Anda di halaman 1dari 72

RESPONSIVITAS BHABINKAMTIBMAS DALAM MELAKSANAKAN

REMBUK PEKON SEBAGAI PENYELESAIAN KASUS KENAKALAN


REMAJA DI WILAYAH METRO UTARA
(Studi Di Kantor Polsek Metro Utara)

(Skripsi)

Oleh

DESTA RAPANCA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK

RESPONSIVITAS BHABINKAMTIBMAS DALAM MELAKSANAKAN


REMBUK PEKON SEBAGAI PENYELESAIAN KASUS KENAKALAN
REMAJA DI WILAYAH METRO UTARA

Oleh
DESTA RAPANCA

Responsivitas atau daya tanggap adalah kemampuan organisasi untuk


mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan, dan
mengembangkannya dalam berbagai program pelayanan (Agus Dwiyanto,
2006:148). Rembuk pekon merupakan pelayanan berupa media untuk membantu
penyelesaian masalah yang ada pada masyarakat yang di selesaikan oleh polisi
masyarakat yaitu Bhabinkamtibmas dan dibantu oleh forum kemitraan kepolisian
dan masyarakat (FKPM). Melihat keresahan masyarakat dengan masalah
kenakalan remaja di Wilayah Metro Utara Bhabinkamtibmas membantu
menyelesaikan masalah ini dengan rembuk pekon, yaitu diselesaikan dengan
musyawarah, mufakat serta berdamai dengan perjanjian yang ditanda tangani oleh
pelaku maupun korban. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,
jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dimana pengumpulan
menggunakan teknik dokumentasi, observasi dan wawancara. Secara umum hasil
penelitian menunjukan bahwa Bhabinkamtibmas sudah cukup Responsif dalam
melaksanakan rembuk pekon sebagai penyelesaian kenakalan remaja, ini dilihat
dari pelaksanaan tugas pokok Bhabinkamtibmas yang sudah di atur pada Perkap
Nomor 3 Tahun 2005 tentang polisi masyarakat dan dalam Pasal 27 tentang tugas
pokok Bhabinkamtibmas.

Kata Kunci: Responsivitas, Kenakalan Remaja, Rembuk Pekon,


Bhabinkamtibmas
ABSTRACT

BHABINKAMTIBMAS RESPONSIVITY IN IMPLEMENTING PEKON


REMBUK AS A CASE FOR JUVENILE DELINQUENCY IN THE
NORTHERN METRO AREA

By
Desta rapanca

Responsiveness or responsiveness is the ability of the organization to identify the


needs of the community, prioritize needs, and develop them in various service
programs (Agus Dwiyanto, 2006:148). Rembuk Pekon is a service in the form of
media to help the problem solving the community that is completed by the
community police, namely Bhabinkamtibmas and assisted by the police and
Community Partnership Forum (FKPM). Seeing the unrest of the community with
the problem of juvenile delinquency in the North Metro area Bhabinkamtibmas
help solve this problem with the map bootcamp, which is resolved by deliberation,
consensus and peace with the agreement signed By the perpetrator or victim. The
research method uses a qualitative approach, the type of data used is primary and
secondary data where the collection uses documentation techniques, observations
and interviews. In general, the results showed that Bhabinkamtibmas has been
sufficiently responsive in carrying out Pekon bootcamp as a solution of juvenile
delinquency, this is seen from the implementation of the Bhabinkamtibmas
principal task that has been set at the Perkap number 3 year 2005 on public police
and in article 27 of the main task of Bhabinkamtibmas.

Keywords: Responsiveness, Juvenile Deliquency, Pekon Rembuk,


Bhabinkamtibmas.
RESPONSIVITAS BHABINKAMTIBMAS DALAM MELAKSANAKAN
REMBUK PEKON SEBAGAI PENYELESAIAN KASUS KENAKALAN
REMAJA DI WILAYAH METRO UTARA
(Studi Di Kantor Polsek Metro Utara)

Oleh

DESTA RAPANCA

Skripsi
Sebagai salah satus syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Desta Rapanca, lahir di Kota Metro

pada tanggal 17 Desember 1997. Penulis merupakan anak

pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak A.

Pancarudin, S.H.,M.M dan Ibu Ratna Wati. Penulis merasa

sangat beruntung dan bersyukur karena memiliki orang tua yang hebat serta

keluarga yang harmonis. Berkat doa, dukungan dan semangat dari orang tua dan

keluarga besar maka penulis bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Hal inilah

yang mendasari penulis untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua dan

mengutamakan keluarga.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak PGRI pada tahun 2002-

2003. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 2

Metro Timur lalu pindah meneruskan di SDS Bina Bangsa Palembang namun

pada kelas 3-5 SD pindah lagi di SD IT Insan Kamil Bandar Jaya dan pada kelas

6 pindah dan lulus di SDN 1 Metro Pusat pada tahun 2003-2009. Kemudian, pada

tahun 2009-2012 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 4 Kota Metro.

Selanjutnya pada tahun 2012-2015 penulis melanjutkan sekolah di SMA Global

Madani Bandar Lampung. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa

pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

melalui jalur Mandiri. Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

di Desa Kagungan Jaya Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang

Barat.
Motto
Make things easy for the people, and don’t make things difficult for them
(Bukhari Muslim)

Sibukkanlah aku dengan kebaikan hingga lupa akan kesedihan dan jauhkan aku
dari rasa malas hingga aku bersyukur atas keberkahan
(Nike Andria)

Bismillah for everything then sure will be easy


(Desta Rapanca)

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”
(An-Najm 39-41)
Manjadda Wajada
“ barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil “

Rahasia kehebatan adalah rasa yakin, percaya diri, serta selalu merasa aman
dengan berbagai keputusan dan pemikiran kita sendiri.
(Merry Riana)
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,


atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dan
kesabaran untukku dalam mengerjakan skripsi ini
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjunganku
Nabi Muhammad SAW

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada
orang-orang yang selalu berharga dan berarti dalam hidupku:

Papaku (A. Pancarudin) dan Mamaku (Ratna Wati)


Kedua orang tuaku yang dengan penuh kesabaran dalam mendidik dan
merawatku sedari kecil hingga mengantarkanku keperguruan tinggi dan
meraih cita-cita yang selama ini aku impikan.

Keluargaku
Adik-adikku dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan
dukungannya ketika aku berada di dalam kesulitan, membimbingku dan
menasihatiku ketika aku hilang arah.

Para Pendidik
Para guru dan para dosen, atas ilmu, nasihat, bimbingan, kesabaran, waktu,
dan arahan yang telah diberikan sehingga aku dapat menjadi pribadi yang
lebih berani dalam mewujudkan impian dan cita-citaku.

Almamatertercinta, Universitas Lampung.


SANWACANA

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Besar Muhammad SAW, manusia yang telah membawa perubahan

besar bagi kehidupan manusia hingga akhir zaman. Atas segala kehendak dan

kuasa ALLAH SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul : “Responsivitas Bhabinkamtibmas Dalam Melaksanakan Rembuk Pekon

Sebagai Penyelesaian Kasus Kenakalan Remaja Di Wilayah Metro Utara”,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik

(S.AP) pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain :

1. Kedua orangtuaku Papaku A.Pancarudin dan Mamaku Ratna Wati. Terima

kasih atas kasih sayang yang telah Papa dan Mama berikan kepadaku,

terimakasih atas do’a, motivasi, pengorbanan, didikan yang selama ini kalian

berikan kepadaku hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Terimakasih
kepercayaan dan amanat yang selama ini kalian berikan kepadaku untuk

menyelesaikan studiku sehingga aku bisa mencapai gelar Sarjana Administasi

Publik. Semoga dengan mendapatkan gelar S.AP ini aku bisa dengan segera

mendapatkan pekerjaan yang dapat meningkatkan derajat kedua orangtua dan

keluarga agar mampu membahagiakan Papa dan Mama, Amin.

2. Adik-adikku, Feby Kurnia Rapanca, Abrar Rodick Rapanca Gumay dan

Shafa Olethea Rapanca, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan

dukungan agar penulis cepat menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Simon Sumanjoyo H, S.A.N., M.P.A selaku dosen pembimbing utama.

Terimakasih pak atas bimbingannya selama ini baik sebagai dosen

Pembimbing Akademik (PA) sekaligus dosen pembimbing skripsi yang selalu

sabar dalam membimbingku dan selalu memberikan semangat kepada penulis

serta selalu memberikan masukan yang banyak membantu membuat penulis

termotivasi menyelesaikan skripsi ini dan juga terimakasih atas ilmu yang

telah diberikan selama perkuliahan. You are the best lecture for me. Penulis

memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang sekiranya kurang

berkenan.

4. Ibu Intan Fitri Meutia, M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing kedua

sekaligus Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Terimakasih miss

atas bimbinganya selama ini yang telah sabar dalam membimbingku dan

taklupa selalu memberikan masukan, saran dan dukungan yang diberikan

untuk penulis serta waktu untuk bimbingan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan

kekurangan yang sekiranya kurang berkenan.


5. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembahas. Terimakasih

ibu atas berbagai kritik, saran dan pengarahan yang diberikan kepada penulis

dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini, dan terimakasih juga

untuk ibu yayu yang selalu sabar dan memberikan pengarahan kepada penulis

dari awal kuliah hingga mendapatkan gelar S.AP.

6. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung

7. Bapak Noverman Duadji, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang

telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis semasa kuliah.

8. Segenap dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Ibu Selvi, Ibu Ita, Ibu

Dewie, Ibu Annisa, Ibu Dian, Ibu Meliana, Ibu Devi, Ibu Ani, Bpk Nana, Bpk

Dedy, Bpk Syamsul, Bpk Bambang, Bpk Eko, Prof Yulianto, atas dukungan

selama ini serta semangat-semangat yang tiada henti diberikan dan juga

kepada Pak Azahri, Pak joe, Mba Wulan dan karyawan yang telah banyak

memberikan kemudahan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Pak Supandi, Pak Firdaus, Mba Septi, Pak Ruri dan Pak Aris atas

kerjasamanya dalam membantu penulis melakukan penelitian dan mencari

data selama proses skripsi.

10. Bima Bagus Triadi Teman penulis dari awal perkuliahan yang selalu sabar

mendengarka keluhan-keluhanku dan selalu memberikan semangat untuk

melanjutkan penulisan, membantu dikala penulis mulai membutuhkan tukar

pikiran dan selalu menghibur dikala penulis jenuh.


11. Ade Siska Saputri Teman penulis yang selalu dan tak pernah bosan

memberikan semangat dan mengajarkan sabar dalam mengerjakan penulisan

dan yang menghibur dikala penulis bosan. Akhirnya impian kita Sarjana

bareng terwujud ya des. Alhmdulillah.

12. Voni Leorna, Teman penulis yang memberikan suport dan bantuan serta

selalu menghibur penulis pada saat penulis lelah berfikir, cepet ngajuin judul

dan menyelesaikan penulisan von!!

13. Cory Kenaya Poetri, Teman penulis yang tiada henti-hentinya selalu

mensuport dalam penulisan, menghibur disaat penulis mulai pusing dan selalu

memberikan semangat untuk wisuda bareng! Akhirnya ya cory,

Alhmddulillah.

14. Sahabat seperjuangan kuliah khususnya sahabat terdekat Lidya Putri, Dwi

Ambar, Fitri Chairani, Sonia Gusti, Wiwik S, Regita, Bestha, Bersza, Kartika

terimakasih untuk kalian yang selalu memberian semangat, doa, dan canda

tawa dalam suka maupun duka yang banyak membantu semasa perkulihan

hingga pengerjaan skripai ini serta teman-teman ATLANTIK yang namanya

tidak bisa disebut satu persatu.

15. Sahabart-sahabatku Sela, Neli, Eva Az, Talitha, Dila, Ajeng Syaifa, Putri

Chandra yang selalu mendengarkan keluh kesahku, memberikan semangat,

doa dan meluangkan waktu untukku.


Akhir kata semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis meminta maaf apa bila ada

kesalahan yang disengaja atau pun tidak disengaja. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 21 Juli 2019


Penulis,

Desta Rapanca
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 10


A. Teori Pelayanan Publik ................................................................................ 10
1. Jenis Pelayanan Publik ......................................................................... 11
2. Asas Pelayanan Publik ......................................................................... 12
3. Kelompok Pelayanan Publik ................................................................ 13
4. Standar pelayanan Publik ..................................................................... 14
5. Kualitas Pelayanan ............................................................................... 14
B. Teori Responsivitas ..................................................................................... 16
C. Polisi Masyarakat ......................................................................................... 21
D. Bhabinkamtibmas ......................................................................................... 24
E. Rembuk Pekon .............................................................................................. 27
F. Kenakalan Remaja ........................................................................................ 28
G. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 33

III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 36


A. Pendekatan dan Tipe Penelitian .................................................................... 36
B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 36
C. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 39
ii

D. Sumber Data ................................................................................................. 39


E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 42
G. Teknik Keabsahan Data ................................................................................ 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 47


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................ 47
B. Gambaran Umum Kepolisian Sektor (Polsek) Metro Utara ........................ 50
C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 53
D. Pembahasan Penelitian ................................................................................ 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 89


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 89
B. Saran................................................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kasus Kenakalan Remaja di Metro Utara ................................................. 6


Table 2. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 39
Table 3. Informan Terkait Responsivitas Bhabinkamtibmas................................... 45
Table 4. Profil Polsek Metro Utara .......................................................................... 56
Tabel Triangulasi
iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Analisis data Model Interaktif Miles dan Huberman ............................. 43
Gambar 2. Polsek Metro Utara ................................................................................ 51
Gambar 3. Kunjungan Bhabinkamtibmas di Tempat Titik Kumpul warga ............. 55
Gambar 4. Mediasi penyelesaian masalah dengan rembuk pekon oleh
Bhabinkamtibmas dan FKPM ............................................................... 58
Gambar 5. Penandatanganan surat perjanjian rembuk pekon oleh korban dan
pelaku di sertai persetujuan Bhabinkamtibas dan FKPM ..................... 58
Gambar 6. Bhabinkamtibmas ikut kegiatan masyarakat dalam kegitan PKK ......... 62
Gambar 7. Bhabinkamtibmas dalam mengisi upacara senin di sekolah desa
binaannya .............................................................................................. 63
Gambar 8. Bhabinkamtibmas menyampaikan informasi tindak pidana pada
karangtaruna .......................................................................................... 63

Gambar 9. Observasi dengan siswa SMPN 8 .......................................................... 64

Gambar 10. Observasi peneliti dengan Bhabinkamtibmas Metro Utara ................. 68

Gambar 11. Observasi peneliti oleh warga .............................................................. 68

Gambar 12. Giat sosial Bhabinkamtibmas gotong royong bersama masyarakat .... 71

Gambar 13. Kegaiatan Bhabinkamtibmas dalam giat sosial dan membantu fakir
miskin .................................................................................................... 72

Gambar 17. Struktur organisasi Polsek Metro Utara ............................................... 87


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenakalan Remaja merupakan suatu kondisi yang dilakukan oleh para

remaja untuk membuat onar. Kondisi ini merupakan kondisi patologis, karena

para remaja tersebut membuat atau bertindak diluar batas norma-norma hukum

yang berlaku, serta merugikan lingkungan sosialnya. Persoalan remaja

bukanlah merupakan masalah yang baru, namun hingga kini masih

aktual.Remaja merupakan sub-sistem dari masyarakat yang menarik perhatian

ssekaligus perlu mendapatkan perhatian. Menurut (Hurlock 1999), kenakalan

remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja,

dimana tindakan tersebut dapat memasukan seseorang ke dalam penjara.

Intinya kenakalan remaja yaitu suatu perilaku menyimpang dari atau

melanggar hukum (Suwarno, 2002:207) dan perilaku melanggar hukum yang

dilakukan oleh orang muda yang biasanya dibawah umur 16-18 tahun (Musen,

dkk, 1949:557). Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku

remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

Terdapat berbagai macam bentuk dan jenis kenakalan yang dilakukan

oleh para remaja. Apalagi memasuki era yang serba modern ini, dengan

berbagai budaya luar yang masuk dan mempengaruhi pola hidup remaja

Indonesia. Sebagian kecil contoh-contoh kenakalan remaja tersebut ialah:


2

Penggunaan narkoba, kenakalan remaja dalam penggunaan narkoba yang

sering dilakukan adalah penyalah gunaan narkoba. Narkoba adalah singkatan

dari Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat berbahaya. Kadang disebut juga

Napzan (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif). Penggunaan narkoba bisa

melalui suntikan, dimakan, dihisap atau dihirup. Sangat banyak kasus tentang

penyalah gunaan narkoba, menurut hasil survei Badan Narkotika Nasional

(BNN) Tahun 2005 terdapat 13.710 responden di kalangan pelajar dan

mahasiswa menunjukan penyalah gunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan

rata-rata pada usia 10 tahun perjudian, seks bebas kenakalan remaja berani

melalukan pergaulan seks, seperti berhubungan seksual pernikahan

berdasarkan beberapa data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun. Hasil survei

lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan

seksual pernikahan dan membuktikan 62,7 persen diantaranya masih duduk di

bangku SMP. (https://sugiartoagribisnis/wordpress/seks-bebas-di-kalangan-

remaja-pelajar-dan-mahasiswa-penyimpangan-kenakalan-atau-gaya-

hidupdiakses pada tanggal 08 November 2018).

Ilmu kriminologi ada teori perkembangan moral manusia yang

disebut Moral Development Theory (Topo Santoso dan Eva Achjani, 2003: 53),

teori ini menggambarkan tentang tahap-tahap perkembangan pikiran/nalar

manusia, yaitu: Tahap Pra-konvensional (umur 9-11 tahun); pada tahap ini

anak umumnya berpikir “lakukan” atau “tidak lakukan”. Tahap Konvensional

(umur 12-20 tahun); pada tahap ini remaja umumnya sudah mulai mengadopsi

nilai-nilai dan aturan-aturan yang ada disekelilingnya. Tahap Postconventional


3

(umur ≥ 20 tahun); pada tahap ini manusia umumnya sudah kritis menguji

kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang dianggap tidak sesuai, tingkat

kematangan emosi sudah stabil, sudah mampu mengolah atau mengatur

pikiran, perkataan dan perbuatannya.

Kasus kenakalan remaja ini sangat mengkhawatirkan baik dari perspektif

pendidikan, psikologi, sosial maupaun budaya. Kehidupan remaja yang

ditandai oleh berbagai macam kenakalan remaja, adalah bukti lemahnya

moralitas dan kepribadian usia remaja. Kejahatan yang dilakukan anak usia di

bawah 18 tahun disebut sebagai kenakalan, sedangkan bagi kejahatan yang

dilakukan dengan anak yang usianya di atas 18 tahun disebut sebagai

kejahatan, hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak pasal 1.

Provinsi Lampung menempati peringkat ke tiga pengguna

penyalahgunaan Narkoba di Sumatera. Berdasarkan data Badan Nasional

Narkotika Provinsi (BNNP) Lampung pada tahun 2014 angka penggunaan

narkoba di Lampung mencapai 74.224 orang, dan meningkat pada 2017

menjadi 128.529 orang. Kondisi tersebut menempatkan Lampung berada di

peringkat ke-10 pada 2014, dan terakhir tahun 2018 menjadi peringkat delapan

nasional. Pengguna penyalah gunaan narkoba populasi di Lampung kisaran 10-

53 tahun. Pada tingkat populasi kisaran 10-53 tahun, artinya usia remaja

menepati kisaran tersebut. Pada tanggal 25 November 2017 terdapat 35 Pelajar

di Lampung terlibat penyalahgunaan narkoba, hal ini termasuk sebagai tindak

kriminal kenakalan remaja, artinya tingkat kenakalan remaja di Lampung ini


4

masih menghawatirkan. (https://www.google.co.id/amp/republika diakses

pada tanggal 08 November 2018).

Kota Metro, Kecamatan Metro Utara untuk tingkat kenakalan remaja

masih cukup tinggi, kenakalan remaja di Wilayah Metro Utara ini menunjukan

potensi terhadap gangguan keamanan dan ketertiban terhdapat masyarakat

yang cukup tinggi, seperti pada data berikut ini:

Tabel 1. Kasus Kenakalan Remaja di Wilayah Metro Utara


No. KASUS KENAKALAN LOKASI USIA TAHUN
REMAJA

1. Pencurian rokok di toko Desa Karangrejo, 15-16 Tahun 2016


warga Kecamatan Metro (Pelaku 8orang)
Utara

2. Tawuran pelajar antar Desa Karangrejo, 14-16 Tahun 2017-2018


Sekolah Menengah Kecamatan Metro
Pertama Utara
3. Balapan liar Desa Karangrejo, 15-18 Tahun 2018
Kecamatan Metro
Utara
(Sumber: Polsek Metro Utara, Pra – riset, 2018)

Kenakalan remaja di Wilayah Metro Utara yang meresahkan masyarakat

seperti pada tabel diatas menyebutkan kenakalan remaja yang terjadi pada

tanggal pada tanggal 22 Maret 2018 adanya pencurian di warung/ruko milik

warga yang dicuri rokok dengan sekelompok anak di bawah umur. 5 Februari

2018 sekolah SMPN 10 dan SMPN 8 terjadi tawuran antar sekolah, tawuran

terjadi melibatkan sekitar 11 siswa dari SMPN 10 dan 20 siswa dari SMPN8 di

Wilayah Metro Utara. Bukan hanya tawuran antar pelajar yang meresahkan

masyarakat, kenakalan remaja disebabkan karena adanya balapan liar yang

dilakukan para remaja yang berusia masih 15-16 Tahun. Kenakalan remaja

yang terjadi di Wilayah Metro Utara masih termasuk pidana ringan. Keadaan
5

dengan tingkat kenakalan remaja sangat menghawatirkan sehingga hal ini perlu

diawasi dan di tangani oleh pihak yang berwajib yaitu Polisi Republik

Indonesia (POLRI).

Peran negara dalam menanggapi kasus kenakalan remaja tersebut

menyerahkan kepada pihak kepolisian yang merupakan salah satu institusi

pemerintahan yang bertanggung jawab di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban dalam negeri, memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan

pemerintah yang baik (Good Governance) dalam pelaksanaan tugas sebagai

pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat maupun sebagai aparat

penegak hukum kepada masyarakat berdasarkan asas legalitas yang diatur

dalam Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang KUHP, Undang-Undang Nomor 2Tahun 2009 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia serta Undang-Undang lain yang mengatur secara

khusus.Fungsi kepolisian yang menyelenggarakan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat. Tugas kepolisian negara dimanapun penyelenggaraan

tertuju pada kepentingan negara atau pemerintah dan masyarakat, sehingga

negara atau pemerintah yang memiliki tanggung jawab atas terjaganya,

terbinanya dan terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia dalam menyelesaikan konflik sosial, Peranan

faktual dimana penyelesaian konflik sosial merupakan tugas pokok, fungsi dan

peranan Polisi Satuan Bhayangkara Bina Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat (Bhabinkamtibmas). Dalam penerapan Perpolisian Masyarakat


6

keberhasilan dalam mencegah kejahatan tidak hanya bergantung oleh satu

pihak saja, melainkan kerjasama atau kemitraan yang dilakukan oleh

masyarakat dan polisi. Agar hal tersebut tercapai maka polisi berperan aktif

membantu masyarakat melakukan hal tersebut. Sehingga Bhabinkamtibmas

menyelesaikan permasalahan ini dengan rembuk pekon. Setiap kelurahan

terdapat satu orang polisi Bhabinkamtibmas yang menangani masalah dan

memberi himbauan pelayanan kepada masyarakat.

Penelitian terdahulu terkait rembuk pekon dalam penelitian oleh Mukhlis

Effendi Yusuf, dkk pada tahun 2014 yang dituangkan kedalam jurnal konflik

masalah sosial rembuk pekon yang berjudul Peranan Media Rembuk Pekon

Dalam Penyelesaian Masalah Sosial Pasca Konflik Di Pagelaran,

menyimpulkan peran rembuk pekon dalam penyelesaian konflik di masyarakat

dapat diselesaikan secara damai, memberikan dorongan kepada masyarakat

agar melaksanakan rembuk pekon sebagai langkah awal dalam penyelesaian

konflik sehingga manajemen konflik melalui media rembuk pekon berjalan

dengan baik dan bijak dalam mengatasi masalah ketimbang harus diselesaikan

melalui jalur hukum.

Penelitian yang dilakukan oleh Andi Mariyam Ulfa pada tahun 2017

yang dituangkan kedalam skripsi yang berjudul Responsivitas Pelayanan

Publik (Studi Kasus: Pelayanan Polres Enrekang Terhadap Pengaduan

Masyarakat), menyimpulkan bahwa pelayanan kepolisian terhadap pengaduan

masyarakat itu perlu di respon aktif seperti indikator responsivitas menurut ahli

yang menjelaskan tentang merespon setiap masyarakat, aparatur melakukan


7

pelayanan dengan cermat, aparatur melakukan pelayanan dengan cepat dan

aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat.

Disimpulkan dari kedua penelitian tersebut mengenai peran media

rembuk pekon dalam menyelesaikan konflik masyarakat dan responsivitas

pelayanan polisi dalam pengaduan masyarakat. Oleh sebab itu rembuk pekon

merupakan media yang dilaksanakan oleh Bhabinkamtibmas untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan begitu pelayanan

perlu dilihat dari responsivitas Bhabinkamtibmas dengan respon yang

diberikan kepada masyarakat. Sehingga dengan begitu pelayanan publik

dengan respon yang baik akan berimbas positif dengan berjalannya media

rembuk pekon.

Rembuk pekon menjadi wadah atau media atasi konflik di Lampung.

Rembuk pekon adalah tindak pidana ringan untuk menyelesaikan konflik yang

tejadi terhadap masyarakat bahkan mampu memberikan keputusan yang cukup

baik ketimbang harus melalui jalur hukum. Rembuk pekon juga sering

dijadikan strategi dalam meredam konflik agar tidak berkepanjangan dan

memberikan keputusan yang mampu menyelesaikan secara mufakat antara

kedua belah pihak yang beranggapan bahwa rembuk pekon adalah hal yang

sangat kepedulian terhadap masyarakat pada tiap keputusan didokumentasikan

dan yang mengedepankan pranata adat atau pranata sosial yang memiliki dasar

hukum yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang

penegakan konflik sosial, Peranan ideal dimana polisi memperhatikan tugas

pokok yang di atur. Kenakalan remaja berupa tawuran di wilayah Metro Utara

pada tanggal 10 Februari 2018 yang melibatkan antar siswa berbeda sekolah
8

menengah pertama (SMP), kasus ini diselesaikan dengan polisi

Bhabinkamtibmas menggunakan media rembuk pekon. Kasus ini diselesaikan

sesuai aturan pada media rembuk pekon, yaitu diselesaikan dengan damai dan

secara mufakat, memanggil orang tua/wali masing-masing siswa yang terlibat

beserta siswanya untuk berdamai dan berjanji agar tidak mengulangi kembali

serta menandatangani surat perdamaian yang telah dibuat oleh

Bhabinkamtibmas (http://regional.kompas.com/rembuk-pekon-jadi-wadah-

atasi-konflik-di-lampung diakses pada 8 November, 2018).

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Responsivitas Bhabinkamtibmas Dalam Melaksanakan Rembuk

Pekon Sebagai Penyelesaian Kasus Kenakalan Remaja di Wilayah Metro

Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana responsivitas bhabinkamtibmas dalam penyelesaian kasus

kenakalan remaja melalui rembuk pekon?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi responsivitas

bhabinkamtibmas dalam penyelesaian kasus kenakalan remaja melalui

rembuk pekon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dituliskan maka tujuan yang ingin

dicapai penelitian ini adalah:


9

1. Menganalisis Responsivitas Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan

rembuk pekon sebagai penyelesaian kasus kenakalan remaja di wilayah

metro utara.

2. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi responsivitas

Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan rembuk pekon sebagai

penyelesaian kasus kenakalan remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan pengetahuan pada umumnya dan bagi jurusan administrasi

negara dalam mata kuliah pelayanan publik khususnya yang berkaitan dengan

responsivitas.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-

pihak yang berkepentingan kepolisian dengan masyarakatmelalui

Responsivitas Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan rembuk pekon sebagai

penyelesainkasus kenakalan remaja di wilayah Metro utara.


10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pelayanan Publik

Pelayanan publik menurut UU Nomor 25 Tahun 2009 pelayanan publik

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik. Menurut Kepmenpan

Nomor 63 Tahun 2003 pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan

yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Moenir dalam Kurniawan

(2005:7) pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur

dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan oranglain sesuai

dengan haknya, dan pelayanan publik menurut Wasistiono dalam Hardiansyah

(2011:11) adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah ataupun pihak swasta

kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan

dan atau kepentingan masyarakat. Selanjutnya pelayanan publik menurut Irsan

(2012) adalah dapat diartikan sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan


11

orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai

dengan aturan pokok atau tata cara yang telah ditetapkan, sebagaimana telah

dikemukakan terdahulu bahwa pemerintah pada hakekatnya adalah pelayanan

kepada masyarakat.Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung

jawab untuk memberikan layanan yang baik dan professional.

Menurut pemikiran para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

publikadalah pemberian jasa baik oleh pemerintah ataupun pihak swasta

kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan

dan kepentingan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat seperti barang dan/atau administratif sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku.

1. Jenis Pelayanan Publik

Kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang

menjadi hak setiap warga negaranya ataupun memberikan pelayanan kepada

warga Negara yang memenuhi kewajibannya terhadap Negara. (Ahmad Badu,

2013:30) pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dapat dibedakan

ke dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu:

a. Pelayanan pemerintah, adalah jenis pelayanan masyarakat yang terkait

tugas-tugas umum pemerintah seperti pelayanan KTP, SIM, pajak, dan

keimigrasian

b. Pelayanan pembangunan, yaitu suatu jenis pelayanan masyarakat yang

terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan

fasilitasi kepada masyarakat dalam melakukan aktifitasnya sebagai warga

Negara
12

c. Pelayanan utilitas, yaitu jenis pelayanan yang terkait utilitas bagi

masyarakat.

d. Pelayanan sandang, pangan, dan papan, merupakan jenis pelayanan yang

menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan

perumahan.

e. Pelayanan kemasyarakatan, yaitu jenis pelayanan masyarakat yang

dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada

kegiatankegiatan sosial kemasyarakatan.

2. Asas Pelayanan Publik

Untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para pengguna jasa,

pemyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai

berikut :

a. Transparansi, bersifat terbuka mudah diakses dan dapat diakses oleh

semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta

mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektifitas.

d. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan

harapan masyarakat.
13

e. Kesamaan Hak, tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku,

ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan KewajibanPemberi dan penerima pelayanan

publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

3. Kelompok Pelayanan Publik

Menurut Sutopo dan Suryanto (2006), pelayanan publik dapat

dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain:

a. Kelompok pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya

status kewarganegaraan, sartifikat kompetensi, kepemilikan atau

penguasaan terhadap suattu barang dan sebagainya.

b. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan publik, misalnya jaringan

telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainnya.

c. Kelompok pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan,

pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan

sebagainya.

Berdasarkan penjelasan kelompok pelayanan publik diatas penulis

mengambil salah satu kelompok yang sesuai dengan pembahasan yaitu

kelompok pelayanan jasa, dimana yang saya bahas mengenai jasa polisi

terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.


14

4. Standar pelayanan Publik

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau

penerima pelayanan. Menurut UUD 1945 pasal 21 tentang standar pelayanan :

a. Sistem, mekanisme, dan prosedur;

b. Jangka waktu penyelesaian;

c. Biaya/tarif;

d. Sarana, prasarana/fasilitas;

e. Kompetensi pelaksana;

f. Pengawasan internal;

g. Penanganan pengaduan, saran dan masukan;

h. Jumlah pelaksana;

i. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan

sesuai dengan standar pelayanan

j. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen

untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, resiko keraguan dan;

k. Evaluasi kinerja perencana.

5. Kualitas Pelayanan

Dalam rangka menyiapkan suatu pelayanan yang berkualitas yang sesuai

dengan yang diharapkan perlu berdasarkan pada system kualitas yang memiliki

ciri atau karakteristik tertentu. Fitzsimmons dalam Anwar (2016:24)

mengutarakan bahwa kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang kompleks

sehingga untuk menentukan sejauh mana kualitas dari pelayanan dapat dilihat

dari lima dimensi, yaitu:


15

a. Reliability, kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar, jenis

pelayanan yang telah dijanjikan kepada konsumen/pelanggan.

b. Resposiveness, kesadaran atau keinginan untuk membantu konsumen dan

memberikan pelayanan yang cepat.

c. Emphaty, kemauan pemberian layanan untuk melakukan pendekatan,

member perlindungan, serta berusaha untuk mengetahui keinginan dan

kebutuhan konsumen.

d. Tangibles, penampilan para pegawai dan fasilitas fisik lainnya, seperti

peralatan atau perlengkapan yang menunjang pelayanan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan, (Mustofadidjaja dalam

Anwar 2016:25) mengemukakan beberapa prinsip dalam penyediaan

pelayanan pada sektor publik meliputi:

a. Menetapkan standar pelayanan, artinya standar tidak hanya menyangkut

standar atas produk pelayanan, tetapi jugastandar prosedur pelayanan

dalam kaitan dengan pemberian pelayanan berkualitas.

b. Terbuka terhadap kritik dan saran maupun keluhan, dan menyediakan

seluruh informasi yang diperlukan dalam pelayanan.

c. Memperlakukan seluruh masyarakat sebagai pelanggan secara adil

d. Mempermudah akses kepada seluruh pelanggan

e. Membenarkan sesuatu hal dalam proses pelayanan ketika hal tersebut

menyimpang.

f. Menggunakan semua sumber yang digunakan untuk melayani

masyarakat pelanggan secara efisien dan efektif


16

g. Selalu mencari pembaharuan dan mengupayakan peningkatan kualitas

pelayanan

Berdasarkan penjelasan dimensi kualitas pelayanan diatas saya

mengambil salah satu dimensi pelayanan responsivitas, dimana saya ingin

mengetahui responsivitas bhabinkamtibmas dalam menangani kasus kenakalan

remaja melalui media rembuk pekon.

B. Teori Responsivitas

Responsivitas Agus Dwiyanto (2006:148) mendefinisikan responsivitas

sebagai berikut: Responsivitas atau daya tanggap adalah kemampuan

organisasi untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas

kebutuhan, dan mengembangkannya dalam berbagai program pelayanan.

Responsivitas mengukur daya tanggap organisasi terhadap harapan, keinginan

dan aspirasi, serta tuntutan warga pengguna layanan.Selanjutnya menurut

Fitzsimmons dalam Anwar (2016:43), salah satu dimensi untuk menentukan

kualitas pelayanan adalah responsiveness/responsivitas.Responsivitas adalah

kesadaran atau keinginan untuk membantu konsumen dan memberikan

pelayanan yang cepat. Menurut Hassel Nogi S. Tangkilisan (2005:177)

Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan

program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Secara singkat responsivitasdisini menunjuk pada keselarasan antara program

dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat Sedangkan

menurut Zeithaml, Parasuruman& Berry, Responsivitas adalah kerelaan untuk


17

menolong pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas

Agus Dwiyanto (2006:145).

Dari beberapa pendapat mengenai responsivitas dapat disimpukan bahwa

responsivitas merupakan bentuk tanggapan dan kerelaan penyedia layanan

dalam membantu memberikan pertolongan kepada masyarakat dalam bentuk

pelayanan. Birokrasi dalam mendekatkan layanan terhadap masyarakat perlu

upaya unrtuk mengenali apa saja kebutuhan masyarakat. Kemudian pengenalan

kebutuhan masyarakat tersebut menjadi agenda penting bagi pemerintah unruk

mengembangkan pemberian layanan, sehingga masyarakat dapat merasa puas.

1. Responsivitas Pelayanan Publik

Responsivitas merupakan pertanggung jawaban dari sisi yang menerima

pelayanan atau mayarakat.Seberapa jauh masyarakat melihat penyelenggara

pelayanan berikap tanggap terhadap permasalahan, kebutuhan, dan harapan

masyarakat. Responsivitas pelayanan publik sangat diperlukan, karna sebagai

bukti kemampuan organisasi publik untuk menyediakan apa yang menjadi

tuntutan seluruh rakyat disuatu Negara. Dalam hal ini responsivitas merupakan

cara yang efisiensi dalam mengatur urusan baik ditingkat pusat maupun tingkat

daerah atau lokal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karenanya

baik pemerintah pusat maupun daerah dikatakan responsive terhadap

kebutuhan masyarakat apabila kebutuhan masyarakat tadi diidentifikasi oleh

para pembuat kebijakan dengan pengetahuan yang dimiliki, secara tepat dan

dapat menjawab apa yang menjadi kepentingan publik (Widodo dalam

Herdiani 2005:20).Responsivitas merupakan kemampuan provider untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,


18

serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat.Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini

mengukur daya tanggap provider terhadap harapan, keinginan dan aspirasi

serta tuntunan customer (Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2005:180-181).

Alfian, Muhammadiah, & Said, (2017:279) Responsivitas merupakan

tanggung jawab dari sisi yang menerima pelayanan. Organisasi publik dilihat

dari sikap tanggapannya terhadap sesuatu yang menjadi permasalahan,

kebutuhan, keluhan dan aspirasi masyarakat, dalam gambaran kualitas interaksi

antara administrasi publik dengan masyarakat dan merupakan salah satu

karakteristik yang memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam

kemampuan organisasi untuk mengindentifikasi kebutuhan masyarakat.

Petugas aparatur melakukan pelayanan dengan tepat yaitu tidak terjadi

kesalahan dalam melayani artinya pelayanan diberikan sesuai dengan

keinginan masyarakat sehingga tidak ada yang merasa dirugikan atau

pelayanan yang hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Responsivitas merupakan kemampuan birokrasi untuk mengenal kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan

program-program sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara

singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap

birokrasi terhadap harapan, aspirasi serta tuntunan masyarakat (Tangkilisan,

dalam Ulfa, 2017:20).

Responsivitas dalam kepolisian dapat dilihat dari beberapa pengertian

responsivitas secara sigkat diatas. Responsivitas dapat dilihat dari daya tanggap

yang merupakan tolak ukur responnya suatu birokrasi yaitu polisi


19

Bhabinkamtibmas dalam menanggapi kasus kenakalan remaja di Wilayah

Metro Utara dengan menggunakan media rembuk pekon.

2. Indikator-indikator Responsivitas

Indikator-indikator responsivitas menurut (Ziethaml, dkk dalam

Hardiyansyah, 2011 : 46) :

a. Merespon setiap pelanggan / pemohon yang ingin mendapatkan pelayanan

Indikator ini mencakup sikap dan komunikasi yang baik dari para penyedia

layanan

b. Petugas / aparatur melakukan pelayanan dengan cepat Pelayanan dengan

cepat ini berkaitan dengan kesigapan dan ketulusan penyedia layanan

dalam menjawab pertanyaan dan memenuhi permintaan pelanggan

c. Petugas / aparatur melakukan pelayanan dengan tepat Yaitu tidak terjadi

kesalahandalam melayani , artinya pelayanan yang diberikan sesuai

dengan keinginan masyarakat sehingga tidak ada yang merasa dirugikan

atas pelayanan yang didapatnya.

d. Petugas / aparatur melakukan pelayanan dengan cermat Berarti penyedia

layanan harus selalu focus dan sungguh-sungguh dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

e. Petugas / aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat Waktu

yang tepat berarti pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan sehingga dapat

memberikan kepastian pelayanan kepada masyarakat


20

f. Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas Bahwa setiap penyedia

layanan harus menyediakan akses kepada masyarakat untuk dapat

menyampaikan keluhannya dan dapat dicarikan solusi yang terbaik.

Sementara indikator-indikator responsivitas menurut (Dwiyanto, dalam

Putra, 2016:5) yang mengukur konsep responsivitas ialah :

1. Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa, keluhan dari pengguna jasa

ini dapat berupa complain langsung atau keluhan-keluhan dari pelanggan

atau masyarakat pengguna jasa melalui kotak saran.

2. Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa,

indikator ini mencakup sikap dan komunikasi yang baik dari para penyedia

layanan.

3. Pengguna keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang, hal ini dapat dilihat

bagaimana aparat atau pegawai menggunakan keluhan-keluhan yang

masuk dari pelanggan atau masyarakat pengguna jasa untuk dicarikan

solusinya dan digunakan untuk perbaikan-perbaikan dimasa yang akan

datang agar tidak terdapat keluhan yang sama dari para pengguna jasa

lainnya

4. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan

kepada pengguna jasa, artinya berkaitan dengan kemampuan dari aparat

birokrasi melakukan tindakan yang solutif dan inovatif untuk memberikan

kepuasan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

5. Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam system pelayanan

yang berlaku, hal inimengandung maksud bahwa pengguna jasa atau


21

masyarakat pengguna jasa ditempatkan dalam posisi sebagai narasumber

dalam upaya perbaikan sistem pelayanan.

Sedangkan menurut (Tangkilisian, dalam Putra, 2016:6)responsivitas diukur

melalui indikator berikut:

1. Akses

2. Kesopanan

3. Komunikasi

Dari ketiga indikator-indikator responsivitas diatas, yang dapat

menjawab rumusan masalah terkait responsivitas Bhabinkamtibmas dalam

menyelesaikan kasus kenakalan remaja melalui media rembuk pekon dan

faktor-faktor yang mempengaruhi responsivitas Bhabinkamtibmas yaitu

indikator responsivitas oleh (Dwiyanto, dalam Putra, 2016:5)yang menjelaskan

terdapat tidaknya keluhan berupa complain dari masyarakat, sikap dan

komunikasi yang baik dari penyedia layanan, keluhan dari masyarakat

dijadikan refrensi agar tidak terjadinya kesalahan atau keluhan yang terulang,

tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada

masyarakat dan penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem

pelayanan yang berlaku.

C. Polisi Masyarakat

Istilah polisi masyarakat atau disingkat polmas merupakan istilah baru

dari community policing yang sebelumnya memiliki berbagai istilah dan

persepsi yang bermacam-macam. Melalui surat keputusan Kapolri No Pol :

Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang kebijakan dan strategi

penerapan model Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan tugas Polri.


22

Fungsi kepolisian adalah yang menyelennggarakan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.Tugas kepolisian Negara dimanapun penyelenggaraan tertuju pada

kepentingan Negara atau pemerintah dan masyarakat, sehingga Negara atau

pemerintah yang memiliki tanggung jawab atas terjaganya, terbinarnya dan

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.Watak sipil menghendaki

polisi dekat dengan masyarakat atau masyarakat yang dilayaninya.Polisi yang

berwatak sipil harus berdialog dengan lingkungannya. Salah satu cara

mendekatkan polisi kepada masyarakat yang menjadi lingkungannya adalah

dengan membuatnya bertanggung jawab kepada masyarakat tempat dia

bertugas. polisi sudah dibagi didalam program kemasyarakatan yang bernama

polisi masyarakat (Polmas). Konsep didalam program Polisi Masyarakat

(Polmas) pada hakekatnya adalah bagaimana masyarakat dan polisi dapat

menyelesaikan dan memecahkan permasalahan Kamtibmas. Bhabinkamtibmas

adalah Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yaitu,

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang bertugas

meningkatkan ketertiban dan keamanan masyarakat di tingkat desa sampai

dengan kelurahan yang bertugas mengemban dengan cara bermitra dengan

masyarakat. Kamtibmas adalah suatu kondisi dinamis masyarakat yang

ditandai oleh terjaminnya tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya

ketentraman ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta

mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam mencegah,

menangkal dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hokum dan bentuk-

bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Peraturan


23

terbaru Polisi Masyarakat (Polmas), peraturan Kapolri Nomor 3 tahun 2015

tentang kepolisian masyarakat (Community Policing) bahwa pengemban

Polmas tidak terbatas pada bhabinkamtibmas, namun seluruh anggota polri.

Program Polmas dapat dinyatakan berhasil melalui beberapa indikator.

Indikator dari aspek pengemban polmas diantaranya:

1. Kesadaran bahwa masyarakat sebagai pemangku kepentingan yang harus

dilayani

2. Meningkatnya rasa tanggung jawab tugas kepada masyarakat

3. Meningkatnya semangat melayani dan melindungi masyarakat sebagai

kewajiban profesi

4. Meningkatnya kesiapan dan kesediaan menerima keluhan/pengaduan

masyarakat

5. Meningkatnya kecepatan merespons pengaduan/keluhan/laporan

masyarakat

6. Meningkatnya kecepatan mendatangi TKP

7. Meningkatnya kesiapan memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan

masyarakat

8. Meningkatnya kemampuan menyelesaikan masalah, konflik/pertikaian

antarwarga

9. Meningkatnya intensitas kunjungan petugas terhadap warga.


24

D. Bhabinkamtibmas

Bhabinkamtibas merupakan singkatan dari Bhayangkara Pembina

Keamanan dan Ketertiban Masyarakat adalah anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Polri) yang bertugas membina keamanan dan ketertiban

masyarakat (Kamtibmas) dan juga merupakan adalah suatu kondisi dinamis

masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan

nasional yang ditandai dengan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya

hukum serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina

serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam mencegah,

menangkal serta menanggualngi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-

bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Pembina

keamanan dan ketertiban masyarakat yang selanjutnya disingkat Binkamtibmas

adalah segala usaha dan kegiatan membimbing, mendorong, menggerakan

termasuk kordinasi dan bimbingan teknis kepada masyarakat yang tercipta

keamanan dan ketertiban masyarakat (Kepolisian Negara RI, 2015).

1. Fungsi Bhabinkamtibmas (Pasal 26 Perkap No.3 Tahun 2015)

Berdasarkan pasal diatas yang telah diatur fungsi bhabinkamtibmas ialah:

a. Melaksanakan Kunjungan/sambaing kepada masyarakat untuk;

mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan

Kamtibmas dan memberikan penjelasan serta penyelesaian,

memelihara silaturahmi/persaudaraan.

b. Membimbing dan meyuluh di bidang hokum dan Kamtibmas untuk

meningkatkan kesadaran hokum dan Kamtibmas dengan menjunjung

tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).


25

c. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri

berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

(Harkamtibmas)

d. Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan

dan kegiatan masyarakat

e. Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang

memerlukan

f. Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif

g. Mengkoordinasikan upaya Pembina Kamtibmas dengan perangkat

desa/kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya

h. Melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi

kepada masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecah masalah

kejahatan dan sosial.

2. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas (Pasal 27 Perkap No. 3 Tahun 2015)

Berdasarkan pasal diatas tugas pokok bhabinkamtibmas ialah :

a. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasannya

b. Melakukan dan membantu pemecahan masalah

c. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat

d. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana

e. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat,

korban kejahatan dan pelanggaran

f. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam

dan wabah penyakit


26

g. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau

komunitas berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan

polri.

Melalui hasil wawancara pada tanggal 7 November 2018 peneliti

memperoleh informasi dari petugas Bhabinkamtibmas bapak Aris Hartanto,

dalam menanggulangi kenakalan remaja polisi melakukan upaya preventif dan

repsensif. Upaya preventif yang dilakukan oleh polisi adalah: penjagaan,

patroli, penyuluhan, penyampaian pesan-pesan kamtibmas, pengaturan dijalan

dan pelatihan safety riding. Berdasarkan uraian upaya tersebut dijabarkan

sebagai berikut :

1. Penjagaan tempat-tempat tertentu untuk mencegah terjadinya kenakalan

remaja.

2. Patroli, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan 2 orang atau lebih petugas

patrol sebagai usaha mencegah bertemunya niat dan kesempatan,

dengan jalan mendatangi, menjelajahi, mengamati, mengawasi,

memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

menimbulkan segala bentuk pelanggaran atau tindak pidana. Tindakan

preventif merupakan patrol ini memiliki 6 macam metode, antara lain

dengan metode jalan kaki, metode bersepedah, metode bersepedah

motor, metode mobil, metode perairan udara, metode menggunakan

anjing dan metode kuda.

3. Penyuluhan di lakukan di sekolah-sekolah baik Sekolah Menengah

Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, karangtaruna dan

masyarakat. Upaya ini dilakukan oleh satuan Pembina masyarakat.


27

4. Penyampaian pesan-pesan Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat) kepada masyarakat, upaya ini dilakukan oleh satuan

Bhabinkamtibmas.

5. Pengaturan di jalan, hal ini dilakukan di area jalan raya yang sekiranya

perlu untuk diatur supaya arus lalu lintas menjadi teratur dan sekaligus

mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas. Upaya ini dilakukan oleh

satuan lalu lintas.

6. Pelatihan Safety Riding dilakukan pada komunitas-komunitas sepeda

motor agar berkendara dengan baik dan benar, upaya ini dilakukan oleh

satuan lalu lintas (Hasil wawancara, 3 November, 2018).

E. Rembuk Pekon

Rembuk Pekon merupakan salah satu wadah untuk menanggulangi dan

mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat khususnya Provinsi Lampung.

Oleh karenanya kepolisian sebagai pengemban tugas dalam menjaga

keteraturan keamanan dan ketertiban masyarakat memiliki peran dalam

pelaksanaan rembuk pekon. Forum Komunikasi Paimpinan Daerah Lampung

menyepakati pentingnya rembuk pekon sebagai wadah untuk menanggulangi

dan mengatasi konflik horizontal di Lampung. Kesepakatan ini dituangkan

dalam nota kesepahaman (MOU). Dalam nota kepemahaman itu disepakati

bahwa forum rembuk desa harus dioptimalkan untuk mencegah potensi konflik

sekaligus mengatasinya. Forum rembuk pekon ini terdiri dari kepala pekon

(desa) atau lurah, ketua adat, tokoh pemuda dan agama, badan pembinaan

keamanan dan ketertiban masyarakat dari unsur Polri.


28

Unsur-unsur yang masuk dalam forum rembuk pekon ini diminta proaktif

menjaga ketertiban dan keamanan desa, khususnya potensi keributan yang

berujung konflik.Rembuk pekon juga merupakan tindak pidana ringan untuk

menyelesaikan konflik yang tejadi terhadap masyarakat bahkan mampu

memberikan keputusan yang cukup baik ketimbang harus melalui jalur hukum.

Rembuk pekon juga sering dijadikan strategi dalam meredam konflik agar

tidak berkepanjangan dan memberikan keputusan yang mampu menyelesaikan

secara mufakat antara kedua belah pihak yang beranggapan bahwa rembuk

pekon adalah hal yang sangat kepedulian terhadap masyarakat pada tiap

keputusan didokumentasikan dan yang mengedepankan pranata adat atau

pranata sosial yang memiliki dasar hukum yang di atur dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2012 tentang penegakan konflik sosial.

Penerapan rembuk pekon dalam menyelesaikan konflik sosial di

masyarakat diatur dalam Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor Kep/618/vii/2014 tentang buku pintar Bhabinkamtibmas

dalam menangani konflik sosial melalui rembuk pekon yang dilakukan dengan

tahap: Pertama, Pra Konflik dengan upaya pencegahan kejahatan. Kedua, saat

terjadinya konflik. Ketiga, pasca konflik yang dilakukan dengan upaya mediasi

perundingan damai secara permanen (Buku Pintar Bhabinkamatibmas,

2014:68).

F. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu kondisi yang dilakukan oleh para

remaja untuk membuat onar. Kondisi ini merupakan kondisi patologis, karena

para remaja tersebut membuat atau bertindak di luar batas norma-norma hukum
29

yang berlaku, serta merugikan lingkungan sosialnya. Kenakalan remaja adalah

tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan

tersebut dapat memasukan seseorang ke dalam penjara, intinya kenakalan

remaja yaitu suatu perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum. Menurut

Suwarnoperilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang

biasanya dibawah umur 16-18 tahun (Musen,dkk,1949:557). Terdapat berbagai

macam bentuk dan jenis kenakalan yang dilakukan oleh para remaja. Apalagi

memasuki era yang serba modern ini, dengan berbagai budaya luar yang masuk

dan mempengaruhi pola hidup remaja Indonesia. Sebagian kecil contohh-

contoh kenakalan remaja tersebut ialah :

1. Penggunaan narkoba, kenakalan remaja dalam penggunaan narkoba yang

sering dilakukan adalah penyalahgunaan narkoba. Narkoba adalah singkatan

dari Narkotika, Alkohol, dan Obat-obat berbahaya. Kadang disebut juga

Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif). Penggunaan narkoba bisa

melalui suntikan, dimakan, dihisap atau dihirup. Sangat banyak kasus

tentang penyalahgunaan narkoba, menurut hasil survei Badan

NarkotikaNasional (BNN) Tahun 2005 terdapat 13.710 responden di

kalangan pelajar dan mahasiswa menunjukan penyalahgunaan narkoba usia

termuda 7 tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun.

2. Perjudian, kenakalan remaja dalam perjudian biasanya ditemui dikalangan

pelajar dan mahasiswa yang berjudi, namun saja berjudi online contohnya

seperti memasang nomor togel dengan bermain secara online dan

kemenangan uang yang di dapat di transfer via atm.


30

3. Seks bebas, dalam kenakalann remaja seks bebas ini remaja sudah berani

melalukan pergaulan seks, seperti berhubungan seksual pernikahan

berdasarkan beberapa data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di

kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga

menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual

pernikahan dan membuktikan 62,7 persen diantaranya masih duduk di

bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen diantaranya berbuat ekstrim, yakni

pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat

perilaku seks bebas.

4. Minum-minuman keras, mengonsumsi minuman keras merupakan

meyimpangan sosial terlebih pada remaja. Remaja yang mengenal dan

mengonsumsi minuman keras biasanya terpengaruh oleh lingkungan

pergaulan. Penyalahgunaan minuman keras dapat membawa dampak yang

tidak baik untuk kesehatan fisik dan psikis seseorang.

5. Pencurian, pencurian yang dilakukan remaja sangat marak dan

menghawtirkan karena pencurian oleh remaja ini dikarenakan faktor-faktor

yang biasanya hanya keinginan individu remaja itu sendiri tanpa

memikirkan dampak bahayanya. Pencurian yang dilakukan remaja seperti

mencuri rokok di toko warga, mencuri bensin di warung warga, bahkan

sampai tindakan pidana berat seperti begal/pencurian motor.

6. Perkelahian atau tawuran, perkelahian atau tawuran merupakan tindak

kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpunan

masyarakat. Hal ini sering terjadi di kalangan remaja baik pelajar maupun
31

mahasiswa. biasanya banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya

perkelahian atau tawuran tersebut seperti hal-hal sepele yaitu agar kelompok

di-cap memiliki solidaritas yang tinggi. Namun sayangnya itu di

salahgunakan dengan mengadu keberanian dengan tindak kekerasan.

7. Balap liar, saat ini banyak anak muda terutama pelajar SMA, SMP bahkan

siswa dasar (SD) sudah terjerumus dalam balap liar. Mulai dari balap motor,

balap mobil, geng motor dll yang sangat meresahkan masyarakat atau

penduduk setempat.

Ilmu kriminolgi ada teori perkembangan moral manusia yang

disebut Moral Development Theory (Topo Santoso dan Eva Achjani, 2003: 53),

teori ini menggambarkan tentang tahap-tahap perkembangan pikiran/nalar

manusia, yaitu:Tahap Pra-konvensional (umur 9-11 tahun); pada tahap ini anak

umumnya berpikir “lakukan” atau “tidak lakukan”.Tahap Konvensional (umur

12-20 tahun); pada tahap ini remaja umumnya mulai diri, mereka sudah mulai

mengadopsi nilai-nilai dan aturan-aturan yang ada disekelilingnya.Tahap

Postconventional (umur ≥ 20 tahun); pada tahap ini manusia umumnya sudah

kritis menguji kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang dianggap tidak

sesuai, tingkat kematangan emosi sudah stabil, sudah mampu mengolah atau

mengatur pikiran, perkataan dan perbuatannya.

Penyebab Kenakalan Remaja Perilaku „nakal‟ remaja dapat disebabkan

oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar

(eksternal):
32

1. Faktor internal

Krisis identitas: suatu Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja

memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya

perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas

peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi

kedua.

Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak dapat mempelajari dan

membedakan tingkah laku yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima

akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitupun bagi mereka yang

sudah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tapi tidak

dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan

pengetahuannya.

2. Faktor eksternal

a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya sebuah komunikasi

antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga

dapat memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah

di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan

pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa

menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

b. Teman sebaya yang kurang baik

c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.


33

G. Kerangka Pemikiran

Kasus kenakalan remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Metro Utara,

yang dilakukan remaja berusia 14-18 Tahun kenakalan yang dilakukan adalah:

tawuran pelajar antar sekolah, pencurian rokok di ruko warga yang dilakukan

segerombol remaja yang masih berusia 14-16 Tahun dan balap liar. Kenakalan

remaja ini sudah dilindungi oleh pemerintah melalui Undang-undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Dalam penanganan kasus kenakalan

remaja melalui rembuk pekon di Desa Karangrejo Kecamatan Metro Utara

dapat dilihat dari beberapa indikator responsivitas, yaitu:

Indikator responsivitas oleh menurut (Dwiyanto, dalam Putra, 2016:5) yang

mengukur konsep responsivitas ialah :

1. Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa, keluhan dari pengguna jasa

ini dapat berupa complain langsung atau keluhan-keluhan dari pelanggan

atau masyarakat pengguna jasa melalui kotak saran.

2. Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa,

indikator ini mencakup sikap dan komunikasi yang baik dari para penyedia

layanan.

3. Pengguna keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang, hal ini dapat dilihat

bagaimana aparat atau pegawai menggunakan keluhan-keluhan yang

masuk dari pelanggan atau masyarakat pengguna jasa untuk dicarikan

solusinya dan digunakan untuk perbaikan-perbaikan dimasa yang akan

datang agar tidak terdapat keluhan yang sama dari para pengguna jasa

lainnya
34

4. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan

kepada pengguna jasa, artinya berkaitan dengan kemampuan dari aparat

birokrasi melakukan tindakan yang solutif dan inovatif untuk memberikan

kepuasan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

5. Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam system pelayanan

yang berlaku, hal inimengandung maksud bahwa pengguna jasa atau

masyarakat pengguna jasa ditempatkan dalam posisi sebagai narasumber

dalam upaya perbaikan sistem pelayanan.

Sesuai dengan Perkap Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Polisi Masyarakat

dan Tugas Bhabinkamtibmas dalam pasal 27 dan mengukurresponsivitas

dengan indikator menurut (Dwiyanto, dalam Putra, 2016:5). Bertujuan untuk

penanggulangan kenakalan remaja dengan rembuk pekon oleh

Bhabinkamtibmas di Wilayah Metro Utara.


35

Table 2. Kerangka Pemikiran

Kenakalan remaja di Desa Karangrejo


Kecamatan Metro Utara
Kasus Kenakalan remaja yang dilakukan
remaja usia 14-18 Tahun, yaitu:
1. Tawuran pelajar antar sekolah
2. Pencurian rokok di ruko warga
3. Balap liar

Upaya POLRI (Bhabinkamtibmas) dalam melaksanakan Indikator responsivitas menurut


rembuk pekon sebagai penyelesaian kasus kenakalan (Dwiyanto, dalam Putra, 2016:5) yang
remaja dalam Perkap No.3 Tahun 2005 tentang polisi mengukur konsep responsivitas ialah :
masyarakat dalam Pasal 27 tentang Tugas pokok 1.Terdapat tidaknya keluhan dari
Bhabinkamtibmas : pengguna jasa, keluhan dari pengguna
1.Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah jasa ini dapat berupa complain langsung
penugasannya atau keluhan-keluhan dari masyarakat
2.Melakukan dan membantu pemecahan masalah pengguna jasa melalui kotak saran.
3.Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan 2.Sikap aparat birokrasi dalam
masyarakat merespon keluhan dari pengguna jasa,
4.Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana indikator ini mencakup sikap dan
5.Memberikan perlindungan sementara kepada orang komunikasi yang baik dari para
yang tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran penyedia layanan.
6.Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada 3.Pengguna keluhan dari pengguna jasa
masyarakat atau komunitas berkaitan dengan sebagai referensi bagi perbaikan
permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan polri penyelenggaraan pelayanan di masa
mendatang.
4.Berbagai tindakan aparat birokrasi
untuk memberikan kepuasan pelayanan
kepada pengguna jasa
5.Penempatan pengguna jasa oleh aparat
birokrasi dalam sistem pelayanan yang
berlaku dalam upaya perbaikan sistem
pelayanan.

Rembuk Pekon

(Diolah oleh peneliti, 2018)


36

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Penelitian ini mennggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian ini dipilih karena peneliti ingin

memecahkan masalah dengan menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan

objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan yang berkaitan dengan

responsivitas bhabinkamtibmas dalam melaksanakan rembuk pekon sebagai

penyelesaian kasus kenakalan remaja di Wilayah Metro Utara. Kemudian

penelitian menyesuaikan dengan fakta yang ada dilapangan sesuai dengan

pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moelong (2013:4) yang menyatakan tiga

penelitian kualitatif berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai

dengan apa yang terjadi di lapangan, serta data yang dihasilkan berupa kata-

kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

B. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2013:12), tujuan dari penetapan fokus dalam

penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah dengan jalan

memanfaatkan fokus yaitu: Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi.

Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-ekslusi


37

atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.

Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat

membuat keputusan yang tepat data mana yang dikumpulkan dan mana yang

tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan dibuang. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan tugas pokok Bhabinkamtibmas berdasarkan Perkap

Nomor 3 Tahun 2015 tentang polisi masyarakat dalam pasal 27 tentang tugas

pokok Bhabinkamtibmas. Dapat dilihat melalui tugas pokok Bhabinkamtibmas

dibawah ini:

1. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasannya

2. Melakukan dan membantu pemecahan masalah

3. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat

4. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana

5. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban

kejahatan dan pelanggaran

6. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan

wabah penyakit

7. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas

berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan polri.

Fokus penelitian kedua peneliti menggunakan teori menurut (Dwiyanto,

dalam Putra, 2016:5). Berdasarkan teori tersebut fokus penelitian ini berfokus

pada beberapa hal berikut:

Responsivitas Bhabinkamtibmas dalam melakukaan media rembuk pekon di

Wilayah Metro Utara dapat dilihat melalui indikator dibawah ini:menurut

(Dwiyanto, dalam Putra, 2016:5) yang mengukur konsep responsivitas ialah :


38

1. Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa, keluhan dari pengguna jasa

ini dapat berupa complain langsung atau keluhan-keluhan dari pelanggan

atau masyarakat pengguna jasa melalui kotak saran.

2. Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa,

indikator ini mencakup sikap dan komunikasi yang baik dari para penyedia

layanan.

3. Pengguna keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang, hal ini dapat dilihat

bagaimana aparat atau pegawai menggunakan keluhan-keluhan yang

masuk dari pelanggan atau masyarakat pengguna jasa untuk dicarikan

solusinya dan digunakan untuk perbaikan-perbaikan dimasa yang akan

datang agar tidak terdapat keluhan yang sama dari para pengguna jasa

lainnya

4. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan

kepada pengguna jasa, artinya berkaitan dengan kemampuan dari aparat

birokrasi melakukan tindakan yang solutif dan inovatif untuk memberikan

kepuasan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat.

5. Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam system pelayanan

yang berlaku, hal inimengandung maksud bahwa pengguna jasa atau

masyarakat pengguna jasa ditempatkan dalam posisi sebagai narasumber

dalam upaya perbaikan sistem pelayanan.


39

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil ialah Polsek Kecamatan Metro Utara, Kota

Metro. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena Di Polsek Kecamatan

Metro Utara, Kota Metro, Polisi Bhabinkamtibmas menyelesaiakan

permasalahan masyarakat menggunakan media rembuk pekon dan

Bhabinkamtibmas di Kantor Polsek Kecamatan Metro Utara mendapatkan

Penghargaan pelayanan terbaik dari salah satu Bhabinkamtibmas Terbaik

diantara 12 daerah di Provinsi oleh Kapolda Lampung, pada 4 Desember 2017

(www.lampost.co).

D. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Adapun data primer yang digunakan peneliti dalam memperoleh data yakni data

yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Dalam

penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah Kepala Polsek Metro Utara,

Bhabinkamtibmas Metro Utara, Guru SMPN8 Metro Utara dan masyarakat

Metro Utara. Kemudian, data sekunder peneliti menggunakan dokumentasi

berupa dokumen seperti laporan masalah masyarakat, laporan kegiatan

Bhabinkamtibmas, dan foto yang berkaitan dengan fokus penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011: 308), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
40

ditetapkan. Untuk menjawab permasalahan penelitian yang tepat dan akurat,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Menurut Sugiyono (2011:194) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam.Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri sendiri atau self-

report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan

fenomena yang terjadi. Terkait penelitian ini peneliti akan mewawancarai

beberapa informan yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian yaitu

sebagai berikut.

Tabel 3. Informan Terkait Responsivitas Bhabinkamtibmas


No. Nama Instansi Jabatan
1 A.Pancarudin Polsek Kepala Polsek
2 Phandi Polsek Bhabinkamtibmas
3 Aris Polsek Bhabinkamtibmas
4 Ruri Polsek Bhabinkamtibmas
5 Supardi SMPN 8 Metro Utara Kepala Sekolah
6 Ika SMPN 8 Metro Utara Guru Konseling
7 Syaiful Kelurahan Karangrejo Lurah
8 Fadil Kelurahan Karangrejo Kasi Pelayanan Umum
9 Endang Metro Utara Warga
10 Lisa Metro Utara Warga
11 Ibnu Metro Utara Warga
12 Susi Metro Utara Warga
13 Sandi SMPN8 Metro Utara Murid
14 Fajar SMPN8 Metro Utara Murid
(Sumber: diolah oleh peneliti, 2019)
41

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung yang dilakukan terhadap

kondisi yang sebenarnya di lokasi penelitian.Observasi dilakukan untuk

melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti

memperoleh gambaran yang lebih luas tentang topik yang diteliti.Adapun

objek yang diamati peneliti yakni fasilitas, dokumen, dan sebagainya yang

ada di Kantor Polsek Kecamatan Metro utara, Kota Metro.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

berdasarkan perkiraan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data

yang sudah tersedia dalam catatan dokumen.Dalam penelitian kualitatif,

fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai

data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara mendalam (Sudjarwo dan Basrowi, 2009: 161).

Dalam penelitian ini, data-data yang dapat dijadikan informasi yaitu data-

data dan dokumen-dokumen tertulis yang ada kaitannya dengan Kantor

Polsek Kecamatan Metro Utara, Kota Metro.


42

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011: 34),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif meliputi:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peniliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Data yang diperoleh peneliti dilapangan kemudian dipilih

melalui reduksi data sehingga didapatkan data yang berfokus dan

berhubungan dengan penelitian atau tidak. Dalam penelitian ini, proses

mereduksi data dilakukan dengan memilih serta menyeleksi data

mengenai Responsivitas Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan rembuk

pekon sebagai penyelesaian kasus kenakalan remaja di Wilayah Metro

Utara, Kantor Polsek Kecamatan Metro Utara, Kota Metro.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan pembagian pemahaman peneliti tentang hasil

penelitian.Penyajian data mempermudah peneliti dalam melihat

gambaran secara keseluruhan dari penelitian. Pada penelitian ini,

penyajian data yang digunakan pada data yang telah direduksi yaitu
43

disajikan dengan mendeskripsikan atau memaparkan hasil temuan dalam

wawancara dengan informan yang kemudian didukung oleh dokumen-

dokumen, tabel data, foto maupun gambar yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Pengambilan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian

analisis data kualitatif. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.Dalam penelitian ini, pengambilan kesimpulan

dilakukan dengan pengambilan intisari dari serangkaian kategori hasil

penelitian berdasarkan wawancara, dan dokumentasi hasil penelitian.

Gambar 1. Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman

Pengumpulan Penyajian Data


data

Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan

(Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:335)


44

G. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dikatakan valid atau sah

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menetapkan keabsahan

data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data dalam penelitian ini

meliputi:

1. Kredibilitas Data (Credibility)

Uji kredibilitas data mempertunjukan bahwa hasil-hasil penemuan dapat

dibuktikan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber

yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang berasal dari elemen

yang berbeda. Untuk menguji kredibilitas, peneliti melakukan:

a. Triangulasi

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan derajat kepercayaan

dengan menggunakan metode triangulasi sumber. Menurut Sugiyono

(2011:373), triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas

dan dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui

berbagai sumber. Data dari informan akan dibandingkan dengan hasil

dokumentasi dan observasi yang memiliki kesamaan informasi. Informan

tersebut berasal dari Perangkat Kantor Polsek Kecamatan Metro Utara,

Kota Metro yaitu Kepala Polsek Kecamatan Metro Utara dan

Bhabinkamtibmas Polsek Metro Utara, Kota Metro.Observasi yang

dilakukan pada saat peneliti turun ke lapangan serta dokumentasi yang

didapatkan dari Kecamatan Metro Utara.


45

b. Kecukupan Referensial

Kecukupan referensial yaitu, dengan memanfaatkan bahan-bahan tercatat

atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis

dan penafsiran data.Kecukupan referensial ini peneliti lakukan dengan

mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian, baik melalui

literatur buku, arsip, catatan lapangan, foto dan rekaman yang digunakan

untuk mendukung analisis dan penafsiran data.

2. Teknik Pengujian Keteralihan Data (Transferability)

Pengujian ini berkaitan dengan sampai mana hasil penelitian ini dapat

diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Transferability akan tercapai bila

pembaca memperoleh gambaran yang sedemikian jelas. Oleh sebab itu,

penelitian akan menyajikan laporan yang sedemikian rinci, jelas, sistematis dan

dapat dipercaya.

3. Teknik Pemeriksaan Kebergantungan (Dependability)

Menurut Sugiyono (2011: 374), dalam penelitian kualitatif, uji

dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke

lapangan, akan tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji

dependability-nya, dan untuk mengecek apakah hasil penelitian yang dilakukan

peneliti benar atau tidak, maka peneliti selalu mendiskusikannya dengan dosen

pembimbing.
46

4. Teknik Kepastian Data (Confirmability)

Teknik pengujian kepastian data (confirmability) dilakukan untuk

mengetahui proses penelitian, sehingga tidak memunculkan penelitian yang

hanya ada hasilnya tetapi tidak ada proses penelitian. Dalam pengujian

kepastian data sama halnya dengan uji kebergantungan sehingga prosesnya

dilakukan melalui pengujian hasil penelitian oleh dosen pembimbing serta

dosen pembahas. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses

penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

kepastian.
89

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan peneliti tentang

“Responsivitas Bhabinkamtibmas Dalam Melaksanakan Rembuk Pekon

Sebagai Penyelesaian Kasus Kenakalan Remaja Di Wilayah Metro Utara”

maka kesimpulannya adalah sebagai berikut.

1. Responsivitas Bhabinkamtibmas Dalam Melaksanakan Rembuk Pekon

Responsivitas Bhabinkamtibmas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat dengan membantu penyelesaian masalah melalui rembuk pekon.

Hal ini dapat dilihat dari tugas pokok Bhabinkamtibmas yang sesuai dengan

teori indikator responsivtas menurut (Dwiyanto, dalam Putra, 2016:5). Dalam

pelaksanaan tugas pokok Bhabinkamtibmas sesuai dengan Perkap Nomor 3

Tahun 2005 tentang polisi masyarakat dan pasal 27 tentang tugas pokok

Bhabinkamtibmas dianggap sudah cukup baik dalam memberikan respon

pelayanan kepada masyarakat menggunakan rembuk pekon dan memuat proses

mengenai, membantu menyelesaikan masalah tentang tindak pidana ringan,

kenakalan remaja, sosialisasi, patrol, dan monitoring terkait kejahatan

kamtibmas, mengamankan kegiatan masyarakat dan memberikan pelayanan

bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam membantu masyarakat

dalam menyelesaikan masalah terutama kenakalan remaja yang masih


90

dianggap cukup menggangu kenyamanan dan meresahkan masyarakat Metro

Utara, Bhabinkamtibmas menyelesaika masalah-masalah tindak pidana ringan

ini dengan rembuk pekon. Dalam rembuk pekon, pihak yang terlibat dalam

rembuk pekon yaitu Forum Kemitraan Polisi Dan Masyarakat (FKPM) yang

terdiri dari pelaku dan korban, Bhabinkamtibmas, Kepala Desa, RT/RW dan

Tokoh Masyarakat. Dalam penyelesaiannya terdapat tempat disetiap Desanya

yang memang khusus untuk penyelesaian masalah pada masyarakat, yaitu

Balai Kemitraan Polisi Dan Masyarakat.

2. Faktor yang mempengaruhi responsivitas Bhabinkamtibmas dalam

penyelesaian kasus kenakalan remaja melalui rembuk pekon

Faktor yang mempengaruhi dalam melihat responsivitas

Bhabinkamtibmas adalah dalam pelaksanaan tugas pokok Bhabinkamtibmas

yang diatur dalam Perkap Nomor 3 Tahun 2005 tentang polisi masyarakat

dalam pasal 27 tentang tugas pokok Bhabinkamtibmas. Dilihat dari pelaksanan

tugas Bhabinkamtibmas yang sudah efektif yang dilihat dari Indikator

responsivitas menurut (Dwiyanto dalam Putra, 2016:5) yaitu :

a. Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa,

indikator ini mencakup sikap dan komunikasi yang baik dari para penyedia

layanan.

b. Pengguna keluahan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggaraan pelayanan di masa mendatang.

c. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan

kepada pengguna jasa.


91

Poin-poin tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi responsivitas

Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk melaksanakan

rembuk pekon dapat dilihat dari respon masyarakat mengenai fator-faktor

tersebut, tugas Bhabinkamtibmas ini sesuai dengan program Polmas yang

dinyatakan berhasil.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peniliti ajukan berupa

rekomendasi sebagai berikut.

1. Dalam penyelesaian masalah seharusnya Bhabinkamtibmas lebih efektif

lagi merespon dalam waktu penyelesaiannya seharusnya 1x24 jam masalah

yang dilaporkan segera ditindak lanjut, agar masyarakat tidak lagi

complain hal tersebut.

2. Dalam penyelesaian kasus kenakalan remaja di Wilayah Metro Utara

Bhabinkamtibmas sudah cukup baik dan responsif, namun akan lebih baik

lagi Bhabinkamtibmas lebih sering memberikan penyuluhan atau

sosialisasi pada instansi sekolah SMP dan SMA maupun perkumpulan

karangtaruna desa upaya remaja bener-bener ngetahui akan larangan dan

tindakan yang membahayakan dan menggangu masyarakat sekitar.

3. Bhabinkamtibmas dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat

seharusnya tidak hanya bersosialisasi saja, Bhabinkamtibmas bisa

memberikan pamflet tentang tindak pidana ringan, kejahatan kamtibmas

dan pelayanan polri pada pamflet dan disebarkan kepada warga.

4. Seharusnya ada pelayanan yang bisa menghubungkan warga dengan

Bhabinkamtibmas secara langsung, seperti online atau group khusus


92

warga dan masyarakat, agar dalam pelaporan warga bisa langsung melapor

ke Bhabinkamtibmas.

5. Sebaiknya dalam menjalankan patrol Bhabinkamtibmas lebih sering

memperhatikan wilayah yang rentan akan terjadi tindak kenakalan remaja

seperti balap liar, agar tidak terus terulang kejadian yang sama.
93

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Ahmad, Badu. 2013. Manajemen Pelayanan Publik. Makassar; Andi Offset
Dwiyanto, Agus. 2011. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press
Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi Birokras Publik di Indonesia. Yogyakarta; Gadjah
Mada University Press
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta; Gava Media
Keputusan Kepala Kepolisian Negara RI. 2014. Buku Pintar Bhabinkamtibmas;
International Organization for Mirgation (IOM)
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung; Cetakan ke-16. Alfabeta Bandung.
Tangkilisan, Hesel Nogi S. 2007. Responsivitas Kebijakan Publik. Yogyakarta;
Wonderfull Publishing
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Malang; Bayu Media

JURNAL DAN SKRIPSI


Alam, Septian. 2017. Kebijakan Kepala Polisi Daerah Lampung Dalam Upaya
Memberikan Perlindungan Kepada Masyarakat Lampung. Fakultas Hukum
Universitas Bandar Lampung. Lampung,skripsi

Azis, Astri Novita. 2016. Responsivitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Karang


Asam Kota SAMARINDA.Samarinda.eJournal Administrasi Negara, Vol 04 No
03
Azhari, Chintia Ayu. 2018. Strategi Mengenal Khalayak Bhabinkamtibmas
(Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) Polsekta
Samarinda Utara Dalam Membangun Kemitraan Dengan Masyarakat Di
Kelurahan Mugirejo. Kalimantan. eJournal Ilmu Komunikasi, Vol 06 No 01
Bayu Sujadmiko dan Intan Fitri Meutia. 2015. Balinese vs Lampungnese: measuring
ADR Applicability to Resolve Ethnic Conflict in Indonesia. No 91
94

Effendi, Mukhlis dkk, 2017. Peranan Media Rembuk Pekon Dalam Penyelesaian
Masalah Sosial Pasca Konfik Di Pageralan. Pegelaran.
Herdiani, Hilda. 2015. Responsivitas Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan
Kesehatan Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Kota Makassar).
Unniversitas Hasanuddin. Makassar, skripsi
Komalasari, Ria. 2014. Identifikasi Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Pada Siswa
SMP 4 Kota Jambi.Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.Universitas
Jambi, skripsi
Kusumah, Nuralam Budi. 2016. Responsivitas Pelayanan Publik Peserta BPJS
Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Hasanuddin. Makassar, skripsi
Marison, Muhammad M.P. 2014. Analisis Keterkaitan Keberadaan Polisi
Masyarakat (POLMAS) Dengan Berkurangnya Angka Kriminalitas. Fakultas
Hukum. Universitas Lampung. Lampung, skripsi
Intan, Fitri Meutia. 2015. Community Policing to Resolve Ethnic Conflict in
Indonesia. Graduate School Of Human and Socio-Enviromental Studies.
Unniversitas Kanazawa, No 29
Intan, Fitri Meutia. 2016. Community Policing on Past and Present. Graduate School
Of Human and Socio-Enviromental Studies. Unniversitas Kanazawa, No 31

Meutia, Intan Fitri. 2016. The Implementation of Community Policing in Indonesia.


Graduate School Of Human and Socio-Enviromental Studies. Unniversitas
Kanazawa, Thesis.

Renaldy, Grievdipoer Putra. Responsivitas Dinas Kebersihan dan Pertamanan


Dalam Menangani Keluhan Masyarakat Menangani Pelayanan Publik di Kota
Surabaya. Universitar Airlangga, Vol 04 No 01

Tornado, Jevvi. 2015. Peranan Kepolisian Dalam Melaksanakan Rembuk Pekon


Sebagai Penyelesaian Konflik Sosial Dalam Masyarakat. Universitas
Lampung, skripsi
Ulfa, Andi Mariyam. Responsivitas Pelayanan Publik (Studi:Pelayanan Polres
Enrekang Terhadap Pengaduan Masyarakat). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Universitas Hasanuddin. Makassar, skripsi

WEBSITE
https://aliseptiansyah.wordpressdiakses pada 6 November 2018 pukul 18:30 WIB
http://ferli1982.wordpress.com diakses pada 9 November 2018 pukul 13:00 WIB
http://gurupendidikan.co.id diakses pada 15 November 2018 pukul 20:00 WIB
95

https://kelbumiayu.malangkota.go.id diakses pada 6 November 2018 pukul


17:30WIB
https://lampung.tribunnews.com diakses pada 17 November 2018 pukul 17:00 WIB
https://liputan6.com diakses pada 28 November 2018 pukul 14:15 WIB
https://repository.unj.ac.id diakses pada 10 November 2018 pukul 16:30WIB
https://regional,kompas.com diakses pada 8 November 2018 pukul 11:00 WIB
http://regional.kompas.com diakses pada 8 November 2018 pukul 11:30 WIB
https://republika.co.id diakses pada 8 November 2018 pukul 17:00 WIB
https://scribd.com diakses pada 10 November 2018 pukul 16:00 WIB
https://sugiartoagribisnis.wordpressdiakses pada 29 November 2018 pukul 15:00
WIB
https://sugiartoagribisnis.wordpress diakses pada 29 November 2018 pukul
15:00WIB
http://text.id.com diakses pada 10 November 2018 pukul 17:00 WIB
http://tribatanewstanbu.kelsel.polri.go.id diakses pada 8 November 2018 17:30 WIB
https://humas.polri.go.id diakses pada 8 Mei 2019 15:00 WIB
https://lampungmediaonline.com pada 8 Mei 2019 16;30 WIB
https://poldasumber.info pada 10 Mei 2019 18:30 WIB
repository.unissula.ac.id pada13 Mei 2019 16:30 WIB
https://polsek-cigugur.blogspot.compada 13 Mei 2019 16:45 WIB
https://www.makalah-nkp.com pada 14 Mei 11:00 WIB
https://info.metrokota.go.id pada 14 Mei 11:30

Anda mungkin juga menyukai