Anda di halaman 1dari 132

KUMPULAN ARTIKEL

PROGRAM KERJA INDIVIDU

Dusun Ngampilan RW 01, Kelurahan Ngampilan,


Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta
PROGRAM KERJA INDIVIDU

Dusun Ngampilan RW 01, Kelurahan Ngampilan,


Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta

Penulis:
1. Dr. Puji Yanti Fauziah,
S.Pd., M.Pd
2. Nafrinda Pingky
Triaswari
HALAMAN JUDUL
3. Adhimum Mar’atis
Sholihah
4. Afriani Nurkhasanah
5. Herlambang Mursyid
Wibowo HALAMAN JUDUL
6. Surati
7. Maulidiah Triana Lisa Diterbitkan oleh:
8. Dha Widhi Witir LPPM UNY 2019
9. Sindhu Dinasty Pujayani
10. Riki Ramadhon
Pratama
11. Chiva Olivia Bilah
12. Yudha Pria Wibawa Diterbitkan oleh:
LPPM UNY 2019
Kumpulan Artikel Program Kerja Individu
Penulis :
Dr. Puji Yanti Fauziah, S.Pd., M.Pd, Nafrinda Pingky Triaswari,
Adhimum, Mar’atis Sholihah, Afriani Nurkhasanah, Herlambang
Mursyid Wibowo, Surati, Maulidiah Triana Lisa, Dha Widhi
Witir, Sindhu Dinasty Pujayani, Riki Ramadhon Pratama, Chiva
Olivia Bilah, Yudha Pria Wibawa

ISBN :

Penyunting :
Dha Widhi Witir

Desain Sampul dan Tata Letak :


Yudha Pria Wibawa

Penerbit :
LPPM UNY 2019
Kampus Universitas Negeri Yogyakarta, Karang Malang,
Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, 55281.

ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala
yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
telah menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan
menyelesaikan penyusunan artikel program kerja individu
kelompok KKN UNY G099. Penyusunan artikel program kerja
individu sebagai bentuk pertanggungjawaban dari pelaksanaan
KKN UNY 2019 yang telah dilaksanakan tanggal 9 September –
23 Oktober 2019 di Dusun Ngampilan RW 01, Kelurahan
Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta.
Proses penyusunan artikel program kerja individu
kelompok KKN UNY G099 dapat terlaksana atas bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak yang telah memberikan
bimbingan, perhatian, dan pengarahan dalam pelaksanaan KKN.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Ibu / orang tua, penulis yang telah memberikan
motivasi dan dukungan.
2. Pihak Universitas Negeri Yogyakarta dalam hal ini LPPM
yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan KKN.
3. Dr. Puji Yanti, M.Pd. selaku DPL KKN yang telah
membimbing dan memberi pengarahan dalam
iii
pelaksanaan kegiatan KKN di Ngampilan RW 01,
Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota
Yogyakarta
4. Bapak Mulyoto selaku Ketua Ngampilan RW 01 yang
telah membantu kelancaran pelaksanaan acara.
5. Bapak Agus Haryono selaku pemilik rumah yang telah
berkenan menerima mahasiswa KKN di kediamannya
sebagai posko KKN.
6. Ketua RT 01 s.d RT 06 serta seluruh warga Ngampilan
RW 01, anak-anak TPA Ngampilan RW 01, yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan acara.
7. Teman-teman seperjuangan tim KKN UNY yang telah
bekerja sama dalam melaksanakan tugas di Ngampilan
RW 01, Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan,
Kota Yogyakarta.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan
KKN ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa penyusunan artikel program kerja
individu kelompok KKN UNY G099 masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
akan kami terima untuk perbaikan lebih lanjut. Kami mohon maaf
dengan segala keterbatasannya tidak akan lepas dari kesalahan,
untuk itu kami mohon mengharapkan arahan dan bimbingan
iv
untuk kegiatan selanjutnya. Penyusun berharap, artikel program
kerja individu kelompok KKN UNY G099 dapat memberikan
manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 22 Oktober 2019
Penyusun

TIM KKN UNY


G099

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

Pembuatan Ayam Katsu Dengan Kombinasi Pasta sebagai Fussion Food untuk
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Ngampilan ........................................... 1

Pengenalan dan Bimbingan Multikulturalisme pada Anak-Anak ................ 12

Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah ................................................................. 28

Mendongeng sebagai Media Penanaman Nilai Moral yang Menyenangkan 38

Struktur Organisasi RW 01 Ngampilan, Ngampilan, Yogyakarta ................ 51

Penerapan Self Acceptance (Penerimaan Diri) Melalui Layanan Bimbingan


Kelompok Expressive Writing Bagi Anak-Anak Dan Remaja ..................... 59

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Masa Golden Age ............................ 71

Pengenalan Game Edukasi “Math Eater” Sebagai Media Pembelajaran


Berhitung Anak Sekolah Dasar ..................................................................... 81

Pengenalan Tokoh Pahlawan kepada Generasi Muda Melalui Cerita dan Media
Gantungan Kunci .......................................................................................... 93

Pelatihan Mengetik 10 Jari untuk Menunjang Produktivitas ...................... 105

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 115

vi
Pembuatan Ayam Katsu Dengan Kombinasi Pasta sebagai
Fussion Food untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Ngampilan

Riki Ramadhon Pratama


Program Studi Pendidikan Teknik Boga
Email: rikirpratama98@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bentuk
perkuliahan yang dilaksanakan dengan langsung terjun ke
masyarakat. Masyarakat sasaran KKN dapat berupa
masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan, sekolah,
masyarakat industri, atau kelompok masyarakat lain yang
dipandang layak menjadi sasaran KKN. Pada prinsipnya
KKN merupakan salah satu kegiatan pengabdian kepada
masyarakat (PPM) yang dilakukan perguruan tinggi
sebagai upaya menerapkan ilmu yang diperoleh, hasil-
hasil penelitian di bidang IPTEK untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. Selain itu, kegiatan
KKN juga tentunya bertujuan untuk mendukung kegiatan
pembangunan desa sehingga dapat meningkatkan
stabilitas kehidupan masyarakat desa dalam berbagai
aspek, seperti aspek ekonomi, infrastruktur, pendidikan,
dan lain-lain.
KKN UNY diselenggarakan di berbagai tempat,
salah satunya berada di kecamatan Ngampilan, kota
Yogyakarta, provinsi DI Yogyakarta. Kecamatan
Ngampilan terdiri dari 2 kelurahan yaitu kelurahan
Ngampilan dan Notoprajan. Kelurahan yang menjadi
tujuan terselenggaranya kegiatan KKN UNY 2019
dengan pembagian terdiri dari 4 kelompok KKN yaitu
G099, G100, G101 dan G102 adalah Kelurahan
Ngampilan, yang mana terdiri dari 3 RW. Sementara itu,
wilayah yang menjadi bagian kelompok G099 berada di
kelurahan Ngampilan RW 01 yang terdiri dari 6 RT yakni
RT 01, 02, 03, 04, 05, dan 06.
Masyarakat Indonesia kini dihadapkan dengan
persaingan ekonomi yang sangat ketat, terutama dalam
bidang perdagangan, Kota Yogyakarta merupakan kota
wisata yang mana hal tersebut membuat kota ini dijadikan
destinasi wisata. RW 02, Ngampilan, Kota Yogyakarta
merupakan salah satu wilayah padat penduduk yang
lokasinya dekat dengan destinasi wisata utama seperti
Keraton, Malioboro, Taman Sari, Alun – alun Utara dan
Selatan. Selain tempatnya yang menjadi daya tarik
2
wisatawan, tentunya wisata kuliner menjadi bagian yang
sulit dipisahkan. Hal ini menunjukan tingginya peluang
usaha kuliner yang dapat dijajakan. Makanan yang
dijajakan sudah cukup banyak , namun hanya sebatas
makanan yang kurang lebih sama jenisnya, seperti telur
gulung, sosis bakar dan sejenisnya, berbagai jenis bakso.
Demo masak yang telah dilaksanakan merupakan
sebuah peragaan resep masakan yang diikuti oleh kurang
lebih 30 ibu – ibu warga Ngampilan RW 02 dalam
kegiatan rutin PKK. Pemilihan menu masakan Dim Sum
goreng didasarkan pada tingkat kemudahan dalam
membuatnya sehingga ibu – ibu mudah dalam
mengikutinya, selain dapat dijual juga dapat dibuat
sebagai menu bekal sekolah anak, kemudian rasanya yang
sesuai dengan selera masyarakat Indonesia, dan belum
terdapat penjual daerah wisata sekitar kecamatan
Ngampilan yang menjual Dim Sum goreng sehingga
diharapkan demo masak ini dapat menjadi inspirasi bagi
ibu – ibu warga Ngampilan dalam meningkatkan
pendapatan keluarga. Pemerintah membuka keran impor
dari Brasil setelah Indonesia kalah melawan gugatan
Brasil di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah
3
diolah, total impor volume ayam Indonesia sebesar 76,7
ribu kilogram (kg). Impor ayam tersebut terdiri dari
ayam buras (Gallus Domesticus) hidup dengan berat di
bawah 185 gram senilai 76,5 ribu kg, ayam mutiara
(spesies Guinea) hidup sebanyak 166 kg, dan daging
ayam buras 23 kg. Pada 2017, total volume impor ayam
sejumlah 69,1 ribu kg.Jika mengacu pada Outlook Daging
Ayam Ras Komoditas Pertanian Sub Sektor Peternakan
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, impor
terendah pada periode 2012-2016 terjadi pada 2016. Total
volume impor ayam 2016 mencapai 18,1 ribu kg dengan
rincian ayam buras hidup dengan berat di bawah 185 gr
sebanyak 16 ribu kg, ayam mutiara hidup dengan berat di
bawah 185 gr senilai 16 ribu kg, ayam buras dengan berat
di atas 185 gr sebanyak 1,9 ribu kg, dan daging ayam
buras sebanyak 153 kg.
Tujuan pemilihan program kerja demo memasak
dari bahan daging ayam tersebut adalah pada saat
dilakukan survey di Ngampilan selain bahan yang mudah
didapatkan setiap harinya juga dekat dengan kawasan
wisata yaitu Malioboro dan penginapan wisatawan. Rata-
rata warga Ngampilan RW 01 memiliki mata pencaharian
sebagai pekerja, pedagang di pasar, dan PNS. Dari survey
4
yang dilakukan tersebut diambil keputusan untuk
membuat demo memasak dari bahan ayam dengan
harapan setelah dilakukan pelatihan tersebut warga dapat
membuka peluang untuk mendirikan usaha di bidang
kuliner.

B. METODE
Mengingat bahwa memberi demo memasak
kepada masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung
maka program ini dilakukan melalui beberapa tahapan
pelaksanaan.
Pertama tahap observasi dan pengamatan program
memasak sesuai keinginan masyarakat. Observasi yang
telah dilakukan pada awal bulan September yang
dilakukan di Ngampilan RW 01, pada tahap ini dilakukan
pengamatan lokasi desa mengenai apa yang diinginkan
oleh masyarakat. Pengamatan ini memberikan
kesimpulan bahwa sesuai dengan daerah Ngampilan yang
terbilang banyak wisata yang datang untuk menginap di
daerah Ngampilan. Oleh karena itu terutama ibu-ibu
rumah tangga terutama ibu rumah tangga yang tidak
memiliki pekerjaan dan mempunyai semangat untuk
berwirausaha mau di adakan demo membuat makanan
5
yang kekinian. Untuk itu kami mengadakan pertemuan
antara anggota KKN G099 beserta masyarakat Ngampilan
untuk menyampaikan rencana tersebut dan direspons
sangat baik oleh masyarakat dan menyarankan
memberikan undangan demo memasak untuk perwakilan
per RT agar penyerapan ilmu bisa lebih kondusif serta
meminimalisir pengeluaran.
Tahap kedua, pelaksanaan kegiatan demo
memasak ala fussion dilakukan pada hari kamis, 05
September 2019 yang bertempat di aula X kelurahan
warga yang berpartisipasi dalam pelaksanaan ini
merupakan perwakilan per RT yang kemudian diharapkan
dapat membagi ilmu yang di bagikan ke masyarakat di RT
masing-masing. Kegiatan berupa penjelasan materi
manfaat fussion dan dilanjutkan pembagian resep dari
fettucini katsu with BBQ sauce yang dibagi perorangan
dilanjutkan demo masak untuk ibu-ibu sekaligus
memberitahukan nama-nama bahan yang digunakan
setelah proses pembuatan selesai salah satu dari
perwakilan RT membuat lagi fettucini katsu dengan
metode dan cara yang sama.

6
 Resep Ayam katsu yang di bagikan ke
masyarakat
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Adapun hasil dari pelatihan ini adalah peserta yang
hadir pada demo memasak adalah 80% dari target
yaitu 20 ibu-ibu yang merupakan perwakilan per RT.
Dari kegiatan demo memasak ini terlihat warga
Ngampilan terutama ibu-ibu sangat antusias
mengikuti kegiatan ini. Indikatornya adalah beberapa
warga aktif bertanya jawab mengenai resep masakan
serta olahan apa saja yang bisa dikombinasikan
dengan ayam katsu dan sangat antusias untuk
mempraktikkan teknik memasak yang telah dijelaskan
bahkan tidak sedikit dari warga menyarankan adanya
7
pertemuan selanjutnya untuk membahas hasil uji coba
ibu-ibu di rumah dan memberi saran pada masakan
yang apabila terjadi kegagalan pada uji coba ibu-ibu
di rumah.

 Hasil masakan dari pelatihan memasak :


Pembuatan fetucini katsu.
2. Pembahasan
Program kerja yang dibuat untuk warga
Ngampilan “Demo Memasak ala Fussion”. Jenis
kegiatan ini berupa demo memasak yang
mengenalkan apa itu fussion dan dampak positif bagi
masyarakat guna meningkatkan ekonomi keluarga.
Program kerja tersebut dilaksanakan pada hari kamis

8
tanggal 28 September 2019 pada pukul 15.00-18.00
dan dilaksanakan di aula Eks Kelurahan.
Dengan adanya demo ini diharapkan warga
khususnya ibu-ibu dapat mengembangkan kreativitas
dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar
lingkungan serta dapat menjadi usaha kecil menengah,
di samping itu masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan dapat merintis usaha dalam bidang makanan
dan dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga.

Kegiatan demo dan tanya jawab “Pelatihan Memasak Dari


Bahan ayam”

9
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kegiatan demo memasak ala fussion merupakan
kegiatan yang bertujuan agar masyarakat dapat
menyalurkan ide kreaktif serta dapat membuat usaha
kecil menengah untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat tersebut. demo ini dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 24 September 2019 pada pukul 15.00-
18.00 dan dilaksanakan di Aula X Kelurahan.
Adapun keberhasilan dari kegiatan pelatihan ini
adalah hadirnya 14 orang dari perwakilan per RT yang
telah di undang dari 29 jumlah undangan yang
disebarkan kepada 6 RT warga antusias dalam
mengikuti kegiatan ini.
2. Saran
Diharapkan dari demo memasak ini dapat membantu
masyarakat Ngampilan agar bisa mengoptimalkan
fungsi dari olahan ayam tersebut bahkan bisa
mengembangkan ke berbagai macam masakan.
Setelah dilakukan demo sebaiknya masyarakat
bekerja sama dengan pihak pemerintah terkait untuk
membimbing kewirausahaan agar menjadi usaha kecil
menengah dan harapan untuk meningkatkan taraf
10
ekonomi masyarakat Ngampilan dan bisa membuka
lahan perekonomian baru untuk masyarakat yang
belum memiliki pekerjaan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2018. Panduan Kuliah Kerja Nyata
Universitas Negeri Yoygakarta. Yogykarta :
UNY.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/penger
tian-observasi.html diakses 16 10 2019 pukul
11.52
Dwi Hadya Jayani. 2019. Berapa Volume Impor
Ayam di Indonesia?. Diunduh melalui laman
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019
/08/09/berapa-volume-impor-ayam-di-indonesia
diakses pada tanggal 17 Oktober 2019, 19.30

11
Pengenalan dan Bimbingan Multikulturalisme pada Anak-
Anak

Sindhu Dinasty Pujayani


Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 2, Yogyakarta, 55281, Indonesia
Sindhu.dinasty2016@student.uny.ac.id /
Sindhudinasty@gmail.com

ABSTRAK
Kegiatan bimbingan multikultural ini dimaksudkan untuk
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada anak-anak, dengan
cara membimbing anak-anak dengan bercerita sambil bermain
dan belajar sehingga kegiatan dapat berjalan dengan
menyenangkan. Dengan melakukan bimbingan multikultural
pada anak-anak diharapkan bimbingan ini dapat menambah
wawasan serta membuka pikiran dan menumbuhkan rasa cinta
tanah air bagi anak-anak, karena anak-anak adalah generasi
penerus bangsa dan penting untuk menumbuhkan rasa cinta tanah
air sejak dini. Perkembangan zaman telah menggerus banyak
karakter positif anak-anak bangsa khususnya anak-anak yang
tinggal di wilayah perkotaan, sehingga diperlukan bimbingan
12
multikultural ini untuk menumbuhkan jiwa-jiwa toleransi dan
cinta sesama manusia bagi generasi anak bangsa saat ini.
Kegiatan bimbingan multikulturalisme ini merupakan salah satu
program unggulan individu dari kegiatan KKN yang diadakan
oleh universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu cara untuk
memberdayakan masyarakat. Kegiatan KKN ini dilaksanakan di
Kampung Ngampilan Kota Yogyakarta, merupakan salah satu
kesempatan bagi mahasiswa dalam mengamalkan dan
menerapkan ilmu yang telah didapat selama kuliah di lingkungan
kampus. Dalam kegiatan praktik memberdayakan masyarakat,
dan secara langsung mempraktikkan ilmunya untuk masyarakat
agar ilmu yang telah dipelajari lebih bermanfaat untuk sesama.
Dengan adanya pengalaman tentang KKN ini diharapkan
mahasiswa memiliki pengalaman bermasyarakat dan masyarakat
diharapkan menjadi masyarakat yang lebih baik dan maju.

Kata kunci: Bimbingan multiltural, Kampung Ngampilan, KKN,


Pemberdayaan.

13
A. Pendahuluan
Indonesia memiliki beragam budaya, yang
terbentuk oleh beragam masyarakat serta kondisi
geografis. Dilihat secara geografis, Indonesia memang
memiliki banyak pulau, yang dihuni oleh sekelompok
manusia yang membentuk suatu masyarakat, dan
kemudian terbentuklah sebuah kebudayaan, yang
diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi milik
bersama dan tercermin dalam pola pikir dan pola hidup
masyarakat. Hal ini tentu saja berimbas pada keberadaan
kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam,
sehingga Indonesia menjadi bangsa yang multikultural.
Beragam budaya pada akhirnya akan berinteraksi
sehingga membentuk suatu multikultural. Multikultural
merupakan isu penting yang sesungguhnya merupakan
bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara, karena
bangsa ini sesungguhnya terdiri atas beragam jenis
manusia dengan banyak ras, budaya, agama, gaya hidup,
bahasa, sejarah dan keragaman lainnya (Tilaar, 2004:
124). Menurut Parekh (dalam Hanum, 2010 : 89-102)
Multikultural adalah keragaman yang sejak dulu ada,
sehingga merupakan kebanggaan ketika bangsa yang
14
terdiri atas beraneka ragam budaya dapat menjadi satu
kesatuan bangsa yang besar. Pemahaman akan
multikultural tersebut erat dengan pluralisme. Sebagai
kekayaan bangsa yang luar biasa, keragaman perlu
diterima, dipelihara, dan dijadikan sebagai alat pemersatu.
Hanya saja, akhir-akhir ini sering timbul permasalahan
berkaitan dengan hal tersebut.
Masyarakat kota adalah salah satu masyarakat
yang mengalami masalah dengan multikultural, di satu
sisi masyarakat kota cenderung mengalami kemajuan dan
perkembangan sehingga dapat dikatakan bahwa
masyarakat kota seharusnya mampu menghadapi dan
menangani perbedaan-perbedaan dalam kehidupan,
namun pada kenyataannya tidak semua orang kota
mampu untuk berinteraksi dan beradaptasi bahkan nilai-
nilai multikultural cenderung terlupakan oleh masyarakat
kota karena masyarakat kota yang cenderung individual
dan lebih mementingkan kepentingannya sendiri. Hal
inilah yang terjadi pada masyarakat kota Yogyakarta
khususnya di kelurahan Ngampilan RW 01di mana masih
ada beberapa masyarakat yang kurang memahami serta
menerapkan nilai-nilai multikultural, terutama anak-anak
yang tinggal di kota, mereka lebih bersikap keras kepala
15
dan egois serta sikap toleransi pun kurang dimiliki sebagai
akibat perkembangan zaman dan teknologi mendidik
mereka menjadi manusia individual, orang tua yang sibuk
dan kota yang kurang memiliki lahan untuk bermain serta
pemberian gadget di usia dini pada anak menyebabkan
anak-anak mulai kehilangan sikap saling menghargai
perbedaan dan toleransi.
Bimbingan multikulturalisme ini memiliki tujuan
untuk penanaman dan pemahaman akan
multikulturalisme yang perlu untuk diajarkan pada anak-
anak sejak dini. Penanaman tersebut tentu saja melalui
pengembangan kesadaran akan multikultural. Kesadaran
multikultural adalah penghargaan dan pengertian akan
budaya masyarakat, status sosial ekonomi dan gender.
Kesadaran ini juga meliputi pemahaman akan budaya
sendiri. Dengan demikian, program dan kegiatan
bimbingan multikulturalisme ini berfokus pada upaya
untuk mengenalkan budaya lain sambil menyadarkan
anak akan makna, sifat dan kekayaan budaya sendiri.
Melalui bimbingan multikultural ini yang
dilaksanakan oleh mahasiswa KKN diharapkan dapat
bermanfaat bagi anak-anak, seperti menambah
pengetahuan dan wawasan anak-anak mengenai
16
keanekaragaman dan sikap-sikap toleransi yang perlu
untuk dipraktikkan dalam kehudpan sehari-hari, hal ini
agar karakter sosial dalam diri anak berkembang dan anak
dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan tidak
tergerus oleh arus kemajuan teknologi.

17
B. Metode
1. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan bimbingan multikultural ini
adalah anak-anak TK-SD RW 01.
2. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan program kegiatan pengenalan
dan bimbingan multikultural pada anak dilakukan
menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Metode Ceramah / Sosialisasi
Pada metode ini dilakukan dengan cara
menjelaskan tentang apa itu multikultural, dan
memperkenalkan multikulturalisme di
Indonesia.
b. Metode Demonstrasi
Menampilkan sebuah video demonstrasi
tentang multikulrural di Indonesia kepada anak
– anak di Kampung Ngampilan RW 01,
contohnya seperti penayangan video tentang
keberagaman suku dan bahasa di Indonesia.
Penggunaan metode demonstrasi digunakan
supaya anak – anak lebih memahami maksud
dari pendidikan multikultural.
3. Tempat pelaksanaan
18
Tempat pelaksanaan bimbingan multikulturalisme
pada anak-anak, dilakukan di tempat yang dapat
membuat ana-anak merasa nyaman dalam kegiatan
bimbingan dan biasanya kegiatan dilakukan di Aula
masjid RW 01 atau di Pos.

C. Hasil dan Pembahasan


Kegiatan bimbingan multikulturalisme yang
dilakukan pada anak-anak RW 01 Ngampilan, berjalan
dengan lancar, kegiatan yang dilakukan selama enam kali
pertemuan bersama anak-anak dari TK hingga SD
mendapatkan respon yang positif dari anak-anak maupun
warga. Kegiatan bimbungan multikultural memiliki
tujuan yakni untuk menanamkan pemahaman akan
multikulturalisme. Penanaman nilai-nilai multikultural
tersebut dilakukan dengan cara menonton film, bercerita,
menulis, bermain dan menggambar, sehingga anak-anak
tidak akan mudah bosan dengan kegiatan bimbingan yang
berlangsung dan juga mampu mehamai apa-apa yang
diajarkan dalam kegiatan bimbingan.
Kegiatan yang dilakukan pada saat pertama kali
bimbingan yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 21
September diikuti oleh sekitar 7 anak dan dilaksanakan
19
hanya selama satu jam yakni mulai pukul 10.00-11.00,
pertemuan pertama ini digunakan untuk perkenalan antara
pembimbing kegiatan dengan anak-anak RW 01,
perkenalan ini memiliki manfaat agar anak-anak
mengenal pembimbing dan merasa nyaman dan enjoy
dengan pembimbing. Begtupula dengan pembimbing
perlu untuk berkenalan agar ia dapat mengenal lebih
dalam karakter anak-anak yang hendak dibimbing dalam
kegiatan bimbingan multikultural.
Pada pertemuan ke dua yakni pada tanggal 22
September hari minggu anak-anak diajak untuk bermain
dan menggambar, kegiatan dilaksanakan sekitar pukul
08.00 – 12.00. anak-anak diminta untuk menggambar
dengan tema cinta Indonesia dan diminta untuk
menceritakan apa-apa yang membuat anak-anak tersebut
cinta dengan tanah air Indonesia. Kegiatan berlangsung
dengan tertib dan lancar dan anak-anak menikmati
kegiatan dengan mengobrol santai dan bermainkegiatan
ini diikuti oleh sekita 7-10 anak-anak karena anak-anak di
RW 01 Ngampilan tidak begitu banyak maka kegiatan
yang dilaksanakan tidak begitu menguras tenaga dan
menyenangkan.

20
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 28 September kegiatan tersebut diisi dengan
bercerita dan saling mengenal satu sama lain, karena
untuk mengembangkan sikap toleransi diperlukan
kegiatan untuk saling bercerita mengenai pengalaman
satu sama lain, agar hubungan antar anak-anak semakin
baik dan toleransi antar anak-anak dapat dibangun melalui
kegiatan bercerita.
Kemudian Pada pertemuan keempat kegiatan
dilaksanakan pada hari minggu tangal 29 September
Pukul 12.00 hingga 16.00 kegiatan dilaksanakan dengan
menonton film, kegiatan ini bertujuan agar anak-anak
mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang baru
mengenai dunia luar, dan pentingnya sikap tolong
menolong antar sesama manusia. Sekalipun manusia satu
dengan yang lain berbeda namun perbedaan tersebut tak
menghalangi untuk saling menghormati dan mencntai
sesame manusia. Anak-anak mengikuti kegiatan ini
dengan natusias dan senang, hal ini terbukti dari anak-
anak yang meminta untuk diputarkan ulang filmnya dan
masing-masing saling bercerita berbagi info mengenai
nilai-nilai yang terkandung dalam film tersebut.

21
Pada pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari sabtu 5
Oktober pukul08.00-10.00 pada pertemuan ini
pembimbing dan anak-anak membahas mengenai film
yang diputar sebelumnya dan membahas nilai-nilai yang
terkandung di dalam film. Pada sesi ini anak-anak diminta
untuk bertanya terkait multikultural dan bagaiamana
mengembangkan sikap-sikap toleransi antar sesama
manusia.
Pada pertemuan terakhir yakni pertemuan keenam
yakni pertemuan dilaksanakan pada hari Mingu 6 Oktober
kegiatan dimulai pukul 10.00 sampai 12.00 pada hari
terakhir tersebut anak-anak diminta untuk menuliskan
pengalamannya mengikuti kegiatan bimbingan serta
memberikan saran kepada pembimbing agar ke depannya
jauh lebih baik lagi dalam melakukan kegiatan
bimbingan. Dalam kegiatan ini anak-anak menuliskan
mengenai kisah mereka mengikuti kegiatan bimbingan
maupun kegiatan di luar bimbingan.
Hasil dari kegiatan bimbingan multikultiral yang
dilaksanakan selama 6 kali dalam seminggu
mendapatkan respon yang positif dari masyarakat maupun
anak-anak. Anak-anak yang mengikuti kegiatan
bimbingan Nampak senang dan enjoy. Anak-anak
22
mengikuti setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan
dengan patuh. Kegiatan bimbingan ini diawali dengan
berdoa kemuadia perkelan apabila ada anggota anak-anak
baru yang ikut, setelah itu berlanjut ke sesi berikutnya
teragantung dari pembimbing mengatur jadwal kegiatan
apa yang akan dilaksanakan pada hari tersebut.
Dalam kegiatan bimbingan seiap seusai
bimbingan dilaksakan anak-anak akan diberi dengan sesi
Tanya jawab, sehingga apabila ada yang tidak dipahami
dari kegiatan tersebut anak-anak boleh menanyakan pada
pembimbing terkait multikulturalisme. Dengan
menerapkan kegiatan yang berbeda setiap harinya dan
mengajak anak untuk aktif serta menemukan suatu
pembelajaran baru di setiap harinya. Bimbingan
multikultural yang dilakukan selama lima kali ini telah
mendapatkan hasil yang memuaskan dari anak-anak di
mana mereka bisa menyimpulkan dan menentukan mana
sikap-sikap dalam kehidupan berbangsa, berbudaya yang
baik dan mana yang tidak. Diharapkan lewat bimbingan
multikultural ini anak-anak bisa dan dapat menerapkan
nilai-nilai multikultural dalam kehidupannya
bermasyarakat dan berwarga Negara Indonesia. Serta

23
dapat menambah wawasan dan pengetahuan anak-anak
mengenai multikultural.
D. DOKUMENTASI

Gambar 1. Pelaksanaan Program Kerja Pengenalan dan


bimbingan Multikultural pada Anak di RW 01 Ngampilan.

Gambar 2. Pelaksanaan Program Kerja Pengenala Pendidikan


Multikultural pada Anak di Aula masjid

24
Gambar 3. Kegiatan Program Kerja Pengenala Pendidikan
Multikultural pada Anak.

Gambar 4. Pembimbing beserta anak-anak yang melakukan


kegiatan bimbingan multikultural
E. Penutup
1. Kesimpulan
Kegiatan bimbingan multikultural ini, dilaksana
selama enam kali. Di mana dalam pelaksanaannya
kegiatan dilakukan dengan tema yang berbeda-beda
25
sehingga anak-ana tidak mudah bosan dan tertarik
untuk mengikuti kegiatan bimbingan ini, sehingga
anak-anak dapat mengambil manfaat serta
pengetahuan baru dengan adanya kegiatan ini.
Kegiatan bimbingan dilaksanakan dengan berbagai
tema seperti menggambar, bernyanyi dan bercerita
serta menonton film. Sehingga bimbingan dapat
dilaksanakan tanpa kendala yang berarti dan anak-
anak yang mengikuti kegiatan ini dapat antusias
dalam proses mengikuti bimbingan, anak-anak ini
mendengarkan dan sesekali bertanya dan juga
memperhatikan ketika kegiatan dilaksanakan
sehingga bimbingan multikultural ini dapat terlaksana
dan mendapatkan respons yang positif dari
masyarakat dan anak-anak.
2. Saran
Kegiatan ini sangat baik untuk dilaksanakan,
karena dapat membantu anak-anak dalam membuka
wawasan serta pengetahuan mereka mengenai
perbedaan yang ada dalam masyarakat sehingga
mereka dapat memahami dan bersikap saling
menghormati serta toleransi antar sesama manusia
agar nantinya dapat tercipta suatu keteraturan antar
26
sesama. Disarankan untuk para orang tua agar
mempraktikan bimbingan multikultural ini pada anak-
anak mereka agar anak-anak dapat membuka pikiran
dan wawasan mereka. Sehingga bimbingan
multikultural ini akan sangat baik apabila dapat
diterapkan oleh orang tua dalam mengajari anak-anak
khususnya anak-anak perkotaan yang mulai
kehilangan rasa toleransi dan sikap saling
menghormati.
F. Daftar Pustaka
H.A.R Tilaar. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-
tantangan Global Masa Depan dalam Tranformasi
Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo
Hanum, Farida dan Rahmadonna, Sisca. (2010).
Implementasi Model Pemebelajaran Multikultural di
Sekolah Dasar Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan,
Volume 03, Nomor 1 Maret 2010.
Puspita Ayu, 2013. Multikulturalisme Dalam Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI
- Vol. 8, No.2.

27
Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah

Maulidiah Triana Lisa


Jurusan Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 2, Yogyakarta, 55281, Indonesia
Maulidiah.triana2016@student.uny.ac.id /
Maulidiaht@yahoo.com

A. PENDAHULUAN
Bernyanyi merupakan satu hal yang tak bisa terpisahkan
dari dunia anak-anak, remaja maupun dewasa.
Menyenandungkan lagu, apalagi yang berirama riang,
merupakan kegiatan yang mereka gandrungi. Hal ini
tidaklah mengherankan, karena lagu atau nyanyian pada
dasarnya adalah suatu bentuk dari bahasa nada (melodi),
yaitu bentuk harmoni dari tinggi rendahnya suara. Pada
generasi saat ini, anak-anak sering kali merasa asing
dengan lagu daerah yang ada di Indonesia. Sejatinya,
anak-anak perlu mengenal lagu-lagu daerah agar semakin
mencintai budaya Indonesia. Melalui Pelatihan Menyanyi
Lagu Daerah, anak-anak diharapkan mampu menjunjung
nilai budaya serta mengamalkan ajaran-ajaran yang baik
yang terkandung dalam lagu daerah tersebut. Adapun
28
beberapa manfaat dari pelatihan menyanyi lagu daerah
pada anak, yaitu :
1. Mengenalkan ragam budaya
Melalui lagu daerah, anak-anak bisa sekaligus
mengenalkan ragam budaya negeri ini. Sambil
mengajarkan lagu daerah tertentu, anak-anak bisa
menceritakan pula tentang adat istiadat daerah
tersebut, termasuk alat musik, tarian, dan pakaian
adat.
2. Memetik pesan positif
Anak-anak bisa menjelaskan dan tahu pesan di balik
syair lagu daerah tersebut. Salah satu contohnya
adalah lagu Si Patokaan dari Minahasa yang
menceritakan tentang kisah seorang ibu yang harus
meninggalkan anak kesayangannya untuk mencari
nafkah.
3. Memperkaya musikalitas anak
Dengan mempelajari lagu daerah, anak-anak menjadi
lebih suka bernyanyi sehingga mengasah musikalitas
jauh lebih baik.
4. Tumbuhkan percaya diri dan kreativitas
Saat bernyanyi, anak-anak bebas mengekspresikan
diri dan mengasah kreativitasnya. Dengan
29
kemampuan mengekspresikan diri, kelak anak
menjadi percaya diri.
5. Meningkatkan kecerdasan emosi
Dengan membiasakan anak-anak menyanyikan lagu
daerah, orang tua dapat membantu kemampuan anak
dalam mengelola rasa dan emosi yang berdampak
positif pada psikologisnya. Bila anak mendengarkan
musik yang riang, maka suasana hati menjadi riang.

B. METODE PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah
perlu dilakukan adanya persiapan. Persiapan tersebut
dimulai dari sosialisasi kepada warga serta mengundang
anak-anak dari TK-SD, kemudian menjelaskan maksud
dan tujuan diadakannya Pelatihan Menyanyi Lagu
Daerah.
1. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan Pelatihan Menyanyi Lagu
Daerah ini adalah anak-anak TK-SD di Ngampilan
RW 01.
2. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan Pelatihan Menyanyi
Lagu Daerah menggunakan beberapa metode, yaitu :
a. Metode Ceramah
30
Metode ceramah dilakukan dengan cara
menjelaskan tentang pentingnya mengenal
lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia,
mengenal ragam budaya lagu daerah
Indonesia serta mengamalkan ajaran-ajaran
yang baik yang terkandung dalam lagu
tersebut. Sehingga anak-anak tertarik untuk
mempelajari dan menyanyikan lagu daerah
yang akan diajarkan.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan dengan cara
memberi contoh lirik lagu serta nada lagu yang
akan diajarkan kepada anak-anak, lalu anak-
anak menirukan apa yang sudah di contohkan.
c. Metode Drill
Setelah melakukan metode demonstrasi,
praktikan menerapkan metode drill yaitu
dengan cara mengulang-ulang kembali lirik
dan nada pada lagu yang telah dinyanyikan
sampai anak-anak bisa menyanyikan lagu
tersebut dengan baik.

31
3. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan Pelatihan Menyanyi Lagu
Daerah dilaksanakan di tempat yang bersih dan
nyaman untuk belajar. Biasanya kegiatan juga
dilaksanakan di aula sebelah masjid RW 01.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah
merupakan program kerja individu yang bertujuan untuk
mengenalkan lagu-lagu daerah yang ada Indonesia, agar
anak-anak lebih mencintai budaya Indonesia. Kegiatan
Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah berjalan dengan lancar.
Kegiatan dilaksanakan selama 4 kali pertemuan bersama
anak-anak TK hingga SD mendapat respon yang sangat
baik serta anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan
ini. Kegiatan Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah dilakukan
dengan cara ceramah terlebih dahulu, yaitu menjelaskan
tentang pentingnya mengenal lagu-lagu daerah yang ada
di Indonesia, mengenal ragam budaya lagu daerah
Indonesia serta mengamalkan ajaran-ajaran yang baik
yang terkandung dalam lagu daerah tersebut. Lalu
selanjutnya praktikan melakukan demonstrasi dilakukan
dengan cara memberi contoh lirik lagu serta nada lagu
yang akan diajarkan kepada anak-anak, lalu anak-anak
32
menirukan apa yang sudah di contohkan. Kemudian yang
terakhir metode drill. Praktikan menerapkan metode drill
yaitu dengan cara mengulang-ulang kembali lirik dan
nada pada lagu yang telah dinyanyikan sampai anak-anak
bisa menyanyikan lagu tersebut dengan baik. Lagu-lagu
yang diajarkan sangat beragam. Mulai dari lagu darah
Jawa Tengah (Suwe Ora Jamu), NTT (Anak Kambing
Saya), Jawa Timur (Rek Ayo Rek), Aceh (Bungong
Jeumpa), dan Sulawesi Utara (O Ina Ni Keke), Minahasa
(Si Patokaan).

Pertemuan pertama dilaksanakan pada Minggu, 29


September 2019 yang diikuti oleh 10 anak dan
dilaksanakan selama 2 jam yang dimulai pukul 08.00
hingga pukul 10.00. Pertemuan pertama ini dilaksanakan
dengan pengenalan kepada anak-anak tentang program
kerja individu Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah serta
langsung mempraktikkannya. Anak-anak sangat antusias
dalam mengikuti kegiatan ini sehingga kegiatan berjalan
dengan lancar.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 05


Oktober 2019 yang diikuti oleh 7 anak dan dilaksanakan
selama 2 jam yang dimulai pukul 15.00 hingga pukul
33
17.00. Pertemuan kedua ini melanjutkan pertemuan
sebelumnya, yaitu menghafal lagu Bungong Jeumpa.
Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini
sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Minggu, 06


Oktober 2019 yang diikuti oleh 10 anak dan dilaksanakan
selama 2 jam yang dimulai pukul 08.00 hingga pukul
10.00. Pertemuan ketiga ini dilaksanakan dengan
memperkenalkan lagu daerah yang berbeda dari lagu
sebelumnya. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti
kegiatan ini sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.

Pertemuan keempat dilaksanakan pada Sabtu, 12


Oktober 2019 yang diikuti oleh 10 anak dan dilaksanakan
selama 2 jam yang dimulai pukul 08.00 hingga pukul
10.00. Pertemuan keempat ini dilaksanakan dengan
menghafal bersama-sama lagu yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Anak-anak sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan ini sehingga kegiatan berjalan dengan
lancar.

Hasil dari kegiatan Pelatihan Menyanyi Lagu


Daerah yang dilaksanakan selama 4 kali mendapatkan
respons yang positif dari masyarakat maupun anak-anak.
34
Kegiatan dilaksanakan dengan santai dan menyenangkan.
Kegiatan diawali dengan berdoa, kemudian dilanjut
langsung menyanyikan lagu daerah yang sudah familiar
terlebih dahulu, setelah itu dilanjut praktikan
memperkenalkan lagu daerah yang sekiranya masih asing
atau belum dikenal oleh anak-anak. Kemudian terdapat
beberapa game yang di selipkan agar kegiatan tidak
monoton dan tidak membosankan. Setelah kegiatan
selesai dilanjut penutupan dengan berdoa.

D. DOKUMENTASI

Gambar 1 Pelaksanaan Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah

35
Gambar 2. Pelaksanaan Pelatihan Menyanyi Lagu Daerah

E. SIMPULAN

Pengenalan Menyanyi Lagu Daerah merupakan program kerja


individu yang bertujuan agar anak-anak mengenal ragam budaya
lagu daerah Indonesia serta mengamalkan ajaran-ajaran yang
baik yang terkandung dalam lagu daerah tersebut. Program ini
mendapatkan respon yang sangat positif dan sangat antusias.

F. SARAN

Disarankan untuk para orang tua selalu mengajarkan lagu-lagu


daerah maupun lagu nasional pada anak, sehingga anak-anak
memiliki wawasan luas tentang budaya Nusantara khususnya
dalam bernyanyi.

36
G. DAFTAR PUSTAKA

Ayu Ningtyas. 2019. Lagu-lagu Daerah dan Musik


Kekinian
https://www.kompasiana.com/4yu/5d6255dd0d82302
928214982/lagu-lagu-daerah-dan-musik-kekinian
Diakses pada 20 September 2019

Definisi dan Pengertian .2015. Pengertian Metode


Bernyanyi http://www.definisi-
pengertian.com/2015/06/pengertian-metode-
bernyanyi.html Diakses pada 16 September 2019

Dickson. 2019. Lagu-lagu Daerah di Indonesia beserta


Daerah Asalnya
https://ilmupengetahuanumum.com/lagu-lagu-daerah-
di-indonesia-beserta-daerah-asalnya/ Diakses pada 16
September 2019

37
Mendongeng sebagai Media Penanaman Nilai Moral yang
Menyenangkan

Herlambang Mursyid Wibowo

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas


Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo
No 1, Yogyakarta, 55281, Indonesia

Abstrak

Di era milenial saat ini, sangat sulit untuk orang tua dalam
memberikan penanaman nilai-nilai moral atau norma kepada
anak. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu berinteraksi antar
orang tua dan anak. Banyak tuntutan dalam dunia pekerjaan
membuat banyak orang tua yang merelakan waktu penting
mereka bersama anak demi pekerjaannya. Dengan begitu pada
saat ini, banyak orang tua menjadikan teknologi sebagai pilihan
penanaman nilai moral kepada anak melalui tontonan yang
dengan mudah di akses melalui internet. Kemudian, orang tua
membiarkan anak berusaha menangkap pesan moral dari
tontonan itu sendiri tanpa pengarahan. Padahal dengan cara
tersebut bisa membuat anak malah mengambil hal-hal yang
seharusnya mereka hindari yaitu meniru perilaku orang yang
sudah dewasa yang kurang baik. Dulu, banyak orang tua
38
menyempatkan waktunya menceritakan sebuah dongeng kepada
anaknya sebelum terlelap. Hingga muncul proses interaksi anak
dan orang tua berupa tanya jawab dan pengarahan untuk
pemahaman anak yang kurang tepat ketika menangkap isi cerita.

Cerita atau dongeng merupakan suatu tundakan yang cerdas


untuk mendidik dan menasihati anak. Mendongeng menjadi salah
satu cara penanaman nilai-nilai kepada anak melalui cerita yang
berisi pesan moral dan cerita yang imajinatif sehingga
merangsang anak dalam peningkatan kreativitas imajinatif. Juga
munculnya pertanyaan-pertanyaan dari anak menjadi stimulus
dalam diri anak untuk berani dalam menyampaikan pendapat.

Kata kunci: Dongeng, mendongeng, pesan moral.

39
A. PENDAHULUAN

Ngampilan RW 01 merupakan salah satu dusun


berada di Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan,
Kota Yogyakarta. Kelurahan Ngampilan sendiri
merupakan bagian dari pusat kota Yogyakarta karena
sangat dekat sekali dengan Malioboro, Alun-alun Utara,
dan Stasiun Tugu. Di kecamatan Ngampilan sendiri juga
terdapat parkiran Bus Ngabean yang digunakan sebagai
tempat parkir bus pariwisata dengan tujuan Malioboro,
Kraton, maupun Alun-Alun Utara. Di RW 01 Ngampilan,
sebagian warganya bekerja sebagai pedagang baik barang
maupun jasa.

Di RW 01 Ngampilan terdapat banyak anak-anak


yang kisaran tingkat pendidikannya masih pada usia TK
atau SD. Banyak di antara anak-anak tersebut dirasa
kurang memiliki perhatian yang cukup dari orang tuanya.
Hal tersebut dapat terlihat saat mereka belajar bersama di
aula Masjid. Saat kegiatan belajar banyak dari mereka
yang sibuk dengan bermain HP maupun bercanda dengan
teman-teman mereka. Banyak dari mereka yang kurang
menyadari akan pentingnya belajar dan bersekolah.

40
Anak-anak di RW 01 Ngampilan sangat antusias
jika di hadapkan dengan sebuah permainan. Mungkin
dikarenakan kurangnya waktu bermain dari anak-anak
tersebut. Hal tersebut terlihat saat ada teman KKN yang
memberikan sebuah permainan atau pun games, mereka
begitu antusias mengikuti instruksi dari kakak KKN.
Selain menyukai permainan mereka pun sangat tertarik
dalam mendengarkan cerita, baik pengalaman seseorang,
cerita mengenai kebudayaan, mengenai cerita pahlawan,
maupun cerita dongeng yang dekat dengan usia mereka.

Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar


terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal
(Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai
dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi,
terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh. (
KBBI, 2007 : 274). Senada dengan Lezin dalam bukunya
bibliocollège Charles Perrault yang mengatakan bahwa «
Le conte est un court récit d’aventures imaginaires
mettant en scène des situations et des personnages
surnaturels. » Dongeng adalah cerita pendek tentang
petualangan khayal dengan situasi dan tokoh-tokoh yang
luar biasa dan gaib. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita yang tidak
41
benar-benar tejadi yang berisi tentang petualangan yang
penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk akal dengan
menampilkan situasi dan para tokoh yang luar biasa/ gaib.

Dongeng dan mendongeng adalah dua hal yang


saling berkaitan. Terciptanya sebuah dongeng, pasti akan
diteruskan melalui “mendongeng”. Mendongeng
merupakan sebuah seni paling tua warisan leluhur yang
perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu
sarana positif guna mendukung kepentingan sosial secara
luas. Jauh sebelum munculnya peninggalan tertulis dan
buku, manusia berkomunikasi dan merekam peristiwa-
peristiwa dalam kehidupan mereka dengan bertutur secara
turun temurun. Tradisi lisan dahulu sempat menjadi
primadona dan andalan para orang tua, terutama ibu dan
nenek, dalam mengantar tidur anak ataupun cucu mereka.

Mendongeng merupakan keterampilan berbahasa


lisan yang bersifat produktif. Dengan demikian,
mendongeng menjadi bagian dari keterampilan berbicara.
Keterampilan mendongeng sangat penting dalam
menumbuhkembangkan keterampilan berbicara bukan
hanya sebagai keterampilan berkomunikasi, melainkan
juga sebagai seni. Mendongeng merupakan keterampilan
42
berbahasa lisan yang bersifat produktif. Dengan
demikian, mendongeng menjadi bagian dari keterampilan
berbicara. Keterampilan mendongeng sangat penting
dalam menumbuhkembangkan keterampilan berbicara
bukan hanya sebagai keterampilan berkomunikasi,
melainkan juga sebagai seni.

Pesan moral adalah pesan yang berisikan ajaran-


ajaran, wejangan-wejangan, lisan maupun tulisan, tentang
bagaimana manusia itu harus hidup dan bertindak, agar ia
menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran
moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang
berwenang, seperti orang tua, guru, para pemuka
masyarakat, serta para orang bijak. Sumber ajaran itu
adalah tradisi-tradisi dan adat istiadat, ajaran agama, atau
ideologi tertentu (Franz Magnis Suseno, 1987: 14).

Pesan moral hanya sebatas tentang ajaran baik-


buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak) secara spontan
dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran serta berkaitan dengan disiplin dan kemajuan
kualitas perasaan, emosi, dan kecenderungan manusia.
Sedang nilai-nilai moral diartikan sebagai berpikir,
berkata, dan bertindak baik.
43
Hasil observasi yang dilakukan di RW 01
Ngampilan tersebut, baik usia PAUD, TK, maupun SD.
Mayoritas semua anak di desa tersebut sudah tidak
didongengkan lagi oleh orang tuanya sebelum tidur.
Kebanyakan anak-anak dari desa tersebut telah mengenal
umpatan yang tidak sesuai dengan usia mereka, juga
banyak perilaku yang tergolong kasar yang dilakukan
kepada sesama anak di desa tersebut. Selain itu, banyak
ditemui anak-anak yang kurang hormat baik secara tutur
kata maupun perilakunya terhadap orang yang lebih tua.
Bahkan saya pernah menemui ada salah satu orang tua
yang menjadi bahan olok-olok dari anak-anak tersebut.
Banyak juga ditemui anak-anak yang meniru lakuan dari
orang dewasa, yang tentunya tidak baik ditiru anak-anak
seusia mereka. Sangat sulit dalam menasihati anak-anak
di desa tersebut jika disampaikan secara frontal dan pada
umumnya. Maka dari itu, mendongeng adalah salah satu
cara penyampaian nilai-nilai dengan cara menyenangkan
dan disukai anak-anak.

44
B. METODE
1. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di RW 01 Ngampilan,
Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta pada
tanggal 23 September 2019 – 16 Oktober 2019.
Teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan dokumentasi.

Observasi adalah tindakan pengamatan yang


dilakukan secara sengaja untuk kemudian dilakukan
pencatatan. Observasi yang dilakukan dalam
pengamatan ini adalah observasi terus terang atau
tersamar. Observasi terus terang atau tersamar yaitu,
peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa
ia sedang melakukan pengamatan (Sugiyono, 2013:
228). Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu (Moleong, 2004: 186). Wawancara
dilakukan guna mengetahui informasi lebih lanjut
mengenai keseharian anak-anak dalam berkehidupan
sosial dan masalah yang tengah terjadi di diri anak
tersebut. Informasi yang diperoleh sebagai dasar
landasan cerita yang akan disampaikan oleh
pendongeng. Dalam observasi dan wawancara
45
tersebut penulis melakukan survei terhadap
lingkungan anak-anak di RW 01 Ngampilan untuk
mengetahui bagaimana keseharian anak-anak dan
mengenal karakter dari setiap anak-anak tersebut.
Waktu pelaksanaannya adalah tanggal 23 dan 25
September 2019 dengan waktu 6 jam untuk beberapa
kali pendekatan di TPA.

2. Pembahasan

Mendongeng menjadi media penanaman nilai


moral dan sebagai stimulus untuk anak dalam
keberanian berbicara di tempat umum dan berani
berpendapat. Untuk mencapai itu, dibutuhkan
pertemuan yang perlu dilakukan agar fungsi
mendongeng itu tercapai. Pertemuan pertama yang
dilakukan ialah mengenalkan anak-anak pada dunia
dongeng secara langsung. Dis itu saya berperan
sebagai orang yang mengenalkan dunia mendongeng.
Pada pertemuan selanjutnya saya mendongengkan
sebuah cerita kepada anak-anak. Kala itu saya
mendongengkan cerita “Pak Tiru” karena dari hasil
observasi saya anak-anak banyak sekali meniru
perkataan maupun kegiatan orang dewasa yang
46
kurang pas untuk ditiru. Nah dari situ saya memilih
cerita tersebut karena di dalamnya terdapat nilai
moral yang tepat untuk anak-anak di sana. Antusias
anak semakin meningkat saat di tengah cerita anak-
anak diajak ikut berperan dalam cerita dongeng yang
disampaikan. Ikut serta menjadi salah satu tokoh
dalam cerita. Setelah cerita selesai, ada proses tanya
jawab antara pendongeng dan penonton. Mulai dari
tokoh dalam cerita, pesan moral dan pertanyaan-
pertanyaan yang timbul di benak penonton.

Untuk persoalan cerita, cerita yang saya


sampaikan sebagai pendongeng, mayoritas
menyesuaikan permasalahan di tempat saya akan
bercerita atau mendongeng. Salah satunya adalah
cerita tentang “Pak Tiru”, di mana, sifat anak-anak di
desa Rw 01 Ngampilan tergolong anak yang
memiliki sifat suka meniru orang tua yang tentunya
kurang pas, sehingga memilih cerita tersebut untuk

47
disampaikan atau didongengkan kepada anak.
Berikut beberapa foto kegiatan Mendongeng

C. HASIL
Dari hasil program kerja KKN Mendongeng sebagai
penanaman nilai moral yang menyenangkan ialah sebagai
berikut:

 Setelah adanya program kerja ini anak jadi


mengenal dongeng dan mendongeng yang
sebelumnya tak banyak mereka ketahui dan

48
mereka perdengarkan langsung dari seseorang
terutama orang tua mereka.

 Dalam diri mereka tertanamnya nilai-nilai moral


yang mereka dapatkan dari isi cerita yang telah
didongengkan sebelumnya.

 Setelah diajak berdiskusi bersama mengenai


sebuah cerita dongeng, akan meningkatkan rasa
percaya diri dan keberanian dalam
mengungkapkan pendapat.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Program ini dilaksanakan untuk menyelesaikan
dan menjawab permasalahan mengenai kurang
tertanamnya nilai-nilai moral anak di RW 01 Ngampilan.
Dengan adanya program ini diharapkan menjadi salah
satu solusi untuk memperbaiki moral anak yang kelak
akan menjadi penerus bangsa.
2. Saran
Untuk warga RW 01 Ngampilan, agar selalu
mendidik dan selalu mengawasi putra-putrinya agar
kelak akan menjadi generasi yang berprestasi baik akhlak
maupun pendidikannya.
49
E. DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar


Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Sastra Anak. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Sayy, Waes Ibnoe. 2016. Mari Mendongeng. Yogyakarta.


Zora Book

50
Struktur Organisasi RW 01 Ngampilan, Ngampilan,
Yogyakarta

Nafrinda Pingky Triaswari


Fakultas Ilmu Pendidikan
Nafrinda.pingky2016@student.uny.ac.id

ABSTRAK
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-
mekanisme formal dengan nama organisasi yang dikelola.
struktur organisasi merupakan variabel yang cukup penting.
Konsep struktur mengacu pada cara bagaimana departemen
atau unit diatur dalam suatu sistem, menggambarkan
keterkaitan antara bagian-bagian dan cara pengaturan posisi
sistem. Permasalahan yang dihadapi RW 01 Ngampilan
memiliki pengurus organisasi tingkat RW akan tetapi
ketiadaan sumber daya manusia dan kurangnya kemampuan
pengurus dalam melakukan desain. Metode yang digunakan
dalam kegiatan pembuatan Struktur Organisasi RW 01
Ngampilan, Ngampilan, Yogyakarta adalah melakukan
pembuatan banner struktur organisasi. Kegiatan pembuatan
struktur organisasi meliputi pengumpulan data pengurus RW
01 Ngampilan, Pembuatan Desain Struktur Organisasi, dan
51
Pencetakan struktur organisasi. Adapun hasil dari
pelaksanaan program pembuatan desain banner struktur
organisasi, maka struktur organisasi yang sudah dirancang
dan di cetak dapat di pasang dan dipajang di tempat strategis
agar mempermudah masyarakat umum melihat. Dengan
dibuatnya struktur organisasi ini dalam mempermudah dalam
melihat garis koordinasi, fungsi dan tugas pengurus
organisasi RW 01 Ngampilan.

Kata Kunci : Struktur, Organisasi

A. PENDAHULUAN
Dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia,
Rukun Warga (RW) merupakan suatu lembaga
kemasyarakatan yang berada di wilayah kelurahan atau desa.
Organisasi Rukun Warga (RW) tidak disebut dan tidak
termasuk dalam sistem pemerintahan, dan pembentukannya
adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam
rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh
kelurahan.

Lembaga masyarakat Rukun Warga biasanya di


pimpin oleh Ketua RW, yang dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya di bantu oleh setiap bidang. Pembuatan Struktur
Organisasi dirancang untuk mempermudah dalam
52
memberikan tugas, wewenang dan bagian dalam suatu
organisasi. Menurut Handoko dalam Ambonowati (2002: 23)
menyebutkan bahwa struktur organisasi dapat didefinisikan
sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan nama
organisasi yang dikelola.

Menurut Sulistio dan Budi (2009: 30)


mengungkapkan pentingnya struktur organisasi dalam
organisasi bahwa struktur organisasi merupakan variable
yang cukup penting. Konsep struktur mengacu pada cara
bagaimana departemen atau unit diatur dalam suatu sistem,
menggambarkan keterkaitan antara bagian-bagian dan cara
pengaturan posisi sistem.

Reksohadiprodjo dan Handoko (1990: 75)


menjelaskan bahwa ada empat variable kunci yang
menentukan desain struktur organisasi, yaitu:

1. Strategi, struktur akan mengikuti strategi. Jadi, perubahan


strategi dapat mempengaruhi struktur organisasi tersebut.
2. Lingkungan yang melingkupinya. Bahwa organisasi
sebaiknya membentuk struktur sesuai dengan keadaan
lingkungannya.

53
3. Teknologi yang digunakan. Organisasi yang ingin sukses
harus mempunyai struktur yang sesuai dengan tingkat
teknologinya.
4. Orang-orang yang terlibat di dalam organisasi. Orang-
orang yang terlibat ini terbagi menjadi dua kelompok.
Yang pertama adalah pimpinan, bagaimana karakteristik
termasuk cara memimpin seorang ketua akan
mempengaruhi struktur organisasi dan mempengaruhi
penempatan seseorang dalam jabatan. Yang kedua adalah
bawahan, faktor-faktor tingkat pendidikan, latar belakang,
dengan derajat minat pada pekerjaan merupakan penentu-
penentu penting struktur organisasi.

Permasalahan yang dihadapi oleh pengurus


organisasi RW adalah kurang adanya tenaga untuk
membantu dalam proses pembuatan struktur organisasi
serta kurang mampunya pengurus dalam menggunakan
teknologi seperti melakukan desain.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan upaya


mempermudah Rukun Warga (RW) dalam melakukan
pembagian tugas serta membuat garis koordinasi yang
lebih jelas maka bentuk pengabdian yang sesuai dengan

54
analisis di atas adalah pembuatan struktur organisasi RW
01 Ngampilan, Ngampilan, Yogyakarta.

B. METODE

Metode yang digunakan dalam kegiatan pembuatan


Struktur Organisasi RW 01 Ngampilan, Ngampilan,
Yogyakarta adalah melakukan pembuatan banner struktur
organisasi. Kegiatan pembuatan struktur organisasi meliputi
pengumpulan data pengurus RW 01 Ngampilan, Pembuatan
Desain Struktur Organisasi, dan Pencetakan struktur
organisasi.

C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN


Kegiatan pembuatan struktur organisasi RW 01
Ngampilan, antar lain :
1. Pendataan Pengurus Organisasi
Kegiatan pendataan pengurus organisasi ini
sebagai tahap awal dalam melakukan kegiatan
pembuatan struktur organisasi. Pendataan dilakukan
bertujuan agar mengetahui nama-nama pengurus serta
fungsi jabatan orang tersebut dalam organisasi.
Kegiatan pendataan ini lakukan pada 11 Oktober 2019
bersama Bapak Mulyoto selaku ketua RW 01
Ngampilan.
55
2. Pembuatan Kerangka Struktur Organisasi
Pembuatan kerangka Struktur organisasi ini
bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan
desain struktur organisasi RW. Selain itu pembuatan
kerangka ini untuk memperjelas garis struktur yang
ada di organisasi di RW 01 Ngampilan. Kegiatan
pembuatan struktur ini dilakukan pada 12 Oktober
2019.

56
3. Pembuatan Desain Struktur Organisasi
Pembuatan desain struktur ini merupakan hasil
dari pembuatan kerangka struktur organisasi. Dalam
struktur terlihat jelas tugas, fungsi, garis koordinasi
yang mempermudah dalam pemberian informasi
kepada masyarakat agar mempermudah memberikan
layanan. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 12
Oktober 2019 dan pada tanggal 13 Oktober 2019.
D. HASIL
Setelah dilakukan pembuatan desain banner struktur
organisasi, maka struktur organisasi yang sudah dirancang
dan di cetak dapat di pasang dan dipajang ditempat strategis
agar mempermudah masyarakat umum melihat. Dengan
dibuatnya struktur organisasi ini dalam mempermudah dalam
melihat garis koordinasi, fungsi dan tugas pengurus
organisasi RW 01 Ngampilan.

57
E. KESIMPULAN
Program pembuatan struktur organisasi RW 01
Ngampilan ini merupakan salah satu untuk menanggapi
permasalahan yang ada di RW 01 Ngampilan yang dihadapi
oleh pengurus organisasi yakni kurang adanya tenaga untuk
membantu dalam proses pembuatan struktur organisasi serta
kurang mampunya pengurus dalam menggunakan teknologi
seperti melakukan desain. Kemudian manfaat yang dirasakan
dari adanya pembuatan struktur organisasi ini adalah
mempermudah dalam melihat garis koordinasi, tugas, dan
wewenang setia anggota organisasi.

F. DAFTAR PUSTAKA
Ambonowati, Handoko. 2002. Analisis Struktur Organisasi
terhadap Efektifitas Organisasi Badan Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro

Reksohariprodjo, Sukanto. 1990. Organisasi Perusahaan:


Teori, Struktur, dan Perilaku. Yoyakarta: BPFE

Sulistio, Eko dan Budi. 2009. Birokrasi Politik-Perspektif


Ilmu Administrasi Publik. Metro: STISIPOL Dharma
Wacana Metro.
58
Penerapan Self Acceptance (Penerimaan Diri) Melalui
Layanan Bimbingan Kelompok Expressive Writing Bagi
Anak-Anak Dan Remaja
(Bimbingan Kelompok menggunakan Teknik Expressive
Writing tentang Rasa Syukur dan Penerimaan Diri bagi Anak-
Anak dan Remaja)

Adhimum Mar’atis Sholihah

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Ilmu Pendidikan
Email: adhimummaratis@rocketmail.com

Abstrak
Penerapan mengenai penerimaan diri dirasa penting bagi
individu yang hidup pada era digital saat ini khususnya bagi anak-
anak dan remaja di mana mereka berada pada masa-masa
peralihan individu. Penerimaan diri merupakan derajat di mana
seseorang telah memahami karakteristik personalnya baik itu
kelemahan maupun kekurangan dan dapat menerima karakteristik
tersebut dalam kehidupannya sehingga membentuk integritas
pribadinya. Sebagai upaya individu untuk menerapkan
penerimaan diri, layanan bimbingan konseling melalui
bimbingan kelompok diberikan bagi anak-anak dan remaja
59
sebagai cara untuk belajar mengenali diri sendiri dan teman-
teman sebayanya. Tentunya, dalam bimbingan kelompok dapat
dilakukan secara berkelanjutan dan menerapkan teknik yang
sesuai dengan kondisi konseli dalam belajar menerima diri yaitu
teknik bimbingan expressive writing. Teknik expressive writing
merupakan salah satu teknik bimbingan mengekspresikan
perasaan dan pikiran melalui bentuk tulisan untuk meningkatkan
kepekaan dirinya dan memahami keadaan yang dialami saat ini
di mana konseli menggunakan media kertas dan alat tulis untuk
mendukung pelaksanaan tahap inti bimbingan kelompok.
Manfaat yang dapat diperoleh dari layanan bimbingan kelompok
mengenai penerimaan diri ini antara lain dapat memahami dirinya
sendiri dan orang lain, belajar menerima kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki dirinya sendiri, dan melatih kemampuan
apresiasi diri sendiri dan orang lain dari hasil tulisannya masing-
masing.

Kata kunci : penerimaan diri, bimbingan kelompok, expressive


writing

60
A. PENDAHULUAN
Tugas perkembangan remaja menurut Hurlock
(2002) adalah mencapai kemandirian emosional, di mana
remaja harus mampu menyalurkan emosinya dengan
tepat. Namun kenyataannya masih terdapat beberapa
permasalahan yang dialami oleh remaja saat ini yang
bertentangan dalam mengungkapkan ekspresinya. Ilmu
mengenai penerimaan diri dirasa penting bagi individu
yang hidup pada era digital saat ini khususnya bagi anak-
anak dan remaja di mana mereka berada pada masa-masa
peralihan individu. Penerimaan diri merupakan derajat di
mana seseorang telah memahami karakteristik
personalnya baik itu kelemahan maupun kekurangan dan
dapat menerima karakteristik tersebut dalam
kehidupannya sehingga membentuk integritas pribadinya.
Dalam lingkungan masyarakat, pemahaman mengenai
penerimaan diri biasanya telah diajarkan di dalam
keluarga, para orang tua yang lebih memahami mengenai
karakteristik buah hatinya. Selain pemahaman yang
diberikan oleh orang tua, perlu adanya kegiatan secara
efektif bagi anak-anak dan remaja bersama teman-teman
sebayanya sebagai upaya memahami satu dengan lainnya.

61
Teknik expressive writing adalah bentuk terapi
menulis dikembangkan terutama oleh James W.
Pennebaker di akhir 1980-an. Expressive writing
merupakan salah satu teknik bimbingan dengan
mengekspresikan perasaan dan pemikiran seseorang
tentang suatu hal melalui tulisan. Self-acceptance
bertujuan membantu individu dalam berinteraksi dengan
individu lain, meningkatkan kepercayaan diri serta
menciptakan hubungan yang harmonis karena individu
tersebut menyadari bahwa setiap individu diciptakan
dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Bimbingan kelompok berfungsi sebagai sarana
pemahaman dan pengembangan bagi konseli dalam
memenuhi tugas perkembangannya melalui bantuan yang
diberikan oleh praktikan secara berkelompok dipandu
oleh 1 praktikan. Selain itu, layanan bimbingan kelompok
bertujuan untuk merespons kebutuhan dan minat konseli.
Manfaat yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok ini di antaranya yaitu setiap
individu dapat mengenali kelebihan dan kekurangan
dirinya sendiri, memiliki keyakinan diri (self confidance),
dapat mengevaluasi dirinya secara realistis, serta mampu
menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya dengan baik..
62
B. METODE

Metode dalam pelaksanaan program kerja


bimbingan kelompok ini menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan expressive writing. Pada tahap awal,
mahasiswa membangun hubungan yang positif dengan
anak-anak dan remaja seperti berkenalan dan bercerita
kemudian menyampaikan materi layanan. Pada tahap inti
bimbingan kelompok, anak-anak dan remaja
diinstruksikan untuk mengekspresikan perasaannya
dengan menulis pada kertas warna yang telah dibagikan
tentang rasa syukurnya saat ini yang telah mereka miliki
dan menceritakan tentang bagaimana mereka menerima
dirinya sendiri. Setelah itu melakukan refleksi yaitu
konseli membacakan hasil tulisannya untuk memahami
kembali perasaan konseli serta mengapresiasinya. Dalam
tahap akhir, mahasiswa memberikan kesimpulan dari
materi dan kegiatan bimbingan kelompok yang telah
dilakukan serta menawarkan pada anak-anak apabila
ingin sharing atau konsultasi mengenai masalah bisa
bertemu langsung dengan mahasiswa.

63
C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan layanan bimbingan kelompok


dengan teknik expressive writing yang diterapkan, anak-
anak dan remaja mampu menunjukkan rasa penerimaan
dirinya serta mampu mengekspresikan mengenai
perasaan dan pemikiran terhadap dirinya sendiri.
Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ini dilakukan
selama 3 kali pertemuan dengan sasaran konseli anak-
anak dan remaja.

Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok,


pertemuan pertama ini mahasiswa melakukan layanan
dengan anak-anak SD yang mengangkat materi “rasa
syukur”. Pemilihan materi ini disesuaikan dengan kondisi
anak-anak saat ini dan sebagai upaya mengenalkan anak-
anak tentang makna syukur sehingga anak-anak mampu
memahami dan menerima dirinya sendiri. Berdasarkan
hasil pertemuan yang pertama ini, anak-anak dari awal
sampai akhir menunjukkan rasa semangatnya dan
kooperatif dalam melaksanakan kegiatan. Beberapa kali
mahasiswa mengajak diskusi bersama anak-anak untuk
mengasah kemampuan pemahaman mereka, hasilnya
anak-anak mampu memahami dan dapat menjawab
64
pertanyaan yang mahasiswa berikan mengenai rasa
syukur.

Gambar 1. Anak-anak menuliskan tentang

Gambar 2. Mahasiswa menjelaskan rasa syukur yang mereka rasakan materi “rasa
syukur”

65
Hasil tulisan anak-anak melalui teknik expressive
writing ini terlihat bahwa mereka telah mampu
menyebutkan rasa syukur yang dirasakan saat ini,
kemudian mereka mampu mengingat kembali bahwa
nikmat yang telah Allah berikan lebih banyak daripada
musibah yang telah mereka alami. Selain itu beberapa
anak mampu merefleksikan hasil tulisannya dengan
menyampaikannya di hadapan teman-teman lainnya.
Refleksi ini bertujuan untuk memahamkan kembali
mengenai hasil yang telah dikerjakan dan belajar
mengetahui perasaan satu dengan lainnya. Selain
mengangkat tema rasa syukur ini, dalam pertemuan
selanjutnya mahasiswa memberikan materi mengenai
“cita-cita”. Anak-anak mampu menuliskan 10 cita-cita
yang mereka harapkan dengan pendampingan dari para
mahasiswa. Harapan mereka mengenai cita-cita tidak
hanya tentang pekerjaan, namun mengenai cakupan yang
lebih khusus lainnya seperti “ingin berhaji bersama orang
tua, ingin membelikan mobil orang tua, ingin naik kelas,
dll.” Anak-anak antusias dan semangat mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok sampai akhir. Perwakilan
anak merefleksikan hasil tulisannya di hadapan teman-
66
teman lainnya supaya mereka memiliki pandangan dan
dapat menambah wawasan mengenai cita-cita lainnya
yang bisa mereka lakukan. Mahasiswa menawarkan pada
anak-anak setelah kegiatan bimbingan kelompok ini
apabila ingin sharing atau cerita mengenai suatu hal yang
mereka rasakan bisa menemui mahasiswa praktikan
secara langsung untuk dilaksanakan konseling individu.

Gambar 3. Anak-anak dan remaja sedang menuliskan cita-citanya

Selanjutnya, dalam pertemuan ketiga mahasiswa


melakukan layanan bimbingan kelompok dengan tema
“penerimaan diri” yang menjadi sasaran konseli ini adalah
anak-anak SMP (Sekolah Menengah Pertama). Para
remaja terlebih dahulu diberikan ice breaking dengan
menuliskan pada selembar kertas yang diberikan

67
mahasiswa tentang 3 kelebihan dan 3 kekurangan dirinya
sendiri. Setelah menuliskan beberapa hal kelebihan dan
kekurangan, kemudian kertas tersebut dikumpulkan
kepada mahasiswa dan diberikan kembali secara acak
pada mereka namun bukan dengan miliknya sendiri.
Mahasiswa menginstruksikan konseli untuk membacakan
tulisan yang ada dikertas dan menebak siapakah yang
memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang
dituliskan.

Gambar 4. Bimbingan Kelompok “penerimaan diri” bersama para remaja

Konseli memperhatikan dengan seksama materi


yang disampaikan oleh mahasiswa praktikan mengenai
penerimaan diri. Selain itu, cara mereka menanggapi
pertanyaan pun juga baik, aktif menyampaikan
68
pendapatnya maupun bertanya kepada mahasiswa tentang
materi yang disampaikan. Konseli diinstruksikan untuk
menuliskan pada kertas tentang perasaan dan pemikiran
dirinya sendiri sebagai upaya untuk mengenali dirinya
sehingga mampu mencapai posisi penerimaan diri.
Berdasarkan hasil tulisan konseli, mereka sangat ekspresif
menyampaikan tentang dirinya sendiri dan sebagian besar
sudah mampu mengenali dan memahami dirinya sendiri.
Layanan bimbingan konseling melalui bimbingan
kelompok menggunakan teknik expressive writing ini
sebagai penerapan self acceptance (penerimaan diri)
sesuai dengan pihak sasaran bagi anak-anak dan remaja.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pelaksanaan bimbingan kelompok bagi anak-anak
dan remaja menggunakan teknik expressive writing
merupakan salah satu bentuk bimbingan untuk
melatih konseli mengenali dan memahami tentang
dirinya sendiri melalui cara mengekspresikan
perasaan dan pemikirannya melalui media kertas dan
alat tulis. Kegiatan ini tepat dilaksanakan bagi pihak
sasaran karena anak-anak dan remaja mampu belajar
untuk memahami dirinya dan orang lain serta
69
membantu individu untuk berinteraksi baik dengan
lingkungan sosialnya.
2. Saran

Saran dalam kegiatan ini adalah perlu


meningkatkan dalam hal persiapan baik mengenai
persiapan materi maupun media dan peralatan
penunjang yang membantu keberlangsungan kegiatan
bimbingan kelompok supaya dapat diterapkan secara
maksimal.

E. DAFTAR PUSTAKA
Purnamarini, DPA. 2016. Pengaruh Teknik Expressive
Writing terhadap Penurunan Kecemasan Saat Ujian
Sekolah. Oktober 29, 2019.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/insight/article/
download
Ningsih, VN. Penerapan Teknik Expressive Writing
untuk Meningkatkan Pengelolaan Emosi Marah
Siswa. Oktober 29, 2019.
https://media.neliti.com/media/publications/253452-
penerapan

70
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Masa Golden Age

Afriani Nurkhasanah
16111241045
Fakultas Ilmu Pengetahuan/Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: pujiyanti@uny.ac.id , afkha.afriani@gmail.com

Abstrak

Masa anak usia dini sering disebut dengan masa emas


(golden age) yang mana pada masa tersebut pertumbuhan dan
perkembangan anak berlangsung dengan pesat. Agar anak
memiliki perkembangan yang baik, maka perlu diadakannya
deteksi dini tumbuh kembang yang bertujuan mengoptimalisasi
tumbuh kembang anak usia balita 0-5 tahun dan usia prasekolah
5-6 tahun sesuai potensi yang dimiliki. Sangat disayangkan
banyak orang tua yang belum mengetahui deteksi dini tumbuh
kembang. Melalui metode sosialisasi dan observasi deteksi dini
tumbuh kembang, diharapkan orang tua memiliki kesadaran dan
keahlian dalam melakukan deteksi serta stimulasi tumbuh
kembang anak. Hasil deteksi dini penyimpangan perkembangan

71
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
menunjukkan 85,7% anak berkembang sesuai umur.

Kata kunci: Deteksi Dini, tumbuh kembang, anak usia dini

A. PENDAHULUAN
Anak usia balita (bawah lima tahun) termasuk ke
dalam masa golden age atau bisa juga disebut dengan
masa keemasan. Masa golden age sangat penting bagi
anak karena merupakan fase di mana pembentukan dan
pengembangan seseorang terjadi. Pertumbuhan dan
perkembangan aspek fisik motorik, sosial emosional,
kognitif, dan bahasa berlangsung dengan sangat pesat.
Aspek-aspek perkembangan tersebut perlu
dioptimalisasikan karena anak memerlukan pengalaman-
pengalaman baru yang akan berguna bagi kehidupan
kelak. Supaya pengoptimalan aspek perkembangan anak
berjalan maksimal, diperlukan deteksi dini tumbuh
kembang anak.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah
kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka
72
intervensi akan lebih mudah dilakukan, bila terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang
dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat
puskesmas dan jaringannya, berupa:
a. Deteksi dini gangguan pertumbuhan, yaitu
menentukan status gizi anak apakah gemuk, normal,
kurus dan sangat kurus, pendek, atau sangat pendek,
makrosefali atau mikrosefali.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu
untuk mengetahui gangguan perkembangan anak
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu
untuk mengetahui adanya masalah mental emosional,
autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas.

B. METODE
Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
dilakukan persiapan dalam program ini, dimulai dengan
mencari data anak usia balita ke pengurus posyandu.
73
Kemudian metode yang saya lakukan adalah pertama
sosialisasi ke rumah para balita dengan menjelaskan
kepada masing-masing orangtua seperti apakah deteksi
dini tumbuh kembang, dan jenis deteksi apa yang
nantinya akan saya lakukan. Selain itu koordinasi dengan
orangtua terkait waktu yang tepat untuk melakukan
deteksi juga diperlukan agar kegiatan deteksi berjalan
dengan maksimal. Metode yang kedua yakni obeservasi
penyimpangan perkembangan anak dengan melakukan
tanya jawab kepada orangtua dan praktek langsung
dengan anak sesuai tahap usia perkembangannya.

C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
merupakan program kerja individu yang bertujuan agar
anak balita usia 0-5 tahun dan anak prasekolah usia 5-6
tahun mendapatkan pelayanan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang agar tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki.
Jenis deteksi yang saya lakukan adalah deteksi dini
penyimpangan perkembangan. Kegiatan deteksi
dilakukan di RW 01 Kelurahan Ngampilan dan diawali
dengan sosialisasi ke rumah balita serta menjelaskan
74
kepada orang tua terkait kegiatan yang akan dilaksanakan.
Jumlah balita yang dilakukan deteksi yaitu tujuh anak.
Kegiatan deteksi dini penyimpangan
perkembangan berlangsung selama beberapa hari, adapun
waktu pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Hari, tanggal : Sabtu, 21 September 2019
Pukul : 15.00 – 16.00 WIB
Lokasi : RT 04, RW 01, Ngampilan
Yogyakarta
Usia anak : 48 bulan
2. Hari, tanggal : Rabu, 25 September 2019
Pukul : 15.00 – 16.00
Lokasi : RT 05, RW 01, Ngampilan,
Yogyakarta
Usia anak : 24 bulan
3. Hari, tanggal : Selasa, 1 Oktober 2019
Pukul : 15.00 – 16.00
Lokasi : RT 03, RW 01, Ngampilan,
Yogyakarta
Usia anak : 36 bulan
4. Hari, tanggal : Rabu, 2 September 2019
Pukul : 14.00 – 17.00

75
Lokasi : RT 04 dan RT 05, RW 01,
Ngampilan, Yogyakarta
Usia anak : 6 bulan, 12 bulan, dan 21 bulan
Waktu pelaksanaan kegiatan sedikit berbeda
dengan perencanaan sebelumnya, dikarenakan harus
menyesuaikan kegiatan dan kesibukan orang tua balita.
Selain itu kegiatan juga menyesuaikan dengan jam tidur
anak. Sosialisasi kepada orang tua dilakukan dengan
mengenalkan dan menjelaskan tentang deteksi dini
penyimpangan perkembangan. Banyak orang tua yang
tidak mengetahui tentang deteksi dini penyimpangan
perkembangan atau skrining dikarenakan di wilayah RW
01 Ngampilan, kegiatan deteksi baru dilakukan sekali di
posyandu. Setelah orang tua memahami dan menyetujui
untuk dilakukan deteksi, maka hal pertama yang
dilakukan adalah melakukan tanya jawab terkait data diri
anak di antaranya : nama anak, tempat dan tanggal lahir,
usia kelahiran, dan urutan kelahiran. Pengukuran berat
badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar kepala (LK)
dilakukan sebelum proses deteksi. Pemeriksaan atau
deteksi dini penyimpangan perkembangan, menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang
terdiri dari 2 macam pertanyaan yaitu pertanyaan yang
76
dijawab oleh orang tua anak dan perintah kepada orang
tua untuk melakukan praktik yang tertera pada KPSP.
Jawaban pertanyaan dan hasil praktik yang diajukan
kepada orang tua dicatat dalam lembar formulir KPSP.
Kegiatan yang saya lakukan ini mendapat respons positif
baik dari orang tua maupun anak dikarenakan dilakukan
dengan santai juga sambil bermain.

Gambar 1. Skrining anak usia 6 Gambar 2. Skrining anak usia 36 bulan


bulan

Gambar 3. Skrining anak usia 21 bulan

77
Gambar 4. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (Usia 3 bulan)

Setelah dilakukan deteksi dini penyimpangan


perkembangan, data jawaban pertanyaan dan hasil praktik
di lembar formulir KPSP diolah dengan menghitung
jumlah jawaban “ya” dan “tidak”.
78
D. HASIL
Dari kegiatan deteksi dini penyimpangan
perkembangan (skrining) yang telah dilakukan kepada 7
balita didapatkan hasil sebagai berikut :
Rekapitulasi hasil Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Pra Skrining Perkembangan pada
Balita di Wilayah RW 01, Ngampilan, Yogyakarta

No Interpretasi Frekuensi %
1 Sesuai Umur (S) 6 85,7
2 Meragukan 1 14,3
3 Penyimpangan 0 0
Jumlah 7 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa


sebagian besar perkembangan balita sesuai dengan umur
(S) yaitu 6 anak (85,7%)

E. PENUTUP
KESIMPULAN
Deteksi Dini Tumbuh Kembang merupakan
program kerja individu yang dilakukan di RW 01,
Ngampilan, Kota Yogyakarta. Sasaran dari kegiatan ini

79
adalah anak balita usia 0-5 tahun. Deteksi dini tumbuh
kembang sangat berguna bagi orang tua untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak. Peranan orang tua
dalam menstimulasi pertumbuhan juga perkembangan
sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.

F. DAFTAR PUSTAKA
Fazrin, Intan., Widiana, Deni., Trianti, I. R., Baba, K. J.,
Amalia, M. N., & Smaut, M. Y. (2018). Pendidikan
Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada
Anak di Paud Lab School UNPGRI Kediri. Journal of
Community Engagement in Health. 1(2): 6-11. DOI:
10.30994/jceh.v1i2.8
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak.
Lebond, Bayu. 2017. Mengenal Golden Age atau Masa
Tumbuh Kembang Anak. Dikutip 29 Oktober 2019
dari: https://psyline.id/mengenal-golden-age-masa-
tumbuh-kembang-anak/

80
Pengenalan Game Edukasi “Math Eater” Sebagai Media
Pembelajaran Berhitung Anak Sekolah Dasar

Chiva Olivia Bilah


Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik
Email: chiva.olivia@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini berisi tentang program kerja individu yaitu pengenalan
game edukasi math eater pada anak sekolah dasar sebagai media
pembelajaran berhitung yang menyenangkan. Program ini
memilih lokasi di RW 01, Ngampilan, Kota Yogyakata, Daerah
Istimewa Yogyakarta yang mana daerah tersebut juga dijadikan
sebagai lokasi untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Universitas Negeri Yogyakarta kelompok G099. Perkembangan
teknologi telah merambah di berbagai kalangan khususnya anak-
anak dan menghadirkan beberapa aplikasi game offline dan online
yang dapat membuat anak menjadi kecanduan gadget dan
dikhawatirkan akan memberikan dampak negative pada mereka
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan dari program kerja
ini yaitu sebagai media edukasi berbasis game yang memiliki pola
pembelajaran learning by doing dan sebagai media alternatif
pembelajaran untuk belajar berhitung yang memiliki unsur
81
tantangan, ketepatan dan daya nalar pada anak sekolah dasar.
Melalui program ini diharapkan anak – anak dapat memanfaatkan
dampak perkembangan teknologi pada dunia game yang selama
ini dianggap sebagai dampak buruk penggunaan gadget menjadi
sesuatu yang bermanfaat dan berdampak positif yang dapat
memberikan edukasi pada anak – anak. Hasil dari program ini
yaitu anak-anak sangat antusias dan merasa senang mengikuti
pengenalan, workshop dan kompetisi game edukasi math eater.
Selain itu, anak-anak sudah mulai terlihat dapat memanfaatkan
gadget yang mereka miliki dengan mengunduh apikasi game
edukasi math eater untuk membantu mereka dalam belajar
berhitung secara menyenangkan dan penggunaan handphone
untuk game online yang tidak bermanfaat pada beberapa anak
sudah mulai berkurang dan mulai beralih ke aplikasi game
berbasis edukasi.

Kata Kunci: Game Edukasi, Math Eater.

A. PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi
Perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini
sudah semakin pesat. Kemajuan teknologi memang
sangat penting untuk kehidupan manusia pada era saat
ini. Karena teknologi adalah salah satu penunjang
82
kemajuan manusia. Sebagai Penunjang kemajuan
manusia yang memiliki manfaat dibanyak belahan
masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki
ekonomi, pangan, komputer, dan masih banyak lagi
(Aingindra, 2013). Hal ini juga berdampak tak
terkecuali pada bidang pendidikan. Dunia pendidikan
jaman sekarang telah semakin canggih pada
pelaksanaannya. Tidak hanya menggunakan papan
tulis dan kapur, namun telah beralih pada komputer
dan proyektor. Para pendidik pun semakin mudah
dalam membagikan ilmunya dengan bantuan
teknologi, salah satunya yang dikenal dengan nama
internet. Melalui internet, pendidik dan murid tidak
harus bertatap muka dalam kegiatan belajar mengajar,
melainkan dapat melakukannya secara online di
tempat masing-masing.
Selain membawa banyak manfaat, teknologi juga
menimbulkan masalah dalam dunia pendidikan.
Dengan teknologi yang semakin canggih tersebut,
semakin banyak pula permainan-permainan
bermunculan. Ditambah gadget canggih yang
semakin banyak diproduksi saat ini, yang membuat
sebuah handphone yang dulunya hanya bisa
83
digunakan untuk menelepon dan mengirimkan pesan
singkat, menjadi suatu alat yang lebih sering
digunakan untuk bermain. Hal ini tentunya dapat
menjadi godaan bagi anak-anak sehingga lebih
memilih untuk bermain daripada belajar. Terlepas dari
segala kekurangannya, game merupakan solusi yang
tepat dan efisien bagi pendidikan di negeri ini.
Terutama bagi anak-anak yang sulit diajak belajar.
Hal ini wajar, karena psikologi anak adalah bermain.
Mereka lebih banyak belajar ketika bermain. Maka
penggunaan game sebagai sarana edukasi merupakan
pilihan tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini
(Enka, 2010). Tujuan utama dari game edukasi
adalah; mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
hasil yang diinginkan, menghasilkan pembelajaran
yang bermanfaat melalui sebuah proses permainan,
dan menghasilkan gambaran yang nyata melalui
sebuah simulasi permainan (T.Bi, 2013). Game
edukasi merupakan hubungan antara pendidikan dan
hiburan. Aspek hiburan pada game merupakan sarana
untuk meningkatkan motivasi dan pengalaman belajar
(P. Moreno-Ger, dkk, 2008). Berdasarkan latar
belakang di atas, maka program kerja KKN tentang
84
“pengenalan game edukasi “math eater” sebagai
media pembelajaran berhitung anak sekolah dasar”
sangat memberikan manfaat khususnya bagi anak –
anak yang lebih senang bermain dari pada belajar
sebagai metode belajar yang menarik perhatian anak
– anak untuk menyukai belajar berhitung.

2. Tujuan
Program kerja tentang pengenalan game edukasi
“math eater” sebagai media pembelajaran berhitung
anak sekolah dasar memiliki beberapa tujuan, yaitu
sebagai berikut:
1. Memberikan pengarahan kepada anak sekolah
dasar mengenai game yang dapat memberikan
wawasan dan manfaat khususnya dalam dunia
pendidikan mereka.
2. Memperkenalkan game berbasis edukasi math
eater buatan anak UNY Pendidikan Teknik
Informatika pada masyarakat secara langsung
3. Menjadikan aplikasi berhitung math eater
sebagai media pembelajaran yang mengasyikan
pada anak - anak

85
4. Mendidik anak agar tidak kecanduan pada
gadget dan mengubah penggunaan anak pada
gadget untuk sesuatu hal yang positif.
3. Manfaat
Program kerja tentang pengenalan game edukasi
“math eater” sebagai media pembelajaran berhitung
anak sekolah dasar memberikan beberapa manfaat
antara lain yaitu:
a. Anak - anak sekoah dasar pada RW 01
menjadi tahu dan mendapatkan wawasan
mengenai game yang baik dan mengedukatif
untuk diri mereka sehingga membawa
manfaat yang baik pula untuk pendidikan
mereka.
b. Anak – anak menjadi mengenal dan
mengetahui aplikasi game edukatif buatan
anak UNY Pendudukan Teknik Informatika
yang dapat dijadikan sebagai media belajar
berhitung mereka.
c. Anak – anak sekolah dasar RW 01 daat
memperkenalkan aplikasi berhitung math
eater kepada teman – teman sebayanya untuk
menggunakan aplikasi tersebut sebagai
86
metode belajar yang mengasyikkan yaitu
bermain sambil belajar.
d. Anak-anak perlahan akan memanfaatkan
gadget nya untuk hal yang positif seperti
meninggalkan game online yang tidak
bermanfaat menjadi game berbasis edukasi.
B. METODE
Program kerja tentang pengenalan game edukasi
“math eater” sebagai media pembelajaran berhitung anak
sekolah dasar ini diawali dengan melihat dan memahami
situasi yang ada di RW 01, Ngampilan, Yogyakarta
termasuk situasi anak - anak yang ada disana. Situasi yang
terlihat yaitu masih terdapat beberapa anak yang
menggunakan handphone kemanapun ia pergi dan
menghabiskan waktu untuk berkumpul pada rumah yang
memiliki Wi-Fi hanya untuk bermain game online.
Kemudian terdapat juga anak yang jarang bersosialisasi
dengan teman-temannya sehingga terkesan kurang dapat
bergaul. Setelah melihat dan memahami situasi anak-anak
di dusun tersebut, kemudian pelaksanaan program pun
dimulai dengan mengajak anak-anak untuk berkumpul
dan dikenalkan mengenai jenis – jenis game dan dampak
game pada diri mereka. Kemudian anak – anak diberikan
87
pengarahan bagaimana menggunakan game sebagai saran
belajar mereka dan mencoba langsung bermain game
berbasis edukasi math eater. Setelah mereka mengenal
aplikasi game berhitung math eater dan mencobanya
secara langsung pada beberapa kali pertemuan.
Selanjutnya, diadakannya kompetisi game math eater
untuk menambah keseruan dansecara tidak langsung
game tersebut melatih otak untuk berfikir cepat dan
melatih motorik antara mata dan pergerakan tangan
mereka.

C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan progam kerja tentang pengenalan
game edukasi “math eater” sebagai media pembelajaran
berhitung anak sekolah dasar ini dilakukan pada hari
Sabtu dan Minggu, dua minggu berturut – turut setiap
pertemuan rata – rata menghabiskan waktu sekitar 2 jam.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran anak – anak
sekolah dasar rentan umur untuk anak kelas 1 sampai 6 di
RW 01, Ngampilan, Yogyakarta. Tujuannya adalah
melatih anak sekolah dasar dalam berhitung
menggunakan aplikasi math eater. Kegiatan ini
dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu dikarenakan
88
agar tidak mengganggu jam sekolah anak – anak yang ada
di RW 01 sehingga anak sekolah dasar yang ada di RW
tersebut dapat mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini
dimulai dari pengenalan terhadap jenis – jenis game dan
dampak game tersebut pada diri mereka nantinya.
Kemudian pemberian pengarahan pada anak – anak
mengenai dunia game agar tidak terjerumus pada game
yang membawa dampak buruk pada mereka namun justru
menjadikan game tersebut menjadi media belajar mereka
yang dapat membantu Pendidikan mereka. Selanjutnya,
mencoba langsung permainan – permainan edukatif pada
mereka salah satu permainan berbasis edukasi yang
diunggulkan pada anak – anak yaitu aplikasi game
berhitung math eater yang ternyata memiliki respon yang
baik dari anak – anak tersebut dan menarik perhatian
mereka untuk belajar berhitung menggunakan sebuah
game.
Terakhir, sebagai bentuk evaluasi dan apresiasi
kepada anak – anak RW 01, Ngampilan, Yogyakarta.
Terdapat kegiatan kompetisi aplikasi game berhitung
math eater untuk melatih berhitung dan motorik pada
anak yang diadakan beberapa sesi. Pemenangnya
merupakan yang mendapatkan skor paling banyak pada
89
setiap stage atau level yang diberikan. Terlihat pula anak
– anak Nampak antusias dan senang mengikuti kompetisi
tersebut.

D. HASIL
Adapun hasil dari kegiatan pengenalan game
edukasi “math eater” sebagai media pembelajaran
berhitung anak sekolah dasar adalah peserta yang hadir
setiap kegiatan ini kurang lebih ada 8 anak sekolah dasar
dai RW 01. Selama berlangsungnya kegiatan ini Nampak
bahwa anak – anak sangat antusias mengikuti kegiatan ini
untuk melakukan bermain sambal belajar menggunakan
aplikasi berhitung math eater. Pada saat jam belajar
masyarakat pun anak – anak banyak yang berkonsultasi
seputar game pada mata pelajaran yang meeka rasa sulit
seerti Bahasa jawa agar mereka lebih mudah
mempelajarinya. Setelah beberapa kali pertemuan pada
kegiatan ini hasilnya pada saat kompetisi game edukasi
math eater Nampak mereka sangat antusias dan ingin
terus mencoba permainan tersebut dan anak yang
memiliki tingkat motorik dan kecepatan hitung yang
bagus dilihat dari memenangkannya setiap stage yang
diberikan pada aplikasi game berhitung tersebut akan
90
mendapatkan hadiah dari pemateri sebagai bentuk
apresiasi dalam kegiatan ini.

Gambar 2. Pemberian hadiah


Gambar 1. Pengenalan Game
Edukasi kompetisi aplikasi math eater

Gambar 3. Aplikasi math eater


E. PENUTUP
Kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa dari hasil
yang didapatkan dari kegiatan ini sudah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai yaitu dapat mengarahkan anak
menggunakan gadget mereka untuk hal posiif khususnya
dalam dunia Pendidikan serta mengarahkan anak – anak
untuk menggunakan game sebagai media belajar yang
91
mengasyikkan salah satunya lewat aplikasi game berhitung
math eater buatan mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta, Program Studi Pendidikan Teknik Informatika.

F. DAFTAR PUSTAKA
Aingindra. 2013. “Perkembangan Teknologi”.
https://www.kompasiana.com/www.anngunarista.co
m/552e21486ea83493058b45b6/perkembangan-
teknologi
T. Bi, “Making full use of education games’ role in
promoting learning, ” Proc. - 2013 Int. Conf. Inf.
Technol. Appl. ITA 2013, pp. 172–175, 2013.
P. Moreno-Ger, D. Burgos, I. Martínez-Ortiz, J. L. Sierra,
and B. Fernández-Manjón, “Educational game design
for online education,” Comput. Human Behav., vol.
24, no. 6, pp. 2530–2540, 2008

92
Pengenalan Tokoh Pahlawan kepada Generasi Muda
Melalui Cerita dan Media Gantungan Kunci

Dha Widhi Witir


Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Yogyakarta

Abstrak
Sejarah memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia. Sejarah salah satunya harus bersifat
instrumental layaknya pendapat dari John Dewey.
Oleh karena itu, sejarah harus diketahui dan dipahami
oleh setiap manusia sebagai alat untuk landasan
pengambilan keputusan atas suatu persoalan dengan
berkaca dari sejarah di masa lalu. Pengenalan sejarah
perlu digencarkan, salah satu yang paling mudah
dapat dimulai dengan pengenalan sejarah dari tokoh
pahlawan. Pengenalan tersebut salah satunya pernah
dilakukan oleh penulis dalam pengabdian di RW 01,
Ngampilan, Yogyakarta dengan sasaran anak-anak.
Pengenalan dilakukan dengan sosialisasi melalui
bercerita dan didukung media ilustrasi dari media
gantungan kunci yang terdapat gambar pahlawan
yang sejarahnya disampaikan. Kegiatan ini menarik
anak-anak sebagai generasi muda untuk mengenal
pahlawan. Maka, tak mengherankan hasil evaluasi
menunjukkan adanya kenaikan pengetahuan dan
pemahaman sejarah, khususnya mengenai sejarah
dari tokoh pahlawan yang disampaikan dalam
kegiatan tersebut.
93
Kata-kata kunci: cerita, ngampilan, pahlawan,
pengabdian, sejarah

A. PENDAHULUAN
Sejarah merupakan suatu istilah yang mudah dan
sering ditemui dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sejarah
dalam kehidupan sehari-hari ditemui dalam berbagai istilah
seperti; guru sejarah, pencatat sejarah, pelaku sejarah, saksi
sejarah, hingga peneliti sejarah. Istilah sejarah bila ditelusuri
sebenarnya bersumber dari istilah dalam Bahasa Arab syajara
yang memiliki arti ‘terjadi’, syajarah yang berarti
pohon‘pohon’, dan syajarah an-nasab yang diartikan sebagai
‘pohon silsilah’. Istilah sejarah dalam Bahasa Inggris disebut
dengan istilah history yang memiliki kedekatan dengan istilah
dalam Bahasa Latin maupun Yunani historia. Lebih lanjut,
historia dekat dengan istilah bahasa Yunani histor atau istor
yang dapat diartikan dengan ‘orang pandai’. Definisi sejarah
dapat dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2013:1-14) sebagai suatu
bentuk atau hasil dari suatu proses rekonstruksi peristiwa di
masa lalu yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan
manusia.
Suatu kutipan yang erat kaitannya dengan sejarah
pernah disampaikan oleh Ir. Soekarno, presiden pertama

94
Republik Indonesia. Ir. Soekarno pernah mengatakan ‘jangan
sekali-kali melupakan sejarah’. Hal tersebut menegaskan
sebuah makna tersirat mengenai pentingnya sejarah. Sejarah
dianggap penting karena memiliki peran dalam kehidupan
manusia. Peran sejarah dapat diuraikan seperti pendapat dari
John Dewey bahwa sejarah harus bersifat instrumental atau
menjadi sebuah alat. Sejarah yang harus bersifat instrumental
menuntut seorang manusia memiliki pemahaman sejarah
sejak dini untuk memahami makna dari suatu peristiwa
sejarah yang terjadi masa lampau, sehingga menjadi alat atau
intrumen guna menjadi landasan untuk menentukan sikap
dalam menghadapi kenyataan maupun permasalahan pada
saat ini atau masa yang akan datang (Amiruddin, 2016: 197).
Sejarah sebagai suatu hal yang penting hendaknya
dipelajari dan dikenalkan sejak dini kepada setiap manusia,
terutama generasi muda. Hal tersebut didorong pandangan
Amirudin (2016: 197) bahwa kesadaran pentingnya sejarah
akan memiliki suatu sikap yang baik dalam menyikapi
persoalan kehidupan bersama seperti: nasionalisme,
persatuan, solidaritas dan integritas nasional. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan suatu cita-cita masyarakat dan bangsa
generasi muda yang mampu memahami sejarah masyarakat
atau bangsanya menjadi salah satu faktor penentunya.
95
Salah satu hal paling mudah dalam proses
pengenalan sejarah kepada generasi muda adalah dengan
memperkenalkan tokoh-tokoh pahlawan yang berjuang demi
bangsa dan negara. Pengenalan sejarah tokoh pahlawan
kepada generasi muda dapat juga mendorong suatu penguatan
pendidikan karakter karena ada nilai-nilai yang bisa diambil
dan dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pengenalan sejarah kepada generasi muda dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang manarik dan unik (Edwin, 2014:
2).
Terkait pentingnya pengenalan sejarah kepada
generasi muda, penulis dalam sebuah kegiatan KKN di RW.
01, Ngampilan, Yogyakarta melihat sebuah kesempatan
untuk melakukan sebuah pengenalan sejarah, khususnya
mengenai tokoh pahlawan karena masih minimnya
pengetahuan yang dimiliki oleh anak-anak sebagai generasi
muda mengenai sejarah, khususnya mengenai tokoh
pahlawan.

B. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan pengenalan tokoh
pahlawan kepada anak-anak sebagai generasi muda dilakukan
dengan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan tidak secara kaku,
96
tetapi mengalir karena penulis bercerita mengenai sejarah dari
beberapa tokoh pahlawan yang dipilih dalam pelaksanaan
kegiatan pengenalan tokoh pahlawan. Sosialisasi dengan cara
bercerita dipilih karena target atau sasaran adalah anak-anak.
Di samping itu, dalam pelaksanaan peneliti menggunakan
media untuk menarik minat anak-anak yang terlibat dengan
menggunakan dan membagikan gantungan kunci yang
bergambar figur atau tokoh pahlawan yang dikenalkan pada
kegiatan tersebut.

C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN


Kegiatan pengenalan tokoh pahlawan kepada anak-
anak sebagai generasi muda dilaksanakan pada Senin, 14
Oktober 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 17 peserta. Beberapa
tokoh pahlawan yang dikenalkan dalam kegiatan ini,
meliputi; Ir. Soekarno, Panglima Besar Jenderal Soedirman,
Cut Njak Dien, Hamengkubuwono IX, RA. Kartini, dan Bung
Tomo. Pemilihan tokoh-tokoh pahlawan tersebut
mempertimbangkan beberapa hal, seperti kedekatan dengan
lokalitas di mana kegiatan dilaksanakan. Oleh karena itu,
dimunculkan tokoh pahlawan yang berasal dari lokalitas
wilayah Yogyakarta, yakni Hamengkubuwono IX dan
Panglima Besar Jenderal Soedirman. Di samping itu, ada
97
pertimbangan mengenai gender dengan dimasukkan
pahlawan yang berasal dari kaum perempuan, yaitu RA.
Kartini dan Cut Njak Dien. Lalu, tokoh pahlawan yang
mewakili perjuangan era kemerdekaan, yaitu Ir. Soekarno dan
Bung Tomo. Pelaksanaan kegiatan pengenalan tokoh
pahlawan kepada generasi muda dilakukan setidaknya dalam
tiga tahapan. Tahapan tersebut terdiri dari tahap persiapan,
tahap sosialisasi, dan tahap evaluasi.

Gambar 1. Pembuatan desain gantungan kunci di aplikasi Corel Draw


Graphic Suite 2019

Tahap pelaksanaan merupakan suatu tahapan awal


dalam kegiatan pengenalan tokoh pahlawan. Tahap ini
merupakan tahapan untuk melakukan berbagai persiapan
sebelum sosialisasi dilakukan kepada sasaran kegiatan.
98
Tahapan ini mendorong penulis untuk menyiapkan materi
tokoh-tokoh pahlawan yang akan disampaikan, sejarah dari
tokoh-tokoh pahlawan yang akan disampaikan, media
gantungan kunci yang akan digunakan sebagai alat bantu dan
penarik minat anak-anak sebagai sasaran dari kegiatan ini,
hingga melakukan publikasi untuk menghadiri kegiatan.

Gambar 2. Cerita pengenalan tokoh pahlawan

99
Gambar 3. Pembagian gantungan kunci
Ketika tahapan awal yang merupakan tahapan
persiapan telah selesai, penulis melakukan tahapan
sosialisasi. Tahapan sosialisasi dilakukan penulis dengan
bercerita mengenai masing-masing dari tokoh pahlawan yang
dipilih dengan pertimbangan pada tahap sebelumnya. Penulis
memilih mengenalkan sejarah dari tokoh pahlawan dengan
bercerita karena menyesuaikan dengan kondisi dari sasaran
yang merupakan anak-anak. Oleh sebab itu, penulis juga
menggunakan media gantungan kunci untuk menarik minat
anak-anak dalam mengikuti kegiatan ini. Tahapan ini

100
diselesaikan dengan pembagian media kepada tiap-tiap
peserta kegiatan.
Tahapan selanjutnya adalah tahapan evaluasi.
Tahapan evaluasi dilakukan oleh penulis dengan memberikan
suatu pertanyaan secara acak kepada beberapa peserta
kegiatan. Pada tahapan ini penulis ingin melihat hasil dari
kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan.

D. HASIL PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan pengenalan tokoh pahlawan
kepada generasi muda berjalan dengan lancar dan
mendapatkan antusias dari sasaran yang merupakan anak-
anak dari RW. 01 Ngampilan, Yogyakarta. Pelaksanaan
kegiatan ini dihadiri oleh 17 anak-anak. Tokoh pahlawan
yang dikenalkan merupakan pahlawan yang memiliki peran
dalam perjuangan Indonesia, meliputi Ir. Soekarno, Panglima
Besar Jenderal Soedirman, Cut Njak Dien,
Hamengkubuwono IX, RA. Kartini, dan Bung Tomo. Ketika
pelaksanaan, penulis mendapati ada beberapa peserta yang
berasal dari sekolah menengah sudah mengenal sebagian dari
tokoh pahlwan yang dikenalkan, tetapi sebagian besar anak-
anak yang duduk di bangku sekolah dasar masih minim
pengetahuan mengenai tokoh-tokoh tersebut.
101
Sosialisasi atau pengenalan yang dilakukan oleh
penulis dilakukan dengan metode bercerita untuk
mempermudah peserta menangkap dan memahami sejarah
dari tokoh-tokoh pahlawan yang disampaikan. Media yang
digunakan oleh penulis berupa gantungan kunci menjadi
media yang sangat berguna. Media tersebut selain berfungsi
sebagai ilustrasi karena ada gambar dari tokoh pahlawan, juga
menjadi penarik minat peserta untuk memperhatikan
penyampaian materi karena peserta memiliki keinginan untuk
mendapatkan gantungan kunci tersebut setelah kegiatan
sosialisasi dengan cara bercerita berakhir.
Penulis berkesimpulan bahwa pengetahuan peserta
mengenai tokoh pahlawan mengalami peningkatan.
Pernyataan tersebut didapatkan kegiatan tahapan evaluasi, di
mana penulis melontarkan beberapa pertanyaan secara acak
kepada peserta mengenai materi yang disampaikan. Sebagian
besar peserta mampu menjawab pertanyaan yang penulis
berikan. Maka, jawaban tersebut menunjukkan adanya suatu
peningkatan dalam pengetahuan dan pemahaman sejarah,
khususnya mengenai tokoh pahlawan.

102
E. PENUTUP
1. Simpulan
Pengenalan sejarah, khususnya tokoh pahlawan
kepada anak-anak sebagai generasi muda menjadi suatu
hal yang penting karena memiliki berbagai manfaat, salah
satunya adalah penguatan pendidikan karakter dengan
memahami makna dan mengambil hikmah dari peristiwa
sejarah yang terjadi di masa lalu. Kegiatan pengenalan
tokoh pahlawan ini telah terlaksana di RW. 01,
Ngampilan, Yogyakarta. Melalui kegiatan ini, secara garis
besar pengetahuan dan pemahaman sejarah dari anak-
anak RW. 01 Ngampilan mengenai sejarah mengalami
peningkatan, khususnya terkait dengan tokoh pahlawan
yang sudah disampaikan dalam kegiatan.

2. Saran
Pengenalan sejarah kepada generasi muda, baik
sejarah dari perjuangan tokoh pahlawan atau sejarah
lainnya harus terus berlanjut. Salah satunya adalah dengan
melakukan kegiatan literasi mandiri guna meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai sejarah. Hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan optimalisasi taman
baca masyarakat RW. 01, Ngampilan, Yogyakarta. Di
103
samping itu, perlu peran orang tua untuk mengarahkan
anaknya dalam upaya-upaya peningkatan pengetahuan
dan pemahaman sejarah mengenai media-media lain yang
tersedia, seperti buku hingga penggunaan smartphone.

F. DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 2016. “Peran Pendidikan Sejarah dalam
Membangun Karakter Bangsa”. Artikel. Seminar
Nasional Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk
Karakter Bangsa dalam Rangka Daya Saing Global
Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar Dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-
Ilmu Sosial Indonesia di Grand Clarion Hotel,
Makassar. 29 Oktober 2016. (193-202).
Edwin Mirza Chaerulsyah. 2014. “Persepsi Siswa tentang
Keteladanan Pahlawan Nasional untuk Meningkatkan
Semangat Kebangsaan melalui Pembelajaran Sejarah
di SMA Negeri 4 Kota Tegal Tahun Ajaran
2012/2013”. Indonesia Journal of History Education.
3 (1). (1-5).
Kuntowijoyo. 2013. “Pengantar Ilmu Sejarah”. Yogyakarta:
Tiara Wacana.

104
Pelatihan Mengetik 10 Jari untuk Menunjang Produktivitas

Yudha Pria Wibawa


Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran
Email: yudhapw211@gmail.com

Abstrak
Di era digital yang serba cepat seperti sekarang ini,
perlu adanya suatu keterampilan yang menunjang
produktivitas salah satunya adalah keterampilan
mengetik. Kegiatan ini perlu dikenalkan melalui
pelatihan mengetik 10 jari. Pelatihan mengetik 10 jari
dilakukan oleh penulis dalam pengabdian di
Ngampilan RW 01, Ngampilan, Kota Yogyakarta
dengan sasaran anak-anak yang masih duduk di
bangku SMP sampai SMA/K. Tujuan mengadakan
pelatihan mengetik 10 jari untuk memberi bekal
pengetahuan dan menunjang produktivas anak-anak
dalam hal mengerjakan tugas, menulis karya ilmiah,
mengarang dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan
dengan memberikan materi, praktik mengetik, dan
evaluasi melalui aplikasi Typing Master versi 7.10.
Kegiatan ini mendapat perhatian dan menarik anak-
anak. Oleh karena itu, tidak mengherankan hasil
evaluasi menunjukkan anak-anak bisa melakukan
mengetik dengan 10 jari yang disampaikan dalam
kegiatan tersebut.

Kata-kata kunci: Mengetik 10 Jari, Ngampilan RW


01, Pelatihan.

105
A. PENDAHULUAN
Mengetik adalah suatu keterampilan yang
diperlukan oleh setiap orang dalam dunia yang modern
dan serba cepat, seperti saat ini. Keterampilan mengetik
pada dasarnya dapat dipelajari oleh setiap orang yang
telah memiliki dasar pendidikan umum. Mengetik adalah
pekerjaan yang terdapat pada semua bidang, baik itu
dalam organisasi swasta, organisasi pemerintah ataupun
organisasi kepartaian maupun organisasi yang lain”
(Marimin, dkk., 2012: 1). Realita menunjukkan bahwa
telah banyak orang yang dapat mengetik dalam praktik
sehari-hari, namun belum semua menguasai atau
mempergunakan cara mengetik modern (touch system),
sehingga hasil pekerjaan yang diperoleh kurang
memuaskan
Mengetik kelihatan sepele tetapi sebenarnya
membutuhkan keahlian khusus untuk menggunakan alat
ketik, seperti mesin ketik ataupun komputer. Sebelum
mengetik hendaknya telah mengetahui apa-apa saja yang
perlu dipersiapkan, seperti sikap duduk, keterampilan
mengetik yang baik dan lain sebagainya. Tanpa mengerti
keterampilan mengetik dengan baik dapat dipastikan hasil
yang ditimbulkan dan keluaran dari mengetik menjadi
106
tidak maksimal. Salah satu keterampilan mengetik yang
cukup mudah bagi pemula yaitu keterampilan mengetik
10 jari. keterampilan mengetik 10 jari adalah mengetik
menggunakan 10 jari dengan masing-masing jari
menekan suatu karakter tertentu pada tombol keyboard.
Menurut Heryan Tony (2009) mengetik 10 jari dapat
dilakukan dengan cepat jika pengetik dapat menggunakan
kemampuan sepuluh jarinya dan tanpa melihat tombol
keyboard terlebih dahulu (blind system) Dengan seperti
ini, pengetik dapat menyelesaikan ketikan dalam waktu
yang lebih singkat, lebih mudah, dan lebih
menyenangkan.
Kurangnya pengetahuan anak-anak di Ngampilan
RW 01 tentang keterampilan mengetik 10 jari, penulis
berkeinginan untuk menunjukkan pentingnya
keterampilan mengetik 10 jari guna mendukung
produktivitas kerja dan memberi pengetahuan bahwa
kegiatan mengetik pada keyboard memiliki cara, ilmu dan
teknik tersendiri. Keterampilan mengetik yang dapat
dikembangkan yaitu melalui program aplikasi Typing
Master 7.10 mencakup kecepatan dan ketepatan. Program
Typing Master 7.10 memiliki fitur yang dapat memantau
tingkat kecepatan dan ketelitian atau ketepatan mengetik.
107
Selain itu, perkembangan kemajuan prestasi penggunanya
mulai dari latihan awal sampai akhir dapat diketahui.
Tujuan dari program kerja pelatihan mengetik 10
jari di Ngampilan RW 01, Kelurahan Ngampilan,
Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta yaitu memberi
skill dan pengetahuan tentang keterampilan mengetik 10
jari untuk mendukung peningkatan produktivitas anak-
anak, misalnya mengerjakan tugas, mengarang, menulis
karya ilmiah dan lain-lain sehingga dalam proses
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat dan tepat.

B. METODE
Program kerja pelatihan mengetik 10 jari
menerapkan metode sosialisasi yang dilakukan dengan 3
tahap, yang pertama tahap persiapan, yaitu berupa
observasi, pengumpulan materi, memasang aplikasi
mengetik 10 jari dan menyiapkan alat peraga berupa
laptop. Dilanjutkan dengan mengumpulkan anak-anak
RW 01 Kelurahan Ngampilan kelas 3 SMP sampai
dengan SMA/K bahwa akan dilaksanakan pelatihan
mengetik 10 jari.
Selanjutnya, tahap pelaksanaan, yaitu
memberikan materi tentang manfaat mengetik 10 jari,
108
posisi/ sikap saat mengetik, dan penempatan jari yang
tepat serta melakukan praktik secara langsung melalui
aplikasi Typing Master 7.10. Pada tahap terakhir yakni,
evaluasi. Mahasiswa KKN memberikan masukan, saran
dan penilaian kepada peserta pelatihan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelatihan mengetik 10 jari merupakan program
kerja individu mahasiswa KKN UNY G099 yang
bertujuan untuk melatih anak-anak kelas 3 SMP sampai
dengan SMA/K di RW 01 Ngampilan, Kota Yogyakarta
berfokus pada cara mengetik 10 jari, menempatkan posisi
jari pada tombol keyboard dengan benar, posisi badan saat
mengetik, dan aplikasi untuk belajar mengetik.
Pelatihan mengetik 10 jari dilaksanakan pada
Senin, 14 Oktober 2019 di serambi Masjid Adz-Dzakirin
pada pukul 19.30 – 21.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan sasaran anak-anak sekolah kelas 3 SMP sampai
dengan SMA/K di RW 01 Kelurahan Ngampilan,
Kecaman Ngampilan, Kota Yogyakarta. Pemilihan
sasaran didasarkan pada pengalaman anak-anak yang
pernah melakukan aktivitas mengetik menggunakan

109
komputer/ laptop dan mudah mampu menerima informasi
yang diberikan pemateri.
Saat pelaksanaan pelatihan mengetik 10 jari,
dihadiri oleh 6 anak pelajar yang sedang duduk di kelas 3
SMP menjadi peserta. Para peserta diminta mengisi daftar
hadir dengan cara mengetik di laptop. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa jauh cara peserta mengetik di
keyboard. Selanjutnya, mahasiswa KKN memberikan
pendahuluan dan materi singkat tentang tujuan pelatihan,
penempatan jari, posisi tubuh dan sikap saat mengetik.
Kemudian, diteruskan tanya jawab antara peserta dengan
mahasiswa KKN mengenai hal yang dirasa kurang jelas.
Setelah itu, mahasiswa KKN mengarahkan peserta
mempraktikkan posisi duduk, sikap, dan penempatan jari
untuk mengetik 10 jari. Guna menambah ketertarikan,
antusiasme, dan mengatasi rasa bosan peserta, mahasiswa
KKN menggunakan aplikasi Typing Master versi 7.10
yang di dalamnya terdapat games, tutorial, dan tingkat
kecepatan mengetik sehingga masing-masing peserta bisa
berkompetisi. Para peserta mempelajari penempatan jari
dimulai pada huruf A, S, D , F, G, H, J, K, L, ; dan spasi
sebagai pondasi atau dasar untuk menguasai keterampilan
mengetik 10 jari.
110
Para peserta awalnya cukup kesulitan
menempatkan jari di keyboard, lambat laun mereka mulai
terbiasa. Pelatihan ini ditutup dengan evaluasi dari
mahasiswa KKN yaitu menilai kemampuan para peserta
dalam menguasai keterampilan mengetik 10 jari. Hasilnya
adalah para peserta sudah bisa untuk mengetik dengan
menempatkan 10 jari sesuai huruf di keyboard. Namun,
para peserta belum bisa mengendalikan diri dan emosi
sehingga terkadang mudah menyerah ketika menemui
kesulitan.
Tabel Pelaksanaan Kegiatan
No Hari, Tanggal Durasi Kegiatan
1 Kamis, 12 September 2 jam Observasi
Persiapan alat peraga dan
2 Senin, 13 Oktober 2019 2 jam
materi untuk praktik
Pelaksanaan pelatihan
3 Selasa, 14 Oktober 2019 1,5 jam
mengetik 10 jari

Gambar 1 Mahasiswa memberi Gambar 2 Mahasiswa memberi penjelasan


pengarahan tentang keterampilan mengetik 10 jari

111
Gambar 3 Anak-anak mempraktikkan Gambar 2 Tampilan aplikasi Typing Master
mengetik 10 jari versi 7.10

Kegiatan pelatihan mengetik ini cukup


mendapatkan perhatian anak-anak RW 01 Ngampilan,
dapat dilihat dari antusiasme anak-anak untuk mau belajar
dan mencoba melakukan dengan didampingi oleh
Mahasiswa KKN UNY. Ketua RW 01, Bapak Mulyoto,
sangat mendukung kegiatan ini karena merasa sangat
terbantu dengan adanya kegiatan ini. Dengan adanya
kegiatan ini diharapkan anak-anak usia pelajar dapat
menguasai keterampilan mengetik 10 jari sehingga dapat
menunjang produktivitasnya baik dalam hal kegiatan
pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.

112
D. PENUTUP
KESIMPULAN
Pelatihan mengetik 10 jari merupakan program
kerja individu yang bertujuan untuk memberi
pengetahuan kepada anak-anak di Ngampilan RW 01,
Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota
Yogyakarta khususnya kelas 3 SMP tentang cara
menempatkan posisi jari pada tombol keyboard dengan
benar, posisi badan saat mengetik, dan aplikasi untuk
belajar mengetik 10 jari. Hasil dari program ini yaitu
anak-anak cukup bisa memeragakan keterampilan
mengetik 10 jari, hanya saja perlu latihan berulang kali
agar bisa terampil.
SARAN
Hasil atau output program ini yaitu anak-anak
Ngampilan RW 01 diharapkan secara mandiri atau
berkelompok melatih kemampuan mengetik 10 jari agar
lebih mahir. Kelak dengan menguasai keterampilan
mengetik 10 jari bisa menunjang produktivitas seperti
mengerjakan tugas, menulis karya ilmiah, mengarang dan
lain-lain.

113
E. DAFTAR PUSTAKA
Heryan Tony. 2009. Belajar Mengetik Cepat dengan 10
Jari. https://heryantony.com/belajar-menngetik-
cepat-dengan-10-jari/ Diakses pada 18 September
2019
Marimin, dkk. 2012. Keyboarding dengan Sistem 10 Jari.
Unnes Press: Semarang
Mulyadi Tenjo. 2019. Panduan Cara Mengetik 10 Jari
bagi Anak-anak dan Pemula.
https://modulkomputer.com/panduan-cara-
mengetik-10-jari-bagi-anak-anak-dan-pemula/
Diakses pada 17 September 2019.

114
BIOGRAFI PENULIS

115
RIKI RAMADHON PRATAMA

Riki Ramadhon Pratama lahir di


Desa Babat Kecamatan Penukal
Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir provinsi Sumatera
Selatan pada tanggal 01 Januari
1998. Saya adalah salah satu
Mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta Pendidikan Teknik
Boga. Cita-cita menjadi chef
handal dan pengusaha muda.
Cita-cita saya selalu didukung oleh keluarga saya. Motto bidup
saya berikan kesan terindah pada saat pertemuan, jadilah orang
yang bermanfaat untuk orang sekitarmu.

116
SINDHU DINASTY PUJAYANI

117
MAULIDIAH TRIANA LISA

118
HERLAMBANG MURSYID WIBOWO

Herlambang Mursyid Wibowo, lahir


di Bantul, tanggal 11 Mei 1998, lahir
sebagai anak pertama dari 3 bersaudara.
Memiliki banyak hobi seperti, futsal,
nonton pertandingan sepak bola,
bermain game, dan lain sebagainya.
Saat ini “Mursyid” menjalani
pendidikan sebagai seorang mahasiswa
di jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Negeri
Yogyakarta.

119
NAFRINDA PINGKY TRIASWARI

120
ADHIMUM MAR’ATIS SHOLIHAH

121
AFRIANI NURKHASANAH

Penulis bernama Afriani


Nurkhasanah, dilahirkan di
Bantul, 23 April 1997. Penulis
merupakan anak tunggal dari
kedua orangtuanya. Mengenyam
pendidikan TK sampai dengan
SMA, saat ini penulis
melanjutkan pendidikan di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta.

122
CHIVA OLIVIA BILAH

123
DHA WIDHI WITIR

124
YUDHA PRIA WIBAWA

Yudha Pria Wibawa lahir di


Gunungkidul, 25 Maret 1998. Biasa
dipanggil dengan nama Yudha.
Anak ke-3 dari 3 bersaudara.
“Yudha” aat ini sedang menempuh
pendidikan di Universitas Negeri
Yogyakarta dengan memilih
program studi S1-Pendidikan
Administrasi Perkantoran. Memiliki
beberapa hobi yaitu membaca,
bersepeda dan bermain games

125
SURATI

126

Anda mungkin juga menyukai