Anda di halaman 1dari 24

E.

KONSEP FLOW UNITS


Flow unit merupakan suatu metode yang menggunakan korelasi dan
pemetaan antar sumur. Dalam konsep flow unit, batuan reservoar dan non reservoar
dapat dikelompokkan berdasarkan flow unit yang sama jika memiliki kombinasi
hubungan antar porositas dan permeabilitas yang sama atau dapat disebut dengan
kata lain yakni sama dengan rock type. Flow unit atau hydraulic flow unit diyakini
merupakan suatu produk dari properti geologi yang mengontrol aliran fluida yang
sangat berhubungan dengan distribusi fasies dan diagenesis.
Batuan karbonat merupakan salah satu batuan yang sangat bagus sebagai
batuan reservoar, namun batuan ini memiliki tingkat heterogenitas yang sangat
tinggi dibandingkan dengan batupasir sehingga memerlukan pendekatan dengan
melakukan rock typing. Pada umumnya, indentifikasi rock type membutuhkan
hasil pengukuran dari core dengan menggunakan beberapa metode yang telah ada.
Namun, pada sumur-sumur yang tidak memiliki data core sangat sulit untuk
menerapkan metode tersebut. Dengan menggunakan metode ACE, kita dapat
menentukan Hydraulic Flow Unit pada sumur yang tidak memiliki data core dengan
menggunakan data log. Setelah FZI dihitung dari data log dan divalidasi dengan
data core terlihat bahwa hasil dari metode tersebut menghasilkan korelasi yang
cukup baik sehingga metode tersebut cukup dapat diaplikasikan pada sumur-sumur
yang tidak memiliki data core.
Terdapat empat variabel data log yang digunakan untuk menentukan
Hydraulic Flow Unit, yaitu: log GR, SP, NPHI, dan RHOB. Variabel log tersebut
kemudian dihitung nilai transformasinya dengan menggunakan regresi non-
parametrik untuk mendapatkan korelasi yang maksimal terhadap nilai FZI. Nilai
transformasi masing- masing variabel data log tersebut kemudian dijumlahkan dan
dikorelasikan dengan nilai transformasi FZI. Setelah data core divalidasi dengan
hasil perhitungan dari data log, Hydraulic Flow Unit pada sumur yang tidak
memiliki data core kemudian dapat ditentukan. Penentuan Hydraulic Flow Unit
pada sumur yang tidak memiliki data core ditentukan dengan menggunakan metode
transformasi regresi non-parametrik. Dari hasil ini maka, pengembangan pada
lapangan RN dapat dilakukan untuk sumur yang tidak memiliki data Kesimpulan
yang didapat dari hasil penelitian adalah terdapat delapan HFU dengan korelasi
permeabilitas yang dihasilkan sangat bagus FZI dan HFU pada sumur yang tidak
memiliki data core dapat ditentukan dengan menggunakan metode ACE dan
menghasilkan korelasi FZI yang cukup bagus antara data core dan data log
F. Perhitungan matematika flow units
Formasi hidrokarbon yang mengandung shale mungkin hanya menunjukkan
sedikit perbedaan pada log resistivity, dibandingkan dengan batu pasir yang
mengandung air atau dengan shale- shale lain yang berdekatan. Hal ini
mengakibatkan lapisan batupasir yang mengandung shale sulit untuk ditentukan
pada log resistivity. Walaupun dapat ditentukan, penggunaan persamaan Archie
dalam kondisi ini akan memberikan hasil saturasi air yang tidak tepat. Bila jumlah
shale dalam reservoar dapat menghentikan produksi karena permeabilitasnya yang
sangat rendah, tetapi pada jumlah tertentu keberadaan shale dalam reservoar dapat
menguntungkan yaitu bila shale menyebar. Hal ini dapat menguntungkan karena
shale akan mengikat air dan mengurangi saturasi. air. Dengan kondisi tersebut,
suatu lapisan yang memiliki saturasi air yang tinggi tetap dapat diproduksikan
secara ekonomis. Umumnya shale terdiri dari padatan sebagai berikut : 50% clay,
25% silica, 10% feldspar, 10% karbonat, 3% besi oksida, 1% bahan organik dan
1% material lainnya. Shale dapat menyerap air sebanyak 2 - 40% dari volumenya.
Komponen clay yang terdapat dalam shale menyebabkan terjadinya penyimpangan
(abnormal) dalam pembacaan log. Mineral-mineral clay diklasifikasikan dalam
beberapa jenis, tergantung pada struktur kristalnya. Pada batuan sedimen, clay yang
ditinjau adalah jenis montmorillonite, illite, kaolinite, chlorite dan mineral
campuran yang biasanya berbentuk lapisan. Berikut merupakan rumus dalam
menentukan
G. SPECIFIC SURFACE AREA
Luas permukaan specific dalam parameter dalam model untuk permeabilitas
dan dalam pengangkutan sebuah specific yang dapat menyerap pada permukaan
mineral. Luas permukaan specific biasanya dinyatakan sebagai meter persegi
permukaan per gram padatan. Ketika bahan didefinisikan, ukuran partikel, bentuk
partikel, parameter ukuran liberalisasi dan area permukaan specific digunakan.
Mengetahui luas permukaan spesifik dalam proses kimia flotasi, pengertian

pengeringan dan penyaringan sangat penting. Permukaan spesifik meningkat


sebagai partikel ukuran berkurang. Dan permukaan khusus ini juga meningkat
karena partikel memiliki pori-pori.

Metode Pengukuran Luas Permukaan Spesifik


Luas permukaan spesifik dapat diukur dengan berbagai cara sebagai berikut:
1. Permeabilitas
a) Aliran cair atau gas
b) Perubahan aliran gas
c) Aliran gas bertekanan rendah
2. Metode Adsorpsi
a) Adsorpsi gas pada permukaan padat
b) Adsorpsi larutan pewarna
3. Metode Radiasi
4. Fungsi Distribusi Ukuran
5. Pengukuran Proyeksi Partikel Secara Optik

H. FAKTOR KARAKTERISASI DARI FLOW UNITS


Karakteristik debit aliran pada suatu DAS sangat dipengaruhi oleh faktor curah
hujan dan juga sifat fisik dari DAS tersebut. Kondisi fisik DAS yang sangat
berperan penting terhadap karakteristik DAS adalah faktor tanah dan vegetasi
pada wilayah DAS sehingga apabila terjadi perubahan pada kedua faktor tersebut
maka berubah pula karakteristik debit pada DAS tersebut. Dengan demikian
informasi tentang bagaimana kondisi karakteristik debit pada suatu DAS dapat
menjelaskan sejauh mana kondisi fisik DAS yang bersangkutan. Selain itu
informasi tentang kondisi debit pada suatu DAS sangat diperlukan untuk
mengetahui potensi sumberdaya air pada di suatu wilayah DAS sehingga
perencanaan pengelolaan air dapat berlangsung dengan efektif. Berdasarkan
kondisi tersebut, apabila tidak segera ditangani dikhawatirkan menimbulkan
krisis sumberdaya lahan (tanah) dan air yang lebih parah lagi di masa yang akan
datang. Untuk maksud tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana karakteristik debit sungai pada Daerah Aliran Sungai Tunuo, sehingga
dengan hasil tersebut dapat menjadi bahan informasi yang penting dalam
pengelolaan sumber daya air yang baik pada wilayah DAS.
Pengukuran pada titik 2 dengan selisih jarak adalah 100 m dengan tujuan
untuk melihat apakah terjadi perubahan profil penampang sungai pada DAS dapat
dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 4, bahwa bentuk profil sungai pada
DAS Tunuo tidak mengalami perubahan bentuk yaitu bentuk parabola dengan luas
penampang adalah 6.44 m². Hal ini menggambarkan bahwa tidak terjadi perubahan
kecepatan aliran sungai yang ekstrim atau dapat dikatakan kecepatan aliran stabil.
Faktor – faktor yang bisa mempengaruhi perubahan bentuk penampang sungai
adalah perubahan kecepatan aliran yang ekstrim sehingga terjadi gesekan dibawah
permukaan sungai, kemudian pengaruh sedimen yang terbawa oleh sungai dalam
jumlah yang besar, walaupun ada sedimen yang terbawa namun pengaruhnya
tidak terlalu ekstrim serta pengaruh vegetasi sekitar lokasi pengukuran berfungsi
dengan baik dalam menghambat laju run off sehingga tidak terjadi perubahan
bentuk penampang sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, perbedaan ini banyak ditentukan oleh beberapa
faktor, antara lain: bentuk dan ukuran DAS, pola drainase serta profil melintang
dan gradient memanjang sungai yang sangat mempengaruhi debit sedimen yang
terjadi pada DAS tersebut (Sosrodarsono dan Takeda, 1980). Menurut
Mangundikoro (1985) air merupakan salah satu unsur ekosistem DAS yang
berkaitan erat dengan unsur lainnya, sehingga dapat mempelajari karakteristik
unsur – unsur lainnya dan dapat dipergunakan untuk memprediksi karakteristik
airnya.
Berdasarkan hasil pengukuran penampang melintang DAS Tunuo pada 2
titik yang berbeda, menunjukkan bahwa terjadi perubahan bentuk penampang
sungai, yang akan mempengaruhi debit aliran pada DAS Tunuo. Bentuk
penampang pada titik 1 dan 2 menunjukkan bahwa bentuk profil melintang sungai
Tunuo berbentuk parabola. Luas penampang sungai berdasarkan hasil perhitungan
menunjukkan nilai 7,70 m².

I.Unit Response Function From Varying-Rate Data


Alirkan cairan yang sedikit kompresif melalui keropos.Media dapat
digambarkan dengan persamaan linear. Banyak solusi matematika tersedia untuk
kondisi batas tekanan terminal konstan atau laju aliran konstan,atau kombinasi
keduanya. Metode ini menggunakan prinsip superposisi. Data yang diperlukan
adalah riwayat waktu tekanan dan produksi. Jika perubahan tekanan dan / atau
perubahan laju sangat drastis,fungsi unit respons menjadi tidak menentu dan
berosilasi. Hasil yang tidak menentu dan berosilasi jelas, dan di bawah keadaan itu,
tidak ada jawaban yang bisa diperoleh. Tampaknya, bagaimanapun, bahwa fungsi
respon tanpa osilasi tidak akan mengandung kesalahan yang cukup - seseorang
dapat baik hasil yang baik atau tidak ada hasil. Ini sudah terbukti berguna dalam
mengkonversi berbagai tingkat data ke kondisi laju konstanTes penarikan tekanan
dilakukan pada produksi sumur untuk menentukan berbagai karakteristik reservoir,
termasuk permeabilitas, jarak ke diskontinuitas, kontinuitas reservoir dan kondisi
sumur bor. Tes drawdown yang ideal dilakukan pada tingkat produksi konstan
dengan jam pengamatan tekanan selama periode penarikan.(Jargon, n.d.)
Masalah menentukan fungsi respon kemudian diselesaikan dengan
pemrograman linier. Artikel dan metode perhitungan yang disebutkan di atas adalah
sangat berguna dalam memprediksi kinerja reservoir di masa depan kehadiran drive
air. Data yang digunakan adalah dari kurva drawdown di mana tingkat produksi
cukup bervariasi. Setelah satu unit, ponse funotion diperoleh oleh metode ini, dapat
dianalisis untuk menghitung permeabilitas, kondisi lubang sumur, dan karakteristik
reservoir lainnya. Fungsi respons didefinisikan sebagai hubungan antara tekanan
dan waktu untuk sumur yang diproduksi dengan laju produksi yang konstan. Fungsi
respons didefinisikan sebagai hubungan antara produksi kumulatif dan waktu,
untuk sumur produksi pada penurunan tekanan satuan pada sumur bor Meskipun
penelitian ini awalnya ditujukan memperoleh fungsi respon unit untuk tingkat
konstan unit, pekerjaan telah menunjukkan bahwa seseorang dapat mengkonversi
dari konstanta tekanan di sumur bor ke tingkat konstan di sumur bor dan sebaliknya,
menggunakan kedua fungsi respons.
Natural flow pelaksanaan operasi melakukan teknologi tinggi. Fracturing
salah satu meningkatkan produksi eor migrasi proses perpindahan atau mengalirnya
minyak. Batu sumber atau disebut source rock dimana suatu proses zat organic
padat yang ada dibatuan sumber ditransformasikan menjadi hidrokarbon cair atau
gas diagnosis kemudian diikuti oleh kata genesis yaitu genesasi minyak dan gas
dari horogen. Source rock adalah data yang di dapatkan dari hasil penelitian yang
bertujuan mencari informasi mengenai source rock
J. Zonasasi reservoir menggunakan normalisasi RQI
Salah satu masalah pertama yang dihadapi oleh reservoir insinyur dalam
memprediksi atau menafsirkan perpindahan fluida perilaku selama proses
pemulihan sekunder adalah dari mengatur dan menggunakan sejumlah besar data
yang tersedia dari analisis inti. Permeabilitas menimbulkan masalah khusus dalam
organisasi karena biasanya lebih bervariasi dari urutan besarnya antara strata yang
berbeda. Karena untuk volume tipis, hampir selalu perlu untuk dikelompokkan data
dan menggunakan nilai rata-rata untuk mewakili angka pengukuran. Mungkin
metode yang paling umum sekarang yang digunakan untuk mengelompokkan data
permeabilitas adalah fraksi kapasitas teknik, yang peringkat permeabilitas dalam
urutan besarnya, terlepas dari lokasi fisik permeabilitas dalam reservoir. Kapasitas
kumulatif persen diplot terhadap ketebalan persen kumulatif. Plot ini dibagi
menjadi sejumlah zona arbitrer, umumnya dari ketebalan yang sama. Lima zona
(atau kelompok data rata-rata) biasanya diperoleh, masing-masing diperlakukan
sebagai homogen dalam perhitungan selanjutnya. Pembagian yang diperoleh tidak
memiliki arti fisik; strata di zona yang sama, Menurut perhitungan, biasanya tidak
berdekatan di reservoir. Teknik rekayasa waduk sedang dikembangkan akan
menangani crossflow yang terjadi antara strata reservoir komunikasi yang
berdekatan karena imbibisi dan gravitasi pemisahan. Karena crossflow terjadi
antara fisik lapisan yang berdekatan dalam reservoir, teknik zonasi baru mengenali
lokasi sebenarnya dari strata dalam reservoir diperlukan. Begitu pula dengan
pengakuan alam zona penting untuk prediksi pemulihan minyak dengan proses
yang melibatkan difusi. Salah satu proses tersebut adalah miscible perpindahan, di
mana prediksi difusi lateral dalam reservoir harus mengenali lokasi aktual
(Transactions, n.d.)
K. Pengaruh Stratifikasi pada Permeabilitas Relatif (EFFECT of
STRATIFICATION on RELATIVE PERMEABILITY)
Meskipun industri minyak telah menyadari variabilitas arah permeabilitas
pada batuan berpori, namun variabilitas terarah permeabilitas relatif telah sebagian
besar diabaikan. Namun jelas bahwa efeknya seperti itu harus hadir dalam suatu
sistem di mana distribusi minyak dan gas dalam matriks berpori dikontrol oleh
kekuatan kapiler. Sangat mudah untuk memvisualisasikan batu yang terdiri dari
lapisan bahan halus dan kasar sedemikian rupa sehingga aliran gas melintasi
pesawat tempat tidur akan dilakukan hanya setelah rata-rata saturasi minyak telah
dikurangi menjadi nilai yang sangat rendah. Lapisan-lapisan halus, karena
kapasitasnya yang lebih besar, akan tetap jenuh dan bertindak sebagai penghambat
aliran gas setelah lapisan kasar telah desaturasi. Aliran gas yang sejajar dengan
bidang perlapisan jelas akan terjadi pada saturasi cairan yang jauh lebih besar.
Tanpa informasi yang lebih lengkap mengenai geologi waduk dari yang biasanya
tersedia tidak mungkin untuk memprediksi dengan tepat bagaimana fenomena
seperti itu akan mempengaruhi kinerja ladang minyak secara keseluruhan. Namun,
dimungkinkan untuk memprediksi secara kualitatif efek stratifikasi pada
pengukuran permeabilitas relatif yang dilakukan pada inti laboratorium. Dalam
penyelidikan ini efek stratifikasi adalah dipelajari secara analitik dengan
mengasumsikan bahwa dua bahan berpori dengan desaturasi tekanan kapiler yang
berbeda kurva (tetapi kurva permeabilitas relatif identik) adalah dalam kontak dan
dalam kesetimbangan kapitalis. Sebagai kualitatif periksa hasil analitis, core
memiliki beragam tingkat stratifikasi yang terlihat digunakan untuk relative
pengukuran permeabilitas dibuat dengan cairan yang mengalir baik sejajar dan
tegak lurus dengan bidang alas tidur. Pemeriksaan kuantitatif dianggap tidak praktis
karena kesulitan merancang model di mana dua bahan dari sifat yang telah
ditentukan dapat bergabung tanpa bidang kontak menjadi diskontinuitas.(Corey &
Rathjens, 1956)
L.Pengaruh saturasi air pada permeabilitas
Jika konsentrasi bahan tersebut cukup, sudut kontak matriks air-minyak
dapat secara signifikan lebih besar dari nol. Efek peningkatan suhu dalam sistem
seperti itu biasanya akan menggeser kesetimbangan adsorpsi yang menyebabkan
desorpsi bahan aktif permukaan dan penurunan sudut kontak.(Ehrlich & Company,
1970)
Kerusakan formasi di sekitar lubang sumur pada lapisan produktif
mengakibatkan berkurangnya aliran hidrokarbon ke dalam sumur. Kerusakan
formasi dapat diidentifikasikandengan adanya perubahan permeabilitas yang
semakin kecil antaralain disebabkan oleh adanya aktivitas pemboran yaitu invasi
filtrate lumpur dan padatan yang menyumbat pori pori batuan dan mengakibatkan
penurunan permeabilitas yang semakin kecil menyebabkan terjadinya penurunan
produksi.
Dalam mengidentifikasi kerusakan formasi memanfaatkan data penilaian
formasi. Perolehan data penilaian formasi. Perolehan data penilain formasi
dilakukan dengan analisa inti Batuan, Analisa fluida reservoir, Well Logging dan
Well Testing
Dari perolehan data ini maka dapat dilakukan identifikasi dan analisa
indikasi kerusakan formasi untuk pengambilan keputusan yang tepat dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kerusakan formasi. Saturasi adalah total volume
fluida yang mengisi pori pori batuan terhadap volume total batuan. Saturasi
total:saturasi minyak+air+gas=100%. Pada saat sedimentasi pasti ada air yang
terperangkap sehingga didalam reservoir belum tentu 100% mengandung
minyak.yang dimana permeabilitas itu adalah kemampun batuan untuk
mengalirkan suatu fluida, dan dimana reservoir itu wadah atau tempat terakumulasi
minyak dan gas. Batuan reservoir batuan yang mampu menyimpandan mengalirkan
hidrokarbon.

M. PENENTUAN PERMEABILITAS DARI NMR


Seiring dengan berjalannya waktu maka semakin ketat persaingan di
dalam industri perminyakan untuk mengoptimalkan produksi untuk
memenuhi permintaan pasar dan mengejar profit sebesar-besarnya. Diperlukan
suatu penelitian untuk karakterisasi suatu reservoir, salah satunyakarakterisasi
suatu reservoir, dapat dilakukan perhitungan cadangan hidrokarbon yang
terkandung pada reservoir. Dalam penentuan zona hidrokarbon terlebih dahulu kita
menentukan parameter-parameter penting yang ada pada zona reservoir tersebut.
Parameter-parameter tersebut antara lain porositas, permeabilitas, saturasi
hidrokarbon dan litofasies. Semua parameter-parameter tersebut merupakan
parameter kunci untuk menentukan kenampakan subtitusi fluida, hydraulic
flow unit dan zona permeabel. Permeabilitas digunakan untuk menentukan
pergerakan suatu fluida pada zona reservoir Umumnya permeabilitas dapat
diketahui dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan data core. Metode
ini jarang digunakan karena biaya yang dikeluarkan relatif tinggi dan tidak
memungkinkan dalam pemilihan titik mana yang akan dilakukan pengujian pada
saat pengeboran berlangsung.
Permeabilitas klastik dapat digambarkan sebagai fungsi logaritmik dari
fungsi porositas. Dalam beberapa kasus, penentuan nilai permeabilitas selain
menggunakan data core juga dapat menggunakan log Nuclear Magnetic Resonance
(NMR). Namun, di lapangan metode ini memiliki biaya yang besar dan memiliki
kesulitan yang tinggi pada saat akusisinya, maka dari itu penggunaan log NMR
sangat jarang digunakan untuk mengukur permeabilitas. Permebilitas adalah
kemampuan suatu material untuk mengalirkan fluida. Permebilitas adalah suatu
besaran tensor (yang memiliki arah x, y, dan z) arah suatu aliran fluida menentukan
besaran permebilitas. Estimasi permebilitas pada batuan karbonat tidak selalu
mengikuti hubungan antara porositas dan permebilitas, seperti halnya di batuan
klastik (pasir). Karena distribusi dan ukuran saluran pori di batuan karbonat
seperti vuggy, interparticle berpengaruh terhadap permebilitas.
Estimasi permebilitas menggunakan Single Transformation. Menggunakan
hasil persamaan dari crossplot antara porositas core dengan permebilitas core. Pada
estimasi permebilitas menggunakan Single Transformation persamaan sesuai
dengan hydraulic flow unit (HFU) dari hasil perhitungan flow zone indikator
(FZI). Penelitian laboratorium Nuclear Magnetic Resonance (NMR) pertama kali
dilakukan oleh Purcell dan Bloch pada tahun 1946, sedangkan aplikasi teknologi
NMR pada eksplorasi minyak dan gas dilakukan pada tahun 1960. Teknologi NMR
tidak menggunakan elemen radioaktif, tetapi menggunakan prinsip spin inti atom
dan resonansi magnetik. Data pengukuran NMR dapat digunakan untuk
menentukan parameter-parameter petrofisika yang lebih akurat dimana data
rekaman sumur konvensional relatif sulit dianalisis seperti pada kasus reservoar
dengan kontras resistivitas rendah, shaly formation, dan reservoar karbonat.
Beberapa parameter akuisisi NMR yang berbeda (dual TE, dual TW, LWD
techinque, NMR-fluids) dan teknik-teknik processing NMR yang berbeda (2D-
NMR, MRIAN*, DMR*, DSM*, EDM*, TDA*, dll) dapat membantu menentukan
parameter-parameter petrofisika (tipe fluida, porositas secara detail, distribusi
ukuran butir, saturasi air, wettability, viskositas dan permeabilitas) pada beberapa
kasus tersebut.

N. PENENTUAN PERMEABILITAS GR LOGS


Apa itu Gamma Ray?
Log Gamma ray adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukan besaran
intensitas radioaktif yang ada dalam formasi, sehingga log gamma ray berguna
untuk mendeteksi/mengevaluasi endapan-endapan mineral radioaktif seperti
potassium/bijih alumunium.
Sumber radioaktif batuanberasal dari uranium (U), Thorium (Th) dan
Potassium (K). Ketiga unsur tersebut memancarkan sinar alpha, sinar beta, dan
sinar gamma. Gamma ray mempunyai energi gelombang elektromagnetik yang
tinggi dan mampu menembus material padat sehingga dapat digunakan pada sumur
yang sudah terpasang casing. Shale dan terutama marine shale mempunyai emisi
sinar gamma yang lebih tinggi dibandingkan dengan sandstone, limestone dan
dolomite. Dengan adanya perbadaan tersebut gamma ray log ini dapat digunakan
untuk membedakan antara shale dan non shale sehingga gamma ray sering disebut
sebagai lithology log. Prinsip Kerja Alat detektor dimasukkan ke dalam lubang bor.
Formasi yang mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi
dimana intensitasnya akan diterima oleh detektor dan dicatat di permukaan. Di
dalam detector sinar gamma tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui
prosesionisasi/disintegrasi yaitu proses pelepasan elektron-elektron dari atom yang
sebelumnya netral, dimana pelepasan elektron ini akan menimbulkan arus listrik
yang dideteksi oleh alat.( Herisa Fahma,2013)
Apa fungsi dari Gamma Ray?
1. Menentukan lapisan permeabel
2. Mengidentifikasi lithologi, korelasi antar formasi
3. Menentukan volume serpih
4. Menentukan lapisan shale dan non shale
5. Mendeteksi adanya mineral radioaktif

Faktor apa saja yang berpengaruh dalam Gamma Ray?


1. Diameter lubang bor dan lumpur didalamnya
Apabila diameter lubang bor > 8'', respon GR akan dipengaruhi oleh lumpur
sehingga ada sebagian sinar gamma yang terserap oleh lumpur (respon GR
menurun).
2. Lumpur yang ada di dalam lubang bor
Apabila lumpur yang digunakan > 10 lb/gall maka perlu dilakukan koreksi.
3. Casing
Casing akan menurunkan intensitas radioaktif sekitar 30 %
4. Semen
Semen dibuat dari limestone dan shale, sebagian sinar gamma akan terserap oleh
semen.

Contoh Log Gamma Ray


O. HUBUNGAN PERMEABILITAS DAN POROSITAS PADA BATUAN
KARBONAT
Hubungan permeabilitas dengan porositas pada batuan sangat lah
berkaitan.permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk mengalirkan suatu fluida
sedangkan porositas adalah perbandingan volume rongga batuan dengan volume
batu seluruhnya.hubungan nya apabila porositas batuan baik maka batu tersebut
lebih mudah untuk mengalirkan suatu fluida.
Porositas (∅)
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang
tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan volume total
batuan per satuan volume tertentu, yang jika dirumuskan :
Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume
batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis
sesuai persamaan sebagai berikut :

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam
persen.

Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk
pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

Faktor yang mempengaruhi porositas :


Primer
1.ukuran butiran
2.susunan butiran
3.bentuk butiran
4.keseragaman batuan
Sekunder
1.sementasi,apabila semangkin banyak semen pada batuan maka menyebapkan
kecilnya porositas
2.pelarutan,keberadaan dari asam injeksi asam kedalam sumur
3.rekahan
4.kompaksi,pemampatan tekanan terhadap beban.
1.2. Permeabilitas ( k )
Permeablitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk
meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu
ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari
aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya
diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy.

P. ESTIMASI PERMEABILITAS PADA BATUAN KARBONAT


Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat
lebih dari 50% dan tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijer, 1986). Sedangkan
batugamping itu sendiri adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga
95%, sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping (Reijer dan
Hsu, 1986). Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang jumlah
fraksi karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lian fraksi
karbonatnya (>50%). Dalam prkateknya batuan karbonat adalah batugamping dan
dolomit.
Porositas pada batuan karbonat sepenuhnya dikontrol oleh kemas batuan yang
disebut sebagai fabric selective dan dibagi menjadi :

a. Interparticle, termasuk dalam porositas primer dan merupakan pori- pori yang
terdapat di antara partikel, biasanya tidak mengalami sedimentasi dan dipengaruhi
oleh sortasi, kemas, dan ukuran butiran.
b. Intraparticle, merupakan pori-pori yang terdapat di dalam butiran yang terbentuk
sebagai porositas primer atau bisa terbentuk pada awal diagenesis sebagai porositas
sekunder.

c. Intercrystaline, merupakan pori-pori yang terdapat diantara kristal- kristal yang


relatif sama ukurannya dan tumbuh karena adanya proses rekristalisasi atau
dolimititasi.

d. Mouldic, merupakan suatu rongga yang terbentuk karena proses pelarutan


fragmen dalam batuan. Porositas ini dibentuk oleh perbedaan tingkat kelarutan
antara butiran dan struktur yang ada.

e. Fenestral, merupakan variasi dari interparticle porosity yang terbentuk pada


lingkungan khusus seperti supratidal lavee akibat hilangnya beberapa butiran
penyusun batuan sehingga terbentuk rongga yang besar.

f. Shelter, merupakan variasi dan porositas interparticle, dimana adanya butiran


yang terbentuk lempeng, menjadi semacam payung bagi area di bawahnya, untuk
melindungi dari pengisian sedimen yang mengendap.

g. Growth framework, merupakan porositas yang terbentuk hasil dari pertumbuhan


kerangka seperti kerangka koral, yang mengakibatkan rongga yang diisi oleh koral
menjadi terbuka.

2. Porositas batuan karbonat tidak dipengaruhi atau dikontrol oleh kemas batuan,
disebuat sebagai not fabric selective, yaitu porositas :

a. Fracture, merupakan rongga yang bentukan rekahan, terbentuk akibat adanya


tekanan luar, terjadi setelah pengendapan. Berasosiasi dangan proses prelipatan,
pensesaran dan kubah garam. Terjadi pada batuan karbonat yang relatif brittle dan
homogen, seperti kapur dan dolomit.

b. Vug, merupakan porositas yang berbentuk lubang-lubang kecil akibat proses


pelarutan, seperti gerowong.
c. Channel, merupakan saluran antara rongga yang terbentuk akibat pelarutan,
biasanya terbentuk dari open gabungan beberapa porositas tipe gerowong.

d. Cavern, merupakan porositas yang terbentuk sebagai hasil dari pelarutan lubang
yang bisa membesar, sehingga dapat dimasuki manusia.

3. Porositas batuan karbonat yang dapat bersifat sebagai kedua-duanya, disebut


sebagai fabric selective or not. Tipe porositas ini antara lain :

a. Breccia, merupakan porositas yang terbentuk karena adanya proses retakan yang
menyebabkan batuan hancur menjadi bongkah-bongkah kecil dan terbentuklah
pori-pori yang berada di antarannya.

b. Boring, adalah porositas yang terbentuk karena adanya aktivitas pemboran oleh
organisme.

c. Burrow, adalah porositas yang terbentuk karena adanya aktivitas organisme


seperti penggalian.
d. Shrinkage, terbentuk hasil penciutan, dimana sedimen yang telah terendapkan
menjadi kecil dan menciut, sehingga terjadi rekahan- rekahan yang dapat
menimbulkan pori.
Klasifikasi memiliki kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya adalah tidak perlu
menentuakan jenis butiran dangan rinci karena tidak menentukan dasar penamaan
batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar
klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan tipis hanya
memperlihatkan kenampakan dua dimensi, oleh karena itu sebelum memberikan
pendeskrifsian harus bisa membayangkan bagaimana bentukan tiga dimensi
batuannya agar tidak salah tafsir. Kelebihan yang lain dari klasifikasi adalah
dapat dipakai untuk menentuakan tingkat diagenesis apabila sparit dapat dangan
jelas dideskripsi.
Selain itu,permeabilitas batuan karbonat sangat kecil karena kandungan semen pada
batuan sangat tinggi.dan batu oini memiliki struktur kemas tertutup sehingga
menyebapkan batu ini sulit untuk di lalui fluida dan batu inisangat kompak.

U. Penentuan Permeabillitas Efektif dari Data Core


Seiring dengan berjalannya waktu persaingan dalam industry perminyakan
semakin meningkat. Untuk itu setiap perusahaan berupaya untuk meningkatkan
produksi agar mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk itu diperlukan
suatu penelitian untuk mengetahui karakterisasi suatu reservoir, salah satunya
dengan analisa data log. Karena dengan mengetahui karakterisasi dari suatu
reservoir, maka dapat dilakukan perhitungan cadangan hidrokarbon yang
terkandung pada reservoir. Dalam penentuan zona hidrokarbon terlebih dahulu kita
menentukan parameter-parameter penting yang ada pada zona reservoir tersebut.
Parameter-parameter tersebut antara lain porositas, permeabilitas, saturasi
hidrokarbon dan litofasies. Semua parameter-parameter tersebut merupakan
parameter kunci untuk menentukan kenampakan subtitusi fluida, hydraulic flow
unit dan zona permeabel. Permeabilitas digunakan untuk menentukan pergerakan
suatu fluida pada zona reservoir (Nuryanto & Santosa, 2014). Umumnya
permeabilitas dapat diketahui dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan
data core. Metode ini jarang digunakan karena biaya yang dikeluarkan relatif tinggi
dan tidak memungkinkan dalam pemilihan titik mana yang akan dilakukan
pengujian pada saat pengeboran berlangsung. Salah satu data core yang digunakan
adalah Data porositas dan permeabilitas. Data core porositas dan permeabilitas
dapat digunakan untuk mengkoreksi nilai porositas dan nilai permeabilitas pada log,
dengan mengunakan cross plot antara porositas dan permeabilitas (Nuryanto &
Santosa, 2014).
Permeabilitas klastik dapat digambarkan sebagai fungsi logaritmik dari
fungsi porositas. Dalam beberapa kasus, penentuan nilai permeabilitas selain
menggunakan data core juga dapat menggunakan log Nuclear Magnetic Resonance
(NMR). Namun, di lapangan metode ini memiliki biaya yang besar dan memiliki
kesulitan yang tinggi pada saat akusisinya, maka dari itu penggunaan log NMR
sangat jarang digunakan untuk mengukur permeabilitas. Permebilitas adalah
kemampuan suatu material untuk mengalirkan fluida. Permebilitas adalah suatu
besaran tensor (yang memiliki arah x, y, dan z) arah suatu aliran fluida menentukan
besaran permebilitas. Estimasi permebilitas pada batuan karbonat tidak selalu
mengikuti hubungan antara porositas dan permebilitas, seperti halnya di batuan
klastik (pasir). Karena distribusi dan ukuran saluran pori di batuan karbonat seperti
vuggy, interparticle berpengaruh terhadap permebilitas. Estimasi permebilitas
menggunakan Single Transformation. Menggunakan hasil persamaan dari crossplot
antara porositas core dengan permebilitas core. Pada estimasi permebilitas
menggunakan Single Transformation persamaan sesuai dengan hydraulic flow unit
(HFU) dari hasil perhitungan flow zone indikator (FZI). Pada estimasi
permeabilitas menggunakan Persamaan Timur menggunakan antara permebilitas,
porositas dan saturasi air. Menurut hukum Archie perhitungan saturasi air
menggunakan persamaan berikut:
α ×Rw
Swn =
𝑅𝑡 × Φ
Swn = Saturasi air (%)
n = Eksponen saturasi air (biasanya n = 2)
Φ = Porositas (dec)
α = Karbonat (=1), Sand (=0.9)
RW = Formasi resistivitas air (Ωm)
Rt = Formasi resistivitas total (Ωm)
V. Penentuan Porositas dan Saturasi Rata-Rata
Penelitian geologi dan seismik permukaan mungkin mampu memberikan
dugaan potensi hidrokarbon di bawah tanah. Namun data yang didapat masih perlu
dilakukan penggalian lubang sumur serta melakukan serangkaian pengukuran di
dalam sumur dan evaluasi formasi dari data hasil rekaman untuk memastikan ada
tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Evaluasi formasi ini dilakukan
dengan melakukan analisis petrofisika terhadap sifat fisik batuan di sekeliling
lubang bor, menggunakan hasil rekaman berupa kurva parameter fisika yang
terekam secara kontinu. Dari analisis petrofisika ini, dapat diketahui jenis reservoar,
porositas, permeabilitas dan kandungan minyak dari batuan yang mengelilingi
lubang bor di setiap kedalamannya. Dengan melakukan evaluasi formasi dapat
diketahui struktur bawah permukaan serta zona potensi hidrokarbon dari lapangan
produksi. Namun dalam pengembangan sebuah lapangan, perlu juga diketahui
seberapa besar cadangan hidrokarbon yang dapat diperoleh dari lapangan tersebut.
Perkiraan cadangan awal hidrokarbon merupakan salah satu faktor penting dalam
pengembangan serta perencanaan produksi minyak dan gas bumi dari suatu
reservoar. Dari perkiraan cadangan awal hidrokarbon tersebut, dapat diperkirakan
juga seberapa komersial lapangan tersebut untuk di produksi.
Data log yang digunakan untuk menghitung porositas adalah perpaduan
antara data log densitas dan neutron (Irawan et al., 2009). Nilai porositas dari log
densitas (φd) ditentukan dengan menggunakan Pers. 1. Sedangkan untuk log
neutron langsung menunjukkan nilai porositas (φn) batuan dengan skala matrik batu
gamping, Pers. 2 dan 3, berikut ini:
ρma – ρb
φD = ρma − ρf (1)

φDC = φD − (VSH × φDSH) (2)


φNC = φD − (VSH × φNSH) (3)
Nilai φdsh didapatkan dari nilai porositas dari densitas (φd) pada lapisan
lempung. Nilai φnsh didapatkan dari log neutron pada lapisan lempung, Volume
shale (VSH) dicari dengan menggunakan Pers. 1. Nilai porositas efektif (φeff)
didapatkan dengan persamaan :
φDC + φNC
φeff = (4)
2

Anda mungkin juga menyukai