Anda di halaman 1dari 14

Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ...

103

Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan


Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif serta
Dampaknya pada Kompetensi Kejuruan

Ahmad Mustamil Khoiron


Universitas Negeri Semarang
amkhoiron@mail.unnes.ac.id

Eddy Sutadji
Universitas Negeri Malang

Abstract: The research objective was to determine the direct contribution of implementing character education,
school environment, and creative thinking on vocational competence and to determine the indirect effect of
implementation of character education and school environment on creative thinking. The results showed that:
(1) the implementation of character education contributes directly and significantly to the competence of
vocational students; (2) the school environment contributes directly and significantly to the competence of
vocational students; (3) creative thinking contributes directly and significantly to the competence of vocational
students; (4) the implementation of character education contributes indirectly to vocational competence through
creative thinking of learners; and
(5) the school environment does not contribute indirectly to vocational competence through creative thinking of
students.

Keywords: character education, school environment, creative thinking, vocational competence

Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui kontribusi secara langsung implementasi pendidikan karakter,
lingkungan sekolah, dan berpikir kreatif terhadap kompetensi kejuruan serta untuk mengetahui kontribusi
secara tidak langsung implementasi pendidikan karakter dan lingkungan sekolah terhadap berpikir kreatif. Hasil
penelitian menunjukkan (1) implementasi pendidikan karakter secara langsung berkontribusi dan signifikan
terhadap kompetensi kejuruan peserta didik; (2) lingkungan sekolah secara langsung berkontribusi dan signifikan
terhadap kompetensi kejuruan peserta didik; (3) berpikir kreatif secara langsung berkontribusi dan signifikan
terhadap kompetensi kejuruan peserta didik; (4) implementasi pendidikan karakter berkontribusi secara tidak
langsung terhadap kompetensi kejuruan melalui berpikir kreatif peserta didik; dan (5) lingkungan sekolah tidak
berkontribusi secara tidak langsung terhadap kompetensi kejuruan melalui berpikir kreatif peserta didik.

Kata kunci: pendidikan karakter, lingkungan sekolah, berpikir kreatif, kompetensi kejuruan.

Dunia pendidikan diramaikan oleh Kebijakan memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pembentukan karakter peserta didik” (Rohman, 2012:1).
tertuang dalam rencana strategis Kementerian Namun dalam pelaksanaannya, pendidikan
Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014 tentang karakter di sekolah saat ini dirasakan mendesak. Salah
pendidikan karakter. Berkembangnya perubahan satu alasannya adalah konteks pendidikan formal di
kurikulum pendidikan yang mengedepankan Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan
perlunya membangun karakter bangsa dan juga intelektual atau kognitif, sedangkan aspek soft skils atau
membimbing peserta didik agar bersikap positif nonakademik sebagai unsur utama pendidikan
terhadap segala hal untuk kebaikan masa depan karakter belum diperhatikan secara optimal bahkan
mereka sendiri. Hal ini didasarkan pada fakta dan cenderung diabaikan (Zubaedi, 2012). Situasi tersebut
persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara pada
dan moral anak-anak atau generasi muda. “Kebutuhan salah satu guru Teknik Ototronik SMKN 1 Singosari
sekarang adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter Kabupaten
dalam arti kurikulum itu sendiri
103
104 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

Malang, dalam proses pembelajaran kecenderungan masih pengapian elektronik, (4) memperbaiki sistem injeksi
terfokus pada aspek kognitif peserta didik dan masih belum elektronik, (5) memperbaiki sistem pengatur katup
maksimal dalam pengembangan aspek afektif dan elektronik, (6) Memperbaiki sistem pengatur kecepatan
psikomotorik peserta didik. Logika yang ada, jika peserta otomatis, (7) memperbaiki sistem ABS, ASR/ETC dan
didik hanya dilatih kognitifnya saja maka peserta ESP, (8) memperbaiki sistem transmisi otomatis dengan
didik akan kurang memiliki keterampilan dalam kontrol elektronik, (9) memperbaiki sistem suspensi aktif,
bidangnya. (10) memperbaiki sistem automatic air conditioning,
P e r u b a h a n k o n d i s i y a n g d i s e b a b k a n oleh (11) memperbaiki car audio video, (12) memperbaiki
perubahan kurikulum yang dalam hal ini sistem light-tronic,
penyelenggaraan proses pendidikan di SMK, (13) memperbaiki SRS (air-bag dan safety belt),
mengakibatkan adanya perubahan standar kompetensi yang (14) memperbaiki sistem alarm, central-lock dan
mengintegrasikan nilai-nilai karakter di dalam kegiatan power windows, (15) memperbaiki sistem navigasi,
pembelajaran. Pendidikan karakter yang terintergrasi (16) memperbaiki sistem kontrol parkir, dan
dalam proses pembelajaran yaitu melalui (17) memperbaiki sistem-sistem elektronik pada
pengenalan nilai-nilai, kesadaran dan kendaraan.
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku Kompetensi merupakan kemampuan yang
peserta didik, baik dalam maupun di luar kelas pada dimiliki oleh setiap individu yang digunakan untuk
semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan beradaptasi dengan berbagai jenis situasi kerja, di mana
pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik kompetensi dibutuhkan peserta didik dalam melakukan
menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga pekerjaan. Kompetensi tidak hanya diartikan memiliki
dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta keterampilan teknis tinggi, akan tetapi juga keterampilan
didik mengenal, menyadari/peduli, dan menghadapi segala sesuatu. Kompetensi merupakan
menginternalisasi nilai-nilai dan mengamalkannya dalam penjelasan mengenai sesuatu hal yang dilakukan
kehidupan sehingga tercermin perilaku yang baik. seseorang di tempat kerja pada berbagai tingkatan
Syahril (2012) menjelaskan bahwa kompetensi tertentu, mengidentifikasi karakteristik pengetahuan
kejuruan merupakan kompetensi yang ada pada dan keterampilan yang diperlukan individual yang
kelompok mata pelajaran produktif di SMK, dimana memungkinkan menjalankan tugas dan tanggung jawab
peserta didik dikatakan kompeten jika peserta didik secara efektif sehinggga mencapai standar kualitas
mampu menguasai semua kompetensi (SK/KD) profesional dalam bekerja. Zwell (2000) mengungkap
setiap Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
Kejuruan pada kelompok mata pelajaran produktif sesuai kecakapan kompetensi seseorang (1) keyakinan dan
Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang ditetapkan nilai-nilai,
SMK. KKM kelompok mata pelajaran produktif, (2) keterampilan, (3) pengalaman, (4) karakteristik
ditentukan berdasarkan standar minimal penguasaan kepribadian, (5) motivasi, (6) isu emosional, (7)
kompetensi yang berlaku pada dunia usaha/industri kemampuan intelektual, dan (8) budaya organisasi. Menurut
(Direktorat Pembinaan SMK. 2008). Akan tetapi, Santrock (2012), pendidikan karakter adalah pendekatan
kelompok mata pelajaran produktif yang ada di SMK langsung untuk pendidikan moral yang melibatkan
sangat banyak. Karena itu, masalah dalam penelitian pengajaran moral dasar untuk para peserta didik agar
ini dibatasi dalam lingkup permasalahan pada mencegah mereka terlibat dalam perilaku amoral dan
Kompetensi Keahlian Teknik Ototronik. Faktor yang melakukan hal yang berbahaya bagi diri mereka sendiri
diduga dominan dalam menentukan keberhasilan maupun orang lain. Argumennya adalah bahwa perilaku
peserta didik dalam pencapaian kompetensi kejuruan seperti berbohong, mencuri, dan mencontek adalah salah
(1) implementasi pendidikan karakter, (2) lingkungan dan bahwa peserta didik harus diajari tentang hal ini
sekolah, dan di sepanjang masa pendidikan mereka.
(3) berpikir kreatif. Berdasarkan fakta yang diperoleh, saat ini
Adapun tujuh belas Standar Kompetensi masih banyak terdapat penyimpangan yang terjadi di
yang harus dicapai dalam Kompetensi Kejuruan kalangan peserta didik. Hal tersebut terbukti dengan
Teknik Ototronik (1) membuat rangkaian elektronik adanya kasus tawuran antara SMK Yayasan Karya 66
terapan, (2) membuat sistem kontrol aplikatif dengan SMK Kartika Zeni yang terjadi pada 26
dengan pemrograman berbasis micro-prosessor atau September 2012 lalu di kawasan Manggarai
micro-controller, (3) memperbaiki sistem menewaskan salah seorang peserta didik SMK
Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ... 105

Yayasan Karya 66, Denny Januar. Denny tewas pembelajaran, tingginya sikap individualisme peserta didik,
dengan luka sabetan celurit pada bagian perutnya sangat lemahnya kemampuan untuk kerja sama dalam suatu
(Kompas, 26 September 2012). Persoalan yang tidak kalah kelompok belajar, dan masih minimnya proses belajar
seriusnya adalah praktik-praktik kebohongan dalam dunia yang memberikan stimulus untuk memunculkan
pendidikan mulai dari menyontek pada saat ujian sampai kreativitas peserta didik di sekolah.
plagiarisme (Wiyani, 2012). Berdasarkan teori dan fakta yang ada, baik secara
Fakta menunjukkan tindakan tidak bermoral dan langsung maupun tidak langsung lingkungan sekolah yang
tidak berkarakter yang baik. Karena itu, diperlukan menyenangkan akan dapat meningkatkan gairah dan
implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran semangat belajar yang bisa memicu berpikir kreatif
yang diharapkan dapat membuat perubahan pada peserta didik dan kompetensi peserta didik di sekolah. Hal
sikap, perilaku, keterampilan, serta kemampuan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Sitiningrum
peserta didik dalam bidang yang ditekuninya. Selain itu, (2012) yang menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh
pendidikan karakter dapat menjadi bagian dari proses positif dan signifikan lingkungan sekolah terhadap
pembentukan akhlak anak bangsa, dan juga mampu prestasi belajar peserta didik kelas X di SMK Negeri 1
menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat Klaten. Penelitian Wahyudi & Treagust (2004)
dan martabat bangsa Indonesia. Dengan kata lain, menyimpulkan bahwa dalam rangka meningkatkan
semakin baik karakteristik kepribadian peserta didik, maka kondisi yang nyaman dalam proses pembelajaran
semakin baik tingkat pencapaian kompetensi kejuruan. praktek, perlu disediakan fasilitas belajar yang memadai
Karena itu, dapat diduga terdapat kontribusi implementasi seperti buku pelajaran, peralatan laboratorium. Piaw
pendidikan karakter terhadap kemampuan berpikir kreatif (2011) juga mengemukakan bahwa lingkungan belajar
dan pencapaian kompetensi kejuruan. perlu dipersiapkan untuk memungkinkan peserta didik
Belajar adalah proses untuk membuat perubahan berpikir kreatif, karena akan membangkitkan peserta didik
dalam diri peserta didik dengan cara berinteraksi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam Karena itu, melihat realita yang ada maka perlu diungkap
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto, bagaimana kondisi lingkungan sekolah yang diduga
2011). Selain itu, Hamalik (2004) mengemukakan berkontribusi terhadap berpikir kreatif dan pencapaian
bahwa lingkungan (environment) sebagai dasar kompetensi kejuruan peserta didik.
pengajaran adalah faktor kondisional yang Kreativitas adalah proses yang menuntut
mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial
faktor belajar yang penting. Suatu lingkungan kecerdasan analitis, kreatif, dan praktis, beberapa aspek
pendidikan/pengajaran memiliki fungsi psikologis, fungsi yang ketika digunakan secara kombinatif dan
pedagogis dan fungsi instruksional. Hasil temuan seimbang akan melahirkan kecerdasan dan
penelitian Ferguson & Fraser (1999) menunjukkan bahwa kesuksesan (Riyanto, 2010). Fakta yang ada, ribuan
lingkungan belajar berhubungan dengan tingkat perubahan lulusan SMK Kabupaten Semarang, Jateng tidak
peserta didik di sekolah. Karena itu dalam perancangan terserap kerja, karena tidak sesuai dengan kebutuhan pasar
program pendidikan di sekolah perlu di perusahaan-perusahaan yang ada di daerah setempat
mempertimbangkan lingkungan sekolah untuk (Kompas, 26 November 2010).
mendukung tingkat perubahan peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan jika
Lingkungan sekolah merupakan salah satu bagian yang lulusan SMK mampu berpikir kreatif, mereka memiliki
turut berperan dalam proses pembelajaran. Lingkungan kompetensi yang baik pula sehingga mampu
sekolah atau lingkungan belajar yang berpengaruh bersaing di dunia usaha maupun dunia industri. Jika
terhadap pengembangan pribadi dan prestasi peserta mereka mampu bersaing, maka tidak lagi ada
didik memiliki beberapa aspek yang meliputi, kondisi fisik pengangguran yang berasal dari lulusan SMK. Hasil
sekolah, hubungan antara kepala sekolah, hubungan dari penelitian Prayitno (2007) menunjukkan bahwa ada
guru dan peserta didik, norma antara peserta didik, dan perbedaan prestasi belajar pada kompetensi sistem AC
rasa kenyamanan dan keamanan peserta didik di di mana kelompok peserta didik yang memiliki tingkat
sekolah. berfikir kreatif tinggi prestasi belajarnya lebih baik dari
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelompok peserta didik yang memiliki tingkat berfikir
Teknik Ototronik SMKN 1 Singosari Kabupaten rendah, dengan rerata prestasi belajar peserta didik
Malang, peserta didik masih pasif dalam proses pada
106 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

kelompok tingkat berfikir kreatif tinggi, sedangkan rerata yang diambil dalam penelitian sebesar 32% atau 40
hasil belajar peserta didik pada kelompok tingkat peserta didik, agar sampel yang diambil dapat mewakili
berfikir kreatif rendah. Namun fakta yang terjadi di jumlah populasi yang ada. Instrumen yang digunakan
lapangan menunjukkan masih minimnya kreativitas dalam penelitian adalah lembar observasi, angket, dan tes.
peserta didik. Oleh karena itu, dianggap perlu untuk Lembar observasi digunakan untuk untuk pengumpulan
melakukan penelitian mengenai kontribusi data variabel implementasi pendidikan karakter,
implementasi pendidikan karakter dan lingkungan angket digunakan untuk pengumpulan data variabel
sekolah terhadap berpikir kreatif serta dampaknya pada lingkungan sekolah, dan tes digunakan untuk mengukur
kompetensi kejuruan. kemampuan berpikir kreatif dan kompetensi kejuruan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peserta didik.
kontribusi secara langsung implementasi pendidikan Uji coba instrumen dalam penelitian ini adalah untuk
karakter, lingkungan sekolah, dan berpikir kreatif mengetahui ketepatan/kevalidan instrumen dan
terhadap kompetensi kejuruan dan untuk mengetahui ketetapan atau keajegan (reliabilitas) dari instrumen
kontribusi secara tidak langsung implementasi penelitian. Sasaran uji coba instrumen penelitian ini
pendidikan karakter dan lingkungan sekolah terhadap adalah dua dosen ahli, dan dua guru kompetensi keahlian
konpetensi kejuruan melalui kemampuan berpikir ototronik. Instrumen penelitian ini diuji cobakan kepada
kreatif.. peserta didik kelas XI semester IV Kompetensi
Penelitian dilakukan pada peserta didik Keahlian Teknik Ototronik SMKN 1 Singosari
Kompetensi Keahlian Ototronik di SMKN 1 Singosari Kabupaten Malang dengan jumlah 40 peserta didik
Kabupaten Malang yang telah mengimplementasikan dari 129 peserta didik yang ada. Instrumen dalam
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. penelitian ini menggunakan validitas konstruk dan
Dalam pengambilan sampel, peneliti hanya validitas isi, sedangkan validitas prediktif dilakukan
mengambil kelas XI semester IV tahun ajaran sebagai prediktor bagi performansi di waktu yang akan
2012/2013 Kompetensi Keahlian Teknik Ototronik di SMKN datang pada instrumen tes kompetensi kejuruan.
1 Singosari Kabupaten Malang pada standar kompetensi Reliabilitas instrumen diuji dengan Cronbach’s alpha
memperbaiki sistem injeksi elektronik kompetensi dasar melalui bantuan SPSS 20.0 for windows. Suatu
mendiagnosis kerusakan pada sistem injeksi instrumen memiliki reliabel jika nilai cronbach’s alpha
elektronik. lebih besar dari 0,6. Teknik koeefisien alpha dipilih karena
jawaban pada item intrumen yang dikembangkan
METODE bersifat non dikotomis.
Rancangan penelitian menggunakan path Analisis butir soal dilakukan (1) daya pembeda soal,
analysis model persamaan struktural. Disebut model dan (2) tingkat kesukaran soal. Daya pembeda soal
struktural yaitu apabila setiap variabel terikat/endogen secara dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu soal
unik keadaannya ditentukan oleh seperangkat variabel untuk membedakan antara peserta didik yang pamdai
bebas/eksogen (Riduwan, 2011). Ruang lingkup dengan peserta didik yang kurang pandai, dengan
variabel sebagai berikut: (1) variabel X1 merupakan menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah pada
implementasi pendidikan karakter dalam proses instrumen tes berpikir kreatif dan tes kompetensi
pembelajaran, (2) X2 lingkungan sekolah di SMKN 1 kejuruan. Tingkat kesukaran soal dilakukan untuk
Singosari Kabupaten Malang, (3) variabel Y merupakan mengetahui peluang untuk menjawab benar suatu soal
berpikir kreatif peserta didik kelas XI semester IV pada tingkat kemampuan tertentu yang bisa dinyatakan
Kompetensi Keahlian Teknik Ototronik di SMKN 1 dengan indeks. Semakin besar indeks tingkat kesukaran
Singosari Kabupaten Malang, dan (4) variabel Z berarti soal tersebut semakin mudah pada tes berpikir kreatif
merupakan kompetensi kejuruan pada standar dan tes kompetensi kejuruan.
kompetensi memperbaiki sistem injeksi elektronik Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik
kompetensi dasar mendiagnosis kerusakan pada sistem analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik
injeksi elektronik peserta didik kelas XI semester IV inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan
Kompetensi Keahlian Teknik Ototronik di SMKN 1 untuk menganalisis data pada hasil observasi dan
Singosari Kabupaten Malang. angket implementasi pendidikan karakter dan
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik lingkungan sekolah setiap butir soal, pada lembar
kelas XI semester IV Kompetensi Keahlian Teknik observasi dan angket digunakan formula
Ototronik SMKN 1 Singosari Kabupaten Malang
dengan jumlah 129 peserta didik. Sampel
Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ... 107

persentase. Selanjutnya, dilakukan teknik analisis statistik (X1) dan Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Ber- pikir
inferensial yang bertujuan untuk menguji hipotesis Kreatif (Y) disajikan dalam Tabel 4.
kontribusi implementasi pendidikan karakter dan Ringkasan Hasil Analisis Koefisien Jalur Sub
lingkungan sekolah terhadap berpikir kreatif peserta Struktur 1: Pengaruh secara Tidak Langsung antar-
didik serta dampaknya terhadap kompetensi kejuruan variabel Implementasi Pendidikan Karakter (X1) ter- hadap
melalui analisis korelasi dan analisis regresi linier baik Berpikir Kreatif (Y) dan variabel Lingkungan Sekolah (X2)
secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini terhadap Berpikir Kreatif (Y) disajikan dalam Tabel 5.
dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for
Perhitungan Koefisien Jalur Sub Struktur 2
windows dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05
(5%). Selain itu juga untuk memenuhi dua asumsi Tabel Model Summary Hasil Uji Regresi Linier
dasar yaitu data harus berdistribusi normal dan linier. secara Langsung Implementasi Pendidikan Karakter (X1),
Data yang sudah terkumpul dilakukan uji normalitas dan Lingkungan Sekolah (X2), Berpikir Kreatif (Y), dan
uji linieritas terlebih dahulu dengan menggunakan Kompetensi Kejuruan (Z) disajikan dalam Tabel 6.
bantuan SPSS 20 for windows dengan menggunakan Tabel ANOVA Hasil Uji Regresi secara
taraf signifikansi 0,05 (5%). Langsung Implementasi Pendidikan Karakter (X1),
Lingkungan Sekolah (X2), Berpikir Kreatif (Y), dan
HASIL Kompetensi Kejuruan (Z) disajikan dalam Tabel 7.
Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan, Kaidah keputusan dari hasil analisis uji
diperoleh temuan nilai rata-rata (mean), dari setiap keseluruhan variabel yang ditunjukkan pada Tabel anova
adalah jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama
variabel ditunjukkan dalam Gambar 1.
dengan nilai probabilitas sig atau 0,05
Berdasarkan uji asumsi klasik, diketahui bahwa data
≥ sig, maka bisa dilanjutkan ketahap pengujian
penelitian berdistribusi normal dan mempunyai hubungan
linier. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis berikutnya yaitu pengujian secara individual antar
variabel eksogen, variabel intervening, dan variabel
dengan hasil sebagai berikut.
endogen. Selain itu, pada Tabel Anova diperoleh nilai
Perhitungan Koefisien Jalur Sub Struktur 1 F sebesar 17,872 dengan nilai probabilitas (sig)
Model Summary Hasil Uji Regresi Secara Tidak Langsung = 0,000, sehingga nilai sig < 0,05, maka pengujian secara
Implementasi Pendidikan Karakter (X1), individual bisa dilakukan. Adapun persamaan strukturnya
Lingkungan Sekolah (X2) dan Berpikir Kreatif (Y) yaitu: Y = 0.548 X1 - 0.348 X2 + 0.496
disajikan dalam Tabel 1. + 0.634 ε2
Hasil Uji Regresi Secara Tidak Langsung Im- Tabel Coefficient Hasil Uji Regresi secara
plementasi Pendidikan Karakter (X1), Lingkungan Langsung Implementasi Pendidikan Karakter (X1),
Sekolah (X2) dan Berpikir Kreatif (Y) disajikan Lingkungan Sekolah (X2), Berpikir Kreatif (Y), dan
dalam Tabel 2. Kompetensi Kejuruan (Z) disajikan dalam Tabel 8. Hasil
Kaidah keputusan dari hasil analisis uji Pengujian Hipotesis Kontribusi Imple- mentasi
keseluruhan variabel yang ditunjukkan pada Tabel anova Pendidikan Karakter (X1) terhadap Kom- petensi
adalah jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama Kejuruan (Z), Lingkungan Sekolah (X2) terhadap
dengan nilai probabilitas sig atau 0,05 Kompetensi Kejuruan (Z) dan Berpikir Kreatif (Y)
≥ sig, maka bisa dilanjutkan ketahap pengujian terhadap Kompetensi Kejuruan (Z) disa-
berikutnya yaitu pengujian secara individual. Selain itu jikan dalam Tabel 9.
pada Tabel Anova diperoleh nilai F sebesar 20,657 dengan Ringkasan Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur 2:
nilai probabilitas (sig) = 0,000, sehingga nilai sig < 0,05, Pengaruh Antarvariabel Implementasi Pendidikan
maka pengujian secara individual bisa dilakukan. Karakter (X1) terhadap Kompetensi Kejuruan (Z),
Adapun persamaan strukturnya yaitu: Y Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Kompetensi
= 0.684 X1 + 0.058 X2 + 0.687 ε1 Kejuruan (Z) dan Berpikir Kreatif (Y) terhadap
Hasil Uji Regresi Secara Tidak Langsung Kompetensi Kejuruan (Z) disajikan dalam Tabel 10.
variabel Implementasi Pendidikan Karakter (X1), Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Kon- tribusi
Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Berpikir Kreatif Tidak Langsung dan Kontribusi Total Im- plementasi
(Y) disajikan dalam Tabel 3. Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap
Hasil Pengujian Hipotesis Kontribusi Secara Berpikir Kreatif dan Dampaknya
Tidak Langsung Implementasi Pedidikan Karakter
108 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

pada Kompetensi Kejuruan disajikan dalam Tabel 11. terhadap kompetensi kejuruan peserta didik pada
Kompetensi Keahlian Teknik Ototronik. Artinya,
PEMBAHASAN semakin baik implementasi pendidikan karakter
Kontribusi Secara Langsung Implementasi peserta didik, maka kompetensi kejuruannya semakin
Pendidikan Karakter (X1) terhadap Kom- meningkat.
petensi Kejuruan (Z) Temuan penelitian sesuai dengan Shumaker &
Temuan pertama menunjukkan bahwa terdapat Heckel (2007) bahwa karakter adalah kombinasi dari
kontribusi yang signifikan implementasi pendidikan kualitas moral dimana seseorang dinilai secara terpisah
karakter terhadap kompetensi kejuruan. Dalam dari kecerdasan dan bakatnya. Karakter harus
penelitian ini ditemukan korelasi positif yang dilaksanakan dengan tindakan atau perbuatan kebajikan.
signifikan antara implementasi pendidikan karakter dengan Selanjutnya, Lickona (1991) menjelaskan bahwa karakter
kompetensi kejuruan sebesar 0.658 (sig<0.05). Hal ini berarti yang tepat bagi pendidikan nilai yaitu karakter yang terdiri
makin baik implementasi pendidikan karakter peserta dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Karakter yang baik
didik, makin baik pencapaian kompetensi kejuruan. terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal
Variabel implementasi pendidikan karakter dapat yang baik dan melakukan hal yang baik dalam cara
menjelaskan makin tingginya kompetensi kejuruan berpikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam
sebesar 30.03%. Hal tersebut dapat dijadikan suatu tindakan. Berdasarkan hal tersebut mengisyaratkan
indikasi bahwa implementasi pendidikan karakter dapat bahwa implementasi pendidikan karakter pada peserta
dipakai sebagai prediktor kompetensi kejuruan peserta didik akan berdampak pada pencapaian kompetensi
didik, atau dengan kata lain bahwa implementasi kejuruan peserta didik.
pendidikan karakter berhubungan secara signifikan Zubaedi (2012) menyatakan bahwa, pendidikan

Gambar 1. Nilai Rata-Rata pada Setiap Variabel Penelitian

Tabel 1. Tabel Model Summary Hasil Uji Regresi Secara Tidak Langsung Implementasi Pendidikan
Karakter (X1), Lingkungan Sekolah (X2) dan Berpikir Kreatif (Y)

Adjusted Std. Error of Change Statistics


Model R R Square R Square Sig. F
R Square the Estimate F Change df1 df2
Change Change
1 .726a .528 .502 11.316 .528 20.657 2 37 .000

Tabel 2. Tabel ANOVA Hasil Uji Regresi Secara Tidak Langsung Implementasi Pendidikan
Karakter (X1), Lingkungan Sekolah (X2) dan Berpikir Kreatif (Y)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 5289.942 2 2644.971 20.657 .000b
1 Residual 4737.558 37 128.042
Total 10027.500 39
Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ... 109

karakter secara terperinci memiliki tujuan sebagai berikut: berwawasan kebangsaan, dan (5) mengembangkan
(1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/ afektif peserta lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
nilai-nilai karakter bangsa, persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi
(2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik dan penuh kekuatan.
yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal Karakteristik kepribadian seseorang khususnya pada
dan tradisi budaya bangsa yang religius, peserta didik bukanlah merupakan sesuatu yang tidak dapat
(3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung diubah karena perubahan tersebut juga ditunjang dengan
jawab peserta didik sebagai generasi penerus adanya interaksi dengan orang lain dan pengaruh dari
bangsa, (4) mengembangkan kemampuan peserta didik lingkungan sekitar. Oleh karena adanya nilai-nilai
menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan karakter yang diintegrasikan

Tabel 3. Tabel Coefficients Hasil Uji Regresi Secara Tidak Langsung variabel Implementasi
Pendidikan Karakter (X1), Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Berpikir Kreatif (Y)
Standardized Coeffi-
Unstandardized Coefficients
Model cients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -18.722 13.149 -1.424 .163
Implementasi Pendidikan .253 .684 4.211 .000
1 1.066
Karakter
Lingkungan Sekolah .075 .210 .058 .357 .723

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Kontribusi Secara Tidak Langsung Implementasi Pedidikan
Karakter (X1) dan Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Berpikir Kreatif (Y).
Korelasi
Hipotesis
Sig Kondisi Keterangan
X1 Y 0.000 Sig < 0.05 Signifikan
X2 Y 0.723 Sig > 0.05 Tidak Signifikan

Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Koefisien Jalur Sub Struktur 1: Pengaruh secara Tidak
Langsung antarvariabel Implementasi Pendidikan Karakter (X1) terhadap Berpikir Kreatif (Y)
dan variabel Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Berpikir Kreatif (Y)

Pengaruh Antarvariabel Koefisien Jalur (Beta) Nilai r Nilai F


0.725
X1 terhadap Y 0.684 20.657
X2 terhadap Y 0.058 0.549

Tabel 6. Tabel Model Summary Hasil Uji Regresi Linier secara Langsung Implementasi Pendidikan
Karakter (X1), Lingkungan Sekolah (X2), Berpikir Kreatif (Y), dan Kompetensi Kejuruan (Z)

Adjusted R Std. Error of Change Statistics


Model R R Square R Square Sig. F
Square the Estimate F Change df1 df2
Change Change
1 .773a .598 .565 8.957 .598 17.872 3 36 .000

Tabel 7. Tabel ANOVA Hasil Uji Regresi secara Langsung Implementasi Pendidikan Karakter
(X1), Lingkungan Sekolah (X2), Berpikir Kreatif (Y), dan Kompetensi Kejuruan (Z)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 4301.655 3 1433.885 17.872 .000b
1 Residual 2888.345 36 80.232
Total 7190.000 39
110 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

dalam kegiatan pembelajaran, maka dengan mudah tampaknya hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
peserta didik dilatih untuk selalu berpikir positif sesuai dengan paparan teori yang dipakai sebagai
tentang dirinya, maupun terhadap orang lain. Jika dasar untuk perumusan hipotesis, sehingga dugaan yang
tujuan dari pendidikan karakter dapat tercapai serta menyatakan bahwa ada kontribusi yang signifikan
adanya keyakinan akan dirinya sendiri, maka dengan implementasi pendidikan karakter terhadap kompetensi
sendirinya peserta didik lebih aktif dan produktif dalam kejuruan telah terbukti secara empirik dalam penelitian
pencapaian kompetensi kejuruan yang ditekuninya. ini.
Berdasarkan paparan di atas, Hasil penelitian ini relevan dengan temuan

Tabel 8. Tabel Coefficient Hasil Uji Regresi secara Langsung Implementasi Pendidikan Karakter
(X1), Lingkungan Sekolah (X2), Berpikir Kreatif (Y), dan Kompetensi Kejuruan (Z)
Standardized Coeffi-
Unstandardized Coefficients
Model cients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 16.912 10.690 1.582 .122
Implementasi Pendidikan
.723 .244 .548 2.967 .005
1 Karakter
Lingkungan Sekolah -.380 .166 -.348 -2.287 .028
Berpikir Kreatif .420 .130 .496 3.229 .003

Tabel 9. Hasil Pengujian Hipotesis Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter (X1) terhadap
Kompetensi Kejuruan (Z), Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Kompetensi Kejuruan (Z) dan
Berpikir Kreatif (Y) terhadap Kompetensi Kejuruan (Z)

Hipotesis Korelasi
Sig Kondisi Keterangan
X1 Z 0.005 Sig < 0.05 Signifikan
X2 Z 0.028 Sig < 0.05 Signifikan
Y Z 0.003 Sig < 0.05 Signifikan

Tabel 10. Ringkasan Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur 2: Pengaruh Antarvariabel Implementasi
Pendidikan Karakter (X1) terhadap Kompetensi Kejuruan (Z), Lingkungan Sekolah (X2)
terhadap Kompetensi Kejuruan (Z) dan Berpikir Kreatif (Y) terhadap Kompetensi Kejuruan (Z)

Pengaruh Antarvariabel Koefisien Jalur (Beta) Nilai r Nilai F


X1 terhadap Z 0.548 0.658
X2 terhadap Z -0.348 0.318 17.872
Y terhadap Z 0.496 0.703

Tabel 11. Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Kontribusi Tidak Langsung dan Kontribusi Total
Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif dan
Dampaknya pada Kompetensi Kejuruan
Kontribusi Kausal
Kontribusi Variabel Langsung Tidak Langsung Total Besar Kontribusi
(Melalui Y)
X1 terhadap Y 0.684 - 0.684 46.7%
X1 terhadap Z 0.548 - 0.548 30.03%
X1 terhadap Z 0.548 (0.684) x (0.496) 0.339 11.49%
X2 terhadap Y 0.058 - 0.058 0.33%
X2 terhadap Z -0.348 - -0.348 12.11%
X2 terhadap Z -0.348 (0.058) x (0.496) 0.028 0.07%
Y terhadap Z 0.496 - 0.496 24.6%
Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ... 111

Boggs (2010) menyajikan hasil yang sesuai dengan Kontribusi Secara Langsung Lingkungan
kategori di mana karakter berada dalam kurikulum yang Sekolah (X2) terhadap Kompetensi Kejuruan
implisit dan eksplisit. Tindakan yang luas (etos kerja dan (Z)
motivasi untuk mengerjakan tugas sekolah), hormat (untuk Temuan kedua menunjukkan bahwa lingkungan
figur pemimpin, konvensi budaya, dan rekan-rekan), dan sekolah berkontribusi secara signifikan terhadap
kualitas pribadi (disiplin diri, tanggung jawab pribadi, kompetensi kejuruan. Dalam penelitian ini
ketekunan, manajemen waktu, dan kejujuran). ditemukan korelasi yang signifikan antara lingkungan
Selanjutnya, penelitian Najib (2012) menemukan bahwa sekolah dengan kompetensi kejuruan sebesar 0,318
pendidikan karakter yang terdiri dari karakter disiplin, (sig<0.05). Nilai korelasi yang diperoleh membuktikan
percaya diri, dan mandiri berpengaruh terhadap prestasi adanya tingkat hubungan yang lemah antara lingkungan
belajar. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan sekolah dan kompetensi kejuruan. Besarnya kontribusi
bahwa pendidikan karakter disiplin, percaya diri, dan lingkungan sekolah juga memperlihatkan bahwa
mandiri yang ditanamkan kepada peserta didik secara lingkungan sekolah kurang memberikan pengaruh atau
bersama- sama berperan di dalam meningkatkan sumbangan terhadap pencapaian kompetensi kejuruan
prestasi belajar peserta didik. Rsquare sebesar 0,329/33% peserta didik karena hanya 12.11% variasi kompetensi
yang berarti ada faktor lain sebesar 67% yang berpengaruh kejuruan dapat dijelaskan oleh variasi dari lingkungan
terhadap prestasi belajar. sekolah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
S e l a i n i t u , t e m u a n d a l a m p e n e l i t i a n ini kompetensi kejuruan belum tentu dapat tercapai dengan
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh adanya lingkungan sekolah yang kondusif.
implementasi pendidikan karakter yang signifikan Temuan ini mengungkapkan bahwa lingkungan
terhadap kompetensi kejuruan. Oleh karena itu, perlu sekolah bukan merupakan satu-satunya hal yang
dilakukan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan berpengaruh terhadap pengembangan pribadi dan
kompetensi kejuruan antara lain: (1) perlu diberikan prestasi peserta didik. Tingkat hubungan yang lemah
pemahaman dan pengertian kepada peserta didik tentang tersebut kemungkinan terjadi karena pencapaian
kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan sendiri dengan kompetensi kejuruan peserta didik tidak hanya
upaya sendiri tanpa bantuan orang lain, (2) perlu ditunjang oleh lingkungan sekolah saja, akan tetapi
ditanamkan sikap disiplin dalam menaati peraturan ada faktor-faktor lain yang lebih dominan. Selanjutnya,
dalam kegiatan pembelajaran dan praktikum, dan (3) dimungkinkan juga ada variabel lain yang mengontrol
perlunya diberikan pemahaman akan pentingnya tanggung hubungan antara lingkungan sekolah dengan
jawab dalam melaksanakan tugas dan kerja keras dalam kompetensi kejuruan, misalnya keterampilan dan
mencapai prestasi. pengetahuan kejuruan, bakat,

Gambar 2. Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris


112 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

minat, maupun motivasi yang harus dimiliki peserta didik Ototronik. Artinya, semakin tinggi kemampuan berpikir
dalam usaha pencapaian kompetensi kejuruan. Walaupun kreatif peserta didik, maka kompetensi kejuruannya
demikian, lingkungan sekolah tetap memiliki semakin meningkat.
kontribusi terhadap kompetensi kejuruan sehingga tetap Hasil penelitian sesuai dengan teori yang
diperlukan dalam proses pencapain kompetensi kejuruan. dikemukakan Munandar (dalam Dewi, 2013) bahwa
Sebagaimana dikemukakan Sumitro (dalam Murti, 2012) kreativitas adalah cara mengapresiasikan diri terhadap suatu
bahwa sekolah adalah lingkungan pendidikan yang masalah, dengan menggunakan berbagai cara yang datang
mengembangkan & meneruskan pendidikan anak secara spontanitas yang merupakan hasil dari pemikiran.
menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan Tingkat hubungan yang cukup kuat antara lingkungan
bertingkah laku baik. sekolah dan kompetensi kejuruan dimungkinkan terjadi
Selain itu, temuan penelitian juga mengungkap karena kreatif dalam berpikir tumbuh dari adanya rasa
adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi k u ra ingin tahu yang amat besar sehingga dapat memberikan
n g m a k s i m a l n y a l i n gk u n g an s e k o l a h terhadap stimulus kepada peserta didik dalam mencapai
kompetensi kejuran adalah masih kurang maksimalnya kompetensi kejuruan yang diharapkan. Menurut
motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses Cashdan & Welsh (dalam Supriadi, 2010) menemukan
pembelajaran, peserta didik pasif dalam proses bahwa, peserta didik yang tinggi kreativitasnya lebih
pembelajaran, peserta didik juga mudah mandiri, mengusahakan perubahan dalam
terpengaruh oleh teman yang berbuat negatif di lingkungannya, dan relasi interpersonalnya lebih terbuka
dalam kelas misalnya, bercanda dan tidak serius apabila dan aktif. Sebaliknya peserta didik yang rendah
guru menjelaskan materi pelajaran dan tidak kreativitasnya lebih rendah otonominya dan kurang
menghiraukan guru saat menjelaskan materi menonjolkan dirinya.
pelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu diperlukan Temuan penelitian ini didukung hasil penelitian
upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan kompetensi Prayitno (2007) bahwa ada perbedaan prestasi belajar pada
kejuruan antara lain: (1) memberikan pemahaman kompetensi sistem AC di mana kelompok peserta
dengan menumbuh kembangkan rasa saling didik yang memiliki tingkat berpikir kreatif tinggi prestasi
menghormati dan menghargai baik sesama peserta didik belajarnya lebih baik dari kelompok peserta didik yang
maupun dengan guru, (2) diperlukan manajemen sarana memiliki tingkat berpikir rendah, data penelitian juga
dan prasarana dan kondisi ruang belajar/praktik untuk menunjukkan rerata prestasi belajar peserta didik pada
menunjang kenyamanan peserta didik dalam kegiatan kelompok tingkat berpikir kreatif tinggi sebesar 78, dan 94,
pembelajaran, dan (3) meningkatkan sumber belajar dan sedangkan rerata hasil belajar peserta didik pada
kreativitas serta keaktifan guru dalam proses kelompok tingkat berpikir kreatif rendah sebesar 76,83.
pembelajaran. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian Widoyo
(2012) yang menunjukkan bahwa prestasi belajar
Kontribusi Secara Langsung Berpikir Kreatif
peserta didik yang berkemampuan berpikir kreatif tinggi
(Y) terhadap Kompetensi Kejuruan (Z) belajar dengan pembelajaran ICT based guided
Temuan ketiga menunjukkan terdapat kontribusi yang inquiry lebih tinggi daripada prestasi belajar peserta didik
signifikan berpikir kreatif terhadap kompetensi kejuruan. yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif tinggi belajar
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi positif yang secara konvensional. Lebih lanjut, dari hasil penelitian
signifikan antara berpikir kreatif dengan kompetensi diperkuat bahwa, masalah dimensional kreativitas dan
kejuruan sebesar 0.703 (sig<0.05). Nilai koefisien korelasi intelegensi adalah masalah peranan kreativitas dan
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kedua intelegensi dalam prestasi di sekolah (Munandar, 2009).
variabel tersebut. Hal ini berarti makin kreatif peserta Temuan dalam penelitian ini menyimpulkan
didik dalam berpikir, maka makin baik pencapaian bahwa terdapat pengaruh berpikir kreatif yang
kompetensi kejuruan peserta didik. Variabel berpikir signifikan terhadap kompetensi kejuruan. Dengan
kreatif dapat menjelaskan makin tingginya kompetensi demikian, dapat diketahui bahwa kreatifnya peserta didik
kejuruan sebesar 24.60%. Hal tersebut dapat dijadikan dalam berpikir turut berperan penting terhadap
suatu indikasi bahwa berpikir kreatif dapat dipakai sebagai kompetensi kejuruan peserta didik. Kreativitas dalam
prediktor kompetensi kejuruan peserta didik, atau dengan berpikir merupakan langkah awal seseorang dalam
kata lain bahwa berpikir kreatif berhubungan secara mencapai keberhasilan. Apabila peserta
signifikan terhadap kompetensi kejuruan peserta didik
pada Kompetensi Keahlian Teknik
Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ... 113

didik percaya bahwa dirinya kreatif dan inovatif, maka dalam bidang yang ditekuninya.
peserta didik akan termotivasi untuk terus berpikir Selanjutnya proses kemampuan berpikir kreatif biasa
tentang hal-hal ataupun penemuan baru yang berbeda dalam muncul karena adanya dorongan pada diri seseorang
melakukan sesuatu. Oleh karena, jika peserta didik untuk berkarya. Oleh karena itu dalam upaya
memiliki kreativitas dalam berpikir, maka peserta didik pencapaian kompetensi kejuruan peserta didik
akan mampu meningkatkan kecakapannya dalam proses diperlukan implementasi pendidikan karakter yang
pencapaian kompetensi baik dalam usaha kepekaan ditunjang oleh adanya kemampuan untuk berpikir
memecahkan masalah maupun dalam menciptakan kreatif. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan
karya baru. Saluja, Som, et al (1993), bahwa teknologi modern
Namun masih terdapat faktor-faktor yang dan tempat kerja membutuhkan tenaga kerja terampil
mempengaruhi kurang maksimalnya keberhasilan dengan keterampilan yang lebih baik, yaitu memiliki
peserta didik dalam berpikir kreatif terhadap pengetahuan kontekstual, penalaran, keterampilan
kompetensi kejuruan. Karena itu, perlu dilakukan upay berpikir analitis dan kritis. Hasil penelitian ini relevan
a- upay a tertentu unt uk men ing ka tkan dengan Tanshzil (2012), terdapat beberapa keunggulan
kemampuan berpikir kreatif peserta didik antara lain: hasil dalam membangun kemandirian dan kedisiplinan
(1) memberikan pelatihan kepada peserta didik dalam santri pada lingkungan pondok pesantren K.H. Zainal
melatih kemampuan, kreativitas dalam pemecahan suatu Mustofa, hal ini dibuktikan dengan beberapa
masalah tertentu misalnya dalam mendiagnosis indikator sebagai berikut: (1) adanya perubahan sikap,
kerusakan sistem injeksi, dan (2) memberikan motivasi tatakrama serta perilaku santri, (2) tumbuhnya kemandirian
dan pelatihan dalam bidang teknik Ototronik untuk santri dalam berpikir dan bertindak,
menciptakan karya karya baru sebagai upaya (3) tumbuhnya kedisiplinan santri dalam beribadah,
mengembangkan kreativitas dalam berpikir. belajar, mengelola waktu serta menaati tata
peraturan, dan (4) serta lahirnya figur-figur panutan dalam
K o n tr i bu s i S e c a ra Ti d ak L an g s u ng
lingkungan masyarakat, baik dalam bidang pendidikan,
Implementasi Pendidikan Karakter (X1) keagamaan, politik, kesehatan serta organisasi
terhadap Kompetensi Kejuruan (Z) melalui kemasyarakatan. Diperkuat dengan hasil penelitian
Berpikir Kreatif (Y) Rohaeti (2012) bahwa, kompetensi guru Pendidikan
Temuan keempat diperoleh bahwa implementasi Kewarganegaraan (PKn), komitmen guru Pendidikan
pendidikan karakter secara tidak langsung Kewarganegaraan (PKn), dan implementasi
berkontribusi signifikan terhadap kompetensi pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn memiliki
kejuruan melalui berpikir kreatif. Hasil analisis pengaruh signifikanterhadap hasil belajar peserta didik.
tersebut menunjukkan bahwa implementasi Lebih lanjut, hasil penelitian juga diperkuat teori
pendidikan karakter mempengaruhi berpikir kreatif Schwartz (dalam Samani, 2012) bahwa: (1)
dan secara tidak langsung berdampak pada kompetensi pendidikan karakter membantu peserta didik
kejuruan. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan mencapai sukses baik di sekolah maupun dalam
analisis jalur struktur, diketahui bahwa kontribusi secara kehidupan, (2) pendidikan karakter membantu peserta didik
tidak langsung implementasi pendidikan karakter siap merespon berbagai tantangan kehidupan,
terhadap kompetensi kejuruan melalui berpikir kreatif (3) pendidikan karakter membantu meningkatkan
adalah sebesar 11.49%. perilaku proporsional dan menurunkan sikap dan
Hasil penelitian tersebut mengindikasikan perilaku negatif peserta didik, (4) orang-orang (dalam hal ini
bahwa pembentukan karakter peserta didik seluruh warga sekolah) yang berkata bahwa mereka
melibatkan berbagai aspek dalam usaha pencapaian peduli terhadap nilai-nilai, ternyata memang lebih senang
kompetensi kejuruan peserta didik, diantaranya aspek bertindak berlandaskan nilai-nilai tersebut, dan (5)
pengetahuan, perasaan dan tindakan, dimana pendidikan karakter menjadikan pengajaran
pendidikan karakter merupakan upaya yang berlangsung lebih mudah dan belajar berlangsung
dirancang dan dilaksanakan secara sitematis untuk efisien. Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya
menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan dan perbuatan. bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang
Kemudian dengan adanya pendidikan karakter dapat sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya,
membuat perubahan pada sikap, perilaku, keterampilan diwujudkan dalam
atau kemampuan peserta didik
114 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan kerja guru berpengaruh positif dan signifikan
lingkungannya (Zubaedi, 2012). terhadap prestasi kerja guru. Hasil penelitian ini juga
Berdasarkan lembar observasi, implementasi tidak sesuai dengan hasil yang dikemukakan oleh
pendidikan karakter di sekolah telah menunjukkan bahwa Beetlestone (2012), bahwa setiap kelas bisa memiliki
semua nilai karakter yang diinternalisasikan dalam etos yang kreatif, tetapi sekolah harus mendukungnya
pembelajaran antara lain yaitu, mandiri, disiplin, jujur, supaya pengembangan potensi anak- anak bisa dilakukan
tanggung jawab, rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan secara maksimal. Etos sekolah menunjukkan nilai-nilai
dengan baik, sehingga nilai-nilai karakter yang sudah kreativitasnya melalui: (1) pajangan karya imajinatif dan
tertanam mamberikan stimulus atau merangsang peserta penuh warna, (2) lingkungan yang menstimulasi, dan (3)
didik dalam berpikir kreatif. Salah satu usaha dalam mendukung penyelesaian masalah dan pendekatan-
pencapaian kompetensi kejuruan melalui berpikir pendekatan investigatif. Kelas terbuka dengan struktur
kreatif yaitu melalui implementasi pendidikan karakter. yang tidak kaku dan memberikan perhatian individual,
Pengendalian diri, saling menghargai dan lebih memupuk pengembangan kreativitas anak
menghormati antar sesama, gaya belajar dan dibandingkan dengan kelas tradisional. Ruang kelas
kemadirian merupakan beberapa hal yang dapat memberi banyak rangsangan visual yang menarik.
menunjang peserta didik untuk berpikir kreatif. Dengan Adanya pusat sains, pusat membaca, atau pusat
adanya pembentukan karakter yang baik, maka dapat aktivitas lain memungkinkan anak bereksperimen dan
membantu peserta didik untuk mengatur bagaimana menjajagi berbagai bidang (Munandar, 2009).
seseorang akan bekerja sama dengan lingkungan dan Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan
orang lain. Selain itu, dapat meningkatkan perilaku yang adanya perbedaan antara teori dengan fakta yang terjadi
baik dan dapat mencapai potensi akademik secara utuh, dilapangan, kemungkinan diakibatkan adanya faktor-faktor
sehingga peserta didik dengan mudah mendapatkan lain yang lebih dominan mempengaruhi tingkat berpikir
pekerjaan dan mampu bersaing dalam dunia kerja. kreatif dibandingkan dengan lingkungan sekolah.
Berdasarkan angket yang mengukur lingkungan
Kontribusi Secara Tidak Langsung
sekolah menunjukkan bahwa, kondisi fisik sekolah,
Lingkungan Sekolah (X2) terhadap lingkungan sosial yang ada di sekolah, dan lingkungan
Kompetensi Kejuruan (Z) melalui Berpikir akademis di sekolah adalah sangat baik, namun kondisi
Kreatif (Y) tersebut masih belum memberikan stimulus atapun
Temuan kelima diperoleh bahwa lingkungan rangsangan kepada peserta didik untuk dapat berpikir
sekolah secara tidak langsung berkontribusi kreatif. Kegiatan yang dilakukan baik di dalam kelas
signifikan terhadap kompetensi kejuruan melalui maupun di luar kelas menunjukkan bahwa kurangnya
berpikir kreatif. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa stimulus untuk mengeluarkan cara berpikir kreatif peserta
terdapat hubungan yang signifikan lingkungan sekolah didik.
dengan kompetensi kejuruan melalui berpikir kreatif sebesar Faktor-faktor yang mempengaruhi kurang
0.028. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa hubungan maksimalnya lingkungan sekolah terhadap
antarvariabel tersebut tergolong sangat rendah. Kemudian kompetensi kejuruan melalui berpikir kreatif
berdasarkan hasil pengujian analisis secara individual, adalah kurangaya pajangan karya-karya imajinatif
lingkungan sekolah tidak berpengaruh secara signifikan peserta didik, proses pembelajaran yang kurang
terhadap berpikir kreatif. Selanjutnya berdasarkan hasil memberikan stimulan untuk peserta didik dapat
perhitungan analisis jalur struktur, diketahui bahwa berpikir kreatif, kurang menariknya visual ruangan kelas,
kontribusi secara tidak langsung implementasi dan penekanan dalam proses pembelajaran sebatas
pendidikan karakter terhadap kompetensi kejuruan hafalan dan mencari jawaban yang benar terhadap
melalui berpikir kreatif adalah sebesar 0.07%. soal-soal yang diberikan.
Hasil penelitian ini sangat berbeda dengan hasil
penelitian Patoni (2012) yang menemukan bahwa, KESIMPULAN DAN SARAN
pengelolaan lingkungan belajar peserta didik dan kinerja Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
guru sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1)
peserta didik sebesar 15%, dan juga tidak relevan implementasi pendidikan karakter secara langsung
dengan hasil penelitian Komalia (2012) bahwa, berkontribusi dan signifikan terhadap kompetensi
kualitas lingkungan sekolah dan motivasi kejuruan peserta didik Kompetensi Keahlian
Ototronik di SMKN 1 Singosari Kabupaten Malang
Khoiron, Kontribusi Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif ... 115

Kompetensi Keahlian Ototronik di SMKN 1 Malang untuk dapat mempertahankan kondisi


Singosari Kabupaten Malang dengan nilai kontribusi lingkungan sekolah terutama lingkungan belajar yang
sebesar 30.03%, dengan demikian dapat disimpulkan kondusif bagi pengembangan berpikir kreatif peserta
bahwa semakin baik implementasi pendidikan didik yang berorientasi pada tercapainya kompetensi
karakter peserta didik dalam pembelajaran maka peserta didik kelas XI semester IV Kompetensi
kompetensi kejuruan peserta didik akan semakin baik, Keahlian Teknik Ototronik di SMKN 1 Singosari
(2) lingkungan sekolah SMKN 1 Singosari Kabupaten Kabupaten Malang.
Malang secara langsung berkontribusi dan signifikan
terhadap kompetensi kejuruan peserta didik DAFTAR RUJUKAN
Kompetensi Keahlian Ototronik di SMKN 1 Singosari Beetlestone, F. 1998. Creative Learning. Terjemahan
Kabupaten Malang dengan nilai kontribusi sebesar Narulita Yusron. 2012. Bandung: Nusa Media.
12.11%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Boggs, G., Cori, J., Peter, S., & Amy, A.W. 2010. The
semakin baik kondisi dari lingkungan sekolah dapat Implied Character Curriculum in Vocational and
menbantu dalam peningkatan kompetensi kejuruan Nonvocational English Classes: Designing Social
peserta didik, (3) berpikir kreatif secara langsung Futures for Working Class Students and Their
berkontribusi dan signifikan terhadap kompetensi Teachers. Journal of Research in Character
kejuruan peserta didik Kompetensi Keahlian Ototronik Education. 8 (2). (Online), (http://go.galegroup.
di SMKN 1 Singosari Kabupaten Malang dengan nilai com), diakses 19 Oktober 2011.
kontribusi sebesar 24.6%, dengan demikian dapat Dewi, K. 2013. Kontribusi Minat Kewirausahaan,
disimpulkan bahwa semakin kreatif cara berpikir peserta Kreativitas, dan Persepsi tentang Pasar Kerja Non
didik maka kompetensi kejuruan peserta didik akan Formal terhadap Hasil Belajar Praktek Siswa
semakin baik, (4) implementasi pendidikan karakter Program Keahlian Tata Busana pada SMK Negeri 3
berkontribusi secara tidak langsung terhadap dan 4 Denpasar Tahun 2012. e-Journal Program P
kompetensi kejuruan melalui berpikir kreatif peserta didik Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Kompetensi Keahlian Ototronik di SMKN 1 Singosari Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan
Kabupaten Malang dengan nilai kontribusi sebesar 11.49%, Vol. 4 Tahun 2013. (Online), (http://download.
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin baik portalgaruda. org/article.php), diakses 30 Januari
implementasi pendidikan karakter peserta didik akan 2014.
membantu peserta didik dalam berpikir kreatif, Direktorat Pembinaan SMK. 2008. Petunjuk Teknis
sehingga kompetensi kejuruan juga semakin baik, dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
(5) lingkungan sekolah SMKN 1 Singosari Pendidikan SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas.
Kabupaten Malang tidak berkontribusi secara tidak Ferguson, P.D & Fraser, B.J. 1999. Changes in Learning
langsung terhadap kompetensi kejuruan melalui berpikir Environment During the Transition from Primary to
kreatif peserta didik Kompetensi Keahlian Ototronik di Secondary School. Journal Learning Environments
SMKN 1 Singosari Kabupaten Malang dengan nilai Research, 1: 369–383. Netherlands: Kluwer
kontribusi sebesar 0.07%, dengan demikian dapat Academic.
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
berpikir kreatif, lingkungan sekolah kurang memiliki Bumi Aksara.
peran, yang kemungkinan diakibatkan adanya faktor lain Komalia. 2012. Pengaruh Kualitas Lingkungan Sekolah
yang lebih dominan. dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan (1) Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri
dilakukan upaya untuk meningkatkan implementasi Sekota Bandung. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:
pendidikan karakter bagi peserta didik dalam rangka Universitas Pendidikan Indonesia.
Kompas. 26 November 2010. Kasihan Lulusan SMK
meningkatkan kreativitas peserta didik dalam berpikir dan
Cuma Jadi Penganggur, (online), (http://edukasi.
mencapai kompetensi kejuruannya, upaya- upaya ini
kompas.com/read/2010/11/26/19290330/ Kasihan.
dapat dilakukan dengan perancangan dan
Lulusan. SMK. Cuma. Jadi. Penganggur), diakses 4
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta
Desember 2012.
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik dalam
Kompas. 26 September 2012. Tawuran Siswa di Manggarai,
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran; dan
Yadut Tewas, (online), (http://megapolitan.kompas.
(2) SMKN 1 Singosari Kabupaten
com/read/2012/09/26/15373219/ Tawuran.Siswa.
di.Manggarai.Yadut.Tewas), diakses 4 Desember
116 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 22, NOMOR 2, OKTOBER 2015

2012. Saluja, S., et al. 1993. International Workshop on Curric- ulum


Lickona, T. 1991. Education for character: How Our Development in Technical and Vocational
Schools Can Teach Respect and Responsibility. Education. International Project on Technical and
Terjemahan Juma Abdu Wamaungo. 2012. Jakarta: Vocational Education (UNEVOC). Italy: ILO
Bumi Aksara. InternationalTraining Center.
Najib, A. 2012. Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Samani, M. 2012. Konsep dan Model Pendidikan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lawang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Santrock, J.W. 2012. Educational Psychology, ed 3th.
Universitas Negeri Malang. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Shumaker, D. M & Heckel, R.V. 2007. Kids of Character: a
Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Guide to Promoting Moral Development. United
Murti, D.I. 2012. Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru States of America: An Imprint of Greenwood
dalam Proses Pembelajaran terhadap Motivasi Publishing Group.
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Lokal Area Sitiningrum, Y.E. 2012. Pengaruh Perhatian Orang Tua, Minat
Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta. Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Perpus Pusat Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian
UNY. Akuntansi AMK Negeri 1 Klaten Tahun Ajaran
Patoni, G. 2012. Kontribusi Pengelolaan Lingkungan 2011/2012. Skripsi tidak diterbitkan.
Belajar dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Motivasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Supriadi, O. 2010. Perkembangan Peserta Didik.
Negeri Se Wilayah Kabupaten Sumedang. Tesis tidak Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam Semesta Yogyakarta Syahril, I.
diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan 2012. Model Analisis Pencapaian Kompetensi Kejuruan
Indonesia. Berdasarkan Fasilitas Praktik Pada Sekolah Menengah
Piaw, C. Y. 2011. Hindrances to Internal Creative Thinking and Kejuruan dengan Pendekatan Sistem Dinamis: Studi Analisis
Thinking Styles of Malaysian Teacher Trainees in the Fasilitas Praktik
Specialist Teachers’ Training Institute. Journal pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan
Procedia Cosial and Behavioral Science, 15 (2011) SMK. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13 No. 2
4013-4018. Oktober 2012. Bandung: Universitas Pendidikan
P ra yi t n o . 2 0 07 . Pen g aru h Pen g g u n aan M ed ia Indonesia
Pembelajaran dan Tingkat Berpikir Kreatif Tanshzil, S.W. 2012. Model Pembinaan Pendidikan Kar-
akter pada Lingkungan Pondok Pesantren dalam
Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Kompetensi
Membangun Kemandirian dan Kedisiplinan Santri.
Memelihara/Servis Sistem AC di SMKN I Seyegan
Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pen-
Sleman Yogyakarta. Tesis tidak diterbitkan.
didikan Indonesia.
Malang: PPs UM.
Wahyudi & Treagus, D.F. 2004. An Investigation of
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:
Science Teaching Practices in Indonesian Rural
Pustaka Pelajar Secondary Schools. Journal Research in Science
Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai Education, 34: 455–474. Netherlands: Kluwer
Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Academic.
Pembeljaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Widoyo, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran ICT Based
Prenada Media Grup. Guided Inquiri terhadap Prestasi Belajar Fisika
Rohaeti, A. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Komitmen Guru ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif bagi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Siswa SMK. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Perpus Pusat UM.
terhadap Hasil Belajar Siswa. Tesis tidak Wiyani, A.N. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter
diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Konsep dan Implementasi nya di Sekolah.
Indonesia. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.
Rohman, M. 2012. Kurikulum Berkarakter (Refleksi dan
Zwell, M. 2000. Creating a Culture of Competence. New
Proposal Solusi terhadap KBK dan KTSP). Jakarta:
York: John Wiley & Sons, Inc.
Prestasi Pustakarya. Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi
Riduwan, Enas, & Adun R. 2011. Cara Mudah Belajar
dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.
SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian.
Bandung: Alfabeta. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai