STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. I
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : DS 1 Jirak
No. Rekam Medik : 129162
Tanggal Kunjungan : 30-10-2018 (Kunjungan pertama)
Keluhan Utama :
Demam mendadak tinggi sejak 3 hari lalu
1
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.
Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat
isokor, uk 3/3mm, RC +/+
Hidung : Deformitas (-), Septum nasi ditengah, sekret (-)
Telinga : Deformitas (-), sekret (-)
Mulut : Simetris, lidah kotor (+), hiperemis (-), tremor (-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar
Leher : Tidak ada pembesaran KGB pada inspeksi dan palpasi, JVP
(5-2) cmH2O
Dada : Simetris, retraksi tidak ada
Jantung : HR=68 x/menit, bunyi jantung normal, murmur tidak ada,
gallop tidak ada
Paru-Paru : Vesikuler (normal), ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : Simetris, datar, timpani, shifting dullness (-), bising usus
(+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, petechiae (-), CRT <2”, nadi isi dan tegangan
cukup (+), oedema (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Genitalia : Tidak ada kelainan
Rumple leede test (+)
2
Klinis Thyfoid
Malaria
(31-10-2018)
Imunoserologi
Anti Dengue IgG Positif Negatif
Anti Dengue IgM Positif Negatif
3
VI. DIAGNOSIS KERJA
Demam Berdarah Dengue Grade I
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD RL gtt XX/m
Ceftriaxone 1 x 1 gr / IV
Paracetamol syr 3 x 1 cth (po)
Psidii syr 3 x 1 cth (po)
Vit B Complex 3 x 1 (po)
MRS dr.Muslimin Zen, Sp.A
Non medikamentosa
Minum air putih yang banyak
Mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan
DBD dengan 3M, yaitu menutup, menguras, mengubur barang-barang
yang dapat menampung air. Menganjurkan agar pasien memakai
repellan untuk mencegah gigitan nyamuk
Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun
kuantitasnya.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
X. FOLLOW UP
Tanggal 30-10- 2018
S: demam hari ke-4, menggigil(-), nafsu makan kurang, tidur mengigau (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan
Nadi : 68x/menit,
RR : 24x/menit,
4
Suhu 36,6 C
Mata: Pupil isokor, bulat, Ø : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL: +/+, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik
Lidah: kotor (+), Hiperemis (-), tremor (-)
Jantung : S1 S2 reguler, irama teratur
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Simetris, datar, timpani, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik, Petekie (-).
A : Demam Berdarah Dengue (DBD)
P: IVFD RL gtt XX/m
Ceftriaxone 1x1 gr / IV
Paracetamol syr 3 x 1 cth (po)
Psidii syr 3 x 1 cth (po)
Vit B Complex 3 x 1 (po)
Tanggal 31 – 10 – 2018
S: demam hari ke 5 (+) menggigil (-) tidur mengigau (-) BAB dan BAK tidak ada
keluhan
Nadi : 69x/menit,
RR : 22x/menit,
Suhu : 36,6 C
Mata: Pupil isokor, bulat, Ø : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL: +/+, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik
Lidah: Hiperemis (-) kotor (-) tremor (-)
Jantung : S1 S2 reguler, irama teratur
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Simetris, datar, timpani, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
5
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, nadi isi dan tegangan cukup, CRT <2
detik, Petekie (-).
A : Demam Berdarah Dengue (DBD)
P: IVFD RL gtt XX/m
Ceftriaxone 1x1 gr / IV
Paracetamol syr 3 x 1 cth (po)
Psidii syr 3 x 1 cth (po)
Vit B Complex 3 x 1 (po)
Tanggal 1 – 11 - 2018
S: demam (-) tidak ada keluhan
Nadi : 70x/menit,
RR : 22x/menit,
Suhu : 36,6 C
Mata: Pupil isokor, bulat, Ø : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL: +/+, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik
Lidah: Hiperemis (-), kotor (-), tremor (-)
Jantung : S1 S2 reguler, irama teratur
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Simetris, datar, timpani, shifting dullness (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik,nadi isi dan tegangan cukup, CRT <2
detik, Petekie (-).
A : Demam Berdarah Dengue (DBD)
P: Keluar rumah sakit
Vit B Complex 3 x 1 (po)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Demam Berdarah Dengue
2.1 Pengertian
Penyakit infeksi disebabkan oleh vius dengue ditandai dengan
demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes
alboptictus, yang ditandai dengan demam tinggi mendadak, tanpa
sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 – 7 hari,
manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif,
trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100000 / ul), hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa
perbesaran hati.
2.2 Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus,
keluarga Flaviviridae. Virus mempunyai empat serotipe yang
dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN4; dengan serotipe
DEN-3 yang dominan di Indonesia dan paling banyak berkaitan
dengan kasus berat. Terdapat reaksi silang antara serotipe Dengue
dengan Flavivirus lainnya. Infeksi oleh salah satu serotipe Dengue
akan memberikan imunitas seumur hidup, namun tidak ada imunitas
silang dengan jenis serotipe lain.
2.3 Epidemiologi
7
Saat ini, infeksi virus dengue menyebabkan angka kesakitan dan
kematian paling banyak dibandingkan dengan infeksi arbovirus
lainnya. Setiap tahun, di seluruh dunia, dilaporkan angka kejadian
infeksi dengue sekitar 20 juta kasus dan angka kematian berkisar
24.000 jiwa. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh
propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya
kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000
penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000
penduduk (1989-1995). Mortalitas DBD cenderung menurun hingga
2% tahun 1999. 1,2,3,4,5
8
2.4 Penularan
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang sebelumnya sudah menggigit orang yang
terinfeksi dengue. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, terutama di tempat-tempat dengan ketinggian
kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Populasi nyamuk
ini akan meningkat pesat saat musim hujan, tetapi nyamuk Aedes
aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada tempat
penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah
terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada
orang yang sehat.
Setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi Dengue,
virus akan mengalami masa inkubasi selama 3-14 hari (rata-rata 4-7
hari). Setelah itu, pasien akan mengalami gejala demam akut disertai
berbagai gejala dan tanda nonspesifik. Selama masa demam akut
yang dapat berlangsung 2-10 hari, virus Dengue dapat bersirkulasi di
peredaran darah perifer. Jika nyamuk A. aegypti lain menggigit
pasien pada masa viremia ini, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan
dapat mentransmisikan virus pada orang lain, setelah masa inkubasi
ekstrinsik selama 8-12 hari.
9
Siklus Hidup Aedes Aegypti
Telur yang diletakan dalam air oleh nyamuk dewasa biasanya akan
menetas setelah kurang lebih 2 hari menjadi jentik nyamuk. Masa
nyamuk menjadi jentik sekitar 6 hari hingga 8 hari, kemudian jentik-
jentik ini akan berubah lagi menjadi kepompong selama 2 hari
hingga 4 hari. Masa pertumbuhan dari nyamuk mulai dari telur
hingga dewasa dimana rata-rata membutuhkan waktu hanya sekitar 9
hari hingga 10 hari.
1) Fase telur→ Nyamuk jenis aedes aegypti betina akan
meletakkan telurnya tepat diantara batas permukaan air dan
tempat-tempat yang lembab. Hanya membutuhkan waktu 48 jam
atau sekitar dua hari untuk telur nyamuk ini berkembang menjadi
embrio sempurna. apabila embrio nyamuk ini sudah sempurna,
maka telur tersebut akan mampu bertahan hingga satu tahun
lamanya jika berada di tempat kering. Apabila terjadi hujan dan
tempat telur yang kering tadi tergenang air, maka telur-telor
tersebut akan menetas. Akan tetapi tidak semua telur akan
menetas, itulah sebabnya nyamuk mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya dikarenakan memiliki kemampuan
bertahan telur pada kondisi iklim dan cuaca yang tidak
menguntungkan bagi nyamuk.
2) Fase jentik→ Ada 4 tahap perkembangan dari jentik, cepat
lambatnya perkembagan jentik nyamuk ini biasanya dipengaruhi
oleh ketersediaan makanan, suhu, serta banyaknya jentik yang
berada pada suatu kontainer atau tempat tersebut. 7 hari
merupakan waktu paling optimal bagi perkembangan nyamuk
mulai dari telur menetas hingga nyamuk dewasa termasuk di
dalamnya dua hari masa pupa. Apabila suhu yang ditempatinya
rendah, maka untuk menjadi nyamuk dewasa butuh hingga
beberapa minggu. Empat tahapan tingkatan perkembangan jentik
10
ini disebut juga dengan istilah instar, diantaranya yaitu: Instar I
dengan ukuran jentik paling kecil antara 1mm hingga 2mm.
Tingkatan selanjutnya yaitu Instar II dengan ukuran antara
2,5mm hingga 3,8mm. Pada Instar III biasanya ukuran larva
sedikit lebih besar dari Instar II, sedangkan pada Instar IV jentik
akan berukuran 5mm.
3) Fase kepompong/pupa→ Bentuk pada fase ini biasanya
menyerupai koma dengan ukuran yang agak besar namun sedikit
lebih ramping jika dibandingkan dengan siklus jentik larva
nyamuk. Sedangkan untuk aedes aegypti memiliki ukuran pupa
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk pada
umumnya. Dalam kurun waktu 1 hingga 2 hari maka pupa-pupa
nyamuk ini akan menetas dan menghasilkan nyamuk dewasa.
Pupa yang menetas terlebih dahulu biasanya nyamuk dengan
jenis kelamin jantan, sedangkan nyamuk betina akan menetas
setelahnya.
4) Fase nyamuk dewasa→ Satu hal yang unik dari nyamuk adalah
saat telah menetas dari fase kepompong ke fase dewasa biasanya
mereka akan langsung kawin. Betina dewasa yang telah dibuahi
juga akan segera mencari makan dalam waktu 24 sampai 36 jam
kedepan. Para nyamuk betina ini biasanya akan mencari darah
untuk dihisap. Hal ini dikarenakan darah menjadi sumber protein
yang paling penting guna pematangan telurnya.
2.5 Patogenesis
Aktifasi komplemen, agregasi trombosit, kerusakan sel
endotel kebocoan kapiler, ekstravasasi plasma,
hemokonsentrasi, renjatan, efusi cairan, ensefalopati, hipoksia
jaringan, vaskulopati + trombopati + kogulopati + trombositopenia
perdarahan, ensefalopati.
11
2.6 Bentuk Klinis
Berdasarkan kepastian diagnosis:
1. Tersangka demam berdarah (TDBD)
2. Demam Dengue (DD)
3. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan derajat penyakit:
Derajat I, II, III, IV. Derajat III dan IV DSS
2.7 Diagnosis
Dasar diagnosis:
Berdasarkan “kriteria WHO (1997)” dengan indikator demam 2-7
hari. Tendensi perdarahan, hepatomegali, renjatan, bukti kebocoran
plasma dan trombositopenia.
TDBD : panas tinggi akut (+), manifestasi perdarahan
paling sedikit test tourniquet (+), tidak disertai bukti penyakit lain.
Tersangka DD : panas akut 2 – 7 hari ditambah 2 atau lebih
manifestasi sakit kepala, sakit belakang bola mata, mialgia, atralgia,
rash, manifestasi perdarahan dan leukopenia tidak terbukttti adanya
kebocoran plasma dan tidak terbukti diagnosis klinis yang lain
12
d. Adanya bukti kebocoran plasma yang terjadi
karena kenaikan permeabilitas kapiler dengan
manifestasi sebai berikut:
Peningkatan Ht ≥20% diatas rata-rata
umtuk umur, sex dan populasi.
Turunnya Ht setelah dilakukan volume
replacement terapi ≥ 20% dari data dasar.
Bukti adanya kebocoran plasma
misalnya: efusi pleura, asites, dan
hipoproteinemia.
Derajat I : demam (+), gejala non spesifik (+), manifestasi
perdarahan hanya uji tourniquet (+)
Derajat II :derajat I + perdarahan spontan dikulitt atau
perdarahan lainnya
Derajat III : kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi lembut,
hipotensi, takikardi, kulit lembab dan dingin, anak gelisah
Derajat IV : kalau memenuhi kriteria diatas ditambah dengan
buki kegagalan sirkulasi berupa tekanan nadi sempit ≤ 20 mmhg atau
hipotensi untuk usia itu, kulit yang dingin dan lembab serta anak
gelisah.
13
2) Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet
positif*, petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena.
3) Hepatomegali
4) Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg,
atau hipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
Catatan:* Uji bendung dilakukan dengan membendung lengan
atas menggunakan manset pada tekanan sistolik ditambah
diastolik dibagi dua selama 5 menit. Hasil uji positif bila
ditemukan 10 atau lebih petekie per 2.5 cm2 (1 inci).
Kriteria laboratoris :
1) Trombositopenia (≤ 100.000/µl)
2) Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari orang normal)
Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris
dianggap cukup untuk menegakkan diagnogsis kerja DBD.
14
Karena spektrum klinis infeksi virus dengue yang bervariasi,
derajat klinis perlu ditentukan sehubungan dengan tatalaksana yang
akan dilakukan.(2,4)
15
Kasus tipikal dari DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinik
mayor: demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan
kegagalan sirkulasi. Trombositopenia sedang sampai berat yuang
disertai dengan hemokonsentrasi adalah temuan laboratorium yang
khusus untuk DBD. Patofisiologi yang menunjukkan derajat
keparahan DBD dan membedakannya dari Demam Dengue adalah
keluarnya plasma yang bermanifestasi sebagai peningkatan
hematokrit (hemokonsentrasi), efusi serosa, atau hipoproteinemia.
Beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnostik
klinik pada penderita DSS menurut Wong:
1) Clouding of sensorium
2) Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah
menurun.
3) Nyeri perut.
4) Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti
epistaksis, hematemesis, melena, hematuri dan hemoptisis.
5) Trombositopenia berat.
6) Adanya efusi pleura pada toraks foto.
7) Tanda-tanda miokarditis pada EKG.
Pembagian renjatan menurut Munir dan Rampengan:
1) Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-
tanda syok disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi
20mmHg.
2) Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu=tingkat 1
ditambah tekanan nadi menjadi <20mmHg, tetapi belum sampai
nol, disertai menurunnya tekanan sistolik menjadi <80mmHg,
tetapi belum sampai nol.
3) Syok berat/tingkat 3 (profound shock) yaitu tekanan darah tidak
terukur/nol,tetapi belum ada sianosis/asidosis.
16
4) Syok sangat berat/tingkat 4 (moribund cases) yaitu tekanan darah
tidak terukur lagi disertai sianosis dan asidosis.
17
2.7.3 Diagnosis Banding
Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan
dengan infeksi bakteri maupun virus, seperti
bronkopneumonia, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.
Adanya ruam yang akut perlu dibedakan dengan morbili.
Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis
akut dan leptospirosis.
Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic
purpurae, leukemia pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.
Demam Chikunguya.
2.8 Penatalaksanaan
1) Pada DSS segera beri infus kristaloid (Ringer laktat atau NaCl
0,9%) 10-20 ml/kgBB secepatnya (diberikan dalam bolus
selama 30 menit) dan oksigen 2 lt/mnt. Untuk DSS berat
(DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur)
diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama koloid. Observasi
tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6
jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
2) Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan
ringer laktat tetap dilanjutkan 15-20ml/kgBB, ditambah plasma
(fresh frozen plasma) atau koloid (HES) sebanyak 10-
20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid diberikan pada jalur
infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya).
Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15
menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis,
elektrolit dan gula darah. Pada syok berat (tekanan nadi < 10
mmHg), penggunaan koloid (HES) sebagai cairan resusitasi
18
inisial memberi hasil perbaikan peningkatan tekanan nadi lebih
cepat.
3) Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar
hemoglobin/hematokrit, tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat,
maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB. Volume
10ml/kgBB/jam dapat tetap dipertahankan sampai 24 jam atau
sampai klinis stabildan hematokrit menurun <40%. Selanjutnya
cairan diturunkan menjdi 7ml/kgBB sampai keadaan klinis dan
hematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan
5ml dan seterusnya3ml/kgBB/jam. Dianjurkan pemberian
cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi
klinis, nadi, tekanan darah, jumlah urin dikerjakan tiap jam
(usahakan urin >1ml/kgBB, BD urin <1,020) dan pemeriksaan
hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum
baik.
4) Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit
menurun tetapi masih >40 vol% berikan darah dalam volume
kecil10ml/kgBB. Apabila tampak perdarahan masif,berikan
darah segar 20ml/kgBB dan lanjutkan cairan kristaloid
10ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 58cmH2O)
padasyok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan
pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.
5) Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk
mengetahui kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk
mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal (>10cmH2O),
maka diberikan dopamin.
1) Kristaloid
19
Larutan ringer asetat (RA)
2) Koloid
Dekstran 40, Plasma, Albumin
20
volume 6%/10°/o HES 200/0,5 menetap dalam 4-8 jam, sedangkan
larutan 6% HES 200/0,6 dan 6% HES 450/0,7 menetap selama 812
jam. Gangguan mekanisme pembekuan tidak akan terjadi bila
diberikan kurang dari 1500cc/24 jam, dan efek ini terjadi karena
pengenceran dengan penurunan hitung trombosit sementara,
perpanjangan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial,
serta penurunan kekuatan bekuan.(2)
21
Catat balance cairan selama pemberian cairan intravena
BAB III
ANALISIS KASUS
22
Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan
hasil leukosit, hemoglobin dan hematokrit yang berada dalam batas normal.
Kemudian didapatkan trombositopenia yaitu sebesar 97.000/mm3 (pemeriksaan
pada tanggal 30/10/2018), dan Anti Denguue IgG (+), serta Anti Dengue IgM
(+) (pemeriksaan pada tanggal 31/10/2018). Hal ini merupakan salah satu dari
kriteria laboratories DBD.
Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa pada Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yan disebabkan
oleh virus dengue dan ditulakan oleh nyamuk Aedes aegypi dan dapat juga
ditularkan oleh Aedes albopictus, yang ditandai dengan : demam tinggi
mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 – 7 hari,
manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah
trombosit ≤ 100000 / ul), hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%),
disertai dengan atau tanpa perbesaran hati.
23
periode kritis tersebut diperlukan peningkatan kewaspadaan. Adanya
perembesan plasma dan perdarahan dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis
dan pemantauan kadar hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan
dan jumlah yang akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi dilakukan pemasangan
infus cairan intravena berupa ringer laktat (RL) xx gtt / m. Ringer laktat adalah
salah satu larutan kristaloid yang direkomendasikan WHO pada terapi DBD.
Pada pasien ini berat badannya adalah 16 kg sehingga didapatkan cairan
maintenance yang diberikan adalah xx gtt/m.
Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan ceftriaxone 1x1 gr /
IV, parasetamol syr untuk mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3 x 1 cth
PO, psidii syr 3 x 1 cth/ PO untuk meningkatkan jumlah trombosit, dan
diberikan vitamin B complex.
Selain medikamentosa tidak lupa juga diberikan terapi non
medikamentosa, yaitu minum air putih yang banyak, mengedukasi keluarga
pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M menutup,
menguras, mengubur barang-barang yang dapat menampung air; menganjurkan
agar pasien memakai repellan untuk mencegah gigitan nyamuk, khususnya saat
berada di lingkungan sekolah; dan menjaga asupan nutrisi yang seimbang.
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit
stabil, tiga hari setelah syok teratasi, jumlah trombosit > 50.000/mm 3 dan
cenderung meningkat, serta tidak dijumpai adanya distress pernafasan.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit
pada pasien saat ini tidak mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam bonam,
karena organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat
adanya manisfestasi perdarahan. Untuk quo ad sanactionam bonam karena
kekambuhan pada DBD hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus
dengue. Dengan edukasi yang tepat, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan
terjadinya infeksi virus dengue.
24
DAFTAR PUSTAKA
25