Anda di halaman 1dari 10

Perbuatan maksiat menjadi salah satu fenomena yang kerap kita jumpai saat ini.

Tidak mengenal usia, siapapun bisa menjadi korban atau bahkan pelaku dari
kemaksiatan. Ini semua terjadi dikarenakan kurangnya ilmu agama yang dimiliki
orang tersebut.

Tidak hanya itu saja, pengaruh lingkungan serta gaya hidup cenderung menjadi
faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan maksiat. Padahal
sebenarnya hal yang demikian inilah yang kemudian dapat menjerumuskan
manusia ke dalam api neraka saat di akhirat kelak.

Maka tidak heran jika Rasulullah SAW senantiasa memperingatkan umatnya untuk
menjauhi kemaksiatan. Selain memperkuat keimanan kepada Allah, ternyata ada
beberapa cara bagi kita untuk menghindarkan diri dari perbuatan maksiat yang
kian merajalela tersebut. Bagaimanakah caranya? Berikut informasi selengkapnya.

1. Menjaga Mata
Cara pertama yang dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan
adalah dengan menjaga mata. Mata merupakan salah satu sumber berasalnya
sebuah perbuatan maksiat. Sebab kebanyakan orang yang melakukan maksiat
dikarenakan penglihatannya.

Maka tidak heran apabila Allah SWT senantiasa memerintahkan kita untuk menjaga
mata dan pandangan dari segala sesuatu yang diharamkan. Allah Ta’ala berfirman:

”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan


pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’”
(QS. An-Nur [24] : 30).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada
hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka
dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali
memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah
pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)

Selain kemaksiatan yang mengundang nafsu, mata juga bisa menjadi sumber kita
tinggi hati. Hal ini dapat terjadi ketika kita menggunakan mata tersebut untuk
memandang rendah atau pun menghina orang lain.

2. Menjaga Telinga
Kiat untuk menghindari kemasiatan selanjutnya adalah dengan menjaga telinga.
Seperti yang kita ketahui bahwa telinga berfungsi untuk mendengar. Namun
ternyata bagian tubuh yang satu ini dapat membawa kita ke jurang kemaksiatan
apabila tidak dipergunakan sesuai dengan syariat Islam.

Salah satu kemaksiatan yang kerap terjadi disebabkan oleh telinga ini ialah ketika
kita mendengar ucapan yang tidak pantas. Tidak hanya itu saja, ternyata
mendengar gosip juga dapat membuat kita terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Maka tidak heran jika kita harus senantiasa menjaga telinga. Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain)
adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga
dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat.”

3. Menjaga Lidah
Lidah menjadi anggota tubuh yang tidak bertulang namun ternyata memiliki
dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Maka wajar saja apabila
Rasulullah SAW menjadikan lidah sebagai anggota tubuh yang harus diwaspadai
karena dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka.

“Wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan
berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, `Rabbku adalah Allah`,
lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda
khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini.”
(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Lidah tidak hanya dapat membuat hubungan antar tetangga menjadi tidak
harmonis, bahkan perkataan yang disebabkan oleh lidah ini dapat memecah belah
suatu bangga.

Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.”


(Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi)

Selain menjaga lidah dari segala perkataan yang dapat memecah belah, kita juga
harus menjauhi perbuatan berbohong, ingkar janji, mengumpat ataupun debat
kusir yang kerap dilakukan oleh manusia pada zaman sekarang ini.

4. Menjaga Perut
Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan
adalah dengan menjaga perut. Hal yang perlu kita ingat adalah bahwa perut
bukanlah tempat sampah yang dapat dimasuki oleh semua makanan.
Hal tersebut dikarenakan makanan atau apapun itu dapat berpengaruh secara
langsung atau tidak terhadap tingkah laku seseorang. Terlebih lagi apabila
makanan tersebut berasal dari hasil yang tidak halal.

Ternyata itu termasuk dalam syahwat perut yang harus dikendalikan. Sebab jika
tidak dikendalikan akan membuat kita melakukan apa saja untuk memuaskan nafsu
perut tersebut. Ketika hal ini terjadi, maka kita akan gelap mata dan melakukan
apa saja agar nafsu tersebut terpenuhi.

Syahwat yang demikian ini telah membuat Nabi Adam As dikeluarkan dari surga
yang kekal. Tidak hanya itu, dari syahwat ini pula kemudian timbul syahwat
kemaluan dan kerakusan terhadap harta. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian, ialah syahwat mengikuti
nafsu pada perut dan pada kemaluan kalian serta fitnah-fitnah yang menyesatkan”.
(HR. Ahmad)

5. Menjaga Kemaluan
Cara yang tidak kalah pentingnya untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan
adalah dengan menjaga kemaluan dari segala sesuatu yang menyesatkan. Nafsu
syahwat menjadi hal yang paling berbahaya apabila tidak dapat dikendalikan.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan


pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. An-Nur: 30)

Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri dengan sekuat tenaga dari hal-hal
yang dapat membuat kita terjurumus dalam lembah kemaksiatan. Firman Allah
Ta’ala
“Dan mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba jariah) maka mereka
tidak tercela.” (Al Mukminun: 5-6)

6. Menjaga Dua Tangan


Menjaga kedua tangan juga dapat menjadi salah satu cara untuk menghindari
maksiat. Ada begitu banyak kemaksiatan yang bisa disebabkan oleh kedua tangan
ini, seperti pencurian, perampokan bahkan juga pembunuhan.

Tidak hanya itu saja, bahkan kemaksiatan tangan juga bisa dikarenakan tulisan kita
di media sosial yang dapat menyakiti hati orang lain. Oleh sebab itu, kita
diperintahkan untuk menjaga kedua tangan agar tidak menjadi sumber dari
kemaksiatan yang merugikan diri sendiri ataupun menyakiti orang lain.

7. Menjaga Dua Kaki


Cara terakhir untuk menghindari kemaksiatan adalah dengan menjaga kedua kaki.
Ternyata bagian tubuh yang satu ini harus dipelihara dengan sebaik mungkin. Hal
tersebut dikarenakan kaki dapat melangkah ke tempat yang diharamkan oleh Allah
SWT.

Tidak hanya itu saja, kaki juga dapat berjalan menuju tempat di mana orang-orang
zalim berada. Perbuatan seperti inilah yang dilarang karena dapat membuat kita
terpengaruh dengan kebiasaan yang mereka lakukan. Firman Allah SWT:

“Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan
disentuh oleh api neraka.” (Hud: 113)

Nabi besar yang berahlaq mulia tidak hanya pandai memanage perutnya dengan
banyak berpuasa.Beliau juga mampu mengatur mripate (kedua matanya) dari pandangan
maksiat. Sesekali Nabi mengigatkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga mata dengan
cara Ghodul Bashar[1]. Dengan kata lain, kita dituntut mampu mengendalikan matadari
pandangan-pandangan (maksiat) yang bisa menganggu kejernihan hati dan jiwa serta
kecerdasan intelekktual (fikiran). Ghodul Bashar (menjaga pandangan), ini berlaku untuk kaum
lelaki dan wanita, bukan hanya bagi kaum lelaki, berdasarkan keterangan bahwa Nabi pernah
kedatangan seorang sahabat yang bernama Umi Maktum yang buta. Ketika Umi Maktum
hendak memasuki daleme (rumah) Kanjeng Nabi, siti Aisah minta izin kepada baginda Nabi
untuk menemuinya. Ternyata pada waktu itu Nabi tidak mengizinkanya, dengan alasan;
walaupun Umi Maktum seorang yang buta tetapi Siti Aisah tetap bisa melihatnya.
Berangkat dari kisah diatas, larangan Ghodul Bashar tidak hanya dikhusukan kepada
untuk kaum lelaki. Hendaknya kaum wanita juga melakukan Ghodul Bashar, dengan cara
merundukan kepala ketika sedang berjalan agar tidak banyak bertatapan dengan kaum pria.
Memakai Hijab atau cadar adalah salah satu cara menghindari fitnah dan diminimalisir maksiat
mata kaum pria. Ini, bisa dilakukan oleh kaum pemuda dan remaja putri, karena dorongan
nafsu yang masih kuat. Namun, fenomena yang berkembang di belahan negara yang
berpenduduk muslim, kebanyakan tidak mengunakan cadar, Hijab, atau kerudung jilbab.
Kondisi seperti ini membuat kita semakin sulit untuk menghindarinya. Baginda Nabi seolah-
olahsudah bisa menangkap sinyal, bahwa umatnya dikemudian hari akan hidup ditenggah-
tenggah budaya sekuler dan terbuka. Oleh karena itu, beliau memberikan trik khusus untuk
menghindari maksiat mata, berdasarkan keterangan hadisnya yang berbunyi”
‫ ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء) رواه‬. ‫ فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج‬. ‫يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج‬
) 4778 ‫البخاري رقم‬
Wahai para pemuda..! barang siapa diantara kalian sudah (Mampu) memasuki
waktu menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah itu mampu menghindari
maksiat mata, dan menjaga dari maksiat kemaluan.
Beberapa Trik Nabi yang ditawarkan, merupakan cara untuk meminimalisir maksiat serta
demi kemaslahatan pengikutnya;
 Pertama Ghodul Bashar atau merundukan kepala; cara ini diakui oleh baginda Nabi sangat
berat, bukan berarti tidak mampu kita lakukan. Akan tetapi diperlukan perjuanagan serta
latihan dengan inten agar mata tidak terbiasa tolah toleh atau atau melotot melihat wanita
dijalan.
 Kedua:cara yang kedua dengan berpuasa (manajemen perut). Puasa juga menjadi solusi
terbaik didalam mengurangi dorongan nafsu biologis. Dengan demikian, matapun tidak
blagaran (jelalatan) seperti biasanya. Kendati demikian, kemaksiatan mata sangat sulit
untuk dikendalikan, kecuali senantiasa mengingat Allah swt.
 Ketiga;Menikah, cara ketiga ini sangat mujarab serta penting untuk dilakukan agar manusia
tidak terus menerus melakukan pelangaran Mata. dengan menikah nafsu bilogis bisa
tersalurkan dengan halal, matapun juga terkurangi maksiatnya. Hanya haja tidak semua
orang bisa melakukanya dengan baik. Karena kondisi dan situasi lingkungan tidak
mendukung sehingga aktifitas maksiat mata masih belum maksimal untuk
menghindarinya.
Trik Aman Menghindari Maksiat.
Tidak semua orang yang bersuami atau beristri mampu meredam gelora nafsunya dengan baik
sesuai dengan tuntunan Agama. Potensi maksiat mata ternyata tidak kenal waktu, tempat dan
usia. Menikah, Ghodul Bashar serta berpuasa kadangkala belum mampu meredamnya. Hanya
saja, tensi maksiatnya berkurang. Untuk menyelamatkan umatnya, kanjeng Nabi memberikan
cara lain, dengan tujuan agar umatnya selamat dunia dan akhirat serta bahagia didalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Cara ini sangat efektif, sebagaimana hadisnyayang
berbunyi ”
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab,
lalu beliau tumpahkan hasrat dan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda,
“Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan….Bila seseorang di antara kamu
melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya
ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi).
Kandungan hadis ini mengisaratkan, bahwa memandang wanita bisa menimbulkan fitnah,
lebih-lebih yang dipandang berparas ayu serta berpenampilan mengoda. Kondisi bangsa
Indonesia, serta pola hidup dan budaya serta busana sangat mendukung untuk bermaksiat,
belum lagi faktor lainya. Nabi menyarankan kepada kaum lelaki atau wanita untuk tidak
berpaling dari pasanganya. Manakala seorang istri atau suami melihat lawan jenisnya,
kemudian nafsu biologisnya muncul, hendaknya mendatangi istrinya, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian, seseorang akan selamat, dan tidak jatuh pada propaganda nafsunya serta
nyayian syetan.
Maraknya perselingkugan fisik, banyak faktor, salah satunya dikarenakan ketidak puasan
seseorang dengan pasangannya. Disisi lain, faktor nafsu yang tidak terkendali serta mata yang
tidak terjaga (tatapan genit) serta kondisi yang sangat jauh dari nilai-nilai luhur islam.
Sedangkan perselingkuhan hati diakibatkan karena tidak mampu menerima kenyataan,
sehingga kecenderungan bermain-main dengan pasangan orang lain muncul. Ada kalanya
yang menoba-coba. Pada hakekatnya; semua di picu oleh dangkalnya pengetahuan Agama
serta lemahnya keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Amal Penghapus Dosa.
Kemaksiatan yang dilakuan manusia menjadikan Allah tidak ridho, atau menajadikan manusia
semakin jauh dari rahmat-Nya. Apalagi jarang menjalankan perintah-Nya; seperti sholat puasa,
sedekah, bahkan mengingat-Nya juga jarang dilakukan, apalagi beramal sholeh. Dengan
demikian, manusia nyaris dalam jurang kehancuran karena kemaksiatan, akan tetapi jika
manusia senantiasa mengingatnya kemabli, kemudian rajin beribadah; baik mahdoh atau
nawafil, maka Allah juga mengingat kita.
Amal sholeh baik yang mahdhoh atau sunnah akan menjadi penghapus dosa, kecuali dosa-
dosa besar. Allah berfirman QS.Huud 114.
ÉOÏ%r&urno4qn=¢Á9$#Ç’ nût•sÛÍ‘ $pk¨]9$#$Zÿs9ã—urz`ÏiBÈ@øŠ ©9$#4¨bÎ)ÏM»uZ|¡ptø:$#tû÷ùÏdõ
‹ ムÏN$t«ÍhŠ ¡¡9$#4y7Ï9ºsŒ3“ t•ø.ÏŒš úïÌ•Ï.º©%#Ï9ÇÊÊÍÈ
Artinya ” Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang
yang ingat.
Imam Al Hafid Ibnu Katsir menerangkan didalam tafsirnya’ suatu saat datang seorang
laki-laki kepada Baginda Nabi, ia menyampaikan perihal dirinya yang tegila-gila dengan
seorang wanita, ia telah melakukan pelangaran-pelangaran, yang tidak dilakukanya adalah
berzina[2]. Laporan ini menjadi Asbabun Nujulnya surat Huud ayat 114. Bahkan dzikir, istigfar
juga menjadi penghapus, karena semuanya dikategorikan amal baik. Nabi mencontohkan
dengan ’’‫الإله إال هللا‬adalah sebaik-baik dzikir. Dalam suatu keterangan telah ditegaskan; suatu
ketika ada seorang laki-laki yang datang kepada baginda Nabi, ketika sedang mengoda wanita
tersebut tiba-tiba ingat kepada-Nya, seketika itu ia meningalkan wanita itu. Karena
merasa getun dan menyesal, maka orang itu menanyakan kepada Nabi. akhirnya Allah
menjawabnya.
Berbeda dengan seseorang yang melakukan kemaksiatan atau pacaran dengan
disengaja, atau direncanakan. Konteks cerita diatas dilatar belakangi dengan kitidak sengajaan
atau ada unsur perencanaan. Sedangkan fenomena yang berkembang sekarang, terkesan
direncankan dan disengaja, sedangkan prakteknya diulang-ulang. Yang diharapkan ayat diatas
tidaklah demikian, karena kebanykan dari umatnya melakukan akrena terencana dengan rapi,
serta disengaja.
Ayat diatas didukung oleh hadis Nabi dengan redaksi yang berbeda-beda, tetapi
maksud dan tujuanya adalah sama; yaitu kebaikan yang telah dilakukan akan menghapus
kesalahan dan dosa.
‫ اتق هللا حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن(رواه أحمد‬: ‫عن أبي ذر ان النبي صلى هللا عليه وسلم قال له‬
) 21392 ‫رقم‬
Di riwayatkan dari Abi Darr, sesungguhnya Nabi SAW berpesan kepadanya:”
bertaaqwalah engkau kepada Allahdimana saja berada, dan ikutilah kejelekan itu
dengan amal kebaikan, amal baik itu bisa menghapusnya,berbudi pekertilah didepan
manusia denga budi pekerti yang indah (HR. Ahmad[3])
Semua bentuk amal sholeh mampu menghapus dosa, baik bersifat wajib, sunnah. Semakin
banyak beramal sholeh, semakin banyak pula dosa yang terhapus, semakin sedikit amal baik,
potensi dosa semakin tinggi. Begitulah, keagungan Allah swt, serta harapan Nabi terhadap
pengikutnya; selamat didunia dan akhirat.
Dosa yang Tidak Terhapus.
Nabi telah memberikan triknya bagaimana menghindari Maksiat, serta cara
menghapusnya, kendati demikian tidak semua dosa atau maksiat bisa terhapus dengan
kebaikan. Yang dimaksutkan oleh baginda Nabi, serta kandungan tafsir diatas adalah dosa-
dosa kecil, yang disebut dengan (al-Soghoir). Sedangkan dosa-dosa besar (al-Kabair), tidak bisa
hilang dengan amal kebaikan, akan tetapi bisa terhapus dengan Taubatan
Nasukha[4]. Begitulah, semua dosa kecil atau besar tetap akan mendapatkan ampunan dari
Allah swt. Hanya saja, dosa-dosa besar seperti Syirik, durhaka kepada keduaorang tua, berzina,
membunuh termasuk dosa yang memerlukan taubat sungguh-sungguh,serta merasa kecewa
dan tidak mengulangi lagi.
Sedangkan dosa kecil, seperti ngrasani, mengintip, melihat wanita, serta dan lain
sebagainya dapat terhapus dengan kebaikan. Bahkan Nabi menjelaskan didalam hadisnya”
sesungguhnya Allah membuka pintu maaf dimalam hari bagi orang yang melakukan dosa
disinag hari, serta membuka pintu maag disiang hari bagi orang yang melakukan dosa di
malam hari” dalam keterangan lain, Allah juga menjelaskan bahwa pengampunan Allah itu
lebih besar dari dosa-dosa anak adam. Selama mereka mau bertaubat kepada-Nya, maka Allah
akan mengampuni, tidak perduli dosanya memenuhi langit dan bumi. Nabi juga menjelaskan
bahwa Allah sangat menyukai orang-orang yang mau bertaubat serta mengakui kesalahan
“Setiap anak adam adalah tempat salah dan lupa, sebaik-baik mereka adalah mereka yang
kemabli(bertaubat) mengakui kesalahan”. Didalam kitab al-Tawwabin diceritakan tengtang
orang-orang yang bertaubat mulai dari malaikat, nabi dan utusan sampai para sahabat dan
para ulama’. Ini sebuah gambaran bahwa Allah SWT benar-benar mahasa sempurna, sesuai
dengan namanya’’al-Goffar, al-Rahman, al-Rahim,”. Wallau a’lam

Anda mungkin juga menyukai