102015159
PBL A1
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510. No. Telp (021) 5694-2061
Abstrak
Terdapat banyak kasus dimana pasien mengalami kerugian akibat kesalahan medis.
Patient safety diperlukan agar pasien dapat merasa aman saat mendapatkan pelayanan
kesehatan dan terhindar dari kesalahan medis. World Health Organization (WHO) sebagai
induk organisasi kesehatan dunia telah mengkampanyekan program keselamatan pasien,
salah satunya adalah menurunkan risiko infeksi nosokomial. Penurunan angka kejadian
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk
preventif dan kuratif. Di rumah sakit juga terdapat program infection control yang
merupakan suatu tindakan yang dilakakukan sebagai pencegahan terjadinya penularan
infeksi.
Abstract
There are many cases where patients suffer losses due to medical errors. Patient
safety is needed so that patients can feel safe when getting health care and avoid medical
errors. World Health Organization (WHO) as the parent of the world health organization has
campaigned for patient safety programs, one of which is to reduce the risk of nosocomial
infections. The reduction in the incidence of infections related to health services can be done
in the form of preventive and curative. At the hospital there is also an infection control
program which is an action taken to prevent infection from occurring.
Pendahuluan
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan
oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
1
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya
memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu,
rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan kepada pasien.1
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas
medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan
pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya
menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu,
tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui
secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri
pasien.1
Keselamatan pasien dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi pasien dari
sesuatu yang tidak diinginkan selama proses perawatan.
2
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.2
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation
of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi perumahsakitan di Indonesia.3,4
1. Hak pasien
Standar :
Kriteria :
Standar :
3
Rumah sakit harus mampu mendidik pasien dan keluarga mengenai kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria :
Standar :
Kriteria :
Standar :
4
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja.
Kriteria :
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik sesuai
dengan ‘Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
Standar :
Kriteria :
5
Tersedia program proaktif untuk mengidentifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden atau kejadian tidak diharapkan.
Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi.
Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain, dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden.
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan.
Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan.
Tersedia sasaran terukur, serta pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.
Standar :
Kriteria :
Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
mengenai keselamatan pasien
Mengintegerasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok guna mendukung
pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
6
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standar :
Kriteria :
7
Manfaat Patient Safety Terhadap Infeksi
Bila program patient safety dilakukan dengan baik, maka manfaat yang didapatkan
diantaranya: Menekan biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi pengobatan yang
tidak perlu, mengurangi kejadian masuk rumah sakit kembali, meminimalisasi
kejadian infeksi di rumah sakit, menurunkan lama perawatan, menurunkan
kemungkinan rawat HCU/ICU, mengurangi transmisi penyakit (terhadap pasien dan
staf medis), menurunkan AMR (Anti Microbial Ressistance) , menghindari Multi
Drug Ressistance organism, menghindari Methicilin Resistant Stapphylococcus
Aureus (MRSA).6
Penyakit infeksi disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, dan jamur, dan dapat
menyebar baik secara langsung maupun tidak langsung dari satu individu ke individu
lainnya. Penyebab infeksi juga bisa berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan. Misalnya, dari alat medis yang digunakan (stetoskop, komputer, dan
sebagainya), kontaminasi lingkungan, airborne transmission, staf rumah sakit yang
menjadi karier, dan lain-lain.
Pencegahan terhadap infeksi tersebut bisa diterapkan melalui program patient safety,
yang terdiri dari tindakan preventif dan kuratif. Kegiatan preventif yang dapat
dilakukan berupa edukasi sterilisasi dan usaha mencegah resiko infeksi pada
tindakan-tindakan invasif. Sedangkan tindakan kuratif yang dapat dilakukan adalah
terapi antibiotik yang cepat dan tepat sesuai diagnosis kerja, semua usaha mengontrol
atau mengobati infeksi dilakukan dengan tepat dan cepat, pemilihan makanan diet
sesuai penyakitnya dengan memperhatikan nilai gizi dan kalori yang cukup, serta
memastikan bahwa obat oral, injeksi, IVFD, makanan oral, makanan per NGT masuk
sesuai waktu dan dosisnya.2
Infection Control
8
1. Standard precaution atau General Precaution
Pelayanan yang diberikan kepada semua pasien di rumah sakit berdasarkan standard
precaution. Standard precaution adalah semua tindakan yang diaplikasikan kepada
setiap pasien yang datang tanpa memandang diagnosis maupun status infeksinya.
Adapun prinsip utama prosedur Kewaspadaan Universal dalam pelayanan kesehatan
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi beberapa kegiatan pokok
seperti7-9:
Cuci tangan dan antisepsis
WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care,
yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan
dengan My five moments for hand hygiene adalah melakukan cuci tangan:
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien.
2. Sebelum melakukan prosedur bersih/steril.
3. Setelah bersentuhan dengan ciaran tubuh pasien risiko tinggi.
4. Setelah bersentuhan dengan pasien.
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Penggunaan alat pelindung diri pada saat melakukan tindakan atau prosedur
medis
Alat pelindung diri tersebut diantaranya:
- Sarung tangan (gloves).
Indikasi penggunaan gloves yaitu
- Untuk melindungi tangan dari kontaminasi bahan organik dan mikroorganisme.
- Untuk mengurangi resiko penularan ke pasien atau tenaga kesehatan lainnya.
- Apron dan masker.
- Menggunakan apron berbahan plastik saat kontak dekat dengan pasien, bahan,
atau alat medis, atau ketika terdapat resiko terjadinya kontaminasi pakaian.
- Buang apron plastik setelah melakukan suatu prosedur atau tindakan medis.
- Menggunakan gaun yang menutupi seluruh tubuh ketika terdapat resiko
terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan eksresi.
- Masker wajah dan pelindung mata harus digunakan ketika terdapat resiko
terciprat darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekresi pada bagian wajah.
Pencegahan cedera tertusuk jarum.
9
Pencegahan dapat dilakukan dengan berhati-hati pada saat kontak dengan jarum,
scalpel, dan alat tajam lainnya, membersihkan alat medis yang telah digunakan, dan
membuang alat injeksi yang telah digunakan.
Hygiene lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan dengan menggunakan prosedur yang adekuat untuk
membersihkan dan desinfeksi lingkungan.
Pembuangan limbah.
Pembuangan limbah harus dimanajemen dengan baik. Untuk limbah yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi tubuh, jaringan tubuh dan
sampah laboratorium ditangani sebagai limbah klinis.
Pemindahan dan pembersihan alat medis yang terkontaminasi.
Menurut Nystrom (1981) yang dikutip Tietjen (2004), dekontaminasi adalah langkah
pertama dalam mensterilkan instrumen bedah/tindakan, sarung tangan dan peralatan
lainnya yang kotor (terkontaminasi), terutama jika akan dibersihkan dengan tangan
misalnya, merendam barang-barang yang terkontaminasi dalam larutan klorin 0,5 %
atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat membunuh HBV dan HIV.
Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani sewaktu pembersihan.
10
Pada tingkat kewaspadaan transmisi melalui udara, perlu dilakukan cuci tangan (hand
hygiene) sebelum menggunakan APD serta bagi pasien diberikan masker bedah dan
masker N95 bagi petugas.
Adapun beberapa kunci kewaspadaan berbasis transmisi yang perlu kita perhatikan
antara lain pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis
dalam satu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih; penempatan
pasien TB yang belum dapat OAT harus dipisahkan dari pasien lain, sedang pasien
yang telah dapat terapi OAT secara efektif berdasar analisis resiko tidak berpotensi
menularkan TB baru dapat dicampur; memberikan peringatan tentang cara transmisi
infeksi dan penggunaan APD penting dicantumkan di pintu ruangan serta ruang rawat
untuk TB/TBRO sebaiknya menggunakan ruangan bertekanan negatif. Jika belum
mampu, maka rumah sakit harus mampu menyediakan ruang dengan ventilasi
memadai minimal dengan pertukaran udara 12 kali / jam atau 12 airchanges per
hour yang diukur menggunakan vaneo meter sesuai dengan rekomendasi WHO.
11
2. Penyuluhan, yaitu menginstruksikan pasien yang tersaring untuk melakukan etika
batuk yang benar dengan menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin. Kalau
perlu dapat diberikan masker.
3. Pemisahan, yaitu pasien suspek atau kasus TB harus dipisahkan dari pasien lain
dan diminta menunggu di ruang terpisah dengan ventilasi yang baik serta diberikan
masker bedah atau tisu untuk menutup mulut dan hidung pada saat menunggu.
12
Kesimpulan
Patient safety adalah upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga lebih
efektif dan efisien. Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Dalam pengendalian
infeksi di rumah sakit, terdapat suatu infection control yang merupakan suatu
kewaspadaan yaitu Standard Precaution dan Transmission based precaution.
Daftar Pustaka
2. Diunduh dari
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4854/1985082320150420
0 1.pdf?sequence=1&isAllowed=y , 16 September 2019.
3. Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (2011) Professional nursing practice concept, and
prespective. California: Addison Wesley Logman, Inc.
8. Diunduh dari
https://sardjito.co.id/2019/05/28/perawatan-pasien-sesuai-kewaspadaan-transmisi-inf
eksi/ , 16 Oktober 2019
9. Diunduh dari
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-tuberku
losis-ppi-tb-6692.html, 16 Oktober 2019
13