Anda di halaman 1dari 16

Drg.

Irma Susanti, MH(Kes)


MHKI – Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia
Dalam menjalankan praktik harus selalu:
1. Memenuhi Standar Pelayanan yang berlaku
2. Menjalankan prosedur Informed Consent dengan
benar
3. Membuat Rekam Medis yang benar & akurat
4. Menjaga Rahasia Kedokteran yang rapi.
5. Menghormati semua Hak Pasien
1. Hanya boleh mempekerjakan dokter berijin.
2. Menetapkan Clinical Privilege sesuai kompetensi
dokter.
3. Memfasilitasi agar dokter melaksanakan layanan
medis sesuai standar yang berlaku.
4. Melaksanakan:
a. Manajemen Informed Consent yang benar.
b. Manajemen Rekam Medik yang baik dan rapi.
c. Manajemen Rahasia Kedokteran secara tertib.
d. Manajemen Kendali Mutu.
5. Memfasilitasi terlaksananya semua Hak Pasien.
Setiap yankes harus :
 Mencatat
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan & pelayanan lain
 pasien
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktek kedokteran wajib membuat rekam medis
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus segera di lengkapi setelah pasien menerima
pelayanan kesehatan
(3) Setiap catatan rekam medis harus di bubuhi nama,
waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan
pelayanan atau tindakan
Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien di
sarana pelayanan kesehatan. ( Gemala Hatta )
1. Aspek Administrasi
2. Aspek Medis
3. Aspek Hukum
4. Aspek Keuangan
5. Aspek Pendidikan
6. Aspek Penelitian
7. Aspek Dokumentasi
 Aspek hukum Rekam Medis meliputi:
I. Aspek kepemilikan Rekam Medis.
II. Aspek yang berkaitan dengan Isi atau
Kandungan Rekam Medis (termasuk Catatan
Keperawatan).
III. Aspek pemanfaatan Isi / Kandungan dalam Rekam
Medis.
 Kewajiban dibuat (dokumen)
 Ke-akurat-an, kelengkapan dan ketepat-
waktuan pengisian
 Pemeliharaan / pengelolaan (Keotentikan)
 Kepemilikan
 Keamanan
 Kerahasiaan & Privasi
 Status Hukum
 Rekam medis berisi data & informasi yang
sifatnya konfidensial (rahasia).

 Sifat konfidensialitas tersebut didasarkan atas:


1. Landasan ETIKA.
2. Landasan HUKUM.

 Karena bersifat konfidensial maka tidak di


benarkan utk dibocorkan kepada pihak ketiga
(individu atau lembaga) tanpa ijin pasien atau
tanpa alasan hukum yang syah.
UU No 29 thn 2004 Praktek Kedokteran, Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan


praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,
waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan
pelayanan atau tindakan.
Pasal 5 ayat (3), (6)

 Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dilaksanakan melalui pencatatan dan
pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
 Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi
paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang bersangkutan
 Permenkes 269 tahun 2008
DOKUMEN REKAM MEDIS  Milik :
 Dokter
 Dokter Gigi
 Sarana Pelayanan Kesehatan

ISI REKAM MEDIS  Milik :


 Pasien

DISIMPAN & DIJAGA KERAHASIAANNYA


 Dokter
 Dokter Gigi
 Pimpinan sarana pelayanan kesehatan

UU No 29 thn 2004 ttg Praktek Kedokteran, Pasal 47


Pasal 13 ayat (1) huruf b Permenkes 269 tahun 2008, ttg
Pemanfaatan RM:

Sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum,


disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakan
etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;

Anda mungkin juga menyukai