Dennis Destryawan
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Agung Setya
Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Menteri Agama Surydharma Ali (SDA) didakwa melakukan
korupsi secara bersama-sama dengan kader PPP Mukhlisin, mantan Wakil Ketua Umum PPP
Hasrul Azwar, staf khusus SDA Ermalena dan pengawal istri SDA, Mulayanah terkait
penyelenggaran ibadah haji dan penggunaan dana operasional menteri. Dari korupsi itu ia didakwa
merugikan keuangan negara sebesar Rp27 miliar.
"Terdakwa bersama-sama secara melawan hukum yaitu menunjuk orang tertentu yang tidak
memenuhi persyaratan menjadi Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi,
mengangkat petugas pendamping Amirul Hajj tidak sesuai ketentuan, menggunakan Dana
Operasional Menteri tidak sesuai peruntukannya, menunjuk tim penyewaan perumahan jemaah haji
Indonesia tidak sesuai ketentuan dan memanfaatkan sisa kuota haji," kata Jaksa Supardi saat
membacakan dakwaan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (31/8/2015).
Jaksa Supardi membeberkan dalam penunjukkan petugas haji tahun 2010-2013 Suryadharma
memerintahkan Dirjen PHU, Slamet Riyanto dan Anggito Abimanyu mengakomodir permintaan
anggota Panja Komisi VIII memasukkan beberapa anggota DPR menjadi petugas PPIH Arab Saudi,
hal ini supaya mereka dapat menunaikam ibadah haji gratis.
"Meski orang-orang tersebut tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam pedoman
rekrutmen PPIH," beber Jaksa Supardi.
Selanjutnya dalam penggunaan DOM tahun anggaran 2011-2014 Jaksa Supardi membeberkan tiap
bulan Pejabat Pembuat Komitmen melakukan pencairan DOM sejumlah Rp100 juta. Tapi kemudian
atas perintah mantan Ketua Umum PPP itu, Kabag TU Pimpinan Saefuddin A Syafi'i, Kasubag TU
Amir Jafar dan pengelola Teknis Rosandi diminta membayar sejumlah hal.
"Terdakwa memerintahkan Rosandi atau Saefuddin atau Amir membayarkan sebagian DOM kepada
pihak-pihak tertentu di luar tujuan diberikannya DOM untuk menunjang kegiatan," ungkap Jaksa
Supardi.
Adapun jumlah pengeluaran DOM yang dipakai secara pribadi oleh Suryadharma sejumlah
Rp1.821.698.840.
Kemudian dalam penyewaan perumahan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi tahun 2010 dan 2012,
Suryadharma mengakomodir permintaan rekannya sesama partai Mukhlisin dan Hasrul Azwar
supaya menerima sejumlah penyewa perumahan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.
Padahal, rumah sewa yang diajukan oleh rekannya oleh tim penyewa perumahan setelah dilakukan
verifikasi ditolak karena tidak memenuhi syarat. Pada penyewaan tahun 2012 bahkan dikatakan
Ermalena ikut memutuskan supaya sewa rumah yang dipilih adalah yang sama yang ditunjuk oleh
Hasrul Azwar.
Terakhir, pada pemanfaatan sisa kuota nasional tahun 2010-2012 terdapat sisa kuota sejumlah
1.681 dari 221.000 kuota haji. Sisa kuota itu dibuat oleh terdakwa dijadikan sebagai sisa kuota
nasional.
"Terdakwa memutuskan penggunaan sisa kuota haji nasional, tidak mengutamakan calon jemaah
haji yang masih dalam daftar antrian, namun mengutamakan calon jemaah haji yang diusulkan oleh
anggota DPR RI, khususnya anggota Komisi VIII," beber Jaksa Supardi.
Jaksa Supardi mengatakan SDA yang merupakan Menteri Agama periode 2009-2014 memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji dan mengelola anggaran
kementerian negara secara tertib, efektif, transparan dan bertanggung jawab.
Tapi dalam pelaksanaannya, SDA justru memperkaya sejumlah pihak yakni Cholid Abdul Latief
Sodiq Saefudin, Mukhlisin, Hasrul Azwar, Hasanudin Asmat, Nurul Iman Mustofa, dan Fuad Ibrahim
Astani.
Selanjutnya, 180 petugas PPIH, tujuh orang pendamping Amirul Hajj, 1.771 orang jemaah haji yang
diberangkatkan tidak sesuai nomor antrian, serta memperkaya penyedia akomodasi di Arab Saudi.
"Yang dapat merugikan keuangan negara Rp27.283.090.068 dan SR17.967.405," beber Jaksa
Supardi.
SDA diancam dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU nomor 31 tahun 1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang
perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHPidana jo Pasal 65 ayat (1) KUHPidana.
Terkait dakwaannya, SDA mengaku mengerti secara bahasa namun tak mengerti secara
substansial. Ia bakal mengajukan keberatan atau eksepsi.
"Saya tidak mengerti karena tidak melakukan apa yang disebutkan Jaksa. Saya akan mengajukan
eksepsi," pungkas dia.
Hadi Poernomo saat masih jadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
(Rachman/JIBI/Bisnis)
Menurut Yudi, KPK telah melakukan terobosan baru dalam menangani tindak pidana korupsi yang
ada dibalik kebijakan pajak, seperti yang dilakukan Hadi Poernomo dalam perkara dugaan tindak
pidana korupsi keberatan pajak yang dilakukan PT BCA. Yudi meyakini saat ini, tidak sedikit
perbuatan tindak pidana korupsi yan?g bersembunyi dibalik setiap kebijakan pemerintah, seperti
dalam kasus pajak Hadi Poernomo dan kebijakan-kebijakannya.
“?KPK mau mengungkap? korupsi yang bersembunyi dibalik kebijakan pajak. Penyalahgunaan
kewenangan bersembunyi di balik kebijakan pajak. Poin utamanya disitu,” kata Yudi.
Yudi membantah tidak ada kerugian negara dalam perkara pajak yang diajukan PT BCA tersebut?,
Yudi menjelaskan bahwa kerugian negara dalam kasus pajak tersebut mencapai angka triliunan di
tahun 1999 lalu. Saat ini menurut Yudi, pihak KPK masih melakukan penghitungan kerugian negara
dalam perkara tersebut dan baru ditemukan kerugian negara sebesar Rp375 miliar.
“Perhitungan sedang proses. Ada sekitar Rp375 miliar kerugian negara tapi lebih besar lagi yaitu
mencapai triliunan,” tukasnya.
Seperti diketahui tersangka mantan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tersebut diduga
terlibat dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi permohonan keberatan pajak yang telah
diajukan PT Bank Central Asia (BCA) dan diduga telah membobol keuangan negara sebesar Rp375
miliar.
Hadi Poernomo sebelumnya juga telah memenuhi sidang praperadilan atas penetapan dirinya
sebagai tersangka, pekan lalu. Namun, pihak KPK menunda sidang praperadilan tersebut, lantaran
masih belum menyiapkan barang bukti dan saksi ahli yang akan digunakan pada sidang
praperadilan nanti untuk menjawab semua permohonan praperadilan yang akan dibacakan Hadi
Poernomo dalam sidang praperadilan.
Hadi Poernomo merupakan tersangka KPK dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi
permohonan keberatan pajak yang telah diajukan PT Bank Central Asia (BCA) dan tengah menjerat
Dirjen Pajak periode 2002-2014 sebagai tersangka.
Dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi yang telah menjerat mantan Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tersebut mulai disidik KPK setelah Hadi Poernomo diketahui telah melakukan
penyalahgunaan kewenangan. Pada waktu itu, Hadi Poernomo memerintahkan Direktur Pajak
Penghasilan (PPh) mengubah hasil kesimpulan Direktorat PPh terhadap permohonan keberatan
wajib pajak yang diajukan PT Bank BCA. Dalam perkara pajak PT Bank BCA tersebut, KPK
menduga telah timbul kerugian negara sebesar Rp375 miliar.
Penyalahgunaan
Keuangan Negara
Cukup Tinggi
Kompas.com - 01/12/2013, 08:23 WIB
Anggota BPK Ali Masykur Musa(KOMPAS.com/Yatimul Ainun)
Menurut Ali, otonomi daerah yang seharusnya menjadi sarana cepat melayani
masyarakat ternyata hanya memindahkan kue atau aset ekonomi dari pusat
ke daerah dan yang menikmati hanya kelompok atau golongan tertentu. ”Hal
itu terbukti terdapat 309 kepala daerah di tingkat kabupaten, kota, dan
pemerintah provinsi yang berurusan dengan aparat penegak hukum,” ujar Ali.
Sementara itu, Bupati Flores Timur Yoseph Lagadoni Herin alias Yosni diduga
terlibat pungutan liar Rp 1 juta per desa bagi 189 desa di Kabupaten Flores
Timur, Nusa Tenggara Timur. Dana hasil pungutan dimanfaatkan untuk
menyusun proposal permohonan bantuan pembangunan infrastruktur desa di
Jakarta. Bupati mengeluarkan surat pengantar pengajuan proposal tersebut.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Flores Timur Ramly
Lamanepa telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Negeri Flores
Timur.
”Anehnya pemberian surat pengantar oleh bupati itu dinilai kejaksaan bukan
sebagai keterlibatan dalam kasus pungutan liar. Sepertinya ada yang tidak
beres antara penyidik Kejaksaan Negeri Flores Timur dan Bupati Flores
Timur,” kata Soge.
Kepala Kejaksaan Tinggi NTT Mangihut Sinaga menyatakan, pungli itu atas
kebijakan Kepala BPMD Flores Timur, bukan atas perintah bupati. Hasil
pemeriksaan Kejaksaan Negeri Flores Timur, hanya Ramly yang terlibat.
”Kecuali ada bukti baru yang menguatkan keterlibatan bupati. Jika
masyarakat punya bukti kuat, silakan lapor,” ujar Sinaga.
Dosen Hukum Tata Negara Universitas Nusa Cendana, Kupang, John Tuba
Helan, meyakini pungli itu takkan dilakukan tanpa sepengetahuan bupati.
”Semua ini tergantung niat baik jaksa. Apakah betul mau memberantas
korupsi atau mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok,” ujarnya.
(SEM/KOR
Machfud Suroso
Didakwa Merugikan
Keuangan Negara Rp
464,5 Miliar
AMBARANIE NADIA KEMALA MOVANITA
Kompas.com - 18/12/2014, 18:12 WIB
Direktur PT Dutasari Citralaras Machfud Suroso ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi, Jumat
(8/8/2014). Machfud menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang,
Bogor.(KOMPAS.com/ICHA RASTIKA)
"Terdakwa melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi," ujar jaksa Fitroh Rohcahyanto di Pengadilan Tipikor,
Jakarta, Kamis (18/12/2014).
Namun, dari sejumlah uang yang diterima Machfud untuk proyek Hambalang,
hanya sebesar Rp 89,150 miliar yang digunakan sebagaimana mestinya.
Sedangkan sisanya dibagi-bagi oleh Machfud untuk sejumlah pihak untuk
memuluskan keterlibatan PT DCL dalam proyek itu.