Anda di halaman 1dari 5

Penerapan Sistem Hukum dan Peradilan

di Indonesia

Disusun oleh :
XI MIPA 2
Kelompok 5

1. Anggoro Permadi
2. Diyana Fajriyah
3. Kenita Aulia Dzahra
4. Nisrina Quratul’aini
5. Vita Cahya Sabrina

SMA NEGERI 3 TANGERANG


Jl. KH Hasyim Ashari No.6, Karang Tengah, Kec. Karang Tengah,
Kota Tangerang, Banten 15151
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara hukum, pernyataan tersebut tercantum dalam


UUD 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah
negara hukum” dengan demikian semua sistem dan pemerintahan
negara Indonesia dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia. Negara Indonesia sudah menganut sistem dan aturan hukum
yang tertuang dalam UUD 1945 dan Pancasila. Namun dapat kita lihat
bersama bahwa sistem hukum yang sudah berlaku sekarang dari
kalangan atas hingga bawah yang banyak menarik perhatian publik.
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi hukum di Indonesia saat ini
semakin memprihatinkan yaitu tajam ke bawah namun tumpul keatas
yang berarti adanya ketidak adilan dalam penegakan hukumnya atau
tidak sesuai dengan UUD 1945. Banyaknya ketidakadilan dalam
pelaksanaan hukum yang berlaku di Indonesia sekarang membuktikan
bahwa sistem hukum yang diterapkan di Indonesia kurang efisien.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah sistem hukum dan peradilan di Indonesia sudah sesuai


dengan UUD 1945?

1.2.2. Apa saja kasus ketidakadilan hukum di Indonesia ?

1.2.3. Apa yang menyebabkan adanya penyimpangan terhadap hukum di


Indonesia ?
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Sistem hukum dan peradilan di Indonesia

Sistem hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum di eropa, hukum
agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut mengacu pada hukum
eropa, khususnya belanda. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa Indonesia
merupakan bekas wilayah jajahan belanda. Hukum agama juga merupakan dari sistem
hukum di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama
islam, maka hukum islam lebih banyak di terapkan, terutama di bidang perkawinan,
kekluargaan, dan warisan. Sementara hukum adat merupakan aturan-aturan
masyarakat yang di pengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara dan
di wariskan secara turun temurun.

Diindonesia, terdapat tiga kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan. Kekuasaan-


kekuasaan tersebut di antaranya eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Lembaga-lembaga
peradilan termasuk kedalam kekuasaan yudikatif atau kehakiman. Kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan merdeka untuk menyelenggarakan peradilan, yaitu
menegakan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila demi terselengaranya negara
hukum republik indonesia. Kekuasaan kehakiman pada hakikatnya bebas dari
intervensi atau pengaruh pihak lain atau lembaga lain. Peradilan dilakukan demi
keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Setiap putusan pengadilan
menghasilkan putusan akhir. Proses peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan
biayanya ringan. Peradilan sederhana maksudnya peraturanya sederhana untuk
dipahami, dan tidak berbelit-belit. Cepat berarti tidak berlarut-larut proses
penyelesaianya. Pengadilan dengan biaya ringan berarti tidak membebankan kepada
pihak-pihak perkara. Pengadilan mengadili menurut hukum tanpa membendakan status
seseorang.

Di depan hukum, semua orang sama. Pengadilan tidak hanya mengadili berdasarkan
undang-undang, tetapi mengadili menurut hukum.Namun Penegakan hukum berbagai
kasus di negeri ini sering kali mengingkari rasa keadilan yang menyengsarakan
masyarakat, diskriminasi hukum kerap dipertontonkan oleh aparat penegak hukum.
Istilah yang sudah lumrah dimasyarkat yaitu tajam ke bawah namun tumpul keatas
yang berarti ketika berhadapan dengan orang yang memiliki kekuasaan, baik itu
kekuasaan politik maupun uang, maka hukum menjadi tumpul. Tetapi, ketika
berhadapan dengan orang lemah, yang tidak mempunyai kekuasaan dan sebagainya.
Hukum bisa sangat tajam. Hal ini terjadi karena proses hukum itu tidak berjalan secara
otomatis, tidak terukur bagaimana proses penegakan hukumnya. Seharusnya, ketika
ada kasus hukum kita bisa melihat dengan cara yang matematis. Perbuatannya apa,
bagaimana prosesnya, bagaimana proses pembuktiannya, bagaimana keputusannya.
Kalau ini diterapkan, proses penyelesaian hukumnya pasti berjalan dengan baik.

Hal ini jelas melanggar UUD pasal 28 D ayat 1 yang berbunyi :

‘Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum’

Dari ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa setiap orang berhak diperlakukan sama
dihadapan hukum. Tidak peduli status sosialnya, baik dia pemulung sampai presidan
sekalipun harus diperlakukan sama dihadapan hukum. Fenomena-fenomena inilah
yang membuktikan bahwa penerapan sistem peradilan di Indonesia masih banyak yang
belum sesuai dengan UUD 1945.
http://mhzaqi.blogspot.com/2016/11/bab-i-pendahuluan-latar-belakang-saat.html

https://www.researchgate.net/publication/329608980_EFISIENSI_PENERAPAN_SISTEM_HUKUM_DI_IN
DONESIA

https://nurlitanggraini.wordpress.com/2016/11/11/hukum-tajam-kebawah-tumpul-keatas/

Anda mungkin juga menyukai