Perusahaan ritel dapat menggunakan informasi dari social media seperti Facebook,
Twitter, Google+ untuk menganalisis bagaimana perilaku, persepsi pelanggan
terhadap suatu produk atau brand dari perusahan.
Perusahan manufaktur dapat memantau kondisi peralatan setiap saat (real-time),
sehingga dapat memperkirakan waktu terbaik untuk mengganti peralatan. Karena
mengganti terlalu cepat akan merugikan/buang-buang uang atau kalau terlambat akan
menyebabkan produksi terganggu karena kerusakan peralatan.
Perusahaan manufaktur juga bisa memantau produk yang baru launching melalui
social sedia untuk mengetahui apakah ada isu after-sales sehingga dapat mencegah
kegagalan garansi yang menyebabkan publikasi besar yang dapat merusak citra
produk dan perusahaan.
Perusahaan periklanan dapat menggunakan informasi dari social media untuk
mengetahui tanggapan terhadap promosi/iklan yang baru diluncurkan.
Rumah sakit dapat merekam catatan medis pasien sehingga big data tersebut bisa
digunakan untuk menganalisis kecenderungan sakit pasien
Pemerintahan dapat menggunakan informasi dari social media untuk mengetahui
tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah
Jasa Keuangan dapat menggunakan analisis big data untuk melihat aplikasi asuransi
yang dapat segera diproses, dan mana yang perlu divalidasi dengan dilakukan
kunjungan oleh agen asuransi
Jasa Perbankan dapat menggunakan rekaman transaksi nasabah untuk mengetahui
kemungkinan adanya kegiatan kejahatan seperti pencucian uang, atau juga untuk
merekam catatan kebiasaan karyawan dalam rangka mendeteksi kemungkinan fraud.
Tim olahraga dapat menggunakan big data untuk tracking penjualan tiket, mengetahui
kondisi pemain dan probabilitas akan mengalami cedera dan bahkan strategi bermain
dari tim.