Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1 Penyakit

ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan

komplikasi berbahaya hingga kematian. Tuberkulosis (TB) merupakan

penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum

ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat

kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. WHO (World Health

Organization menyatakan bahwa tuberkulosis merupakan global emergency

pada awal tahun 1990-an. Hingga saat ini, TB merupakan penyakit menular

yang masih menjadi tantangan bagi banyak negara di dunia. Indonesia

termasuk salah satu sebagai salah satu negara dengan beban TB tinggi di

dunia.2

TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi

DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) telah diterapkan di

WHO. Dalam laporan WHO pada tahun 2013 diperkirakan 8,6 juta kasus TB

pada tahun 2012 di mana 1,1 juta orang (13%) diantara adalah pasien TB

dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) positif. Sekitar 75% dari

1
pasien tersebut berada di wilayah Afrika. Pada tahun 2012, diperkirakan

terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR (Multi Drug Resistance)

dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.3

Indonesia pada tahun 2010 menempati peringkat ke-4 negara dengan

insidensi TB tertinggi di dunia sebanyak 0,37-0,54 juta setelah India (2,0-

2,5), Cina (0,9-1,2 juta), Afrika Selatan (0,4-0,59 juta). Jumlah kasus baru

BTA positif di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 202.301 kasus. Jumlah

tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan kasus baru BTA positif yang

ditemukan tahun 2011. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di

provinsi dengan jumlah penduduk yang tertinggi yaitu Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur. Kasus baru di tiga provinsi tersebut sekitar 40% dari

jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.3

Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016 perkiraan kasus TB BTA

(+) mengacu pada insidensrate SumSel sebesar 5.984 kasus, dengan angka

keberhasilan pegobatan 4.835 kasus.3 Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun

2017 dilaporkan terdapat 893 kasus TB paru dalam pengobatan. Sementara

itu di wilayah kerja Puskesmas Babat Toman pada tahun 2017 dari 85 pasien

dengan gejala TB paru ditemukan 33 kasus TB paru BTA positif.4

Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian besar terjadi pada

pria tetapi angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat tinggi.

Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah

kematian karena TB mencapai 410.000 kasus termasuk diantaranya adalah

160.000 orang wanita dengan HIV positif. Separuh dari orang dengan HIV

2
positif. Sekiranya 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15-50 tahun), diperkirakan seorang pasien TB

dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Jika ia

meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.

Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk

lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan masyarakat.2,3,4

1.2 Masalah

Belum adanya evaluasi lebih lanjut akan Program Pengendalian dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Babat Toman serta untuk

melihat sejauh mana keberhasilan puskesmas dalam Program Pengendalian

dan Penanggulangan TB.

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Melakukan evaluasi lebih lanjut akan Program Pengendalian dan

Penanggulangan Tuberkulosis agar dapat diketahui pelaksanaan dan

tingkat keberhasilannya di Puskesmas Babat Toman.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pelaksanaan dan pencapaian Program Pengendalian dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Babat Toman.

b. Mengetahui masalah-masalah pada Program Pengendalian dan

Penaggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Babat Toman.

3
c. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah-masalah dari Program

Pengendalian dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas

Babat Toman dan membuat prioritas masalah.

d. Membuat alternatif pemecahan masalah untuk Program

Pengendalian dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas

Babat Toman.

1.4 Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi Puskesmas

a. Mendapatkan masukan mengenai pelaksanaan dan masalah-masalah

yang dihadapi selama pelaksanaan Program Pengendalian dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Babat Toman.

b. Mendapatkan alternatif penyelesaian masalah dalam pelaksanaan

Program Pengendalian dan Penanggulangan Tuberkulosis

Puskesmas Babat Toman.

c. Sebagai bahan masukan untuk melakukan penyuluhan kesehatan

guna meningkatkan keberhasilan Program Pengendalian dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Babat Toman pada

tahun-tahun berikutnya.

1.4.2. Manfaat bagi penulis

a. Penulis dapat melakukan evaluasi program puskesmas dengan

mengaplikasikan ilmu kedokteran komunitas.

4
b. Mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan Program

Pengendalian dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas

Babat Toman.

c. Penulis dapat mengidentifikasi masalah dan memberikan alternatif

penyelesaian masalah sebagai masukan untuk pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai