Anda di halaman 1dari 3

APLIKASI TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT DAN KOMPARATIF

ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

Dari sisi perdagangan, total perdagangan Indonesia dan Malaysia sejak 2012 hingga 2016
memang mengalami tren penurunan. Namun, hubungan perdagangan kedua negara masih
memainkan peran yang cukup penting. Pada 2012, nilai perdagangan Indonesia-Malaysia
bernilai $23,52 miliar atau setara dengan 6,16 persen dari total perdagangan Indonesia. Pada
2014, menurun menjadi $20,59 miliar atau tumbuh negatif 14,19 persen dibandingkan 2013
yang bernilai $23,99 miliar. Proporsi nilai perdagangan Indonesia dan Malaysia terhadap
total perdagangan Indonesia pun menurun. Pada 2014, kontribusi perdagangan Indonesia dan
Malaysia sebesar 5,81 persen terhadap total perdagangan Indonesia. Proporsi ini menurun
menjadi 5,1 persen pada 2016. Dibandingkan dengan negara ASEAN, pada 2016, Malaysia
merupakan pasar terbesar kedua, setelah Singapura, sebagai tujuan ekspor Indonesia. Nilai
ekspor Indonesia ke Malaysia pada 2016 sebesar $5,27 miliar. Sedangkan, nilai ekspor
Indonesia ke Singapura untuk tahun yang sama sebesar $11,86 miliar. Jika dibandingkan
dengan dunia, pada 2016, Malaysia menempati posisi ke lima negara tujuan ekspor utama
Indonesia. Cina merupakan negara tujuan ekspor pertama Indonesia dengan nilai ekspornya
yang mencapai $16,79 miliar pada 2016. Bagi Malaysia, Indonesia pun merupakan pasar
besar bagi produknya. Pada 2016, Nilai ekspor Malaysia ke Indonesia tercatat senilai
RM27,66 miliar atau setara dengan 3,5 persen dari total ekspornya. Nilai ini menempatkan
Indonesia pada posisi mitra dagang terbesar ke delapan bagi Malaysia. Begitu pula pada
2015, dimana nilai ekspor Malaysia ke Indonesia mencapai RM29,1 miliar atau setara dengan
3,7 persen dari total ekspornya. Minyak bumi mentah dan hasil minyak merupakan beberapa
komoditas utama ekspor Indonesia ke Malaysia. Pada 2016, nilai ekspor minyak bumi
mentah ke Malaysia sebesar $617,5 juta atau meningkat 147,59 persen dibandingkan 2015.
Sedangkan, eskpor hasil minyak pada 2016 bernilai $294,3 juta atau mengalami penurunan
sebesar 66,08 persen dibandingkan 2015 yang bernilai $867,7 juta. Selain hasil tambang,
komoditas ekspor utama Indonesia ke Malaysia adalah kopi. Sejak 2012 hingga 2016, per
tahunnya, rata-rata nilai ekspor Indonesia ke Malaysia sebesar $66,01 juta. Selain kopi, buah-
buahan tahunan juga menjadi komoditas ekspor utama Indonesia ke Malaysia. Pada 2016,
nilai ekspornya mencapai $118 juta atau meningkat 271,07 persen dibandingkan 2015 yang
tercatat bernilai $31,86 juta. Dari sisi impor, sejak 2012 hingga 2016, nilai impor Indonesia
dari Malaysia menujukan trend yang menurun. Pada 2012, nilai impor Malaysia tercatat
senilai $12,2 miliar dan menurun menjadi $7,2 miliar atau setara dengan 5,31 persen terhadap
total impor Indonesia. Jika dibandingkan negara ASEAN, pada 2016, Malaysia menempati
posisi ketiga importir terbesar bagi Indonesia. Singapura menempati posisi pertama negara
asal impor barang bagi Indonesia dengan nilai sebesar $14,54 miliar pada 2016. Bagi
Malaysia, Indonesia masih tetap menjadi mitra dagang utama. Pada 2016, impor Indonesia
berkontribusi sebesar 4,2 persen terhadap total impor Malaysia atau setara dengan RM29,43
miliar. Indonesia menempati posisi ke delapan importir terbesar ke Malaysia pada periode
yang sama. Tingginya kontribusi dan nilai dagang, baik ekspor maupun impor, Malaysia –
Indonesia ini menunjukkan kuatnya hubungan perdagangan kedua negara. Meskipun
Malaysia merupakan salah satu mitra dagang terbesar, akan tetapi Indonesia mengalami
minus dari sisi neraca perdagangan. Berdasarkan data BPS, pada 2012, neraca perdagangan
Indonesia-Malaysia menunjukkan nilai negatif yang berarti nilai impor lebih besar daripada
ekspornya. Pada 2012, neraca perdagangan Indonesia-Malaysia sebesar minus $965,24 juta
dan meningkat 175,16 persen menjadi minus $2.655,9 juta pada 2013. Pada 2016, neraca
perdagangan Indonesia-Malaysia masih belum menunjukkan nilai positif, di mana neraca
perdagangannya senilai minus $79,28 juta. Pada periode Januari-Mei 2017, neraca
perdagangan Indonesia-Malaysia menunjukkan angka minus $139,25 juta, yaitu nilai ekspor
tercatat sebesar $3,56 miliar dan impor sebesar $3,7 miliar. Meskipun Malaysia salah satu
pasar ekspor Indonesia, tetapi kontribusinya masih kecil dibandingkan negara lainnya
sehingga masih bisa diabaikan sebagai tujuan ekspor. Dari sisi pemenuhan permintaan
domestik yang dapat dilihat dari nilai impor pun, kontribusi Malaysia tidak besar, hanya
sekitar 5 persen. Begitu pula kedudukan Indonesia bagi Malaysia. Neraca perdagangan pada
dua tahun terakhir menunjukkan nilai negatif. Berdasarkan laporan Malaysia External Trade
Development Corporation (Matrade), neraca perdagangan Malaysia dari perdagangan dengan
Indonesia menunjukkan nilai defisit MYR 1,9 miliar pada 2015 dan MYR 1,77 miliar pada
2016. Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage)
merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurutnya, perdagangan
internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat
bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu
memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara
lainnya. Sebagai contoh, Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi kopi dan timah.
Indonesia mampu memproduksi kopi secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi
tidak mampu memproduksi timah secara efisien dan murah. Sebaliknya, Malaysia mampu
dalam memproduksi timah secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu
memproduksi kopi secara efisien dan murah. Dengan demikian, Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dalam memproduksi kopi dan Malaysia memiliki keunggulan
komparatif dalam memproduksi timah. Perdagangan akan saling menguntungkan jika kedua
negara bersedia bertukar kopi dan timah.

Dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan


standar kehidupan dan pendapatannya jika negara itu melakukan spesialisasi produksi barang
atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai