R. ARIF KURNIAWAN
BAMBANG HARYADI
MUHAMMAD SYAM KUSUFI
Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRACT
The purpose of this study to know the influence of auditor competence, system quality,
perceived ease of use, perceived of usefulness, and standard operating procedure on the
effectiveness of e-audit system in Audit Board of the Indonesian Republic (BPK-RI)
representatives of East Java Province. This study use explanatory research approach with the
type of causal research. The research data is primary data using research instrument are
questionnaires. Questinnaires distributed to auditors in Audit Board of the Indonesian
Republic (BPK-RI) representatives of East Java Province. The sampling method is simple
random sampling. The data technical analysis use analysis multiple linear regression with
software statistical package for the social sciences (SPSS version 21). The conclusion of study
that auditor competence and system quality positive influence on effectiveness of e-audit
system, while perceived ease of use, perceived of usefulness, and standar operating procedure
don’t have influence on the effectiveness of e-audit system.
Keywords: The effectiveness of e-audit system, auditor competence, system quality, perceived
ease of use, perceived of usefulness, standard operating procedure
1. Pendahuluan
Seiring berjalannya waktu, perhatian pemangku kepentingan baik dari lembaga
perwakilan, pemerintah, maupun masyarakat umum terhadap hasil pemeriksaan BPK semakin
meningkat. Poernomo dalam Rencana Strategis Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2011
sampai dengan Tahun 2015 menyatakan bahwa banyak pihak menantikan dan memperhatikan
opini audit BPK atas laporan keuangan pemerintah. Hal ini menitikberatkan bahwa opini audit
BPK tidak hanya sekedar memberikan kesimpulan kewajaran, melainkan juga dapat
mengalami banyak kendala mulai dari waktu pemeriksaan yang terlalu lama sedangkan BPK
dituntut untuk segera memberikan laporan hasil pemeriksaan. Hal tersebut terjadi karena
lambatnya dokumen-dokumen pemeriksaan sampai kepada BPK (Pradita, 2013). BPK juga
mengalami kendala jumlah auditor yang dimiliki saat ini, hal ini sesuai dengan pernyataan
Muzakkir sebagai pimpinan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur dalam Warta BPK edisi
02 vol.IV tahun 2014. Waktu pemeriksaan yang hanya dua bulan, serta jumlah auditor yang
dimiliki oleh BPK Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebanyak 160 auditor dengan jumlah
entitas yang lumayan besar yakni 40 entitas. Jumlah pemeriksa masih kurang jika dibanding
dengan jumlah entitas yang diperiksa dengan waktu pemeriksaan yang hanya dua bulan.
sinergi data dengan auditee. Dengan diterapkannya sistem e-audit, seluruh pemeriksaan
dilakukan secara elektronik sehingga dapat mempercepat proses audit sesuai dengan
pernyataan Muzakkir dalam Warta BPK edisi 02 vol.IV tahun 2014. Penerapan e-audit
memberikan keuntungan bagi BPK selaku auditor maupun entitas pemerintah sebagai auditee.
Menurut Citra (2013), bagi Badan Pemeriksa Keuangan yakni pemeriksaan akan lebih efektif,
cakupan pemeriksaan akan lebih luas, biaya pemeriksaan akan lebih hemat, serta proses dan
penyelesaian pemeriksaan akan lebih cepat. Sedangkan bagi auditee yakni menghemat waktu
serta dapat lebih cepat untuk mengetahui dan memperbaiki jika terjadi penyimpangan dalam
Dalam Warta BPK (2011), BPK telah menerapkan e-audit pada aplikasi kas di
pemerintah Provinsi Jawa Timur yang digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan kas
pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur baik per UPTD maupun seluruh UPTD.
Penerapan e-audit juga diterapkan pada aplikasi e-controlling pada pemerintah Kota
APBD khususnya belanja langsung. BPK Perwakilan Jawa Timur juga telah dapat melakukan
pemeriksaan dengan e-audit pada perjalanan dinas, pemeriksaan e-audit tersebut dilakukan
dengan cara membandingkan boarding pass Garuda dengan harga tiket yang sebenarnya
sesuai yang tertuang dalam Warta BPK edisi 02 vol.IV tahun 2014. Dengan demikian, BPK
tidak hanya menerapkan e-audit pada pemeriksaan perjalanan dinas, melainkan juga
menerapkan dalam hal pelaksanaan APBD dan penerimaan kas di lingkungan Provinsi Jawa
Timur.
Penelitian terkait dengan e-audit sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Pradita
(2013), Pratama (2013), Citra (2013), Sutrisno (2014), Zamzami (2014), Irianto (2014),
Nindyastuti dan Kiswara (2014), dan Sutarto (2015). Penelitian-penelitian tersebut hanya
meneliti mengenai implementasi, perubahan proses, serta evaluasi sistem e-audit dalam
mempengaruhi efektivitas sistem e-audit belum banyak dilakukan karena penerapan e-audit
masih tergolong baru. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
informasi yang tergolong baru dalam hal untuk mencapai tujuan pemakai. Hal tersebut senada
dengan pernyataan Nugraha (2014) bahwa TAM merupakan model yang dibangun untuk
dan persepsi kemudahan (perceived ease of use) adalah faktor utama yang mempengaruhi
perilaku penerimaan komputer (Nindyastuti dan Kiswara, 2014). Konteks penelitian dan
alasan studi menggunakan TAM sebagai dasar teori adalah untuk menjelaskan indikator-
indikator yang dapat menentukan tingkat penerimaan penggunaan teknologi khususnya pada
sistem e-audit.
theory dikembangkan dengan menyajikan suatu kerangka teoritis yang bertujuan untuk
(Dowling, 2009). Menurut Nindyastuti dan Kiswara (2014), adaptive structuration theory
merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek yang menjadi landasan bahwa kompetensi
pemeriksa dan kualitas sistem memiliki hubungan dalam proses penilaian seberapa efektif
pengetahuan serta pengalaman kerja di bidang audit. Seorang pemeriksa baik internal maupun
eksternal suatu entitas, harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk meyakinkan klien dan
pihak lainnya bahwa jasa audit yang dilakukannya dapat dipercaya dipertanggungjawabkan,
dan berkualitas. Nindyastuti dan Kiswara (2014) mengemukakan bahwa seorang pemeriksa
BPK harus memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang pemeriksaan keuangan negara,
terutama kompetensi dalam penggunaan sistem e-audit dengan terampil dan profesional.
positif terhadap penggunaan sistem audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
kemampuan auditor, maka semakin baik dalam penggunaan sistem audit. Hal tersebut juga
diperkuat oleh teori BPK (2011) bahwa sumber daya manusia yang merupakan pemeriksa
BPK termasuk faktor penunjang dalam pelaksanaan sistem e-audit BPK. Berdasarkan
melaksanakan kinerja entitas yang berbasis sistem (e-audit) dengan baik, kesiapan sistem
merupakan faktor kunci keberhasilan kinerja entitas. DeLone dan McLean (1992) dalam Dewi
(2013) bahwa kualitas sistem merupakan kombinasi hardware dan software dalam sistem
informasi.
Hasil penelitian Nindyastuti dan Kiswara (2014) pada audit perjalanan dinas di BPK
Perwakilan Jawa Tengah menjelaskan bahwa pemeriksa BPK setuju jika kualitas sistem
memiliki hubungan positif dengan efektivitas sistem e-audit yang diterapkan. Hal ini
diperkuat oleh penelitian Citra (2013) yang menyatakan bahwa sarana prasarana pada sistem
Gorontalo. Dalam teori BPK (2011) juga dijelaskan bahwa sarana prasarana yang merupakan
sistem e-audit termasuk faktor penunjang dalam pelaksanaan sistem e-audit BPK.
Berdasarkan penjelasan tersebut dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua yaitu:
penggunaan teknologi yang masih tergolong baru. Hal tersebut dipertegas oleh Davis et al.
(1989) dalam Nindyastuti dan Kiswara (2014) bahwa persepsi kemudahan penggunaan
sebagai suatu tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam memanfaatkan sistem tertentu tidak
memerlukan usaha yang keras atau dapat dikatakan mudah dalam mengoperasikan sistem
tersebut.
Penelitian Tangke (2004) yang menyatakan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh
positif terhadap sikap pengguna dalam menjalankan teknik audit berbantuan komputer. Hasil
penelitian Nindyastuti dan Kiswara (2014) di BPK Perwakilan Jawa Tengah menunjukkan
bahwa pemeriksa BPK sangat setuju jika persepsi kemudahan penggunaan memiliki
hubungan positif dengan efektivitas sistem e-audit yang diterapkan. Berdasarkan penjelasan
didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu
sistem informasi yang diterapkan dapat membantu meningkatkan kinerjanya, maka dapat
positif terhadap penerimaan pengguna akan teknik audit berbantuan komputer. Penelitian
Nindyastuti dan Kiswara (2014) menunjukkan bahwa pemeriksa BPK Perwakilan Jawa
Tengah sangat setuju jika persepsi kemanfaatan memiliki hubungan positif dengan efektivitas
sistem e-audit yang diterapkan. Berdasarkan penjelasan tersebut dan hasil penelitian
Chakravarty (1997) dalam Baju (2011), standard operating procedure adalah suatu tata cara
atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu. SOP merupakan faktor penting yang diperlukan oleh pemeriksa BPK dalam
Penelitian Citra (2013) mendapatkan hasil bahwa penerapan e-audit ditinjau dari standar
Gorontalo. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh teori BPK (2011) bahwa standard
operating procedure termasuk faktor penunjang dalam pelaksanaan sistem e-audit BPK.
Dengan adanya standar operasional prosedur diharapkan dapat membantu pemeriksa BPK
dalam mengoperasikan sistem e-audit. Berdasarkan penjelasan tersebut dan hasil penelitian
3. Metode Penelitian
3.1 Data dan Sampel Penelitian
Data penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada
pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur. Pemeriksa di BPK perwakilan Provinsi
Jawa Timur terbagi ke dalam 4 sub auditorat. Sub auditorat Jawa Timur I terdiri dari 41
pemeriksa, sub auditorat Jawa Timur II terdiri dari 40 pemeriksa, sub auditorat Jawa Timur III
terdiri dari 40 pemeriksa, dan sub auditorat Jawa Timur IV terdiri dari 39 pemeriksa. Metode
teknik penentuan sampel yang digunakan adalah simple random sampling sehingga setiap
efektivitas sistem e-audit. Pengukuran variabel penelitian dijelaskan pada bagian berikut.
Kompetensi Pemeriksa (X1)
Proses peningkatan kompetensi pemeriksa BPK dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
dengan penerapan pemutakhiran sistem yaitu sistem e-audit (Nindyastuti dan Kiswara, 2014).
Menurut Purwanti dan Sumartono (2014), kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan
pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Pengukuran
indikator variabel kompetensi pemeriksa diadopsi dari Dowling dan Leech (2009), antara lain:
(1) Independensi, integritas, dan profesionalisme; (2) Pendidikan yang berkelanjutan; (3)
diterapkan oleh pengguna (Nindyastuti dan Kiswara, 2014). Kirana (2010) dalam Dewi
(2013) menyebutkan bahwa indikator kualitas sistem dapat diwujudkan dalam seperangkat
pertanyaan kualitas sistem yang diukur melalui beberapa indikator, antara lain: kemudahan
penggunaan, kecepatan akses, keandalan sistem, fleksibilitas, dan aman. Pengkuruan indikator
variabel ini diadopsi dari Wixom dan Todd (2005) dalam Nindyastuti dan Kiswara (2014),
antara lain: (1) Dapat selalu diakses oleh pemeriksa; (2) Fitur yang memahami pengguna; (3)
Tidak mudah mengalami error; dan (4) Membantu efektivitas dan efisiensi atas waktu dan
biaya.
teknologi didefinsikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem
tertentu akan bebas dari usaha. Persepsi kemudahan penggunaan diartikan sebagai suatu
tingkat keyakinan seseorang bahwa penggunaan sistem tertentu adalah mudah sehingga jika
seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka seseorang tersebut
akan menggunakannya. Pengukuran indikator variabel ini diadopsi dari Wixom dan Todd
(2005) dalam Nindyastuti dan Kiswara (2014), antara lain: (1) Mudah digunakan; (2) Mudah
dalam pemasukan data; dan (3) Memudahkan dalam mencapai tujuan organisasi.
merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi sikap penerimaan dari pengguna
(pemeriksa BPK) bahwa penerapan sistem e-audit dapat membantu meningkatkan kinerjanya
akan dapat mempengaruhi penerimaan pemeriksa atas sistem e-audit tersebut. Pengukuran
indikator variabel ini diadopsi dari Wixom dan Todd (2005) dalam Nindyastuti (2014), antara
lain: (1) Meningkatkan kinerja dalam audit laporan keuangan pemerintahan; (2)
Meningkatkan kualitas laporan hasil pemeriksaan; (3) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kerja; dan (4) Membantu mengungkapkan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
pemerintah.
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Menurut Teori BPK yang dituangkan dalam Warta BPK edisi 7 vol 1 Juli Tahun
2011, untuk menunjang pelaksanaan sistem e-audit dibutuhkan standard operating procedure
(SOP) berdasarkan tingkat kebutuhan dalam melaksanakan sistem e-audit. Berikut ini
indikator dari variabel standar operasional prosedur, antara lain: (1) Terdapat petunjuk teknis
audit; dan (3) Terdapat standar pemeriksaan keuangan negara menggunakan sistem e-audit.
dicapai. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Steers (1980:1) dalam Nindyastuti dan Kiswara
(2014) yang mendefinisikan kata efektif dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan jika
pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan keluaran (output). Suatu pekerjaan dapat
dikatakan berjalan efektif jika diselesaikan tepat pada waktunya. Pengukuran indikator
variabel ini diadopsi dari Nindyastuti dan Kiswara (2014), antara lain: (1) Menghasilkan
laporan hasil pemeriksaan yang andal; (2) Efektif dan efisien dalam pengumpulan data hingga
proses audit; (3) Meningkatkkan kepekaan terhadap akuntabilitas laporan keuangan; dan (4)
heteroskedastisitas.
4. Hasil Penelitian
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Hasil pengumpulan data melalui pengiriman kuesioner, disajikan pada tabel 1 sebagai
berikut.
Tabel 1
Distribusi dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang disebarkan 100
Kuesioner yang tidak kembali 29
Kuesioner yang kembali dan dianalisis 71
Sumber : data diolah 2015
Pada Tabel 1 tersebut tampak bahwa total kuesioner yang dikirim 100 dan yang kembali
bahwa nilai r-hitung dari corrected item-total correlation lebih besar dari r-tabel. Hasil ini
mengindikasikan bahwa item-item dalam kuesioner dinyatakan valid. Sementara itu, hasil uji
reliabilitas menggunakan cronbach’s alpha menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih
dari 0,70. Hasil ini mengindikasikan bahwa item-item dalam kuesioner dinyatakan reliabel.
signifikansinya lebih besar dari 0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa data terdistribusi
normal dan jawaban antara responden tidak ada perbedaan yang signifikan.
dan tolerance menunjukkan bahwa nilai tolerance dari 0,10 dan nilai VIF 10. Hasil ini
mengindikasikan bahwa kelima variabel independen tidak terjadi korelasi antar sesama
variabel. Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser menunjukkan bahwa nilai
signifikansi lebih dari 0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi ini layak
digunakan untuk memprediksi variabel dependen yaitu efektivitas sistem e-audit. Hasil
analisis determinasi menggunakan nilai R Square sebesar 0,532 atau 53,2%. Hasil ini
mengindikasikan bahwa informasi yang terkandung dalam data 53,2% dapat dijelaskan oleh
model tersebut. Sisanya 46,8% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji t
Tabel 2
Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -4,317 3,948 -1,094 ,278
Kompetensi pemeriksa ,280 ,086 ,379 3,253 ,002
Kualitas sistem ,217 ,095 ,209 2,279 ,026
1
Persepsi kemudahan ,096 ,186 ,062 ,515 ,608
Persepsi kemanfaatan ,258 ,173 ,199 1,490 ,141
Standar operasional prosedur ,182 ,114 ,191 1,597 ,115
a. Dependent Variable: Efektivitas sistem e-audit
Sumber: data diolah SPSS, 2015
kompetensi pemeriksa adalah 3,253 lebih besar dari t tabel 1,669 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,002 lebih kecil dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
kompetensi pemeriksa berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Nilai koefisien regresi
yang positif menunjukkan hubungan yang positif antara kompetensi pemeriksa dengan
efektivitas sistem e-audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan pemeriksa
yaitu auditor Badan Pemeriksa Keuangan, maka akan semakin baik pemeriksa dalam
menjalankan sistem e-audit secara efektif. Hasil ini mendukung penuh hipotesis pertama yang
diajukan oleh peneliti bahwa kompetensi pemeriksa berpengaruh positif terhadap efektivitas
sistem e-audit.
perubahan proses pemeriksaan yang dijalankan secara elektronik. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Nindyastuti dan Kiswara (2014) bahwa seorang pemeriksa BPK harus memiliki
kompetensi yang memadai dalam bidang pemeriksaan keuangan negara, terutama kompetensi
dalam penggunaan sistem e-audit dengan terampil dan profesional. Hal tersebut juga
diperkuat oleh teori BPK (2011), bahwa faktor penunjang terciptanya efektivitas e-audit salah
satunya adalah sumber daya manusia yakni kompetensi pemeriksa. Kompetensi seorang
pemeriksa dapat dinilai berdasarkan tingkat pendidikan dan lamanya pengalaman di bidang
audit. Kompetensi pemeriksa memiliki peran penting dalam efektivitas sistem e-audit, karena
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi pemeriksa sangat berperan penting dalam
menentukan efektivitas sistem e-audit. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
yaitu kompetensi pemeriksa secara signifikan berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, yakni penelitian
Dowling (2009) yang dilakukan pada auditor yang bekerja di enam perusahaan audit
terhadap penggunaan sistem audit. Kemampuan auditor dalam penelitian Dowling (2009)
ditinjau dari intensitas penggunaan sistem dan pengendalian diri dalam menggunakan sistem
audit. Hal ini juga membuktikan bahwa intensitas penggunaan dapat menambah pengalaman
auditor sehingga dapat membantu auditor dalam menggunakan sistem audit. Semakin tinggi
tingkat kemampuan auditor, semakin baik pula penerapan audit menggunakan sistem.
efektivitas sistem e-audit. Dengan demikian, instrumen yang digunakan oleh peneliti mampu
menjelaskan teori yang dipaparkan dan mendukung penelitian sebelumnya. Jadi, dapat
dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh pemeriksa harus memiliki tingkat kompetensi
yang tinggi dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai hasil kinerja yang baik sehingga
Penyebab hasil penelitian ini signifikan adalah lamanya responden menjadi auditor
pemerintah yang berkisar < 5 tahun sebanyak 9 atau 12,7% dari total responden, responden
yang berkisar antara 5-10 tahun sebanyak 43 atau 60,6% dari total responden, sedangkan
responden yang berkisar antara 10-15 tahun sebanyak 15 atau 21,2% dari total responden, dan
responden yang berkisar > 16 tahun sebanyak 4 atau 5,6% dari total responden. Auditor
semakin lama menjalani tugasnya sebagai pemeriksa laporan keuangan maka kompetensi
mereka semakin meningkat, karena kompetensi pemeriksa dapat dicapai melalui pengetahuan
serta pengalaman kerja di bidang audit atau pemeriksaan laporan keuangan. Hal ini yang
kualitas sistem adalah 2,279 lebih besar dari t tabel 1,669 dan nilai signifikansinya sebesar
0,026 lebih kecil dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas sistem
berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Nilai koefisien regresi yang positif
menunjukkan hubungan yang positif antara kualitas sistem dengan efektivitas sistem e-audit.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kualitas sistem yang digunakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, maka akan semakin tinggi tingkat efektivitas penerapan sistem e-audit.
Hasil ini mendukung penuh hipotesis kedua yang diajukan oleh peneliti bahwa kualitas sistem
Kualitas sistem merupakan elemen e-audit yang memiliki peran penting dalam
menjalankan suatu sistem. Sistem yang baik akan mudah diterima oleh pengguna. Kecepatan
akses juga dapat membantu mempercepat kerja pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan yaitu kualitas sistem
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang
dilakukan oleh Citra (2013) pada Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo yang
merupakan auditee atau pihak yang diaudit. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
sarana prasarana yang merupakan kualitas sistem berpengaruh positif terhadap efektivitas
sistem e-audit dalam pencegahan fraud di pemerintah Provinsi Gorontalo. Penelitian
Nindyastuti dan Kiswara (2014) juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara variabel kualitas sistem dengan efektivitas sistem e-audit.
Penelitian Sutarto (2015) yang menyimpulkan bahwa BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa
Timur telah memiliki sarana pendukung yang memadai dalam penerapan sistem e-audit.
Semakin tinggi kualitas sistem yang digunakan, maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas
dari sistem e-audit Badan Pemeriksa Keuangan. Pemanfaatan teknologi dalam proses audit
dapat membantu pemeriksa dalam melaksanakan tiga prinsip dalam audit manajemen yaitu
Hasil penelitian ini juga mendukung teori BPK (2011) yang menyatakan bahwa kualitas
sistem termasuk dalam sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penerapan e-audit.
Dalam warta BPK edisi 7 vol I Juli 2011, diperlukan dua perangkat yakni perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras berupa jaringan akses data dan jaringan internet, sedangkan
perangkat lunak berupa software pengolah data maupun audit. Dengan demikian, kualitas
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kualitas sistem berpengaruh terhadap efektivitas
sistem e-audit. Dengan demikian, instrumen yang digunakan oleh peneliti mampu
dapat dikatakan bahwa sistem yang telah dibuat oleh BPK telah memadai karena tidak mudah
mengalami kerusakan atau error, dan memiliki kecepatan atau ketepatan waktu dalam proses
persepsi kemudahan adalah 0,515 lebih kecil dari t tabel 1,669 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,608 lebih besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi
kemudahan tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Nilai koefisien regresi yang
positif menunjukkan hubungan yang positif antara persepsi kemudahan dengan efektivitas
sistem e-audit. Hasil ini tidak mendukung hipotesis ketiga yang diajukan oleh peneliti bahwa
Penyebab hasil penelitian ini tidak signifikan adalah ketidakmudahan pemeriksa dalam
dalam mengoperasikan sistem e-audit tidak mudah sehingga mempengaruhi niat pemeriksa
dalam menggunakan e-audit. Hal tersebut terjadi karena sistem e-audit masih tergolong baru
diterapkan pada Badan Pemeriksa Keuangan sehingga pemeriksa belum terbiasa dalam
menggunakan sistem e-audit. Hasil penelitian ini didukung dengan data yang diperoleh oleh
Sutarto (2015) yang menyatakan bahwa dari statistik pengguna portal e-audit Badan
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur sendiri berada pada posisi keempat.
Lebih lanjut hasil penelitian Sutarto (2015) menyatakan bahwa beberapa auditor kurang
familiar dalam mengakses portal e-audit, auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur yang pernah login ke portal masih 64 orang.
Angka ini tentu masih jauh dibandingkan dengan jumlah auditor yang berada di Badan
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori technology acceptance model (TAM) bahwa
sistem yang berfungsi sebagai perantara. Persepsi kemudahan penggunaan merupakan tingkat
dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut mudah. Apabila seseorang
merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan, maka seseorang tersebut akan
menggunakannya dalam mencapai target maupun tujuannya. Pemeriksa BPK sampai saat ini
masih mempunyai pemikiran bahwa tidak mudah dalam menggunakan sistem e-audt sehingga
niat pemeriksa BPK dalam menggunakan sistem e-audit juga masih minim yakni 64 orang
pemeriksa atau 40% dari total 160 pemeriksa yang ada. Hal ini yang menyebabkan persepsi
memiliki pengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Hal ini dikarenakan beberapa kendala
maupun permasalahan yang dihadapi oleh pemeriksa BPK. Jadi dapat dikatakan bahwa
audit sehingga niat pemeriksa dalam menggunakan sistem e-audit akan meningkat serta
persepsi kemanfaatan adalah 1,490 lebih kecil dari t tabel 1,669 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,141 lebih besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi
kemanfaatan tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Nilai koefisien regresi
yang positif menunjukkan hubungan yang positif antara persepsi kemanfaatan dengan
efektivitas sistem e-audit. Hasil ini tidak mendukung hipotesis keempat yang diajukan oleh
peneliti bahwa persepsi kemanfaatan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem e-
audit.
Penyebab hasil penelitian ini tidak signifikan adalah pemeriksa BPK masih belum
mengetahui manfaat yang didapatkan maupun kelebihan dalam menggunakan sistem e-audit.
Hal ini dapat dilihat dari karakteristik responden yang telah mengikuti sosialisasi mengenai
sistem e-audit, hanya 27 atau 38% responden pemeriksa BPK yang pernah mengikuti
pendidikan dan pelatihan sistem e-audit sedangkan 44 atau 68% responden belum pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai sistem e-audit dari total 71 responden dalam
penelitian ini. Kurangnya sosialisasi kepada pemeriksa BPK mengenai sistem e-audit
berdampak terhadap persepsi pemeriksa tentang manfaat yang didapatkan dalam penerapan
sistem e-audit. Hal ini yang menyebabkan persepsi kemanfaatan tidak berpengaruh terhadap
kemudahan sehingga apabila persepsi kemudahan seseorang telah terwujud maka dengan
sendirinya akan mempengaruhi persepsi kegunaan. Hal ini juga ditegaskan oleh Allahyari
(2012) bahwa persepsi manfaat atau kegunaan juga dapat dilihat langsung dipengaruhi oleh
persepsi kemudahan penggunaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
Nindyastuti (2014) yang dilakukan pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah menyatakan
bahwa persepsi kemanfaatan memiliki hubungan yang positif dengan efektivitas sistem e-
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori technology acceptance model (TAM) yang
kinerja tugas, efekitivitas, dan pentingnya suatu tugas. Dengan kata lain, persepsi
kemanfaatan mengarahkan pada kepercayaan individu yang secara positif atau negatif
meningkatkan kinerja melalui penggunaan teknologi dan sistem informasi. Dengan demikian,
ketika pemeriksa BPK mengetahui dan mempercayai manfaat yang didapatkan dari penerapan
sistem e-audit dapat meningkatkan kinerja dan produktivitasnya maka akan mempengaruhi
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa persepsi kemanfaatan tidak memiliki pengaruh
terhadap efektivitas sistem e-audit. Dengan demikian, instrumen yang digunakan oleh peneliti
mampu menjelaskan teori yang dipaparkan. Jadi dapat dikatakan bahwa sosialisasi kepada
pemeriksa mengenai sistem e-audit sangat penting untuk dilakukan karena dapat
audit dapat meningkatkan kinerja dan produktivitasnya, maka akan mempengaruhi niat
pemeriksa dalam menggunakan sistem e-audit sehingga efektivitas sistem e-audit akan
terwujud.
standar operasional prosedur adalah 1,597 lebih kecil dari t tabel 1,669 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,115 lebih besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel standar operasional prosedur tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit.
Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan hubungan yang positif antara standar
operasional prosedur dengan efektivitas sistem e-audit. Hal ini menunjukkan bahwa standar
operasional prosedur e-audit yang dibuat tidak berdampak terhadap keefektifan penerapan
sistem e-audit. Hasil ini tidak mendukung hipotesis kelima yang diajukan oleh peneliti bahwa
Penyebab hasil penelitian ini tidak signifikan yakni belum disusun dan ditetapkannya
Standar Pemeriksa Keuangan Negara (SPKN) mengenai sistem e-audit untuk mendukung
penerapan sistem e-audit. Hal ini diperkuat dengan jawaban yang diberikan oleh responden
pada instrumen penelitian bahwa sampai penelitian ini dilakukan, pemeriksa BPK
berpendapat bahwa belum adanya SPKN e-audit sebagai pedoman pemeriksa BPK dalam
menerapkan sistem e-audit. Petunjuk teknis e-audit juga belum keseluruhan diterapkan
kepada entitas-entitas yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Timur. Menurut Sutarto (2015), BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa
Timur telah melakukan penandatanganan keputusan bersama tentang juknis e-audit dengan 34
pemerintah daerah sehingga tersisa lima pemerintah daerah yang belum melakukan
penandatanganan keputusan bersama tentang juknis e-audit yaitu Kabupaten Lamongan,
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Citra (2013) yang menggunakan
auditee sebagai objek penelitian yakni Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo, hasil
efektivitas e-audit dalam pencegahan fraud di Provinsi Gorontalo. Hasil penelitian ini juga
tidak konsisten dengan teori Badan Pemeriksa Keuangan yang tertuang dalam Warta BPK
edisi 7 vol 1 Juli tahun 2011 yang menyatakan bahwa untuk SOP berdasarkan tingkat
pelaksanaan pemeriksaan e-audit, dan revisi SPKN yang membahas mengenai sistem e-audit.
Namun dalam kenyataannya, standar operasinal prosedur yang tertuang dalam Warta BPK
edisi 7 vol 1 Juli Tahun 2011 belum seluruhnya terpenuhi. Hal ini yang menyebabkan standar
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa standar operasional prosedur tidak memiliki
pengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Hal ini disebabkan belum terpenuhinya seluruh
standar operasional prosedur dalam menerapkan sistem e-audit, Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia terus mengupayakan untuk melengkapi standar operasional yang sesuai
dengan kebutuhan. Jadi dapat dikatakan bahwa SOP merupakan faktor penting yang harus
dipenuhi karena dapat digunakan sebagai pedoman oleh pemeriksa untuk membantu proses
pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi. Pentingnya standar operasional prosedur sistem e-audit
untuk pemeriksa BPK yakni memperlancar tugas dan mengarahkan pemeriksa dalam
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kemampuan pemeriksa yaitu auditor Badan Pemeriksa
Keuangan Perwakilan Provinsi Jawa Timur, maka sistem e-audit yang diterapkan semakin
efektif. Kedua, kualitas sistem berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem e-audit. Hal ini
berarti bahwa semakin baik kualitas sistem yang digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Perwakilan Provinsi Jawa Timur, maka akan semakin tinggi tingkat efektivitas penerapan
sistem e-audit. Ketiga, persepsi kemudahan tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-
audit. Hal ini disebabkan karena sistem e-audit masih tergolong baru diterapkan pada Badan
Pemeriksa Keuangan sehingga pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur kurang
familiar dan belum terbiasa dalam mengakses portal e-audit. Keempat, persepsi kemanfaatan
tidak berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Hal ini disebabkan karena minimnya
sosialisasi mengenai sistem e-audit kepada pemeriksa BPK sehingga beberapa pemeriksa
BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Timur belum mengetahui manfaat maupun kelebihan yang
diperoleh dalam menggunakan sistem e-audit. Kelima, standar operasional prosedur tidak
berpengaruh terhadap efektivitas sistem e-audit. Hal ini disebabkan karena beberapa standar
Perwakilan Provinsi Jawa Timur belum memiliki secara lengkap pedoman penerapan e-audit.
Jawa Timur sehingga perlu adanya perluasan objek penelitian. Diharapkan bagi penelitian
hasil penelitian. Kemudian masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi
variabel dependen efektivitas sistem e-audit yang belum dapat dijelaskan pada penelitian ini.
Diharapkan bagi penelitian berikutnya dapat mengembangkan model penelitian dengan
Daftar Pustaka
Agustin, Latifa. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Audit Internal
Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Allahyari, Akbar. 2012. Studying Impact of Organizational Factors in Information
Technology Acceptance in Accounting Occupation by Use of TAM Model (Iranian Case
Study). ARPN Journal of System and Software, Vol 2, No 1.
Baju, Bernadus Sinun. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas
Implementasi SOP (Standard Operating Procedure) Pada Bagian Warehouse (Mc
Donald’s King’s Plaza Bandung). Skripsi. Universitas Widyatama Bandung.
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta. 2012. Siaran Pers: Implementasi E-Audit Untuk
Mencegah Korupsi.
Citra. 2013. Pengaruh Penerapan E-Audit Terhadap Pencegahan Fraud Di Pemerintah
Provinsi Gorontalo.
Dewi, Sang Ayu NT. 2013. Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak, Kualitas Sistem,
Kualitas Informasi,Pengguna Aktual Dan Kepuasan Pengguna Terhadap Implementasi
Sistem Informasi Keuangan Daerah Di Kota Denpasar. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol 4, No 1.
Dowling, Carlin. 2009. Appropriate Audit Support System Use: The Influence of Auditor,
Audit Team, and Firm Factors. The Accounting Review, Vol 84, No 3, pp.771-810.
Irianto, Bayu. 2014. Analisis Faktor Tekanan E-Audit Serta Perubahan Proses Dan Teknik
Audit. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Nindyastuti dan Kiswara. 2014. Faktor-Faktor Efektivitas Sistem E-Audit (Studi Empirik
Pada E-Audit Perjalanan DInas Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah). Diponegoro Journal Of Accounting, Vol 3, No 3.
Nugraha, Arya. 2014. Anteseden Penerimaan Teknologi Informasi Dalam Profesi Auditor
Internal Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (Studi pada Bank
Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Pradita, Alvita U. 2013. Implementasi E-Audit Dalam Meningkatkan Fungsi Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara Pada BPK-RI.
Pratama, Arie. 2013. Pemeriksaan Keuangan Negara Berbasis Teknologi Informasi:
Implementasi E-Audit Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan UNPAD, Vol 8, No 2.
Purwanti, Meilani dan Sumartono. 2014. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Efektifitas Proses Auditr Serta Dampaknya Pada Ketepatan Pemberian Opini
Akuntan Publik. Study & Accounting Research, Vol XI, No 1.
Sutarto, David. 2015. Analisis Pelaksanaan E-Audit Pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Timur. Skrispi. Universitas Brawijaya
Malang.
Sutrisno. 2014. Penerapan E-Audit Pada Audit Sektor Publik Sesuai Undang-Undang
Pemeriksaan Keuangan Negara. Jurnal STIE Semarang, Vol 6, No.1.
Tangke, Natalia. 2004. Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK) Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol 6, No 1. Hal. 10-
28.
Warta BPK. 2011. Kualitas Meningkat, Masalah Masih Melekat. Edisi 5, Vol 1.
Warta BPK. 2011. Menuju E-Audit Yang Paripurna, Edisi 7, Vol 1.
Warta BPK. 2014. Strategi Menuju Akuntabilitas Publik. Edisi 2, Vol 4.
Warta BPK. 2014. Badan Pemeriksa Keuangan Mulai Terapkan E-Audit Pada Transaksi Kas
Pemda. Edisi 3, Vol 4.
Zamzami, Faiz. 2014. Evaluasi Sistem Aplikasi E-Audit Pengadaan Barang dan Jasa Di
Sektor Pemerintah. Seminar Nasional: Research Methods And Organizational Studies,
Hlm: 127-133.