(Koitus Interrupts)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia, dan mung- kin masih
merupakan cara terbanyak yang dilakukan hingga kini. Walaupun cara ini merupakan cara dengan
banyak kegagalan, koitus interruptus merupakan cara utama dalam penurunan angka kelahiran di
Prancis pada abad ke-17 dan abad ke-18.
Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasL Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar
laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira "detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang
singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Keuntungan, cara ini tidak
membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan, te- tapi kekurangannya adalah untuk menyukseskan
cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak laki-laki. Beberapa laki-laki karena faktor
jasmani dan emosional tidak dapat mempergunakan cara ini. Selanjutnya, penggunaan cara ini dapat
menimbul- kan neurasteni.
Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang berhasil, sungguhpun penyelidikan yang dilakukan
di Amerika dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengan cara ini hanya sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan cara yang mempergunakan kontrasepsi mekanis atau kimiawi. Kegagalan
dengan cara ini dapat disebabkan oleh (1) adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi
(praejaculatory fluid), yakni dapat me- ngandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
{repeated coitus); (2) terlambatnya pengeluaran penis dari vagina, dan (3) pengeluaran semen dekat
pada vulva (petting), oleh karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri melalui
benang lendir serviks uteri yang pada masa ovulasi mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.
pembilasan Pascasanggama (Postcoital Douche)
pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau 0|jat
lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan
kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik (jari vagina.
Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga jsiditas vagina.
Efektivitas cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas„
tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan spermatozoa da- jam jumlah besar sudah
memasuki serviks uteri.
perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation)
Sepanjang sejarah perempuan mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi
lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah melahirkannya. Maka,
memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui
anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum.
Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah
partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi perempuan tersebut ma- sih dalam keadaan
amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah melahirkan se- A behim mendapatkan haid.
(Meberumbung)
Pantang Berkala (Rhythm Method)
Cara ini mula-mula diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari
Jerman, kira-kira pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar tahun 1931. Oleh karena itu, cara ini
sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil pe- nyelidikan mereka bahwa
seorang perempuan hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur
yang juga disebut "fase ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi.
Sebelum dan sesudah masa itu, perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah sulit untuk menentukan waktu yang tepat dari ovulasi; ovulasi umuitmya
terjadi 1 4 + 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian, pada
perempuan dengan haid yang tidak teratur, sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan
saat terjadinya ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan haid teratur pun ada kemungkinan
hamil, oleh salah satu sebab (misalnya karena sjkit) ovulasi tidak datang pada waktunya atau sudah
datang sebelum saat semestinya.
Pada perempuan-perempuan dengan daur haid tidak teratur, akan tetapi dengan variasi yang tidak jauh
berbeda, dapat ditetapkan masa subur dengan suatu perhitungan, di mana daur haid terpendek
dikurangi dengan 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Masa aman ialah
sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Untuk dapat mempergunakan cara ini, perempuan
yang bersangkutan sekurang- brangnya harus mempunyai catatan tentang lama daur haidnya selama 6
bulan, atau lebih baik jika perempuan tersebut mempunyai catatan tentang lama daur haidnya se- hma
satu tahun penuh.
'Untuk memudahkan pemakaian cara ini, di bawah ini disajikan satu tabel untuk menentukan masa
subur dan masa tidak subur.
Tabel 20-2. Untuk menentukan masa subur.
Lamanya daur haid Hati pertama Lamanya daur haid Haid terakhir masa
terpendek ri&asa subur terpanjang subur
21 hari hari ke- 3 21 hari hari ke- 10
22 hari hari ke- 4 22 hari hari ke- 11
23 hari hari ke- 5 23 hari hari ke- 12
24 hari hari ke- 6 24 hari hari ke- 13
Efektivitas cara ini akan lebih tepat jika dibarengi dengan cara pengukuran suhu basal badan
(SBB); dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat terjadinya ovulasi. Menjelang
ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai
tingkat lebih tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya
haid. Dengan demikian bentuk grafik suhu basal badan adalah bifasis, dengan dataran pertama lebih
rendah daripada dataran kedua, dengan saat ovulasi di antaranya.
Pengukuran suhu basal badan dilakukan setiap hari sesudah haid berakhir sampai mulainya haid
berikutnya. Usaha itu dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum menja- lankan kegiatan apapun,
dengan memasukkan termometer dalam rektum atau dalam mulut di bawah lidah selama 5 menit.
Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan cara pantang berkala dapat
ditingkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan
kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya karena infeksi, kurang tidur, atau
minum alkohol.
n38°
Tangg
paur 36*
37°
al 511 12 13 14 > 16 17 18 19 3 21 22 23 24 5 26 27 28 29
Bul 12 3 4 67891 1 2 2 3
an
:
[jffi 4 \ ........ ^
;V
f.. . v
X XXX j V ? M
HHHH
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Januari Februari
Gambar 20-3. Grafik suhu basal badan.
Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan IUD terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat ber- henti. Kalau
pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh
akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada pemakai IUD ialah menoragia, spotting, dan
metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya IUD dikeluarkan dan
diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran lebih kecil’. (Tietze & Lewitt, 1968). Jika perdarahan
sedikit-sedikit, dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan
yang tidak berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut di atas, sebaiknya IUD diangkat dan di-
gunakan cara kontrasepsi lain.