Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERLINDUNGAN DAN PENGHARGA’AN TERHADAP GURU


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keguruan
DP : Nurrahmah, M. Pd

Oleh :
Dewi Putri
Firdaus
Prasetio Ari Wahyudin

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP TAMAN SISWA BIMA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt, yang telah memberi nikmat, rahmat,dan petunjuk sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu dengan judul “Perlindungan Dan
Pengharga’an Terhadap Guru”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keguruan pada
semester V prodi Pendidikan Matematika.
Makalah ini berisikan penjelasan tentang sistem perlindungan terhadap profesi guru,
kritikan terhadap pemerintah mengenai kebijakan perlindungan terhadap profesi guru, dan
jenis-jenis penghargaan terhadap guru.
Semoga dengan makalah ini dapat memberikan ilmu kepada semua pihak baik
pembaca maupun penyusun makalah ini.
Disadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
sebelumnya kami ucapkan terima kasih.

Bima, Oktober 2019

Penyusun

ii
PEMBAHASAN

1. SISTEM PERLINDUNGAN TERHADAP PROFESI GURU


Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM). Bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama
di depan hukum. Sesuai dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai
mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara
alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab untuk kesejahteraan umat
manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia dianugerahi hakasasi untuk menjamin keberadaan
harkat dan martabat, kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan.
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang
secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena
itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati, dipertahankan
dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa
Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung
jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan deklarasi universal
tentang hak asasi manusia yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen
internasional lainnya mengenai HAM yang telah diterima oleh Indonesia. Disamping hak
asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia yang meliputi: (1) kepatuhan
terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya pembelaan negara, (3) wajib
menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan reformasi (demokrasi,
desentralisasi, dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD 1945.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalammelaksanakan
tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib
memberikan perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti berikut ini :
1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,dan/ atau satuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan
dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/
pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko
gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana
alam, kesehatan lingkungan kerja dan/ atau resiko lain.
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru. Frasa

1
perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait
dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi
guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
1. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomaliatau tindakan
semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab.Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang
muncul akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa :
a. tindak kekerasan
b. ancaman, baik fisik maupun psikologis
c. perlakuan diskriminatif,
d. intimidasi, dan.
e. perlakuan tidak adil

2. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan
kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan
terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini :
a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat,
dan bakatnya.
b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama.
d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.
e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajibmelindungi guru dari
praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.
f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan.
g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk :
1) mengungkapkan ekspresi,
2) mengembangkan kreatifitas, dan
3) melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggidalam proses
pendidikan dan pembelajaran.
h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik,
orang tua peserta didik,masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari berbagai ancaman,
tekanan, dan rasa tidak aman.
j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi :

2
1) substansi,
2) prosedur
3) instrumen penilaian, dan
4) keputusan akhir dalam penilaian.
k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliput
1) Penetapan taraf penguasaan kompetensi,
2) standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
3) menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapankhusus.
l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi
1) Mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasarkeyakinan akademik,
2) Memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atauasosiasi profesi guru, dan
3) Bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal,
meliputi:
1) Akses terhadap sumber informasi kebijakan,
2) Partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan formal, dan
3) Memberikan masukan dalam penentuan kebijakan padatingkat yang lebih tinggi
atas dasar pengalaman terpetikdari lapangan.

3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap
resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatanlingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial
yangterkait dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,termasuk rasa aman
bagi guru dalam bertugas, yaitu :
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
harus mampu diwujudkan oleh pengelolasatuan pendidikan formal, pemerintah dan
pemerintah daerah.
b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dariancaman psikis dan
fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat,
dan masyarakat luas.
c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap :
1) resiko gangguan keamanan kerja,
2) resiko kecelakaan kerja,
3) resiko kebakaran pada waktu kerja,
4) resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
5) resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
ketenagakerjaan.
d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang tua
peserta didik, masyarakat, birokrasi,atau pihak lain.
e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatanyang ditimbulkan akibat:
1) kecelakaan kerja,
2) kebakaran pada waktu kerja,

3
3) bencana alam,
4) kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
5) resiko lain.
f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadapkesehatan kerja, akibat:
1) bahaya yang potensial,
2) kecelakaan akibat bahan kerja,
3) keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
4) frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
5) resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
6) resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.

4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual


Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-
undangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-
Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari duakategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan
Industri. Hak KekayaanIndustri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. Bagi
guru, perlindungan HaKI dapat mencakup :
a. hak cipta atas penulisan buku,
b. hak cipta atas makalah,
c. hak cipta atas karangan ilmiah,
d. hak cipta atas hasil penelitian,
e. hak cipta atas hasil penciptaan,
f. hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidangilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan;
g. hak paten atas hasil karya teknologi
h. Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka ituseakan-akan
menjadi seakan-akan makhluk tak bertuan, atau palingtidak terdapat potensi untuk
itu. Oleh karena itu, dimasa depan pemahaman guru terhadap HaKI ini harus
dipertajam.

Perlindungan
Pasal 391
1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dansatuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan
tugas.
2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi perlindungan hukum, pe
rlindungan profesi, serta perlindungankeselamatan dan kesehatan kerja.
3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup perlindungan
hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi,
atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang
tua peserta didik,masyarakat,birokrasiatau pihak lain.
4) Perlindungan profesi sebagai mana dimaksud pada ayat 2 mencakup perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan

4
perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesidan pembatasan atau
palarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 2
mencakup perlindungan terhadap resikogangguan keamanan kerja, kecelakaan
kerja,kesehatan lingkungankerja dan resiko lain.

2. PERLINDUNGAN PROFESI GURU: UU GURU DAN DOSEN VS UU


PERLINDUNGAN ANAK (POLEMIK KEBIJAKAN PEMERINTAH)
Dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru, secara khusus, adalah pendidik profesional
dengan tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari definisi guru di
atas terlihat bahwa tugas profesionalnya tidaklah ringan. Ia dituntut untuk terus
senantiasa meningkatkan profesionalismenya dengan baik. Pun tantangan yang
dihadapinya kian berat dan kompleks di era globalisasi kini. Sangat kontras jika
dibandingkan dengan kondisinya beberapa puluh tahun yang lalu. Hal ini
membutuhkan perlindungan yang komprehesif terhadap profesi guru agar aman ,
nyaman dan leluasa menjalankan profesinya menjadi guru.
Banyak kasus yang telah terjadi di mana guru menjadi objek kekerasan peserta
didik atau orang tua peserta didiknya. Bahkan lebih dari itu semua, ada seorang guru
dianiaya hingga ia tewas. Kasus terakhir yang masih hangat dalam ingatan kita adalah
penganiayaan terhadap seorang guru bernama Ahmad Budi Cahyono di SMA 1
Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, Kepergiannya menyisakan luka dan pilu yang
menyayat hati. Paling menyedihkan lagi, sang guru seni itu harus pergi selamanya
dengan meninggalkan seorang istri yang tengah mengandung anak pertama.

Perlindungan Profesi Guru vs UU Perlindungan Anak


Guru seringkali dilaporkan telah melanggar hak perlindungan anak saat
memberikan sanksi pelanggaran displin terhadap peserta didiknya, seperti
menyuruh push up atau menyuruh berlari mengelilingi lapangan basket sekolah dan
sejenisnya. Kini, sanksi jenis demikian dinilai tidak lagi mendidik bahkan dianggap
melanggar Undang-undang Perlindungan Anak. Hukuman disiplin yang diberikan
kepada peserta didik harus mengacu kepada tata tertib sekolah dan Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlidungan Anak. Seorang guru, sungguh, harus “berhati-hati” dalam
mendisiplinkan peserta didiknya agar terhindar dari ancaman UU Perlindungan Anak
di atas. Biasanya, guru kerap diadukan ke aparat kepolisian dengan laporan melanggar
Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA). Undang-undang Perlindungan Anak
seperti ranjau yang bisa menyandera seorang guru dari kewenangan profesinya. Ia
juga seolah menjadi alat kriminilasasi bagi guru. Kondisi demikian adalah
konsekuensi atas pemaknaan HAM yang kebablasan pasca reformasi.

5
Pasal 54 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang biasanya
dijadikan referensi dalam laporan pengaduan kekerasan terhadap anak oleh guru.
Pasal tersebut berisi bahwa anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi
dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman -
temanya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.
Tindakan kekerasan terhadap anak di atas bisa berupa fisik, psikis dan seksual.
Kondisi faktual di lapangan kini mulai terlihat, seorang guru akhirnya
mengambil jalan aman agar tak dipusingkan dengan dampak yang akan terjadi jika ia
melakukan hal-hal yang dianggap melakukan kekerasan terhadap anak didiknya
dengan membiarkan atau “cuek” terhadap perilaku peserta didiknya yang kurang
sopan atau beretika kurang baik. Sungguh, sebuah sikap dilematis yang hadapinya.
Di sini lain ia harus bertanggungjawab atas perilaku peserta didiknya, dan di
sisi lain ia merasa takut terkena masalah hukum yang akan menimpanya. Akhirnya,
ketika di sekolah, ia hanya sebatas mengajar bukan mendidik. Padahal proses
pendidikan harusnya meliputi tiga ranah, yaitu menyoal sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Tidak hanya didominasi oleh ranah pengetahuan belaka.
Dari data dan fakta di atas pemerintah dalam konteks ini, Kemendikbud, harus
segera merealisasikan perlindungan guru, agar dalam melaksanakan tugasnya, seorang
guru bisa merasa aman, nyaman, tenteram, serta tidak mudah dikriminalisasi oleh
peserta didik atau orang tua peserta didik. Negara mempunyai tugas memastikan
pelaksanaan hak dan kewajiban warga negaranya berjalan dengan baik. Disamping itu,
negara juga harus dapat mencegah terjadinya risiko yang selalu mengancam warga
negaranya dengan baik pula. Jika kita lihat pesan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tampaklah dengan jelas bahwa negara bertugas
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, termasuk di dalamnya rakyat
mendapatkan perlindungan hukum secara komprehensif.
Senada dengan hal di atas, H.W.R. Wade (Character of the Law,
1986) mengatakan pentingnya perlindungan hukum bagi masyarakat atau warga
negaranya. “.....the need to protect the citizen against arbitrary goverment”. Spirit
perlindungan hukum di atas terlihat salah satunya dalam Undang-undang Guru dan
Dosen, dimana ia menjadi objek kajian perlindungan hukum bagi profesi guru.
Perlindungan hukum bagi profesi guru pada umumnya bisa dipahami dengan
menelusuri sumber pengaturannya, yaitu sejarah yang termanifestasikan dari landasan
filosofis, yaitu Pancasila. Sebagaimana rumusan pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang telah dibahas di atas, sangat jelaslah
pengertian guru dengan tugas keprofesiannya. Jika kita lihat juga Pasal 39 ayat (1)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa “pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan
perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan tugas.
Adapun perlindungan yang dimaksud dimaksud pada ayat (1) meliputi
perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamata n dan
kesehatan kerja. Selanjutnya dalam Pasal 39 ayat (3) Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 disebutkan bahwa “perlindungan hukum sebagaimana dimaksud
mencakup perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan

6
diskriminatif, itimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua
peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
Menyoal perlindungan hukum, semua guru harus dilindungi secara hukum dari
segala anomali yang berpotensi menimpa guru. Perlindungan hukum tersebut meliputi
perlindungan yang muncul akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa: (1) tindak kekerasan; (2) ancaman, baik
fisik maupun psikologis; (3) perlakuan diskriminatif; (4) intimidasi; dan (5) perlakuan
tidak adil (Trianto & Tutik, 2006;).
Adapun soal perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian
pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas (Masnur, 2007; dan Kemendikbud RI,
2012).
Menyoal perlindungan profesi guru, sebenarnya kita bisa belajar dari profesi
kesehatan. Profesi kesehatan seperti dokter, perawat, dan apoteker memiliki kerjasama
erat dengan asuransi kesehatan dan asosiasi profesi (Ikatan Dokter Indonesia,
Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dan Ikatan
Apoteker Indonesia) jika ada tuntutan malpraktek dari pasien. Seandainya terjadi
tuntutan atau klaim malpraktek, biasanya bisa diselesaikan pada Majelis Konsil
Kedokteran. Jarang sekali kasusnya berakhir di meja hijau.
Kondisi di atas dapat menjauhkan profesi kesehatan dari ancaman kriminalisasi
dan kekerasan, karena masalah tuntutan malpraktek, umumnya bisa diselesaikan
secara kekeluargaan dengan kompensasi yang pas dari pihak asuransi (Arli Aditya,
2018). Pertanyaannya kemudian adalah dapatkah perlindungan yang sama bisa
dirasakan oleh praktisi pendidikan, yaitu guru ?
Perlindungan profesi guru sudah sangat terang dan jelas termaktub dan diatur
di Pasal 39 Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005. Artinya, semua
pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, baik pemerintah, yayasan, maupun
publik, wajib mengupayakan perlindungan hukum, profesi, dan keselamatan pekerjaan
kepada guru. Perlindungan terhadap profesi guru juga diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008. Terutama Pada Pasal 39 ayat (1), disebutkan
bahwa guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada peserta didiknya yang
melanggar norma agaman, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulis
maupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan satuan pendidikan, dan
peraturan perundang-undangan dalam proses pembelajaran yang berada di bawah
kewenangannya.
Pada ayat (2) dijelaskan mengenai sanksi tersebut berupa teguran dan/atau
peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta hukuman yang bersifat mendidik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan.
Kemudian pada Pasal 40 PP Nomor 74 Tahun 2008 dijelaskan pula bahwa guru
berhak mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman
dan jaminan keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan,
organisasi profesi guru, dan/atau masyarakat sesuai kewenangan masing -masing. Rasa

7
aman dan jaminan keselamatan tersebut diperoleh guru melalui perlindungan hukum,
profesi dan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah pantas seorang guru
dihakimi sendiri, dipenjarakan, dipukul, dianiaya hingga ia meninggal di tangan
peserta didiknya hanya karena memberi sanksi terhadap peserta didiknya yang
melanggar aturan di sekolah atau di kelas? Mandulkah pasal-pasal dan ayat-ayat dari
UU, PP dan regulasi lain yang melindungi profesi guru tersebut? Atau ada faktor
apakah yang membuat seorang guru selalu didiskreditkan dalam kasus-kasus tertentu?
Guru selalu menjadi korban, objek penderita dalam beberapa kasus terakhir
saat ia melakukan pendidiplinan terhadap peserta didiknya. Posisi guru dalam hal ini
sangat lemah dan dilematis. Di satu sisi harus mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, di sisi lain dalam menjalankan kewenangannya dianggap melangggar UU
Perlindungan Anak dan “diancam” oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Hak-hak anak atau peserta didik ini memang perlu diindahkan. Tapi yang
sering dilupakan adalah bahwa guru juga punya hak untuk mendidik anak dengan
cara-cara yang edukatif. Perlakuan guru terhadap anak dengan maksud untuk
“mendidik” seringkali ditafsirkan sebagai pelanggaran terhadap HAM. Banyak kasus
dimana guru dituntut secara hukum karena dianggap telah melanggar hak-hak anak.
Sementara itu hak-hak guru sendiri untuk mendapatkan perlindungan, baik
perlindungan terhadap profesi, hukum, keselamatan kerja, dan kekayaan intelektual
kurang diperhatikan dan terabaikan sama sekali.
Akhirnya, jika guru selalu didiskreditkan dalam kasus di atas, maka tujuan
pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab, tidak akan tercapai.
Salah satu solusinya adalah perlu ada sinkronisasi dan integrasi dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan, sehingga dari segi etik- normatif dan
pelaksanaannya tidak terjadi benturan dan tumpang-tindih, yang akan berimplikasi
pada pelaksanaan peraturan perundangan-undangan itu dalam tataran praktis dan
keseharian kehidupan guru atau para pendidik.
Solusi lainnya pemerintah perlu segera menerbitkan peraturan atau regulasi
baru yang mengecualikan pemberlakuan terhadap Undang-undang Perlindungan
Anak, di mana guru mendapat pengecualian ketika melaksanakan kewenangannya
sebagai guru. Atau bahasa lainnya guru tidak dapat dipidanakan oleh UU
Perlindungan Anak saat ia bertugas melaksanakan kewenangannya sebagai seorang
guru dengan keprofesiannya yang melekat padanya.
Guru yang melakukan tindakan pendisiplinan atau memberikan sanksi disiplin
terhadap peserta didik dilingkup sekolah formal dan non formal, dengan aturan dan
dasar yang jelas, tidak bisa dipidanakan dengan alasan apa pun.
Dengan demikian, seorang guru tidak akan lagi merasa terancam jiwanya,
profesinya dan yang lainnya saat ia menjalankan tugas keprofesiannya. Seorang guru
akan fokus tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

8
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dengan baik dan
benar, sehingga tujuan pendidikan nasional akan tercapai dengan sempurna.

3. JENIS-JENIS PENGHARGAAN TERHADAP GURU


1. Sertifikasi Guru
Melihat nasib dan kesejahteraan guru yang memprihatinkan itulah, pemerintah
Indonesia ingin memberikan reward berupa pemberian tunjangan profesional yang
berlipat dari gaji yang diterima. Harapan ke depan adalah tidak ada lagi guru yang
bekerja mencari objekan di luar dinas karena kesejahteraannya sudah terpenuhi. Akan
tetapi, syaratnya tentu saja guru harus lulus ujian sertifikasi, baik guru yang mengajar di
sekolah TK, SD, SMP, maupun SMA.Obsesi pemberian kenaikan tunjangan
profesional memang sangat menggembirakan bagi para guru. Apalagi, mudah-mudahan
mungkin akhirnya guru dapat sejahtera sebanding dengan guru-guru di Jepang atau
sebanding dengan tenaga profesi lainnya seperti dokter di Indonesia, anggota TNI yang
sejahtera karena mendapat tunjangan lauk dari pemerintah.
Secara formal, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru adalah tenaga
profesional. Sebagai tenaga profesional, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi
akademik S-1 (strata satu) atau D-4 (diploma empat) dalam bidang yang relevan
dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen
pembelajaran.

2. Hari Guru Nasional


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen antara lain:
Pasal 36
a. Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan bertugas di daerah khusus
berhak memperoleh penghargaan.
b. Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus memperoleh
penghargaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
Pasal 37.
a. Penghargaan dapat diberikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
organisasi profesidan satuan pendidikan.
b. penghargaan dapat diberikan pada tingkat sekolah, tingkat kelurahan, tingkat
kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional dan tingkat
internasional.
c. penghargaan kepada guru dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan
pangkat istimewa, finansial, piagam atau penghargaan lain.

9
d. penghargaan kepada guru dilaksanakan dalam rangka memperingati hari ulang
tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari guru nasional,hari pendidikan
nasional, dan lain-lain.
Pasal 38
pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai penghargaan kepada
guru yang diatur dengan peraturan perundang-undangan

3. Kesejahteraan atau tunjangan


Hak-hakguru yang tercantum pada pasal 14 UU Guru dan dosen adalah bentuk
penghargaan pemerintah dan masyarakat kepada guru. Untuk indikator penghasilan
guru PNS sudah diatur dalam pasal 15 ayat 1. Guru berhak untuk mendapatkan
tunjangan, yaitu:
a. Tunjangan profesi
Tunjangan profesi yang diberikan kepada guru-guru yang telah lulus uji
sertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok tiap
bulan. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan
program lain yaitu peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4,
peningkatan kompetensi guru, pemberian tunjangan guru dan perlindungan guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman
profesionalitas guru, melalui penilaian melalui protofolio guru. Sepuluh komponen
protofolio guru akan dinilai olehperguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru.
Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan
dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru.

Inpassing merupakan penetapan jabatan fungsional guru bukan pegawai


negeri sipil. Inpassing bukan sebatas untuk memberikan tunjangan profesi bagi
mereka, namun lebih jauh adalah untuk menetapkan kesetaraan jabatan, pangkat atau
golongan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sekaligus demi tertib
administrasi guru bukan pegawai negeri sipil.

b. Tunjangan fungsional
Tunjangan ini diberikan tanpa syarat dan diberikan secara otomatis kepada
seluruh guru di Indonesia.

10
c. Tunjangan khusus
Tunjangan yang diberikan untuk guru yang mengajar di daerah terpencil,
daerah perbatasan, daerah bencana alam dan daerah konflik. Besar tunjangannya
adalah satu kali gaji tiap bulannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35599948/MAKALAH_PERLINDUNGAN_DAN_PENGHARGAA
N_PROFESI_GURU
http://belajarberbagiilmu1.blogspot.com/2016/04/makalah-perlindungan-dan-
penghargaan.html
https://www.qureta.com/post/perlindungan-profesi-guru-uu-guru-dan-dosen-vs-uu-
perlindungan-anak

12

Anda mungkin juga menyukai