dia melihat diri di hadapan Allah
Ketiga
Memuji yang memberi ni’mat. dalamm hal ini ada dua bentuk yaitu umum dan khusus.
Pujian yang bersifat umum adalah menyifati pemberi ni’mat dgn sifat dermawan kebaikan
luas pemberian dan sebagainya. Pujian yang bersifat khusus adalah menceritakan ni’mat
tersebut dan memberitahukan bahwa ni’mat tersebut sampai kepada dia karena sebab Sang
Pemberi tersebut.
Menceritakan sebuah ni’mat yg dia dapatkan kepada orang lain termasuk dlm kategori
ط لَم ِب َما
َ ُزور ثَوبَي َكالَ ِب ِس َكانَ يُع
“Barangsiapa yg diberikan kebaikan kepada hendaklah dia membalas dan jika dia tdk
Karena jika dia memuji sungguh dia telah berterima kasih dan jika dia menyembunyikan
sungguh dia telah kufur. Dan barangsiapa yg berhias dgn sesuatu yg dia tdk diberi sama hal
Menceritakan ni’mat yg diperintahkan di dlm ayat ini ada dua pendapat di kalangan para
ulama.
Pertama:
Menceritakan ni’mat tersebut dan memberitahukan kepada orang lain seperti dgn
ucapan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberiku ni’mat demikian dan demikian.”
Kedua:
Menceritakan ni’mat yg dimaksud di dlm ayat ini adl berdakwah di jalan Allah Subhanahu
Dari kedua pendapat tersebut Ibnul Qayyim rahimahullahu dlm Madarijus Salikin mentarjih
kesyukuran.”
اس يَش ُك ِر لَم َو َمن ال َكثِي َر يَش ُك ِر لَم القَ ِلي َل يَش ُك ِر لَم َمن
َ َّللاَ يَش ُك ِر لَم الن، ُّث ُ َُوال َج َما َعة ُ ُكفر َوت َر ُكه
ُ شكر للاِ بِ ِنع َم ِة َوالتَّ َحد
“Barangsiapa tdk mensyukuri yg sedikit mk dia tdk akan mensyukuri atas yg banyak dan
barangsiapa yg tdk berterima kasih kepada manusia mk dia tdk bersyukur kepada Allah.
Menceritakan sebuah ni’mat kepada orang lain termasuk dari syukur dan meninggalkan adl
kufur bersatu adl rahmat dan bercerai berai adl azab.” (Madarijus Salikin 2/248)
“Syukur bisa dilakukan dgn hati lisan dan anggota badan. Adapun dgn hati adl berniat utk
melakukan kebaikan dan menyembunyikan pada khayalak ramai. Adapun dgn lisan adl
menampakkan kesyukuran itu dgn memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala. Arti menampakkan
Dan hal ini sangat dituntut sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‘Menceritakan ni’mat itu adl wujud kesyukuran dan meninggalkan adl wujud kekufuran.’
Adapun dgn anggota badan adl mempergunakan ni’mat-ni’mat Allah Subhanahu wa Ta’ala
tersebut dlm ketaatan kepada-Nya dan menjaga diri dari bermaksiat dengannya. Termasuk
kesyukuran terhadap ni’mat kedua mata adl dgn cara menutup tiap aib yg dilihat pada
seorang muslim.
Dan termasuk kesyukuran atas ni’mat kedua telinga adl menutup tiap aib yg didengar.
“Syukur itu bisa dilakukan oleh hati dgn tunduk dan kepasrahan oleh lisan dgn mengakui
ni’mat tersebut dan oleh anggota badan dgn ketaatan dan penerimaan.”
Derajat Syukur
Tingkat syukur ini bisa juga dilakukan orang Islam dan non Islam seperti Yahudi dan Nasrani
“Jika engkau mengetahui hakikat syukur dan di antara hakikat syukur adl menjadikan ni’mat
tersebut membantu dlm ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencari ridha-Nya
niscaya engkau akan mengetahui bahwa kaum musliminlah yg pantas menyandang derajat
syukur ini.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah menulis surat kepada Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu:
‘Sesungguh tingkatan kewajiban yg paling kecil atas orang yg diberi ni’mat adl tdk
“Bersyukur atas sesuatu yg tdk disukai lbh berat dan lbh sulit dibandingkan mensyukuri yg
disenangi. Oleh sebab itulah syukur yg kedua ini di atas jenis syukur yg pertama. Syukur
jenis kedua ini tdk dilakukan kecuali oleh salah satu dari dua jenis orang:
Seseorang yg semua keadaan sama. Arti sikap sama terhadap yg disukai dan tdk disukai dan
dia bersyukur atas semua sebagai bukti keridhaan diri terhadap apa yg terjadi. Ini merupakan
kedudukan ridha.
Seseorang yang bisa membedakan keadaannya. Dia tidak menyukai sesuatu yang tidak
menyenangkan dan tidak ridha bila menimpanya. Namun bila sesuatu yang tidak
sebagai penutup dari berkeluh kesah dan demi menjaga adab serta menempuh jalan ilmu.
Karena sesungguh adab dan ilmu akan membimbing seseorang utk bersyukur di waktu
Arti bila dia melihat yg memberi keni’matan dlm rangka ibadah dia akan menganggap besar
ni’mat tersebut. Dan bila dia menyaksikan yg memberi keni’matan krn rasa cinta niscaya
Kita telah mengetahui bahwa syukur merupakan salah satu sifat yg terpuji dan sifat yg
dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi tdk semua orang bisa mendapatkannya.
Arti ada yg diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ada pula yg tidak.
Manusia dan syukur terbagi menjadi tiga golongan:
Ketiga: Orang yg berpura-pura syukur padahal dia bukan orang yg bersyukur. Orang yg
seperti ini dimisalkan dgn orang yg berhias dgn sesuatu yg tdk dia tdk miliki.
تَكفُ ُرو ِن َولَ ِلي َواش ُك ُروا أَذ ُكر ُكم فَاذ ُك ُرونِي
“Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian dan bersyukurlah
“Dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya dan kepada-Nya kalian dikembalikan.”
“Dan ingatlah ketika Rabb kalian memaklumkan: Jika kalian bersyukur niscaya Kami akan
ي أَ َّن
َّ ِصلَّى للاِ نَب
َ ُسلَّ َم َعلَي ِه للا
َ ط َر َحتَّى اللَّي ِل ِمنَ يَقُو ُم َكانَ َو
َّ قَدَ َماهُ تَت َ َف، شةُ فَقَالَت
َ ِ َعائ: سو َل يَا َهذَا ت َصنَ ُع ِل َم
ُ للاِ َر، َوقَد
قَا َل تَأ َ َّخ َر؟ َو َما ذَنبِكَ ِمن تَقَد ََّم َما لَكَ للاُ َغفَ َر: َش ُكو ًرا؟ َعبدًا أ َ ُكونَ أَن أ ُ ِحبُّ أَفَال
َ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun di malam hari sampai pecah-pecah kedua kaki
beliau lalu ‘Aisyah berkata: ‘Ya Rasulullah kenapa engkau melakukan yg demikian padahal
Allah telah mengampuni dosamu yg telah lewat dan akan datang?’ Beliau menjawab:
Masih banyak dalil lain yg menjelaskan tentang keutamaan syukur dan anjuran dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Semoga apa yg dibawakan di sini mewakili yg tdk
disebutkan.
Yang tdk bersyukur lbh banyak dari yg bersyukur. Hal ini tdk bisa dipungkiri oleh orang yg
berakal bersih. Sebagaimana orang yg ingkar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lbh banyak
dari yg beriman.
َ ش ُكو ُر ِعبَاد
ِي ِمن َوقَ ِليل َّ ال
Sebuah peringatan tentu akan bermanfaat bagi orang yg beriman. Di mana Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah memperingatkan dari kufur ni’mat setelah memerintahkan utk bersyukur dan
“Dan Rabb kalian telah mengumumkan jika kalian bersyukur niscaya Kami akan menambah
“Jika kalian mengkufuri ni’mat menutup-nutupi dan menentang mk yaitu dgn dicabut ni’mat
“Jika engkau ditimpa sebuah musibah lalu engkau mensyukuri mk tentu pada sikap
kesyukuranmu terdapat sifat sabar dan sifat ridha terhadap musibah yg menimpa dirimu. Dan
kita mengetahui bahwa ridha merupakan bagian dari kesabaran. Sementara syukur
“Syukur termasuk kedudukan yg paling tinggi dan lbh tinggi -bahkan jauh libih tinggi-
daripada kedudukan ridha. Di mana sifat ridha masuk dlm syukur krn mustahil syukur ada
tanpa ridha.”
Kenapa Kebanyakan Orang Tidak Bersyukur?
“Makhluk ini tdk mau mensyukuri ni’mat krn pada ada dua yaitu kejahilan dan kelalaian.
Kedua sifat ini menghalangi mereka utk mengetahui ni’mat. Karena tdk tergambar bahwa
Jika pun mereka mengetahui ni’mat mereka menyangka bahwa bersyukur itu hanya sebatas
mengucapkan alhamdulillah atau syukrullah dgn lisan. Mereka tdk mengetahui bahwa makna
Kesimpulan ucapan Ibnu Qudamah rahimahullahu adl bahwa manusia banyak tdk bersyukur
“Hati yg hidup akan menggali segala macam ni’mat diberikan. Adapun hati yg jahil tdk akan
Cara hendaklah dia terus memandang kepada yg lbh rendah dari dan berusaha berbuat apa yg
Mendatangi tempat orang yg sedang sakit dan melihat berbagai macam ujian yg sedang
Menyaksikan jenazah orang yg terbunuh dipotong tangan mereka kaki-kaki mereka dan
diazab lalu dia bersyukur atas keselamatan diri dari berbagai azab.”
BAB X
SYARIAH ISLAM
Pengertian syariah secara bahasa berarti jalan, peraturan, undang-undang tentang suatu
perbuatan atau menggariskan suatu peraturan/ pedoman. Disamping itu syariah secara
leksikal berarti jalan menuju perhimpunan air untuk diminum manusia dan juga untuk
binatang-binatang periharaan. Dari makna kebahasaan ini orang arab menggunakanya sebagai
ungkapan tentang jalan lurus yang dipedomani bersama. Makna jalan menuju air adalah
bahwa air merupakan sumber kehidupan sehingga syariah berarti suatu jalan yang ditempuh
Secara istilah syariah adalah undang-undang yang dibuat oleh Tuhan Allah SWT.Jadi dapat
dimaknai bahwa syariah adalah seperangkat aturan dari Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad untuk dijelaskan kepada manusia supaya menjadi way of life bagi kehidupan agar
mereka mencapai hidup baik, bahagia, dan selamat dunia dan akhirat. Pelaksanaan syariah
sebagai ajaran islam mencakup semua ajaran berupa iman islam dan ihsan dan didalamnya
Dengan kesimpulan Syariah berarti seluruh ketentuan agama Islam, baik berupa seperangkat
aturan hukum taklifi, ketentuan keimanan, dan undang-undang moral yang mengatur
pelaksanaan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya.Syariah, sebagai ajaran Islam yang
mencakup semua ajaran berupa iman, Islam dan ihsan. Bisa diartikan lagi bahwasyariah
Islam adalah aturan agama yang diajarkan Allah untuk hamba-Nya, yang didalamnya berisi
ajaran keimanan/ keyakinan, aturan dan cara-cara peribadatan, cara berkelakuan baik dan
menghindar dari keburukan, cara-cara berinteraksi dan cara-cara membangun sistem hidup
untuk menciptakan atau merealisasikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Syariah
Islam mencakup ajaran-ajaran iman kepada Allah, para malaikat, para utusan-Nya, adanya
realitas ghaib-metafisik-immateria, mengajarkan relasi dan cara-cara (prinsip) hidup yang
baik. Jadi Syariah Islam adalah syariah yang bermuatan etika yanginclude dalam pelaksanaan
syariah tersebut.
Pengertian Thariqah secara bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti melewati suatu jalan
atau jalan tembusan secara leksikal dapat diartikan sebagai jalan , metode, prosedure, teknik
proses. Menurut abu bakar aceh dikutip dari Mustafa zahri adalah jalan petunjuk melakukan
ibadah tertentu sesuai dengan ajaran yang dicontohkan nabi Muhammad saw. Dan dilakukan
oleh sahabatnya,tabi’in dan tabi’it tabi’in secara turun temurun hingga sampai kepada para
bahwa tarekat memiliki dua pengertian yakni sebagai sebuah disiplin ilmu dan sebagai
sebuah organisasi.Yang dimaksud sebagai disiplin ilmu adalah tarekat merupakan bidang
kajian atau bidang praktikal berupa disiplin ilmu kejiwaan dalam bidang latihan kejiwaan
/kerohanian baik untuk perseorangan ataupun kelompok melalui aturan tertentu untuk
kerohanian tertentu pula (ahwal). Yang kedua yaitu tarekat sebagai sebuah organisasi adalah
karena pada awalnya terdapat seorang guru yang mengajarkan teknik atau ibadah tertentu
berdasarkan ajaran guru-guru sampai keatas hingga bersumber dari nabi Muhammad saw.
Hingga akhirnya hal ini diikuti orang-orang yang ingin mendapat bimbingan spiritual oleh
guru supaya mencapai takwa sehingga akhirnya tarekat menjadi sebuah kelompok dalam
Pembuat tarekat pertama kali adalah sufi iran, Muhammad Ahmad al-Maihimy (w.430
dan 6 H tarekat berkembang menuju ke arah barat. Muncullah tarekat Rifa’iyyah. Di Iraq
tarekat itu adalah dari khurassan iran dan messopotamia, Iraq. Dari sini tarekat menjamur di
seluruh dunia seiring hancurnya kekuatan politik islam di Baghdad (1258M) sehingga
Indonesia (abad ke14 M). di Indonesia dakwah islam sufistik dengan pola kelembagaan yang
lebih di kenal dengan pondok pesantren khusus untuk pulau jawa yang di praktikan oleh wali
Pengertian Haqiqah secara harfiah, haqiqah berarti “yang nyata”.”yang benar” dan “yang
sejati”. Sesuatu diketahui hakikatnya ketika telah menunjukan kepastianya yang telah tetap ,
sehingga tidak dapat diingkari lagi. Para pakar ilmu hakikat (ilmu tasawuf) menjelaskan
bahwa hakikat adalah konsep –konsep yang tumbuh mengakar di dalam hati berupa
kejelasan-kejelasan dan ketersingkapan ha-hal samar (goib), rahasia wujud. Ini merupakan
pemberian Allah untuk hamba-hambanya, sebagai kemuliaan (keramat) bagi mereka yang
dengan ini dapat sampai pada kebajikan dan ketaatan. Hakikat adalah kesadaran batin bahwa
Allah-lah satu-satunya Dzat yang menggerakan segala sesuatu, menunjukan dan menyesatkan
kekuasaan dan mencabutnya. Segala yang baik dan buruk berguna dan berbahaya, iman dan
kufur, kebodohan dan kejelasan, semua tarjadi da nada karena ditentukan oleh Allah.
Dalam hal ini hakikat dimaksudkan dengan tingkatan seseorang mengamalkan agama ini,
serta kedalaman seseorang dalam menjalankan agama untuk tujuan sebenarnya. Dari sisi
pengetahuan agama dan pengamalanya, maka hakikat berarti pemahaman seseorang akan arti
menjalankan agama ini dan mengenal tujuan agama ini bagi manusia yaitu dapat
menghadirkan dirinya sebagai hamba yang sadar akan Tuhanya, sehingga dapat menampilkan
Secara harfiah, kata ma'rifat yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti pengetahuan
yang mantap dan meyakinkan. Kata ma'rifat berarti pengetahuan batin yang berbasis
kekuatan kalbu sehingga membuahkan suatu pengenalan tentang sesuatu, dan terasa dekat
serta hadir dalam sesuatu yang dikenali tersebut. Ma'rifat dapat dicapai melalui ilmu dan
antara keduanya tentu terjalin secara otomatis, sehingga tanpa ilmu, maka tidak dapat
diperoleh ma'rifat. Secaara istilah sebagai pakar ilmu haqiqah dikatakan sebagai berikut:
"Ma'rifat adalah mengerti dan memahami nama-nama allah swt.Dan sifat-sifat-Nya secara
jujur dan tulus untuk berinteraksi dengan-Nya dan serius dalam segala kondisinya, dan
senantiasa berkoneksi dengan-Nya dalam kondisi suasana sirri, serta berupaya kembali
kepad-Nya dalam segala sesuatunya dengan membersihkan dirinya dari sifat-sifat rendah-
tercela."
secara riil, maka dia terhijab dengan Allah.Sebaliknya semakin dia menyadari ketidaknyataan
eksistensinya maka ma'rifatnya semakin kuat.Allah adalah wujud yang nyata dan realita
wujud itu sendiri, sedangkan manusia dan mahluk lainya adalah maujud yang berarti
wujudnya itu karena diwujudkan.Perbedaan antara al-wujud dan maujud yaitu al-wujud itu
Allah swt Dzat yang nyata adanya sedangkaan maujud adalah makhluk-makhluk yang
wududnya tidak nyata karena di wujudkn oleh Tuhan.Kondisi demikian menunjukan bahwa
seorang hamba mengalami hadir dalam hadhrah keagungan Allah, sehingga mengalami
kesirnaan diri.Keadaan demikian pernah terjadi, dialami nabi Musa as.Sebagaimana dalam al-
qur'an surah al-a'raf ayat 143.Dalam ayat tersebut terjadi perbedaan pendapat dikalangan
dapat diukur dengan ukuran manusia.Dapat dipahami bahwa ma'rifat merupakan suatu
kondisi spiritual dimana seorang hamba mencapai pengetahuan yang mendalam dan
kesadaran hakiki akaan kehambaannya yang bersifat sirna dan tidk memiliki wujud/
para ulama sufi dalam upaya memberi jalan bagi umat untuk mengamalkan ajaran Islam
dengan mudah dan tepat, sehingga mengantarkan hamba menuju kebahagiaan lahir dan batin.
Bahwa keempat tema tersebut adalah sebuah konseptualisasi terhadap islam oleh para sufi
dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan benar sehingga berfungsi
bagaikan program dan kurikulum yang harus di lalui seorang hamba agar mencapai tujuan
ber-islam. Islam sebagai agama Allah ini adalah berdimensi luas, yaitu zhahir dan batin
(esosentrik dan esoteri) sebagaimana kesempurnaan Allah sendiri yang Maha Zhahir dan
Jika syariah mewakili dimensi eksoterik islam, maka haqiqah dan ma'rifat adalah menempati
dimensi batinnya. Demikian itu adalah karena memang ada seorang hamba yang
mengamalkan Islam hanya berdimensi badaniah zhahiriah saja. Adpula yang mengamalkan
TAUBAT
Tobat merupakan awal pertama bagi kita untuk menyucikan diri. Ya, membersihkan jiwa,
bathin dan hati dari segala kerak noda dosa yang melekat ditubuh. Dalam tazkiyatun nufus,
untuk pembersihan jiwa tobatlah jalan awal bagi mereka. Hati yang sudah berkerak dengan
noda dosa sangat susah masuk sinar nur, hidayah, dan hikmat dalam hati jiwa sanubarinya.
Taubat memiliki arti: berhenti melakukan kemaksiatan dan kembali menuju ketaatan.
َ َ ال ُمت
َّ ُّط ِه ِرينَ َوي ُِحبُّ الت َّ َّوابِينَ ي ُِحب
َللاَ إِ َّن
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Taubat hukumnya wajib atas setiap mukmin:
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh-
sungguh.” (QS. At-Tahrim : 8)
“Bertaubatlah kepada Allah, wahai orang-oran beriman sekalian agar kalian beruntung.” (QS.
An-Nur : 31)
Dan keberuntungan akan dicapai manusia tatkala dirinya merasa sangat butuh kepada-Nya
hingga Allah Subhanhu Wa Ta'ala menyelamatkan jiwa yang terperosok mengikuti hawa
nafsunya itu.
Taubat yang sungguh-sungguh akan mendatangkan limpahan ampunan Allah atas dosa-dosa
seorang hamba. Dosa yang makin hari kian bertambah banyak.
“Katakanlah: Wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendirinya,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Mengampuni semua
dosa dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Saudaraku yang berbuat dosa, jangalah kalian berputus asa terhadap rahmat Rabb mu karena
pintu taubat itu senantiasa terbuka sampai matahari terbit dari arah barat.
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
Betapa banyak orang yang bertaubat atas dosa-dosanya yang besar dan Allah menerima
taubat mereka. Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,
“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesembahan lainnya dan tidak
membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina
dan barangsiapa yang melakukan demikian itu niscaya dia mendapat hukuman yang berat.
(Yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam
adzab itu dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan
mengerjakan kebajikan maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha
Pengampun , Maha Penyayang.”(QS. Al-Furqan : 68-70)
Pertama, Ikhlas karena Allah Subhanhu Wa Ta'ala yaitu berniat semata-mata mengharap
wajah Allah, pahala atas taubatnya serta berharap selamat dari siksaan-Nya.
Kedua, menyesali kemaksiatan yang ia lakukan, merasa sedih dan berjanji untuk tidak
mengulanginya.
Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat sesegera mungkin. Jika perbutan tersebut
melanggar hak-hak Allah maka segera tinggalkan. Karena perbuatan tersebut haram
dilakukan sehingga wajib ditinggalkan. Adapun jika berkaitan dengan hak-hak makhluk
maka bergegaslah meminta maaf baik dengan mengembalikan haknya atau meminta
kelapangan hatinya agar mau memaafkan.
Kelima, hendaknya taubat dilakukan sebelum ditutupnya pintu taubat, yaitu sebelum ajal
menjemput dan sebelum terbitnya matahari dari arah barat. Allah Subhanhu Wa Ta'ala
berfirman,
“Dan Taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang berbuat kejahatan hingga apabila
datang ajal kepada seorang diantara mereka barulah dia mengatakan, ‘Saya benar-benar
taubat sekarang.’” (QS. An-Nisa : 18)
“Barangsiapa yang taubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat maka Allah terima
taubatnya.” (HR Muslim)
Ya Allah berilah kami taufik agar senantisa bertaubat dengan sungguh-sungguh dan terimalah
amalan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.
Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:
Menyesal,
Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak anak Adam, maka ada satu hal lagi yang harus ia
lakukan, yakni dia harus meminta maaf kepada saudaranya yang bersangkutan, seperti minta
diikhlaskan, mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dia rusakkan atau curi
dan sebagainya.
Namun apabila dosa tersebut berkaitan dengan ghibah (menggunjing), qodzaf (menuduh telah
berzina) atau yang semisalnya, yang apabila saudara kita tadi belum mengetahuinya (bahwa
dia telah dighibah atau dituduh), maka cukuplah bagi orang telah melakukannya tersebut
untuk bertaubat kepada Allah, mengungkapkan kebaikan-kebaikan saudaranya tadi serta
senantiasa mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka. Sebab dikhawatirkan
apabila orang tersebut diharuskan untuk berterus terang kepada saudaranya yang telah ia
ghibah atau tuduh justru dapat menimbulkan peselisihan dan perpecahan diantara keduanya.
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah bukakan pintu taubat
baginya. Sehingga ia benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta
sangat membutuhkan ampunan Alloh. Dan keburukan yang pernah ia lakukan itu merupakan
sebab dari rahmat Allah baginya. Sampai-sampai setan akan berkata,
“Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya
kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Allah.” Diriwayatkan bahwa
seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa
tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa
terjadi?” Dia menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di
hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Rabbnya,
menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi
sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat
baginya daripada ketaatan yang banyak.”
BAB XII
TAKWA
Pengertian dan makna takwa yaitu berasal dari kata "Takwa" adalah mengambil tindakan
penjagaan dan juga memelihara diri dari sesuatu yang mengganggu dan juga
keburukan.Pengertian takwa menurut syara' "Takwa" itu berarti menjaga dan memelihara
diri dari siksa dan murka Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya serta
menjauhi semua larangan-larangan-Nya, menjauhi semua kemaksiatan dan taat kepada Allah
SWT.
Sebagaimana dengan firman Allah berkenaan dengan takwa tersebut di atas yaitu : Artinya
"Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa".
Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai Rasulullah saw. siapakah keluarga
Muhammad itu?.
Rasulullah saw, menjawabnya : "Orang yang bertakwa kepada Allah SWT. dan takwa itu
merupakan suatu kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya adalah selalu taat kepada
Allah SWT. supaya sadar dan terhindar dari siksa-Nya.
Hal semacam itu supaya ditaati bukan untuk diingkari, agar diingat tidak untuk dilupakan,
serta supaya disyukuri bukan untuk dikufuri".
Takwa itu adalah membentengi diri dari siksa Allah SWT. dengan jalan taat kepada-Nya,
(menurut pendapatdari para ahli Tashawwuf), sedangkan menurut pendapat dari Fuqaha (ahli
fiqih) Takwa itu berarti bahwa menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat melibatkan diri
kepada perbuatan dosa.
Adapun pendapat dari Abdullah Ibnu Abbas ra. menerangkan bahwa orang yang bertakwa itu
ialah :
Orang yang selalu berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya agar tidak
mendapatkan suatu murka dan siksa Allah juga meninggalkan dorongan hawa nafsu.
Orang yang selalu mengharapkan suatu rahmat dari Allah dengan jalan meyakini dan
juga melaksanakan semua ajaran yang telah diturunkan Allah.
Takwa itu merupakan satu modal dari persiapan sedangkan sabar itu adalah merupakan
satu dari amal perbuatan baik, dan tidak ada satupun argumentasi yang benar kecuali
Rasulullah saw, sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menolong kecuali Allah SWT.
(menurut pendapat dari Sahal bin Abdullah).
Agar supaya manusia itu bertakwa maka akhirat diciptakan sedangkan supaya manusia itu
menerima cobaan maka diciptakan dunia, itulah pendapat dari Al-Kattani. Seseorang dapatlah
dikatakan sempurna takwanya jika orang tersebut dapat menjaga diri dari segala perbuatan
dosa meskipun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun, dan meninggalkan sesuatu yang
tidak halal sebab takut akan tergelincir kepada hal-hal yang dimurkai allah dan dosa, maka
dengan demikian akan terbentuk suatu benteng pengingat kokoh sekali di antara dirinya
dengan sesuatu yang berakibat dosa dan perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT.,
itulahpengertian takwa menurut pendapat dari Abu Darda.
Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertakwa berarti membersihkan
diri dari bermacam-macam subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama
sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai ciri-
ciri dari orang yang bertakwa antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu
haruslah ditinggalkan. Segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri dariAllah SWT., maka
haruslah ditinggalkan.
Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam di dalam segala
ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw.
Ada beberapa arti mengenai kata "Takwa" yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'an, di antaranya
adalah sebagai berikut :
Sebagaimana di dalam firman Allah SWT. arti takwa mempunyai arti "Taubat", yakni di
dalam surat Al Hujarah ayat 41 artinya adalah :
"Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa". Takwa mempunyai makna "Ketaatan dan
ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya adalah sebagai berikut: "Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. 3 : 102).
Takwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT.: "Dan barangsiapa yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
itu adalah orang-orang yang telah mendapatkan kemenangan". (QS. An-Nur : 52).
Dari ketiga dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang
terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Takwa itu adalah
terpeliharanya hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya
keinginan yang kuat untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan
terpelihara dari segala kejahatan.
Kecuali hanya kepada Allah SWT., maka kepada segala apapun, seorang hamba tidak akan
takut, itulah yang dimaksud dengan takwa menurut Nashr Abadzi. Di samping itu juga Nashr
menerangkan satu hal lagi yaitu : "Barangsiapa yang selalu bertakwa, maka ia akan merasa
keberatan sekali untuk meninggalkanakhirat" sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya : "Desa akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertakwa, apakah kalian semua tidak
berpikir". (QS. Al-An'am: 32).
"Barangsiapa yang selalu menginginkan agar takwanya benar, maka dia harus meninggalkan
semua perbuatan dosa". (Menurut pendapat Sahal).
Allah akan memudahkan hatinya untuk berpaling dari kemewahan dunia, barangsiapa yang
mampu untuk merealisasikan takwa, menurut sebagian dari para Ulama'.
Takwa menurut Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari adalah meninggalkan segala sesuatu
yang dapat menjauhkan! diri dari Allah SWT., sedangkan menurut dari Dzun Nun yang
dimaksud dengan takwa ialah: orang yang tidak mengotori jiwa secara lahir dengan suatu hal-
hal yang bertentangan dan tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial di dalam
kondisi demikian, seseorang itu akan selalu kontak dengan Allah SWT. dan dapat
berkomunikasi dengan Allah.
Takwa itu terbagi menjadi dua bagian, menurut pendapat ini Ilmu Atha' yakni : Takwa lahir
adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Takwa lahir batin adalah
niat dan ikhlas. sehingga di dalam hal seperti ini Dzun Nun Al-Misri mengedapankan
pendapatnya dalam bentuk syair ada kehidupan yang sejati kecuali dengan kekuatan hati
mereka yang selalu merindukan takwa dan menyukai dzikir ketenangan telah merasuk ke
dalam jiwa yakin dan baik sebagaimana bayi yang masih menetek lelah merasuk ke dalam
pangkuan.
Bertakwa itu dapat dijadikan standar apabila telah memenuhi dalam tiga hal, menurut
pendapat seorang laki-laki, antara lain: Niat yang baik dalam hal yang tidak mungkin
diperolehnya, Ridha yang baik dalam hati yang telah diperoleh, Sabar dalam hal yang "baik
dalam hal yang telah lewat. .
Menurut satu pendapat yang lain bahwa takwa itu dapat dibagi menjadi beberapa bentuk ialah
:
Takwa orang awam karena menghindarkan diri dari syirik.
Takwa orang yang istimewa karena menghindarkan diri dari perilaku maksiat.
Takwa para wali karena menghindarkan diri dari perbuatan jelek.
Takwa para Nabi karena menghubungkan diri dengan berbagai aktivitas yang di
dalamnya terkandung takwa.
Telah dituturkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. bahwa sebaik-baik orang di
dunia ini adalah orang yang dermawan dan juga sebaik-baik orang di akhirat nanti adalah
orang yang takwa.
Adapun dalil-dalil yang menerangkan dan juga memperjelas mengenai Takwa itu adalah
antara lainberdasarkan pada firman-firman Allah SWT. dan juga hadits-hadits Nabi. .
Terdapat di dalam surat Ali-Imran ayat 102, artinya: "Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah SWT. dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". .
Di dalam surat Al-A'raf ayat 35, artinya adalah : "Barang- siapa yang bertakwa dan berlaku
baik, tidak akan ada rasa khawatir pada diri mereka dan mereka tidak akan berduka cita". .
Terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 103, artinya: "Sekiranya mereka beriman dan
bertakwa, tentu akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah, sekiranya mereka
mengetahui". .
Di dalam surat An-Nahl ayat 128, yang artinya adalah : "Sesungguhnya Allah menyertai
orang-orang yang takwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan". .
Terdapat pada surat Al-Maidah ayat 96, artinya "Takwalah kamu kepada Allah SWT. yang
kepada-Nya nanti kamu akan dikumpulkan". .
Surat Al-Ahzab, ayat 70 - 71, artinya adalah : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah menghendaki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar".
Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, adalah: "Aku berpesan kepadamu dengan takwa
kepada Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan".
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad juga, artinya : "Aku berpesan kepadamu
untuk takwa kepada Allah, karena takwa itu pokok pangkal segala sesuatu". Hadits riwayat
Tirmidzi, artinya adalah : "Takwalah kepada Allah di dalam segala sesuatu yang kamu
ketahui",
Di dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Muslim, yakni artinya adalah : "Ya Allah!.
Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu bimbingan, takwa, perlindungan, dari perbuatan
haram, dan kecukupan". hadits yang telah diriwayatkan oleh Thabrani, artinya : "Wajib atas
kamu takwa kepada Allah, sesungguhnya takwa itu mengumpulkan setiap kebaikan dan wajib
atasmu berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad ke jalan Allah kependetaan dalam
Islam. Wajib atas kamu ingat kepada Allah dan membaca kitab-Nya, maka sesungguhnya Dia
itu cahaya bagimu di bumi dan ingatan untuk kamu di langit. Dan sembunyikanlah lidahmu
kecuali dalam kebaikan, karena sesungguhnya dengan demikian itulah kamu mengalahkan
setan". hadits riwayat Ahmad yang artinya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya orang
yang paling utama kepada-Ku adalah orang-orang yang takwa, siapa pun mereka, dan di
mana pun mereka berada".
Demikianlah dalil-dalil yang menerangkan atau memperjelas sebagai bukti takwa, untuk
dijadikan sebagai bahan rujukan agar kita dapat memelihara iman kita kepada Allah, juga
agar tetap takwa kepada Allah SWT. karena hanya kepada-Nyalah kita akan kembali juga
hanya kepada Allah jualah tempat segala-galanya.
BAB XIII
AKHLAK
Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” ( ) خلوقsecara bahasa kata ini
memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika,
karakter, kepribadian, moral dll. timbang”. Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak
adalah berarti watak. Sedangkan menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabi’at,
keberanian, dan agama.[1]
Kemudian, dalam Bashaa-ir Dzawi Al Tamyiz fi Lathaa- if Al Kitab Al Aziz Baashiroh fi
Akhlak adalah pikiran yang lurus. Kata al-khuluqu digunakan pula dalam menciptakan
sesuatu yang tanpa perrmulaan dan tanpa meniru.
Pada dasarnya al khulqu dan al kholqu sama hanya saja al kholqu itu khusus tertuju pada
tingkah – tingkah atau keadaan dan bentuk – bentuk yang bisa dilihat dengan mata,
sedangkan khulqukhusus pada kekuatan dan tabi’at yang ditembus dengan hati. Ibnu Abbas
r.a berkata “maksudnya benar – benar berragama yang agung, agama yang paling kucinta dan
tak ada agam yang Aku ridhoi selain selainna.agama itu adalah islam” kemudian, Alhasan
berkata, “maksudnya etika Al-Qur’an” kemudian Qotadah berrkata “maksudnya sesuatu yang
diperintahkan Allah dan yang dilarang-Nya”. Adapun maknanya adalah “sesungguhnya kamu
benar – benar berakhlak yang telah dipilih Allah untukmu dalam Al – Qur’an.[2] Dalam Ash-
Shohihainai dikatakan, bahwa Hisyam bin Hakim berrtanya kepada ‘Aisyah tentang akhlak
Rosulullah, kemudian ‘Aisyah menjawab, “akhlak beliau adalah akhlak Al-Qur’an”.
Menurut pendapat saya jika dilihat dari berbagai uraian diatas dapat diambil kesimpulan
akhlak menurut bahasa adalah Tabi’at atau tingkah laku, dan akhlak yang baik adalah tingkah
laku yang sesuai dengan Al-Qur’an
Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti
bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak.
Contohnya bila kehendak itu dibiasakan member, maka kebiasaan itu ialah akhlak
dermawan[3]. Sedangkan menurut syekh Muhammad Nawawi Al Jawiyydalam kitabnya
“Murooqiyul ‘Ubudiyah” Akhlak adalah و فكر غير من افعالها الي لها داعية للنفس حال اخالق
“ لروايةakhlak adalah kedaan didalam jiwa yang mendorong prilaku yang tidak terpikir dan
tidak ditimbang”[4]. Dalam buku lain dijeaskan bahwasanya akhlak menurut terminologi
akhlak adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama:” Gambaran batin seseorang
“. Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran :
Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah
tubuh. Dan gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek
dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa
saja.
Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar
darinya perbuatan- perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan)
tanpa berfikir atau kerja otak.[5]
Menurrut Imam Maskawaih akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong
seseorang melakukan tindakan – tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan
pertimbangan. Keadaan ini terbagi menjadi dua: ada yang berasal dari tabi’at aslinya, dan ada
pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang – ulang. Boleh jadi pada mulanya tindakan
– tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemidian dilakukan terum – menerus maka
jadilah suatu bakat dan akhlak.[6]
Kemudian Al – Ghozali mendifinisikan akhlak sebagai suatu ungkapan tentang keadaan pada
jiwa bagian dalam yang melahirkan macam – macam tindakan dengan mudah, tanpa
memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Dari dua devinisi diatas, kita dapat
memahami beberapa hal, diantaranya:
Akhlak itu suatu keadaan bagi diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat yang dimiliki aspek
jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat bagi aspek tubuh manusia
Sifat kejiwaan mesti menjadi bagian terdalam, maksudnya keberadaan sifat itu tida terlihat. Ia
diwujudkan pad orangnya sebagai kebiasaan yang terus – meenerus selama ada kesempatan.
Oleh karena itu, orang kikir yang hanya bersedekah sekali selama hidupnya belum disebut
pemurah.
Sifat kewajiban yang merupakan bagian terdalam itu melahirkan tindakan – tindakan dengan
mudah. Maksudnya, tindakan itu tidak sulit dilakukan. Oleh karena itu, orang jahat yang
bersikap malu, tidak disebut pemalu.
Munculnya tindakan – tindakan dari keadaan jiwa atau bakat kejiwaan itu tanpa dipikir atau
dipertimbangkan lebih dahulu. Maksudnya, tanpa ragu – ragu dan tanpa memilih waktu yang
cocok. Akhlak itu sudah menjadi adat dan kebiasaan maka tindakan itu lakukan tanpa
berpikir, meskipun pemikirannya aktif dalam mempertimbangkan dari berbagai segi. Orang
dermawan misalnya, ia tidak ragu – ragu untuk memberi dan berkorban, tetapi ia hanya
mempertimbangkan dari segi kebaikan, jenis kebaikan itu atau sifat pribadi yang suka
memberi. Jadi pemikirannya itu hanya diarahkan pada segi kebaikan dan aspek – aspeknya
saja.
Dari akhlak itu ada yang bersifat dan tabi’at dan alami. Maksudnya, bersifat fitroh sebagai
pembawaan sejak lahir, misalnya sabar, inta, dan malu
Dari akhlak juga ada hasil yang diupayakan, yakni lahir dari kebiasaan, latihan dan
lingkungan, misalnya takut dan berani.
Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh karena itu, akhlak
memerlukan batasan, agar dikatan akhlak terpuji dan akhlak tercela
Akhlak yang didahului tindakan – tindakan kejiwaan, ia menjadi langkah terakhir dari
tindakan – tindakan itu.
Yang pertama kali datang pada hati manusia adalah ide yakni perkataan diri. Setelah itu, diri
manusia berbicara kepada hati tentang berbagi hal, maka hati itu cenderung pada salah satu
hal tersebut.
Kecendrungan adalah tujuannya seseorang pada salah satu ide yang tergambar dalam hati dan
ingin mencapai tujuan dan ide tersebut. Jikia salah kecendrungan mengalahkan kecendrungan
– kecendrungan yang lainnya, kecendrungan itu menjadi harapan.
Harapan adalah menangnya salah satu kecendrungan atas semua kecendrngan atas semua
kecendrungan dalam hati seseorang. Jika orang itu memikirkan dan mempertimbangkan
harapan ini secara matang, lalu membulatkan tekad kepadanya, harapan ini menjadi suatu
keinginan.
Keinginan adalah sifat diri yang telah membulatkan tekad terhdap salah satu harapan diatas
untuk dapat dibuktikan. Jika keinginan itu terus – menerus dan berulang – ulang maka jadilah
suatu adat dan kebiasaan.[7]
Menolong orang lain, suka memberi, adil, dermawan, mengapa beberapa perbauatan tersebut
dinilai sebagai kebaikan? Dan mengapa juga kebohongaan, kezaliman, kekerasan dinilai
sebagai keburukan? Untuk menjawab pertanyaan yang muncul tersebut harus dijawab dengan
argumen yang kuat dan mempunyai dasar.
Perbuatan-perbuatan yang mempunyai nilai baik dan buruk, mempunyai dasar-dasar yang
jelas. Pada pembahasan sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada ilmu yang membahas dan
meberikan klarifikasi pada persoalan baik dan buruk, itulah Ilmu Akhlak. Tentunya ilmu
tersebut mempunyai dasar. Adapun dasar-dasar Ilmu Akhlak adalah sebagai berikut:
Al-Qur’an[8]
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena
keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain. Mengingat al-
Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan
sebagai dasar atau asas. Walau nantinya ada beberapa perangkat yang diperlukan untuk
mendukungnya. Dan tidak akan dibahas di sini, karena ada ilmu khsusus yang membahasnya.
Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur’an sendiri sifatnya komprehensif. Perbuatan baik dan
buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat ada
banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk mememudahkan,
orang-orang akan merujuk kepada al-Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-
Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada persoalan
Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang ingin
disimpaikan oleh al-Qur’an.
Al-Hadits
Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada hadits yang dikeluarkan oleh Nabi karena
seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang sahabat, karena
peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Qur’an.
Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah menjawab
akhlak Nabi adalah al-Qur’an.[9] Dengan demikian, Nabi merupakan interpretasi yang hidup
terhadap al-Qur’an. Karena segala ucapan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), dan penetapan
(Taqririyah) merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi
senantiasa terjaga.[10] Dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dan al-Hadits berasal dari sumber
yang sama, yaitu Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang agung.[11] Karena
memang pada dirinya terdapat sebuah suri tauladan yang baik[12]. Keistimewaan tersebut,
tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-muslimpun mengakui hal tersebut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Machael H. Hart tentang 100 tokoh yang paling
berpengaruh dalam sejarah, dia menyatakan bahwa Nabi Muhammad menduduki posisi
pertama. [13]Jelaslah bahwa tidak ada kecacatan dalam peribadi Nabi, karena memang tugas
diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.[14]
Al-Aqlu (Akal)
Salah satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya adalah akal.
Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.
Jika manusia dimuliakan oleh Allah karena mempergunakan akalnya dengan baik, maka
Allah akan memberikan ganjaran atas perebuatan baik yang telah dilakukan. Kedudukan
manusia di mata Allah akan melebihi Malaikat apabilah mereka dapat menggunakan potensi
yang telah diberikan dengan baik. Dan begitu pun sebaliknya, orang yang tidak menggunakan
potensinya dengan baik, maka derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan binatang.[15]
Mereka yang dapat selamat dari kesesatan adalah orang-orang yang senantiasa
mempergunakan akalnya dengan baik. Kita lihat orang-orang yang tercerahkan sebelum
datangnya al-Qur’an, apa yang mereka jadikan dasar, tidak lain adalah akal mereka.
Apakah Phytagoras, Anaximenes, Aristoteles, Plato, Socrates, Plotinus, dan beberapa
filsuf lainnya berpegang teguh dan senantiasa mengamalkan al-Qur’an, tentu tidak, Islam
saja belum ada di zaman mereka. Tapi mereka terkenal sebagai orang-orang yang bijak.[16]
Setelah mengetahui defenisi dan dasar Ilmu Akhlak, maka akan dibahas tujuan dari pada Ilmu
Akhlak ini sendiri, guna memberikan kejelasan lanjutan. Dalam hal ini, ada dua tujuan utama
Ilmu Akhlak, yaitu:
Tujuan IIlmu Akhlak adalah untuk menyempurnakan prilaku manusia dengan menyodorkan
kebaikan,[17]
Dalam pembahasan Ilmu Akhlak dipaparkan tentang hal-hal yang baik dan buruk, guna
memahamkan kita dalam bertingkah laku agar tidak salah mengambil langkah yang akan
merugikan diri sendiri, maupun orang lain dalam lingkungan bermasyarakat.
Pada dasarnya ada dua persoalan yang dibicarakan, yaitu pemaparan tentang kebaikan dan
keburukan. Namun terdapat perbedaan, mepelajari kebaikan untuk mengerjakannya namun
mempelajari keburukan untuk meninggalkannya, serta memberikan kecenderungan untuk
berperilaku baik.
Tujuan Ilmu Akhlak adalah untuk mencapai tujuan hidup yang ideal.
Setelah kita memahami tentang apa saja yang baik dan yang buruk, maka secara naluri kita
akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan berusaha menuju kepada kebaikan.
Karena apa yang ditawarkan oleh Ilmu Akhlak adalah sebuah peta perjalanan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari kita.
Mungkin ada sebuah jalan yang bisa ditempuh dan mengantarkan kita kepada tujuan akhir
kita, yaitu untuk mencapai kebahagian.[18]Namun tidak ideal untuk dijadikan sebagai
petunjuk dan pedoman. Dengan adanya Ilmu Akhlak maka jalan yang seharusnya ditempuh
dengan begitu rumit dan menjelemet, akan terasa nyaman dan penuh dengan kedamaian,
karena konsep ideal dari Ilmu Akhlak.
Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:
Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan
tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan
menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahil
al-dhollu al-fasiq al-syarir ( ) الشرير الفاسق الضال الجاهل.
Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga
masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak bisa
dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman
mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalau dibiarkan hidup,
besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang banyak.
Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan. Akhlak
dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan
tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak
menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan
akhlak. Pengertian Ilmu Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang
terkait dengan kebaikan dan keburukan jiwa.
Para ahli ilmu tasawuf membagi tasawuf menjadi tiga bagian, yaitu tasawuf falsafi,
tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga macam ini mempunyai tujuan sama yaitu untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela
dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian
tujuan bertasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia .
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid merupakan hubungan yang bersifat
berdekatan, sebelum membahas lebih jauh apa hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Tauhid terlebih dahulu kita mengingat kembali apa pengertian Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid.
Menurut Ibn Maskawih Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan Ilmu Tauhid adalah Ilmu yang membahas tentang cara-cara mengEsakan Tuhan
sebagai salah satu sifat yang terpenting diantar sifat Tuhan lainnya. Ilmu Tauhid dengan
segala nama lainnya (Ushul al-Din, al-‘Aqaid), ilmu ini sangatlah penting yang tidak boleh
dibuka atau dilepaskan begitu saja karena bahayanya sangat besar bagi kehidupan manusia.
Selain itu ilmu Tauhid juga disebut ilmu kalam. Dalam ilmu ini menimbulkan
pertentangan yang cukup keras dalam umat Islam. Sebagian berpendapat kalam Tuhan itu
adalah makhluk, sebagian berpendapat kalam Tuhan adalah qadim .
Hubungan Ilmu antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid dapat dilihat melalui beberapa
analisis
dilihat dari segi obyek pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan di atas
membahas masalah Tuhan baik dari segi Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang
mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan sehingga perbuatan yang
dilakukan manusia semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian Ilmu Tauhid akan
mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan salah satu
akhlak yang mulia.
dilihat dari segi fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak
hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang
terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang
terdapat dalam rukun iman itu. Misalnya jika seseorang beriman kepada malaikat, maka yang
dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sifat-sifat yang terdapat pada malaikat,
seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka dan patuh melaksanakan segala yang
diperintahkan Tuhan, percaya kepada malaikat juga dimaksudkan agar manusia merasa
diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar larangan
Tuhan.
Dengan cara demikian percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan akhlak
yang mulia. Dari uraian yang agak panjang lebar ini dapat dilihat dengan jelas adanya
hubungan yang erat antara keimanan yang dibahas dalam Ilmu Tauhid dengan perbuatan baik
yang dibahas dalam Ilmu Akhlak. Ilmu Tauhid tampil dalam memberikan bahasan terhadap
Ilmu Akhlak, dan Ilmu Akhlak tampil memberikan penjabaran dan pengamalan dari Ilmu
Tauhid. Tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada artinya dan akhlak yang mulia tanpa
Tauhid tidak akan kokoh. Selain itu Tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan akhlak
memberi isi terhadap arahan tersebut. Disinilah letaknya hubungan yang erat dan dekat antara
Tauhid dan Akhlak .
Ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental yang
terjadi pada manusia. Dengan kata lain, ilmu ini meneliti tentang peranan yang dimainkan
dalam perilaku manusia. Psikologi meneliti tentang suara hati (dhamir), kemauan (iradah),
daya ingat, hafalan, prasangka (waham), dan kecenderungan-kecenderungan (awathif)
manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa yang menggerakkan perilaku manusia.
Prof. Ahmad Luthfi berpendapat, “ilmu akhlak tidak akan bisa dijabarkan dengan baik tanpa
dibantu oleh ilmu jiwa (psikologi)”. Itulah yang menyebabkan Imam Al-Ghozali sebelum
mengajar ilmu akhlak, beliau mengajarkan terlebih dahulu kepada muridnya mengenai ilmu
jiwa, dan itulah mengapa Imam Al Ghazali menyusun kitab Ma’arijul Qudsi Fi Madaariji
Ma’riftin Nafsi.
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasan pada aspek batin yang di dalam Qur’an diungkapkan
dengan istilah insan. Dimana istilah ini berkaitan erat dengan kegiatan manusia yaitu kegiatan
belajar, tentang musuhnya, penggunaan waktunya, beban amanah yang dipikulkan,
konsekuensi usaha perbuatannya, keterkaitan dengan moral dan akhlak, kepemimpinannya,
ibadahnya dan kehidupannya di akhirat. Quraish Shihab mengemukakan bahwa secara nyata
terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik dan
sebaliknya.
Dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan dan
keburukan. Potensi rohaniah secara lebih dalam dikaji dalam ilmu jiwa. Untuk
mengembangkan ilmu akhlak kita dapat memanfaatkan informasi yang diberikan oleh ilmu
jiwa.
Ilmu pendidikan sebagai dijumpai dalam berbagai literatur banyak berbicara mengenai
berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini
antara lain dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan , materi pelajaran kurikulum, guru,
metode, sarana dan prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar mengajar dan lain
sebagainya. Ahmad D. Marimba misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung
implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepadanya. Sementara itu mohd. Athiyah al-
abrasyi, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam , dan
Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya al attas mengatakan bawa tujuan pendidikan Islam
adalah manusia yang baik. Kemudian Abdul Fatah Jalal mengatakan bahwa pendidikan Islam
ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.
Jika rumusan dari keempat tujuan pendidikan adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang
patuh dan tunduk melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya serta memiliki
sifat-sifat dan akhlak yang mulia. Rumusannya ini dengan jelas menggambarkan bahwa
antara pendidikan Islam dengan ilmu akhlak ternyata sangat berkaitan erat. Pendidikan Islam
merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak.
Bertolak dari rumusan tujuan pendidikan tersebut , maka seluruh aspek pendidikan lainnya,
yakni materi pelajaran, guru, metode, sarana dan sebagainya harus berdasarkan ajaran Islam.
Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga mempunyai hubungan yang berdekatan
dengan Ilmu akhlak. Pengertian Ilmu Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain:
Dengan demikian, jelaslah bahwa etik atau akhlak termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu
tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan
terlepas dari filsafat. Demikian juga etika atau akhlak, dalam proses perkembangannya,
sekalipun masih diakui sebagian bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan
ilmu yang mempunyai identitas sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/04/17/mlea68-keagungan-
bismillah
http://quranicgen.com/ruhiyah/ujian-itu-hadiah-dari-allah/
https://mylittlepencil.wordpress.com/category/dakwah-dan-tarbiyyah/page/9/
https://dokumenkuliah.wordpress.com/tag/hikmah-beriman-kepada-allah/
http://misabiiluttaqwasawahan.blogspot.com/2013/04/pengertian-ayat-qauliyah-dan-
ayat.html
http://abusuhud.blogspot.com/2009/09/islam-dan-ilmu-pengetahuan.html
http://nostalgiaislam31.blogspot.com/2011/04/tauhidullah-sebagai-landasan-
pandangan.html
http://islamiyyah.mywibes.com/Hakekat%20manusia%20menurut%20alquran
http://suwardisagama94.blogspot.com/2013/04/hubungan-manusia-dengan-agama.html
http://salimahsalam.blogspot.com/2011/03/kerangka-dasar-islam-aqidah-syariah.html
https://saputra51.wordpress.com/2012/03/02/jika-bersyukur-dan-bersabar/
http://anggunnevada.blogspot.com/2014/05/pengertian-syariah-thoriqoh-haqiqah-
dan.html
http://dakwahsyariah.blogspot.com/2013/09/taubat-menurut-al-quran-dan-hadits.html
http://islamiwiki.blogspot.com/2013/01/arti-taqwa-menurut-syara-dan-
macamnya.html#.VLYvykqUfq0
https://kamaliaida.wordpress.com/2013/12/16/pengertian-akhlak/