Disusun Oleh :
Kelompok 10 – B3TMR
1. Maulida Afifah Afra Umatullah
NIM : 2110610030
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
TAHUN 2022
Jl. Conge Ngembalrejo Kotak Pos 51 Kudus 59322 Telp. (0291) 438818 Fax. 441613
E-Mail:kudus.iain@gmail.com Website:www.iainkudus.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
semua rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tugas mata kuliah Profesi Keguruan yang berjudul Sistem Perlindungan dan Penghargaan Guru.
Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad
SAW, semoga kita menjadi umat yang kelak mendapatkan syafa’atnya sehingga kita termasuk
umat yang bersama-sama masuk surga bersama beliau. Amin.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ali Musyafa’, M.Pd.I. selaku dosen
pengampu mata kuliah Profesi Keguruan, yang telah membimbing dan meluangkan waktu untuk
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Serta penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa banyak sekali kesulitan yang dihadapi penulis dalam
penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari Bapak Dosen serta beberapa
pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan karya tulis ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan baik. Penulis mengemukakan bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................... 2
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan
yang sama di depan hukum. Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan
hak dasar yang secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng.
Oleh karena itu, hak asasi manusia termasuk hak guru harus dilindungi, dihormati dan
dijunjung tinggi serta tidak diabaikan, dibatasi atau dirampas dari siapapun.Guru merupakan
salah satu faktor utama dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas, tidak hanya
secara intelektual, tetapi juga dalam berperilaku di masyarakat.
Para orang tua akan menolak cara guru mendisiplinkan anak dengan simbol-simbol
kekerasan seperti menjewer, mencubit, memukul, mencukur dan bentuk pendisiplinan
lainnya, sehingga guru akan dikriminalisasi. Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan; “Setiap orang yang melakukan
kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/ atau denda paling
banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”. Undang-undang inilah yang
menjadi pemicu terjadinya kasus pelaporan guru ke ranah hukum.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari perlindungan guru itu?
2. Bagaimana bentuk yang bisa diterapkan dalam perlindungan guru itu?
3. Bagaimana asas-asas perlindungan guru?
4. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan dalam melindungi guru?
5. Bagaimana pengertian dari penghargaan guru itu?
6. Bagaimana landasan dasar yang digunakan dalam sistem penghargaan guru?
7. Bagaimana bentuk yang bisa diterapkan dalam penghargaan guru itu?
8. Bagaimana tujuan dan manfaat adanya penghargaan guru?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari perlindungan guru
2. Mengetahui bentuk yang bisa diterapkan dalam perlindungan guru
3. Mengetahui asas-asas perlindungan guru
4. Mengetahui upaya yang bisa dilakukan dalam melindungi guru
5. Mengetahui pengertian dari penghargaan guru
6. Mengetahui landasan dasar yang digunakan dalam sistem penghargaan guru
7. Mengetahui bentuk yang bisa diterapkan dalam penghargaan guru
8. Memahami tujuan dan manfaat adanya penghargaan guru
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kaligis, perlindungan hukum sangatlah diperlukan bagi guru sebagai tenaga
pendidik. Oleh karena itu perlindungan hukum merupakan upaya agar guru terlindungi
haknya.2 Oleh karena itu, dalam koridor KUHP, penyidikan perkara pidana harus dilakukan
dengan memahami manusia dan kemanusiaan yang harus dilindungi harkat dan martabatnya.
Sementara tujuan penegakan hukum adalah untuk membela dan melindungi kepentingan
masyarakat, maka aparat penegak hukum tidak boleh mengorbankan hak dan martabat
tersangka atau terdakwa.
1
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), 54.
2
Kaligis, O.C., Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana (Bandung: PT.
Alumni, 2006), 374-375.
3
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali yang berpotensi menimpa
guru. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat tindakan
dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa:
a. tindak kekerasan;
b. ancaman, baik fisik maupun psikologis;
c. perlakuan diskriminatif;
d. intimidasi; dan
e. perlakuan tidak adil (cf Trianto & Tutik, 2006; dan Kemendikbud RI, 2012).
2. Perlindungan Profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang
tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas (cf
Masnur, 2007; Suedi, 2009; dan Kemendikbud RI, 2012).
Secara rinci, sub-ranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini:3
a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat,
dan bakatnya;
b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan Guru
Indonesia;
c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama;
d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama;
e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari
praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar;
f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan;
g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk: mengungkapkan ekspresi, mengembangkan
kreativitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam
proses pendidikan dan pembelajaran;
h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain;
3
Endang Komara. "Perlindungan Profesi Guru di Indonesia." Mimbar Pendidikan 1.2 (2016): 155.
4
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari berbagai ancaman,
tekanan, dan rasa tidak aman;
j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi: substansi,
prosedur, instrumen penilaian, dan keputusan akhir dalam penilaian;
k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi: penetapan taraf penguasaan
kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan menentukan
kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus;
l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi:
mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan akademik,
memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru, dan
bersikap kritis dan objektif terhadap organisasi profesi; serta
m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal, meliputi:
akses terhadap sumber informasi kebijakan, partisipasi dalam pengambilan kebijakan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan formal, dan memberikan masukan dalam
penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi atas dasar pengalaman yang
terpetik dari lapangan (Mulyasa, 2006; Trianto & Tutik, 2006; dan Kemendikbud RI,
2012).
3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko
gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain (Kemendikbud RI, 2012; dan Fattah,
2015).
Beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu: 4
a. hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas harus
mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah, dan
pemerintah daerah;
b. rasa aman dalam melaksanakan tugas meliputi jaminan dari ancaman psikis dan fisik
dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan
masyarakat luas;
c. keselamatan dalam melaksanakan tugas meliputi perlindungan terhadap: resiko
gangguan keamanan kerja, resiko kecelakaan kerja, resiko kebakaran pada waktu kerja,
resiko bencana alam yang mengganggu kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko
4
Endang Komara. "Perlindungan Profesi Guru di Indonesia." Mimbar Pendidikan 1.2 (2016): 155-156.
5
lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
ketenagakerjaan;
d. terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang tua
peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain;
e. pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan akibat:
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan/atau resiko lain; serta
f. terbebas dari multi ancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, yang
berakibat pada: bahaya yang potensial, kecelakaan akibat bahan kerja, keluhan-keluhan
sebagai dampak ancaman bahaya, frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja, resiko
atas alat kerja yang dipakai dan resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi
tempat kerja.
4. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
Pengakuan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan
perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan
Undang-Undang Hak Cipta. HKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak
Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang, dan Varietas Tanaman (Margono, 2010;
Kemendikbud RI, 2012; Fattah, 2015). Bagi guru, perlindungan HKI dapat mencakup: 5
a. hak cipta atas penulisan buku;
b. hak cipta atas makalah;
c. hak cipta atas karangan ilmiah;
d. hak cipta atas hasil penelitian;
e. hak cipta atas hasil penciptaan;
f. hak cipta, baik atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya; serta
g. hak paten atas hasil karya teknologi. Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana
karya mereka itu seakan-akan menjadi “makhluk tak bertuan”, atau paling tidak
terdapat potensi untuk itu. Oleh karena itu, dimasa depan, pemahaman guru terhadap
HKI ini harus dipertajam (Margono, 2010; Kemendikbud RI, 2012; Fattah, 2015).
5
Endang Komara. "Perlindungan Profesi Guru di Indonesia." Mimbar Pendidikan 1.2 (2016): 156.
6
C. Asas-Asas Pelaksanaan Perlindungan Guru
Pelaksaanaan perlindungan guru, perlindungan profesi, dan perlindungan HKI bagi guru
dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut:6
(1) Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya,
tingkat pendidikan, dan tingkat sosial-ekonomi guru;
(2) Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau
lembaga mitra atau keduanya;
(3) Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki manfaat bagi
peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta
sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal;
(4) Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan
menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli;
(5) Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau mengutamakan
musyawarah mufakat;
(6) Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan; serta
(7) Asas multi pendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan
dengan pendekatan formal, informal, litigasi, non-litigasi, dan lain-lain (Margono, 2010;
Kemendikbud RI, 2012; Prasetijo, 2013; dan Fattah, 2015)
Guru dapat konsultasi ke badan yang kompeten untuk masalah yang berkaitan dengan
perlindungan hukum, perlindungan profesional, keselamatan kerja dan perlindungan hak
kekayaan intelektual. Nasihat ini dapat ditujukan kepada penasehat hukum, penegak
hukum, atau pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi
guru.
6
Trianto dan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Guru Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2006), 56.
7
Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara di salah satu LKBH, lembaga
penegak hukum, ahli, penasehat hukum, dll tentang masalah kebijakan pembayaran gaji
yang tidak tepat, penundaan pembayaran gaji, pemutusan hubungan kerja sepihak, dan
lain-lain. Pihak yang dimintai pendapat oleh guru dalam musyawarah, tidak berwenang
mengambil keputusan, tetapi hanya sebatas mengeluarkan pendapat atau saran, termasuk
saran bentuk sengketa atau penyelesaian perselisihan.
2. Mediasi
Saat menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan dan perlindungan HKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, seperti terjadinya permasalahan antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, pihak lain yang dimintai dukungan oleh guru hendaknya dapat membantu
menengahi atau memediasinya.
3. Negosiasi dan Perdamaian
Ketika sedang menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum,
perlindungan profesi, perlindungan ketenagakerjaan dan perlindungan HKI dalam
hubungannya dengan pihak lain, seperti munculnya permasalahan antara guru dengan
penyelenggara atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka
peluang negosiasi dengan guru atau kelompok guru.
Ada beberapa hal yang membedakan antara negosiasi dan perdamaian. Dalam
negosiasi, diberikan tenggang waktu penyelesaian 14 hari yang harus berupa pertemuan
langsung antara pihak-pihak yang bermasalah. Perbedaan lainnya adalah negosiasi
merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan
sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum maupun sesudah persidangan.
Penegakan perdamaian dapat dilakukan di dalam maupun di luar pengadilan.
4. Konsiliasi dan Perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HKI dalam hubungannya dengan pihak
lain, seperti munculnya permasalahan antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau
perdamaian.7
Konsiliasi atau perdamaian adalah bentuk alternatif penyelesaian masalah di luar
pengadilan, atau tindakan atau proses penyelesaian di luar pengadilan. Untuk mencegah
7
Trianto dan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Guru Menurut UU Guru dan Dosen (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher), 81.
8
berlangsungnya proses litigasi, konsiliasi atau perdamaian dapat dilakukan di dalam
maupun di luar pengadilan, kecuali permasalahan yang telah diperoleh putusan pengadilan
yang memiliki kekuatan hukum tetap.
5. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak
lain, misalnya ketika terjadi permasalahan antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, berbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya
dapat memberikan advokasi litigasi.
Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan pekerjaan
pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian
melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-
olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang
berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata. Pandangan semacam itu tidak
selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya benar.8
6. Advokasi Nonlitigasi
Saat menghadapi masalah yang berkaitan dengan perlindungan hukum, perlindungan
profesional, perlindungan ketenagakerjaan dan perlindungan HaKI dalam hubungannya
dengan pihak lain, misalnya ketika timbul masalah antara guru dengan penyelenggara atau
badan pendidikan, maka dimohonkan dukungan atau pembelaan dari berbagai pihak, dan
guru harus dapat memberikan advokasi di luar hukum. Alternatif penyelesaian masalah di
luar pengadilan adalah lembaga penyelesaian masalah di luar pengadilan atau dengan
penyelesaian sengketa di pengadilan negeri.
8
Kunandar, Guru Professional (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 91.
9
Pengertian penghargaan guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tindakan
menghargai atau sebagai bentuk apresiasi kepada pegawai. Sehingga dapat diketahui bahwa
penghargaan terhadap guru merupakan suatu reward atau penghargaan yang diberikan
kepada guru untuk memotivasi kinerjanya dan kegiatan melindungi guru dari hal-hal yang
mengganggu kegiatan keguruannya serta sebagai imbalan kerja atas pelayanan yang telah
diberikannya.
10
antara lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru, yang
diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja
tersebut akan terlihat dari kualitas lulusan satuan pendidikan sebagai SDM yang
berkualitas, produktif, dan kompetitif.9
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian serius dari pemerintah. Oleh
karena itu, pemberian penghargaan kepada mereka dilakukan secara rutin baik pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional maupun pada peringatan lainnya.
Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan martabat guru atas
dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai pendidik bangsa dihormati
dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan prestasi, pengabdian,
loyalitas dan dedikasi serta darma baktinya pada bangsa dan negara melalui pelaksanaan
kompetensinya secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing. Ketiga,
meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam melaksanakan pekerjaan/jabatannya
sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di daerah yang terpencil atau terbelakang;
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara
lain; daerah yang mengalami bencana alam; bencana sosial; atau daerah yang berada
dalam keadaan darurat lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin. 10
9
Andi Marjuni, "Penghargaan Profesi Guru Sebagai Agen Perubahan." Jurnal Inspiratif Pendidikan 9.2
(2020): 212.
10
Momon Sudarma, Profesi Guru : Dipuji, Dikritisi, Dan Dicaci (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),
272.
11
ditetapkan oleh pendidikan luar biasa, termasuk kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif atau inovatif yang diakui di
tingkat daerah, nasional, dan/atau internasional; dan/atau mengarahkan siswa
berkebutuhan khusus untuk berprestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Dalam memilih calon guru PLB/PK yang berusaha untuk mendapatkan penghargaan,
dedikasi dan keunggulan kualitatif. Kriteria tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dasar
atau pertimbangan agar guru PLB/PK berdedikasi yang terpilih untuk mendapatkan
penghargaan tersebut benar-benar layak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat.
Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba sejenis dapat
memotivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, khususnya dalam
kemampuan perancangan, penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau proses
bimbingan kepada siswa; dan meningkatkan kebiasaan guru dalam mendokumentasikan
hasil kegiatan pengembangan profesinya secara baik dan benar. Lomba keberhasilan guru
dalam pembelajaran atau sejenisnya dilaksanakan melalui beberapa tahapan. 11
a. Pertama, sosialisasi melalui berbagai media, antara lain penyusunan dan penyebaran
poster dan pamflet.
b. Kedua, penerimaan naskah.
c. Ketiga, melakukan seleksi, baik seleksi administrasi maupun seleksi terhadap materi
yang ditulis.
5. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade
Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada
tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan itu, guru-guru bidang
studi yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan salah satu
diterminan utama peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Olimpiade Sains
Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana bagi guru menumbuhkembangkan
semangat kompetisi dan meningkatkan kompetensi profesional atau akademik untuk
memotivasi peningkatan kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan luaran
pendidikan. Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di tingkat
11
Andi Marjuni, "Penghargaan Profesi Guru Sebagai Agen Perubahan." Jurnal Inspiratif Pendidikan 9.2
(2020): 214.
12
kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional. Hadiah dan
penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai motivasi untuk meningkatkan
kegiatan pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya.12
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta
didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering dikatakan
sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak
hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang
dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun
masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan
pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional, kedudukan
dan peran guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas dalam menghadapi era global.13 Untuk itu, kemampuan profesional guru
harus terus menerus ditingkatkan.
Program kerjasama peningkatan kualitas tenaga pendidik antar negara Asia, dalam hal
ini misalnya dengan The Japan Foundation, merupakan kelanjutan dari program yang
telah dilakukan sebelumnya. Program kerjasama ini dilaksanakan untuk memberikan
penghargaan kepada guru berprestasi dengan memberikan pengalaman dan wawasan
tentang penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan di negara maju seperti Jepang, untuk
dijadikan bahan perbandingan dan diimplementasikan di tempat kerjanya.
Kesinambungan pelaksanaan program kerjasama ini sangat penting, karena sangat
bermanfaat bagi para guru untuk menambah pengetahuan dalam melaksanakan tugas
keprofesiannya.
7. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lain bagi guru dilakukan sebagai bagian dari program kerjasama
pendidikan antar negara, khususnya bagi guru berprestasi. Kerja sama antar negara
dilakukan baik di Asia maupun di kawasan lain. Kerjasama antar negara bertujuan untuk
meningkatkan pengertian dan saling pengertian antar anggotanya. Melalui kerja sama ini,
guru berprestasi terpilih diberi kesempatan untuk mengikuti kursus pelatihan singkat di
bidang spesialis atau teknologi pembelajaran, studi budaya, studi banding, dll. untuk
12
Andi Marjuni, "Penghargaan Profesi Guru Sebagai Agen Perubahan." Jurnal Inspiratif Pendidikan 9.2
(2020): 214-215.
13
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan (Bandung: Refika Aditama, 2010), 96.
13
berpartisipasi. Kerja sama ini telah dilakukan antara lain dengan negara-negara ASEAN,
Jepang, Australia dan lain-lain.
a) Menarik (Attract)
Penghargaan harus mampu menarik orang yang berkualitas untuk menjadi anggota
organisasi.
b) Mempertahankan (Retain)
Penghargaan juga bertujuan untuk mempertahankan pegawai dari incaran organisasi lain.
Sistem penghargaan yang baik dan menarik mampu meminimalkan jumlah pegawai yang
keluar.
c) Memotivasi (Motivate)
Sistem penghargaan yang baik harus mampu meningkatkan motivasi pegawai untuk
mencapai prestasi yang tinggi.
14
Munir Azhari dan Deni Indra Purnama Koto. "PENGARUH SISTEM PENGHARGAAN DAN KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU (DI SMAMETHODIST JAKARTA UTARA)." Equilibrium Point: Jurnal
Manajemen dan Bisnis 3.1 (2020): 30.
15
Andi Marjuni, "Penghargaan Profesi Guru Sebagai Agen Perubahan." Jurnal Inspiratif Pendidikan 9.2
(2020): 210-211.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningkatnya kasus kekerasan terhadap guru oleh siswa dan orang tua siswa hendaknya
menjadi pelajaran berharga bagi lembaga pendidikan, organisasi profesi guru, LSM dan
pemerintah, serta masyarakat luas, untuk melakukan berbagai upaya memberikan
perlindungan yang berarti bagi guru dan tenaga kependidikan lain, tentunya dengan tidak
mengabaikan hak-hak warga negara lainnya.
Perlindungan hukum bagi guru merupakan bagian integral dari upaya penegakan hak-hak
guru. Perlindungan yang diberikan kepada pendidik dan guru mencakup perlindungan
hukum, profesi, kesehatan dan keselamatan kerja, dan kekayaan intelektual. Dengan
Kemendikbud ini, diberikan jaminan perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
yang mengalami kendala dalam pelaksanaan tugasnya.
Tunjangan tambahan bagi guru adalah tambahan kesejahteraan sosial berupa tunjangan
pengasuhan anak, asuransi pendidikan, beasiswa, reward atau penghargaan bagi guru dan
lembaga pendidikan bagi putra putri guru, pelayanan kesehatan atau bentuk kesejahteraan
lainnya.
Penghargaan bagi guru sangat tepat dan bermanfaat. Karena dengan penghargaan, guru
dapat menghargai pekerjaannya dan meningkatkan fungsi guru. Dengan penghargaan,
seseorang yang berprofesi sebagai guru pun dapat bekerja dengan rasa aman dan nyaman,
tanpa tekanan dari pihak lain. Melindungi dan menghormati guru yang bekerja di bidang
pendidikan akan mencapai tujuan, visi dan misi pendidikan di Indonesia yang digariskan oleh
Kementerian Pendidikan Republik Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan makalah tentang “Sistem Perlindungan dan Penghargaan Guru”
yang telah kami buat, terdapat beberapa yang dapat diteladani oleh pembaca dalam dunia
pendidikan, diharapkan pemimpin pendidikan bisa lebih menghargai keberadaan guru
dengan melindungi haknya dan juga memberikan penghargaan guna memotivasi, perbaikan
kinerja dan peningkatan pendidikan karena guru dan tenaga kependidikan merupakan kunci
kemajuan pendidikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Munir dan Deni Indra Purnama Koto. "PENGARUH SISTEM PENGHARGAAN DAN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU (DI
SMAMETHODIST JAKARTA UTARA)." Equilibrium Point: Jurnal Manajemen dan
Bisnis 3.1 (2020): 27-40.
Kaligis. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana. Bandung:
PT. Alumni, 2006. Trianto dan Tutik. Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Guru
Menurut UU Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006.
Komara, Endang. "Perlindungan Profesi Guru di Indonesia." Mimbar Pendidikan 1.2 (2016):
151-160.
Kunandar. Guru Professional. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Marjuni, Andi. "Penghargaan Profesi Guru Sebagai Agen Perubahan." Jurnal Inspiratif
Pendidikan 9.2 (2020): 208-217.
Raharjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama, 2010.
Sudarma, Momon. Profesi Guru : Dipuji, Dikritisi, Dan Dicaci. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013.
16