Anda di halaman 1dari 9

Thalasemia Alfa Minor

Amelia Graciella Tjiptabudy - 102016159

Kelompok PBL A5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Thalasemia adalah sekelompok penyakit yang merupakan akibat dari


ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin (komponen darah). Thalasemia diakibatkan oleh kerusakan DNA dan diwarisi
secara autosomal resesif. Untuk dilakukan pencegahan pada thalasemia dapat dilakukan
beberapa cara, misalnya dengan screening test dan konseling genetik. Thalasemia dapat
berupa thalasemia α maupun β. Dan thalasemia juga dibagi dalam beberapa jenis sesuai
dengan tingkat keparahannya.

Kata kunci : Thalasemia, pencegahan, jenis-jenis thalasemia

Abstract

Thalassemia is a group of diseases that result from an imbalance in making one of


the four amino acid chains that make up hemoglobin (a component of blood). Thalassemia is
caused by DNA damage and is inherited in an autosomal recessive manner. To do prevention
in thalassemia can be done several ways, for example by screening tests and genetic
counseling. Thalassemia can be α or β thalassemia. And thalassemia is also divided into
several types according to the severity.

Keywords: Thalassemia, prevention, types of thalassemia

Pendahuluan
Thalassemia merupakan gangguan sintesis hemoglobin (Hb), khususnya rantai globin,
yang diturunkan.Penyakit ini merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh
mutasi gen tunggal dengan kasus yang terbanyak di dunia. Frekuensi pembawa atau
carrier penyakit ini (mempunyai gen terganggu tapi pemyakitnya tidak nampak) di
masyarakat Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 5%. Penderita talasemia akan lahir
dari suami istri yang keduanya carrier talasemia, sehingga timbul ide pre-marital
screening (pemeriksaan sebelum nikah) untuk mendeteksi talasemia. Berdasarkan
angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di
Indonesia. Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal
resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit
talasemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gejala klinis yang paling ringan
(bentuk heterozigot) yang disebut talasemia minor atau talasemia trait
(carrier/pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut
talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang
mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua
orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia.1

Skenario 1

Sepasang suami-isteri yang sudah lama ingin punya anak datang untuk konseling.
Mereka menginformasikan bahwa mereka berdua sama-sama mempunyai talasemia-
alfa minor. Selama ini isteri sudah pernah 2 kali hamil tetapi kehamilan pertama
mengalami keguguran pada usia kehamilan 12 minggu, sedangkan kehamilan kedua
melahirkan bayi dengan hydrops foetalis pada gestasi 27 minggu dan meninggal
beberapa menit setelah dilahirkan. Pada pemeriksaan darah kedua suami isteri
tersebut tidak dilakukan pemeriksaan faktor rhesus maupun TORCH.

Analisis Masalah

- Apa yang dimaksud dengan thalasemia?

Thalasemia merupakan golongan penyakit anemia hemolitik yang diturunkan secara


autosom resesif, disebabkan mutasi gen tunggal, akibat adanya gangguan
pembentukan rantai globin alfa atau beta. Secara molekuler thalassemia dibedakan
atas thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas thalasemia
mayor dan minor .1

Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling
ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait
(carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut
thalassemia mayor.

- Mengapa pasangan dengan thalasemia α minor, dapat menyebabkan keguguran


dan bayi lahir dengan hidrops fetalis?

Bentuk homozigot dari thalassaemia α° menyebabkan kematian intrauterin dimana


janin mengalami anemia yang hebat dan hidropik, sering disebut dengan sindroma
hydrops fetalis. Thalasemia-α homozigot (- -/- -) tidak dapat bertahan hidup karena
sintesis rantai globin-α tidak terjadi. Bayi lahir dengan hydrops fetalis, yakni edema
disebabkan penumpukan caisan serosa dalam jaringan fetus akibat anemia berat.
Hemoglobin didominasi oleh Hb Bart’s. bersama dengan Hb Portland 5-20% dan
sedikit HbH. Hb bart’s mempunyai afinitas oksigen yang tinggi, sehingga tidak dapat
membawa oksigen ke jaringan. Fetus dapat bertahan hidup karena adanya Hb
Portland, tetapi Hb jenis ini tidak dapat mendukung tahap berikutnya pertumbuhan
fetus, dan akhirnya fetus meninggal karena anoksia (gangguan fungsi plasenta).
Kehamilan dengan hydrops fetalis berbahaya bagi sang ibu, karena dapat
menyebabkan toksemia dan perdarahan berat pasca partus. Adanya hydrops fetalis ini
dapat diketahui pada pertengahan umur kehamilan dengan ultrasonografi. Terminasi
awal dapat menghindarkan kejadian berbahaya ini pada sang ibu.2

- Apa faktor resiko terjadinya thalasemia α minor?

Talasemia minor (talasemia trait) yaitu talasemia pembawa sifat, diturunkan dari salah
satu orang tua sehingga bersifat heterozigot. Klinis dapat tanpa gejala atau disertai
anemia mikrositik ringan yang tidak memerlukan transfusi darah.5

- Bagaimana cara pencegahan pewarisan genetik thalasemia alfa?


Pencegahan thalassemia terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah bayi lahir
dengan thalassemia mayor. Ada 2 pendekatan target dalam pencegahan thalassemia
yaitu secara retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif dilakukan dengan
cara melakukan penelusuran terhadap anggota keluarga dengan riwayat keluarga
menderita thalassemia mayor. Sementara pendekatan prospektif dilakukan dengan
melakukan skrining untuk mengidentifikasi karier thalassemia pada populasi tertentu.
Secara garis besar bentuk pencegahan thalassemia dapat berupa edukasi tentang
penyakit thalassemia pada masyarakat, skrining (carrier testing), konseling genetika
pranikah, dan diagnosis pranatal.

A. Edukasi

Edukasi masyarakat tentang penyakit thalassemia memegang peranan yang sangat


penting dalam program pencegahan. Masyarakat harus diberi pengetahuan tentang
penyakit yang bersifat genetik dan diturunkan, terutama tentang thalassemia dengan
frekuensi kariernya yang cukup tinggi di masyarakat.

B. Skrining

Skrining thalassemia ditujukan untuk menjaring individu karier thalassemia pada


suatu populasi, idealnya dilakukan sebelum memiliki anak. Pendekatan genetik klasik
dalam mendeteksi karier berdasarkan penelusuran silsilah keluarga dianggap kurang
efektif dibanding dengan skrining populasi. Bila ada individu yang teridentifikasi
sebagai karier, maka skrining pada anggota keluarga yang lain dapat dilakukan.
Skrining silsilah genetik khususnya efektif pada daerah yang sering terjadi
perkawinan antar kerabat dekat.

C. Konseling genetika

Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing individu atau pasangan
memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi
akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal yang harus
diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil, prosedur obstetri
yang mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis pranatal. Informasi
tertulis harus tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling harus tersimpan.
Pemberian informasi pada pasangan ini sangat penting karena memiliki implikasi
moral dan psikologi ketika pasangan karier dihadapkan pada pilihan setelah dilakukan
diagnosis pranatal. Pilihan yang tersedia tidak mudah, dan mungkin tiap pasangan
memiliki pilihan yang berbeda-beda. Tanggung jawab utama seorang konselor adalah
memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang memungkinkan pasangan
karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka jalani sesuai kondisi masing-
masing.

D. Diagnosis pranatal

Meliputi skrining karier thalassemia saat kunjungan pranatal pada wanita hamil, yang
dilanjutkan dengan skrining karier pada suaminya bila wanita hamil tersebut
teridentifikasi karier. Bila keduanya adalah karier, maka ditawarkan diagnosis
pranatal pada janin serta pengakhiran kehamilan bila ada risiko gen thalassemia
homozigot. Saat ini, program ini hanya ditujukan pada thalassemia β+ dan βO yang
tergantung transfusi dan sindroma Hb Bart’s hydrops. Diagnosis pranatal dapat
dilakukan antara usia 8-18 minggu kehamilan. Metode yang digunakan adalah
identifkasi gen abnormal pada analisis DNA janin. Pengambilan sampel janin
dilakukan melalui amniosentesis atau biopsi vili korialis (VCS/ villi chorealis
sampling). Biopsi vili korialis lebih disukai, karena bila dilakukan oleh tenaga ahli,
pengambilan sampel dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih dini, yaitu pada
usia gestasi 9 minggu. 3

- Kapan perlu dilakukan screening test?

Skrining thalassemia ditujukan untuk menjaring karier thalassemia pada suatu


populasi, idealnya dilakukan sebelum memiliki anak. Skrining ini bertujuan untuk
mengidentifikasi individu dan pasangan karier, dan menginformasikan kemungkinan
mendapat anak dengan thalassemia dan pilihan yang dapat dilakukan untuk
menghindarinya. Skrining ini dilakukan terutama pada Hb Bart’s hidrops fetalis,
talasemia α homozigot (--/--), talasemia β homozigot, Talasemia β/Hb E disease.
Pada praktik obstetrik pencegahan ini dilakukan dengan skrining pasangan yang
berisiko memiliki keturunan dengan sindroma talasemia tersebut. Skrining pertama
dilakukan pada ibu hamil, jika positif dilanjutkan pada pemeriksaan suaminya. Bila
keduanya positif dilanjutkan dengan konfirmasi hemoglobin typing, pada beberapa
kasus bahkan memerlukan lanjutan analisa DNA.
Saat pasangan berisiko memiliki keturunan dengan talasemia mayor, dilakukan
konseling untuk dilakukannya diagnosis prenatal untuk mengetahui apakah janin
memang benar terkena. Diagnosis prenatal meliputi Fetal sampling, dengan teknik
Chorionic Villus Sampling (CVS), Amniosentesis, dan Fetal blood sampling atau
kordosentesis atau percutaneous umbilical cord sampling (PUBS). Pemilihan teknik
tergantung pada umur kehamilan, kesediaan orangtua dan kemampuan operator untuk
melakukan tindakan. Pada orangtua yang berisiko janinnya terkena Hb Bart’s
hydrops fetalis dapat ditawarkan terlebih dahulu fetal scanning untuk melihat
kardiomegali janin yang merupakan marker sensitif dan dapat dideteksi secara dini.3

- Kelainan gen apa yang terjadi pada thalasemia α ?

Thalassemia alfa terjadi akibat mutasi pada kromosom 16. Talasemia-α di tandai
dengan penurunan sintesis rantai α globin karena delesi salah satu sampai keempat
gen α globin yang seharusnya ada. Oleh karena pada keadaan normal terdapat empat
salinan gen globin α, keparahan klinis dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah gen
yang tidak ada atau tidak aktif.. Karena rantai α juga terdapat pada Hb F (fetal
haemoglobin) dan Hb A (adult haemoglobin), maka penyakit ini dapat terjadi pada
masa janin dan usia dewasa.3

- Apa saja jenis-jenis thalasemia α?

Jenis talasemia alfa berdasarkan jumlah gen yang tidak ada:

A) Mutasi empat gen (talasemia α mayor). Hilangnya keempat gen menekan sintesis
rantai α secara keseluruhan dan karena rantai α esensial pada hemoglobin janin dan
dewasa, keadaan ini menyebabkan kematian dalam rahim (hidrops fetalis).

B) Mutasi tiga gen (penyakit Hb H). Delesi tiga gen α menyebabkan anemia

mikrositik hipokromik dengan tingkat keparahan sedang berat (hemoglobin 7-11


g/dL). Keadaan ini dikenal sebagai penyakit Hb H karena hemoglobin H (β4) dapat
dideteksi dalam eritrosit pasien-pasien ini dengan elektroforesis atau preparat
retikulosit. Pada kehidupan janin, ditemui Hb Barts (γ4).

C) Mutasi dua gen. Pembawa sifat (trait) talasemia α disertai dengan anemia
mikrositik ringan menyerupai defisiensi besi tetapi dengan kapasitas peningkatan besi
yang normal dan kadar besi serum yang meningkat/normal.

D) Mutasi satu gen (silent carrier). Pembawa sifat (trait) talasemia α yang secara
klinis tidak tampak gejala, tanpa adanya mikrositosis atau anemia.

E) Bentuk talasemia α non-delesi akibat mutasi titik yang menyebabkan disfungsi gen
atau mutasi yang menyebabkan terminasi translasi, menghasilkan suatu rantai yang
lebih panjang tetapi tidak stabil .5,7

- Apa saja kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada anak dengan orang tua
thalasemia α minor?

Permasalahan talasemia akan muncul jika talasemia trait kawin dengan sesamanya
sehingga kemungkinan yang bisa terjadi adalah 25% dari keturunannya menurunkan
talasemia mayor, 50% anak mereka menderita talasemia trait dan hanya 25%
anak mempunyai darah normal.4

- Seberapa besar presentase atau kemungkinan terjadinya thalasemia α minor pada


anak jika kedua orang tua dengan thalasemia α minor?

Kemungkinan anak lahir dengan thalasemia α minor sebesar 50 %.4

- Dimana prevalensi kejadian thalasemia ?

Thalasemia dapat ditemukan hampir di seluruh dunia, akibat terjadinya migrasi


populasi hingga ke Eropa, Amerika dan Australia.
Thalasemia α ditemukan di Asia Timur, Asia Tenggara, Cyprus, Yunani, Turki dan
Sardinia.Sedangkan thalasemia β banyak ditemukan di Mediterania, Timur Tengah,
India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan dan Cina. Di Cyprus dan Yunani lebih
banyak varian β+ sedangkan di Asia Tenggara lebih banyak varian βo.

Thalasemia α sering dijumpai di Asia Tenggara, lebih sering daripada thalasemiaβ.5

Kesimpulan

Thalasemia α minor merupakan jenis thalasemia α yang heterozigot. Bentuk


heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit
thalasemia. Gejalanya biasanya berupa anemia ringan. Sekilas penyakit ini tidak
terlalu berbahaya karena hanya menunjukkan gejala ringan. Namun, jika penderita
thalassemia minor atau dapat disebut carrier gen tersebut bertemu dan melakukan
perkawinan dengan sesama pembawa gen thalassemia minor maka akan dihasilkan
keturunan yang homozigot resesif terhadap sifat ini yang disebut thalassemia mayor
dengan gejala yang parah bahkan dapat menyebabkan kematian.

Daftar Pustaka

1. Maulana N. Tatalaksana thalasemia dengan kehamilan. Ibnu Sina Biomedika 2018;


2(2): h. 116-20
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h.1379-93.

3. Health Technology Assessment Indoneisa. Pencegahan thalasemia. Indonesia:


Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010: h. 7-
11.

4. Regar J. Aspek genetika talasemia. Jurnal Biomedik 2009; 1(3): h. 151-8.

5. Rodiani, Anggoro A. Talasemia pada kehamilan. JK Unila 2017; 1(3): h. 580-4.

6. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/62484/3/BAB_II.pdf , 26 September 2019

Anda mungkin juga menyukai