Disusun oleh:
Kelompok 3 - Kelas C
1. Ferani Yunita Nur Aini (201811054)
2. Fitria Sulistiyowati (201811057)
3. Gilang Ramadhan (201811060)
4. Hastrinadya Adisma Salsabila (201811063)
5. Jelita Bunga Chairunisa (201811066)
6. Jose Jevera Dandan (201811069)
7. Khanza Adiba (201811072)
8. Labriola Ichfadha Zayn (201811075)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai dengan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi ataupun pikirannya.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembacanya. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
1
DAFTAR ISI 1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
2.1 Konsep Sakit 5
2.2 Riwayat Alamiah Penyakit 13
2.3 Konsep Dasar Pencegahan 13
2.4 Perubahan Paradigma Sakit Menjadi Sehat 13
BAB III 15
PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.1 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang
Sehat Itu Mahal, tetapi benarkah tentang fakta itu, tapi menurut pendapat para Ilmu Kesehatan
Dunia (WHO) , memang sehat itu mahal, karena kita harus memakan- makanan yang penuh
dengan gizi, akan kaya protein, zat besi, dan lain-lain. Sementara itu kita harus membeli
makanan itu dengan harga yang cukup mahal, apalagi harga sayur-mayur, susu, beras, lauk
pauk, dll.
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Konsep
sakit secara umum yang berada di masyarakat adalah bila seseorang tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari; bila fisik terasa tidak nyaman dan benar-benar sakit; bila
psikis merasa ada gangguan; bila terdapat ketidakseimbangan antara fisik dengan psikis
sehingga tidak mampu mengendalikan aktivitas. Dalam makalah ini, akan membahas
bagaimana konsep sakit dan cara pencegahannya.
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan antara lain:
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai
antara lain:
3
1. Menjelaskan tentang konsep sakit.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Parsors (1972), Sakit adalah Gangguan dalam fungsi normal individu
sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian
sosialnya. Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana
fungsinya terganggu atau menyimpang.1
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami,
melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.2
5
1. Tahap mengalami gejala
a. Tahap transisi: individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya, merasa
dirinya tidak sehat atau merasa timbulnya berbagai gejala atau merasa ada bahaya.
b. Mempunyai 3 aspek :
c. Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, atau yang lain mengobati sendiri,
mengikuti nasehat teman atau keluarga.
d. Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih
baik. Individu masih memastikan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana
pengobatan dipenuhi atau dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman
selanjutnya.
a. Individu yang sakit: meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
b. 3 tipe informasi
6
c. Jika tidak ada gejala: individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada gejala
maka kembali kepada profesi kesehatan.
d. Tahap ketergantungan
4. Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan fungsi sebelum sakit,
CDC (2012) membagi periode riwayat alamiah penyakit dalam empat tahapan,
yakni: stage of susceptibility, stage of subclinical disease, stage of clinical disease, dan
stage of recovery, disability or death.2
Dilihat dari perubahan jaringan dalam tubuh, riwayat alamiah penyakit terbagi
menjadi 2 yakni masa prepatogenesis dan masa patogenesis.
a. Masa Prepatogenesis
Disebut juga: fase susceptibel atau stage of susceptibility atau tahap awal proses
etiologis. Masa ini dimulai saat terjadinya stimulus penyakit sampai terjadi respon
pada tubuh. Pada tahap ini mulai terjadinya interaksi antara Agent-Host-Environment.
Pada kejadian penyakit menular/infeksi, mulai terjadi paparan atau exposure dengan
agen penyakit namun agen belum masuk tubuh host. Pada individu yang tidak sehat,
agen bisa masuk ke dalam tubuh. Paparan tersebut dapat berupa mikroorganisme penyebab
7
penyakit. Kejadian penyakit belum berkembang akan tetapi kondisi yang
melatarbelakangi terjadinya penyakit atau faktor risiko penyakit telah ada.2
Pada tahap ini terjadi akumulasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit ke
host yang rentan. Misalnya:
- Lung cancer, faktor risiko zat-zat yang ada dalam asap rokok
b. Masa Patogenesis
Tahap ini dimulai sejak terjadinya perubahan patologis akibat paparan agen
penyakit hingga penyakit menjadi sembuh, cacat, atau mati. Last (2001) membagi tahap
ini menjadi tiga yaitu tahap pathologic onset, presymptomatic stage, dan clinical stage.
CDC (2012) membagi masa patogenesis sebagai berikut: stage of subclincal disease,
stage of clinical disease, dan stage of recovery, disability or death. Literatur lain membagi
masa ini menjadi empat tahap yaitu masa inkubasi, penyakit dini, penyakit lanjut,
dan akhir penyakit. (lihat gambar 2). Sebagai acuan dalam pembahasan tahapan masa
prepatogenesis, akan dibahas sesuai dengan kerangka CDC.2,3
8
Meskipun penyakit tidak terlihat selama masa inkubasi, beberapa
perubahan patologik dapat dideteksi dengan uji laboratorium, radiografi, atau
metode skrining lainnya. Program skrining memang sebaiknya dijalankan pada
periode inkubasi, karena akan lebih efektif bila penyakit berlanjut dan
menunjukkan gejala. Periode dimana individu mampu menularkan penyakit
yang dimulai sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi dengan pemeriksaan
laboratorium disebut windows period. Sedangkan Waktu sejak penyakit
terdeteksi oleh uji skrining (mis: laboratorium) hingga timbul manifestasi klinik
disebut sojourn time atau detectable preclinic period.Periode waktu seorang
penderita penyakit dapat menularkan penyakitnya disebut dengan infection
period.2
Gerstmann (2013) membagi fase subklinis ke dalam masa induksi dan masa
latensi. Masa induksi terjadi pada interval waktu antara saat agen penyakit beraksi,
sampai dengan host tak terelakkan terkena penyakit. Sedangkan masa latensi
terjadi setelah host terkena penyakit namun belum menunjukkan tanda-tanda
klinis. Selama masa latensi ini berbagai penyebab dapat meningkat atau
menurun selama proses terjadinya penyakit. Kombinasi antara masa induksi
dan masa latensi ini disebut empirical induction period atau pada penyakit tidak
menular disebut masa inkubasi multi kausal. Pada fase ini terdapat pula proses
yang disebut proses promosi. Proses promosi adalah proses peningkatan
keadaan patologis yang irreversibel dan asimtom, menjadi keadaan yang
menimbulkan manifestasi klinis. Pada proses ini, agen penyakit akan
meningkatkan aktivitasnya, masuk ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan
transformasi sel atau disfungsi sel, akhirnya menunjukkan gejala atau klinis.4
Disebut juga masa durasi; atau proses ekspresi penyakit; atau tahap penyakit
dini. Perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Host sudah merasa sakit
ringan, namun masih dapat melakukan aktivitas ringan. Fase ini dapat berlangsung
secara akut (umumnya pada keracunan dan penyakit menular) atau kronis
9
(umumnya pada penyakit tidak menular). Periode ini disebut juga masa durasi
atau ekspresi, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh suatu pajanan/paparan untuk
mencapai dosis yang cukup untuk menimbulkan reaksi penyakit. Timbulnya
gejala penyakit menandakan periode transisi dari fase subklinis ke penyakit
klinis, sehingga pada fase ini biasanya mulai dilakukan diagnosis penyakit.
Pada beberapa individu yang tidak rentan atau imun, fase klinis tidak terjadi.
Sebaliknya, pada individu yang rentan dan tidak peduli, penyakit berkembang
dari mulai ringan, sedang, berat, hingga fatal (disebut spectrum of disease).2
Disebut juga fase konvalesens atau convalescent stage. Pada fase ini
penderita penyakit dapat berkembang menjadi:
- Kronis. Pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-
gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain, tidak bertambah berat
maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan
sakit.
10
- Meninggal. Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat
diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu
meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.2
Promosi kesehatan
● Pendidikan kesehatan
● Konseling perkawinan
● Genetika
11
Perlindungan khusus
● Imunisasi
● Kebersihan perorangan
● Sanitasi lingkungan
Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang
menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan menerapkan suatu tes,
pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah
orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit dari orang-orang yang tampaknya tidak
mengalami penyakit. Tes skrining tidak dimaksudkan sebagai diagnostik. Orang-orang yang
ditemukan positif atau mencurigakan dirujuk ke dokter untuk penentuan diagnosis dan
pemberian pengobatan yang diperlukan Skrining yang dilakukan pada sub-populasi berisiko
tinggi dapat mendeteksi dini penyakit dengan lebih efisien daripada populasi umum. Tetapi
skrining yang diterapkan pada populasi yang lebih luas (populasi umum) tidak hanya tidak
efisien tetapi sering kali juga tidak etis. Skrining tidak etis dilakukan jika tidak tersedia obat
yang efektif untuk mengatasi penyakit yang bersangkutan atau menimbulkan trauma, stigma,
dan diskriminasi bagi individu yang menjalani skrining. Sebagai contoh, skrining HIV tidak
etis dilakukan pada kelompok risiko tinggi jika tidak tersedia obat antivir yang efektif, murah,
terjangkau oleh individu yang ditemukan positif mengidap HIV. Selain itu skrining HIV tidak
etis dilakukan jika hasilnya mengakibatkan individu yang ditemukan positif mengalami
stigmatisasi, pengucilan, dan diskriminasi pekerjaan, asuransi kesehatan, pendidikan, dan
berbagai aspek kehidupan lainnya.
12
Deteksi dini pada tahap preklinis memungkinkan dilakukan pengobatan segera (Prompt
treatment) yang diharapkan memberikan prognosis yang lebih baik tentang kesudahan
penyakit dari pada diberikan terlambat.
Pencegahan penyakit pada tahap ini dapat dilakukan dengan dua aspek pertama Penanganan
komplikasi dan Pembatasan cacat yang bertujuan untuk untuk menghentikan proses penyakit
dan mencegah komplikasi, penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan
mencegah kematian. Aspek kedua yaitu dengan melaukan rehabilitasi langkah ini dilakukan
dalam rangka Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya. ¹
Paradigma berasal dari bahasa Latin / Yunani, paradigma yang berarti model/pola.
Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin ilmu / profesi paradigma.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah kerangka berfikir.5
Paradigma sakit merupakan kerangka berpikir dan cara pandang dalam pembangunan
kesehatan yang berfokus pada upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Dalam paradigma
sakit, fokus pelayanannya ditujukan pada pelayanan dan pengobatan orang sakit. Penanganan
kesehatan penduduk menekankan pada penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit,
penanganan penduduk yang sakit secara individu dan spesialistis. Hal ini menjadikan
kesehatan sebagai suatu yang konsumtif. Sehingga menempatkan sektor kesehatan dalam arus
pinggir (sidestream) pembangunan (Does Sampoerna, 1998).5
Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.
Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi
pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.5
13
Keadaan sehat-sakit dipengaruhi oleh lingkungan (baik fisik, biologis, dan sosial), perilaku
pribadi maupun kelompok, biologi tubuh, serta pelayanan kesehatan yang diperoleh.5
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Parsors (1972), Sakit adalah Gangguan dalam fungsi normal individu sebagai
totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya
terganggu atau menyimpang.
Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan perkembangan penyakit pada seseorang
sepanjang waktu, bila tidak dilakukan pengobatan. CDC (2012) membagi periode riwayat
alamiah penyakit dalam empat tahapan, yakni: stage of susceptibility, stage of subclinical
disease, stage of clinical disease, dan stage of recovery, disability or death. Dilihat dari
perubahan jaringan dalam tubuh, riwayat alamiah penyakit terbagi menjadi 2 yakni masa
prepatogenesis dan masa patogenesis.
Paradigma sakit merupakan kerangka berpikir dan cara pandang dalam pembangunan
kesehatan yang berfokus pada upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Dalam paradigma
sakit, fokus pelayanannya ditujukan pada pelayanan dan pengobatan orang sakit. Penanganan
kesehatan penduduk menekankan pada penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit,
penanganan penduduk yang sakit secara individu dan spesialistis.
3.1 Saran
Pembaca diharapkan dapat memahami materi tentang konsep sakit dan pencegahan.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis menerima segala bentuk
kritik dan saran dari pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Irwan S. Etika dan Perilaku Kesehatan, Ed 1. Yogyakarta: CV. Absolute Media. 2017: 23-
30
2. Centers for Disease Control and Prevention (2012), Principles of Epidemiology in Public
Health Practice, Third Edition, Atlanta: CDC
3. Last, John M, eds. (2001), A Dictionary of Epidemiology 4th Edition, New York:
Oxford University Press
4. Gerstman, B. Burt (2013), Epidemiology Kept Simple: An Introduction to Traditional
and Modern Epidemiology, 3rd ed., UK: John Willey & Sons.
5. Endra, Febri. 2010. Paradigma Sehat. Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga. 6(1): 70-
71.
16