“INSTALASI LAUNDRY”
Disusun oleh:
2019
1
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
A. Identitas
Bahan
No. Unit kerja Bahan Baku Alat kerja Cara Kerja
berbahaya
2
sarung ruangan, antara lain tanpa
tangan ruang perawatan inap, sengaja
karet, poli rawat jalan, ruang tercampur
sepatu boot operasi, kamar bersalin, alat alat
karet) HCU dan UGD. medis
Tali Untuk Linen kotor yang
pengikat infeksius lipat bagian sudah
kantong terinfeksi di bagian digunakan
dalam untuk
Kemudian linen kotor operasi
infeksius dimasukkan
ke dalam kantong
plastik berwarna
kuningdan diikat
sedangkan untuk linen
kotor non infeksius
dimasukkan ke dalam
kantong plastik
berwarna hitam dan
diikat
Kantong-kantong linen
tersebut dimasukkan ke
troli linen kotor
berwarna kuning untuk
linen infeksius dan
warna hitam untuk non
infeksius
3
Dibawa ke ruang
laundry untuk
dilakukan pencucian
.2. Pencucian Bahan APD Prosedur pencucian Linen
baku: (Tutup Linen Infeksius yang
- Detergen Kepala, terkontami
Pengelompokan
Eco Green Kacamata, nasi
Tahap awal dari
- Bayclin masker, dengan
proses pencucian
- Larutan apron, darah,
ini dilakukan untuk
Pewangi sarung cairan
memisahkan linen-
(Molto) tangan tubuh,
linen kotor
karet, sekresi
infeksius
sepatu dan
berdasarkan jenis
booth ekskresi
kain (wool, katun)
karet) Chlorin
Penimbangan
Ember - Detergen
Tahap ini
linen Pembersih
dilakukan setelah
infeksius - Larutan
tahap
Ember Pewangi
pengelompokan,
linen
hal ini bertujuan
non
untuk mengetahui
infeksius
berapa jumlah
Mesin
deterjen yang
cuci
diperlukan (5 kg
infeksius
linen 2 sendok
Mesin
takar detergen) dan
cuci non
untuk menghitung
infeksius
pengeluaran
4
Sendok deterjen per-
takar bulannya.
detergen Cleaning
Jam (Pembersihan)
dinding Tahap ini dilakukan
untuk
menghilangkan
noda pada linen-
linen kotor yang
infeksius sebelum
dimasukkan ke
mesin cuci. Hal ini
dilakukan dengan
cara menyikat
dengan
menggunakan
Deterjen eco green
bubuk pada bagian
yang memiliki noda
lalu dibilas dengan
air mengalir sampai
sabun dan busa
menghilang.
Bleaching
o Tahap ini dilakukan
setelah tahap
pembersihan yang
menggunakan
Bayclin dengan
5
takaran 1:9, selama
10 - 15 menit di
dalam ember khusus
infeksius. Kemudian
dibilas dengan air
mengalir sampai
bersih dan siap untuk
dipindahkan ke
mesin cuci khusus
linen infeksius
Washing (Penyabunan)
o Pada tahap ini
dilakukan dengan
menggunakan
detergen eco green
bubuk dengan
takaran 2 sendok
takar detergent
bubuk (90 gram)
selama 8 – 15 menit
di dalam mesin cuci
infeksius. Jumlah
detergent tersebut
untuk kira-kira 10
potong linen kotor
infeksius.
Rinsing (Pembilasan)
o Tahap ini dilakukan
untuk menurunkan
6
suhu dan kadar
detergent. Dilakukan
dengan cara
mengalirkan air
dengan suhu ruangan
selama 8 - 10 menit
di dalam mesin cuci
infeksius dan
membuka saluran
pembuangan mesin
cuci sampai busa dan
sabun menghilang.
Softening / Final
Rinsing
o Tahap ini bertujuan
untuk perawatan
linen dengan cara
menambahkan
softener yang
dilarutkan dalam air
dengan 2 sendok
takar pelembut dan
pewangi kain (30 –
40 cc) selama 3-5
menit di dalam
mesin cuci infeksius
tanpa membuka
saluran pembuangan
mesin cuci.
7
Extracting dan
Checking
o Pada tahap akhir dari
proses pencucian
dilakukan untuk
mengurangi kadar
air di linen sebelum
proses penjemuran
dengan cara
memindahkan linen-
linen ke dalam alat
pengering mesin
cuci infeksius
selama 10-15 menit.
Kemudian linen-
linen yang sudah
agak kering di teliti
kembali apakah
masih terdapat noda
atau sudah benar-
benar bersih. Jika
masih terdapat noda
maka pencucian
dilakukan seperti
awal kembali.
Namun jika tidak ada
noda maka dapat
dilanjutkan proses
penjemuran.
8
Prosedur pencucian linen
non infeksius:
Pengelompokan
o Tahap awal dari
proses pencucian ini
dilakukan untuk
memisahkan linen-
linen kotor non
infeksius
berdasarkan jenis
kain (wool, katun).
Penimbangan
Tahap ini dilakukan
setelah tahap
pengelompokan, hal ini
bertujuan untuk
mengetahui berapa
jumlah deterjen yang
diperlukan (5 kg
linen 2 sendok takar
detergen) dan untuk
menghitung
pengeluaran deterjen
per-bulannya.
Flushing (Pembasahan)
o Proses pembasahan
diperlukan untuk
menghilangkan
kotoran yang larut
9
dalam air dan
membantu
penyerapan
detergent secara
cepat ke serat benang
pada saat
penyabunan
berlangsung.
Pembasahan
dilakukan dengan
cara mengalirkan air
dan direndam selama
2-3 menit di dalam
mesin cuci non
infeksius.
Washing (Penyabunan)
o Pada tahap ini
dilakukan dengan
menggunakan
detergen bubuk
dengan takaran 2
sendok takar
detergent bubuk (90
gram) selama 8 – 15
menit di dalam
mesin cuci non
infeksius. Jumlah
detergent tersebut
untuk kira-kira 10
10
potong linen kotor
non infeksius.
Rinsing (Pembilasan)
o Tahap ini dilakukan
untuk menurunkan
suhu dan kadar
detergent. Dilakukan
dengan cara
mengalirkan air
dengan suhu ruangan
selama 8 - 10 menit
di dalam mesin cuci
non infeksius dan
membuka saluran
pembuangan mesin
cuci sampai busa dan
sabun menghilang.
Softening / Final
Rinsing
o Tahap ini bertujuan
untuk perawatan
linen dengan cara
menambahkan
softener yang
dilarutkan dalam air
dengan 2 sendok
takar pelembut dan
pewangi kain (30 –
40 cc) selama 3-5
11
menit di dalam
mesin cuci non
infeksius tanpa
membuka saluran
pembuangan mesin
cuci.
Extracting dan
Checking
o Pada tahap akhir dari
proses pencucian
dilakukan untuk
mengurangi kadar
air di linen sebelum
proses penjemuran
dengan cara
memindahkan linen-
linen ke dalam alat
pengering mesin
cuci non infeksius
selama 10-15 menit.
Kemudian linen-
linen yang sudah
agak kering di teliti
kembali apakah
masih terdapat noda
atau sudah benar-
benar bersih. Jika
masih terdapat noda
maka pencucian
12
dilakukan seperti
awal kembali.
Namun jika tidak ada
noda maka dapat
dilanjutkan proses
penjemuran.
3. Penjemuran Linen Tali Linen yang setengah
dan setengah jemuran kering diambil dari mesin
Pengeringan kering Rak cuci kemudiandimasukkan
jemuran kedalam mesin pengering
APD selama 30 menit.
(Tutup
Penjemuran apron di
Kepala,
tempat jemuran yang dekat
Kacamata,
dengan lokasi pencucian
masker,
dengan atap terbuka atau
apron,
jika hujan diletakkan di
sarung
tempat dengan atap
tangan
tertutup.
karet,
sepatu
booth
karet)
13
Kursi menyetrika linen pada
meja setrika yang
beralaskan kain dengan
suhu yang sudah
disesuaikan dengan
indikator pada setrika.
Kemudian dilipat sesuai
dengan macam linen
(sprei, selimut,selimut
bayi, sarung bantal, taplak
meja) dan diletakkan di
plastic bersih untuk
kemudian disiapkan untuk
didistribusikan.
14
menggunakan sistem
FIFO (First In First Out).
Sedangkan linen bersih
yang belum di
distribusikan, disimpan
didalam lemari.
2. Lingkungan Kerja
15
setrika dan seperti iritasi - Penempatan terletak dilantai,
penyimpanan pada kulit. bahan dan serta posisi meja
linen bersih cairan kimia setrika yang
juga menjadi yang terlalu pendek
satu. Selain digunakan menyebabkan
itu tidak ada masih belum petugas
tempat khusus tertata rapi menunduk selama
untuk linen- dan belum penyetrikaan
linen yang mempunyai dalam waktu yang
sudah tempat cukup lama.
disetrika dan tersendiri
dilipat
- Debu dari
sehingga
serat linen
terlihat tidak
yang
rapih.
mengandung
- Tata ruang mikroba saat
yang belum proses
tersusun rapi penyetrikaan
- Ruangan
sempitdengan
jumlah alat
yang banyak
sehingga
terkesan
berantakan
-Troli yang
terlalu kecil
sehingga
16
menyebabkan
petugas
berkali-kali
mengantarkan
ke ruangan.
3. Karyawan
17
14.00) 1 muatan
orang. berlebihan
- Terpelset dan
Perganti
patah tulang
an shift
belakang
tiap 1
- Kecelakaan
minggu
kerja berupa
Low Back Pain
karena posisi
duduk yang
tidak
ergonomis.
-Bahaya kimia
(dermatitis
kontak iritan,
inhalan kimia)
- Kecelakaan
kerja berupa
luka bakar
apabila tidak
berhati-hati
saat setrika
18
4. Sistem Manajemen
Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3
Problem K3 Kebijakan
No. Komponen
Internal Eksternal Manajemen
19
Tidak ada
emergency
shower dan tidak
adanya
perlengkapan
P3K
2 Lingkungan - Tata ruang yang Persyaratan bangunan
Kerja belum tersusun rapi harus sesuai dengan
dan terpisah sesuai Pedoman Manajemen
Lingkungan
dengan fungsinya : Linen di Rumah Sakit
fisik
oleh Departemen
1. Ruang
Kesehatan RI Tahun
Penerimaan
2004
Linen
2.Ruang
Pemisahan
Linen
3.Ruang
Pencucian atau
Pengeringan
Linen
4. Ruang
Penyetrikaan
Linen
5. Ruang
Distribusi
Linen
20
Lingkungan Bahan baku yang Bahan bahan kimia
kimia menyebabkan yang mudah
peradangan kulit terbakar harus
seperti detergen dan dipisahkan, bahan
chlorin bahan yang iritasi
harus menggunakan
APD yang sesuai
standar
PERMENKES
Nomor:
1087/MENKES/SK/
VIII/2010 tentang
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit
21
- Higienitas VIII/2010 tentang
pengambilan Kesehatan dan
linen Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit
22
- resiko infeksi
penyakit menular Preventif
Keharusan penggunaan
-Resiko nyeri
alat pelindung diri yang
punggung lowback
sesuai dengan standar,
pain
take care terhadap
-Resiko myalgia keamanan diri sendiri,
menghitung secara teliti
-keracunan bahan
jumlah bahan kimia
kimia (trauma
yang sekiranya
inhalan chlorine,
diperlukan dalam
trauma pada mata)
proses laundry
Kuratif
Memberi pengobatan
secara menyeluruh
sesuai hasil
pemeriksaan kesehatan
akibat kecelakaan kerja
Rehabilitasi
23
5. Regulasi/Undang-Undang
Nasional:
a. Bagi RS
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS
b. Bagi Karyawan RS
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja
c. Bagi pasien dan pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Sedangkan dalamUndang-UndangNo.36tahun 2009 tentang
Kesehatan,khususnyapasal165:”Pengelolatempatkerjawajibmelakukansegalabentukup
ayakesehatanmelaluiupayapencegahan,peningkatan,pengobatandanpemulihanbagiten
agakerja”.BerdasarkanpasaldiatasmakapengelolatempatkerjadiRumahSakitmempunya
i kewajiban untuk menyehatkanparatenagakerjanya(Depkes RI, 2010).
Bila kita memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit,
merupakan salah satu tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak yang tidak baik dalam kesehatan,bukan para pekerja langsung
yang dapat terpengaruhi kesehatannya namun pasien maupun pengunjung rumah sakit
juga dapat terpengaruhi kesehatannya,maka sudah seharusnya pihak manajemenrumah
24
sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Salah satunya adalah Instalasi
laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai resiko besar penularan
penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi
dan kondisi di rumah sakit (Depkes RI, 2010).
25
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS DAN OCCUPATIONAL RELATED
DISEASE
A. Occupational Disease
1. Dermatitis Kontak Iritan
2. Low Back Pain (LBP)
B. (Occupational related disease
3. Dermatitis Kontak Alergi
4. Myalgia
26
Istirahat dan
memberikan
waktu libur kerja
Mialgia Istirahat Mengubah posisi • Pemeriksaan
NSAID oral (Natrium kerja yang kesehatan setiap bulan
Diklofenak) / salep ergonomis. Istirahat dan
Paracetamol/
Melakukan memberikan waktu
ibuprofen 3x 1 tablet
500 mg peregangan otot libur kerja
dan beristirahat
Kompres es 24-72 jam
disela-sela kerja
pertama
27
III. PEMBAHASAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan adalah kondisi aman seseorang dalam melakukan pekerjaan.
Kondisi aman tersebut bisa berasal dari internal maupun eksternal. Dari lingkungan
internal adalah kemampuan seseorang dalam menjaga dirinya dan lingkungan ekternal
adalah bahaya yang terjadi dari luar (Mangkunegara,2003) . Menurur Sama’ur 2005
Keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat dan nyaman sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ada akhirnya dapat meningkatkan
diharapkan bukannya suatu peristiwa kebetulan saja, tetapi ada sebab-sebabnya. Sebab
itu perlu diketahui dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat di ambil,
sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan kerugian akibat kecelakaan dapat
dihindarkan.kecelakaan ini terjadi karena kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai
(Mangkunegara,2003).
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja.
Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja yang
28
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Dari defenisi
diatas jelas bahwa pengertian kecelakaan kerja tidak hanya terbatas pada insiden-
insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja, tetapi juga meliputi kerugian fisik
dan material sebab-sebab terjadi kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan selalu disertai
kerugian materrial maupun penderitaan dari yang paling rigan sampai yang paling berat
dan bahkan ada yang tewas, oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu dilakukan
Diantara kondisi yang kurang aman salah satu adalah pencahayaan, ventilasi
yang memasukan debu dan gas, lay-out yang berbahaya ditempatkan dengan
pelidung yang tidak memadai seperti : helm, dan gudang yang kurang baik
(Mangkunegara,2003).
Para ahli banyak yang menduga bahwa 4 dari 5 kecelakaan yang terjadi
29
4) Cara angkat,angkut menempatkan barang dan menyimpan yang kurang baik /tidak
aman
5) Pengaturan proses kerja yag berbahaya atau mengandung resiko seperti : badan
d. Tata cara kerja dan ketertiban yang tidak dipatuhi (Warwich, 2004)
30
dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
adalah :
a. Terjatuh
atas :
a. Luka ringan, apabila si korban kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja kembali
seperti biasa.
b. Luka berat, apabila sikorban lebih dari 3 minggu baru dapat bekerja kembali.
karyawan terutama bagi mereka yang langsung memahami atau melihat terjadinya
kecelakaan tersebut.
31
Berdasarkan kerugian yang diderita oleh perusahaan biasanya dapat diukur
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena terjadinya kecelakaan.
Seorang ahli dalam bidang keselamatan kerja Willie (2006 )mengatakan bahwa
Bagian dan Undang-Undang kota perja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan
32
c. Berdasarkan Ekonomi. Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya
Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga akan menunjukan
kesehatan kerja dapat menurunkan kerugian yang timbul akibat kecelakaan dan
karyawan akan terlatih dalam menghadapi resiko kerja. Sasaran dari program
keselamatan kerja adalah untuk memenuhi kepentingan bersama, antara lain adalah :
a. Mencegah dan mengurangi adanya bahaya kecelakaan yag mungkin timbul pada
suasana kerja yang mengembirakan, salah satu faktor yag sangat penting dalam
Manajemen K3 RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS, pasien, serta
pengunjung atau pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja RS yang
sehat, aman dan nyaman termasuk pemukiman masyarakat sekitarnya (Kepmenkes RI,
2010).
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen
33
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab
kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah
dan lesu.
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja
Laundry
Loundry Service baik yang berada dalam perhotelan atau rumah sakit, sangat
berkaitan dengan bahan kimia yang kuat, mengangkut beban yang berat, dan
juga jam bekerja dengan jadwal yang sudah di sesuaikan dengan tempat
a. Pengertian
b. Persyaratan :
34
1. Suhu air panas untuk pencucian 70 °C dalam waktu 25 menit atau 95°C
3. Standar kuman bagi linen yang bersih setelah keluar dari proses tidak
c. Tata laksana
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius
yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan
35
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri ,
ditetapkan
a) Pengumpulan, dilakukan :
b) Penerimaan
c) Pencucian
d) Pengeringan
e) Penyetrikaan
36
f) Penyimpanan
bawah
h) Pengangkutan
kotor
kotor
37
pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan untuk
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal,
tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun
secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal (Dachlan, 2009). Nyeri
punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang
mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri punggung
bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat
disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit
tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan
pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik
yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur
yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Dachlan, 2009).
musculoskeletal disorder, yaitu myalgia, low back pain, atau kelainan bentuk tulang
38
1. Gunakan teknik mengangkat yang benar
7. Gunakan gerobak terawat dengan baik dengan besar, bergulir rendah, roda
bersih.
perlu mencapai dan menarik keluar laundry berat basah secara manual
(OHSAH, 2003).
39
Gambar 1.1 Cara Mendorong Troly dengan benar
MIALGIA
Mialgia atau nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal.
Nyeri otot paling sering dihubungkan dengan ketegangan atau kerja otot yang
berlebihan, serta cedera otot dari latihan atau pekerjaan yang mengandalkan fisik.
Dalam kondisi ini, rasa sakit mengenai otot-otot tertentu dan terjadi selama atau setelah
aktivitas. Penyebab mialgia yang paling sering antara lain: cedera atau trauma termasuk
keseleo atau terkilir; kerja yang berlebihan: menggunakan otot terlalu banyak, terlalu
cepat dan terlalu sering; ketegangan atau stres (White, 2008). Untuk nyeri otot karena
kerja yang berlebihan atau karena cedera, dapat diatasi dengan mengistirahatkan bagian
tubuh atau otot yang sakit dan meminum acetaminophen atau ibuprofen. Kompres
dengan es 24 - 72 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan. Nyeri otot karena kerja berlebihan dan fibromyalgia sering berespon baik
dengan pemijatan. Latihan peregangan secara perlahan setelah istirahat yang lama juga
pendinginan sesudahnya.
Peregangan sebelum dan setelah berolahraga atau beraktivitas fisik yang berat.
Minum yang cukup sebelum, selama, dan setelah berolahraga atau beraktivitas
40
Jika bekerja di posisi yang sama sepanjang hari (seperti duduk di depan
komputer), maka lakukan peregangan setidaknya satu jam sekali (Vorvick, 2013).
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang disebabkan
oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis
kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat
bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non
imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan. Sedangkan, dermatitis alergik terjadi
pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen dan
a. Definisi
Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan pada kulit yang disebabkan oleh
kerusakan langsung ke kulit setelah terpapar agen berbahaya. Dermatitis kontak iritan
dapat disebabkan oleh tanggapan phototoxic misalnya tar, paparan akut zat-zat (asam,
basa) atau paparan kronis kumulatif untuk iritasi ringan (air, detergen, bahan pembersih
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan
kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan
tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu
lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan
41
kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban
a. Definisi
kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe
lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi
reaksi alergik.
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan
kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia
sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat
42
proses proses pencucian linen infeksius dan non infeksius para pekerja sudahmemakai
APD, sehingga deterjen yang dapatmenyebabkan peradangan kulit dapat dihindari.
Diharapkan dengan penggunaan APD maka dapat meminimalkanrisiko terkena
penyakit akibat kerja. Selain penggunaan alat pelindung diri, petugas juga diharapkan
berhati-hati dalam melakukan pekerjaan. Karyawan juga diharuskan menerapkan
perilaku cuci tangan baik menggunakan air dan sabun maupun menggunakan antiseptic
gel untuk mencegah dan mengendalikan infeksi yang dapat terjadi di rumah sakit.
Menyediakan masker yang bahannya lebih tebal supaya bahan kimia seperti
bayclin tidak mudah terhirup.
Menyediakan trolly yang ergonomis juga diperlukan untuk mencegah
gangguan tersebut.
LANGKAH 2 (Lingkungan Kerja)
Keterbatasan jumlah karyawan bagian laundry terkadang menyebabkan satu
karyawan melakukan dua pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu
pengerjaan. Namun, disarankan agar karyawan tersebut berkonsentrasi terlebih dahulu
terhadap tugas pokoknya. Hal ini mencegah terjadinya cephalgia dan myalgia pada
karyawan karena kelelahan. Hal ini juga dapat diatasi dengan menambah junlah
karyawan. Selain itu perlu adanya waktu libur untuk beristirahat sehingga dapat
mencegah terjadinya cephalgia, kelelahan, musculoskeletal disorder. Hal ini secara
tidak langsung dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko kesehatan yang tidak
diharapkan.
Dari segi tempat kerja juga perlu disesuaikan dengan standart yang ditentukan
oleh , antara lain :
43
- Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
- Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
-- Petugas laundry dilarang makan dan minum dalam laundry;
-Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik
dan diberi tanda khusus;
- Tata ruang laundry harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat;
- Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara
teratur;
-Bahan baku yang digunakan terkadang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Selain itu linen yang mengandung virus dan bakteri juga dapat menularkan
penyakit ke para pekerja. Hal yang dapat ditangani adalah dengan menyarankan
para pekerja untuk rutin menggunakan masker, kacamata pelindung, apron dan
sarung tangan.
LANGKAH 3 (Kondisi Karyawan)
dengan cara:
44
• Penyuluhan mengenai posisi ergonomis saat mengambil barang,
b. Pencegahan sekunder
Bila ada keluhan atau terjadi kecelakan kerja agar segera melakukan
kecacatan.
c. Pencegahan tersier
dan mengurangi paparan terhadap zat kimia yang ada dalam instalasi
laundry,
45
LANGKAH 4 (Kebijakan Manajemen)
memberikan sangsi kepada karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau kembali
Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah Sakit dengan
adalah:
PAK
46
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
atau barang;
penyimpanan barang;
47
pada UU no.14 tahun 1969, tentang ketentuan pokok tenaga kerja, UU no. 23
tahun 1992 tentang kesehatan, UU no. 3 tahun 1992 tentang kesehatan, beberapa
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, UU no.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, dan PP. No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
48
LAMPIRAN
49
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Lyne M, 2015, Healthcare Laundry and Textiles in the United States: Review and
Commentary on Contemporary Infection Prevention Issues.Infection Control
& Hospital Epidemiology Journal. Vol : 00 pp 1- 16
Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006. 443-4463
OHSAH, 2003, An Ergonomic guide for Hospita lLaundries, Canada : National
Library.
Panjabi MM, Clinical Spinal Instability and Low Back Pain. J Electromyogr
Kinesneol. Aug 2003;13(4):371-9
Perdani, 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya Nyeri
Punggung Bawah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Permenkes RI No. 1295/MENKES/PER/XII/2007.
Prasetyo et al. 2007. Family and Children Affected by HIV and AIDS in Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan UI.
Rheisa A, http://www.scribd.com/doc/77334668/Referat-Trauma-Inhalasi. Diakses 21
April 2017
Samara D, 2004. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. J Kedokter Trisakti. April 2004. Vol23 No2
Sama’mur ,Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Gunung agung,2005
Sjamsuhidajat, R., de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sukumar, Khartiga, 2014. A Study on Laundry Workers Attitude towards Health Care
Industry in Trichy City.International Journal of Scientific and Research
Publications. Vol : 4 pp 2-8.
Sulistiyaningrum et al. 2011.Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi pada Geriatri.MDVI
Vol. 38 No. 1. Jakarta Pusat: FK UI.
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khadijah Gurah, 2015,
nomer: 226/ KEP/ IV.6.AU/H/2015. Tentang Standart Prosedur Operasional
(SPO) Pengelolahan Linen RS Muhammadiyah Siti Khadijah Gurah.
52
Van PM, Hoofman. An Update of a Systematic Review of Controlled Clinical Trial
on The Primary Prevention of Back Pain at The Workplace. Occup Med
(lond). Aug 2004;54(5):342-52
Vorvick LJ, 2013. Muscle Pain.U.S. National Library of Medicine. Medical
Encyclopedia
White, Leigh Ann, et al. "Employees with fibromyalgia: medical comorbidity,
healthcare costs, and work loss." Journal of Occupational and Environmental
Medicine 50.1 (2008): 13-24.
WHO, 2007.Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Interim WHO. Indonesia.
Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; h. 20-33.
Zein U dan Habib. 2007. 111 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda
Ketahui. Medan: USU pr
53
54