Anda di halaman 1dari 20

Pendahuluan

Thalassemia merupakan penyakit yang berbahaya pada manusia, dan terjadinya penyakit ini
akibat perkawinan pasangan yang carrier thalassemia. Oleh karena sampai saat ini belum ada
pengobatan yang pasti untuk penyakit thalassemia maka pencegahannya harus dilaksanakan,
dapat dengan cara menyaring penduduk yang sudah pasti carrier dan memberikan penjelasan
kepada penduduk yang mempunyai resiko sebelum mereka mempunyai anak-anak yang
mengidap thalasemia.
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua
kepada anak-anaknya secara resesif menurut hukum mendel.
Thalassemia merupakan penyakit genetik sintesis hemoglobin yang menimbulkan masalah
kesehatan yang cukup penting di negara berkembang karena angka kejadiannya yang tinggi serta
konsekuensi jangka panjang yang harus diderita pasiennya.1-4 Di negara-negara yang mempunyai
frekuensi gen thalassemia yang tinggi penyakit tersebut menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat (Public Health). Pada umumnya anak dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan
mencapai usia produktif bahkan mati di dalam kandungan atau mati setelah lahir seperti pada
thalassemia- Hb barts hydrop fetalis. Keadaan ini sangat memperihatinkan jika anak-anak yang
lahir tidak akan mencapai usia dewasa, maka generasi berikutnya akan semakin berkurang
bahkan akan lenyap setelah beribu-ribu tahun.1

Ditinjau dari segi keluarga penderita, adanya seorang atau beberapa anak yang menderita
penyakit thalassemia mayor merupakan beban yang sangat berat karena mereka menderita
anemia berat dengan kadar Hb di bawah 6-7 gr%. Mereka harus mendapatkan transfusi darah
seumur hidup untuk mengatasi anemia mempertahankan kadar haemoglobin 9-10 gr%. Dapat
dibayangkan bagaimana beratnya beban keluarga apabila beberapa anak yang menderita penyakit
tersebut. Pemberian transfusi darah yang berulang-ulang dapat menimbulkan komplikasi
hemosiderosis dan hemokromatosis, yaitu menimbulkan penimbunan zat besi dalam jaringan
tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal,
jantung, tulang, dan pankreas. Tanpa transfusi yang memadai penderita thalassemia mayor akan
meninggal pada dekade kedua.1

Efek lain yang ditimbukan akibat transfusi, yaitu tertularnya penyakit lewat transfusi seperti
penyakit hepatitis B, C, dan HIV. Hingga sekarang belum dikenal obat yang dapat
menyembuhkan penyakit tersebut bahkan cangkok sumsum tulang pun belum dapat memuaskan.
Para ahli berusaha untuk mengurangi atau mencegah kelahiran anak yang menderita thalassemia
mayor atau thalassemia- homozigot.

Kasus
Definisi

Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang diturunkan
secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul
globin dalam hemoglobin.4 atau dengan kata lain Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan
yang diakibatkan oleh kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak dapat
membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur
pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia.

Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari
paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna merah pada eritrosit. Hemoglobin manusia
terdiri dari persenyawaan hem dan globin. Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu
protein yang terdiri dari rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai
alfa () dan 2 rantai beta () yang meliputi HbA (22 = 97%), sebagian lagi HbA2 (22=
2,5%) sisanya HbF (22 = 0,5%)
Rantai globin merupakan suatu protein, maka sintesisnya dikendalikan oleh suatu gen. Dua
kelompok gen yang mengatur yaitu kluster gen globin- terletak pada kromosom 16. Seorang
pembawa sifat thalassemia tampak normal atau sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen
dalam keadaan normal dan dapat berfungsi dengan baik dan jarang memerlukan pengobatan.
Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia mayor
yang berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Satu dari
orang tua menderita thalasemia trait/bawaan maka kemungkinan 50% sehat dan 50% thalasemia
trait. Kedua orang tua thalasemia trait maka kemungkinan 25% anak sehat, 25% anak thalasemia
mayor dan 50% anak thalasemia trait.
Dalam menegakkan diagnosis postnatal kita perlu beberapa pendekatan, antara lain:
Riwayat ibu: usia kehamilan; penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes melitus, varisela, TORCH,
panas badan (hipertermia), preklampsia/eklampsia (dari seluruh individu yang dilaporkan
diketahui bahwa ibu yang hamil dengan Hb Barts hydrops fetalis mengalami preklampsia yang
berat dengan hipertensi diastolik; kontak dengan obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat anti
epilepsi, kokain, dietilstilbesterol, vitamin A isotretinoin, obat psoriasis etretinat, obat
antikoagulan warfarin, serta iradiasi.
Riwayat persalinan: posisi anak dalam rahim, cara lahir, lahir mati, status kesehatan neonati.
Riwayat keluarga: adanya kelainan bawaan yang sama, kelainan bawaan yang lainnya,
kematian bayi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta retardasi mental.
Pemeriksaan fisis: mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor maupun
minor. Biasanya bila ditemukan dua kelainan minor, sepuluh persen disertai kelainan mayor.
Sedangkan bila ditemukan tiga kelainan minor, delapan puluh lima persen disertai kelainan
mayor.
Pemeriksaan penunjang: sitogenetik (analisis kromosom), analisis DNA, MCV, SI, TIBC,
kadar Hb

Epidemiologi

Gen Talasemia sangat luas tersebar dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit genetik
manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah daerah perbatasan laut
medeterania , sebagian besar Afrika Timur Tengah , sub benua India dan Asia Tenggara. Dari 3
% sampai 8 % orang Amerika keturunan Italia atau Yunani dan 0,5 dari kulit hitam Amerika
membawa Gen untuk Talesemia . Dibeberapa daerah Asia Tenggara sebanyak 40 % dari populasi
mempunyai satu atau lebih gen talasemia.(2)
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi juga di Asia Tenggara
yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO, 1983) sebelum pertama sekali ditemui
pada tahun 1925 (Lihat Gambar 2). Di Indonesia banyak dijumpai kasus thalassemia, hal ini
disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan percampuran penduduk. Menurut hipotesis,
migrasi penduduk tersebut diperkirakan berasal dari Cina Selatan yang dikelompokkan dalam
dua periode. Kelompok migrasi pertama diduga memasuki Indonesia sekitar 3.500 tahun yang
lalu dan disebut Protomelayu (Melayu awal) dan migrasi kedua diduga 2.000 tahun yang lalu
disebut Deutromelayu (Melayu akhir) dengan fenotip Monggoloid yang kuat. Keseluruhan
populasi ini menjadi menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di Kalimantan, Sulawesi,
pulau Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores 1
Angka kejadian thalassemia cukup bervariasi, namun cukup tinggi di Asia Tenggara dan Cina
Selatan.9,12 Frekuensi pembawa sifat berdasarkan parameter indeks sel darah merah di Indonesia
berkisar 2,6%-11%. Setianingsih I, dkk8 menemukan frekuensi pembawa sifat thalassemia di
tiga daerah di Indonesia (Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan) 2,6%-11%. Di klinik
genetik, Lembaga Eijkman, Jakarta didapatkan 32% kasus thalassemia dari 99 kasus
thalassemia yang diteliti. Latar belakang etnis yang terbesar adalah etnis Cina (69%) dan sisanya
etnis Jawa (31%). Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM Jakarta, Wahidiyat I
(1979) menemukan 6 kasus penyakit HbH (2,7%) dan sampai saat ini tercatat 20 pasien
thalassemia (1,8%).14,15

Gambar 2. Thalassemia Belt


Etiologi

Thalassemia disebabkan berkurang atau tidak adanya sintesis rantai . Sebagian besar
hemoglobin (Hb) normal pada dewasa terdiri dari HbA (22), dan hanya sedikit HbA2 (22) dan
HbF (22).
Akibat berkurangnya sintesis rantai , maka terjadi kelebihan rantai dan yang akan
membentuk tetramer 4 (HbBarts) pada masa janin dan 4 (HbH) pada dewasa. Penyebab utama
anemia pada penyakit HbH karena hemolisis lebih dominan di perifer dan bukan karena
eritropoesis yang tidak efektif seperti yang terjadi pada thalassemia . Hal ini disebabkan karena
HbH dan HbBarts relatif stabil dibandingkan 4, yang menjadi tidak stabil bila ada pencetus
seperti infeksi, dan zat oksidatif. Untuk itu sangat penting menghindari obat-obatan atau hal-hal
yang dapat menyebabkan kejadian oksidatif dan meningkatkan hemolisis.1,2,5

Pasien thalassemia dapat menunjukkan gejala thalassemia minor (trait/pembawa sifat), anemia
ringan sampai sedang (thalassemia intermedia), anemia berat (thalassemia mayor) dan hydrops
fetalis. Hal ini dipengaruhi oleh jenis gen yang terkena (1 atau 2), tipe mutasi (delesi atau
non-delesi), atau jumlah gen yang inaktif.8,13Tipe mutasi yang dapat terjadi adalah delesi gen dan
non-delesi atau mutasi titik. Delesi gen yang sering terjadi adalah delesi dua gen yaitu tipe
Southeast Asian (SEA), dan delesi satu gen (delesi 3,7 kb gen globin , delesi 4,2 kb gen globin
).6 Jenis mutasi non-delesi gen sangat banyak jumlahnya, terdapat lebih dari 100 jenis mutasi
yang sudah diketahui.16 Di Asia Tenggara mutasi non-delesi yang dapat ditemukan antara lain Hb
Constant Spring (kodon 142), Hb Pakse (kodon 142), Hb Quong Sze (kodon 125), Hb Suan Dok
(kodon 109), Hb Adana (kodon 59), kodon 0, dan kodon 30. 7Di Indonesia, mutasi non-delesi
yang ditemukan adalah mutasi pada gen globin 2 yaitu di kodon 59 (Hb Adana), kodon 22
(GGCglisinGGTglisin), dan jenis Hb Constant Spring. Mutasi di kodon 59 ini terdeteksi pada 3
orang etnis Jawa.8

Pasien yang mengalami mutasi non-delesi gen mempunyai gejala yang lebih berat bila
dibandingkan dengan mereka yang mengalami mutasi delesi gen, karena adanya rantai globin
alfa atau hemoglobin yang tidak stabil.

Berdasarkan jumlah gen yang inaktif maka dapat terdapat empat kelompok besar thalassemia
yaitu silent carrier (delesi 1 gen), trait thalassemia (delesi 2 gen), penyakit HbH (delesi 3 gen),
dan hydrops fetalis/ thalassemia mayor (delesi 4 gen). Pada delesi 1 gen dan 2 gen pasien tidak
memiliki gejala klinis. Diagnosis ditegakkan secara tidak sengaja dan biasanya terdapat
gambaran hipokrom dan mikrositik.2,3

Derajat penyakit ditentukan melalui banyaknya gen alpha yang mengalami delesi.
- Delesi 4 gen hidrops fetalis (kematian in utero), karena gen alpha esensial untuk
kehidupan
- Delesi 3 gen anemia mikrositik hipokrom, dan splenomegali. Elektroforesis
menampakkan Hb H
- Delesi 2 gen anemia ringan
- Delesi 1 gen asimptomatik

Klasifikasi thalasemia

Thalasemia Alfa

Thalassemia alfa () disebabkan berkurang atau tidak adanya sintesis rantai yang
disebabkan oleh mutasi gen globin baik berupa delesi gen maupun non-delesi (mutasi titik).

Thalasemia alfa terdiri dari :


a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala sama sekali atau sedikit
kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat.
b. Alfa Thalasemia Trait
Delesi pada 2 rantai globin alpha. Pada tingkatan ini terjadi penurunan HbA2 dan peningkatan
dari HbH dan terjadi manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis yang ringan dengan sel
darah merah hipokrom dan mikrositer dan MCV (mean corpuscular volume) 60-75 fl. Dapat
menjadi carrier

c. Hb H Disease
Delesi pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali,
hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa.pada pasien ini disertai anemia
hipokrom mikrositer, basophilic, Heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk dalam jumlah
banyak karena tidak terbentuknya rantai alfa sehingga rantai beta tidak memiliki pasangan dan
kemudian membentuk tetramer dari rantai beta sendiri 4. Dengan banyak terbentuk HbH, maka
HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit dapat dihancurkan. Penderita dapat tumbuh
sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-10 g/dL) dan MCV 60-70 fl.

d. Alfa Thalassemia Mayor (Hydrops Fetalis)


Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling
berbahaya pada thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat rantai globin yang dibentuk
sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita alpha thalassemia
mayor pada awal kehamilan akan mengalami anemia, ikterus, membengkak karena kelebihan
cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak
lama setelah dilahirkan. Kadar Hb hanya 6 g/dL dan pada elektroforesis Hb menunjukkan 80-90
% Hb Barts, sedikit HbH, dan tidak dijumpai HbA atau HbF.
Patofisiologi
Gambar 3. Patofisiologi Thalassemia

Manifestasi Klinis dan Laboratorium

Talasemia memiliki 2 manifestasi klinis yaitu mayor dan minor

Tabel 1. Manifestasi klinis thalassemia mayor dan minor :

Talasemia Mayor Talasemia Minor


Pucat Gangguan tumbuh kembang anak ( Alfa Thalasemia ) tidak ada gejala
Facies cooley (wajah mongoloid ) Riwayat klinis.
keluarga Hepatosplenomegali Anemia berat
( Hb < 6 gr %)

Bayi baru lahir dengan talasemia beta mayor tidak anemia gejala awal pucat mulanya tidak jelas.
Biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi
dalam beberapa minggu setelah akhir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik tumbuh
kembang masa anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan , diare, kehilangan lemak tubuh
dan dapat disertai demam berulang akibat anemia berat dan lama biasanya menyebabkan
pembesaran jantung (3).

Terdapat hepatosplenomegali ikterus ringan mungkin ada tetapi perubahan pada tulang yang
menetap yaitu terjadinya bentuk muka mongloid/face cooley akibat sistem eritropoesit yang
hiperaktif . Adanya penipisan kortek tulang panjang tangan dan kaki dapat menimbulkan
fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi
menyebabkan perawakan pendek. Kadang kadang ditemukan epistaksis pigmentasi kulit ,
koreng pada tungkai , dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila
limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian dapat timbul pansitopenia akibat hipersplenisme.

Gambaran klinis pada thalassemia ditentukan oleh jumlah rantai yang ada, jenis mutasi yang
terjadi, atau jenis gen yang terkena.13 Gambaran klinis pasien dengan mutasi non-delesi yang
menghasilkan rantai globin alfa atau hemoglobin tidak stabil, biasanya lebih parah dibandingkan
dengan pasien dengan mutasi delesi gen.9 Pemeriksaan analisis DNA sangat penting dilakukan
untuk mengetahui jenis mutasi yang terjadi sehingga dapat diprediksi prognosis dan
pengobatannya, informasi ini penting juga untuk konseling genetik.1-3

Gambaran penyakit HbH (4) adalah anemia hemolitik, ikterus, splenomegali, transfusi darah
biasanya tidak diperlukan kecuali terdapat penyakit lain. Penelitian terhadap populasi Cina
mendapatkan hanya sekitar 24% dari pasien penyakit HbH yang mempunyai gejala seperti
anemia dan ikterus dan sebagian besar (76%) diagnosis ditegakkan secara tidak sengaja, seperti
saat pemeriksaan kesehatan saat masuk bekerja atau saat hamil. Kejadian gagal tumbuh pada
anak terdapat pada 13% kasus dan transfusi darah hanya dibutuhkan pada 46% pasien.

Delesi 4 gen akan berakibat fatal dan dikenal sebagai thalassemia homozigot atau sindrom
hidrops fetalis HbBarts. Janin tanpa gen globin akan menderita anemia berat, hipoksia, gagal
jantung, dan hidrops fetalis. Janin dapat hidup sampai trimester ketiga dan hanya memiliki
HbBarts (4). HbBarts ini sangat sulit mengantarkan oksigen ke jaringan dan tidak stabil. Bayi
dapat meninggal dalam kandungan atau bila lahir bayi akan tampak sangat pucat dan terdapat
edema. Bayi biasanya lahir prematur dengan rata-rata usia gestasi 31 minggu. Sampai saat ini
terdapat sedikitnya enam anak yang dapat bertahan hidup. Mereka mendapatkan transfusi segera
setelah lahir atau transfusi intrauterin, serta transfusi darah teratur sesudahnya dan kelasi besi.6

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis thalassemia adalah


darah perifer lengkap (Hb rendah dapat sampai 2-3 g%, MCV, dan MCH), gambaran darah tepi,
analisis Hb, dan analisis DNA. Pasien thalassemia mempunyai nilai MCV yang rendah dan
dikatakan bahwa nilai MCV 72 fl adalah nilai yang sangat sensitif dan spesifik untuk diagnosis
thalassemia.17 Suatu penelitian di Hong Kong memakai parameter MCV kurang dari 80 fl dapat
menjaring 150 pasien dan 145 di antaranya mempunyai mutasi thalassemia atau .
Hapusan darah tepi akan mendapatkan gambaran anisositosis hipokrom poikilositosis sel target
( fragmentosit dan banyak sel normoblast ). Jumlah retikulosit dalam darah meningkat. Kadar
besi dalam serum meninggi dan daya ikat serum terhadap besi menjadi rendah dapat mencapai
nol. Hemoglobin penderita mengandung kadar HbF lebih dari 30 % meningkat 20%-90% Hb
total Kadang kadang ditemukan pula hemoglobin patologik (1).

Elektoforesis hemoglobin memperlihatkan ketiadaan atau hampir tidak ada Hb A dengan


hampir semua hemoglobin yang beredar HbF. Persen Hb A2 normal , rendah atau sedikit
meninggi (4).
Gambaran khas untuk HbH selain sel darah merah mikrositik, hipokrom, anisopoikilositosis juga
adanya badan inklusi HbH.17 Analisis Hb merupakan metode pilihan untuk identifikasi jenis Hb
dan penggunaan teknik HPLC dapat mendeteksi varian thalassemia beta dan mendeteksi Hb A2,
Hb F, dan Hb abnormal seperti HbS dan HbC, tapi tidak dapat mendeteksi HbBarts. Sementara
itu harga alat untuk mendeteksi varian dari thalassemia jauh lebih mahal. Namun, Fucharoen,
dkk20 menemukan bahwa dengan menggunakan alat ini terdapat kenaikan grafik antara menit 0
1, maka grafik tersebut merupakan gambaran HbBarts. Dengan cara ini HbBarts hanya dapat
dinilai secara kualitatif saja dan tidak kuantitatif

Gambar 4. Alur diagnosis untuk thalasemia

Analisis DNA menunjukkan adanya mutasi heterozigot ganda yaitu mutasi pada mutasi titik
pada kodon 59 dan mutasi titik IVS2-nt142. Mutasi pada kodon 59 diturunkan dari ayah
sedangkan mutasi titik IVS2-nt142 di-turunkan dari ibu pasien.

Mutasi di kodon 59 mengakibatkan perubahan asam amino glisin menjadi aspartat (GGC glisin
GACaspartat) dan menghasilkan varian hemoglobin yang sangat tidak stabil. Gambaran klinis yang
dapat terjadi pada mutasi ini adalah mulai dari thalassemia intermedia atau mayor, bahkan
hidrops fetalis Mutasi IVS2-nt142 mempengaruhi proses RNA (splice acceptor consensus
sequence) yaitu adanya perubahan sekuens dari AG menjadi AA.

Penatalaksanaan
Tatalaksana pada thalassemia adalah transfusi darah merah (bila diperlukan), asam folat, dan
terapi kelasi besi. Penghindaran terhadap obat-obatan yang menyebabkan oksidasi dan hemolisis
seperti sulfa, obatantimalaria, dan aspirin. Selain itu perlu untuk mencegah dan mengatasi infeksi
dengan baik. Transfusi sebaiknya diberikan bila kadar Hb sudah mencapai 9-10 g/dL dan
mencapai Hb pasca transfusi tidak lebih dari 13-14 g/dL. Hal ini akan menjamin pertumbuhan
yang normal, menekan eritropoesis di tempat lain, dan meminimalisasi akumulasi besi. Terapi
kelasi besi dengan deferioksamin dilakukan bila kadar feritin telah melebihi 1000 ng/mL dengan
dosis 40-50 mg/kg/hari. Splenektomi diperlukan bila kebutuhan transfusi meningkat atau telah
terjadi hipersplenisme. Dukungan psikologis dan sosial juga dibutuhkan pada anak yang lebih
besar dan remaja.2,26

Prognosis penyakit HbH sangat bervariasi, namun secara umum prognosis cukup baik; banyak
pasien yang dapat hidup sampai dewasa. Walaupun demikian kasus ini memberikan informasi
penting, bahwa thalassemia a dapat memberikan gejala anemia berat pada masa bayi. 2

Konseling genetik

Konseling genetik merupakan suatu proses pemberian informasi tentang aspek genetik dari suatu
penyakit yang diberikan oleh tenaga terlatih kepada mereka yang mempunyai risiko tinggi atau
kepada mereka yang memiliki gangguan-gangguan yang bisa diwariskan kepada keturunannya.

Seorang pemberi konseling genetik (konselor genetik) dapat menjelaskan bagaimana kelainan/
gangguan ini diwarisi oleh orangtua pada anak, risiko kemungkinan berulang ; ditujukan kepada
pasien, keluarga mereka dan tenaga medis yang secara langsung memberikan pelayanan kepada
mereka; dan memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga yang mengalami penyakit Bagi
mereka yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki gannguan genetik, konselor genetik dapat
menjelaskan risiko yang akan mereka hadapi nanti, yaitu memiliki bayi yang mempunyai kondisi
yang sama dengan mereka dan bagaimana kondisi nantinya akan mempengaruhi si anak.
sehingga dapat dicegah ataupun dihilangkan

Individu yang datang untuk menemui konselor genetik mungkin mengalami gangguan tersendiri
dan khawatir tentang keluarga mereka, pasangan yang memiliki anak dengan gangguan genetic
dan akan merencanakan kehamilan berikutnya, pasangan yang merencanakan kehamilan pertama
kalinya dan berharap untuk mendapatkan informasi tentang kerentanan anak tersebut mangalami
penyakit sama halnya dengan mereka yang merencanakan kehamilan di usia tua serta ingin
menilai beberapa resiko potensialnya. Layanan konseling genetic sangat berguna disetiap tahap
perkembangan, bayi yang harus menjalani skrining, remaja yang akan diperiksa untuk menilai
adanya gen thalasemia atau menilai efek samping genetic remaja saat memasuki pertengahan
siklus hidup dalam memenuhi perubahan gaya hidup. Beberapa penyakit genetik atau cacat lahir
dapat ditemukan sebelum bayi tersebut lahir, yang lainnya tidak terdiagnosa sampai kelahiran
atau sampai anak-anak tumbuh besar.
Ada banyak indikator untuk konseling genetik (Tabel 2).

Tabel 2. Indikasi untuk Konseling Genetik

Orangtua berusia lanjut


Usia ibu > 35 tahun
Usia Ayah > 50 tahun
Anak dengan kelainan bawaan atau dismorpology
Consanguinity or incest
Riwayat keluarga dengan kelainan atau penyakit yang diturunkan:
Adult onset
Complex/multifactorial inheritance
Kelainan kromosom
Kelainan gen tunggal
Skrining heterozigot berdasarkan pada etnis:
Sickle cell anemia (West African, Mediterranean, Arab, Indo-Pakistani, Turkish,
Southeast Asian)
Tay-Sachs, Canavan (Ashkenazi-Jewish, France-Canadian)
Thalassemias (Mediterranean, Arab, Indo-Pakistani)
Skrining kelainan pada kehamilan
Maternal serum -fetoprotein
Maternal serum triple screen
Prenatal Ultrasound examination
Bayi lahir mati dengan kelainan bawaan
Berisiko atau terkena zat teratogen

Prinsip dasar dari konseling genetik adalah seorang konselor hendaknya memberikan informasi
kepada pasien yang mendatanginya, bukanlah nasehat. Secara universal telah disepakati bahwa
konseling genetik sifatnya jangan memaksa dan tidak mengarahkan pasien terhadap tindakan
khusus tertentu. Selain itu, konselor genetika hendaknya dapat melakukan pendekatan yang
sifatnya bukan mengajukan pendapat.2 Tujuan dari konseling genetik adalah memberikan
informasi dan support kepada keluarga yang memiliki risiko atau sudah memiliki anggota
keluarga dengan kelainan genetik. Proses ini melibatkan upaya konselor dalam membantu
sebuah keluarga untuk:

Memahami fakta medis, termasuk diagnosis.

Memahami bahwa adanya keterkaitan penyakit tersebut dengan pewarisan keturunan dan
risiko terjadinya penyakit berulang pada keluarga.

Memahami pilihan-pilihan dalam menangani penyakit.


Umumnya, seseorang pergi ke seorang konselor genetik sebelum atau selama masa kehamilan
untuk mendiskusikan kemungkinan faktor-faktor yang dapat meningkatkan peluang memiliki
anak dengan kelainan.

Pada konseling genetik, konselor menanyakan individu atau pasangan beberapa pertanyaan
tentang riwayat keluarga dan riwayat medis. Ia juga menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang
dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan ( prenatal atau pemeriksaan darah). Konselor
menjelaskan bagaimana proses terjadinya kelainan tersebut, ia juga membicarakan tentang risiko
penurunan kondisi tersebut pada anak. Pemeriksaan fisik oleh medical genetic menjadi bagian
dari kegiatan konseling genetic. Ahli genetik ini bisa menyarankan beberapa tes untuk membantu
dalam menegakkan diagnosis.

Konseling genetik diberikan kepada orang tua yang sebelumnya (mungkin) memiliki anak
dengan kelainan genetik, salah satu orang tua (mungkin) memiliki kelainan genetik, dan pasien
yang keluarganya (mungkin) memiliki kelainan genetik. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan
dalam konseling genetik, yakni:3

Reaching accurate diagnosis


Hal-hal yang dilakukan adalah mencari tahu tentang sejarah keluarga pasien. Hal tersebut
berguna untuk untuk menegakkan diagnosis. Kemudian, melakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan yang dilakukan berguna untuk mencari tahu adanya penyakit lainnya pada
pasien. Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan radiologi, dan
analisis DNA. Analisis DNA digunakan untuk memastikan penyakit yang diderita pasien
merupakan kelainan genetik.
Estimation of recurrence risk
Hal yang dilakukan meliputi pembuatan pedigree dan menerapkan perhitungan risiko
terjadinya penyakit. Pembuatan pedigree berguna untuk mengetahui tentang kelainan genetik
lain yang pernah diderita keluarga pasien. Selain itu, dengan adanya pedigree, dapat dilihat
pula apakah adanya kemungkinan pernikahan saudara.
Genetic counseling
Pada konseling genetik, konselor memberikan alternatif-alternatif yang dapat diambil oleh
keluarga pasien untuk menghindari terulangnya kasus yang sama. Selain itu, konselor juga
melakukan kalkulasi risiko.
Desicion making
Konselor hanya memberikan pilihan-pilihan kepada keluarga pasien, sehingga harus
menghormati semua keputusan yang akan diambilnya.

Dalam memastikan diagnosis, tes genetik yang dapat dilakukan adalah:4

Carrier Testing: tes yang dilakukan untuk menentukan apakah seseorang membawa satu
salinan mutasi gen untuk suatu penyakit resesif tertentu. Cara yang dilakukan pada tes ini
adalah dengan analisis langsung dari gen, gen yang telah diekstrasi dari sel darah akan
diuji untuk melihat adanya mutasi. Jenis tes ini ditawarkan kepada seseorang yang
memiliki sejarah keluarga dengan kelainan genetik.

Preimplementation Genetic Diagnosis (PGD): teknik khusus yang dapat mengurangi


risiko memiliki anak dengan kelainan genetik. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi
perubahan genetik pada embrio yang dibuat dengan fertilisasi in vitro.

Prenatal Testing: tes ini digunakan untuk mendeteksi perubahan dalam gen atau
kromosom pada janin. Tes ini ditawarkan selama kehamilan jika ada peningkatan risiko
bayi yang akan dilahirkan memiliki kelainan genetik.

Newborn Screening: tes ini dilakukan hanya setelah kelahiran anak untuk
mengidentifikasi gangguan genetik yang dapat diobati sedini mungkin.

Diagnostic/confirmatory Testing: tes yang digunakan untuk mengidentifikasi atau


mengkonfirmasi diagnosis suatu penyakit berdasarkan tanda-tanda fisik dan gejala. Selain
itu berguna untuk memprediksi perjalanan penyakit dan penentuan pemilihan
pengobatan. Tes ini dapat dilakukan sebelum kelahiran atau selama pasien hidup.

Predictive Testing: tes untuk menentukan kemungkinan bahwa seseorang yang sehat
dengan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu atau tidak, mungkin akan
menderita penyakit tersebut.

Adapula pilihan yang dapat diberikan oleh seorang konselor genetika kepada keluarga pasien
yang memiliki risiko anaknya mengalami kelainan genetik jika ingin menambah keturunan,
yakni:

Menerima risiko yang akan terjadi dan tetap mengandung anaknya.

Melakukan prenatal diagnosis.

Melakukan preimplantasi diagnosis.

Mendapatkan anak melalui gamete donation.

Mengadopsi anak.

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, ada baiknya pasangan
yang belum menikah untuk melakukan pemeriksaan pranikah. Pemeriksaan tersebut berguna
untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama berkaitan
dengan genetika.5
Gambar 5. Cara Pendekatan Diagnostik pada Konseling Genetik

Tatacara Konseling Genetik


1. Wawancara Terstruktur
Konseling dengan keluarga pasien berdasarkan perjanjian (appointment)
Ruangan harus nyaman dan tertutup (tidak terganggu oleh lalu lalang)
Pengisian kuesioner untuk membuat analisis pedigree
Anamnesis umum dan khusus
Membuat janji pertemuan berikutnya
Analisis pedigree

Gambar 6. Analisa Pedigree


2. Pemeriksaan Fisik/Penelaahan Kelainan Tubuh
Pemotretan
Pengukuran bagian-bagian tubuh
Diskusi dengan tim
Analisis dismorfologi
Penegakkan diagnosis banding
Menentukan pemeriksaan penunjang

3. Pemeriksaan Penunjang
Analisis kromosom
Analisis DNA
Analisis enzim
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi
Bahan pemeriksaan: darah, kulit, biopsi korion, amniosentesis

4. Diskusi dengan Tim


Menegakkan diagnosis
Menyimpulkan tindakan selanjutnya

5. Konseling Lanjutan
Konselor memberi penerangan tentang diagnosis kelainan, patofisiologi kelainan, terapi, dan
menceritakan tentang prognosis yang bersangkutan.
Konselor menawarkan opsi untuk kebutuhan keluarga tersebut berdasarkan masukan dari:
psikolog
dokter kebidanan
dll
Pengambilan keputusan tindakan berdasarkan kesadaran keluarga penderita

Konseling genetik sangat dibutuhkan pada keluarga pasien thalassemia. Diagnosis prenatal
biasanya diambil dari biopsi vilus korionik pada usia kehamilan antara minggu ke-10 dan ke-11
atau dengan amniosintesis antara minggu ke-16 dan ke-20. Setelah usia kehamilan 20 minggu,
pemeriksaan ultrasonografi dapat mendeteksi kelainan pada janin dengan sindrom hirops fetalis
HbBarts.6 Pada pasien ini, dengan adanya mutasi heterozigot pada orangtuanya, maka kemung-
kinan untuk mendapatkan keturunan yang menderita thalassemia a sebesar yaitu 25% (Cd59/
IVS2-nt142
), sedangkan 50% akan menjadi pembawa sifat seperti kedua orangtuanya (Cd59 /
atau /IVS2-nt142), dan 25% normal (/).
Pencegahan Primer

Penyuluhan sebelum perkawinan ( marriage counselling ) untuk mencegah perkawinan diantara


penderita talasemia agar tidak mendapat keturunan yang hemozigot atau varian varian
talasemia dengan mortalitas tinggi.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan kelahiran bayi homozigot dari pasangan suami istri dengan talasemia heterozigot.
Salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan sperma berasal dari donor yang bebas
talasemia. Kelahiran kasus homozigot terhindar tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carier
seperti ibunya sedangkan 50 % lainnya adalah normal. Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan
DNA cairan amnion merupakan suatu kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus
homozigot intrauterin sehingga dapat dilakukan tindakan abortus provokatus. (4)

Kesimpulan
Thalassemia adalah suatu maslaah yang semakin meningkat dan harus diberi perhatian. Program
pendidikan tentang thalassemia perlu dilakukan. Karena melalui program pendidikan, konseling
perkawinan dan diagnosis prenatal, pencegahan ini dapat dicapai.

Thalassemia adalah kelainan genetic gen tunggal yang negakibatkan berkurang atau tidak adanya
sintesis satu atau lebih rantai globin. Thalassemia tersebar dari mediterania sampai ke asia
tenggara melalui timur tengah dan asia tengah serta anak benua india membentuk sabuk
thalassemia. Karena arus migrasi dan perkawinan pada saat ini penyakit thalassemia banyak
dijumpai di asia tenggara termasuk Indonesia. Gejala klinis penyakit thalasseemia bervariasi
mulai dari ringan sampai berat tergantung pada jumlah sintesis gen globin yang berkurang.
Thalassemia diturunkan secara hukum mendel autosomal resesif. Thalassemia alfa terdiri dari
thalassemia alfa0 dan thalassemia alfa+. Bentuk homozigot dari thalassemia alfa 0 menimbulkan
keadaan klinis yang berat yaitu bayi dapat mati dalam kandungan atau setelah lahir karena Hb
Barts hydrops fetalis. Perkawinan antara carrier thalassemia alfa 0 dengan carrier thalassemia
alfa + akan memungkinkan menurunkan anak 25% menderita penyakit HbH dengan manifestasi
klinis anemia ringan sampai berat. Penderita penyakit HbH sering mengalami /mendapat infeksi
karena daya tahan tubuh menurun yang dapat diikuti dengan hemolisis eritrosit akut. Akibatnya
anak tesebut memerlukan transfuse rutin untuk mempertahankan hidupnya. Pemberian transfuse
yang berlebihan akan menyebabkan penimbunan besi dalam berbagai organ tubuh dan hal ini
dapat menimbulkan gangguan fungsi organ yangbersangkutan (hemokromatosis).

Oleh karena itu perhatian terhadap penyakit thalassemia harus lebih ditingkatkan. Perlu juga
untuk memberi penerangan kepada masyarakat dan penderita thalassemia yang mempunyai
resiko akan kelahiran anak yang menderita thalassemia. Diagnosis prenatal harus disosialisasikan
terutama bagi pasangan yang berisiko akan melahirkan anak menderita thalassemia major dan
Hb Barts hydrops fetalis.

Referensi:

1. Schmerler S. Lessons Learned: Risk Management Issues in Genetic Counseling. New


York: Springer. 2008. Pg. 127.

2. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar Pediatri. Ed. 3th. Jakarta: EGC. 2008. Pg. 31.

3. Dr. Damayanti Rusli Sjarif. Slide : What is genetic counselling (GC) ?

4. What are the types of genetic tests? Diunduh dari:


http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/testing/uses (2 Maret 2011)

5. Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah, Kenapa Harus? Diunduh dari:


http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=917&tbl=artikel (2 Maret 2011)
6. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. Ed. 17.
Saunders. 2004.

Anda mungkin juga menyukai