Lima kunci komunikasi efektif petugas kesehatan dan pasien dalam edukasi terdiri dari 5
hal penting yaitu ;
1. Tersenyum.
Cara membangun hubungan baik/ mendapatkan kepercayaan sedini mungkin
dengan pasien. Tidak lupa untuk menggunakan kontak mata sebagai sinyal
positif yang dikirimkan ketika memulai percakapan.
2. Berbicara dengan jelas.
Hindari bicara cepat, suara lirih atau parau. Jika merasa kurang jelas, rubahlah
gaya bicara.
3. Santai/relax.
Jika edukator gugup, itu berarti edukator tidak memahami materi secara
komprehensif. Pasien juga tidak akan nyaman saat kita mengedukasi dengan
gugup.
4. Tidak monoton.
Buat topik pembicaraan menjadi variatif, diselingi humor yang tidak berlebihan
atau sesekali rubah intonasi ketika menyampaikan pesan inti.
5. Dengar dan fahami.
Jika edukator terus-terusan berbicara, pasien akan kehilangan minat.
Peserta mampu melakukan simulasi handling complain.
Breaking Bad News tetap harus disampaikan pada pasien atau keluarga karena jika tidak
maka akan mlanggar hak otomoni pasien.
Peserta mampu melakukan simulasi handling complain dan penggunaan SBAR.
Komunikasi efektif memiliki beberapa poin sebagai hambatan :
1. Hubungan tidak baik antara tenaga kesehatan dengan pasien.
Hal ini terjadi biasanya karena edukator dan pasien ada yang merasa lebih tinggi,
tidak menjaga privasi pasien dan membeda-bedakan pasien.
2. Pesan yang disampaikan tidak jelas (Sering berkata gumam-an).
3. Lingkungan yang tidak kondusif.
Lingkungan yang bising dapat mengganggu proses edukasi, jika materi edukasi
lebih privasi, siapkan ruangan khusus edukasi.
4. Tidak tepat sasaran.
Harus mampu mengidentifikasi siapa sasaran yang tepat untuk dilakukan
edukasi.
Mehrabian mengungkapkan bahwa bagian terbesar proses komunikasi adalah body
language/ visual sebesar 55%, untuk itu harus dimaksimalkan dalam melakukan
komunikasi efektif.
Komunikasi efektif dirumah sakit akan meningkatkan keselamatan pasien sehingga
terhindar dari kasus sentinel.
Cimahi, 7 November 2019
Sekretaris Ketua Pokja MKE