Anda di halaman 1dari 79

STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG

DALAM PENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH PEMULA PADA


PILPRES 2019

( Skripsi )

Oleh:
Annisa Putri

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK

STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG


DALAM PENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH PEMULA PADA
PILPRES 2019

Oleh

ANNISA PUTRI

Komisi Pemilihan Umum(KPU) sebagai lembaga independen dalam sistem


ketatanegaraan indonesia berinovasi dengan meluncurkan pusat pendidikan
pemilih yang bertugas memberikan pendidikan politik sejak dini. KPU Kota
Bandar Lampung memiliki strategi untuk meningkatkan partisipasi pemilih.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan oleh
KPU Kota Bandar Lampung dalam usaha meningkatkan partisipasi pemiih
pemula. Tipe penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan
teknik pengumpulan data meliputi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
memfokuskan pada strategi-strategi yang dilakukan oleh KPU Kota Bandar
Lampung berkenaan dengan pelaksanaannya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa KPU Kota Bandar Lampung sudah melakukan strategi sesuai dengan
ketetapan yang ada sehingga adanya peningkatan partisipasi pemilih, pada pilpres
2019 meningkatnya partisipasi pemilih diluar target yang ditetapkan oleh KPU
yaitu 77% namun kenyataan tingkat partisipasi di Kota Bandar Lampung menjadi
88,61% hal ini menunjukkan bahwa srategi KPU sudah berhasil dijalankan.

Kata Kunci: strategi, pendidikan pemilih, pemilih pemula, partisipasi


pemilih
ABSTRACT

THE STRATEGY OF GENERAL ELECTION COMMISIONS IN


BANDAR LAMPUNG CITY FOR INCREASING THE PARTICIPATION
OF NEW VOTERS ON PRECIDENTIAL ELECTION 2019

By

ANNISA PUTRI

The General Election Commission (KPU) as independent institution in Indonesia


constitutional system innovates by launching voter education centers which is in
charge to provode political education from early age. Bandar Lampung KPU has a
strategy to increase voter participation. The aim of this study is find out how the
strategy that has been done by Bandar Lampung KPU in order to increase the
participation of beginner participants. The type of this research uss a qualitative
descriptive method with data collection technique, including interviews and
documentation. This research focuses on strategy that has been done by Bandar
Lampung KPU regarding its implementation. The result of this study indicates
that Bandar Lampung KPU regarding its implementation. The result of this study
indicates that Bandar Lampung KPU has implemented a strategy which
compitable with the provisions, so that there is an increase in voter participation.
In the precidential election 2019, voter participation increases beyond the target
which has set by the KPU that is 77%. However, the fact is the participation rate
in Bandar Lampung increases to 88,61%. This shows that the KPU Strategy has
been successfully implemented.

Keywords: strategy, voter education, beginner voters, voter participation


STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG
DALAM PENINGKATAN PARTISIPASI PEMILIH PEMULA PADA
PILPRES 2019

Oleh:
ANNISA PUTRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Annisa Putri, dilahirkan di Kota Bandar

Lampung pada tanggal 08 Juni 1997. Penulis merupakan

putri pertama dari Bapak Amin Zahri dan Ibu Nur Eliyati.

Penulis menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Shandy Putra Telkom

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003, dilanjutkan Sekolah Dasar

(SD) di SD Negri 2 Sawah Lama pada tahun 2009. Penulis menempuh pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negri 29 Bandar Lampung pada tahun

2012, dan melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negri

5 Bandar Lampung pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negri

Universitas Lampung. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada tahun 2018 di Bulan

Januari, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di

Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus.


MOTTO

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap”


(QS. Al Insyirah : 8)

“Ridha mama Ridha Nya Allah”


(Mama)

“Bersedekah lah dari uang sakumu walaupun hanya seribu, karna itu lah
ketenanganmu”
(Papa)

“Hidup Kita Tergantung dari Cara Kita Berdoa”


(Candi Soeleman)

“Life is simple, make it fun”


(Annisa Putri)
PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdullilahirabbil’alamiin terimakasih Ya Allah telah Engkau mudahkan


langkahku dalam menyelesaikan skripsi ini

Aku persembahkan Karya Sederhana ini untuk :

Mama, Papa, dan Adikku yang aku sayangi dan aku cintai sebagai tanda bakti,
hormat dan cintaku kepada kalian. Terima kasih atas dukungan serta doa yang tak
pernah henti kalian berikan

Almamater Tercinta Universitas Lampung


SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas Ridho Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan

hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tidak lupa penulis sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

tauladan yang baik dan pemimpin bagi kaumnya.

Skripsi ini yang berjudul “Strategi Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar

Lampung dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pilpres

2019” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung

Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini antara lain yaitu:

1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung. Terima kasih atas ilmu, saran,

semangat, motivasi, dan kelancaran terciptanya skripsi ini. Semoga jiwa

yang tegas dan muda selalu tertanam dalam diri Bapak dan segala
kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk bapak baik di dunia

maupun di akhirat kelak.

2. Bapak Fauzi Heri, S.T.,S.H.,M.H selaku ketua Komisi Pemilihan Umum

Kota Bandar Lampung

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Terima Kasih atas ilmu, saran, dan selalu mempermudah dalam urusan

apapun di Jurusan. Terima kasih juga bapak selalu mempunyai kerendahan

hati yang banyak dikagumi mahasiswa/i jurusan Ilmu Pemerintahan.

Semoga kesehatan dan kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk

Bapak baik di dunia Maupun di Akhirat kelak.

4. Bapak Budi Harjo S.Sos., M.IP. selaku dosen pembimbing utama yang

amat sangat baik hatinya dan sudah saya anggap sebagai ayah saya sendiri.

Terima kasih ilmu, saran, semangat dan motivasi yang selalu Bapak

berikan kepada saya sehingga terselesaikan skripsi ini. Terima kasih atas

kebaikan dan kesabaran yang selalu Bapak berikan terhadap saya yang

terkadang saya suka mengeluh dalam proses bimbingan, Terima kasih juga

Bapak selalu memberikan dukungan ketika saya sudah mulai putus asa.

Terima kasih juga arahan yang bapak berikan kepada saya dalam proses

pengerjaan skripsi, selalu mempermudah proses bimbingan. Terima kasih

bapak yang selalu memiliki kerendahan hati yang selalu menjadi panutan

serta dicintai mahasiswa/i jurusan ilmu pemerintahan. Semoga bapak

selalu menjadi dosen yang terus bersinar karir nya diluar maupun

dilingkungan kampus. Semoga jiwa muda, hati yang baik selalu tertanam
dalam diri Bapak dan segala kebaikan serta berkah dari Allah SWT selalu

dilimpahkan untuk Bapak.

5. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing kedua

yang telah membimbing saya. Terima kasih atas dukungan, saran, ilmu,

serta semangat yang ibu berikan kepada saya. Terima kasih atas kebaikan

dan kelembutan hati ibu selama proses bimbingan. Semoga ibu selalu

dalam lindungan Allah SWT. Dan Semoga ibu selalu dilimpahkan berkah

dan kebaikan.

6. Bapak Dr. Robi Cahyadi Kurniawan S.IP., M.A. selaku dosen penguji

saya. Terima kasih atas ilmu, saran, semangat dan motivasi yang bapak

berikan kepada saya. Terima kasih sudah bersedia saya repotkan karna

bapak selaku dosen penguji juga merangkap jadi pembimbing saya karna

selama ini sudah mau mendengarkan konsultasi atas kesulitan yang saya

alami selama penulisan skripsi. Terima Kasih pak atas arahan serta

rekomendasi yang bapak berikan dalam pengerjaan skripsi saya. Terima

Kasih atas kebaikan yang luar biasa yang Bapak miliki. Tetap menjadi

dosen yang baik hatinya karna selalu mau mendengarkan curhat-curhatan

mahasiswa/i nya . Semoga bapak selalu menjadi dosen yang terus bersinar

karir nya diluar maupun dilingkungan kampus. Semoga berkah, kebaikan

serta kesehatan selalu melimpahi bapak.

7. Keluarga tercinta, mamaku, papaku, adikku. Terima kasih atas kasih

sayang yang selalu kalian berikan untuk atu. Terima kasih mama telah

mengandung, melahirkan, mengasuh dan membesarkan atu. Mama adalah

sosok wanita terhebat yang atu miliki, mama yang kuat mama yang
tangguh serta mama yang cantik. Terima kasih mama selalu menjadi

tempat curhat atu dalam segala hal, menjadi tempat atu mengeluarkan

keluh kesah atu, terimakasih mama selalu mensupport atu, selalu

memberikan yang atu mau. Semoga mama selalu sehat, selalu bahagia,

selalu menjadi mama kebanggaan atu dan kia. Teruntuk papaku

terimakasih sudah menjadi sosok ayah yang baik dan tegas, terima kasih

pa sudah memberikan wejangan-wejangan dalam hidup atu, terima kasih

selalu memberikan apa yang atu butuhkan. Maaf ma..pa sampai saat ini atu

masih manja dan sering merepotkan kalian dari hal kecil hingga yang

besar. Kepada adikku satu-satunya yang jarak usia kita cukup jauh yaitu

11 tahun, teman berkelahi, teman jalan-jalan. Doa dan kasih sayang atu ke

kalian tidak akan pernah henti. Terima kasih keluarga kecilku semoga

Allah memberikan kebaikan, keberkahan untuk kita sekeluarga dan

bahagia dunia serta akhirat.

8. Opa, Oma, dan Kakekku terima kasih kalian selalu menyayangi atu, selalu

memberikan nasihat, memberikan semangat. Semoga kalian selalu

diberikan kesehatan.

9. Sahabat perkuliahan dari tim hore-hore, Anmeysa Yola, Dewi Aria, Ivan

Maulana, Ahmad Muzakki, Richo Riansyah, Ahmad Dedi, Aji

Rahmansyah, Ghofur Rizaldi, Surya Hadi dan Ferdi Abdillah. Terima

kasih kalian telah menjadi sahabat saya, terima kasih telah menjadi teman

liburan, teman suka dan duka. Semangat buat beberapa dari kalian yang

masih menyelesaikan skripsi atau bahkan yang baru ingin mengajukan


judul. Semoga kelak kita semua menjadi orang sukses seperti apa yang

kita cita-citakan.

10. Sahabat-sahabatku dari Genk Girls Squad, Azalia Rizki, Hardiana, Indah

Ayu, dan Raysa Sekar. Sukses untuk kita, dan semangat kalian untuk

skripsinya. Semoga kita sukses dan tidak ada lagi drama percintaan yang

melanda, aminnnnnnnn...

11. Teman-teman perkuliahanku dari tim hmm squad, Tita Maulidya, Ayuni

Zalita, Diah Wilantika, Rachmiati Sari, Tiara Herina, Zenia Vidia, Annisa

Rizki. Semoga kalian sukses dengan jalan yang dipilih masing-masing.

12. Teman-temanku dari squad setia menunggu di lobi gedung D Jurusan Ilmu

Pemerintahan, Dara Atika, Nurhaliza, Anisa Marcelina, Oktadila Anwari,

Sri Mulyaningsih, Feygi, Santini, dan yang lainnya. Terimakasih sudah

bersedia membantu menghibur dikala jenuh dan selalu bersedia ditanya

soal berkas-berkas maupun skripsi.

13. Teman-teman angkatan 2015 jurusan ilmu pemerintahan, semoga kita

semua menjadi pejabat-pejabat tinggi


DAFTAR ISI

halaman
Daftar Isi ............................................................................................................... i
Daftar Tabel......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. .... .... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 14
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 14

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 15


A. Tinjauan Strategi ................................................................................... 15
1. Konsep Strategi ................................................................................ 15
2. Dimensi-Dimensi Strategi ................................................................ 16
3. Macam-Macam Strategi ................................................................... 17
4. Proses Strategi .................................................................................. 20
B. Tinjauan Tentang KPU ......................................................................... 22
C. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik
1. Pengertian Partisipasi Politik ........................................................... 23
2. Jenis-Jenis Partisipasi Politik ........................................................... 25
3. Bentuk Partisipasi Politik ................................................................. 26
D. Tinjauan Tentang Pemilih Pemula ........................................................ 28
E. Perilaku Pemilih
1. Perilaku Pemilih ............................................................................... 29
2. Bentuk Perilaku Pemilih .................................................................. 32
F. Kerangka Berfikir .................................................................................. 34

III. METODE PENELITIAN........................................................................ 36


A. Tipe Penelitian ...................................................................................... 36
B. Fokus Penelitian .................................................................................... 37
C. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ............................................... 38
D. Pemilihan Informan .............................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara ...................................................................................... 40
2. Dokumentasi ................................................................................... 40
F. Teknik Pengolahan Data
1. Editing Data ..................................................................................... 41
2. Interpretasi Data ............................................................................... 41
G. Triangulasi Data .................................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data .................................................................................... 42
2. Penyajian Data ................................................................................. 42
3. Penarikan Kesimpulan ..................................................................... 43

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah KPU.......................................................................................... 44
B. Gambaran Umum KPU Kota Bandar Lampung... ........................ .... .. 44
C. Sejarah Komisi Pemilihan Umum ................................................ ....... 45
D.Kelembagaan KPU Kota Bandar Lampung ........................................... 46
E. Visi dan Misi KPU ................................................................................ 47
F. Tujuan KPU Kota Bandar Lampung ..................................................... 48
G. Sasaran KPU Kota Bandar Lampung ................................................... 49
H. Gambaran Umum Mahan Demokrasi ................................................... 49
1. Tujuan Rumah Demokrasi ................................................................ 51
2. Sasaran Rumah Demokrasi ............................................................... 51
I. Pemilih Pemula....................................................................................... 52
J. Struktur Komisioner KPU Kota Bandar Lampung ................................ 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 55


A. Strategi KPU Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan
partisipasi pemilih pemula ................................................................... 55
1. Strategi Organisasi (Corporate Strategy) ...................................... 56
2. Strategi Program (Program Strategy)............................................ 61
3. Strategi Pendukung Sumber Daya (Resource Support Strategy) .. 69
4. Strategi Kelembagaan (Institutional Strategy) .............................. 72

VI. SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 84


A. Simpulan ............................................................................................... 84
B. Saran ..................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Partisipasi Pilpres 2014 .....................................5


Tabel 2. Rekapitulasi jumlah partisipasi Pilwakot 2015 ...................................7
Tabel 3. Rekapitulasi jumlah partisipasi pemilih pada Pilgub 2018 .................7
Tabel 4. Rekapitulasi jumlah partisipasi pada pilpres 2019 .............................9
Tabel 5. Presentase data jumlah partisipasi pemilih Kota BDL......................10
Tabel 6. Jumlah Partisipasi Pemilih Pemula ...................................................11
Tabel 7. Penelitian Terdahulu .........................................................................12
Tabel 8. Informan ............................................................................................39
Tabel 9. Jumlah Pemilih Pemula pada Pilgub 2018 ........................................52
Tabel 10. Jumlah Pemilih Pemula pada Pilpres 2019 .....................................53
Tabel 11. Jumlah Pemilih Pemula sosialisasi .................................................61
Tabel 12. Program Kegiatan KPU Kota BDL.................................................66
Tabel 13. Jumlah Siswa/i SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi ....................69
Tabel 14. Basis-Basis Relawan KPU Kota BDL ............................................74
Tabel 15. Jumlah Pemilih Pemula Kota BDL pada Pemilu 2019 ...................77
Tabel 16. Jumlah Presentase Partisipasi Pemilih pada Pilpres 2019 ..............78
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian........................................................... 35


Gambar 2. Struktur Komisioner KPU Kota BDL ........................................ 54
1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga independen dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban sebagai

penyelenggara Pemilu yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2011 tentang penyelenggaraan Pemilu. Adapun tugas, wewenang, kewajiban,

Komisi Pemilihan Umum diatur dalam Pasal 9 UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum. (diakses melalui https://kpud-rembangkab.go.id

pada tanggal 27 desember 2018, pada pukul 10.12 WIB)

Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang secara umum bertugas melaksanakan

Pemilu kemudian berinovasi dengan meluncurkam pusat pendidikan pemilih yang

bertugas memberikan pendidikan politik sejak dini kepada masyarakat.

Berbekalkan keinginan agar tercipta masyarakat yang cerdas dalam memilih,

maka KPU RI sesuai dengan Surat Nomor: 1060/KPU/XII/2015 tanggal 29

Desember 2015 menginstruksikan pembentukan pusat pendidikan pemilih di 9

KPU Provinsi dan 18 KPU Kabupaten/Kota. (diakses melalui https://kpu.go.id

pada tanggal 27 Desember 2018, Pukul 12.15 WIB)


2

KPU RI meluncurkan program rumah pintar pemilu dengan menunjuk beberapa

daerah sebagai pilot project-nya. KPU Kota Bandar Lampung menjadi salah satu

daerah yang menjadi pilot project pusat pendidikan pemilih kemudian

meluncurkan sebuah rumah untuk lebih mendalami pembelajaran Pemilu yang

diberi nama Rumah Demokrasi. (Naufal 2017: 8)

Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaksanakan program rumah pintar

pemilu/rumah demokrasi merupakan sebuah konsep pendidikan pemilih yang

dilakukan melali pemanfaatan ruang dari suatu bangunan atau bangunan khusus

untuk menjawab kebutuhan pemilih dan masyarakat umum dalam melakukan

program-aktifitas project edukasi nilai-nilai demokrasi dan kepemiluan. Tujuan

didirikannya rumah pintar pemilu/rumah demokrasi untuk meningkatkan

kemampuan penyelenggaraan Pemilu dalam membantu mengedukasi masyarakat

akan pentingnya pemilu dan demokrasi dengan cara mengenalkan nilai-nilai dasar

pemilu dan demokrasi, menanamkan kesadaran nilai-nilai berdemokrasi, oleh

sebab itu adanya pendidikan politik sangatlah penting. (Hasbiyah 2014:3).

Disisi lain Komisi Pemilihan Umum harus bertindak profesional dengan

menentukkan langkah strategis yang mampu memberikan pemahaman kepada

masyarakat untuk sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Salah

satu tugasnya yaitu dengan melakukan sosialisasi untuk mendorong partisipasi

politik masyarakat pada pemilihan umum. Tugas-tugas tersebut secara hirarki

dilaksanakan oleh KPU Pusat, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sesuai

dengan amanat Undang-Undang No.15 tahun 2011 tentang Komisi Pemilihan

Umum. Sehingga dalam lingkup kabupatan/kota maka tugas untuk membangun


3

kesadaran politik masyarakat dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum. (Gleko

2017:2).

Sasaran dari program pendidikan politik yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan

Umum adalah kelompok pemilih pemula yang masih belum memiliki

pengetahuan yang cukup, sehingga mereka mau berpartisipasi dalam politik.

Pemilih pemula mayoritas memiliki rentang usia 17-21 tahun, kecuali karena telah

menikah, dan mayoritas pemilih pemula adalah pelajar (SMA), mahasiswa dan

perkerja muda. Pemilih pemula merupakan pemilih yang sangat potensial dalam

perolehan suara pada Pemilu. (Naufal 2017:57)

Perilaku pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan

apatis, pengetahuan politiknya kurang, cenderung mengikuti kelompok

sepermainan dan mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum,

ruang-ruang tempat di mana mereka belajar politik biasanya tidak jauh dari ruang

yang dianggap memberikan rasa kenyamanan dalam diri mereka. Sikap apatis

pemilih pemula terhadap proses pemilu tidak boleh dibiarkan lebih lanjut. Harus

ada tindakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk menumbuhkan

kembali kesadaran Pemilih Pemula agar berpartisipasi dalam Pemilu.

Adapun ruang-ruang tempat belajar politik tersebut yaitu pertama ruang keluarga,

di dalam lingkungan keluarga mereka belajar berdemokrasi pertama kali, faktor

keluarga sangat mempengaruhi cara pandang mengenai seluk-beluk kehidupan

yang ada di sekitarnya, termasuk pendidikan politik diperoleh pertamakali dari


4

ruang keluarga. Keluarga mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi secara

emosional, sehingga faktor orang tua bisa membentuk perilaku pemilih mereka.

Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku pemilih pemula adalah pengaruh

teman sebaya atau sepermainan, karena faktor eksternal ini bisa mempengaruhi

informasi dan pendidikan politik serta pengetahuan politik pemilih pemula

sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainnya. Perilaku

pemilih masih erat dengan faktor sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan

pilihan politiknya jika ditinjau dari studi voting behaviors. Namun yang

membedakan pemilih pemula dan kelompok lainnya adalah soal pengalaman

politik dalam menghadapi pemilu, preferensi yang dijadikan sandaran dalam

melakukan pemilihan cenderung tidak stabil atau mudah berubah-rubah sesuai

dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya.

Faktor yang sangat penting adalah bagaimana pemilih pemula tak menjatuhkan

pilihan politiknya karena faktor popularitas belaka, ada nya harapan pemilih

pemula supaya menjadi pemilih yang kritis dan rasional (critical and rational

voters) yang artinya dalam menjatuhkan pilihannya bukan karena faktor

popularitas, kesamaan etnis dan kedekatan emosional, namun karena faktor rekam

jejak, visi misi, kredibilitas dan pengalaman birokrasi. Upaya tersebut adalah

bagian dari political empowerment terutama perilaku pemilih pemula dan karena

melihat potensi suara pemilih pemula yang signifikan pada Pemilihan Gubernur

Lampung 2018.
5

Hal ini sangat penting karena pemilih pemula adalah pemilih yang ikut andil

menentukan pemimpin negeri ini tidak hanya pada Pilgub 2018 namun juga

pemilu-pemilu selanjutnya. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas

demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena

kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi

secara benar baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur politik, maka

pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam

menentukan pemimpin di Indonesia. (Firmansyah 2015:4)

Rumah pintar pemilu/rumah demokrasi diharapkan dapat membentuk generasi

bangsa yang mampu menerjemahkan nilai demokrasi sesuai ketentuan. Generasi

yang selain dapat menjadi pemilih cerdas, dapat juga menjadi pemimpin yang

berkualitas dan melahirkan kebijakan yang memihak pada tujuan kesejahteraan

masyarakat. Materi edukasi yang disajikan dalam rumah pintar pemilu/rumah

demokrasi KPU Kota Bandar Lampung memuat sarana memperkenalkan,

memahamkan, menanamkan kesadaran dan menginspirasi masyarakat terhadap

pentingnya nilai-nilai demokrasi. Sarana dapat berupa sejarah, proses kepemiluan

dan simulasi proses pemilihan. (Hasbiyah 2014:4)

Strategi yang dirancang oleh KPU Kota Bandar Lampung mempunyai tujuan

untuk menunjukkan peningkatan partisipasi pemilih pemula, dilihat dari

peningkatan partisipasi dari sebelum dan sesudah adanya mahan demokrasi.

Partisipasi pemilih pemula sebelumnya cukup rendah, maka dari itu KPU

meluncurkan program-program pendidikan pemilih. Berikut adalah data

partisipasi pemilih pada pilpres 2014 sebelum adanya mahan demokrasi :


6

Tabel 1. Rekapitulasi jumlah partisipasi pada pilpres 2014


No. Kecamatan DPT Penggunaan %
Hak Pilih
1. Bumi Waras 38.446 27.876 72,51%

2. Enggal 18.567 13.239 71,30%

3. Kedamaian 33.050 24.498 74,12%

4. Kedaton 35.196 25.531 72,54%

5. Kemiling 43.012 34.281 79,70%

6. Labuhan Ratu 32.784 21.800 66,50%

7. Langkapura 21.898 17.222 78,65%

8. Panjang 45.270 35.028 77,38%

9. Rajabasa 30.135 21.531 71,45%

10. Sukabumi 37.088 28.682 77,33%

11. Sukarame 38.529 29.911 77,63%

12. Tanjung Senang 32.129 23.833 73,97%

13. Tanjung Karang Barat 36.659 27.294 74,45%

14. Tanjung Karang Pusat 33.416 24.785 74,17%

15. Tanjung Karang Timur 24.672 18.299 74,17%

16. Teluk Betung Barat 20.635 15.393 74,60%

17. Teluk Betung Selatan 27.727 20.046 72,30%

18. Teluk Betung Timur 27.811 20.950 75,33%

19. Teluk Betung Utara 32.525 25.497 78,39%

20. Wayhalim 44.091 31.683 71,86%

Total 653.730 487.379 74,55%

Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019


7

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa presentase partisipasi masyarakat

sebesar 74,55% dengan jumlah partisipasi yang di targetkan oleh KPU adalah

75%. Sebelum adanya mahan demokrasi tingkat partisipasi masyarakat terbilang

hampir memenuhi target. Apabila dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah

(Pilwakot) pada tahun 2015 , dengan data sebagai berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi jumlah partisipasi pada Pilwakot 2015


No. Kecamatan DPT Partisipasi %
1. Bumi Waras 35.638 25.005 70,16%
2. Enggal 17.493 9.877 56,46%
3. Kedamaian 34.432 20.230 58,75%
4. Kedaton 33.114 21.181 63,96%
5. Kemiling 42.929 30.276 70,53%
6. Labuhan Ratu 31.307 17.620 56,28%
7. Langkapura 22.399 14.648 65,40%
8. Panjang 43.411 30.890 71,16%
9. Rajabasa 26.361 17.266 65,50%
10. Sukabumi 36.665 26.300 71,73%
11. Sukarame 36.512 24.194 66,26%
12. Tanjung Senang 31.289 20.628 65,93%
13. Tanjung Karang Barat 34.208 23.652 69,14%
14. Tanjung Karang Pusat 31.402 20.999 66,87%
15. Tanjung Karang Timur 23.466 15.348 65,41%
16. Teluk Betung Barat 20.500 14.502 70,74%
17. Teluk Betung Selatan 27.304 18.761 68,71%
18 Teluk Betung Timur 27.028 20.592 76,19%
19 Teluk Betung Utara 31.962 22.064 69,03%
20. Wayhalim 42.946 25.961 60,45%
Total 630.366 419.994 66,63%
Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peniliti 2019

Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi lebih rendah

dibandingkan pada pilpres 2014, dengan angka DPT yang lebih sedikit

menjadikan partisipasi pemilih juga berkurang. Melihat dari jumlah presentase

diatas yaitu jumlah partisipasi 66,63% sedangkan KPU menargetkan 70% angka

partisipasi masyarakat.
8

Setelah adanya mahan demokrasi tingkat partisipasi cukup meningkat dari

pemilihan sebelumnya, hal ini lah yang menjadikan tujuan utama dibentuknya

mahan demokrasi oleh KPU untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. dilihat

dari data partisipasi pada saat pilgub 2018 sebagai berikut :

Tabel 3. Rekapitulasi jumlah partisipasi pemilih pada Pilgub 2018

No. Kecamatan DPT Partisipasi %


1. Bumi Waras 35.881 25.897 72,2 %
2. Enggal 16.682 10.806 64,8 %
3. Kedamaian 32.158 22.114 68,8 %
4. Kedaton 31.977 22.153 69,3 %
5. Kemiling 45.165 35.066 77,6 %
6. Labuhan Ratu 28.826 19.718 68,4 %
7. Langkapura 23.538 17.273 73,4 %
8. Panjang 42.152 31.680 75,2 %
9. Rajabasa 26.937 19.542 72,5 %
10. Sukabumi 37.983 29.084 76,6 %
11. Sukarame 36.166 26.007 71,9 %
12. Tanjung Karang Barat 35.254 26.400 74,9 %
13. Tanjung Karang Pusat 29.974 22.360 74,6 %
14. Tanjung Karang Timur 21.806 16.750 76,8 %
15. Tanjung Senang 30.636 23.128 75,5 %
16. Teluk Betung Barat 21.121 16.053 76,0 %
17. Teluk Betung Selatan 27.660 18.746 67,8 %
18. Teluk Betung Timur 28.233 21.405 75,8 %
19. Teluk Betung Utara 29.915 23.063 77,1 %
20. Way Halim 40.765 28.730 70,5 %
Total 622.829 455.975 73,2%
Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan partisipasi

pemilih pada Pilgub 2018 dibandingkan Pilwakot 2015, tingkat partisipasi

sebanyak 73,2% dengan angka 455.974 Jiwa yang ikut berpartisipasi dalam

pilwakot walaupun angka tersebut dibawah dari target KPU yaitu 75% setidaknya

ada kenaikan dari pemilihan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

keberhasilan dari strategi-strategi yang dijalankan oleh KPU Kota Bandar

Lampung.
9

KPU Kota Bandar Lampung terus melakukan strategi-strategi guna meningkatkan

partisipasi pemilih semakin tinggi, menjelang pilpres 2019 KPU gencar

melakukan sosialisasi dan pendidikan pemilih ke penjuru wilayah, hal itu

menjadikan tingkat partisipasi pemilih melewati target yang ditetapkan oleh KPU

Kota Bandar Lampung, berikut data partisipasi pemilih pada Pilpres 2019 sebagai

berikut :

Tabel 4. Rekapitulasi jumlah partisipasi pemilih pada Pilpres 2019


No. Kecamatan DPT Partisipasi %
1. Bumi Waras 35.096 31.383 89,42%
2. Enggal 16.523 13.915 84,22%
3. Kedamaian 33.877 28.818 85,07%
4. Kedaton 31.039 28.075 90,45%
5. Kemiling 47.052 42.560 90,45%
6. Labuhan Ratu 29.593 25.051 84,65%
7. Langkapura 24.143 21.728 90,00%
8. Panjang 43.208 38.435 88,95%
9. Rajabasa 28.283 25.688 90,82%
10. Sukabumi 38.099 35.178 92,33%
11. Sukarame 37.653 33.622 89,29%
12. Tanjung Senang 33.922 29.558 87,14%
13. Tanjung Karang Barat 34.864 31.864 91,40%
14. Tanjung Karang Pusat 34.659 27.949 80,64%
15. Tanjung Karang Timur 21.738 20.313 93,44%
16. Teluk Betung Barat 22.042 19.189 87,06%
17. Teluk Betung Selatan 27.668 22.729 82,15%
18. Teluk Betung Timur 28.722 25.329 88,19%
19. Teluk Betung Utara 20.499 27.907 91,50%
20. Wayhalim 39.494 36.172 91,59%
Total 638.174 565.463 88,61%
Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019

Berdasarkan data yang telah di paparkan diatas, maka perlu adanya strategi yang

dilakukan oleh KPU untuk meningkatkan partisipasi pemilih, karena seperti yang

dilihat bahwa tingkat partisipasi pada pilpres 2014 dan pilwakot 2015 cukup

rendah. Jika terus dibiarkan tanpa ada tindakan maka tingkat partisipasi akan

semakin rendah. Oleh karena itu peneliti akan meneliti tentang bagaimana strategi
10

yang dilakukan oleh KPU Kota Bandar Lampung untuk meningkatkan partisipasi

pemilih.

Menjelang Pemungutan suara Pilpres dan Pemilu Legislatif 2019, Komisi

Pemilihan Umum (KPU) kini kian gencar memberikan sosialisasi dan perhatian

khusus kepada 40 juta pemilih pemula di Tanah Air. Sebab para pemilih pemula

itu akan menentukan berlangsungnya pelaksanaan Pemilu di periode-periode

berikutnya secara berkelanjutan. Ketua KPU RI Arief Budiman mengatakan

pendidikan pemilih terutama pemilih pemula dalam pemilu sangat penting,

mereka perlu diberikan pemahaman tentang Pemilu tak hanya sekedar tentang

menggunakan hak pilih saja. (solopos.com diakses tanggal 21 Maret 2019 pukul

22.23 WIB).

Dengan pendidikan tentang pemilu yang baik pemilih pemula diharapkan dapat

aktif menjadi agen sosialisasi pemilu, sehingga pelaksanaan pemilu menjadi lebih

baik karena pemilihnya sudah paham mengenai esensi dari pesta demokrasi

tersebut. Sebaliknya jika pendidikan pemilu ini gagal maka tingkat partisipasi

pemilih dari golongan muda pada pemilu berikutnya menjadi jauh lebih berat

untuk ditingkatkan. Bahkan bukan hal yang tidak mungkin jika angka partisipasi

pemilihan sangat drastis menurun, ungkap ketua KPU tersebut (solopos.com

diakses tanggal 21 Maret 2019 pukul 22.23 WIB).

Untuk mengatasi apatisme dikalangan calon pemilih selain mendatangi kampus,

KPU juga sudah mendirikan Rumah Pintar Pemilu, selain itu juga KPU

melakukan sosialisasi lewat Relawan Demokrasi yaitu suatu kelompok komunitas


11

yang dibentuk KPU terdiri atas berbagai macam unsur ada mahasiswa, kelompok

perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok marginal. (solopos.com diakses

pada tanggal 21 Maret 2019 pada pukul 21.50 WIB).

Tabel 5. Presentase data jumlah partisipasi pemilih Kota Bandar Lampung


No. Pemilu Partisipasi Target KPU Keterangan

1. Pilpres 2019 74,55% 75% Tidak Memenuhi

2. Pilwakot 2015 66,63% 70% Tidak Memenuhi

3. Pilgub 2018 73,2% 75% Tidak Memenuhi

4. Pilpres 2019 88,61% 77% Melewati Target

Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019

Dari data yang dipaparkan diatas jumlah partisipasi pemilih pemula dihitung

sebanyak 20% dari jumlah partisipasi keseluruhan, pentingnya peranan pemilih

pemula sangatlah besar (Prof. Dr.H.A. Hafiz Anshary Az,M.A 2010:2). Berikut

adalah jumlah partisipasi pemilih pemula berdasarkan hitungan dari jumlah

keseluruhan partisipasi pemilih :

Tabel 6. Jumlah Partisipasi Pemilih Pemula


No. Pemilu Partisipasi Partisipasi Keterangan
Keseluruhan Pemilih Pemula
1. Pilpres 2019 487.379 97.478 Partisipasi rendah

2. Pilwakot 2015 419.994 83.998 Partisipasi rendah

3. Pilgub 2018 455.975 91.195 Partisipasi naik

4. Pilpres 2019 565.463 113.092 Partisipasi naik

Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019


12

Dilihat dari data yang dipaparkan diatas adanya kenaikan partisipasi pemilih

pemula yang dihitung berdasarkan partisipasi keseluruhan. Hal ini menunjukkan

bahwa strategi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar

Lampung telah berhasil meningkatkan partisipasi pemilih pemula. Strategi ini

akan terus dilakukan agar terus meningkatkan partisipasi di pemilu yang akan

datang.

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, peneliti menemukan beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti saat ini.

Penelitian terdahulu tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 7. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti, Tahun Judul Pembahasan

1 Agung Nugroho. 2018, Strategi Komisi Dikota kotamobagu pemilu


Skripsi Universitas Lampung Pemilihan legislatif berjalan cukup
Umum Provinsi lancar dan antusiasme
Jambi dalam masyarakat pun lebih
Peningkatan terlihat dibandingkan
Partisipasi dengan pemilu legislatif
Pemilih di 2009. Peningkatan
Kabupaten partisipasi politik
Kerinci (Studi masyarakat di pemilu 2014
Pada Pemilihan tentunya tidak luput dari
Kepala Daerah peran KPU Kota
2018 dan Kotamobagu yang gencar
Pemilihan bersosialisasi.
Umum 2019)
2 Muh. Imam Adli Aqil, 2015 Peran Komisi KPU Kabupaten Gowa
Pemilihan dalam meningkatkan
Umum partisipasi pemilih pada
Kabupaten pemilu tahun 2014 masih
Gowa dalam belum cukup efektif, faktor
Meningkatkan penghambatnya adalah
Partisipasi letak geografis yang dimana
Pemilihan masyarakat untuk menuju
Masyarakat kelokasi sosialisasi harus
Pada Pemilu melewati perkebunan, pola
Presiden Tahun pikir masyarakat sendiri,
2014 masalah DPT yang belum
13

tuntas
3 Maslekah Pratama Putri, Peran Komisi Dalam pemilu presiden
2016, Jurnal Ilmu Pemilihan 2014 KPU Kaltim
Komunikasi. Umum Dalam menggunakan media
Sosialisai komunikasi satu arah
Pemilu sebagai diantaranya melalui
upaya Untuk pamflet, disini KPU
Meningkatkan bertindak sebagai pengirim
Partisipasi pesan atau enkoder dimana
Politik bertujuan untuk mengubah
Masyarakat pengetahuan, sikap atau
Pada Pemilu perilaku dari penerima
Presiden 2014 pesan(dekoder) masyarakat.
di Kalimantan
Timur
4 I Made Suardana, Peranan Komisi Upaya meningkatkan
Pemilihan partisipasi politik yang
Umum daerah dilakukan oleh KPUD
Terhadap Gianyar adalah dengan
Partisipasi melakukan sosialisasi dan
Politik Pemilih pendidikan politik. Hal ini
Pemula dalam sangat diharapkan oleh
Pemilihan masyarakat sehingga
Kepala Daerah tingkat partisipasi politik
di Kabupaten meningkat.
Gianyar Tahun
2013
5 Petrus Gleko, Agung Strategi Komisi Kendala strategi KPU
Suprojo, 2017, Jurnal ilmu Pemilihan Kabupaten Malang dalam
sosial dan politik Umum Dalam meningkatkan partisipasi
Upaya politik masyarakat pada
Meningkatkan pemilukada Tahun 2015
Partisipasi karena; kurangnya
Politik dukungan finansial untuk
Masyarakat sosialisasi, kurangnya
Pada Pemilihan respon masyarakat,
Umum Kepala keterbatasan sumber daya
Daerah yaitu berupa personil KPU
yang masih terbatas.
Data diolah oleh peneliti 2019

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas peneliti ingin mengetahui lebih dalam

bagaimana strategi Komisi Pemilihan Umum untuk meningkatkan partisipasi

politik masyarakat khususnya pemilih pemula, penulis akan melakukan penelitian

dengan judul “Strategi Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung dalam

peningkatan partisipasi pemilih Pemula pada Pemilu 2019 ”


14

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka rumusan

masalah yang akan diajukan oleh peneliti adalah Bagaimana strategi Komisi

Pemilihan Umum dalam meningkatkan partisipasi pemilih pemula?

C. Tujuan Penelitian
Dalam rumusan masalah diatas yang telah dipaparkan oleh penulis tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi Komisi Pemilihan

Umum dalam meningkatkan partisipasi pemilih pemula.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis :

Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan dalam pemikiran dalam

keilmuan di bidang politik terutama berfokus pada partisipasi politik

pemilih pemula. Maka upaya memberikan pendidikan politik bagi para

pemilih dalam menggunakan hak pilihnya yang wajib digunakan secara

berkelanjutan.

2. Secara Praktis :

Dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran atau pendidikan

yang diterapkan oleh Rumah Demokrasi KPU Kota Bandar Lampung

dalam mencerdaskan kelompok pemilih pemula dalam upaya mewujudkan

partisipasi politik mereka secara kualitas dan kuantitas di masa yang akan

datang.
15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Strategi

1.Pengertian Tentang Strategi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2002: 763), strategi sebagai rencana

yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Penyusunan

sebuah strategi harus menggunakan metode maupun teknik-teknik tertentu

sehingga kebijaksanaan yang dihasilkan akan optimal. Untuk itu diperlukan

pengetahuan dan keahlian yang memadai guna mencapai tujuan organisasi.

Menurut Strickland (J. Winardi, 2003: 106), strategi dalam suatu organisasi

adalah tindakan-tindakan dan pendekatan-pendekatan organisasi yang diterapkan

oleh pihak pimipinan gunan mencapai kinerja keorganisasian yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini secara tipikal strategi merupakan sebuah

bauran yang terdiri dari tindakan-tindakan yang dilakukan secara sadar dan yang

ditujukan pada sasaran-sasarn tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan

guna menghadapi perkembangan-perkembangan yang tidak diantisipasi, dan

arena tekanan-tekanan yang bersifat kompetetif yang dilancarkan.


16

Definisi diatas menitik beratkan strategi sebagai berbagai tindakan

keorganisasian yang diterapkan pimpinan organisasi secara sadar, terencana dan

diarah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Jones ( J. Winardi, 2003:106), strategi merupakan suatu kelompok

keputusan tentang tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya, tindakan-

tindakan yang diperlukan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber daya

guna mencapai tujuan tersebut.

Menurut Onong Uchjana Effendy (2001:32) strategi adalah perencanaan dan

manajemen untuk mencapai tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,

melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya. Sedangkan

menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan

rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang

organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut tercapai.

2. Dimensi-dimensi Strategi

Strategi merupakan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang akan

membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan

organisasi dan mengapa organisasi mengerjakan hal itu. Menurut J. Winardi

(2003:112), dimensi dalam strategi pada suatu organisasi yaitu sebagai berikut:
17

a. Tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang paling pentng dan yang perlu

dicapai, kapan hasil-hasil harus dilaksanakan. Dari sasaran-sasaran nilai,

menyatakan ke arah mana organisasi terebut menuju, melalui berbagai

macam sasaran keorganisasian yang bersifat menyeluruh, yang

menetapkan sifat organisasi dan menetapkan target bagi setiap kesatuan

organisasiannya.

b. Kebijakan-kebijakan yang paling penting dan mengarahkan atau

membatasi kegiatan-kegiatan. Kebijakan-kebijakan merupakan peraturan-

peraturan atau prosedur-prosedur yang menggariskan batas-batas didalam

mana kegiatan akan dilaksanakan. Peraturan-peraturan demikian seringkali

mencapai keputusan-keputusan kontingen, guna menyelesaikan konflik

antara sasaran-sasaran spesifik.

c. Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program-program yang akan

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam batas-batas yang telah

digariskan. Program-program menspesifikasi langkah demi langkah

tahapan-tahapan tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasara

utama. Mereka menyatakan bagaimana sasaran-sasaran akan tercapai

didalam batas-batas oleh kebijakan.

3. Macam-Macam Strategi

Menurut Koteen dalam Salusu (1996: 104-105), terdapat beberapa tipe strategi

yaitu sebagai berikut :

a. Strategi Organisasi (Corporate Strategy)


18

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan

inisiatif-inisiatif strategis yang baru. Pembahasan-pembahasan ini

diperlukan, yaitu apa yang diakukan dan untuk siapa.

b. Strategi Program (Program Strategy)

Strategi ini memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari

suatu program tertentu. Apa dampaknya apabila suatu program tertentu

dilancarkan dan diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

c. Strategi Pendukung Sumber Daya (Rescource Support Strategy)

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan

pemanfaatan sumber-sumber daya esensial. Yang tersedia guna

meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu berupa tenaga,

keuangan, teknologi, dan sebagainya.

d. Strategi Kelembagaan (Institutional Strategy)

Fokus dari strategi kelembagaan ialah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategis.

Sementara menurut J. Winardi (2003:117-120), macam-macam strategi adalah

sebagai berikut :

a. Strategi yang direncanakan (planned strategy). Dalam hal ini intensi yang

tepat dirumuskan dan ditekunkan oleh kepemimpinan sentral tertentu, dan

ditopang oleh kontrol-kontrol formal guna memastikan implementasi

mereka.
19

b. Strategi enterpreneur (enterpreneurial strategy). Terdapat adanya intensi-

intensi, selaku visi pribadi dan yang tidak diartikulasikan dari seorang

pemimpin tunggal bersifat adaptif terhadap peluang-peluang baru,

organisasi yang bersangkutan berada dibawah kontrol pribadi sang

pemimpin.

c. Strategi idiologikal (idiological strategy). Terdapat adanya intensi-intensi,

karena visi kolektif dari semua anggota organisasi yang bersangkutan

dikendalikan oleh sejumlah norma kuat, yang diterima secara umum oleh

para anggota tersebut, organisasi bersangkutan seringkali bersifat proaktif

terhadap lingkungannya.

d. Strategi Payung (umbrella strategy). Kepemimpinan yang mengendalikan

kegiatan-kegiatan keorganisasian secara parsial, menetapkan target-target

strategis atau batas-batas di dalam mana semua pihak harus bertindak.

Kepemimpinan secara sadar memperbolehkan pihak lain untuk

melaksanakan manuver-manuver dan membentuk pola-pola didalam

batasan yang ada.

e. Strategi proses (process strategy). Pihak pimpinan mengendalikan aspek-

aspek proses dari strategi (siapa saja yang akan dipekerjakan, hingga

dengan demikian ia memperoleh peluang untuk mempengaruhi strategi,

struktur-struktur dengan apa mereka bekerja), isi faktual strategi diserahkan

pada pihak lain.

f. Strategi yang dipisahkan (disconnected strategy). Para anggota atau sub

unit yang terkait dengan longgar dengan organisasi yang bersangkutan,

menciptakan pola-pola dalam arus kegiatan mereka sendiri, karena tiadanya


20

atau yang bertentangan secara langsung dengan intensi-intensi umum

organisasi yang bersangkutan.

g. Strategi Konsensus (consensus strategy). Melalui tindakan saling

menyesuaikan berbagai anggota organisasi berkonvergensi tentang pola-

pola yang mencakup seluruh organisasi, karena tidak adanya intensi-intensi

sentral atau umum.

h. Strategi yang dipaksakan (imposed strategy). Lingkungan eksternal

menetapkan pola-pola dalam tindakan-tindakan melalui pemkasaan secara

langsung atau melalui pembatasan pemilihan keorganisasian.

4. Proses Strategi

Perencanaan strategis memberikan gambaran ke depan tentang bagaimana

suatu organisasi/badan dapat berjalan menuju tujuan sesuai dengan misi dan

visinya, dengan memanfaatkan potensi internal dan membenahi kelemahan-

kelemahan internal dalam rangka mengisi peluang dan ancaman yang ada atau

datang dari lingkungannya. Menurut Keban (2000:3) ada sembilan langkah

pokok proses perencanaan strategi, yang terdiri atas :

1. Kesepakatan awal, rencana strategis merupakan dokumen yang harus

disepakati bersama antara semua aktor yang berkepentingan (stakeholders)

2. Pernyataan mandat, merupakan apa yang diharuskan atau diwajibkan oleh

pihak yang lebih tinggi otoritasnya, termasuk apa yang diharpkan oleh

masyarakat lokal sendiri.

3. Perumusan visi, setiap lembaga atau organisasi diharapkan memiliki visi

tertentu, yaitu gambaran tentang kondisi ideal yang diinginkan stakeholders


21

pada masa mendatang atau dalam kurun waktu tertentu setelah lembaga

tersebut berjalan.

4. Perumusan misi, misi adalah pernyataan tentang untuk apa suatu organisasi

atau lembaga didirikan. Atau misi merupakan justifikasi tentang kehadiran

suatu lembaga, mengapa lembaga tersebut mengerjakan apa yang

dikerjakan.

5. Analisis kondisi internal, untuk dapat mencapai misi diatas diperlukan

dukungan internal, disini diperlukan suatu penilaian tentang kondisi

internal yang dapat menggambarkan tentang kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki.

6. Analisis kondisi eksternal, untuk dapat mencapai misi diatas diperlukan

suatu dukungan yang kondusif dari faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor

tersebut harus dinilai karena dapat menjadi peluang tetapi sebaliknya dapat

berupa ancaman.

7. Penentuan isu-isu strategi, dari hasil analisis faktor-faktor internal dan

eksternal di atas ditemukan banyak isu dengan tingkat kesrtategisan yang

berbeda-beda. Disini dibutuhkan suatu ketajaman berfikir untuk menilai

apakah suatu isu dapat dianggap strategis atau tidak. Biasanya kriteria yang

digunakan adalah, yang pertama pentingnya suatu isu yaitu kemungkinan

pencapaian visi dan misi kalau suatu isu yang sedang dinilai tersebut

dibiarkan atau sebaliknya diintervensi, dan yang kedua dampak atau efek

yang ditimbulkan bila isu tersebut dibiarkan atau sebaliknya diintervensi.

8. Perumusan strategi, kebijakan dan program-program strategi, kesalahan

yang paling fatal adalah mengemban misi dan merealisasikan visi tetapi
22

tidak melaui suatu strategi yang jelas. Semua strategi harus dijalankan agar

misi yang ada dapat diemban secara sukses dan sekaligus dapat

mewujudkan visi yang telah dirumuskan.

9. Prinsip-prinsip implementasi strategi, pada bagian ini ditetapkan bagaimana

prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam rangka mengimplementasikan

program-program strategi. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan aturan

main yang harus diikuti dalam penyusunan program/proyek tahunan,

rancangan implementasi program, mekanisme monitoring terhadap

program, mekanisme evaluasi program dan mekanisme tindakan koreksi

melalui proses feedback.

B. Tinjauan Tentang KPU

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang

menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan

Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden, serta pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil

Walikota serta Bupati dan Wakil Bupati. Dalam Undang-Undang No 15 Tahun

2011 Tentang Penyelengaraan Pemilu, bahwa penyelengaraan pemilihan umum

yang berkualitas diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan

rakyat dalam pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bahwa untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang

dapat menjamin pelaksanaan hak politik masyarakat dibutuhkan penyelenggara


23

pemilihan umum yang profesional serta mempunyai integritas, kapabilitas, dan

akuntabilitas. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Penyelenggaraan Pemilu memiliki tugas tugas

menyelenggarakan Pemilu dengan kelembagaan yang bersifat nasional, tetap

dan mandiri.

KPU bersifat nasional artinya mencerminkan bahwa wilayah kerja dan

tanggung jawab KPU mencakup seluruh wilayah NKRI, bersifat tetap artinya

menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan tugas secara

berkesinambungan meskipun dibatas oleh masa jabatan tertentu, dan secara

mandiri artinya menegaskan KPU dalam menyelenggarakan pemilihan umu

bebas dari pengaruh pihak manapun.

C.Tinjauan Tentang Partisipasi Politik

1.Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai

pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan

oleh Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir

atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan,

legal atau illegal, efektif atau tidak efektif (Huntington,dkk, 1994:4).


24

Partisipasi politik menjadi salah satu aspek penting suatu demokrasi.

Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya

keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut

dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut

serta menentukan isi keputusan politik.

Menurut Budiardjo (1982:1), partisipasi politik adalah kegiatan seseorang

atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,

yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini

mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,

menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok

kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah

atau anggota parlemen, dan sebagainya.

Menurut Herbert Mc Closky (Budiardjo, 2008:183-184), partisipasi politik

adalah kegiatan-kegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui

cara mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara

langsung atau tidak langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan

kebijakan umum.Menurut Ramlan Surbakti (1992:140), partisipasi politik

sebagai keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan

yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.


25

2.Jenis-Jenis Partisipasi Politik

Secara umum partisipasi politik sebagai kegiatan dibedakan menjadi 3

(Rahman H.I, 2007:288):

a. Partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input

dan output.

b. Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output,

dalam arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan

melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.

c. Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menganggap

sistem politik yang ada menyimpang dari yang dicita-citakan.

Sedangkan menurut Milbrath dan Goel (Cholisin, 2007:152), membedakan

partisipasi politik menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Partisipasi politik apatis, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik

diri dari proses politik.

b. Partisipasi politik spector, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut

memilih dalam pemilihan umum.

c. Partisipasi politik gladiator, mereka yang secara aktif terlibat dalam

proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap

muka, aktivis partai dan pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.


26

d. Partisipasi politik pengritik, orang-orang yang berpartisipasi dalam

bentuk yang tidak konvensional.

3. Bentuk Partisipasi Politk

Menurut Mas’oed dan MacAndrews (2000:225) partisipasi politik masyarakat

secara umum dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut :

a. Electroral activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung

atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan. Termasuk dalam

kategori ini adalah ikut serta dalam memberikan sumbangan untuk

kampanye, menjadi sukarelawan dalam kegiatan kampanye, ikut

mengambil bagian dalam kampanye atau rally politik sebuah partai,

mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau

calon pemimpin, memberikan suara dalam pemilihan, mengawasi

pemberian dan penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan

dan lain-lainnya.

b. Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk

menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan

untuk mempengaruhinya menyangkut masalah tertentu.

c. Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam

organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau

sebagai anggota biasa.

d. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan

secara langsung pejabat pemerintah atau tokoh politik, baik dilakukan

secara individu maupun kelompok orang yang kecil jumlahnya.


27

Biasanya, dengan bentuk partisipasi seperti ini akan mendatangkan

manfaat bagi yang orang yang melakukannya.

e. Violance, yaitu dengan cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi

pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan.

Sedangkan Dalton (2009) mengelompokkan bentuk partisipasi politik sebagai

berikut:

a. Voting. Yaitu bentuk-bentuk partisipasi politik yang terkait dengan

pemilihan (voting/electing). Voting adalah bentuk yang paling

sederhana untuk mengukur partisipasi.

b. Campaign activity. Yaitu aktivitas kampanye yang mewakili bentuk-

bentuk partisipasi yang merupakan perluasan dari pemilihan

(extension of electoral participation). Termasuk di dalamnya bekerja

untuk partai atau seorang kandidat, menghadiri pertemuan-pertemuan

kampanye, melakukan persuasi terhadap orang lain untuk memilih,

dan segala bentuk aktivitas selama dan antara pemilihan.

c. Communal Activity. Bentuk-bentuk partisipasi ini berbeda dengan

aktivitas kampanye karena aktivitas komunal mengambil tempat di

luar setting pemilihan (out side electoral setting). Termasuk

keterlibatan dalam kelompok-kelompok masyarakat yang interest

dan concern dengan kebijakan umum seperti kelompok studi

lingkungan, kelompok wanita, atau proteksi terhadap konsumen.

d. Contacting personal on personal matters. Bentuk partisipasi ini

berupa individu melakukan kontak terhadap seseorang terkait dengan


28

suatu materi tertentu yang melekat pada orang tersebut. Diperlukan

inisiatif dan informasi yang tinggi terkait isu yang spesifik, dalam

kontak yang bersifat perseorangan ini. Bentuk partisipasi ini

seringkali digunakan untuk membangun pengertian, kepercayaan,

mencari koneksi, ataupun membangun jaringan.

e. Protest. Yaitu bentuk-bentuk partisipasi yang unconventional seperti

demonstrasi dan gerakan protes. Walaupun individu-individu yang

memilih bentuk partisipasi ini sering berada di luar jalur/saluran yang

normal, namun mereka seringkali menjadi bagian penting dalam

proses demokratisasi.

D.Tinjauan tentang Pemilih Pemula

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2008 tentang Pemilhan Umum dalam

Bab IV pasal 19 ayat 1 dan2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau

pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia

17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih,

dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang

Pemilu.

Menurut Suhartono (2009:6), pemilih pemula khususnya remaja mempunyai

nilai kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal

dan mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang

menyenangkan akan dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok

sebaya adalah sesuatu paling penting dalam kehidupan seorang remaja,


29

sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam

pergaulan.

Pemilih pemula memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan pilihan

yang belum bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula sebagai swing

voters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi

ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik

lokal, seringkali apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam

pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional

dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek

E. Perilaku Pemilih

1. Perilaku Pemilih

Terkait perilaku pemilih merupaka pelajaran mengenai alasan dan faktor

yang menyebabkan seseorang memilih suatu partai atau kandidat yang ikut

dalam kontestasi politik. Perilaku memilih baik sebagai bagian dari konsep

partisipasi politik rakyat dalam sistem perpolitikan yang cenderung

demokratis.

Menurut Firmanzah dalam (Efriza, 2012:480) secara garis besar, pemilih

diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan

untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung kemudian

memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam

hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat yang merasa diwakili
30

oleh suatu idiologi tertentu yang kemudian dmanifestasikan dalam institusi

politik seperti parpol.

Secara teoritis, perilaku pemilih dapat diurai dalam tiga pendekatan utama,

masing-masing pendekatan sosiologi, psikologi dan pilihan rasional (Efriza,

2012:492).

a. Pendekatan Sosiologi

Pendekatan sosiologi, pendekatan ini lahir dari buah penelitian

Sosiologi, Paul F. Lazersfeld dan rekan sekerjanya Bernard Berelson

dan Hazel Gaudet dari Columbia University. Karenanya model ini

juga disebut Mazhab Columbia (Columbia School). Menurut teori ini,

setiap manusia terikat di dalam berbagai lingkaran sosial, setiap manusia

terikat di dalam berbagai lingkaran sosial, contohnya keluarga, lingkaran

rekan-rekan, tempat kerja dsb. Lazeersfeld menerapkan cara pikir

ini kepada pemilih. Seorang pemilih hidup dalam konteks tertentu:

status ekonominya, agamanya, tempat tinggalnya, pekerjaannya dan

usianya mendefinisikan lingkaran sosial yang mempengaruhi keputusan

sang pemilih.

Setiap lingkaran sosial memiliki normanya sendiri, kepatuhan terhadap

norma-norma tersebut menghasilkan integrasi. Namun konteks ini turut

mengkontrol perilaku individu dengan cara memberikan tekanan agar

sang individu menyesuaikan diri, sebab pada dasarnya setiap orang ingin

hidup dengan tentram, tanpa bersitegang dengan lingkungan sosialnya.

Saiful Mujani, R.William Liddle dan Kuskridho Ambardi dalam


31

bukunya Kuasa Rakyat (2012), menjelaskan bahwa faktor agama

menjadi hal yang dipercaya sangat berpengaruh dalam konteks

pendekatan sosiologis.

b. Pendekatan Psikologis

Selain pendekatan Sosiologis, pendekatan Psikologis juga bisa

digunakan dalam menganalisa perilaku pemilih dalam pemilihan. Meski

begitu pendekatan ini tidak dominan dibanding pendekatan Sosiologis.

Dalam bukunya, Dieter Roth (2012) dalam Efriza (2012:503)

menjelaskan bahwa pendekatan sosial psikologis berusaha untuk

menerangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan

pemilu jangka pendek atau keputusan yang diambil dalam waktu yang

singkat.

Hal ini berusaha dijelaskan melalui trias determinan, yakni identifikasi

partai, Orientasi kandidat dan orientasi isu/utama. Inti dasar pemikiran

ini dituangkan dalam bentuk sebuah variabel yakni identifikasi partai

(party identification). Dalam pendekatan yang sama, Saiful Mujani, R.

William Liddle dan Kuskridho Ambardi dalam bukunya Kuasa Rakyat

(2012) menjelaskan bahwa seorang warga berpartisipasi dalam pemilu

atau pilpres bukan saja karena kondisinya lebih baik secara sosial

ekonomi atau karena berada dalam jaringan sosial, akan tetapi karena ia

tertarik dengan politik, punya cukup informasi untuk menentukan

pilihan, merasa suaranya berarti, serta percaya bahwa pilihannya dapat

ikut memperbaiki keadaan (political efficacy).


32

c. Pilihan Rasional

Kritik terhadap dua pendekatan di atas, muncul kemudian dengan

asumsi pemilih bukan wayang yang tidak memiliki kehendak bebas dari

kemauan, teori ini diusung oleh Anthony Downs dalam Economic

Theory of Democracy (1957) dalam Efriza (2012:514). Artinya,

peristiwa-peristiwa politik tertentu dapat mengubah preferensi pilihan

seseorang.

Dalam pendekatan pilihan rasional ini, dipaparkan dua orientasi yang

menjadi daya tarik pemilih, yaitu orientasi isu dan kandidat. Orientasi

isu berpusat pada pertanyaan; apa yang seharusnya dan sebaiknya

dilakukan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi

masyarakat, dan orientasi kandidat mengacu pada sikap seseorang

terhadap pribadi kandidat tanpa mempedulikan label partainya. Disinilah

para pemilih menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan rasional.

1. Bentuk perilaku pemilih

Dalam buku Perbandingan Sistem Politik yang disunting oleh Mas’oed dan

Mac Andrews (Damsar, 2010:186) membedakan partisipasi atas dua bentuk,

yaitu:

a. Partisipasi Politik konvensional, yaitu suatu bentuk partisipasi

politik yang “normal’’ dalam demokrasi modern.

b. Partisipasi politik non konvensional, yaitu suatu bentuk partisipasi

politik yang tidak lazim dilakukan dalam kondisi normal, bahkan

dapat berupa kegiatan illegal, penuh kekerasan dan revolusioner.


33

Sedangkan menurut Eep Saifullah Fatah dalam buku political explorer

(Efriza, 2012:487) secara umum pemilih dikategorikan ke dalam empat

kelompok utama yaitu:

1. Pemilih Rasional Kalkulatif, pemilih tipe ini adalah pemilih yang

memutuskan pilihan pilitiknya berdasarkan perhitungan rasional

dan logika. Biasanya pemilih ini berasal dari golongan masyarakat

yang terdidik atau relatif tercerahkan dengan informasi yang cukup

sebelum menjatuhkan pilihannya.

2. Pemilih Primordial, pemilih yang menjatuhkan pilihannya lebih

dikarenakan alasan primordialisme. Seperti alasan agama, suku,

ataupun keturunan. Pemilih yang termasuk ke dalam tipe ini

biasanya sangat mengagungkan simbol-simbol yang mereka

anggap luhur. Pemilih tipe ini lebih banyak berdomisili

diperkampungan.

3. Pemilih pragmatis, pemilih tipe ini biasanya lebih banyak

dipengaruhi oleh pertimbangan untung dan rugi. Suara mereka

akan diberikan kepada kandidat yang bisa mendatangkan

keuntungan sesaat secara pribadi kepada mereka. Biasanya

mereka juga tidak begitu peduli dan sama sekali tidak kritis dengan

integritas dan visi misi yang dibawa kandidat.

4. Pemilih emosional, kelompok pemilih ini cenderung

memutuskan pilihan politiknya karena alasan perasaan. Pilihan

politik yang didasari rasa iba, misalnya adalah pilihan yang

emosional. Atau pilihan dengan alasan romantisme, seperti kagum


34

dengan ketampanan atau kecantikan kandidat, misalnya juga

termasuk kategori pilihan emosional. Kebanyakan mereka biasanya

berasal dari kalangan hawa atau pemilih pemula.

F. Kerangka Berfikir

Dalam pelaksanaan penelitian terkait dengan Strategi Komisi Pemilihan Umum

Kota Bandar Lampung sebagai lembaga sampiran negara untuk berperan dalam

memberikan pendidikan politik bagi pemilih pemula guna meningkatkan

partisipasi politik pemilih pemula, penulis mencoba membuat kerangka atau

konsep pemikiran yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian dan

juga sebagai acuan dalam penyusunan laporan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui strategi apa yang paling

dominan dilakukan KPU Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan

Partisipasi Pemilih Pemula. Dalam Penelitian ini, teori yang peneliti gunakan

adalah teori strategi organisasi publik yang mana memiliki 4 Indikator yaitu :

(a) Strategi Organisasi, (b) Strategi Program, (c) Strategi Pendorong Sumber

Daya, (d) Strategi Lembaga menurut Koteen dalam Salusu (1996:104-105)


35

Berikut di bawah ini merupakan bagan kerangka pikir :

Partisipasi Pemilih Pemilihan Presiden 2014 (Rendah)


Pemula Pemilihan Walikota 2015 (Rendah)

Pemilihan Gubernur 2018 (Rendah)

PILPRES 2019

STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM :

(Koteen dalam Salusu 1996: 104-105)

1. Strategi Organisasi (Corporate


Strategy)
2. Strategi Program (Program Strategy)
3. Strategi Pendukung Sumber Daya
(Resource Support Strategy)
4. Strategi Kelembagaan (Institutional
Strategy)

Partisipasi Politik Pemilih


Pemula 113.092 Jiwa (Tinggi)

STRATEGI KPU BERHASIL

Gambar 2. Kerangka Pikir

Sumber : Data Primer diolah peneliti(2019)


36

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk

menunjang terwujudnya tujuan dari penelitian ini yang bersifat sistematis dan

aktual. Penulis juga berupaya menjelaskan tentang program yang dilakukan

KPU baik secara tertulis maupun tidak tertulis, serta untuk menjalankan Pemilu

yang sadar akan kebutuhan kelompok masyarakat dalam pembelajaran Pemilu

sehingga meningkatkan partisipasi politik dari Pemilih Pemula Melihat dari

aspek tujuan tersebut maka metode penelitian kualitatif dianggap mampu

membantu menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang

ada.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif untuk

menggambarkan dan menjelaskan secara runtut pada fenomena yang menjadi

objek penelitian. Tipe deskriptif mengacu pada fenomena, Menurut Nazir

(2005: 54) metode deskriptif sebagai suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.


37

Menurut Moloeng (2014:6) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

A. Fokus Penelelitian

Fokus penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membatasi peneliti

dalam melakukan penelitiannya. Membatasi ialah memberikan batas dalam

melakukan pengumpulan data atau menentukan informan penelitian. Idrus

(2009:24) menyatakan, fokus penelitian adalah batas kajian penelitian yang

ditentukan, maksudnya penelitian kualitatif menetapkan batas dalam penelitian

atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah penelitian seorang peneliti

kualitatif dapat dengan mudah menentukan data yang terkait dengan tema

penelitiannya.

Peneliti menyimpulkan bahwa fokus penelitian merupakan pembatasan dalam

pengumpulan data yang diperoleh peneliti dari lapangan, dari data lapangan

yang diperoleh peneliti tersebut dapat diambil dan data yang tidak perlu

diambil. Hal tersebut juga mempermudah peneliti dalam penelitian, karena

peneliti lebih fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan

penelitian dan data yang diperoleh peneliti lebih spesifik.

Fokus penelitian ini juga melihat dari program,-program yang dilakukan oleh

rumah demokrasi komisi pemilihan umum berkenaan dengan pelaksanaanya


38

dinilai/dilihat dari segi lokasi apakah mereka hanya dilakukan secara terbatas,

serta materi apa yang diberikan dan kesesuaian materi yang disampaikan

terhadap strategi rumah demokrasi untuk meningkatkan partisipasi politik

pemilih pemula, jadi apakah penyampaian materi itu sesuai atau tidak. Peneliti

akan menjelaskan fokus penelitian berdasarkan 4 indikator yang di pakai dalam

penelitian ini yaitu : (1) Strategi Organisasi, (2) Strategi Program, (3) Strategi

Pendukung Sumber Daya, (4) Strategi Kelembagaan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan alur yang paling utama dalam menangkap

fenomena atau peristiwa yang sebenarnya dari objek yang diteliti dalam rangka

mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Menurut Moleong (2011:128)

dalam penentuan lokasi penelitian cara yang baik ditempuh adalah dengan

jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk

mencari kesesuaian sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.

Untuk menunjang hasil data yang sesuai dalam mencapai hasil penelitian yang

sesuai, maka penelitian akan dilakukan di KPU Kota Bandar Lampung.

Program yang dijalankan oleh KPU sebagai penyelenggara Pemilu inilah yang

diharapkan mampu untuk memberikan gambaran yang jelas bagi penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini, peran pemerintah pusat melalui KPU dalam

menyediakan akses layanan meluncurkan Program Rumah Pintar Pemilu di

Kota Bandar Lampung.


39

C. Pemilihan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Penulis menggunakan teknik Purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan kepentingan tertentu (Sugiyono 2012:

20). Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan berapa jumlah informan. Informan

dalam penelitian ini adalah Ketua beserta jajaran anggota dari KPU, yang ikut

terjun langsung dalam memberikan penyuluhan serta pemaparan yang didapat

oleh kelompok masyarakat. Pemilihan informan ini dilakukan agar penelitian

ini berjalan dengan efektif, sistematis, dan efisien.

Adapun kriteria-kriteria penentuan informan kunci yang tepat, dalam

pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai Program Rumah

Demokrasi di Bandar Lampung, adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Informan Penelitian


No. Nama Informan Keterangan

1. Fauzi Heri, ST,SH.,MH Ketua KPU Kota Bandar Lampung


2. Badarudin Amir , S.H.,M.H Kepala Subbag Teknis dan Hubmas
3. Manzully Arwan Staff Teknis dan Hubmas
4. Drs. Dadang Karya Bakti, M.Si Wakil Dekan Fisip Unila (Akademisi)
5. Zuliana 18 Tahun (MAN 1 Bandar Lampung)
6. Devin 18 Tahun (SMA Xaverius Pahoman)
7. Daigo Irawan 18 Tahun (SMA Xaverius Pahoman)
8. Annisa Salsabilla 17 Tahun (SMAN 2 Bandar Lampung)
9. Ananda Eka 17 Tahun (SMAN 9 Bandar Lampung)
10. Kelompok Disabilitas Siswa/i SLB Dharma Bhakti D.Pertiwi
40

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian, pengumpulan data dilakukan

seakurat mungkin terkait variabel yang akan dikaji. Dalam penelitian ini,

teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa wawancara dan

dokumentasi sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan lisan, untuk menjawab secara lisan pula yang

artinya bertatap muka antara si pencari informasi dengan sumber

informasi (Nawawi 2011:11). Dalam studi kasus ini, wawancara

merupakan salah satu bentuk yang biasa dilakukan dalam mendapatkan

informasi, bentuk wawancara yang umumnya digunakan adalah open-

ended dimana peneliti dapat bertanya pada informan tentang fakta-fakta

disamping opini-opini tentang suatu fenomena

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis yang

merupakan data sekunder, dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara (Sudaryono, 2017:219). Tipe informasi

ini menggunakan berbagai bentuk dan menjadi objek rencana-rencana

pengumpulan data yang relevan.


41

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data atau disebut juga dengan proses pra-analisis data (Sarwono

2006:135). Peneliti melakukan kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Editing Data

Editing data merupakan proses dimana penulis melakukan klarifikasi,

keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul

(Sarwono 2006: 135). Tahapan ini digunakan untuk mengedit data-data

yang masih terdapat kesalahan dalam penulisannya.

2. Interpretasi Data

Interpretasi data pada penelitian ini dengan tidak hanya menjelaskan atau

menganalisis data yang ada tetapi data juga diinterprestasikan secara baik

untuk mendapatkan sebuah kesimpulan hasil penelitian. Penulis memberi

penjabaran serta penjelasan dari berbagai data yang telah masuk dan

melewati tahap editing. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk menampilkan

data yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat rahasia sehingga penulis

memilah kata yang terbaik agar tidak menimbulkan kesan yang dapat

merugikan berbagai pihak (Sugiyono 2012: 30).

F. Triangulasi Data

Untuk mendapatkan keabsahan hasil sebuah penelitian, pertama kali sebelum

menentukan dan memutuskan analisis data, dilakukan pemeriksaaan keabsahan

untuk mengetahui kebenaran dan keakuratan data yang diperoleh dalam

penelitian ini. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


42

triangulasi sumber yaitu menggali kebenaran informasi tertentu melalui

berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya dengan wawancara,

dokumen, tertulis arsif, gambar atau foto. Dengan masing-masing cara itu akan

menghasilkan bukti yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang

berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.

G. Teknik Analisa Data.

Teknik analisa data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah ataupun

mengkaji hipotesis yang telah dirumuskan (Sugiyono 2012: 34). Setiap data

yang nantinya akan didapat dari KPU Kota Bandar Lampung yang akan

dianalisis mendalam. Adapun teknik analisis data pada penelitian ini :

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan secara terus-

menerus dalam penelitian kualitatif. Dengan reduksi data peneliti dapat

memilih data yang dikode, dibuang, pola mana yang meringkas sebagian

data yang tersebar dan cerita yang sedang berkembang sesuai dengan

kebutuhan penelitian tentang relasi KPU ini.

2. Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dan disusun sehingga mampu untuk dibuat

sebuah kesimpulan. Pada penelitian kualitatif penyajian data berupa teks

naratif termasuk data yang berupa angka diuraikan dalam bentuk kata dan

kalimat.
43

3. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan salah satu kegiatan dari konfigurasi

penelitian yang utuh. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan dari

penelitian ini merupakan hasil dari data yang diperoleh dari KPU Kota

Bandar Lampung sebagai objek penelitian dan juga dari teori yang

digunakan sehingga dapat menarik kesimpulan yang sesuai dengan alur

penelitian.
44

VI. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

A. Sejarah KPU Kota Bandar Lampung

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandar Lampung dibentuk pada tahun

2003. Pada awal pembentukannya KPU Kota Bandar Lampung masih terdiri

dari 1 (satu) orang sekretaris dan dibantu oleh 3 (Tiga) orang Kasubbag.

Dengan struktur sebagai berikut :

1. Kasubbag Umum dan Logistik

2. Kasubbag Teknis Pemilu dan Hubmas

3. Kasubbag Hukum

Pegawai KPU Kota Bandar Lampung pada saat itu adalah Pegawai Negri Sipil

yang berasal ari Dinas Kesbangpol dari instansi terkait lainnya. Sekretariat

Jendral KPU RI mengadakan rekrutmen pegawai Organik (pegawai pusat)

yang kemudian ditempatkan pada sekretariat KPU Kota Bandar Lampung

B. Gambaran Umum KPU Kota Bandar Lampung


Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung terletak di Jl. Pulau Sebesi

No.90, Sukarame, Kota Bandar Lampung. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

adalah lembaga Penyelenggaraan Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan

mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. KPU Provinsi dan KPU


45

Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. KPU menjalankan tugasnya secara

berkesinambungan dan dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU bebas dari

pengaruh pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan

wewenangnya.

C. Sejarah Komisi Pemilihan Umum

Kedaulatan rakyat untuk menentukan pemimpin di negaranya. Pemilu di

Indonesia diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu merupakan salah satu mekanisme

demokrasi karenanya, pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa rakyat

memiliki kekuasaan (kedaulatan) yang tertinggi. Mekanisme penyerahan

kedaulatan rakyat melalui wakilnya representative democracy adalah melalui

Pemilu dan untuk menyelenggarakan Pemilu dibentuk Komisi Pemilihan

Umum (KPU).

Pada awal dibentuknya (Tahun 1999-2001) berdasarkan Keppres No 16 Tahun

1999, KPU terdiri atas anggota-angota dari Partai Politik dan elemen

Pemerintah yang dilantik oleh Presiden BJ Habibie. Satu tahun setelah

penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) tahun 1999 tersebut, pemerintah

bersama DPR mengeluarkan UU No 4 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU

No 3 Tahun 1999 tentang Pemilu. Dimana perubahan penting, yaitu bahwa

penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2004 dilaksanakan oleh sebuah


46

Komisi Pemilihan Umum yang independen dan nonpartisan. Independen dan

nonpartisan inilah label baru yang disandang oleh KPU saat ini sehingga

komisioner KPU dipilih dari orang-orang yang independen dan nonpartisan.

Pembentukan KPU yang demikian tidak bisa dilepaskan dengan aktivitas KPU

masa lalu, yaitu pada pemilu 1999. Pada saat itu KPU beranggotakan para

fungsionaris partai peserta Pemilu. Dalam perjalanan KPU saat itu sangat

didasari oleh kepentingan (interest), sehingga sering terjadi deadlock dalam

pengambilan keputusan. Kenyataan ini tentu tidaklah menggembiraka karena

sebagai lembaga penyelenggara Pemilu, KPU seharusnya bebas dari tekanan

kepentingan dan intervensi partai politik maupun pemerintah.

Tepat tiga tahun setelah berakhirnya penyelenggaraan Pemilu 2004, muncul

pemikiran untuk lebih meningkatkan kualitas pemilihan umum dan atas usul

insiatif DPR-RI maka diterbitkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 yang

kemudian dirubah dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang

Penyelenggaraan Pemilu. Dengan demikian Pemilihan Umum dilaksanakan

oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap,

terstruktur dan mandiri.

D. Kelembagaan KPU Kota Bandar Lampung

KPU Kota Bandar Lampung terdiri dari 2 unsur yaitu :

1. Komisioner KPU yang terdiri dari 5 orang yang dikordinasi oleh 1 orang

ketua dan empat orang anggota


47

2. Unsur kesekertariatan dipimpin oleh Sekertaris KPU Kota Bandar

Lampung.

Kedua Unsur tersebut merupakan satu kesatuan, dimana komisioner

melaksanakan teknis penyelenggaraan pemilu dan unsur sekertariat membantu

komisioner dalam melakukan tugasnya terkait dengan administrasi umum dan

keuangan, personalia dan rumah tangga. Berdasarkan peraturan Komisi

Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota maka

struktur KPU Kota Bandar Lampung sebagai berikut :

1. Sub Bagian Program. Data Organisasi dan SDM;

2. Sub Bagian Keuangan, Umum, dan Logistik;

3. Sub Bagian Teknis Penyelenggara dan Hupmas;

4. Sub Bagian Hukum;

E. Visi dan Misi KPU

a. Visi :

Terwujudnya KPU Kota Bandar Lampung sebagai Penyelenggara

Pemilu yang memiliki integritas, profesional, mandiri, trasnparan dan

akuntabel untuk mewujudkan Pemilu yang jurdil dan bermartabat.

b. Misi:

1. Membangun lembaga penyelenggara Pemilu yang memiliki

kompetensi , kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan

PEMILU;
48

2. Menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah

dan Wakil kepala Daerah secara langsung, Umum, Bebas, Rahasia,

Jujur, Adil.

3. Melayani dan meperlakukan setiap peserta Pemilu secara adil untuk

menegakkan peraturan Pemilu secara Konsisten sesuai dengan

peraturan perundang- undangan yang berlaku;

4. Meningkatkan kesadaran politik Rakyat untuk berpartisipasi aktif

dalam Pemilu demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang

demokratis.

F. Tujuan KPU Kota Bandar Lampung

1. Meningkatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban politik rakyat

dalam Pemilu;

2. Melaksanakan Undang-Undang di bidang Politik secara murni dan

Konsekuen;

3. Meningkatkan kesadaran rakyat yang tinggi tentang Pemilu yang

demokratis;

4. Melaksanakan Pemilu secara LUBER dan JURDIL.


49

G. Sasaran KPU Kota Bandar Lampung

1. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi politik rakyat dalam pemilu;

2. Terjaminya pemilih dalam menggunakan hak pilihnya secara bebas,

tertib dan demokratis ;

3. Terjaminnya perlakuan yang adil dan setara bagi peserta pemilu calon

anggota Legislatif, calon Presiden dan wakil Presiden serta pejabat –

pejabat Publik lain sesuai undang – undang ;

4. Terwujudnya organisasi pelaksana pemilu yang memiliki system

administerasi yang efisien, efektif, dan memenuhi standar kerja

professional diseluruh tingkatan yang didukung dengan sistem

Komunikasi dan Teknologi Informasi;

5. Tersedianya Peta Logistik PEMILU dan PEMILUKADA yang

memadai.

H. Gambaran Umum Mahan Demokrasi(Rumah Demokrasi)

Pusat Pendidikan Pemilih yang dirancang KPU dapat diimplementasikan

menjadi dua buah substansi aktifitas. Aktifitas pertama melalui pelaksanaan

program dan kegiatan yang bersifat akulturatif dengan kearifan lokal,

fleksibel, dinamik, kekinian, dan berdaya jangkau efektif terhadap

segmentasinya. Akitifitas kedua melalui pemanfaatan suang atau bangunan

yang bersifat muktifungsi bagi seluruh program akitifitas project edukasi

masyarakat. Bangunan atau tempat ini dinamai Rumah Demokrasi. Kedua

bentuk pusat pendidikan pemilih ini dapat disesuaikan dengan kemampuan


50

sumber daya dan anggaran, kondisi, karakteristik, kultur setempat atau

dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia. (Hasbiyah 2014: 18)

Keduanya harus menjadi program berkesinambungan (sustainability)., yang

outputnya dapat terukur dalam upaya mengeduksi masyarakat dan pemilih.

Konsep rumah demokrasi menjadi penting untuk menjawab kebutuhan

pemilih dan masyarakat umum akan hadirnya sebuah sarana untuk

melakukan edukasi nilai-nilai demokrasi dan kepemiluan. Rumah

Demokrasi diharapkan dapat membentuk generasi bangsa yang mampu

menerjemahkan nilai demokrasi sesuai khittahnya. Generasi inilah yang

selain dapat menjadi pemilih cerdas, juga dapat menjadi pemimpin yang

berkualitas dan melahirkan kebijakan yang memihak pada tujuan

kesejahteraan masyarakat.(Hasbiyah 2014:19)

Materi edukasi yang disajikan dalam rumah demokrasi harus memuat sarana

untuk memperkenalkan, memahamkan, menanamkan kesadaran dan

menginspirasi masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai demokrasi. Sarana

itu dapat berupa sejarah, proses kepemiluan, dan simulasi proses pemilihan.

Rumah Demokrasi juga harus dapat menjadi wadah bagi komunitas pegiat

pemilu dalam melahirkan gagasan pembaharuan dan perbaikan proses

politik dan demokrasi. Dalam rumah demokrasi, paling tidak, terdapat

empat klasifikasi ruangan yang memiliki fungsi penayangan audio visual,

ruang pamer, ruang simulasi, dan ruang diskusi. (Hasbiyah 2014:20)


51

1. Tujuan Rumah Demokrasi

Dalam rumah pintar pemilu/rumah demokrasi mempunyai tujuan umum dan

khusus, tujuan umumnya yaitu:

1. Meningkatkan partisipasi pemilih baik secara kualitas maupun kuantitas

dalam seluruh proses penyelenggaraan pemilu.

2. Menjadi pusat informasi kepemiluan

Tujuan Khusus yaitu: Mengedukasi masyarakat akan pentingnya pemilu

dan demokrasi dengan cara:

a. Memperkenalkan nilai-nilai dasar pemilu dan demokrasi (Pra

Pemilih)

b. Meningkatkan pemahaman pentingnya demokrasi (Seluruh

Segmen)

c. Menanamkan kesadaran nilai-nilai berdemokrasi (Seluruh Segmen)

d. Menjadi wadah silaturahmi komunitas peduli Pemilu dan

Demokrasi (Pegiat Pemilu)

2.Sasaran Rumah Demokrasi

Sasaran rumah demokrasi adalah masyarakat umum dan seluruh segmentasi

yang terdapat dalam masyarakat. Target Frekuensi Kunjungan: Setiap Rumah

Demokrasi di KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota wajib menerima

kunjungan (audiensi) minimal 2 kali dalam sebulan. Target Frekwensi

kunjungan ini menjadi salah satu output yang harus disampaikan dalam bentuk

laporan pelaksanaan pusat pendidikan pemilih. (Hasbiyah 2014: 21)


52

I. Pemilih Pemula

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2008 tentang Pemilhan Umum

dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada

hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia

yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin

yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih

karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.

Pentingnya peranan pemilih pemula karena sebanyak 20% dari seluruh

pemilih adalah pemilih pemula, pemilih pemula terdiri atas pelajar,

mahasiswa atau pemilih dengan rentang usia 17-21. Pemilih pemula

memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan pilihan yang belum

bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula sebagai swing vooters

yang sesungguhnya

Tabel 9. Jumlah Pemilih Pemula pada Pilgub 2018


No. Kecamatan L P Jumlah
1. Bumi Waras 440 401 841
2. Enggal 179 166 345
3. Kedamaian 393 366 759
4. Kedaton 311 292 603
5. Kemiling 624 574 1198
6. Labuhan Ratu 325 294 619
7. Langkapura 268 214 482
8. Panjang 521 511 1032
9. Rajabasa 420 409 829
10. Sukabumi 550 531 1081
11. Sukarame 438 386 824
12. Tanjung Senang 431 411 842
13. T.Karang Barat 414 405 819
14. T.Karang Pusat 368 331 699
15. T.Karang Timur 241 260 501
53

16. Teluk Betung Barat 280 239 519


17. Teluk Betung Selatan 295 258 553
18. Teluk Betung Timur 411 363 774
19. Teluk Betung Utara 379 375 754
20. Way Halim 442 414 856
Jumlah 7730 7200 14930
Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019

Tabel 10. Jumlah Pemilih Pemula Pada Pilpres 2019


No. Kecamatan L P Jumlah
1. Bumi Waras 440 401 841
2. Enggal 179 166 345
3. Kedamaian 393 366 759
4. Kedaton 311 292 603
5. Kemiling 624 574 1198
6. Labuhan Ratu 325 294 619
7. Langkapura 268 214 482
8. Panjang 521 511 1032
9. Rajabasa 420 409 829
10. Sukabumi 550 531 1081
11. Sukarame 438 386 824
12. Tanjung Senang 431 411 842
13. T.Karang Barat 414 405 819
14. T.Karang Pusat 368 331 699
15. T.Karang Timur 241 260 501
16. Teluk Betung Barat 280 239 519
17. Teluk Betung Selatan 295 258 553
18. Teluk Betung Timur 411 363 774
19. Teluk Betung Utara 379 375 754
20. Way Halim 442 414 856
Jumlah 7730 7200 14930
Sumber KPU Kota Bandar Lampung diolah oleh peneliti 2019
54

J. Struktur Komisioner KPU Kota Bandar Lampung

KETUA

Fauzi Heri, ST., SH., MH


(Devisi Teknis)

ANGGOTA

Fery Triatmojo., S.A.N., MPA Dedy Triyadi, SE., SH


(Divisi Perencanaan & Data) (Divisi Hukum)

Fadilasari, S.Sos., MH Ika Kartika, S.Pd


(Divisi SDM&Partisipasi) (Divisi Keuangan&Logistik)
84

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. KPU Kota Bandar Lampung sudah melakukan strategi program dalam

upaya meningkatkan partisipasi pemilih pemula, dalam pelaksanaan

programnya KPU berhasil melaksanakan banyak sekali program-program

kegiatan yang dimana itu adalah usaha nya untuk mengajak pemilih

pemula agar berpartisipasi dalam pemilu, dan terbukti ada peningkatan

partisipasi pemilih pemula, strategi yang dilakukan adalah dengan

sosialisasi serta kegiatan-kegiatan lain nya.

2. Pemilih pemula masih banyak yang belum mengetahui tentang mahan

demokrasi, walaupun KPU Kota Bandar Lampung sudah melakukan

sosialisasi melalui mahan demokrasi

3. KPU Kota Bandar Lampung menghadapi hambatan perihal pendanaan

untuk melakukan program-program mahan demokrasi secara maksimal


85

B. Saran

1. KPU Kota Bandar Lampung hendaknya mencari trobosan baru dalam

melakukan kegiatan sosialisasi agar pemilih pemula lebih tertarik

mengikuti kegiatan tersebut.

2. Perlu merekrut relawan lebih banyak lagi untuk membantu KPU dalam

melakukan kegiatan sosialisasi agar kegiatan-kegiatan berjalan dengan

maksimal

3. KPU Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan mahan demokrasi.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiarjo, Miriam, 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Ed Revisi. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama
Bungin, Burhan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Cholisin, dkk.2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta. UNY Press.

Dalton, R. Almond G, Powell, Strompk. 2009. Comparative Politics Today: A World


View, 9th edn. New York: Person Longman.

Damsar. 2010. Perbandingan Sosiologi Politik. Jakarta. PT. Raja Grafindo.

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Efriza. 2012. Political Explore: sebuah kajian ilmu politik. Bandung: Alfabeta, CV

Huntington, 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta, Rineka Ciptas.

Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT Gelora Aksara


Pratama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3.
Balai Pustaka, Jakarta. Gramedia.

Keban T. Yeremias. 2000, Good Governance dan Capacity Building sebagai


indikator Utama dan fokus Penilaian, Jurnal Perencanaan Pembangunan, Jakarta.

Mac Andrews, 2000. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta; Gajah Mada


University Press.

Marrus. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksa.
Moloeng dan Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya .

Nazir, Moh.2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia : Jakarta

Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. 2011. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Rahman,H.I 2007. Sistem Politik Indonesia. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan


Organisasi Nonprofit. Grasindo. Jakarta

Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Subagyo, P. Joko. 2011. Metode Penelitian. Rajawali Pers: Jakarta

Sudaryono. 2017. Metode Penelitian. Rajawali Pers: Jakarta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suhartono, 2009. Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada: Suatu
Refleksi School-Based Democracy. UPI : Bandung .

Surbakti, Ramlan 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana.

Winardi, 2003. Enterpreneur dan Enterpreneurship, Cetakan Kedua. CV. Kencana:


Jakarta.

Sumber Lain

Presiden Republik Indonesia, UU RI Nomor 15 Tahun 2011 Tentang “Penyelenggara


Pemilihan Umum” diakses dari

http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2011_15.pdf

http://kpu-bandarlampungkota.go.id/category/rumah-demokrasi/

http://solopos.com
Undang-Undang No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Bab IV Pasal 19 ayat
1 dan 2 Serta Pasal 20

Modul

Prof. Dr. H.A. Hafiz Anshary AZ, M.A. 2010. Modul: Pemilu untuk Pemula. Jakarta

Penerbit Komisi Pemilihan Umum. Hal:2

Jurnal

Firmansyah Noor. 2015. Pelaksanaan Pendidikan Politik dalam Meningkatkan

Partisipasi Politik Generasi Muda. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik. Vol 6, No.1, Hal:

1-10

I Made Suardana. 2008. Peranan Komisi Pemilihan Umum daerah Terhadap

Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten

Gianyar Tahun 2013. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol.9, No.1, Hal: 1-10

Maslekah Pratama Putri. 2015. Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Sosialisai

Pemilu sebagai upaya Untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada

Pemilu Presiden 2014 di Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 4, No.1,

Hal: 30-43

Petrus Gleko, Agung Suprojo. 2017. Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam Upaya

Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah

. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Vol 6, No.1, Hal: 1-10
Sumber Skripsi :

Naufal Fauzan. 2017. Pedagogi Pemilu dan Demokrasi (Studi di Pusat Pendidikan

Pemilih KPU Kota Bandar Lampung). Skripsi Universitas Brawijaya

Hasbiyah. 2014. Upaya mencerdaskan pemilih melalui program rumah demokrasi

KPU Kota Bandar Lampung dan Pedagogi Pemilu di Bandar Lampung. Skripsi

Universitas Bandar Lampung.

Muh. Imam Adli Aqil. 2015. Peran Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gowa

dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilihan Masyarakat Pada Pemilu Presiden

Tahun 2014. Skripsi Universitas Islam Negri Alauddin Makassar

Agung Nugroho. 2018. Strategi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jambi dalam Peningkatan

Partisipasi Pemilih di Kabupaten Kerinci (Studi Pada Pemilihan Kepala Daerah 2018 dan

Pemilihan Umum 2019). Skripsi Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai