SIRAMAN
Siraman (Ngibakan) adalah symbol dari membersihkan kotoran lahir dan batin calon
pengantin, dengan air bunga (7 macam/warna) dan air berasal dari 7 tempat/sumber atau
sungai yang telah di do’a kan secara khusus.
Maksudnya adalah siraman tersebut merupakan siraman terakhir dari keluarga ibu,
bapak, nenek, kakek, paman, bibi dan kaka terhadap calon pengantin karena sesudah menikah
anak tersebut harus mandiri/melepas lajang bagi yang bersangkutan.
Tujuannya agar supaya si anak siap untik (disapi & hidup mandiri) tidak lagi
tergantung kepada kedua orang tuanya dan keluarganya dalam menjalankan bahtera rumah
tangganya.
Do’a dari kedua orang tua dan keluarga diharapkan diijabah oleh Allah SWT,
sehingga mendapatkan keluarga yang sakinah mawadah warohmah dan dapat keturunan yang
soleh/solehah serta berbakti kepada kedua orang tuanya.
Siraman pertama oleh ayah sebagai kepala keluarga dalam rumah tangga, disusul oleh
ibunya yang melahirkan, kemudian oleh kakek, nenek, pama, bibi dari kedua belah pihak
(dari ibu + bapak) dan dilanjutkan oleh kakaknya calon pengantin.
Kemudian dipotong rambut oleh bapaknya dan terakhir wudlu dikucurkan bapaknya
oleh penutup.
Dilanjutkan dengan acara lempar sarung atau kain panjang sebanyak 7 lembar sebagai
saweran kepada yang hadir.
Mencuci kaki
- Cuci kaki dulu kakinya bunda kaerna surge anak berada di bawah telapak kaki
ibunya.
Cuci dengan air bunga yang sudah di do’a kan, maksudnya adalah dibersihkan
lahirnya dan juga hatinya seorang ibu dan bapaknya agar ikhlas dan rido
memaafkan kesalahan dan kehilafan ananda selama hidup bersama orang tua.
Sungkem (Munjungan)
- Calon pengantin tetap duduk bersimpuh (emok) sambil menundukan kepala ke
pangkuan ibunya sambil menyampaikan permohonan maaf dan mohon do’a restu
dari kedua orang tuanya bahwa dirinya akan menikah dengan laki-laki atau
perempuan pilihannya tanpa paksaan.