manusia; berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Hawa nafsu
merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan
intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut.[1] Dapat berupa
hawa nafsu untuk pengetahuan, kekuasaan, dan lainnya; namun pada umumnya dihubungkan
dengan hawa nafsu seksual.
Daftar isi
1Dalam agama
o 1.1Islam
o 1.2Kekristenan
1.2.1Katolik
2Lihat pula
3Bahan bacaan
4Catatan kaki
5Pranala luar
"Hawa nafsu" terdiri dari dua kata: hawa ( )الهوىdan nafsu ()النفس.
Dalam bahasa Melayu, 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang
kuat. Jika ditambah dengan kata hawa (=hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati
yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika
dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan
bersetubuh.[2]
Ketiga perkataan ini (hawa, nafsu dan syahwat) berasal dari bahasa Arab:
Hawa ()الهوى: sangat cinta; kehendak
Nafsu ()النفس: roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera; usaha
Syahwat ()الشهوة: keinginan untuk mendapatkan yang lazat; berahi.[3]"
Ada sekolompok orang menganggap hawa nafsu sebagai "syaitan yang bersemayam di dalam
diri manusia," yang bertugas untuk mengusung manusia kepada kefasikan atau pengingkaran.
Mengikuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada kerusakan. Akibat pemuasan nafsu jauh
lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. Hawa nafsu yang tidak dapat
dikendalikan juga dapat merusak potensi diri seseorang.
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu
dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. Potensi yang dimaksud di sini adalah
potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman, keamanan, kesejahteraan, persatuan dan
hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-
potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). Maka dari itu
mensucikan diri atau mengendalikan hawa nafsu adalah keharusan bagi siapa saja yang
menghendaki keseimbangan, kebahagian dalam hidupnya karena hanya dengan berjalan di
jalur-jalur yang benar sajalah menusia dapat mencapai hal tersebut.
Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu baik itu berupa kebaikan atau
keburukan. Setiap ayat Al Qur’an yg menyebutkan tentanghawa nafsu selalu dalam bentuk
pencelaan di samping mengingatkan agar kita tidak mengikuti dan cenderung kepadanya.
Demikian halnya dgn hadits nabawi jika berbicara mengenai hawa nafsu senantiasa
mengatakannya sebagai hal yg tercela. Kecuali pada sebagian hadits misalnya sabda Rasul
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sehingga hawa
nafsunya tunduk terhadap apa yg aku bawa.” Hawa nafsu adl sesembahan selain Allah yg paling
buruk. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Di kolong langit ini tidak ada tuhan yg
disembah yg lbh besar dalam pandangan Allah selain dari hawa nafsu yg dituruti.” Yang
demikian itu krn hawa nafsu mampu mengubah banyak jiwa manusia dari baik menjadi buruk
dari adil menjadi zhalim dari tauhid menjadi syirik dari lurus menjadi bengkok dan dari sunnah
menjadi bid’ah.
Oleh sebab itu para ahli bid’ah disebut dgn hamba hawa nafsu. “Maka pernahkah kamu melihat
orang yg menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yg akan memberinya petunjuk sesudah Allah .
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” . “Terangkanlah kepadaku tentang orang yg
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadikan
pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan lbh sesat
jalannya .”
Dalam Al Qur’an terkadang Allah Ta’ala mengumpamakan para ahli bid’ah dan yg selalu
memperturutkan hawa nafsunya dgn anjing keledai atau dgn binatang ternak. “Dan bacakanlah
kepada mereka berita orang yg telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat kami kemudian dia
melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan maka jadilah dia termasuk
orang-orang yg sesat. Dan kalau Kami menghendaki sesungguhnya kami tinggikan dgn ayat-ayat
itu tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yg rendah maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya . Demikian itulah perumpamaanorang-orang yg
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat
buruklah perumpamaan orang-orang yg mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka
sendirilah mereka berbuat zhalim. ” . Di ayat lain Allah Ta’ala berfirman “Seakan-akan mereka
itu keledai liar yg lari terkejut lari dari singa.”
Allah Ta’ala memperingatkan nabi-Nya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam supaya tidak
menuruti hawa nafsu orang-orang musyrik. Allah Ta’ala berfirman “Maka krn itu serulah dan
tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka
dan katakanlah “Aku beriman kepada semua kitab yg diturunkan Allah dan aku diperintahkan
supaya berlaku adil diantara kamu sekalian.” Juga agar tidak mengikuti hawa nafsu orang-orang
yahudi dan nashrani. “Orang-orang yahudi dan nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk .”
Dan sesungguhnya jika kamu mengikutihawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ”
Allah memerintahkan melalui kitab dan lisan RasulNya agar kita menentukan hukum di antara
manusia dgn adil. Di samping memperingatkan kita agar tidak mengikuti hawa nafsu dgn
cenderung kepada salah seorang yg berselisih secara tidak benar. “Wahai orang-orang yg
beriman jadilah kamu orang yg benar-benar penegak keadilan menjadi saksi krn Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin maka
Allah lbh tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikutihawa nafsu krn ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan atau enggan menjadi saksi maka
sesungguhnya Allah adl Maha Mengetahui segala apa yg kamu kerjakan.”
Allah memberitahukan bahwa mengikuti hawa nafsu akan menyesatkan seseorang dari
jalanNya. “Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi maka berilah
keputusan di antara manusia dgn adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu maka ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah.” Kemudian Allah menjelaskan kesudahan orang-orang yg
tersesat dari jalanNya dgn firmanNya “Sesungguhnya orang-orang yg sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yg berat krn mereka melupakan hari perhitungan.”
Dalam Al Musnad dijelaskan bahwa Anas Radhiallahu ‘Anhu berkata Rasul Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda “Ada tiga buah perkara yg mem-binasakan dan tiga perkara lain yg
menyelamatkan. Adapun yg membi-nasakan yaitu; kikir yg dituruti hawa nafsu yg diikuti dan
‘ujub terhadap diri sendiri. Sedangkan yg menyelamatkan yaitu bertakwa kepada Allah baik
dalam keadaan rahasia atau terang-terangan adil ketika marah atau ridha dan berlaku
sederhana baik ketika miskin atau kaya.”
Dan tiap orang yg mengikuti hawa nafsunya tanpa diragukan lagi ia adl termasuk orang-orang
yg zhalim Allah berfirman “Tetapi orang-orang yg zhalim mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan.” Adapun larangan mentaati orang yg mengikuti hawa nafsu terdapat dalam
firman Allah “Dan janganlah kamu mengikuti orang yg hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adl keadaannya itu melewati batas.”
Dalam kitab yg sama Ibnul Qayyim berkata “Sesungguhnya hawa nafsu itu adl suatu larangan yg
dengannya sekeliling neraka Jahannam dikitari. Maka barang siapa terjerumus ke dalam hawa
nafsu maka ia terjerumus kedalam api Jahannam. Disebutkan dalam Shahihain bahwasanya
Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Surga itu dikelilingi dgn hal-hal yg dibenci dan
neraka itu dikelilingi dgn berbagai syahwat.” Dalam sebuah hadits marfu’ dari Abu Hurairah
diriwayatkan “Ketika Allah menciptakan surga Ia mengutus Jibril ke sana. Allah berfirman
“Lihatlah ke sana dan lihatlah apa-apa yg Aku sediakan utk para penghuninya.” Lalu Jibril
mendatangi dan melihatnya juga melihat apa yg disediakan Allah utk para penghuninya lalu ia
berkata “Demi kemuliaan dan keagunganMu tidaklah salah seorang dari hambaMu mendengar
tentang beritanya kecuali memasukinya.” Kemudian Allah memerintahkannya sehingga ia
dikelilingi dgn hal-hal yg dibenci lalu Allah berfirman kepada Jibril “Kembalilah dan lihatlah
surga.” lalu ia kembali dan melihat kepadanya sedang ia telah dikelilingi dgn hal-hal yg dibenci
maka Jibril berkata “Demi kemuliaan dan keagunganMu sungguh aku takutkan tak
seorangpunakan memasukinya. Lalu Allah berfirman kepadanya “ Pergilah ke neraka dan
lihatlah ia sekaligus apa yg Kusediakan utk para penghuninya.” Lalu Jibril datang melihat neraka
dan apa yg disediakan utk para penghuni nya. Neraka itu sebagiannya tersusun atas sebagian yg
lain ia lalu berkata “Demi kemuliaan dan kebesaranMu tidaklah seseorang mendengar tentang-
nya kemudian memasukinya.” Kemudian Allah menyuruhnya lalu neraka itu dikelillingi dgn
shahwat lalu Allah berfirman kepada Jibril “Kembali dan lihatlah padanya. ” Kemudian Jibril
kembali melihat neraka lalu ia berkata “Demi kemuliaan dan keagunganMu sungguh aku
takutkan tak seorangpun akan selamat dari padanya.” Imam Tirmidzi berkata hadits ini adalah
hasan shahih.
Ibnul Qayyim dalam soal keutamaan melawan hawa nafsu berkomentar “Sesungguhnya
melawan hawa nafsu bagi seorang hamba melahirkan suatu kekuatan di badan hati dan
lisannya.” Sebagian salaf berkata “Orang yg bisa mengalahkan nafsunya lbh kuat daripada orang
yg menaklukkan sebuah kota dgn seorang diri.” Dalam hadits shahih disebutkan “Tidaklah orang
yg kuat itu yg menang dalam bergulat tetapi orang yg kuat adl orang yg dapat menguasai hawa
nafsunya ketika ia marah.”
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya,
maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.S. Al-Furqon 43.)
Dan firman Allah SWT: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)
5. Hindari Pacaran
Memang sih zaman sekarang ini akan dibilang tidak gaul kalau belum pacaran. Namun, tahukah
kamu kalau pacaran itu sangat mengundang untuk melakukan kontak fisik baik yang cewek
maupun yang cowok, yang mungkin awalnya hanya pegang-pegangan tangan lalu menjadi
hubungan fisik yang lebih parah. Sebaiknya jangan pacar-pacaran dulu kalau tujuan kita hanya
sekedar iseng-iseng dan ingin bersenang-senang saja.