Anda di halaman 1dari 32

I.

Penggerindaan Milling Cutter


Penggerindaan milling cutter diberikan kepada mahasiswa Tk 2 program
studi TMI yang merupakan kelanjutan dari pengasahan alat potong di Tk 1.
Pengasahan milling cutter jauh lebih sulit dibandingkan dengan pengasahan pahat
bubut ataupun pengasahan bor. Sudut sudut potong milling cutter dibuat dengan
lebih teliti, ukuran harus sama untuk setiap mata potong supaya beban pemotongan
sama. Sedangkan untuk bentuk, ada beberapa jenis cutter yang tidak boleh berubah,
terutama cutter-cutter profil. Untuk itu dalam pengasahan milling cutter, dibedakan
mejadi 2 kelompok utama yaitu:

1. Milling cutter yang boleh digerinda untuk semua sudut-sudut potongnya,


tanpa kekawatiran akan merubah bentuk dari milling cutter itu sendiri.
Contoh: End mill cutter, shell end mill cutter, plain mill cutter.

2. Milling cutter yang boleh digerinda sebatas sudut garuknya saja. Dengan
pertimbangan kalau hanya menggerinda sudut garuk saja, maka bentuk
dari milling cutter tersebut tidak berubah. Contoh : Cutter modul, disk
cutter dan cutter-cutter profil yang lain.

Untuk praktek pengasahan milling cutter bagi mahasiswa tersebut, dipilih


jenis cutter yang umum dipakai di mesin milling yang meliputi
A. Pengasahan End Mill Cutter merupakan milling cutter yang paling sering
digunakan di milling. Sehingga kemampuan untuk mengasah end mill
cutter yang baik cukup diperlukan.
B. Pengasahan Disk Cutter, merupakan milling cutter yang cukup sering
digunakan di mesin milling. Disk cutter merupakan alat potong untuk
membuat alur pada benda kerja.

A. Penggerindaan End Mill Cutter.


Untuk praktek penggerindaan end mill cutter tersebut, tahapan - tahapan yang
diberikan kepada mahasiswa meliputi:
1. Pengenalan Universal Tool and Cutter Grinder Great D1 dan
perlengkapannya
1. Geometri end mill cutter.
2. Proses penggerindaan end mill cutter.

1. Universal Tool and Cutter Grinder Great D1


Mesin gerinda Great D1 merupakan universal tool and cutter grinder.Dengan
perlengkapan yang standard mesin ini mampu untuk mengerjakan pengasahan
bermacam macam alat potong, baik pahat bubut , milling cutter , reamer , tap dan
lain-lainnya. Mesin ini dilengkapi dengan coolant attachment sehingga
memungkinkan pemberian cairan pendingin saat penggerindaan serta dust exhaust
unit untuk menghisap debu saat penggerindaan kering.
Kapasitas kerja mesin gerinda Great DI adalah sebagai berikut :
Tinggi senter kepala pembagi dengan “ hinged table guide” : 95
mm
Tinggi senter kepala pembagi tanpa “ hinged table guide” : 65
mm
Maksimum diameter cutter dengan “between center” : 130
mm
Maksimum diameter cutter tanpa “between center” : 320
mm
Maksimum jarak senter : 250
mm
Spindel kepala pembagi : MT 4
Collet : 4 – 22
mm
Taper adaptor sleeve MT 4 dengan lubang : MT1
MT2, MT 3
Daya motor spindle : 0.75 HP
Putaran spindle batu gerinda : 3750
rpm

Gambar 13. Mesin Universal Tool and Cutter Grinder “Great D1”

PROSEDUR MENGOPERASIKAN MESIN GERINDA GREAT D1


Menghidupkan Mesin
• Putar sakelar utama pada posisi on.
• Putar tombol emergency  15 searah jarum jam.
• Putar spindel batu gerinda dengan menekan tombol putaran spindel
sesuai dengan arah putaran yang diperlukan.
• Tekan tombol penghisap debu pada posisi on.
• Tekan tombol pompa pendingin pada posisi on.
Mematikan Mesin
• Tekan tombol pompa pendingin pada posisi off.
• Tekan tombol untuk mematikan putaran spindel (warna merah, tengah).
• Tekan tombol matikan penghisap debu.
• Tekan tombol emergency.
• Putar sakelar utama pada posisi off.

Perlengkapan Mesin Great D1


a. Collet
Collet merupakan alat pemegang end mill cutter yang bertangkai lurus
yang akan digerinda. Ukuran diameter lubang collet yang dipakai harus sesuai
dengan ukuran tangkai pisau frais yang akan digerinda supaya tangkai pisau frais
bisa tercekam sempurna. Alat ini cukup presisi sehingga cutter yang dipegang akan
satu sumbu dengan sumbu kepala pembagi.Tangkai cutter dan collet harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipasang.

Gambar 14. Collet

b. Taper adaptor sleeve


Taper adaptor sleeve digunakan untuk memegang end mill cutter
bertangkai konus yang akan digerinda.Ukuran adaptor sleeve yang digunakan harus
sesuai dengan ukuran tangkai cutter yang akan diasah.Ukuran adaptor sleeve yang
tersedia di mesin Great D1 adalah MT 4 dengan lubang MT 1 , MT 2 , dan MT 3
.Alat ini cukup presisi sehingga cutter yang dipegang akan satu sumbu dengan
sumbu kepala pembagi. Tangkai cutter dan taper adaptor sleeve harus dibersihkan
terlebih dahulu sebelum dipasang.
Gambar 15. Taper Adaptor Sleeve

c. Kepala pembagi ( indexing head )


Kepala pembagi merupakan alat yang digunakan untuk membagi sudut
lingkaran. Dengan menggunakan kepala pembagi memungkinkan kita melakukan
pengasahan bermacam macam jumlah mata potong pisau frais. Indexing head dapat
digunakan sendiri saat menggerinda sudut bebas, maupun digunakan bersama
peralatan lain misal dengan tilting plate saat membuat alur ( groove ) maupun
dengan spiral grinding attachment saat menggerinda spiral cutter. Indexing head
dipasang pada slide mesin.

Gambar 16. Indexing Head

d. Spiral grinding attachment


Spiral grinding attachment digunakan untuk mengontrol penggerindaan
sisi spiral alat potong dengan bantuan piringan penggerak. Alat ini digunakan saat
pengasahan spiral dalam maupun spiral luar cutter, penggerindaan spiral mata bor,
penggerindaan spiral tap dan lain – lainnya.
Feed Slide

Generating Band
Tensioner

Gambar 17. Prinsip Kerja dari Spiral Grinding Attachment

e.Relief grinding attachment


Alat ini dilengkapi dengan satu set cam yang terdiri dari beberapa jenis cam
untuk bermacam – macam sudut relief. Relief grinding attachment digunakan untuk
mengasah mata bor, counter bor , counter sink, penggerindaan bidang bebas ujung
mata tap dan lain – lainnya.

Gambar 18. Relief Grinding Attachment

f. Tilting plate
Tilting plate merupakan perangkat tambahan yang dapat dipasangi
indexing head, maupun ragum diatasnya. Dengan tilting plate ini sudut pada
indexing head maupun ragum dapat diatur sampai sebesar  30. Alat ini digunakan
untuk pembuatan chamfer pada alat potong seperti ujung mata potong cutter
roughing , reamer dan lain lainnya. Tilting plate dipasang pada slide mesin.

Gambar 19. Tilting Plate

2. Geometri End Mill Cutter


Sebelum melakukan praktek pengasahan end mill cutter, mahasiswa terlebih
dahulu harus mengetahui geometri yang ada dari end mill cutter. Hal tersebut guna
membantu mahasiswa dalam proses pengasahan end mill cutter. Adapun geometri
end mill cutter secara dapat dibedakan mejadi 2 kelompok
a. End mill cutter dengan 2 mata potong.
b. End mill cutter dengan 3/lebih mata potong.

End mill cutter dengan 2 mata potong memiliki kekhususan tersendiri,


mengingat disamping cutter tersebut bisa digunakan untuk memotong benda kerja
seperti cutter pada umumnya, cutter dengan 2 mata potong juga bisa digunakan
untuk membuat lubang layaknya sebuah bor. Untuk itu geometri dari end mill cutter
mata 2 agak sedikit berbeda dengan cutter yang bermata potong 3 atau lebih.
Adapun geometri dari kedua jenis cutter tersebut ditunjukkan dalam gambar
dibawah ini.
End mill cutter End mill cutter
mata potong 2 mata potong 3

Gambar 20. Geometri End Mill Cutter


Keterangan
γm = sudut garuk muka ( groove) αsp1 = sudut bebas spiral 1
γsp = sudut garuk spiral αsp2 = sudut bebas spiral 2
αm1 = sudut bebas muka 1 λ = sudut spiral (kisar)
αm2 = sudut bebas muka 2
Untuk proses setting awal pengasahan end mill cutter, disamping kita harus
memperhatikan geometri end mill cutter, kita juga memperhatikan jumlah mata
potong end mill cutter yang akan digerinda menurut ganjil-genapnya. Untuk setting
end mill cutter mata potong ganjil berbeda dengan setting end mill cutter mata
potong genap.

3. Proses Pengasahan Milling Cutter


a. Penggerindaan Muka ( mengenolkan )
Penggerindaan muka dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
keausan / kerusakan yang terdapat pada ujung mata potong cutter cukup besar.
Aus/kerusakan yang terjadi disebabkan oleh gesekan , getaran dan tingginya
temperatur ujung mata potong cutter saat pemotongan benda kerja.Untuk
menghilangkan keausan / kerusakan yang besar, sebelum dilakukan penggerindaan
muka sebaiknya di ‘ roughing “ dulu di mesin gerinda bangku.
Yang harus diperhatikan, saat mengenolkan dalam pengasahan muka posisi
sumbu cutter harus tegak lurus dengan permukaan batu gerinda. Dengan posisi
tersebut maka tinggi semua ujung mata potong cutter hasil penggerindaan akan
sama,sehingga semua ujung mata potong cutter dapat dijadikan sebagai referensi
setting cutter saat pemakaian di mesin milling.

Gambar 21. Pengasahan Muka ( mengenolkan )

b. Penggerindaan sudut bebas muka ( clearance angle )


Pengasahan end mill cutter yang tumpul dapat dilakukan langsung dengan
penggerindaan sudut bebas muka ( clearence angle ) apabila aus / kerusakan yang
terjadi pada ujung mata cutter hanya kecil / sedikit. Penggerindaan sudut bebas muka
dilakukan dengan tujuan untuk membebaskan cutter dari gesekan benda kerja
setelah melakukan pemotongan. Besarnya sudut bebas tersebut akan mempengaruhi
besarnya sudut potong milling cutter yang terbentuk. Untuk milling cutter
mempunyai beberapa sudut bebas muka yaitu :

* Sudut bebas sebesar 2 turun menuju pusat cutter.


* Sudut bebas sebesar 5 turun ke belakang terhadap sisi potong.
* Sudut bebas sebesar 15 turun ke belakang terhadap sisi potong.
Adapun bidang bebas yang terbentuk adalah :
o Bidang bebas kombinasi antara sudut bebas 2 dan sudut beba 5
yang merupakan bidang bebas 1 ( surface clearance 1 ).
o Bidang bebas kombinasi antara sudut bebas 2 dan sudut bebas
15 yang merupakan bidang bebas 2 ( surface clearance ).

Perbandingan lebar bidang bebas 1 dan bidang bebas 2 adalah 1 : 2 dengan


urutan proses pengerjaan sebagai berikut :

Penggerindaan bidang bebas 1


Penggerindaan bidang bebas 1 merupakan bidang bebas utama dengan sudut
bebas yang akan membentuk sudut potong cutter. Dalam penggerindaan bidang
bebas 1 harus diperhatikan saat finishing , ketinggian ujung mata potong cutter harus
sama .
Langkah kerja penggerindaan bidang 1
Penggerindaan bidang bebas 1 untuk cutter mata potong genap
- Setting sudut Index Head Slide Rest sebesar 2 untuk membentuk
sudut bebas 2 masuk menuju senter.
- Setting sudut Swivel Mount ( sumbu putar tengah mesin ) sebesar
5 untuk membentuk sudut bebas 5 turun terhadap sisi potong.
- Atur 2 ( dua ) ujung sisi potong yang berseberangan sama
tingginya terhadap meja mesin.
- Atur tinggi posisi pusat cutter terhadap sumbu batu gerinda,
sehingga saat penggerindaan salah satu sisi potong , batu
gerinda tidak memotong sisi yang lain ( dengan pedoman :
semakin banyak jumlah sisi potong cutter, semakin rendah pusat
cutter terhadap sumbu batu gerinda ).
- Pasang stopper untuk pembatas langkah penggerindaan ( panjang
penggerindaan sampai batas alur cutter ).

Setelah disetting semua, maka penggerindaan bidang bebas 1 dapat


dimulai. Pada penggerindaan bidang bebas ini dilakukan dengan me “
roughing “ semua sisi potong , kemudian baru me “ finishing “ satu persatu,
sehingga kondisi mata potong yang satu sama dengan mata potong lainnya.

Gambar 22. Penggerindaan Bidang Bebas 1 Cutter Mata Potong Genap

Penggerindaan bidang bebas 1 untuk cutter mata potong ganjil


Penggerindaan bidang bebas 1 untuk cutter mata potong ganjil relatif
sama dengan penggerindaan bidang bebas 1 untuk cutter mata potong
genap.
- Setting sudut Index Head Slide Rest sebesar 2 untuk
membentuk sudut bebas 2 masuk menuju senter.
- Setting sudut Swivel Mount ( sumbu putar tengah mesin )
sebesar 5 untuk membentuk sudut bebas 5 turun terhadap
sisi potong.
- Atur 2 ( dua ) ujung sisi potong yang simetri sama tingginya
terhadap meja mesin, lalu putar cutter 90 searah jarum jam
,sehingga sisi potong yang posisi vertikal menjadi horisontal .
Pada sisi potong horisontal itulah yang dikerjakan terlebih
dahulu.
- Atur tinggi posisi pusat cutter terhadap sumbu batu gerinda,
sehingga saat penggerindaan salah satu sisi potong , batu
gerinda tidak memotong sisi yang lain( dengan pedoman :
semakin banyak jumlah sisi potong cutter,semakin rendah
pusat cutter terhadap sumbu batu gerinda ).
- Pasang stopper untuk pembatas langkah penggerindaan (
panjang penggerindaan sampai batas alur cutter ).

Setelah disetting semua,maka penggerindaan bidang bebas 1 dapat


dimulai. Pada penggerindaan bidang bebas ini dilakukan dengan me “
roughing “ semua sisi potong , kemudian baru me “ finishing “ satu persatu ,
sehingga kondisi mata potong yang satu akan sama dengan mata potong
lainnya.

90°

Gambar 23. Penggerindaan Bidang Bebas 1 Cutter Mata Potong Ganjil

Penggerindaan bidang bebas 2


Penggerindaan bidang bebas 2 dilakukan setelah semua penggerindaan
bidang bebas 1 selesai dikerjakan,Karena penggerindaan bidang bebas 2 merupakan
lanjutan setelah penggerindaan bidang bebas 1 selesai, sehingga posisi settingan sisi
potong cutter belum berobah. Penggerindaan bidang bebas 2 merupakan kombinasi
sudut 2 menurun menuju pusat cutter dan 15 menurun terhadap sisi potong .
Penggerindaan bidang bebas 2 dilakukan sampai perbandingan lebar bidang bebas 1
dan lebar bidang bebas 2 sebesar 1: 2 terpenuhi.
.
Langkah kerja penggerindaan bidang 2
Penggerindaan bidang 2 untuk cutter mata potong genap dan ganjil
- Setting sudut Index Head Slide Rest sebesar 2 untuk
membentuk sudut bebas 2 turun menuju senter.
- Setting sudut Swivel Mount ( sumbu putar tengah mesin )
sebesar 15 untuk membentuk sudut bebas 15 turun terhadap
sisi potong
- Atur tinggi posisi pusat cutter terhadap sumbu batu gerinda,
sehingga saat penggerindaan salah satu sisi potong , batu
gerinda tidak memotong sisi yang lain ( dengan pedoman :
semakin banyak jumlah sisi potong cutter,semakin rendah
pusat cutter terhadap sumbu batu gerinda ).
- Pasang stopper untuk pembatas langkah penggerindaan (
panjang penggerindaan sampai batas alur cutter ).
- Setelah disetting semua,maka penggerindaan bidang bebas 2
dapat dimulai. Pada penggerindaan bidang bebas ini dilakukan
dengan me “ roughing “ semua sisi potong , kemudian baru me
“ finishing “ satu persatu, sehingga kondisi bidang bebas 2
yang satu akan sama dengan kondisi bidang bebas 2 lainnya.

Gambar 24. Penggerindaan Bidang Bebas 2 Cutter Mata Potong Genap


90°

Gambar 25. Penggerindaan Bidang Bebas 2 Cutter Mata Potong Ganjil

b. Pembuatan Alur ( groove ) Cutter


Alur ( groove ) yang terdapat pada milling cutter bertujuan untuk memberi
batasan sisi potong mata cutter serta membentuk sudut garuk muka ( rake angle )
mata cutter. Pembuatan alur ( groove ) dilakukan apabila alur yang ada dirasa sudah
tidak memadai lagi.Untuk pembuatan alur ini, kita harus memperhatikan geometri
sudut cutter. Kesalahan sudut yang terjadi menyebabkan cutter tidak dapat
memotong dengan baik sehingga kualitas permukaan benda kerja ( surface quality )
juga tidak akan baik.

Geometri alur end mill cutter


Geometri alur end cutter dua mata potong
Untuk pembuatan alur cutter dua mata potong dibuat dengan kententuan
ukuran panjang salah satu sisi potongnya  diameter +( 0.1- 0.3 mm).Tujuan
ketentuan ukuran tersebut adalah saat cutter tersebut digunakan untuk pemakanan
vertikal ( untuk mengebor ) maka permukaan potong yang dihasilkan akan rata
tanpa ada sisa material.Geometri sudut alur cutter mata potong dua merupakan
kombinasi sudut sebesar 45 dan 5 dengan kedalaman alur 0,1 diameter cutter /
secukupnya pada sisi dalam mata potong.Untuk menghindari terpotongnya ujung
luar sisi potong cutter, sudut alur cutter terhadap pusat cutter dibuat
( 3 – 5 ) dengan jarak 0,1- 0,5 mm.
Gambar 26. Geometri Alur Cutter Mata 2

Geometri sudut alur cutter 3 / lebih mata potong


Geometri sudut alur cutter tiga mata potong atau lebih dibuat dengan
kemiringan 30 dan 5, berbeda dengan cutter mata potong 2 yang dibuat 45 dan 5.
Adapun lebar alur dibuat dengan ukuran 0,1 diameter cutter dengan kedalaman 0,1
diameter cutter / secukupnya pada sisi dalam mata potong. Untuk menghindari
terpotongnya ujung luar sisi potong cutter, sudut alur cutter terhadap pusat cutter
dibuat 3 - 5 dengan jarak 0,1- 0,5 mm.

1/3

2/3

Gambar 27. Geometri Alur Cutter Mata 3 / lebih

Pembuatan alur untuk cutter dua mata potong.


Langkah kerja:
- Atur jarak kedua sisi potong sama panjang terhadap permukaan
slide dengan menggunakan kaliper.
- Setting Index Head pada sudut 5 untuk membuat alur cutter
menyudut 5 terhadap pusat cutter.
- Setting Swivel Mount pada sudut 45 untuk membuat alur cutter
menyudut 45 terhadap permukaan cutter.
- Setting Index Head Slide Rest pada sudut 5 untuk membuat rake
angle cutter.
- Gunakan batu gerinda yang berbentuk mangkok piring ( fairing
cup ) atau batu gerinda pipih ( disk ).

Setelah jarak sisi potong dan semua geometri sudut disetting,kemudian


posisi cutter diatur terhadap batu gerinda untuk membuat alur cutter. Jarak alur
dibuat antara 0,1- 0,5 mm terhadap ujung mata potong. Selanjutnya penggerindaan
dapat dimulai dan pada proses ini dilakukan penggerindaan mendatar. Ukuran
kedalaman penggerindaan dibuat sekitar 0,1 diameter cutter / secukupnya.

Gambar 28. Proses Pembuatan Alur Cutter Mata 2

Pembuatan alur untuk cutter mata potong genap


Langkah kerja:
- Atur jarak kedua sisi potong yang berseberangan sama panjang
terhadap permukaan slide dengan menggunakan kaliper.
- Setting Index Head pada sudut 5 untuk membuat alur cutter
menyimpang 5 terhadap pusat cutter.
- Setting Swivel Mount ( sumbu putar tengah mesin ) pada sudut
60 untuk membuat alur cutter menyudut 30 terhadap permukaan
cutter.
- Setting Indexing Head Slide Rest pada sudut 5 untuk membuat
rake angle cutter.
- Gunakan batu gerinda yang berbentuk pipih ( disk ).

Setelah jarak sisi potong dan semua geometri sudut disetting,kemudian


posisi cutter diatur terhadap batu gerinda untuk membuat alur cutter. Jarak alur
dibuat antara 0,1- 0,5 mm terhadap ujung mata potong. Selanjutnya penggerindaan
dapat dimulai dan pada proses ini dilakukan penggerindaan vertikal ( naik – turun )
. Jarak penggerindaan dari ujung mata potong lebih dari setengah diameter cutter (
sekitar 0,6 diameter cutter)untuk cutter yang tidak ada lubang pada tengahnya
(cutter lama). Untuk cutter yang masih baru dengan jenis memakai lubang ditengah
( centre hole type) jarak alur tidak perlu sampai ditengah.. Ukuran kedalaman
penggerindaan dibuat sekitar 0,1 diameter cutter / secukupnya sampai terbentuk
kawah pada pusat cutter.

Gambar 29. Proses Pembuatan Alur Cutter Mata Genap

Pembuatan alur untuk cutter mata potong ganjil


Langkah kerja:
- Atur jarak kedua sisi potong yang simetri sama panjang terhadap
permukaan slide. Selanjutnya cutter diputar dengan sudut 90
searah jarum jam ( pandangan depan cutter ) dengan piring
pembagi.
- Setting Index Head pada sudut 5 untuk membuat alur cutter
menyimpang 5 terhadap pusat cutter.
- Setting Swivel Mount pada sudut 60 untuk membuat alur cutter
menyudut 30 terhadap permukaan cutter.
- Setting Index Head Slide Rest pada sudut 5 untuk membuat rake
angle cutter.
- Gunakan batu gerinda yang berbentuk pipih ( disk ).

Setelah jarak sisi potong dan semua geometri sudut disetting,kemudian


posisi cutter diatur terhadap batu gerinda untuk membuat alur cutter. Jarak alur
dibuat antara 0,1- 0,5 mm terhadap ujung mata potong. Selanjutnya penggerindaan
dapat dimulai dan pada proses ini dilakukan penggerindaan vertikal ( naik – turun )
. Jarak penggerindaan dari ujung mata potong lebih dari setengah diameter cutter (
sekitar 0,6 diameter cutter)untuk cutter yang tidak ada lubang pada tengahnya
(cutter lama). Untuk cutter yang masih baru dengan jenis memakai lubang ditengah
( centre hole type) jarak alur tidak perlu sampai ditengah.. Ukuran kedalaman
penggerindaan dibuat sekitar 0,1 diameter cutter / secukupnya sampai terbentuk
kawah pada pusat cutter.
Metode 1
=

Metode 2
=

Gambar 30. Proses Pembuatan Alur Cutter Mata Ganjil

3. Pembuatan chamfer pada milling cutter


Pembuatan chamfer pada milling cutter terutama dilakukan pada milling
cutter roughing. Adapun tujuan pembuatan chamfer pada milling cutter adalah :
* Menyamakan ujung sisi mata potong cutter roughing.
Pada sisi sayat samping milling cutter roughing bentuknya
bergelombang dengan lingkaran alur-alur seperti ulir. Sehingga ujung sisi mata
potong cutter tidak sama antara yang satu dengan yang lain, karena ada sisi mata
potong yang mendapat puncak dan sisi mata potong lainnya mendapat lembah.
Untuk menyamakan agar ujung sisi mata potongnya sama maka semua ujung sisi
mata potong cutter roughing dichamfer.

* Menambah kekuatan sisi potong milling cutter.


Dengan memberikan chamfer pada ujung sisi mata potong milling
cutter, maka kondisi ujung sisi mata potong milling cutter tidak runcing, sehingga
sisi mata potong cutter akan menjadi lebih kuat.Hal ini terutama pada milling cutter
roughing , mengingat milling cutter roughing digunakan untuk pemotongan yang
banyak.

Geometri dan pembuatan sudut chamfer milling cutter.


Sudut chamfer pada milling cutter roughing adalah 45  dan 15 . Sudut 45
 diperoleh dengan memutar Swivel Base mesin 45 . Sedangkan sudut 15 
diperoleh dengan memutar indexing head 15 .Adapun pembuatan chamfer
dibedakan :

Pembuatan chamfer untuk milling cutter mata potong genap


- Atur jarak kedua sisi potong yang berseberangan sama tinggi
terhadap permukaan meja mesin dengan height gauge, kemudian
putar cutter 15  berlawanan arah jarum jam (dilihat dari muka
cutter).
- Setting sudut Swivel Base mesin pada sudut 45 .
- Gunakan batu gerinda yang berbentuk mangkok miring ( fairing
cup ).

Setelah sudut sisi potong dan sudut Swivel Base mesin disetting,kemudian
posisi cutter diatur terhadap batu gerinda untuk membuat chamfer. Selanjutnya
penggerindaan dapat dimulai dan pada proses ini dilakukan penggerindaan
mendatar. Ukuran chamfer tiap mata potong untuk cutter roughing tidak
sama,karena adanya puncak dan lembah pada sisi potong samping. Penggerindaan
chamfer dikatakan cukup bila ukuran yang paling kecil ( yang dapat lembah ) 
0,3 mm.

Mata potong yang


dichamfer pertama

Gambar 31. Penggerindaan Chamfer Cutter Mata Potong Genap

Pembuatan chamfer untuk milling cutter mata potong ganjil


- Atur jarak kedua sisi potong A dan B sama panjang terhadap
permukaan meja mesin dengan height gauge, kemudian putar
cutter 90  berlawanan arah jarum jam (dilihat dari muka cutter).
Kemudian putar lagi 15  ( untuk ujung sisi potong C yang
pertama dichamfer ) atau Atur jarak kedua sisi potong A dan C
sama panjang terhadap permukaan meja mesin, kemudian putar
cutter 90  searah jarum jam (dilihat dari muka cutter).
Kemudian putar lagi berlawanan jarum jam 15  ( untuk ujung
sisi potong B yang pertama dichamfer ).
- Setting sudut Swivel Base mesin pada sudut 45 .
- Gunakan batu gerinda yang berbentuk mangkok miring ( fairing
cup ).

Setelah sudut sisi potong dan sudut Swivel Base mesin disetting,
kemudian posisi cutter diatur terhadap batu gerinda untuk membuat chamfer.
Selanjutnya penggerindaan dapat dimulai dan pada proses ini dilakukan
penggerindaan mendatar. Ukuran chamfer tiap mata potong untuk cutter roughing
tidak sama, karena adanya puncak dan lembah pada sisi potong samping.
Penggerindaan chamfer dikatakan cukup bila ukuran yang paling kecil ( yang
dapat lembah )  0,3 mm.

Metode 1

Metode 2

Gambar 32. Penggerindaan Chamfer Cutter Mata Potong Ganjil


 Penggerindaan Sisi Potong Samping Milling Cutter
Penggerindaan sisi potong milling cutter hanya perlu dilakukan saat untuk
menghilangkan keausan / kerusakan yang terdapat pada sisi potong spiral cutter.
Penggerindaan tersebut dilakukan karena keausan / kerusakan sisi potong
sepanjang spiral atau karena letak kerusakan yang tidak terdapat pada ujung cutter.
Sehingga bila dilakukan pengasahan muka , akan banyak badan cutter yang
terbuang. Untuk menghilangkan keausan atau kerusakan pada sisi potong samping
cutter tersebut, perlu dilakukan penggerindaan silindris. Akibat penggerindaan
silindris, ukuran diameter cutter akan menjadi lebih kecil. Penggerindaan silindris
dilakukan sampai keausan / kerusakan pada cutter hilang . Adapun urutan
penggerindaan sisi potong samping milling cutter meliputi :

a. Penggerindaan silindris diameter luar cutter.


b. Penggerindaan spiral / flute sisi potong cutter.

Penggerindaan silindris diameter luar cutter


Penggerindaan silindris diameter luar cutter harus paralel sepanjang sisi
potong cutter dan satu sumbu ( sentris ) dengan tangkai cutter. Sehingga
diharapkan saat cutter digunakan dalam pengerjaan benda kerja dihasilkan
permukaan samping yang lurus dan beban pemakanan cutter yang sama untuk setiap
sisi potong. Adapun tujuan penggerindaan diameter luar cutter adalah:

- Untuk menghilangkan keausan / kerusakan pada sisi potong


samping.
- Untuk pedoman pada saat menggerinda spiral luar cutter.

Pada saat penggerindaan spiral luar harus menyisakan bidang silindris


sekitar 0,1 mm dengan tujuan keparalelan dan kesentrisan sisi potong samping tidak
berubah.

Gambar 33. Penggerindaan Silindris Diameter Luar Cutter

Penggerindaan Spiral / Flute Milling Cutter


Penggerindaaan spiral cutter bertujuan untuk membuat sudut garuk (rake
angle) cutter pada saat penggerindaan spiral sisi dalam serta sudut bebas ( clearence
angle) pada penggerindaan spiral sisi luar, sehingga sudut potong cutter terbentuk.
Adapun langkah – langkah yang diperlukan untuk penggerindaan spiral milling
cutter adalah:
- Menghitung spiral pitch ( SP ) / spiral lead / steigung milling
cutter yang akan digerinda,apabila data spiral pitch-nya tidak
tercantum pada tangkai cutter.
- Menentukan pasangan roda gigi dan diameter piringan yang akan
dipasang pada indexing head berdasarkan SP.
- Memasang roda gigi dan piringan pada indexing head.
- Memasang pita baja / senar penggerak pada piringan yang
terpasang pada indexing head.
- Menghitung sudut spiral milling cutter untuk penggerindaan spiral
dalam
( untuk penggerindaan spiral luar tidak perlu ).
- Memutar head sebesar sudut spiral milling cutter ditambah(1-3)
untuk penggerindaan spiral dalam , untuk spiral luar cukup
diputar1-3 saja. Arah pemutaran ( dipandang dari atas)
berdasarkan arah spiral milling cutter,untuk milling cutter arah
spiral kanan maka arah pemutaran head berlawanan arah jarum
jam dan sebaliknya.
- Mengatur posisi cutter terhadap batu gerinda.

Perhitungan Spiral Pitch ( SP ) Milling Cutter

360 x L
SP = --------------
T

Dimana : L = Panjang langkah slide


T = Sudut putar Index Head

Urutan proses perhitungan :


- Atur (setting) panjang langkah Index Head Slide (tempat Index Head
dipasang) dengan menggunakan stopper yang ada dibagian bawahnya.
Panjang langkah secukupnya , misal 15mm atau 20mm ( L ).
- Pasang Index Head pada slide , kemudian pasang milling cutter yang akan
digerinda pada Index Head.
- Gerakkan slide pada langkah mundur , setting ujung height gauge pada
salah satu ujung sisi potong. Tanpa merubah posisi height gauge,gerakkan
slide kedepan sampai langkah maksimal settingan.Putar pengatur skala
halus ( fine scale adjuster ) pada Index Head untuk menyamakan tingginya
perpanjangan spiral ujung sisi potong dengan ujung height gauge.
- Hitung derajat perputaran Index Head ( T ).
Tabel Pasangan Roda Gigi dan Diameter Piringan

Rod 64/32 Tanpa 32 / 64


a 76 / 19 64 / 32 Roda Gigi 32 / 64 19 / 76 19 / 76
76/19
Gigi
Diameter
Piringan Panjang Spiral

40 24.99 49.99 99.82 199.90 399.80 799.85 1597.66


41 25.48 51.23 102.36 204.98 409.96 819.91 1638.30
42 26.24 52.48 104.90 209.80 419.86 839.98 1678.94
43 26.75 53.75 107.44 214.88 429.77 859.79 1719.58
44 27.48 54.99 109.98 219.96 439.93 879.86 1757.68
45 27.99 56.24 112.27 224.79 449.83 899.92 1798.32
46 28.73 57.48 114.81 229.87 459.99 919.99 1839.47
47 29.24 58.72 117.35 234.95 469.90 939.80 1879.60
48 30 59.99 119.89 239.78 479.81 959.87 1917.70
49 30.48 61.24 122.43 244.86 489.97 979.83 1958.34
50 31.24 62.48 124.97 249.94 499.87 998.22 1998.22
51 31.75 63.73 127.25 254.76 509.78 1018.54 2039.62
52 32.49 65 129.79 259.84 519.94 1038.86 2077.72
53 32.99 66.24 132.33 264.92 529.84 1059.18 2118.36
54 33.73 67.49 134.87 269.75 539.75 1079.50 2159
55 34.24 68.73 137.41 274.83 549.91 1099.82 2199.64
56 34.98 69.98 139.95 279.91 559.82 1117.60 2237.74
57 35.48 71.25 142.49 284.99 568.98 1137.92 2278.38
58 36.25 72.49 144.78 289.81 579.84 1158.24 2319.02
59 36.73 73.74 147.32 294.89 589.79 1178.56 2359.66
60 37.49 74.98 149.86 299.97 599.95 1198.88 2397.76
61 38 76.23 152.40 304.80 609.85 1219.20 2438.40
62 38.74 77.50 154.94 309.88 619.76 1239.52 2479.04
63 39.24 78.74 157.48 314.96 629.92 1259.84 2519.68
64 39.98 79.98 159.77 319.79 639.83 1277.62 2557.78
65 40.49 81.23 162.31 324.87 649.99 1297.94 2598.42
66 41.25 82.50 164.85 329.95 659.89 1318.26 2639.06
67 41.73 83.74 167.39 334.77 669.80 1338.58 2679.70
68 42.49 84.99 169.93 339.85 679.96 1358.90 2717.80
69 42.98 86.23 172.47 344.93 689.86 1379.22 2758.44
70 43.74 87.48 174.75 349.76 699.77 1399.54 2799.08
71 44.25 88.75 177.29 354.84 709.93 1419.86 2839.72
72 44.98 89.99 179.83 359.92 719.84 1437.64 2877.82
72 45.49 91.24 182.37 365 730 1457.96 2918.46
74 46.23 92.48 184.91 369.82 739.90 1478.28 2959.10
75 46.74 93.73 187.45 374.90 749.81 1498.60 2999.74
76 47.50 95 189.99 379.98 759.97 1518.92 3037.84
77 47.98 96.24 192.28 384.81 769.87 1539.24 3078.48
78 48.74 97.49 194.82 389.89 779.78 1559.56 3119.12
79 49.25 98.73 197.36 394.97 789.94 1579.88 3159.76

Cara Menentukan Pasangan Roda Gigi , Diameter Piringan dan Pembacaan


Tabel

- Angka 24.99 sampai dengan 3159,76 menunjukkan panjang SP yang dapat


digerinda di mesin.

- Baris paling atas menunjukkan pasangan roda gigi yang akan dipasang
pada Index Head. Pada bagian yang tertulis “ Tanpa Roda Gigi “ berarti
pada Index Head tidak ada pertautan roda gigi ( tidak ada ratio ). Roda
gigi tetap dipasang tetapi hanya berfungsi sebagai tumpuan.

- Pada kolom paling kiri menunjukkan diameter piringan yang digunakan.


Diameter piringan paling kecil 40 mm dan diameter piringan terbesar 79
mm.
 Perhatian : Pada satu piringan terdapat 2 diameter yang berbeda (
lihat data yang tertulis pada piringan )

Misal dari perhitungan kita dapatkan SP = 150 mm. Berapa


diameter piringan yang digunakan ? dan pasangan roda gigi yang
dipilih ?.

 Langkah pertamayang kita lakukan adalah mencari angka yang


sesuai atau angka yang paling mendekati 150 yaitu anka 149,86.
Dari angka 149,86 kita tarik ke atas , pada baris paling atas kita
dapatkan pasangan roda gigi yang digunakan 60 / 30 . Dari angka
149,86 kita tarik ke kiri , pada kolom paling kiri kita dapatkan
diameter piringan yang digunakan 60 mm. Sehingga untuk
memggerinda spiral pitch ( SP ) 150 mm, digunakan pasangan roda
gigi 60 / 30 dan diameter piringan 60 mm.
 Keterangan : Sangat jarang sebuah milling cutter yang baru
memiliki data SP yang sama dengan yang ada di tabel. Sehingga
diambil data SP yang paling mendekati dari perhitungan, meskipun
sebenarnya ada perbedaan panjang SP yang sesungguhnya dengan
panjang SP yang ada di tabel.

POSISI PEMASANGAN RODA GIGI DAN PIRINGAN


PADA INDEXING HEAD
Spiral Pitch : 24,99 - 49,25
Back Gear Train : 64/32 Spiral Pitch : 49,99 - 98,73
Pick-off Gears : 76/19 Pick-off Gears : 76/19

Spiral Pitch : 99.82 - 197.36 Spiral Pitch : 199,90 - 394,97


Pick-off Gears : 64/32 No gears used

Spiral Pitch : 399,80 - 789,94 Spiral Pitch : 799,85 - 1579,88


Pick-off Gears : 32/64 Pick-off Gears : 19/76

Spiral Pitch : 1597,66 - 3159,76


Back Gear Train : 32/64
Pick-off Gears : 19/76

Gambar 34. Pemasangan Roda Gigi dan Piringan


PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN SPIRAL
PADA INDEXING HEAD

3 DUA RODA GIGI 3 2 1


TANPA RODA GIGI 2
1
6

4
4 4
7

5 5 5

11 2 3 6 9 10 11 12
EMPAT RODA GIGI 8 7
1

8
4 9
10
4
4
5
12
5

Gambar 35. Peralatan – Peralatan Yang Digunakan

KETERANGAN GAMBAR
1. Cover 7. Insert II
2. Piringan 8. Ring
3. Insert I 9. Roda gigi berulir
4. Roda gigi 10. Insert III
5. Imbus screw 11. Baut pengunci piringan
6. Bush 12. Insert IV

Pengelompokan Arah Spiral Cutter danPemasangan Pita Baja ( Senar )


Penggerak Pada Piringan.
I II
Right Hand Spiral Left Hand Spiral
Right Hand Cut Left Hand Cut Right Hand Cut Left Hand Cut

With Pick-off Gears

Without Pick-off Gears or with Back Gear Train

Gambar 36. Pengelompokan Arah Spiral dan Arah Pelilitan Pita Baja
Keterangan :
* Terdapat 2 kelompok besar yaitu :
 Kelompok I : milling cutter dengan arah spiral kanan.
 Kelompok II : milling cutter dengan arah spiral kiri.
* Baris pertama menunjukkan arah pemotongan sisi potong milling cutter
* Baris kedua menunjukkan arah pelilitan pita baja / senar untuk penggerindaan
spiral milling cutter dengan 2 roda gigi 9 with pick off gear .
* Baris ketiga menunjukkan arah pelilitan pita baja / senar untuk
penggerindaan spiral milling cutter tanpa roda gigi atau dengan 4 roda gigi
(without pick offgear or with back gear train ).
 Yang perlu mendapat perhatian : sudut datang dan sudut pergi pita baja (
senar ) yang melilit piringan adalah 180 ( lurus ) dan pita baja harus dalam
keadaan tegang (tidak kendor )
mur pengunci

pin pengunci senar

senar
baut penahan pin
baut tempat
lilitan senar

Gambar 37. Pemasangan Pita Baja

Perhitungan Sudut Spiral Milling Cutter


Lead of Spiral
Circumference of Milling Cutter

Gambar 38. Sudut Spiral Milling Cutter

Dx 
Setting angle Tan  = ---------
S
Dimana :  = sudut spiral milling cutter
D = diameter milling cutter
S = Spiral pitch milling cutter
ARAH PERPUTARAN HEAD

PENGGERINDAAN SPIRAL DALAM

SPIRAL KANAN SPIRAL KIRI

Gambar 39. Penggerindaan Spiral Dalam


PENGGERINDAAN SPIRAL LUAR

SPIRAL KANAN SPIRAL KIRI

Gambar 40. Penggerindaan Spiral Luar

Penggerindaan Spiral Dalam Milling Cutter


Penggerindaan spiral dalam milling cutter bertujuan membuat sudut
garuk ( rake angle ). Secara umum besarnya sudut garuk milling cutter dibuat 15
untuk semua jenis milling cutter. Sedangkan bentuk batu gerinda yang digunakan
adalah batu gerinda berbentuk pipih, mengingat letak alur yang dikerjakan berada
pada posisi didalam. Adapun untuk setting penggerindaan spiral dalam dibedakan
mnjadi :

* Setting untuk penggerindaan spiral dalam milling cutter mata genap.


* Setting untuk penggerindaan spiral dalam milling cutter mata ganjil.

Setting penggerindaan spiral dalam milling cutter mata genap


- Atur 2 ujung sisi mata potong cutter yang berseberangan sama tinggi
dengan menggunakan kaliper / height gauge.
- Putar cutter sebesar15 untuk membentuk sudut garuk.
- Putar column sebesar kemiringan sudut spiral

Gambar 41. Setting Penggerindaan Spiral Dalam Milling Cutter Mata


Genap
Setting penggerindaan spiral dalam milling cutter mata ganjil
- Atur 2 ujung sisi mata potong cutter yang simetri sama tinggi dengan
menggunakan kaliper / hight gauge.
- Putar cutter sebesar 15 untuk membentuk sudut bebas.
- Putar column sebesar kemiringan sudut spiral

A A

Gambar 42. Setting Penggerindaan Spiral Dalam Milling Cutter Mata


Ganjil

Pengaturan Posisi Milling Cutter Terhadap Batu Gerinda Pada


Penggerindaan Spiral Dalam

- Pengaturan posisi cutter terhadap batu gerinda bila dilihat dari muka
cutter , bidang garuk (rake) cutter membuka sedikit terhadap permukaan
batu gerinda. Hal ini untuk menghindari sudut garuk supaya tidak
minus. Kondisi yang ideal adalah saat pengasahan pertama seluruh
bidang garuk tergerinda bersama,sehingga sudut garuk awal cutter tetap
( tidak berubah ).

GRINDING WHEEL

MILLING CUTTER

Gambar 43. Pengaturan Posisi Batu Gerinda Dari Depan


- Pengaturan posisi ujung sisi potong cutter terhadap batu gerinda bila
dilihat dari samping cutter, ujung sisi potong milling cutter berada
ditengah – tengah diameter batu gerinda.
Gambar44. Pengaturan Posisi Cutter Terhadap Batu Gerinda Dari
Samping

- Pengaturan kedalaman penggerindaan spiral dalam cutter harus betul –


betul diperhatikan . Apabila pengaturan kedalaman penggerindaan tidak
pas maka pertemuaan permukaan hasil penggerindaan dengan
permukaan yang lama tidak akan sama ( bertingkat / ada step ).

Pengaturan kedalaman penggerindaan


yang baik, pertemuan permukaan hasil
penggerindaan dengan permukaan yang
lama bagus

Pengaturan kedalaman penggerindaan


yang kurang baik, pertemuan permukaan
hasil penggerindaan dengan permukaan
yang lama membentuk bidang bertingkat
(tidak bagus)

Gambar 45. Pengaturan Kedalaman Penggerindaan

Penggerindaan Spiral Luar Milling Cutter


Penggerindaan spiral luar milling cutter bertujuan untuk membuat sudut
bebas milling cutter sebesar 5 sehingga cutter dapat memotong dengan baik.
Adapun untuk setting penggerindaan spiral luar dibedakan mnjadi :

- Setting untuk penggerindaan spiral luar milling cutter mata genap.


- Setting untuk penggerindaan spiral luar milling cutter mata ganjil.

Setting penggerindaan spiral luar milling cutter mata genap


- Atur 2 ujung sisi mata potong cutter yang berseberangan sama tinggi
dengan menggunakan hight gauge.
- Putar cutter sebesar 5 untuk membentuk sudut bebas.
- Setting ketinggian sumbu cutter sama dengan sumbu batu gerinda dan
ujung sisi potong cutter tepat pada ujung batu gerinda.

Gambar 46. Setting Penggerindaan Spiral Luar Milling Cutter Mata Genap

Setting penggerindaan spiral luar milling cutter mata ganjil


- Atur 2 ujung sisi mata potong cutter yang simetri sama tinggi dengan
menggunakan hight gauge.
- Putar cutter sebesar ( 90 - 5 ) untuk membentuk sudut bebas.
- Setting ketinggian sumbu cutter sama dengan sumbu batu gerinda dan
ujung sisi potong cutter tepat pada ujung batu gerinda.
A

Gambar 47. Setting Penggerindaan Spiral Luar Milling Cutter Mata Ganjil

Pada penggeridaan spiral luar untuk semua mata potong baik genap
maupun ganjil pengaturan posisi ujung mata potong setelah diputar 5º harus tepat
pada ujung batu gerinda, dengan tujuan supaya lip ( bibir ) potong spiral cutter pada
posisi tertinggi.
Gambar 48. Pengaturan Posisi Ujung Mata Potong Terhadap Ujung Batu
Gerinda

Anda mungkin juga menyukai