*) Email: hatsyim@gmail.com
ABSTRAK
Kesalahan analisa dalam melakukan interpretasi data seismik merupakan hal yang sangat berbahaya dalam proses
eksplorasi minyak dan gas. Untuk menghindari kesalahan dalam interpretasi, dibutuhkan pemahaman geologi yang
baik, ketersediaan data yang memadai juga dapat mengurangi potensi kesalahan. Sebagai upaya dalam mengurangi
ambiguitas dari analisa kualitatif, analisa kuantitatif dapat dilakukan pada data yang tersedia. Penelitian ini dilakukan
untuk dapat mengatasi dua permasalahan pada tahapan pembuatan model statik; rendahnya nilai resolusi vertikal
seismik dan tidak tersedianya data seismik pre-stack. Dengan hanya memanfaatkan data seismik post-stack 3D yang
memiliki tuning amplitude lebih besar dibandingkan lapisan zona reservoar, penelitian ini akan membahas cara lain
dalam analisa data seismik kuantitatif untuk melakukan karakterisasi zona reservoar, sebagai upaya dalam mengurangi
nilai ambiguitas akibat analisa kualitatif yang dilakukan saat proses korelasi sumur. Penelitian ini mengemukakan dua
inovasi metode dalam analisa kuantitatif. Penelitian ini menerapkan iterative Wiener filter (IWF) sebagai upaya dalam
menanggulangi ketidakmampuan data seismik dalam meresolusi lapisan reservoar, Metode ini memanfaatkan prinsip
kerja dari optimum wiener filter yang biasa digunakan pada proses dekonvolusi processing data seismik, yang juga
berfungsi dalam peningkatan resolusi vertikal. Penelitian ini memanfaatkan Wiener filter dalam peningkatan kualitas
data pada proses transformasi multiatribut. Selain metode IWF, penelitian ini juga menerapkan metode lain yakni
integrated prediction error filter analysis (INPEFA). Metode ini digunakan sebagai upaya dalam peningkatan
keakuratan dalam melakukan korelasi sumur. Proses delineasi zona reservoar melalui data sumur merupakan tahapan
awal yang sangat penting dalam pembuatan model statik. Pembuatan model statik yang baik nantinya akan
berpengaruh pada proses kalkulasi volumetrik reservoar yang relevan pula. Interpretasi data yang dilakukan secara
kuantitatif, menunjukkan peningkatan kualitas data saat melakukan proses korelasi sumur secara kualitatif.
Peningkatan ini ditunjukkan dengan kurva hasil INPEFA yang mampu mendeteksi perubahan iklim dan ukuran butir
secara lebih rinci. Zona reservoar dapat secara lebih detil dipetakan menggunakan transformasi multiatribut seismik.
Proses IWF mampu mengurangi nilai eror (hingga 38%) sekaligus meningkatkan nilai korelasi (hingga 38%) pada
proses transfromasi multiatribut. Penggunaan kedua metode terbukti dapat meningkatkan kualitas data pada pembuatan
model statik. Pemodelan statik yang baik dilakukan dengan mempertimbangkan analisa kuantitatif dan penerapan
metode IWF dinilai mampu merepresentasikan sebaran zona reservoar pada cekungan Jawa Barat ini.
ABSTRACT
Misinterpretation of seismic data could lead to disastrous impact towards oil and gas exploration process. As a way to
prevent it, seismic interpreters should have strong both geological and geophysical background, in addition to that,
the wide range of available dataset is also plays an imperative part. Quantitative interpretation improves the
conventional qualitative method in application of seismic and wireline logs data by narrowing the ambiguities thus
decreasing the error. This paper provides two example of relatively new methods in quantitative interpretation. We
approach the enhancement of vertical seismic resolution by applying iterative Wiener Filter (IWF) through multi-
attribute seismic analysis, another method that we provide during this research is the integrated prediction error filter
analysis (INPEFA). The INPEFA is applied during well correlation process. The well correlation process affects the
whole process in building static model, we approach the improvement in delineating reservoir zones using INPEFA.
The changes in clay minerals of siliciclastic sediments as well as the mean sea level changes both are governed by the
INPEFA trends. The result of INPEFA shows that, when the provided wireline log is high frequency or noisy, the
interpretation of both lithofacies and electrofacies becomes straightforward. The IWF result shows significant a
decrease in error value by 38 percent and an increase in correlation value by 38 percent. Combining these two
processes with a thoroughly analysis of the carbonate reservoir will result in advanced carbonate reservoir distribution
in this West Java basin.
Metode PEFA
���� = ∑ �� ∗
Gambar 4. Alur pengerjaan IWF sebagai tahap pre ��
conditioning data seismik. �=1
Keterangan :
Metode Pseudo Depth � ∶ Length data
�� ∶ Burg ′ s Coefficient
Pseudo Depth yaitu sumur dengan tebal yang �� ∶ Data (����� ��� ���)
berbeda-beda dibuat menjadi seolah-olah tebalnya
sama. Konsep pseudo depth ditunjukkan oleh Metode INPEFA
gambar 5. Kedalaman masing-masing sumur
ditransformasikan menjadi kedalaman baru dengan Secara umum, INPEFA merupakan spectral
acuan target reservoir yang paling tebal dengan cara trend dari data gamma ray log yang digunakan, alur
melakukan strech data menggunakan pseudo- pengolahan data INPEFA seperti tertera pada
velocity yang nilainya berbeda-beda disetiap sumur. gambar 6. Analisa perubahan clay mineral dan
perubahan muka air laut sejatinya didasari oleh
perubahan dari spectral trend gamma ray log yang
digunakan. Berikut workflow dalam proses
perhitungan INPEFA.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN / RESULTS
AND DISCUSSION
Metode INPEFA
ABSTRAK
Hasil survei tanah dengan pengambilan sampel Hg oleh Badan Geologi di daerah Way Umpu
menunjukan bahwa anomali Hg tidak berhubungan dengan keberadaan mata air panas, padahal keberadaan mata air
panas dan anomali unsur Hg akan menunjukan zona permeabel. Perbedaan ini disebabkan karena metode delineasi
anomali Hg dan analisa struktur geologi belum optimal. Oleh karena itu, riset ini melakukan analisa citra satelit
untuk mengetahui keberadaan struktur geologi dan analisa geostatistik untuk mendelineasi anomali Hg sehingga
dapat menentukan zona permeabel. Penelitian ini menggunakan data sekunder berjumlah 149 data Hg dry basis,
Data SRTM dan Citra Satelit Landsat 8 OLI. Metode Fault Fracture Density (FFD) pada data SRTM menggunakan
software QuantumGIS dan Arcmap, didapatkan area densitas kelurusan tinggi pada wilayah barat daerah penelitian
dengan trend regional berarah timur laut - barat daya yang sesuai dengan pola struktur orde dua Pulau Sumatra
bagian selatan. Keberadaan struktur yang diintrepetasikan sebagai sesar yang permeabel dibuktikan oleh keberadaan
anomali suhu tanah sebesar 29oC-34,3oC yang berarah timur laut - barat daya. Pengolahan data citra Landsat
digunakan untuk mengetahui tutupan lahan oleh vegetasi, hingga didapatkan area yang terpengaruh oleh aktivitas
geotermal. Perhitungan kerapatan titik-titik yang memiliki nilai NDVI yang sama dengan area air panas menunjukan
kerapatan tertinggi berada di bagian lereng Gunung Remas dan timur Gunung Punggur. Analisis data Hg Dry Basis
dilakukan dengan Exploratory Data Analysis (EDA) dalam bentuk Descriptive Analysis, Histogram, Box and
Whisker menggunakan software Microsoft Excel 2010. Hasil EDA menyimpulkan bahwa data memiliki outlier
dengan skewness 0.97. Model variogram terpilih didapat setelah beberapa pemodelan dengan hasil yang optimal
adalah model spherical dengan nugget 120, sill 3800, dan range 5800 meter. Berdasarkan hasil olah kriging
menggunakan software ILWIS terdapat anomali Hg di Gunung Punggur, anomali ini berkaitan dengan zona
permeabel pada area prospek geotermal. Hasil kriging dikoreksi oleh eror kriging sehingga hasil kriging dianggap
valid. Riset ini menyimpulkan bahwa Zona permeabel berada di bagian tengah area penelitan sepanjang sesar timur
laut - barat daya, lereng bagian utara Gunung Remas dan lereng bagian timur Gunung Punggur.
Kata kunci : Hg, Fault Fracture Density, Landsat 8, Zona permeabel Geotermal, Way Umpu
ABSTRACT
Soil survey with Hg samples from Badan Geologi shows that Hg anomalies in Way Umpu Area unrelated with hot
spring zone, besides hot spring and Hg anomalies shows permeable zone. Differences are detected because Hg
anomaly deliniation and geology structure analysis are not optimum. Therefore, this research is used remote sensing
analysis to detect geology structure and geostatistic analysis to deliniate Hg anomalies, then combine both to define
permeable zone. This research are using 149 secondary Hg dry basis data, SRTM & satellite image LANDSAT OLI 8.
Fault fracture density (FFD) method in SRTM data is processed by QuantumGIS and ArcMap software and find the
high fracture density zone in the western of Way Umpu Area with Southeast-Northwest trend and parallel with second
massive active structure in South Sumatra Region. This structure is intepreted as permeable fault zone which has
southeast-northwest trend with temperature anomalies between 29-34,3 Celcius degree. Satellite image LANDSAT
processing is used to shows vegatation distribution to define geothermal activities on surface. Area with similiar
NDVI value with hot spring occurance shows in Remas Mount Slope and eastern of Punggur Mount. Hg dry basis is
analyzed with Microsoft Excel 2010. EDA shows the data contains outliers with skewness 0,97. The choosen
variogram model is the best optimum variogram in ILWIS software with nugget 120, sill 3800, and range 5800 m.
Depend on Krigging Analysis in ILWIS, Punggur Mount has anomalies and related to permeabel zone in geothermal
prospect area. Krigging map is corrected with Error Krigging Map and makes data more valid. Conclusion of this
research is permeable area is located at the center of Way Umpu Region along with southeast-northwest fault,
northern slope of Remas Mount and eastern slope of Punggur Mount.
Keywords : Hg, Fault Fracture Density, LANDSAT 8, Geothermal Permeable Zone, Way Umpu
1. PENDAHULUAN
Secara geografis, daerah Way Umpu berada di data, ketiga melakukan kriging dan kriging eror
Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Daerah untuk melihat penyebaran data.
geotermal Way Umpu ditandai dengan keberadaan Metode penentuan daerah Permeabel
sumber mata air panas yang berada disekitar sungai dengan menghitung panjang kelurusan tiap pixel
Way Umpu.Daerah geotermal Way Umpu dan NDVI , lalu dihasilkan peta Fault Fracture
berasosiasi dengan daerah vulkanik berumur Density. Kelurusan dan NDVI ini diasumsikan
kuarter, yaitu Gunung Remas, Gunung Ulujamus, berasosiasi dengan fracture atau fault di daerah
dan Gunung Punggur. panas bumi. Fault dan fracture ini diasumsikan
Keberadaan unsur Hg yang berasosiasi sebagai bidang lemah dan menjadi jalur pergerakan
dengan proses vulkanik (Rychagov, 2010), dapat fluida termal sehingga dapat menjadi petunjuk bagi
bervariasi antar satu tempat dengan tempat lain lokasi daerah permeabel atau reservoir (Bujung
daerah penelitian. Telah dilakukan pengambilan dkk, 2011). Persebaran suhu tanah digunakan untuk
beberapa sampel, lalu dianalisis untuk mengetahui mendukung analisa-analisa yang sudah ada.
besar kandungan unsur Hg dalam daerah
pengambilan sampel.
Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh
Badan Geologi, daerah anomali konsentrasi Hg
tanah dengan kadar tinggi terletak disebelah barat
daerah penelitian, sementara disekitar pemunculan
mata air panas justru tidak menunjukkan adanya
anomali Hg tinggi. Anomali Hg tanah dengan
kadar tinggi tersebut diperkirakan tidak
berhubungan dengan sistem panas bumi di daerah
tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat
delineasi Zona permeabel prospek geotermal di
Way Umpu.
Metode penentuan nilai pada unsur Hg di
daerah yang tidak diambil sampelnya adalah
dengan menggunakan analisis metode geostatistik.
Pertama, dimulai dengan melakukan EDA untuk
Gambar 1 Peta Lokasi
melihat kenormalan data, kedua dilanjutkan dengan
membuat variogram untuk melihat hubungan antar
Daerah dengan konsentrasi nilai NDVI berada di tiga titik, di lereng Gunung Remas,
yang besar menandakan daerah tersebut Gunung Ulujamus dan di daerah dataran antara
kemungkinan besar dipengaruhi sumber geotermal. dataran antara kedua gunung.
Kerapatan NDVI merupakan banyaknya titik tiap
1km2. Persebaran daerah dengan nilai NDVI besar
Fault and Fracture Density (FFD) beku. Daerah yang memilkisesar dan rekahan
merupakan metode sederhana yang digunakan merupakan daerah yang permeabel, sehingga fluida
untuk menentukan area dengan kerapatan struktur dapat melewatinya dan menjadi manifestasi
tinggi yang dibentuk oleh interkoneksi antara sesar permukaan seperti silika sinter, fumarol, dll.
dan rekahan. (Suryantini,2010). O' Leary dkk Metode ini telah terbukti dalam eksplorasi panas
(1976) dalam Hung L.Q dkk (2005) menjelaskan bumi dan eksploitasi bahwa zona permeabel
bahwa kelurusan adalah fitur linear yang dapat merupakan target pengeboran yang signifikan
dipetakan dari permukaan, dan merupakan ekspresi untuk menemukan sumur produktif (Soengkono,
morfologi struktur geologi. Lembah sungai lurus 1999a and 1999b). Delineasi dan penentuan daerah
dan sejajar segmen lembah adalah ekspresi geotermal dengan zona permeabilitas tinggi dapat
geomorfologi khas dari kelurusan. Sesar dan menjadi langkah awal dalam eksplorasi
rekahanyang diamati merupakan hasil deformasi geothermal.
dari peristiwa tektonik, seperti perlipatan dan Pada analisa FFD digunakan data berupa
patahan maupun vulkanik, seperti intrusi batuan SRTM. Software QGIS digunakan untuk
menentukan hillshading dari 4 arah, 45o, 135o, 215o Kelurusan dapat diamati dari morfologi akibat
dan 315o, dengan kemiringan penyinaran 45o. berbagai sudut pencahayaan oleh pseudo sun.
Analisa Suhu Tanah berkatian dengan adanya fluida panas yang naik
sampai permukaan. Namun suhu tanah sampai
Menurut Onwuka, 2016, sumber panas kedalaman 2 meter dipengaruhi oleh suhu udara
utama dari tanah merupakan radiasi sinar matahari. (Iftekharul, 2015), dan pada area penelitian
Variasi suhu pada permukaan tanah disebabkan terdapat kerucut gunung api yang memiliki suhu
oleh perpindahan panas pada tanah (Zhao et al, lebih dingin
2007). Pada peta NDVI, daerah penelitian hampir Keberadaan anomali suhu tanah terbesar
seluruhnya memiliki nilai NDVI diatas 0.5 yang mencapai 34oC hanya muncul di area munculnya
berarti daerah penelitian ditutupi oleh tutupan mata air panas. Pada area lainnya anomali suhu
vegetasi yang lebat sehingga radiasi sinar matahari hanya mencapai 31 oC di bagian barat dan timur
tidak terlalu mempengaruhi suhu permukaan. area penelitian.
Besar anomali suhu hanya dapat
digunakan sebagai analisa pendukung. Suhu tinggi
Frekuensi
dan stationary). Memberikan hasil berupa pola
20
dalam data yang tidak dapat dibuktikan secara
deskriptif dari sampel (Tukey,1997). Model yang 10
dibuat dalam Exploratory Data Analysis adalah
Descriptive Analysis, Histogram, Box and 0
Whisker,dan plot data pada lokasi penelitian. Pada
Tabel 1 memperlihatkan nilai distribusi yang cukup Hg (ppb)
normal dengan nilai antara mean, median, dan
modus yang tidak terlalu besar selisihnya. Selain Grafik 3 Histogram
itu data memiliki nilai variasi data yang sangat
tinggi dimana mempengaruhi error data. Histogram Box and Whisker
dibuat dengan menggunakan 12 bins dan range bins
sebesar 30 dan untuk Box and Whisker dapat
dilihat secara jelas penyebaran dan outlier yang
terdapat dalam data. Pada Grafik 4, penyebaran Way Umpu
data memiliki skewness positif, hal tersebut
membuat data memiliki batas bawah dan terdapat
bin yang memiliki nilai yang kosong
mengindikasikan adanya outlier atau sampling
yang kurang bagus. Dalam hasil Grafik 4, diketahui
0 100 200 300 400
bahwa jika hasil sampel Hg melebihi nilai 268 ppb
maka dapat disimpulkan sebagai outlier yang dapat Hg (ppb)
menjadi manifestasi geotermal. Beberapa lokasi Grafik 4 Box and Whisker
ditemukannya outlier yaitu pada sampel WU 22
dan WU 23. Hasil seperti ini dapat terbentuk 2.6 Variogram
karena dua hal, adanya anomali atau kesalahan Analisis variogram pada penelitian kali ini
sampling. dilakukan untuk melihat seberapa jauh jarak satu
Dari hasil EDA didapat bahwa data relatif data ke data lainyang masih memiliki hubungan.
normal dan stasioner dimana mean, median dan Penelitian kali ini menggunakan aplikasi ILWIS
modus tidak berbeda terlalu jauh. 3.3 dengan tipe variogram bersifat omnidirectional
dengan asumsi bahwa hubungan antar data ke
segala arah adalah sama.Penelitian ini tidak
Tabel 1 Summary Statistic
dilakukan pemisahan data outlier karena data
Hg (ppb)
berubah besar nilainya secara beraturan sehingga
Mean 124 diasumsikan tidak perlu untuk dipisahkan dari data
Standard Error 4.70 lainnya.Hasil variogram pada penelitian kali ini
Median 115 dilakukan pada lag 500 m dan menghasilkan data
Mode 180 berupa nugget sebesar 120, sill sebesar 3800, range
Standard Deviation 57.4 sebesar 5500 m.
Sample Variance 3297.3
Kurtosis 1.57
Skewness 0.976
Range 329
Minimum 24
Maximum 353
Sum 18527
Count 149
Largest 353 Grafik 5 Variogram Hg lag 500m
Penelitian ini melakukan interpolasi dari daerah penelitian dibagi kedalam lima bin dengan
data-data yang didapatkan dimana nilai Hg bin terkecil sebesar 33.7 ppb dan nilai bin terbesar
diestimasi untuk wilayah-wilayah yang tidak di adalah 335.82 ppb didapat daerah anomali Hg pada
ambil sampel menggunakan metode kriging. arah barat laut dimana merupakan bagian dari
Kriging merupakan metode statistik yang tubuh Gunung Punggur.
menghubungkan besar kecil suatu nilai estimasi Dilakukan juga analisis terhadap kriging
menggunakan pembobotan dimana semakin dekat error menggunakan ILWIS 3.3.untuk melihat
jarak antar data maka akan semakin tinggi bobot apakah data hasil interpolasi kriging memiliki
dari nilai data yang digunakan untuk mengestimasi. tingkat nilai akurasi yang baik. Akurasi interpolasi
Penelitian kali ini menggunakan isotropik kriging dilihat dari besarnya varian pada kriging error, nilai
dengan asumsi variasi nilai ke segala arah sama error terbesar didapatkan pada ujung dari daerah
sesuai dengan hasil EDA. penelitian berarah barat laut tenggara. Besar nilai
Kriging dilakukan menggunakan aplikasi error tersebut diakibatkan karena tidak ada data
ILWIS 3.3 dimana digunakan data Hg dengan yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai
menggunakan semi variogram lag 500 m dari titik-titik disana.
omnidirectional. Berdasarkan hasil interpolasi,
Hasil interpolasi data Hg pada penelitian kali 335.82 ppb, sementara sebaran nilai Hg pada
ini didapatkan sebaran nilai Hg tertinggi yaitu di baratdaya tidak dapat digunakan karena memiliki
arah barat laut dari lokasi penelitian, dengan nilai nilai varian antar data yang cukup tinggi pada
interpolasi kriging error. Besar nilai Hg pada arah Punggur terdapat zona pemeabilitas yang
barat laut diduga memiliki kolerasi positif dengan berhubungan dengan sistem geothermal.
keterdapatan sumber geotermal dimana pada Sedangkan untuk daerah manifestasi mata air
penelitian kali ini mengelompok di tubuh Gunung panas berasal dari sumber panas Gunung Punggur,
Punggur. dibuktikan dengan interpretasi arah dip sesar peta
Keberadaan nilai unsur Hg yang besar pada geologi Way Umpu pada daerah manifestasi yang
bagian baratlaut daerah penelitian juga didukung berarah ke sumber panas dari Gunung Punggur.
oleh besarnya nilai Fault Fracture Density sebesar Manisfestasi mata air panas muncul pada Satuan
2
584.9m/km pada daerah tersebut. Besarnya nilai lava riolitik yang telah mengalami deformasi kuat
Hg tersebut kemungkinan berasal dari sumber oleh struktur berarah relatif timur laut-barat daya.
panas yang terletak di bawah Gunung Punggur. deleniasi Hg tinggi. Semetara keberadaan anomali
Keberadaan area-area kecil dengan konsentrasi Hg berada pada satuan Lava Gunung Punggur dan
fault dan fracture tinggi yang lain kemungkinan satuan breksi vulkanik Gunung Punggur.
tidak berhubungan dengan sistem geotermal karena Adanya sesar-sesar orde dua yang berada di
memiliki nilai Hg yang kecil. Pada penampang di bawah endapan vulkanik gunung di way umpu
peta geologi daerah Way Umpu, sumber Hg antara menyebabkan tidak meratanya persebaran unsur Hg
mata air panas dan Gunung Punggur merupakan maupun kelurusan di permukaannya. Sehingga
dua sistem yang berbeda. semua area yang memiliki nilai fault & fracture
Besar nilai NDVI di daerah manifestasi density besar belum tentu memiliki permeabilitas
adalah 0,68. Berdasarkan hasil NDVI yang besar.
Classification, didapatkan daerah yang memiliki Penentuan zona permebel dilakukan dengan
nilai NDVI sama dengan daerah manisfestasi melihat keberadaan hasil analisis Kriging unsur Hg,
berkumpul pada 3 titik, yaitu lereng Gunung dan Analisis Citra Satelit serta didukung oleh
Remas, Lereng Gunung Remas dan didataran. Nilai analisis suhu tanah. Zona permeabel di Way Umpu
NDVI density yang besar menandakan adanya dapat terdapat 2 domain, di lereng timur Gunung
pengaruh panas yang dihasilkan oleh sumber Punggur dan lereng utara Gunung Remas. Area
geotermal. ditimur Gunung Punggur di intrepetasikan terdapat
Terdapat beberapa area dengan anomali suhu Zona permeabel karena di area tersebut terdapat
tanah, namun hanya area yang berada didekat mata anomali unsur Hg yang tinggi-sedang nilai FFD
air panas, lereng timur G. Punggur, Lereng utara G. yang tinggi, Densitas NDVI tinggi dan manifestasi
Remas, sepanjang sesar barat daya-timur laut dan air panas. Zona permeabel di lereng utara Gunung
bagian timur area penelitian. Pemilihan area Remas ditandai dengan keberadaan anomali unsur
tersebut didasarkan pada keberdaaan NDVI Hg yang sedang, nilai FFD tinggi, Densitas NDVI
density, FFD dan anomali unsur Hg, sehingga tinggi dan adanya anomali suhu tanah. Secara
dapat dianggap area dengan anomali suhu tanah umum Zona permeabel ini berarah timur laut-barat
tersebut berkaitan dengan aktivitas geotermal. daya, hal ini membtuktikan keberadaan struktur
Berdasarkan data geologi penelitian di Way regional orde dua di Pulau Sumatra mempengaruhi
Umpu dan hasil dari interpolasi penyebaran unsur keberadaan zona permeabel.
Hg, disimpulkan kemungkinan besar pada Gunung
Gambar 17 Peta Deleniasi Zona permeabel pada prospek geotermal daerah Way Umpu
*) Email: astutimandiri@gmail.com
ABSTRAK
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi sering menemui beberapa kendala, salah satunya adalah
adanya risiko bencana geologi. Risiko bencana geologi tersebut dapat berupa tanah longsor dan gempa bumi.
Identifikasi karakteristik dinamik tanah dan bidang gelincir dilakukan untuk menurangi risiko bencana geologi yang
ada. Identifikasi dilakukan menggunakan Metode Mikroseismik dan Geolistrik. Pengukuran Metode Geolistrik
Dipole-dipole dapat menggambarkan persebaran nilai resistivitas bawah permukaan di daerah penelitian untuk
mengetahui keberadaan bidang gelincir tanah longsor. Sedangkan pengukuran Metode Mikrseismik digunakan
untuk memetakan kerentanan gempa pada daerah tersebut. Tingkat kerentanan gempa diperoleh melalui analisa
beberapa parameter, meliputi frekuensi dominan(f0), amplifikasi(A), kerentanan gempa(Kg), ketebalan lapisan
permukaan (H), dan Peak Ground Acceleration(PGA). Sedangkan persebaran nilai Ground Shear Strain dari analisa
mikroseismik digunakan untuk mendukung analisa kerentanan longsor daerah penelitian. Hasil interpretasi pada 4
lintasan geolistrik menunjukkan bahwa bidang gelincir berada pada kedalaman yang bervariasi antara 30-40m.
Sementara itu, hasil mikroseismik menunjukkan bahwa daerah ini memiliki nilai frekuensi dominan tanah dalam
rentang 0,51 Hz sampai 7,5 Hz dan amplifikasi 2,25 sampai 5,49. Berdasarkan analisa semua parameter f0, A, H,
Kg, dapat dipetakan bagian spesifik dari lokasi penelitian yang relatif lebih rentan terhadap gempa ketika gempa
terjadi. Sedangkan analisa PGA dan GSS menunjukkan bahwa jika terjadi gempa yang sama dengan referensi yang
digunakan maka daerah tersebut relatif aman dari deformasi. Didukung pula dengan interpretasi dari penampang
resistivitas bahwa perencanaan pembangunan pembangkit dapat dikatakan cukup aman karena letak zona akuifer
yang cukup dalam. Akuifer yang cenderung tidak menerus secara lateral juga mendukung informasi GSS bahwa
daerah tersebut relatif aman dari longsor.
Kata kunci: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, mikroseismik, geolistrik, bidang gelincir, karakteristik diamik
tanah.
ABSTRACT
Geothermal power plant construction often met with some obstacles, one example the problem is the risk of
geological disaster. It might be a landslide and an earthquake. Identification of ground dynamic characteristic and
groundwater distribution being held in order to reduce any geological risk. These identification carried out using
Microseismic and Geoelectric Methods. In geoelectric dipole-dipole method, we could describe the distribution of
underground’s resistivity in purposed area to find out the presence of slip plane that phrone to a landslide. While,
the microseismic method being used for mapping earthquake vulneralibility in those area. Earthquake vulneralibility
level could be known from the analysis of some parameters, like dominan frequency (f0), amplification, seismic
vulneralibility index(Kg), thickness of the weathered layer(H), and the peak of ground acceleration (PGA). While the
value distribution of Ground Shear Strain from the analized microseismic used to support the landslide
vulneralibility analysis in the research area. The interpretation results from 4 geoelectric lines shows that the depth
of the slip plane has been varied between 20-40m. Meanwhile the result of microseismic calculations indicate that
the area relatively has low seismic vulnerability index. This area has dominant ground frequency value between 0,51
Hz until 7,5 Hz, and amplification at 2,25 until 5,49. Based on the analysis from all parameters of f0, A, H, Kg, we
could map the specific part of the area that relativey susceptible to earthquake when it happens. PGA and GSS
analysis shows if the same earthquake happens with the references being used so the area should be safe from
deformation. Also being supported with the interpretation of resistivity cross sections that the masterplan of the
powerplant could be said safe because the aquifers zone underneath is deep enough. The aquifers tends to be
unrelated laterally that also support GSS informations that the area relatively is safe from landslide.
3.2. Mikroseismik
1. Frekuensi Dominan dan Ketebalan Lapisan
Permukaan
Berdasarkan nilai frekuensi saat kurva
HVSR mencapai peak, kita dapat mendapatkan
nilai frekuensi dominan pada lokasi pengukuran.
Nilai frekuensi tersebut bergantung pada ketebalan
lapisan permukaan dan jenis batuan penyusun
bawah permukaan. Semakin tebal lapisan lapuk
maka nilai frekuensi dominan akan semakin kecil,
dan sebaliknya. Berdasarkan hasil pengukuran
didapatkan peta persebaran nilai frekuensi dominan
sebagai berikut :
Gambar 3.2.2. Peta Persebaran Nilai f0 di wilayah
pengukuran
2. Faktor Amplifikasi (A0)
4. KESIMPULAN / CONCLUSION
*) Email: hafiyyanfikri@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan longsor di Indonesia merupakan permasalahan yang harus diperhatikan lebih karena dalam kurun waktu
10 tahun terakhir, Indonesia telah mengalami 4.441 kasus longsor dengan jumlah korban jiwa 1.838 orang. Karena
jumlah kejadian longsor yang memprihatinkan, kami mencoba melakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi
daerah yang berpotensi terjadinya longsor dengan mengintegrasikan metode geofisika. Penelitian dilakukan di Desa
Seling, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen. Daerah penelitian ini memiliki susunan satuan batuan
secara vertikal adalah top soil, satuan batuan breksi , dan satuan batulempung. Susunan batuan tersebut memiliki
potensi terjadinya longsor yang diakibatkan oleh terbentuknya bidang gelincir antara batas satuan batuan breksi dan
satuan batulempung. Metode geofisika yang digunakan untuk penelitian ini dipilih berdasarkan parameter yang
dibutuhkan untuk mencari daerah yang berpotensi longsor. Pengumpulan data untuk mengidentifikasi pemetaan
longsor mencakup tiga aspek, yaitu susunan lapisan batuan, kemiringan bidang perlapisan, dan persebaran satuan
batuan breksi. Penelitian dilakukan menggunakan metode geolistrik, GPR dan elektromagnetik. Metode geolistrik
digunakan untuk mengetahui susunan lapisan batuan. Metode GPR digunakan untuk mengetahui kemiringan bidang
perlapisan. Metode elektromagnetik digunakan untuk mengetahui persebaran batuan breksi. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa integrasi antara metode geolistrik, GPR, dan elektromagnetik dapat mengidentifikasi potensi
longsor secara efektif. Selain itu juga kami menambahkan forward modeling pada metode GPR untuk menjadi quality
control pada data yang telah didapatkan. Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam studi lanjutan bidang
mitigasi bencana pada daerah yang memiliki kondisi geologi serupa.
ABSTRACT
Landslide in Indonesia is a problem that needs more attention because in the past 10 years, Indonesia has experienced
4,441 cases of landslide that resulting in a total loss of 1,838 people. Because of this apprehensive amount of
landslide, we attempt to conduct research with the aim of identifying areas with potential landslide with integration of
geophysical methods. The study was conducted in Seling Village, Karangsambung District, Kebumen Regency. This
research area has a vertical composition of rock units is top soil, rock breccia unit, and claystone unit. The
composition of the rock has the potential for landslide caused by the formation of a slip surface between the rock
breccia unit boundary and claystone unit. The geophysical method used to identify this matter was chosen based on
data needs in knowing the areas that are prone to landslide. Data collection to identify the mapping of landslide
includes three aspects, namely the composition of rock layers, the slope of the slip surface, and the distribution of rock
breccia units. The research was conducted through geoelectric method, GPR method, and electromagnetic method.
The geoelectric method is used to determine the composition of rock layers. The GPR method is used to determine the
slope of the slip surface. The electromagnetic methods are used to determine the distribution of breccia rocks. The
findings show that the integration between geoelectric, seismic refraction, and electromagnetics methods can
effectively identify potential landslide. This research is expected to be applied in further studies in the field of disaster
mitigation in areas that have similar geological conditions.
1. PENDAHULUAN / INTRODUCTION curah hujan yang tinggi serta gempa bumi. Dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir, Indonesia telah
Bahaya pergerakan tanah menjadi salah satu mengalami 4.441 kejadian gerakan tanah yang
masalah yang serius di Indonesia dan perlu mengakibatkan korban jiwa sebanyak 1.838 orang
mendapatkan perhatian khusus. Indonesia dan rumah rusak berat sebanyak 13.283 rumah [1].
merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan Selain itu, bencana gerakan tanah atau tanah
tinggi dan topografi yang beragam. Gerakan tanah longosor menyebabkan kerusakan yang cukup
yang terjadi di Indonesia seringkali disebabkan oleh
signifikan pada jalan, infrastruktur, dan pertanian, 3. Elektromagnetik, untuk mengidentifikasi
yang menghambat keberlangsungan ekonomi [2]. persebaran satuan batuan breksi di dekat
Gerakan tanah secara umum adalah permukaan.
pergerakan batuan, tanah dan materal organik yang
menuruni suatu lereng atau bidang gelincir tertentu
akibat pengaruh gravitasi dan bentuk permukaan 2. METODE PENELITIAN / METHODS
tanah. Kebumen merupakan kabupaten di Jawa
Tengah yang memiliki kerentanan terhadap Metode Geolistrik
bencana pergerakkan tanah. Hal ini disebabkan
karena kondisi morfologi yang menunjukkan Metode geolistrik mampu memetakan
pegunungan dengan kemiringan lereng agak curam formasi resistif rendah dan tinggi. Oleh karena itu,
hingga curam. Tercatat beberapa kejadian longsor metode ini sangat berharga untuk vulnerability
pernah terjadi di Kebumen, khususnya di studies [8,9]. Pengukuran geolistrik dilakukan
Karangsambung. Bencana tersebut diidentifikasi dengan merekam potensial listrik yang timbul dari
terjadi akibat batas kontak antara batuan penyusun arus yang dimasukan ke dalam tanah dengan tujuan
lereng yang telah lapuk dengan batuan yang masih untuk mencapai informasi tentang struktur
segar pada kemiringan lereng yang relatif agak resistivitas tanah. Dalam tanah yang homogen
curam [3]. (halfspace) aliran arus radial keluar dari sumber
Ketidakstabilan tanah dapat terjadi apabila arus dan membangkitkan permukaan ekipotensial
terdapat bidang gelincir di bawah permukaan tanah. yang menjalar tegak lurus dengan garis aliran arus
Selain itu juga dapat mengakibatkan terjadinya dan membentuk setengah bola.
pergerakan tanah yang dapat memicu longsor. Oleh Vertical Electrical Sounding (VES),
karena itu penting untuk mengetahui persebaran digunakan untuk menentukan variasi resistivitas
daerah yang memiliki bidang gelincir dan kondisi terhadap kedalaman. Hanya satu kali VES yang
lapisan lapuk. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui diterapkan pada suatu area, di mana tanah
daerah yang rawan terjadi pergerakan tanah. Untuk diasumsikan horizontal berlapis dengan sedikit
mengatahui lapisan dibawah permukaan tanah, variasi lateral, karena kurva sounding hanya dapat
dapat digunakan metode geofisika sounding diinterpretasikan menggunakan model horizontally
geolistrik. Dalam mengidentifikasi bidang gelincir, layered earth (1D) [10]. VES biasanya dilakukan
dapat digunakan metode geofisika GPR. Sedangkan pada konfigurasi Schlumberger, di mana elektroda
dalam mengidentifikasi persebaran lapisan lapuk potensial ditempatkan dalam posisi tetap dengan
batuan dapat digunakan metode geofisika pemisahan pendek dan elektroda saat ini
elektromagnetik. Dalam penelitian ini, kami ditempatkan secara simetris pada sisi luar elektroda
memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas potensial (Gambar 1) Setelah pengukuran
integrasi ketiga metode geofisika tersebut dalam resistivitas, elektroda dipindahkan lebih jauh dari
mengidentifikasi daerah yang berpotensi terjadinya pusat array. Dengan cara ini arus dibuat bertahap
pergerakan tanah. Penelitian ini dilakukan di Desa untuk mengalir melalui bagian yang lebih dalam
Seling, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten dan lebih dalam dari tanah.
Kebumen, Jawa Tengah yang telah terindikasi
terjadinya pergerakan tanah berupa rayapan (creep).
Studi-studi gerakan tanah di Indonesia dengan
menggunakan metode geofisika sudah banyak
digunakan, umumnya dengan metode resistivitas
[4-6], dan metode GPR [7]. Akan tetapi, studi
pergerakan tanah menggunakan metode
elektromagnetik belum banyak ditemukan, Gambar 1. Konfigurasi metode Schlumberger
khususnya di Indonesia.
Daerah pengukuran berada pada zona
Tujuan longsor Desa Seling tepatnya berada pada titik
koordinat 49S 352980,70mT dan 9158866,95mU
Tujuan penelitian ini adalah (Gambar 2). Metode yang digunakan adalah
mengidentifikasi potensi daerah rawan pergerakan vertical electrical sounding (VES) dengan
tanah dengan metode: konfigurasi Wenner-Schlumberger. Target
1. Geolistrik (Vertical Electric Sounding), kedalaman pengukuran yang diinginkan sekitar 50
untuk mengidentifikasi perlapisan batuan m sehingga pengukuran dilakukan dengan
secara vertikal. bentangan maksimum sejauh 180 m arah utara-
2. GPR (Ground Penetration Radar), untuk selatan. Berikut adalah peralatan yang digunakan: 1
mengidentifikasi kontak satuan batuan set Mini Sting, 1 buah power supply, 2 gulung
breksi dengan satuan batulempung serta meteran dengan panjang 100 m, 4 buah elektroda, 1
kemiringanya. buah laptop.
Gambar 3. Diagram Alir Pemrosesan Data EM
Metode GPR
Tanah (?)
Breksi (?)
Batulempung (?)
Diskusi
*) Email: dikisetiawanofficial@gmail.com
ABSTRAK
Pada beberapa tahun ke depan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember akan melakukan banyak pembangunan
infrastruktur sebagai bagian dari pengembangan kawasan pendidikan. Berdasarkan kondisi geologisnya, Kota
Surabaya merupakan cekungan alluvial muda hasil endapan laut, sungai, tuf, dan batupasir yang dilewati oleh sesar
aktif Kendeng dengan pergerakan 5 milimeter per tahun. Dengan kondisi geologi yang memungkinkan terjadinya
amplifikasi tersebut, Surabaya memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap getaran yang terjadi di bawah permukaan.
Pengetahuan mendetail mengenai tingkat kerentanan tanah diperlukan untuk mendukung upaya pembangunan
infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan zona kerentanan tanah di kawasan kampus ITS
menggunakan metode mikrotremor. Dimana metode ini merekam nilai frekuensi natural dan nilai amplifikasi. Hasil
pengukuran kemudian dianalisis menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) sehingga
didapat nilai frekuensi natural sebesar 1.35 Hz hingga 2.75 Hz. Dimana nilai frekuensi terendah di bagian utara dan
nilai tertinggi di bagian selatan. Nilai frekuensi tersebut kemudian diintegrasikan dengan data Vs30, sehingga
didapat nilai kecepatan geser dan ketebalan lapisan sedimen. Melalui penampang bawah permukaan, diketahui
terdapat tiga jenis lapisan secara umum. Berdasarkan klasifikasi tanah Eurocode 8, dapat diinterpretasikan bahwa
lapisan pertama merupakan endapan alluvium dengan Vs 200 m/s. Kemudian lapisan kedua adalah endapan sand
atau clay dengan Vs 600 – 800 m/s. Lapisan ketiga merupakan jenis lapisan yang sama seperti lapisan pertama. Dan
lapisan keempat adalah lapisan batuan padat dan keras dengan nilai Vs mencapai 800 – 1000 m/s. Penelitian yang
dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan persebaran nilai frekuensi dan ketebalan sedimen, tingkat
kerentanan tanah di kawasan kampus ITS semakin tinggi di bagian utara, dan semakin rendah di bagian selatan.
ABSTRACT
In the next few years, Institut Teknologi Sepuluh Nopember will do a lot of infrastructures development as part of the
growth of education area. Based on its geological conditions, Surabaya is a young alluvial basin resulted by
sedimentation of the sea, river, tuff, and sandstone that is passed by active fault Kendeng with movement rate 5
millimeters per year. With the geological conditions that enable amplification, Surabaya has a high level of
vulnerability to vibrations that occur below the surface. Detailed knowledge about the level of soil vulnerability is
needed to support infrastructure development efforts. The purpose of this study is to identify and map the soil
vulnerability zone in ITS campus area using microtremor method. This method records natural frequency values and
amplification values. The measurements results are analyzed using HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio)
method, then the natural frequency value of 1.35 Hz to 2.75 Hz was obtained. Where the lowest frequency value is in
north and the highest value is in south. Then the frequency values is integrated with Vs30 data so the values of shear
velocity and thickness of sediment layer are obtained. Through the subsurface section, it is known that there are
three types of layers in general. Based on Eurocode 8 soil classification, it can be interpreted that the first layer is
alluvium deposit with Vs 200 m/s. Then the second layer is sand or clay deposits with Vs 600 - 800 m/s. The third
layer is the same type of layer as the first layer. And the fourth layer is a solid and hard rock layer with a value of V
reaching 800 - 1000 m/s. The conducted research concluded that based on the distribution of the value of the
frequency and thickness of sediments, the level of soil vulnerability in ITS campus area was higher in the north, and
lower in the south.
Oleh sebab itu diperlukan penelitian untuk Dengan kondisi geologi sedemikian rupa, Surabaya
mengetahui persebaran tingkat kerentanan tanah. memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap getaran
Dimana hal tersebut dapat diketahui melalui metode yang terjadi di permukaan. Karena pada saat terjadi
mikrotremor yang diintegrasikan dengan nilai gempa, intensitas guncangan tanah (ground
kecepatan geser (Vs30). Sehingga dihasilkan peta shaking) tidak hanya bergantung pada besaran dan
kontur persebaran nilai frekuensi natural dan jarak pusat gempa, namun juga kondisi geologi
penampang ketebalan sedimen di kawasan setempat. Di dekat permukaan, endapan sedimen
penelitian. dapat memperkuat gelombang seismik dan
mengakibatkan guncangan yang lebih besar
dibandingkan batuan keras di bawahnya [4].
1.2 Rumusan Masalah
B. Amplifikasi
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, Amplifikasi merupakan penguatan amplitudo
maka dapat dituliskan rumusan masalah sebagai gelombang pada lapisan tanah. Hal ini diakibatkan
berikut: gelombang gempa yang berasal dari bedrock
1. Bagaimana persebaran nilai frekuensi natural di memiliki frekuensi yang sama atau hampir sama
kawasan kampus ITS? dengan frekuensi natural tanah tersebut. Terdapat
2. Bagaimana penampang bawah permukaan di empat penyebab amplifikasi pada suatu daerah,
kawasan kampus ITS? yaitu:
3. Bagaimana tingkat kerentanan tanah di kawasan - Terdapat lapisan lapuk yang terlalu tebal di
kampus ITS? atas lapisan keras
- Frekuensi natural tanah yang rendah
- Frekuensi gempa sama atau hampir sama
1.3 Tujuan dengan frekuensi natural geologi setempat
- Gelombang seismik terjebak dalam lapisan
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan lapuk dalam jangka waktu lama. [4]
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara melakukan pemetaan Nilai amplifikasi dapat diketahui melalui
zona kerentanan tanah dengan metode pengukuran di lapangan. Dimana pengukuran
mikrotremor dilakukan dengan mengamati gelombang gempa
2. Untuk memetakan zona kerentanan tanah di yang merambat pada batuan dasar dan pada
kawasan kampus ITS permukaan tanah [5]. Nilai amplifikasi dituliskan
dalam persamaan berikut
1.4 Teori Pendukung
BV SB (1)
A
V
A SS
4 f 0
bawah, meliputi:
Dimana persamaan manual untuk nilai Vs30 adalah
sebagai berikut 2.1 Tempat dan Waktu
30
120m (4)
V S
T
atau Penelitian dilaksanakan di kampus Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo Surabaya
V S
30 f 120m (5)
pada 27 April 2018. Penelitian dilaksanakan mulai
0
dengan VS adalah kecepatan gelombang geser, f0 pukul 07.00 sampai 18.00 dengan waktu
adalah frekuensi natural, h adalah ketebalan pengukuran tiap titik 30 menit. Terdapat 15 titik
sedimen, dan T adalah periode gelombang. pengukuran, dengan jarak antar titik 100 meter.
Adapun lokasi penelitian, lintasan, dan titik
E. Klasifikasi Jenis Tanah Eurocode 8 pengukuran ditunjukkan pada Gambar 1.
Pada Tabel.1 ditampilkan klasifikasi jenis tanah
Eurocode 8 yang digunakan sebagai referensi
dalam menentukan litologi bawah permukaan.
Gambar 1 Titik pengukuran penelitian
Sampai tahap ini didapat nilai frekuensi natural dari Pada keseluruhan penampang (Gambar 5)
grid pengukuran yaitu pada range 1.35 hingga 2.75 berdasarkan klasifikasi tanah Eurocode 8 (Tabel 1),
Hz. Nilai ini kemudian diplotkan dalam sebuah peta lapisan dekat permukaan merupakan lapisan tipe E,
kontur frekuensi natural. Nilai frekuensi natural yang merupakan lapisan alluvial dengan nilai
dapat merepresentasikan ketebalan sedimen di kecepatan geser 200 m/s pada kedalaman 30 – 50
kawasan penelitian, dimana nilai frekuensi akan meter. Lapisan tersebut ditunjukkan warna merah
berbanding terbalik dengan ketebalan sedimen. muda pada Gambar 5. Lapisan ini memiliki trend
yang berbeda kedalamannya, dimana cenderung
Untuk melakukan analisis lebih lanjut mengenai semakin dalam dari selatan ke utara.
nilai ketebalan sedimen yang ada di kampus ITS,
dilakukan perhitungan sesuai persamaan tebal Di bawah lapisan alluvial, terdapat lapisan tipe B
lapisan sedimen (Persamaan 3) setelah sebelumnya dengan nilai kecepatan geser 600 m/s hingga 800
mencari nilai Vs30 dari USGS. Sehingga didapat m/s pada rentang kedalaman yang bervariasi,
penampang bawah permukaan pada tiap line. Peta berkisar antara 200 m hingga 300 meter dibawah
kontur persebaran frekuensi natural ditunjukkan permukaan. Berdasarkan klasifikasi tanah, lapisan
oleh Gambar. 4 dan penampang bawah permukaan ini merupakan endapan sand atau clay. Endapan ini
tiap line ditunjukkan Gambar 5. ditandai kontur berwarna biru tua ke hijau pada
Gambar. Lapisan berikutnya yaitu lapisan E
kembali. Dan lapisan paling bawah adalah lapisan
batuan keras dan padat (warna hijau) dengan nilai
kecepatan geser 800 – 1000 m/s.
4. KESIMPULAN / CONCLUSION
*) Email: adityayudakencana@gmail.com
ABSTRAK
Secara geologi, Songa-Wayaua berada pada busur gunungapi Halmahera. Tatanan tektonik di Lapangan Songa-
Wayaua berupa subduksi lempeng Molluca terhadap lempeng Pasifik. Proses tektonik tersebut menghas ilkan
beberapa gunung api seperti Gunung Lansa dan Bibinoi, serta struktur geologi berupa sesar Wayaua, Lapan, Pele, dan
Tawa. Kehadiran sistem panasbumi di Lapangan Songa-Wayaua dicirikan dengan hadirnya manifestasi mata air
panas, fumarol, dan batuan teralterasi. Manifestasi mata air panas yang hadir yaitu mata air panas Songa (MAPS 1,
MAPS 2, dan MAPS 3) dan Wayaua (MAPW). Fumarol keluar pada manifestasi MAPS 1 dan MAPS 2. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pola aliran fluida hidrotermal di bawah permukaan, temperatur dan pH reservoir,
serta zona permeabel. Analisis yang dilakukan adalah analisis anion, kation, isotop 18O, 2H, serta Hg udara tanah.
Berdasarkan hasil analisis, fluida yang muncul sebagai manifestasi telah mengalami boiling, kemudian
pencampuran/mixing dengan air laut. Fraksi air laut yang mengalami pencampuran dihitung dengan rasio isotop 18O
dan 2H, sementara fraksi air dan uap saat boiling dihitung menggunakan metode heat balance dan mass balance. Dari
perhitungan, didapatkan hasil bahwa terdapat dua kluster rasio Cl/B. Kluster pertama terdiri dari MAPS 1, MAPS 2,
dan MAPS 3. Sementara kluster kedua yaitu MAPW. Hasil tersebut diinterpretasikan bahwa terdapat dua reservoir
yang berbeda. Hal ini didukung dengan kondisi geologi kedua zona mata air tersebut yang dipisahkan oleh sebuah
teluk dan satuan geologi yang berbeda. Berdasarkan geotermometer Na-K Giggenbach didapatkan temperatur
reservoir Songa sebesar 250 ± 10oC dan reservoir Wayaua sebesar 175 ± 10oC. Hasil analisis kesetimbangan H2CO3
dan CaCO3 menunjukkan pH kedua reservoir termasuk ke dalam fluida netral yang bernilai 5.25 – 6.01. Nilai
anomali Hg udara tanah berada pada zona keluarnya manifestasi MAPS 1 dan MAPS 2 yang juga dilewati oleh sesar
Pele dan Lapan. Struktur sesar Pele dan Lapan tersebut mengontrol permeabilitas dalam sistem panasbumi Songa-
Wayaua. Sehingga diinterpretasikan bahwa mata air MAPS 1 dan MAPS 2 keluar dari zona upflow, yang juga
ditunjukkan dengan keluarnya fumarol dan rasio Na/K < 15, sementara MAPS 3 keluar dari zona outflow pada sistem
reservoir Songa. Pada sistem reservoir Wayaua, MAPW kemungkinan keluar dari zona outflow yang ditandai dengan
rasio Na/K > 15. Zona upflow pada sistem Wayaua kemungkinan berada di Bukit Bibinoi.
ABSTRACT
Geologically, Songa-Wayaua located on the Halmahera volcanic arc. Tectonic settings in the Songa-Wayaua is
subduction of Molluca plate beneath the Pacific plate. The tectonic process produces several volcanoes such as Lansa
and Bibinoi, also form geological structures such as Wayaua, Lapan, Pele and Tawa faults. The presence of the
geothermal system in the Songa-Wayaua Field is characterized by the presence of hot springs, fumaroles, and altered
rocks. The manifestations of hot springs that present are Songa hot springs (MAPS 1, MAPS 2, and MAPS 3) and
Wayaua (MAPW). Fumarole discharge at the MAPS 1 and MAPS 2. This study aimed to determine the pattern of
subsurface hydrothermal fluid, temperature and pH reservoir, and permeable zones. The analysis was used anions,
cations, 18O, 2H, and Hg soil air. Based on the analysis results, the fluid that appears as a manifestation has boiled in
subsurface, then mixed with sea water. The mixed seawater fraction was calculated using the isotopic ratios of 18O and
2
H, while the fractions of water and steam when boiling were calculated using the heat balance and mass balance
method. From the calculation, the results show that there are two Cl/B ratio clusters. The first cluster consists of MAPS
1, MAPS 2, and MAPS 3. While the second cluster is MAPW. These are interpreted that there are two different
reservoirs. This is supported by the geological conditions of the two spring zones separated by a bay and different
geological units. Based on the Giggenbach Na-K geothermometer, Songa reservoir temperature was 250 ± 10oC and
Wayaua reservoir was 175 ± 10oC. The results of H2CO3 and CaCO3 equilibrium analysis show the pH of the two
reservoirs included in the neutral fluid valued at 5.25 - 6.01. The value of soil air Hg anomaly is in the discharge zone
of manifestations MAPS 1 and MAPS 2 which are also passed by Pele and Lapan faults. The structure of the Pele and
Lapan faults controls permeability in the Songa-Wayaua geothermal system. So that it is interpreted that the MAPS 1
and MAPS 2 springs discharge in the upflow zone, which are also indicated by fumarole discharge and Na/K ratio <15,
while MAPS 3 discharge in the outflow zone of Songa reservoir system. In the Wayaua reservoir system, MAPW is
likely to discharge in the outflow zone which is characterized by a Na/K ratio> 15. The upflow zone of Wayaua system
possibly located on Bukit Bibinoi.
Keywords: 18O, 2H, geochemistry, Hg, Songa-
Wayaua. Wayaua, Lapan, Pele, dan Tawa. Kondisi geologi
ini memungkinkan hadirnya sistem panasbumi pada
lapangan Songa-Wayaua, Halmahera Selatan.
1. PENDAHULUAN / INTRODUCTION
Berdasarkan peta geologi pada Gambar 1, daerah
Fluida merupakan komponen penting dalam penelitian tersusun atas satuan batuan dari tua ke
transfer panas pada sistem panasbumi, sehingga muda yaitu satuan batuan metamorf Sibela (ks),
sistem panasbumi disebut juga dengan sistem breksi volkanik Formasi Bacan (Tomb),
hidrotermal. Fluida hidrotermal yang muncul di batugamping dan batugamping pasiran Formasi
permukaan membawa informasi mengenai kondisi Ruta (Tmr), batugamping terumbu (Ql), batuan
reservoir di bawah permukaan, seperti temperatur gunungapi holosen (Qhv), dan endapan alluvial
reservoir, proses-proses yang terjadi hingga fluida (Qa).
tersebut muncul ke permukaan, dan pola aliran
fluida. Komposisi kimia fluida hidrotermal seperti
unsur utama, minor, penjejak (trace elements), 2. METODE PENELITIAN / METHODS
maupun isotop stabil dapat digunakan untuk
karakterisasi reservoir. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari [1] di Lapangan panas bumi Songa-Wayaua,
Paper ini membahas mengenai karakteristik Halmahera Selatan. Data tersebut berupa data hasil
reservoir berdasarkan kimia fluida termal yang analisis kimia manifestasi panas bumi yang
keluar dari mataair panas dan survei udara tanah. meliputi komposisi kimia air, isotop 18O dan 2H,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan konsentrasi Hg dalam udara tanah. Data-data
aliran fluida hidrotermal di bawah permukaan, tersebut diolah menggunakan analisis geokimia
temperatur dan pH reservoir, serta zona permeabel. dengan program excel Powell (2010). Analisis
Analisis yang dilakukan adalah analisis anion, komposisi kimia air digunakan untuk perhitungan
kation, isotop 18O, 2H, serta Hg udara tanah. komposisi fluida di kondisi reservoir, estimasi
temperatur reservoir, pola aliran fluida, dan pH
Penelitian berada di Daerah Songa-Wayaua, reservoir. Analisis isotop digunakan untuk
Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku perhitungan komposisi fluida di reservoir
Utara. Daerah tersebut secara tektonik termasuk ke bersamaan dengan kimia air. Sementara unsur Hg
dalam busur gunungapi Halmahera. Tatanan udara tanah digunakan untuk menentukan
tektonik di Lapangan Songa-Wayaua berupa daerah/struktur geologi yang permeabel. Semua
subduksi lempeng Molluca terhadap lempeng analisis tersebut digunakan untuk membuat model
Pasifik. Proses tektonik tersebut menghasilkan konseptual sistem panas bumi Songa-Wayaua.
beberapa gunung api seperti Gunung Lansa dan
Bibinoi, serta struktur geologi berupa sesar
Sehingga untuk karakterisasi reservoir panas bumi Menurut [2], rasio Cl/B yang sama akan
Songa-Wayaua, perlu dilakukan pemisahan fraksi menunjukkan kesamaan reservoir. Diagram Cl-Li-B
air laut dan fluida hidrotermal yang mengalami pada Gambar 4 berikut menunjukkan rasio Cl/B
mixing. Proses tersebut dilakukan dengan analisis pada keempat mata air panas.
isotop 18O dan 2H, serta diagram Cl-Enthalpy.
Terdapat dua kluster rasio Cl/B, yaitu kluster
pertama meliputi mata air MAPS 1, MAPS 2, dan
Rasio mixing
MAPS 3, sementara kluster kedua terdiri dari
MAPW. Kehadiran dua kluster Cl/B tersebut
Di bawah permukaan, fluida mengalami beberapa
menunjukkan bahwa terdapat dua sistem reservoir
proses. Proses yang dominan adalah mixing dan
yang berbeda.
boiling. Pada lapangan Songa-Wayaua, mixing
terjadi antara fluida hidrotermal dengan air laut di
dekat permukaan. Interpretasi proses yang terjadi
adalah fluida reservoir mengalami proses boiling,
kemudian mixing dengan air laut pada kedalaman
yang lebih dangkal. Fraksi fluida hidrotermal dan
air laut yang mengalami mixing dihitung dengan
isotop 18O dan 2H.
Pers. (1)
dengan:
Gambar 4. Plot diagram Cl-Li-B Hair, reservoir : Entalpi air temperatur reservoir
Hair, T : Entalpi air temperatur manifestasi
Perbedaan reservoir tersebut disebabkan oleh kedua
Huap, T : Entalpi uap temperatur manifestasi
lokasi mata air terpisah oleh teluk dan perbedaan
satuan litologi. Secara geologi, hal tersebut adalah
Dari hasil perhitungan, diperoleh fraksi air dan uap
suatu pembatas yang memisahkan kedua sistem
yang dihasilkan pada proses boiling ditunjukkan
panas bumi. Sehingga terbentuk reservoir Songa
pada Tabel 2.
yang menjadi asal fluida pada mata air panas
MAPS 1, MAPS 2, dan MAPS 3, serta reservoir
Kemudian komposisi fluida reservoir dihitung
Wayaua yang menjadi asal fluida MAPW.
dengan mass balance pada fluida sebelum proses
mixing. Asumsi yang digunakan yaitu semua unsur
Kehadiran reservoir Songa ditandai juga dengan
kimia terlarut hanya ada dalam fasa air. Komposisi
munculnya fumarol. Keberadaan fumarol tersebut
kimia fluida reservoir digunakan untuk estimasi pH
menunjukkan zona upflow dan permeabel pada
reservoir. Pers. (2) berikut adalah persamaan mass
sistem Songa. Sementara ketidakhadiran fumarol
balance.
pada sistem Wayaua kemungkinan disebabkan oleh
batuan penudung yang tebal dan kurang permeabel.
Pers. (2)
Hal ini diperkuat juga dengan manifestasi yang
muncul hanya satu manifestasi.
dengan C adalah konsentrasi unsur.
Temperatur reservoir
UCAPAN TERIMAKASIH /
ACKNOWLEDGMENT
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Desa Gunungronggo yang terletak di Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa
Timur. Pada daerah penelitian, terdapat 3 jenis formasi yaitu Formasi Endapan Tuf Gunungapi, Formasi Endapan
Gunungapi Buring, dan Formasi Endapan Gunungapi Tengger, serta terdapat sumber air yang dikenal dengan nama
Sumber Jenon, yang telah dijadikan sumber air utama bagi masyarakat sekitar untuk menunjang kebutuhan air bersih
dalam kebutuhan sehari-hari. Penelitian dilakukan untuk mengetahui lapisan bawah permukaan serta kemungkinan
keberadaan zona akuifer agar diperoleh sumber air yang dapat dijadikan alternatif baru selain Sumber Jenon sehingga
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Gunungronggo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
geolistrik tahanan jenis. Akuisisi data dilakukan selama 7 hari dari tanggal 15 hingga 21 Oktober 2018 pada 4 zona
yang berbeda, dimana pada masing – masing zona terdapat 5 titik akuisisi data. Akuisisi data dilakukan dengan
menggunakan konfigurasi Schlumberger, dengan spasi antar elektrodanya sebesar 10 meter dengan panjang bentangan
sebesar 380 hingga 400 meter bergantung pada medan di setiap titik akuisisi data. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan beberapa software diantaranya Microsoft Excel yang digunakan pada pengolahan data awal dan kontrol
kualitas data, IP2WIN & Progress v3.0 yang digunakan pada pengolahan data serta pembuatan log tahanan jenis 1-D,
Res2DInv yang digunakan pada pembuatan penampang resisitivtas 2-D, dan RockWorks yang digunakan pada
pembuatan model tahanan jenis 3-D. Dari hasil penelitian, diinterpretasikan bahwa terdapat lapisan batuan lempung
dengan rentang nilai tahanan jenis sebesar 15,4 Ωm hingga 87,4 Ωm, batu pasir dengan rentang nilai tahanan jenis
sebesar 87,4 Ωm hingga 247,1 Ωm, batuan beku dengan rentang nilai tahanan jenis sebesar 247,1 Ωm hingga 4.764,64
Ωm, dan zona akuifer dengan rentang nilai tahanan jenis sebesar 0 Ωm hingga 15,4 Ωm. Zona akuifer tersebut terdapat
di seluruh zona yang diteliti serta diketahui bahwa zona 3 dan zona 4 merupakan zona yang memiliki prospek karena
zona akuifer ini memiliki volume yang cukup, yaitu sekitar 5.000 m3. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa jenis lapisan batuan yaitu lapisan batuan lempung, lapisan batu pasir, dan lapisan batuan beku, serta
terdapat keberadaan zona akuifer pada daerah penelitian.
Kata kunci: Metode Tahanan Jenis, Sumber Jenon, Desa Gunungronggo, Zona Akuifer
Air merupakan komponen yang penting bagi Salah satu cara untuk mengetahui keberadaan
kehidupan makhluk hidup, karena setiap makhluk zona akuifer adalah dengan menggunakan metode
hidup membutuhkan air yang digunakan untuk geofisika khususnya metode tahanan jenis. Metode
memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti air tahanan jenis adalah metode salah satu metode
minuman, kebutuhan rumah tangga dan industri, geofisika aktif yang memanfaatkan sifat tahanan
salah satu sumber air yang utama adalah berasal dari jenis suatu batuan yang berada di bawah permukaan
air tanah. bumi sehingga dapat dilakukan identifikasi lapisan
Air tanah adalah air yang berada di bawah batuan. Prinsip metode tahanan jenis adalah dengan
permukaan bumi, salah satu sumber air tanah adalah mengijeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan
air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan menggunkan elektroda arus, sehingga didapatkan
meresap ke dalam bawah permukaan bumi hingga ke nilai beda potensial yang diukur oleh elektroda beda
suatu lapisan tanah yang dapat menyimpan air dan potensial. Setelah didapatkan arus dan beda
meloloskan air, lapisan ini disebut akuifer. Akuifer potensial didapatkan nilai tahanan jenis semu dengan
adalah air yang berkumpul membentuk suatu zona menggunakan rumus sebagai berikut:
atau lapisan setelah bergerak melewati pori-pori ∆�
�� = �
pada lapisan tanah[1]. ∆�
�� adalah nilai tahanan jenis semu, ∆� adalah
nilai beda potensial, ∆� adalah nilai arus, serta �
adalah nilai faktor geometri yang bergantung pada
jenis konfigurasi dan jarak bentangan spasi Geologi Daerah Penelitian
elektroda.
Desa Gunungronggo sendiri terletak di
Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Wilayah ini
berada di lereng Gunung Buring, secara topografi
didominasi oleh perbukitan dengan kelerengan yang
curam dengan curah hujan yang relatif tinggi
sehingga punya potensi sumber air yang cukup besar
yaitu Sumber Jenon. Berdasarkan Peta Geologi,
Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger [2]. Lembar Turen Jawa Timur oleh Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi (1992), Tajinan terdiri 3
formasi yang berbeda yakni Endapan Tuf
Gunungapi, Endapan Gunungapi Buring dan
Endapan Gunungapi Tengger.
Interpretasi Data
1-E 2-A
1-A 1-B
2-B 2-C
1-C 1-D
2-D 2-E
3-A 3-B
4-B 4-C
3-C 3-D
4-D 4-E
Keterangan:
Zona Akuifer
Batu Lempung
Sandstone (Batupasir)
Batuan Beku
Batuan Tuf
3-E 4-A
Dari log tahanan jenis di atas, terlihat bahwa
nilai tahanan jenis memiliki rentang mulai dari 0,03
Ωm hingga lebih dari 4.764,64 Ωm. Dari nilai
resitivitas dan warna yang ditampilkan didapat
interpretasi bahwa nilai tahanan jenis rendah pada
rentang nilai 0 Ωm hingga 15,4 Ωm diinterpretasikan
sebagai keberadaan zona akuifer, air permukaan, tuf
maupun batuan metamorf (grafit) bergantung pada
kedalaman dan posisi nilai tahanan jenis tersebut
berada. Nilai tahanan jenis sedang pada rentang nilai
15,4 Ωm hingga 87,4 Ωm diinterpretasikan sebagai Gambar 7. Penampang Tahanan Jenis 2 Dimensi Area 2
batu lempung, nilai tahanan jenis tinggi pada rentang
Tabel 3. Penampang Tahanan Jenis 2 Dimensi Area 3
nilai 87,4 Ωm hingga 247,1 Ωm diinterpretasikan
sebagai sandstone dan nilai tahanan jenis sangat
tinggi yang lebih besar dari 247,1 Ωm
diinterpretasikan sebagai batuan beku. Keberadaan
dari zona akuifer terlihat pada seluruh zona dengan
ketebalan yang cukup bervariasi.
*) Email: rabbaniabidin@gmail.com
ABSTRAK
Daerah penelitian Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya aktivitas sistem panasbumi.
Hal ini ditunjukan oleh adanya manifestasi panasbumi seperti mataair panas. Dalam sistem panasbumi, permeabilitas
merupakan salah satu komponen penting. Stuktur geologi yang mengontrol permeabilitas dapat ditunjukkan dengan adanya
anomali unsur-unsur kimia tertentu, seperti unsur Hg. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran unsur Hg
secara spasial, serta memperkirakan daerah anomali Hg sebagai daerah dengan permeabilitas tinggi. Penelitian ini dilakukan
pada 119 data Hg yang dianalsis menggunakan metode EDA (Exploratory Data Analysis), ESDA (Exploratory Spatial Data
Analysis), semivariogram, dan kriging. Hasil EDA menunjukkan bahwa data awal tidak terdistribusi normal, sehingga
dilakukan transformasi logaritmik. Setelah ditransformasi, data menunjukkan distribusi normal. Nilai anomali data Hg
adalah nilai yang lebih besar dari 3.645759. ESDA dilakukan untuk mengetahui distribusi data secara spasial. Hasil ESDA
menunjukkan bahwa sampling dilakukan secara random. Sebelum dilakukan estimasi dengan ordinary kriging, model
semivariogram dibuat terlebih dahulu untuk menunjukkan jarak maksimum data masih berhubungan secara spasial. Hasil
ordinary kriging menunjukkan bahwa daerah anomali Hg memiliki trend berarah timurlaut-baratdaya. Daerah anomali
tersebut berasosiasi dengan Sesar Kaendi. Sehingga diinterpretasikan bahwa Sesar Kaendi merupakan struktur yang
permeabel dalam sistem panasbumi Lainea.
ABSTRACT
The research area of Lainea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara shows existence of geothermal system activity. This thing is
showed by there is geothermal manifestation such as spring water. In geothermal system, permeability is one of important
component. Structure of geology which controls permeability can be showed by existence anomaly of specific elemenets, such
as Hg element. This study purposes to analyze the pattern of Hg spatial distribution, and estimate anomaly of Hg element
area as area that has high permeability. This study had done to 199 Hg’s datas which analyzed with EDA (Exploratory Data
Analysis ) method, ESDA (Exploratory Spatial Data Ananlysis) method, semivariogram, ang kriging. EDA result shows initial
data does not normal distributed, for logarithmic transformation is done. After transformed, data shows normal distribution.
Anomaly point data of Hg is point that more than 3.645759. ESDA is used to identify spacially distributed data. ESDA results
show that something was done randomly. Before being estimated by ordinary kriging, semivariogram model was made to
show the maximum range of spacially related data. Ordinary kriging results show that in Hg sites there is trend of anomaly
towards northeast and southwestern part of Hg sites. Those anomaly sites associates with Kaendi Fault. It can be concluded
Kaendi Fault is a permeable structure in Lainea geothermal system.
Identifikasi mengenai zona-zona yang memiliki EDA (Exploratory Data Analyisis) menggunakan
permeabilitas yang tinggi dilakukan dengan metode aplikasi Microsoft Excel 2016. Hasil dari analisis
geokimia. Salah satu dari metode geokimia tersebut EDA berupa summary statistic, histogram, dan
adalah menganalisis kelimpahan unsur Hg pada boxplot. Kemudian jika data tidak menunjukkan
permukaan tanah. Distribusi dan konsentrasi distribusi normal, dilakukan transformasi logaritma.
komponen volatil seperti Hg umumnya terdapat Saat distribusi normal terlihat pada data, dilakuka
pada fluida panasbumi dan dapat bermigrasi ESDA (Exploratory Spatial Data Analysis) berupa
menuju permukaan (Koga, 1982). Adanya anomali symbol map untuk memperlihatkan distribusi
Hg pada permukaan dapat menjadi indikasi suatu spasial sampling data.
zona permeabilitas.
Estimasi distribusi spasial dilakukan dengan
Tujuan dari studi ini adalah menganalisis pola metode ordinary kriging. Sebelum dilakukan
distribusi Hg secara spasial dan memperkirakan ordinary kriging, dilakukan pemodelan
zona permeabilitas tinggi yang ditunjukkan oleh semivariogram. Pemodelan semivariogram
adanya anomali. dilakukan beberapa kali agar menghasilkan model
semivariogram yang baik, dengan mengubah lag
distance yang akan menghasilkan range, sill, dan
2. METODE PENELITIAN / METHODS nugget tertentu. Model semivariogram yang
digunakan adalah model yang menunjukkan plot
Data yang digunakan berupa 119 data sekunder dari nilai semivariogram terhadap lag distance yang
persebaran unsur Hg yang bersumber dari hasil paling fit dengan model spherical. Metode ordinary
penelitian Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) kriging dilakukan pada penelitian ini. Analisis
pada lapangan panasbumi Lainea, Konawe ordinary kriging ini dilakukan dengan
Selatana, Sulawesi tenggara. menggunakan aplikasi ArcGis 10.4. Gambar 2
Penelitian ini dimulai dengan analisis data menunjukkan diagram alir penelitian.
konsentrasi unsur Hg tanah secara univariate berupa
3. GEOLOGI REGIONAL rentang 24 – 15026 ppb. Berdasarkan ringkasan
statistik data Hg yang didapatkan dari analisis
Secara geologi, daerah penelitian panasbumi Lainea univariat, data memiliki nilai mean 907.44538 ppb,
berada pada UTM WGS 84 zona 51 S dengan median 123 ppb, dan modus 102 ppb. Pada Tabel 1
morfologi berupa tinggian. Pada daerah penelitian disajikan ringkasan statistik data Hg tersebut.
ditemukan banyak sesar. Sesar berarah baratlaut –
tenggara antara lain, Sesar Boro-boro, Sesar
Andinete, Sesar Aonope, Sesar Sibingguru, dan Mean 907.44538
Sesar Putemata. Sedangkan sesar berarah baratdaya Standard Error 205.93293
– timurlaut antara lain, Sesar Wolasi Sesar
Anggoliwa, Sesar Hariri, Sesar Windo, Sesar Median 123
Kaendi Sesar Demba. Adapula sesar berarah utara – Mode 102
selatan antara lain Sesar Rara, Sesar Landai, dan
Standard Deviation 2246.4631
Sesar Lainea.
Litologi berupa endapan alluvial, konglomerat, Sample Variance 5046596.3
batupasir gampingan, batupasir-nonkarbonatan, Kurtosis 21.588488
meta-batupasir, dan meta-batugamping, serta
Skewness 4.3926269
batuan metamorf. Pada Gambar 3 disajikan peta
geologi daerah panasbumi Lainea. Range 15002
Minimum 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN / Maximum 15026
RESULTS AND DISCUSSION Sum 107986
Tabel 1. Ringkasan Statistik Data Hg
Exploratory Data Analysis (EDA) dan
Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) Hg Nilai skewness data Hg > 3 yaitu 4.3926269, hal
tersebut menunjukkan data tidak terdistribusi
Analisis EDA dilakukan untuk mengetahui normal. Persebaran data Hg dapat dilihat dari
karakteristik dari data seperti rata-rata (mean), histogram data Hg Pada Gambar 4. Pada histogram
modus, median, varians, persebaran nilai data, dan tersbut data memiliki kecendurang untuk tidak
mengidentifikasi munculnya anomali pada suatu kontinu. Hal tersebut memiliki arti bahwa terdapat
data. kelas yang memiliki frekuensi nol. Sehingga
disimpulkan data Hg tidak terdistribusi normal dan
Data kelimpahan unsur Hg pada lapangan memiliki nilai outlier.
panasbumi Lainea berjumlah 119 data dengan
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Panasbumi Lainea (sumber : Pusat Sumber Daya Geologi Bandung)
Histogram Data Hg Histogram Data Log Hg
40
120
100 30
80
60 20
40
20 10
0
0
Threshold yang menunjukkan batas nilai anomali Histogram Data Log Hg menunjukkan data
didapatkan dengan menggunakan rumus : memiliki kecenderungan skewness positif yang
didominasi pada nilai Hg yang relative kecil.
�ℎ ���ℎ ��� = ���� + 2 × �������� Persebaran data dapat dilihat dari histogram bahwa
��������� data relative terdistribusi normal. Sehingga data
Log Hg dapat diolah leih lanjut dengan geostatistik.
Dari penghitungan rumus tersebut didapatkan nilai
yang lebih dari 5400.3715 ppb adalah anomali. Persebaran data secara spasial perlu diperhatikkan
untuk menghindari bias dan melihat hubungan nilai
Agar data dapat diolah secara spasial, data harus antar lokasi sampel. Hal tersebut dikarenakan
terdistribusi dengan normal. metode transformasi meotde geostatistik didasarkan pada ketergantungan
logaritma yang agar data terdistribusi dengan nilai (spatial dependency) dan susunan data secara
normal dan stasioner (Tuckey, 1977; dalam spasial (spatial arrangement). Gambar 6
Handayani, 2005). menunjukkan symbol map data Log Hg. Symbol
map tersebut memperlihatkan bahwa sampling
Setelah dilakukan transformasi logaritma, data log dilakukan secara acak (random) dan terdapat titik
Hg memiliki nilai mean 2.3505423, median yang disampling tetapi jauh dari daerah yang
2.0899051, dan modus 2.0086002. ringkasan mayoritas dilakukan sampling. Hal tersebut
statistik untuk data Log Hg disajikan pada Tabel 2. kemungkinan akan mempengaruhi hasil estimasi
kriging.
Tabel 2. Ringkasan Statistik Data Log Hg
Mean 2.3505423 Semivariogram dan Kriging
Standard Error 0.0593662 Untuk mengetahui persebaran nilai Hg pada titik
Median 2.0899051 yang tidak dilakukan sampling, dilakukan
Mode 2.0086002 interpolasi menggunakan geostatistik yaitu ordinary
kriging.
Standard Deviation 0.6476085
Sample Variance 0.4193968 Sebelum dilakukan estimasi kriging, dilakukan
Kurtosis 0.1318535 terlebih dahulu pembuatan model variogram.
Pembuatan variogram digunakan untuk
Skewness 0.9614362 memperlihatkan hubungan antara variansi (semi-
Range 2.7966321 variogram) dengan jarak antar data (distance).
Minimum 1.3802112 Pembuatan model variogram bergatnung pada
persebaran data dan kondisi geologi di daerah
Maximum 4.1768434 penelitian. Langkah awal untuk pembuatan model
Sum 279.71454 variogram yaitu plotting data. Selanjutnya
dilakukan pemodelan untuk menentukkan
Pada data Log Hg nilai standard deviasi lebih kecil komponen variogram yang paling baik dengan
dari nilai meannya. Hal tersebut menunjukkan data error terkecil.
relative stasioner. Sementara persebaran data dilihat
dari histogram data Log Hg pada Gambar 5. Model semivariogram terbaik untuk data log Hg
diperoleh pada lag distance 640.45 dengan nilai
nugget = 0.25 ; sill = 0.22 ; dan range = 7,685.39 .
Model variogram yang digunakan adalah model
spherical dengan tipe omnidirectional.
Grafik semivariogram terhadap lag distance data log Hg ditunjukkan pada gambar 7
Kemudian, interpolasi data log Hg dilakukan yaitu dengan mengambil secara acak sepuluh buah
menggunakan metode kriging. Didapatkan peta data log Hg. Kemudian dilakukan interpolasi
persebaran log Hg pada daerah penelitian (Gambar kriging dengan parameter range, sill, dan nugget
8). yang sama dengan data awal. Pada peta persebaran
pengurangan data (gambar 9) menunjukkan pola
Pada peta persebaran Hg terlihat bahwa nilai Hg persebaran relatif sama dengan peta persebaran
hasil estimasi kriging berkorelasi dengan nilai hasil awal. Hal tersebut menunjukkan proses kriging
sampling. Selain itu, konsistensi dari metode memiliki hasil yang baik.
interpolasi kriging dilakukan pengujian subset,
Gambar 8. Peta Persebaran Log Hg
4. KESIMPULAN / CONCLUSION
UCAPAN TERIMAKASIH /
ACKNOWLEDGMENT
William Jhanesta1,a), Dwi Anisah Lailatul Hasanah Musafak1,b), Yazqi Mumtaz Rafifa1,c)
1
Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Jawa Barat-16424
ABSTRAK
Salah satu cara untuk mengetahui adanya aktivitas panas bumi di bawah permukaan adalah dengan menganalisis kandungan
merkuri (Hg) pada tanah karena merkuri mudah menguap dan membentuk sulfida-sulfida akibat adanya aktivitas panas bumi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi sebaran merkuri pada daerah panas bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi
Sumatera Barat yang mengindikasikan adanya zona permeabilitas dengan analisis geostatistika metode ordinary kriging. Data
yang digunakan adalah data sebaran kadar merkuri (dry basis) sejumlah 130 data yang didapatkan dari hasil survey PSDG
(Pusat Sumber Daya Geologi). Secara umum, daerah ini menunjukkan kadar merkuri terendah yaitu 10 ppb pada stasiun AA-
2 dan kadar merkuri tertinggi yaitu 636 ppb pada stasiun UL-1. Data ini kemudian akan diolah dengan metode Exploratory
Data Analysis berupa summary statistic analysis yang memiliki nilai mean = 4.39; median = 4.32; modus = 4.09; dan skewness
= 0.26. Setelah dilakukan Exploratory Data Analysis, akan dilakukan pemodelan variogram dengan mendapatkan variogram
nugget = 191.16; sill = 10131.63; dan range = 4224. Kemudian, dilanjutan dengan metode ordinary kriging menggunakan Eco
Spatial Statistical evaluation. Dari hasil pengolahan ordinary kriging didapatkan daerah estimasi untuk sebaran merkuri dan
trend ini sesuai dengan kondisi geologi berupa sesar yang mengarah NW-SE di daerah panas bumi Sumani, Kabupaten Solok.
ABSTRACT
One of the way that we could use to know whereas there is a geothermal activity in the subsurface of the earth is to analyze
whether there is a mercury (Hg) substance in the soil because mercury are easy to evaporites and forming sulfides from the
geothermal activity. The purpose of this research is to estmate the mercury distribution in geothermal area, Sumani, Solok
district, West Sumatera Province which indicate a permeability zone with geostatistic analysis using the ordinary kriging
method. 130 datas on mercury level distribution (dry basis) from survey result of PSDG (Pusat Sumber Daya Geologi) is being
used to support this research. Generally, this area shows the lowest mercury level which is 10 ppb on AA-2 station and the
highest is 636 ppb on UL-1 station. These datas later is processed using Exploratory Data Analysis method which will shows
as a summary statistic analysis as follows; mean = 4.39; median = 4.32; modus = 4.09; and skewness = 0.26. After Exploratory
Data Analysis is done, there will be a variogram modelling by getting variogram nugget = 191.16; sill = 10313.63; and range
= 4224. The process continued with Ordinary Kriging method using Eco Spatial Statistical Evaluation. As the result, there is
an estimated area for mercury distribution and this trend is corresponding with geological condition which fault pointed to NW-
SE at geothermal area Sumani, Solok district.
Sistem panas bumi di suatu lapangan biasanya Satuan Pra Tersier yang terdiri dari kuarsit, filit,
memiliki khas dan karakteristik yang berbeda- batusabak, batupasir kuarsa, tufa, klorit, rijang,
beda. Keunikan sistem panas bumi ini umumnya konglomerat dan batuan beku granitik.
dipengaruhi oleh tatanan tektonik, jenis batuan, Berdasarkan studi literatur, satuan ini dinamakan
migrasi dan komposisi magma, serta sistem menjadi Anggota Bawah Formasi Kuantan,
fluida [2]. Untuk mengetahui bagaimana tipe Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan [4].
dari karakteristik suatu sistem panas bumi, Anggota Batugamping Formasi Kuantan terdiri
umumnya digunakan beberapa analisis dan salah dari batugamping, batusabak, filit, serpih
satunya adalah analisis geokimia. Analisis studi terkersikan dan kuarsit, tersingkap di S.
geokimia sendiri menggunakan beberapa Batukuda. Anggota Filit dan Sepih Formasi
parameter, seperti kandungan CO2 pada tanah, Kuantan terdiri dari serpih, filit sisipan
suhu bawah permukaan, kadar pH air, serta batusabak, kuarsit, batulanau, rijang, dan aliran
sebaran konsentrasi merkuri (Hg). lava, tersingkap di bagian hulu S. Lengkuas.
Umur Formasi Kuantan adalah Perm sampai
Penelitian kandungan merkuri dapat dilakukan Karbon [4]. Batuan Beku Granitik yang berumur
sebagai survei awalan dalam kegiatan eksplorasi Permian sampai Triasic tersingkap di S. Kapas
panas bumi. Analisis kandungan merkuri dapat dan S. Langsal berwarna abu-abu muda,
digunakan untuk mengetahui adanya sumber faneritik, mineral yang mendominasi adalah
aktivitas panas bumi di bawah permukaan bumi kuarsa. Satuan Tersier Tua terdiri dari
dikarenakan merkuri merupakan jenis logam konglomerat dengan sisipan batu pasir, serpih
yang mudah menguap dan membentuk sulfida- napalan, napal lempungan, breksi andesit,
sulfida dengan adanya aktivitas panas bumi [3]. batupasir glaukonitan, batupasir kuarsa, dan
Kandungan merkuri dengan konsentrasi yang batubara. Menurut Silitonga & Kastowo
tinggi umumnya tersebar secara lateral dengan menamakan satuan ini menjadi Formasi Brani,
kedalaman 1 m di bawah permukaan bumi. Formasi Sangkarewang, Anggota Bawah
Formasi Telisa, Anggota Bawah Formasi
Penelitian ini menggunakan data sekunder Ombilin, dan Anggota Atas Formasi Telisa yang
sebanyak 130 data sebaran merkuri yang berumur Oligosen sampai Miosen Tengah.
didapatkan oleh Tim Survei PSDG pada tahun
2011. Data sebaran merkuri ini kemudian akan Satuan Tersier Muda yang terdiri dari batuan
diolah dengan metode kriging guna beku andesitik-basaltik, breksi dan konglomerat.
mengestimasi sebaran kandungan merkuri pada Studi literatur yang didapatkan menyebutnya
lapangan panas bumi Sumani, Kabupaten Solok, sebagai Batuan Beku andesitik-basaltik dan
Provinsi Jawa Barat. Dengan mengorelasikan volkanik yang berumur Miosen Akhir. Urutan
pola struktur kelurusan dan sebaran kandungan stratigrafi daerah penyelidikan secara umum
merkuri, maka dapat dikatakan daerah tersebut terdiri dari bawah ke atas adalah Anggota Bawah
merupakan zona rekahan yang prospektif untuk Formasi Kuantan, Batuan Beku Granitik, Batuan
dilakukan penelitian lanjutan eksplorasi panas Beku Andesitik-Basaltik dan Volkanik. Batuan
bumi. Beku Andesitik-Basaltik dan Volaknik yang
tersingkap di Sungai Durian, terdiri dari aliran
Geologi Regional larva, breksi aglomerat dan batuan hipabisal
Daerah panas bumi yang terletak di Sumani bersifat andesitik-basaltik yang berumur Miosen
sebagian besar termasuk dalam wilayah Akhir. Stratigrafi regional daerah penyelidikan
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. tersusun oleh litologi batuan Anggota
Daerah panas bumi Sumani terletak pada Batugamping Formasi Kuantan (PCkl), Anggota
koordinat antara 100o 30’ 3” BT – 100o 42’ Filit Formasi Kuantan (PCks), Formasi
26.83” BT dan 0o 37’ 58.10” LS – 0o 49’ 56.50” Silungkang (Ps), Anggota Batugamping F.
atau 667.000 – 690.000 mT dan 9.908.000 – Tuhur (TRti), Anggota Batusabak-serpih F.
9.930.000 mS, dengan luas daerah sekitar (23 x Tuhur (TRts), Granit (g), Andesit-Basal (Ta),
22) km2. Daerah penelitian terletak di timurlaut Kuarsa porfir (qp), Batuan vukanik tak
Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatera Barat, terpisahkan (QTau), Kipas Aluvium (Qf), dan
berjarak sekitar 60 km. Endapan Aluvium (Qal). Struktur geologi berupa
patahan dengan kelurusan (umumnya berarah
Morfologi daerah tersebut terletak di sebelah barat laut – tenggara) sejajar arah sesar besar
selatan Gunung Merapi dan sebelah utara Sumatera yang membentang sepanjang 1600 km
dari Aceh sampai Teluk Semangko di Selatan
Pulau Sumatera. Exploratory Data Analysis
Dalam Exploratory Data Analysis (EDA)
digunakan metode summary stastistic analysis
2. Metode Penelitian yang diolah dengan software Microsoft Excel
dan ditampilkan dengan grafik statistik berupa
histogram dan box-plot. Histrogram digunakan
untuk meringkas data sebaran merkuri dan
menunjukkan apakah pola yang ditampilkan
menunjukkan distribusi normal atau tidak,
sedangkan box-plot digunakan untuk
menunjukkan ada atau tidaknya outlier pada data
[5].
Mean 106.08
Gambar 2. Histogram 1
Gambar 3. Box-Plot 1
Gambar 4. Histogram outlier = upwhisker +1
ABSTRAK
Penentuan model kecepatan bawah permukaan pada daerah geologi kompleks memiliki peran yang penting dalam
menentukan kualitas penampang seismik yang didapatkan. Geologi kompleks selain memiliki topografi yang
ekstrem,pada kasus tertentu kondisi di bawah permukaannya memiliki perbedaan kecepatan yang variatif baik secara
lateral ataupun vertikal. first arrival traveltime tomography inversion merupakan teknik rekonstruksi model bawah
permukaan. Metode ini umumnya merupakan metode konvensional dalam identifikasi lapisan bawah permukaan.
Ketika metode ini diterapkan pada geologi kompleks, ternyata belum dapat memberikan hasil yang akurat terlebih
pada kasus adanya hidden low velocity. Akibatnya dapat terjadi kesalahan interpretasi dan mengakibatkan kerugian
ke beberapa pihak. Waveform inversion memberikan model kecepatan bawah permukaan dengan resousi yang tinggi
dengan membandingkan observasi dan model waveform dalam proses inversinya. Namun proses waveform inversion
memiliki permasalahan tersendiri dalam proses komputasinya. Berdasarkan hal tersebut kami mencoba untuk
melakukan joint seismik first arrival traveltime tomography dan early arrival waveform tomography inversion.
Dengan melakukan hal tersebut diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan near surface imaging terutama pada
kasus hidden low velocity. Di lain sisi, invers matriks first arrival traveltime tomography inversion berfungsi sebagai
preconditioner yang efektif untuk proses joint inversion. Proses joint inversion memiliki tantangan yang cukup rumit
ketika diterapkan pada data real,sehingga kami mendemostrasikan pada data synthetic. Data yang digunakan pada
penelitian ini merupakan hasil forward modelling dan terdapat dua anomali (high velocity and low velocity) serta
terdapat struktur patahan. Lalu dilakukan picking first breaks, ray tracing, first arrival traveltime inversion, early
arrival waveform tomography inversion, dan joint seismic first arrival traveltime and early arrival waveform
tomogrpahy inversion. Hasil yang diperoleh merupakan model kecepatan dari first arrival traveltime tomography
inversion, early arrival waveform tomography inversion, dan joint seismic first arrival traveltime dan early arrival
waveform tomography inversion. Hasil kemudian dilakukan analisis dan menunjukkan bahwa metode joint seismic
first arrival traveltime dan early arrival waveform tomography inversion merupakan metode tepat untuk kondisi
geologi kompleks karena memberikan model yang sesuai dengan true model
Kata kunci: First arrival traveltime tomography, joint seismic first arrival traveltime and waveform tomogrpahy
inversion, near surface, waveform tomography
ABSTRACT
Complex geology is a condition under the surface where extreme velocities occur either laterally or vertically. The
subsurface model reconstruction technique with the first arrival method traveltime tomography inversion is generally
a conventional method in identifying subsurface layers. When this method is applied to complex geology, it has not
been able to provide accurate results. As a result there can be misinterpretations and cause losses to some parties.
Waveform inversion is one of the methods of reconstructing the subsurface model by analyzing the trace seismic that
results from measurements. Joint seismic first arrival travel time tomography and waveform tomography inversion as
one of the subsurface model reconstruction techniques that can provide good S / N resolution (signal to noise ratio) so
that interpretation can be carried out accurately. The data used in this study is the result of forward modeling and
there are two anomalies (high velocity and low velocity) with an ellipse shape and a fault structure. Then picking first
breaks, ray tracing, first arrival travel time inversion, waveform tomography inversion, and joint seismic first arrival
travel time and waveform tomography inversion. The results obtained are velocity models from inversion first arrival
traveltime Tomography inversion, waveform tomography inversion, and joint seismic first arrival travel time and
waveform tomography inversion. The results were then analyzed and showed that the joint seismic first arrival
traveltime and waveform tomography inversion method was the right method for complex geological conditions
because it provided a model that was in accordance with forward modeling.
Keywords: First arrival traveltime tomography, joint seismic first arrival traveltime and waveform tomogrpahy
inversion, near surface, waveform tomography
4. KESIMPULAN / CONCLUSION
UCAPAN TERIMAKASIH /
ACKNOWLEDGMENT