Anda di halaman 1dari 54

STATUSKEDOKTERAN INDUSTRI

“INSTALASI LAUNDRY”

RSM SITI KHODIJAH GURAH KABUPATEN KEDIRI

Disusun oleh:

Nadya Citra Paramitha 201710401011049

Rizkyallah Garuda Sakti Putri S 201710401011056

SMF ILMU KEDOKTERAN INDUSTRI, KELUARGA, DAN ISLAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

1
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)

A. Identitas

1. Nama Perusahaan : Instalasi Laundry RSM Siti Khodijah


Gurah, Kabupaten Kediri.
2. Alamat : Jl. Dr. Soetomo No. 322 Sukorejo, Gurah, Kabupaten
Kediri
3. Jumlah tenaga kerja : 2 orang

B. Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Proses Industri/Proses Kerja

Bahan
No. Unit kerja Bahan Baku Alat kerja Cara Kerja
berbahaya

1. Pengambilan  Linen kotor  Troli  Jam 08.00 WIB dan  Linen


Linen infeksius linen jam 12.00 WIB petugas yang
Kotordan  Linen kotor  Kantong melakukan cuci tangan terkontam
Penyortiran non Plastik higienis dengan inasi
infeksius Warna menggunakan sabun 1 dengan
Kuning menit sebelum dan darah,
dan sesudah melakukan cairan
Hitam pekerjaan. tubuh,
 APD  Petugas menggunakan sekresi
(Tutup APD dan
Kepala,  Petugas mengambil ekskresi
masker, linen kotor dari  Linen
apron, masing-masing yang

2
sarung ruangan, antara lain tanpa
tangan ruang perawatan inap, sengaja
karet, poli rawat jalan, ruang tercampur
sepatu boot operasi, kamar bersalin, alat alat
karet) HCU dan UGD. medis
 Tali  Untuk Linen kotor yang
pengikat infeksius lipat bagian sudah
kantong terinfeksi di bagian digunakan
dalam untuk
 Kemudian linen kotor operasi
infeksius dimasukkan
ke dalam kantong
plastik berwarna
kuningdan diikat
sedangkan untuk linen
kotor non infeksius
dimasukkan ke dalam
kantong plastik
berwarna hitam dan
diikat
 Kantong-kantong linen
tersebut dimasukkan ke
troli linen kotor
berwarna kuning untuk
linen infeksius dan
warna hitam untuk non
infeksius

3
 Dibawa ke ruang
laundry untuk
dilakukan pencucian
.2. Pencucian  Bahan  APD Prosedur pencucian  Linen
baku: (Tutup Linen Infeksius yang
- Detergen Kepala, terkontami
 Pengelompokan
Eco Green Kacamata, nasi
 Tahap awal dari
- Bayclin masker, dengan
proses pencucian
- Larutan apron, darah,
ini dilakukan untuk
Pewangi sarung cairan
memisahkan linen-
(Molto) tangan tubuh,
linen kotor
karet, sekresi
infeksius
sepatu dan
berdasarkan jenis
booth ekskresi
kain (wool, katun)
karet)  Chlorin
 Penimbangan
 Ember - Detergen
 Tahap ini
linen Pembersih
dilakukan setelah
infeksius - Larutan
tahap
 Ember Pewangi
pengelompokan,
linen
hal ini bertujuan
non
untuk mengetahui
infeksius
berapa jumlah
 Mesin
deterjen yang
cuci
diperlukan (5 kg
infeksius
linen 2 sendok
 Mesin
takar detergen) dan
cuci non
untuk menghitung
infeksius
pengeluaran

4
 Sendok deterjen per-
takar bulannya.
detergen  Cleaning
 Jam (Pembersihan)
dinding  Tahap ini dilakukan
untuk
menghilangkan
noda pada linen-
linen kotor yang
infeksius sebelum
dimasukkan ke
mesin cuci. Hal ini
dilakukan dengan
cara menyikat
dengan
menggunakan
Deterjen eco green
bubuk pada bagian
yang memiliki noda
lalu dibilas dengan
air mengalir sampai
sabun dan busa
menghilang.
 Bleaching
o Tahap ini dilakukan
setelah tahap
pembersihan yang
menggunakan
Bayclin dengan

5
takaran 1:9, selama
10 - 15 menit di
dalam ember khusus
infeksius. Kemudian
dibilas dengan air
mengalir sampai
bersih dan siap untuk
dipindahkan ke
mesin cuci khusus
linen infeksius
 Washing (Penyabunan)
o Pada tahap ini
dilakukan dengan
menggunakan
detergen eco green
bubuk dengan
takaran 2 sendok
takar detergent
bubuk (90 gram)
selama 8 – 15 menit
di dalam mesin cuci
infeksius. Jumlah
detergent tersebut
untuk kira-kira 10
potong linen kotor
infeksius.
 Rinsing (Pembilasan)
o Tahap ini dilakukan
untuk menurunkan

6
suhu dan kadar
detergent. Dilakukan
dengan cara
mengalirkan air
dengan suhu ruangan
selama 8 - 10 menit
di dalam mesin cuci
infeksius dan
membuka saluran
pembuangan mesin
cuci sampai busa dan
sabun menghilang.
 Softening / Final
Rinsing
o Tahap ini bertujuan
untuk perawatan
linen dengan cara
menambahkan
softener yang
dilarutkan dalam air
dengan 2 sendok
takar pelembut dan
pewangi kain (30 –
40 cc) selama 3-5
menit di dalam
mesin cuci infeksius
tanpa membuka
saluran pembuangan
mesin cuci.

7
 Extracting dan
Checking
o Pada tahap akhir dari
proses pencucian
dilakukan untuk
mengurangi kadar
air di linen sebelum
proses penjemuran
dengan cara
memindahkan linen-
linen ke dalam alat
pengering mesin
cuci infeksius
selama 10-15 menit.
Kemudian linen-
linen yang sudah
agak kering di teliti
kembali apakah
masih terdapat noda
atau sudah benar-
benar bersih. Jika
masih terdapat noda
maka pencucian
dilakukan seperti
awal kembali.
Namun jika tidak ada
noda maka dapat
dilanjutkan proses
penjemuran.

8
Prosedur pencucian linen
non infeksius:

 Pengelompokan
o Tahap awal dari
proses pencucian ini
dilakukan untuk
memisahkan linen-
linen kotor non
infeksius
berdasarkan jenis
kain (wool, katun).
 Penimbangan
 Tahap ini dilakukan
setelah tahap
pengelompokan, hal ini
bertujuan untuk
mengetahui berapa
jumlah deterjen yang
diperlukan (5 kg
linen 2 sendok takar
detergen) dan untuk
menghitung
pengeluaran deterjen
per-bulannya.
 Flushing (Pembasahan)
o Proses pembasahan
diperlukan untuk
menghilangkan
kotoran yang larut

9
dalam air dan
membantu
penyerapan
detergent secara
cepat ke serat benang
pada saat
penyabunan
berlangsung.
Pembasahan
dilakukan dengan
cara mengalirkan air
dan direndam selama
2-3 menit di dalam
mesin cuci non
infeksius.
 Washing (Penyabunan)
o Pada tahap ini
dilakukan dengan
menggunakan
detergen bubuk
dengan takaran 2
sendok takar
detergent bubuk (90
gram) selama 8 – 15
menit di dalam
mesin cuci non
infeksius. Jumlah
detergent tersebut
untuk kira-kira 10

10
potong linen kotor
non infeksius.
 Rinsing (Pembilasan)
o Tahap ini dilakukan
untuk menurunkan
suhu dan kadar
detergent. Dilakukan
dengan cara
mengalirkan air
dengan suhu ruangan
selama 8 - 10 menit
di dalam mesin cuci
non infeksius dan
membuka saluran
pembuangan mesin
cuci sampai busa dan
sabun menghilang.
 Softening / Final
Rinsing
o Tahap ini bertujuan
untuk perawatan
linen dengan cara
menambahkan
softener yang
dilarutkan dalam air
dengan 2 sendok
takar pelembut dan
pewangi kain (30 –
40 cc) selama 3-5

11
menit di dalam
mesin cuci non
infeksius tanpa
membuka saluran
pembuangan mesin
cuci.
 Extracting dan
Checking
o Pada tahap akhir dari
proses pencucian
dilakukan untuk
mengurangi kadar
air di linen sebelum
proses penjemuran
dengan cara
memindahkan linen-
linen ke dalam alat
pengering mesin
cuci non infeksius
selama 10-15 menit.
Kemudian linen-
linen yang sudah
agak kering di teliti
kembali apakah
masih terdapat noda
atau sudah benar-
benar bersih. Jika
masih terdapat noda
maka pencucian

12
dilakukan seperti
awal kembali.
Namun jika tidak ada
noda maka dapat
dilanjutkan proses
penjemuran.
3. Penjemuran  Linen  Tali Linen yang setengah
dan setengah jemuran kering diambil dari mesin
Pengeringan kering  Rak cuci kemudiandimasukkan
jemuran kedalam mesin pengering
 APD selama 30 menit.
(Tutup
Penjemuran apron di
Kepala,
tempat jemuran yang dekat
Kacamata,
dengan lokasi pencucian
masker,
dengan atap terbuka atau
apron,
jika hujan diletakkan di
sarung
tempat dengan atap
tangan
tertutup.
karet,
sepatu
booth
karet)

4. Penyetrikaan  Linen  Meja Setelah proses


dan Pelipatan bersih dan setrika penjemuran/ pengeringan
kering yang maka dilanjutkan dengan
beralaska proses penyetrikaan dan
n kain pelipatan. Hal tersebut
 Setrika dilakukan dengan cara

13
 Kursi menyetrika linen pada
meja setrika yang
beralaskan kain dengan
suhu yang sudah
disesuaikan dengan
indikator pada setrika.
Kemudian dilipat sesuai
dengan macam linen
(sprei, selimut,selimut
bayi, sarung bantal, taplak
meja) dan diletakkan di
plastic bersih untuk
kemudian disiapkan untuk
didistribusikan.

5. Distribusi  Linen yang  Kereta Petugas mengelompokkan


telah rapi dorong jenis linen yang telah
disetrika barang/ disetrika dengan rapi,
troli sesuai kegunaan dan
bersih ruangan kemudian
dimasukkan ke dalam
troli, setelah itu
mengantarkan linen pukul
15.00-16.00 ke masing-
masing ruangan
perawatan, poli rawat
jalan, ruang operasi kamar
bersalin, HCU dan UGD,
lalu ditiap ruangan
diletakkan dengan

14
menggunakan sistem
FIFO (First In First Out).
Sedangkan linen bersih
yang belum di
distribusikan, disimpan
didalam lemari.

2. Lingkungan Kerja

Unit Lingk. Lingk. Lingk.


No. Lingk. Fisik Lingk. Ergonomi
kerja Kimia Biologi Sosekbud

1. Instalasi -Ruangan -Petugas Tempat linen - -Posisi tempat


pada unit mengguna- antara linen mesin cuci dan
Laundry
laundry belum kan APD infeksius dan ember terletak di
sesuai standar, untuk yang non lantai, sehingga
karena hanya mencegah infeksius petugas harus
terdapat satu terpaparnya sudah membungkuk
ruangan zat kimia dibedakan, selama
laundry yang dari begitu juga mengambil
menampung detergent, dengan mesin pakaian dari
ruang desinfektan cuci dan dalam mesin cuci
dekontaminasi dan pewangi, embernya untuk diletakkan
linen dan dengan dipisahkan di ember, begitu
ruang begitu sehingga pula sebaliknya.
pencucian petugas tidak mengurangi
- Posisi alat-alat
menjadi satu. pernah ada resiko
sepeti detergen,
Begitu juga keluhan penularan
desinfektan dan
dengan infeksi.
pewangi yang
ruangan

15
setrika dan seperti iritasi - Penempatan terletak dilantai,
penyimpanan pada kulit. bahan dan serta posisi meja
linen bersih cairan kimia setrika yang
juga menjadi yang terlalu pendek
satu. Selain digunakan menyebabkan
itu tidak ada masih belum petugas
tempat khusus tertata rapi menunduk selama
untuk linen- dan belum penyetrikaan
linen yang mempunyai dalam waktu yang
sudah tempat cukup lama.
disetrika dan tersendiri
dilipat
- Debu dari
sehingga
serat linen
terlihat tidak
yang
rapih.
mengandung
- Tata ruang mikroba saat
yang belum proses
tersusun rapi penyetrikaan

- Ruangan
sempitdengan
jumlah alat
yang banyak
sehingga
terkesan
berantakan

-Troli yang
terlalu kecil
sehingga

16
menyebabkan
petugas
berkali-kali
mengantarkan
ke ruangan.

3. Karyawan

Populasi Lama Status Resiko Penangan


No. Unit kerja L P an Resiko
kerja Kesehatan Kesehatan

1. Pengambilan - 2  Senin-  Myalgia - Debu dari - Memiliki


Linen kotor Jumat : 2  Low Back serat linen asuransi
dan shift/ hari, Pain yang (BPJS)
penyortiran, Shift pagi  Keracunan mengandung bila terjadi
Pencucian, (pukul bahan yang mikroba kecelakaan
penjemuran, 08.00 – mudah - Posisi saat kerja
penyetrikaan 14.00) menguap setrika yang
dan pelipatan, berjumlah sehingga tidak
Penyimpanan 1 orang, menyebabk ergonomis
dan distribusi shift siang an nausea sehingga
(11.00 – dan menyebabkan
18.00) vomiting myalgia
berjumlah dan - Posisi
1 orang vertigo. mengangkat
Sabtu- tumpukan
Minggu 1 linen dengan
shift/hari, membungkuk
Shift pagi - Mendorong
(08.00 – troli dengan

17
14.00) 1 muatan
orang. berlebihan
- Terpelset dan
 Perganti
patah tulang
an shift
belakang
tiap 1
- Kecelakaan
minggu
kerja berupa
Low Back Pain
karena posisi
duduk yang
tidak
ergonomis.
-Bahaya kimia
(dermatitis
kontak iritan,
inhalan kimia)
- Kecelakaan
kerja berupa
luka bakar
apabila tidak
berhati-hati
saat setrika

18
4. Sistem Manajemen
 Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3

Problem K3 Kebijakan
No. Komponen
Internal Eksternal Manajemen

1 Proses  Ketidaklengkapa  Resiko Proses dan alat kerja


Industri/Kerja n APD seperti tertular sesuai dengan K3 yang
masker, masker penyakit diterapkan pada
 Laundry
yang digunakan dari pasien PERMENKES Nomor:
hanya masker 1087/MENKES/SK/VIII/
biasa yang tidak 2010 tentang Kesehatan
sesuai standar dan Keselamatan Kerja
masker untuk Di Rumah Sakit
keselamatan
kerja (Masker
Safety
Particulate
Respirators N90)
 Perawatan dan
pemeliharaan
alat-alat kurang
sistematis, luas
ruangan yang
tidak memenuhi
standar, alat
pelindung
pekerjaan seperti
kursi yang tidak
ergonomis.

19
 Tidak ada
emergency
shower dan tidak
adanya
perlengkapan
P3K
2 Lingkungan - Tata ruang yang Persyaratan bangunan
Kerja belum tersusun rapi harus sesuai dengan
dan terpisah sesuai Pedoman Manajemen
 Lingkungan
dengan fungsinya : Linen di Rumah Sakit
fisik
oleh Departemen
1. Ruang
Kesehatan RI Tahun
Penerimaan
2004
Linen

2.Ruang
Pemisahan
Linen

3.Ruang
Pencucian atau
Pengeringan
Linen

4. Ruang
Penyetrikaan
Linen

5. Ruang
Distribusi
Linen

20
 Lingkungan Bahan baku yang  Bahan bahan kimia
kimia menyebabkan yang mudah
peradangan kulit terbakar harus
seperti detergen dan dipisahkan, bahan
chlorin bahan yang iritasi
harus menggunakan
APD yang sesuai
standar
PERMENKES
Nomor:
1087/MENKES/SK/
VIII/2010 tentang
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit

 Bahan yang mudah


 Lingkungan - Bahan baku yang
menular harus
biologi menyebabkan
menggunakan APD
resiko penyakit
yang sesuai standar
menular seperti
PERMENKES
linen yang
Nomor:
mengandung
1087/MENKES/SK/
mikroba.

21
- Higienitas VIII/2010 tentang
pengambilan Kesehatan dan
linen Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit

 Lingkungan - Tidak ditemukan


sosekbud

 Meja dan alat


 Lingkungan Posisi kerja yang kerja yang lain
tidak ergonomis.
ergonomi harus sesuai
standar sehingga
tidak
mengganggu
keefektifan
bekerja

3 Karyawan -Resikoterjadi - Terbatasanya Promotif


peradangan kulit dan jumlah tenaga Memberi penyuluhan
luka bakar saat yang menangani dan pelatihan kepada
proses kerja instalasi laundry. pekerja terhadap alat
pelindung diri

22
- resiko infeksi
penyakit menular Preventif
Keharusan penggunaan
-Resiko nyeri
alat pelindung diri yang
punggung lowback
sesuai dengan standar,
pain
take care terhadap
-Resiko myalgia keamanan diri sendiri,
menghitung secara teliti
-keracunan bahan
jumlah bahan kimia
kimia (trauma
yang sekiranya
inhalan chlorine,
diperlukan dalam
trauma pada mata)
proses laundry

Kuratif
Memberi pengobatan
secara menyeluruh
sesuai hasil
pemeriksaan kesehatan
akibat kecelakaan kerja

Rehabilitasi

Rehabilitasi dini secara


tepat untuk
memperbaiki kualitas
hidup pekerja.

23
5. Regulasi/Undang-Undang
Nasional:

Sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum dalam


Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Keputusam Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 menyatakan bahwa
manajemen K3 bertujuan agar terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Rumah
Sakit. Manfaat manajemen K3 adalah (PERMENKES, 2007) :

a. Bagi RS
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS
b. Bagi Karyawan RS
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja
c. Bagi pasien dan pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Sedangkan dalamUndang-UndangNo.36tahun 2009 tentang
Kesehatan,khususnyapasal165:”Pengelolatempatkerjawajibmelakukansegalabentukup
ayakesehatanmelaluiupayapencegahan,peningkatan,pengobatandanpemulihanbagiten
agakerja”.BerdasarkanpasaldiatasmakapengelolatempatkerjadiRumahSakitmempunya
i kewajiban untuk menyehatkanparatenagakerjanya(Depkes RI, 2010).

Bila kita memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit,
merupakan salah satu tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak yang tidak baik dalam kesehatan,bukan para pekerja langsung
yang dapat terpengaruhi kesehatannya namun pasien maupun pengunjung rumah sakit
juga dapat terpengaruhi kesehatannya,maka sudah seharusnya pihak manajemenrumah

24
sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Salah satunya adalah Instalasi
laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai resiko besar penularan
penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi
dan kondisi di rumah sakit (Depkes RI, 2010).

25
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS DAN OCCUPATIONAL RELATED
DISEASE
A. Occupational Disease
1. Dermatitis Kontak Iritan
2. Low Back Pain (LBP)
B. (Occupational related disease
3. Dermatitis Kontak Alergi
4. Myalgia

Intervensi faktor Intervensi upaya


Diagnosis Intervensi biomedik
resiko kesehatan
Dermatitis - Steroid topikal : ex : Memakai alat  Memberikan
Kontak Iritan Deksosimetason Cream , pelindung saat bekerja fasilitas alat
dan Dermatitis hidrokortison cream seperti sepatu boot, pelindung yang
Kontak Alergi -Steroid Oral : Dexametason sarung tangan yang lengkap dan
2-3kali 0,5mg-1mg/kali terbuat dari bahan anti memadai
-Jika luka basah : kompres air (karet)  Istirahat dan
Nacl selama 15 menit 3-4kali memberikan
sehari. waktu libur kerja
-Infeksi sekunder :
Eritromisin 250mg-500mg 3-
4kali/hari
Low back pain Medikamentosa: - Melakukan  Pemeriksaan
(LBP)  NSAID oral (Natrium peregangan otot kesehatan setiap
dan beristirahat
Diklofenak) / salep disela-sela kerja bulan
 Muscle relaksan : Oral  Memberikan
- Mengubah posisi
eperisone Hcl fasilitas yang
kerja agar
 Neurovitamin ergonomis
menjadi
ergonomis

26
Istirahat dan
memberikan
waktu libur kerja
Mialgia  Istirahat  Mengubah posisi • Pemeriksaan
 NSAID oral (Natrium kerja yang kesehatan setiap bulan
Diklofenak) / salep ergonomis.  Istirahat dan
Paracetamol/
 Melakukan memberikan waktu
ibuprofen 3x 1 tablet
500 mg peregangan otot libur kerja
dan beristirahat
 Kompres es 24-72 jam
disela-sela kerja
pertama

No Nama Penyakit akibat kerja Penyakit berhubungan dengan


(Occupational Disease) kerja(Occupational related
disease)
1. Ny.SR - myalgia
2. Ny.SJ LBP -

27
III. PEMBAHASAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan adalah kondisi aman seseorang dalam melakukan pekerjaan.

Kondisi aman tersebut bisa berasal dari internal maupun eksternal. Dari lingkungan

internal adalah kemampuan seseorang dalam menjaga dirinya dan lingkungan ekternal

adalah bahaya yang terjadi dari luar (Mangkunegara,2003) . Menurur Sama’ur 2005

Keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja

yang aman, sehat dan nyaman sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ada akhirnya dapat meningkatkan

efisiensi dan produktifitas kerja (Sama’ur,2005)

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

diharapkan bukannya suatu peristiwa kebetulan saja, tetapi ada sebab-sebabnya. Sebab

itu perlu diketahui dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat di ambil,

sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan kerugian akibat kecelakaan dapat

dihindarkan.kecelakaan ini terjadi karena kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai

penyebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan

(Mangkunegara,2003).

Menurut Mangkunegara 2003 keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi

yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja.

Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja yang

dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,

28
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Dari defenisi

diatas jelas bahwa pengertian kecelakaan kerja tidak hanya terbatas pada insiden-

insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja, tetapi juga meliputi kerugian fisik

dan material sebab-sebab terjadi kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan selalu disertai

kerugian materrial maupun penderitaan dari yang paling rigan sampai yang paling berat

dan bahkan ada yang tewas, oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu dilakukan

tindakan-tindakan pencegahan atau keselamatan (Mangkunegara,2003).

Diantara kondisi yang kurang aman salah satu adalah pencahayaan, ventilasi

yang memasukan debu dan gas, lay-out yang berbahaya ditempatkan dengan

pekerja,pelindungan mesin yang tidak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan

pelidung yang tidak memadai seperti : helm, dan gudang yang kurang baik

(Mangkunegara,2003).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja

Para ahli banyak yang menduga bahwa 4 dari 5 kecelakaan yang terjadi

penyebabnya adalah mausia, karenanya program keselamatan kerja harus banyak

memusatkan pada aspek teknisnya. Sedangkan menurut Manuaba, 2004 menyatakan

bahwa penyebab-penyebab kecelakaan kerja adalah :

a. Perbuatan manusia yang tidak aman

1) Melaksanakan pekerjaan tanpa wewenang atau yang berwenang gagal

mengamankan atau memperingatkan seseorang

2) Menjalankan alat-alat mesin diluar batas aman

3) Menyebabkan alat-alat keselamatan kerja tidak bekerja\

29
4) Cara angkat,angkut menempatkan barang dan menyimpan yang kurang baik /tidak

aman

5) Memakai sikap/posisi tubuh yang kurang baik/tidak aman

6) Bekerja dengan alat/mesin bergerak atau berbahaya

7) Melakukan tindakan mengacau, menyalahgunakan, melampui batas

b. Kondisi fisik dan mekanis yang tidak aman

1) Alat pengaman yang kurang/ tidak bekerja

2) Tidak ada pengaman

3) Adanya kondisi tidak aman

4) Design yang kurang baik

5) Pengaturan proses kerja yag berbahaya atau mengandung resiko seperti : badan

terlali berat, jalan yang sempit/tidak teratur

6) Penerangan,ventilasi kurang baik

7) Perencanaan proses kerja kurang/tidak aman Berdasarkan analisis sebab kecelakaan

yang terjadi pada umumnya

disebabkan oleh perbuatan yang membahayakan. Adapun perbuatan yang

membahayakan itu bersumber dari :

a. Tidak memakai alat-alat pelindung diri

b. Tidak memperhatikan posisi saat sedang bekerja

c. Cara menggunakan perkakas yang salah

d. Tata cara kerja dan ketertiban yang tidak dipatuhi (Warwich, 2004)

Kecelakaan jarang disebabkan oleh suatu faktor, penggolongan menurut

jenis akan dapat menunjukan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan

30
dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Menurut organisasi perburuhan internasional, klasifikasi berdasakan jenis kecelakaan

adalah :

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda tajam

c. Tertumbuk atau terkea benda-benda

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya (Suma’mur, 2005).

Peristiwa kecelakaan akan selalu disertai dengan merugikan materi ataupun

penderitaan terhadap karyawan dan keluarganya. Menurut sifatnya kecelakaan dibagi

atas :

a. Luka ringan, apabila si korban kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja kembali

seperti biasa.

b. Luka berat, apabila sikorban lebih dari 3 minggu baru dapat bekerja kembali.

c. Tewas/mati, apabila sikorban meninggal 24 jam setelah kecelakaan. Selain luka-luka

dan kematian, kecelakaan kerja dapat pula mengakibatkan kerugian karena

terganggunya aktivitas kerja, kerusakan alat-alat, lingkugan dan menurunnya moral

karyawan terutama bagi mereka yang langsung memahami atau melihat terjadinya

kecelakaan tersebut.

31
Berdasarkan kerugian yang diderita oleh perusahaan biasanya dapat diukur

dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena terjadinya kecelakaan.

3. Indikator Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Sama’mur 2005 ada 5 indikator yang mempengaruhi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), dimana indikator-indikator tersebut harus dapat menjadi

perharian perusahaan dalam mempekerjakan karyawannya. Adapun indikator-

indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Alat-alat perlindung kerja

b. Ruang kerja yang aman

c. Penggunaan peralatan kerja

d. Ruang kerja yang sehat

e. Penerangan diruang kerja

4. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Seorang ahli dalam bidang keselamatan kerja Willie (2006 )mengatakan bahwa

program keselamatan kerja diadakan karena tiga alasan penting yakni :

a. Berdasarkan perikemanusiaan. Pertama-tama para manajer akan mengadakan

pencegahan kecelakaan kerja atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka

melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit dari pekerjaan

yang diderita luka serta keluarga.

b. Berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan mengadakan program keselamatan

dan kesehatan kerja berdasarkan Undang-Undang federal, Undang-Undang Negara

Bagian dan Undang-Undang kota perja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan

sebagian mereka melanggarnya akan dijatuhi hukuman denda

32
c. Berdasarkan Ekonomi. Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya

kecelakaan dampaknya sangat besar bagi perusahaan (Moekijat, 2004).

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga akan menunjukan

manajemen dan kepemimpinan yang baik diperusahaan, karena keselamatan dan

kesehatan kerja dapat menurunkan kerugian yang timbul akibat kecelakaan dan

karyawan akan terlatih dalam menghadapi resiko kerja. Sasaran dari program

keselamatan kerja adalah untuk memenuhi kepentingan bersama, antara lain adalah :

a. Mencegah dan mengurangi adanya bahaya kecelakaan yag mungkin timbul pada

setiap tempat kerja

b. Membimbing dan menanamkan rasa disiplin serta kesadaran bagi karyawan

c. Perusahaan senantiasa dapat menghasilkan produksi sebaik mungkin, alat-alat kerja

dipelihara dan bertanggung jawab.

Adapun tujuan dari program pencegahan kecelakaan ini adalah mewujudkan

suasana kerja yang mengembirakan, salah satu faktor yag sangat penting dalam

memberikan rasa tentram,semangat kerja karyawan sehingga dapat mempertinggi mutu

pekerjaan, meningkatkan prodiksi dan produktivitas kerja.

Manajemen K3 RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS, pasien, serta

pengunjung atau pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja RS yang

sehat, aman dan nyaman termasuk pemukiman masyarakat sekitarnya (Kepmenkes RI,

2010).

Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen

yang saling berinteraksi, yaitu :

33
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta

kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya

dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab

kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah

dan lesu.

2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja

dalam melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu

kerja maksimum dll.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh;

seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah

ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi

radiologi (kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain).

(Kepmenkes RI, 2010).

Laundry

Loundry Service baik yang berada dalam perhotelan atau rumah sakit, sangat

berkaitan dengan bahan kimia yang kuat, mengangkut beban yang berat, dan

juga jam bekerja dengan jadwal yang sudah di sesuaikan dengan tempat

bekerja ( Sukumar dan Karthiga, 2014; Lyne M, 2015)

a. Pengertian

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian yang dilengkapi dengan

sarana penunjang berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin

uap,pengering, meja dan mesin setrika.

b. Persyaratan :

34
1. Suhu air panas untuk pencucian 70 °C dalam waktu 25 menit atau 95°C

dalam waktu 10 menit

2. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian

yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah

terurai oleh lingkungan

3. Standar kuman bagi linen yang bersih setelah keluar dari proses tidak

mengandung 6x10³ spora spesies Bacillus per inci persegi

c. Tata laksana

1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan

tekanan aliranmemadai, air panas untuk desinfeksi dan desinfektan

2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran

pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci

jenis-jenis linen yang berbeda

3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius

dan non infeksius

4. Laundry harus dilengkapi saluran limbah air tertutup yang dilengkapi

dengan pengelolahan awal )pre-treatment) sebelum dialirkan ke

instalasi pengolahan limbah

5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya

yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan

kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi

dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen

35
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri ,

pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain

tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah

ditetapkan

7. Perlakuan tergadap linen:

a) Pengumpulan, dilakukan :

 Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai

dari sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastic

sesuai jenis serta diberi label

 Menghitung dan mencatat linen di ruangan

b) Penerimaan

 Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara

infeksius dan non-infeksius

 Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya

c) Pencucian

 Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan

kapasitas mesin cuci dan kebutuhan etergrn dan desinfektan

 Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, arah, dan muntahan

kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan

 Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya

d) Pengeringan

e) Penyetrikaan

36
f) Penyimpanan

1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya

2. Linen baru yang iterima ditempatkan di lemari bagian

bawah

3. Pintu lemari yang tertutup

g) Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima ari petugas

penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada

petugas ruangan sesuai kartu tana terima

h) Pengangkutan

 Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan

engan kantong yang digunakan untuk membungkus linen

kotor

 Menggunakan kereta dorong yang berbea dan tertutup

antara linen bersih an linen kotor. kereta dorong harus

dibersihkan dengan desinfektan setelah mengambil linen

kotor

 Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak dilakukan

secara bersamaanrumah sakit yang tidak mempunyai

laundry tersendiri , pengangkutannya dari dank e tempat

laundry harus menggunakan mobil khusus

8. Petugas yang bekerja dalam pengolaan laundry linen harus

menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan

37
pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan untuk

memperoleh imunisasi hepatitis B(Kepmenkes RI, 2004)

Low Back Pain (LBP)

Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal,

tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun

secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal (Dachlan, 2009). Nyeri

punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang

mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri punggung

bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat

disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit

tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan

pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik

yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur

yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Dachlan, 2009).

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitan

dengan pekerjaanmereka. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikanpekerjaan dengan

kondisi tubuh manusia melaluiupaya penyesuaian ukuran tempat kerja dengandimensi

tubuh, pengaturan suhu, cahaya dankelembaban yang sesuai dengan kebutuhantubuh

manusia. Masalah yang berkaitan dengan ergonomi pegawai laundry adalah

musculoskeletal disorder, yaitu myalgia, low back pain, atau kelainan bentuk tulang

belakang seperti kifosis. Berlebihan mencapai, mendorong atau mengangkat laundry

berat basah dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal Solusi ergonomi yang

memungkinkan untuk dilakukan adalah sebagai berikut :

38
1. Gunakan teknik mengangkat yang benar

2. Hindari mengangkat benda besar

3. Hindari mengangkat, mencapai dengan menopang pada bahu.

4. Hindari postur canggung, seperti memutar sambil mengangkat.

5. Mengangkat barang dekat dengan tubuh.

6. Membatasi berat barang yang akan diangkat.

7. Gunakan gerobak terawat dengan baik dengan besar, bergulir rendah, roda

resistansi rendah, yang dapat mudah memutar.

8. Menggunakan alat bantu mekanik untuk mengurangi kebutuhan untuk

mengangkat, seperti:Spring-Loaded Platform Laundryatau katrol untuk

membantu mengangkat laundry berat basah, dan menjaga laundrytetap

bersih.

9. Pencuci yang secara otomatis mengeringkan linen sehingga pekerja tidak

perlu mencapai dan menarik keluar laundry berat basah secara manual

(OHSAH, 2003).

39
Gambar 1.1 Cara Mendorong Troly dengan benar

MIALGIA

Mialgia atau nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal.

Nyeri otot paling sering dihubungkan dengan ketegangan atau kerja otot yang

berlebihan, serta cedera otot dari latihan atau pekerjaan yang mengandalkan fisik.

Dalam kondisi ini, rasa sakit mengenai otot-otot tertentu dan terjadi selama atau setelah

aktivitas. Penyebab mialgia yang paling sering antara lain: cedera atau trauma termasuk

keseleo atau terkilir; kerja yang berlebihan: menggunakan otot terlalu banyak, terlalu

cepat dan terlalu sering; ketegangan atau stres (White, 2008). Untuk nyeri otot karena

kerja yang berlebihan atau karena cedera, dapat diatasi dengan mengistirahatkan bagian

tubuh atau otot yang sakit dan meminum acetaminophen atau ibuprofen. Kompres

dengan es 24 - 72 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi rasa sakit dan

peradangan. Nyeri otot karena kerja berlebihan dan fibromyalgia sering berespon baik

dengan pemijatan. Latihan peregangan secara perlahan setelah istirahat yang lama juga

dapat membantu (Kompier, 2008).

Myalgia dapat dicegah dengan cara:

 Pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas fisik yang berat, dan

pendinginan sesudahnya.

 Peregangan sebelum dan setelah berolahraga atau beraktivitas fisik yang berat.

 Minum yang cukup sebelum, selama, dan setelah berolahraga atau beraktivitas

fisik yang berat.

40
 Jika bekerja di posisi yang sama sepanjang hari (seperti duduk di depan

komputer), maka lakukan peregangan setidaknya satu jam sekali (Vorvick, 2013).

Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang disebabkan

oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis

kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat

bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit non

imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan. Sedangkan, dermatitis alergik terjadi

pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen dan

merangsang reaksi hipersensitivitas tipe IV (Wolff & Johnson, 2009).

1. Dermatitis Kontak Iritan

a. Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan pada kulit yang disebabkan oleh

kerusakan langsung ke kulit setelah terpapar agen berbahaya. Dermatitis kontak iritan

dapat disebabkan oleh tanggapan phototoxic misalnya tar, paparan akut zat-zat (asam,

basa) atau paparan kronis kumulatif untuk iritasi ringan (air, detergen, bahan pembersih

lemah) (NIOSH, 2010).

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya

bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan

kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan

tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu

lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan

41
kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban

lingkungan juga ikut berperan (Djuanda, 2010).

2. Dermatitis Kontak Alergik

a. Definisi

Menurut National Occupational Health and Safety Commision (2006), dermatitis

kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe

lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi

reaksi alergik.

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan

kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia

sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat

pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Djuanda, 2010).

IV. INTERVENSI (menggunakan 5 langkah penatalaksanaan gangguan


kesehatan akibat kerja)

LANGKAH 1 (Proses Kerja)


Seluruh karyawan laundryyang bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti
Khodijah Kota Kediridiwajibkan dalam SOP yang sudah ditentukandiwajibkan untuk
menggunakan alat pelindung diri seperti masker, handscoon, kacamata pelindung dan
sepatu boot saat bekerja tetapi Dari lingkup pekerjaan, terdapat permasalahan sehingga
menganggu kesehatan karyawan, diantaranya:

 Ketidaklengkapan APD seperti masker dan sarung tangan


Pada saat proses pensetrikaan baju para pekerja laundri tidak pernah
memakai sarung tangan dan masker. Padahal linen banyak mengandung debu Sehingga
para bekerja dapat beresiko terjangkit penyakit menular, seperti ISPA, TB, dll. Saat

42
proses proses pencucian linen infeksius dan non infeksius para pekerja sudahmemakai
APD, sehingga deterjen yang dapatmenyebabkan peradangan kulit dapat dihindari.
Diharapkan dengan penggunaan APD maka dapat meminimalkanrisiko terkena
penyakit akibat kerja. Selain penggunaan alat pelindung diri, petugas juga diharapkan
berhati-hati dalam melakukan pekerjaan. Karyawan juga diharuskan menerapkan
perilaku cuci tangan baik menggunakan air dan sabun maupun menggunakan antiseptic
gel untuk mencegah dan mengendalikan infeksi yang dapat terjadi di rumah sakit.
 Menyediakan masker yang bahannya lebih tebal supaya bahan kimia seperti
bayclin tidak mudah terhirup.
 Menyediakan trolly yang ergonomis juga diperlukan untuk mencegah
gangguan tersebut.
LANGKAH 2 (Lingkungan Kerja)
Keterbatasan jumlah karyawan bagian laundry terkadang menyebabkan satu
karyawan melakukan dua pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu
pengerjaan. Namun, disarankan agar karyawan tersebut berkonsentrasi terlebih dahulu
terhadap tugas pokoknya. Hal ini mencegah terjadinya cephalgia dan myalgia pada
karyawan karena kelelahan. Hal ini juga dapat diatasi dengan menambah junlah
karyawan. Selain itu perlu adanya waktu libur untuk beristirahat sehingga dapat
mencegah terjadinya cephalgia, kelelahan, musculoskeletal disorder. Hal ini secara
tidak langsung dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko kesehatan yang tidak
diharapkan.
Dari segi tempat kerja juga perlu disesuaikan dengan standart yang ditentukan
oleh , antara lain :

1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3


- Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di laundry;
- Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
- Pencahayaan cukup dan nyaman;
- Ventilasi cukup dan sesuai;
- Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika diperlukan;

43
- Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
- Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
-- Petugas laundry dilarang makan dan minum dalam laundry;
-Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik
dan diberi tanda khusus;
- Tata ruang laundry harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat;
- Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara
teratur;
-Bahan baku yang digunakan terkadang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Selain itu linen yang mengandung virus dan bakteri juga dapat menularkan
penyakit ke para pekerja. Hal yang dapat ditangani adalah dengan menyarankan
para pekerja untuk rutin menggunakan masker, kacamata pelindung, apron dan
sarung tangan.
LANGKAH 3 (Kondisi Karyawan)

Penanganan kesehatan kerja dapat dilakukan melalui upaya pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan pencegahan, yaitu:

a. Pencegahan primer, meliputi Health promotion dan Specific protection,

dengan cara:

• Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan APD

• Penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat

pekerjaan (LBP, Myalgia, DKI, Luka Bakar, dan Penyakit Infeksi)

diantaranya mengenai bahaya dan bagaimana mencegah agar

meminimalkan risiko terkena penyakit akibat kerja.

44
• Penyuluhan mengenai posisi ergonomis saat mengambil barang,

mendorong, dan posisi duduk

• Rutin dalam mengontrol kesehatan di puskesmas atau rumah sakit

terdekat, untuk pencegahan dini terhadap penyakit yang mungkin

disebabkan oleh pekerjaan.

b. Pencegahan sekunder

Bila ada keluhan atau terjadi kecelakan kerja agar segera melakukan

pengobatan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mencegah timbulnya

kecacatan.

c. Pencegahan tersier

Bagi karyawan yang mengalami penyakit akibat kerja disarankan

untuk pindah tugas,Dapat dilakukan dengan meminta ijin kepada direktur

rumah sakit untuk beristirahat dari kegiatan bekerja.dan juga RS dapat

menambah jumlah karyawan sehingga dapat menambah jam beristirahat

dan mengurangi paparan terhadap zat kimia yang ada dalam instalasi

laundry,

Rumah Sakit juga sebaiknya mensosialisasikan mengenai

undang-undang yang mengatur perlindungan kesehatan kerja, dan

mewajibkan seluruh karyawan untuk mentaati peraturan. Memberikan

reward kepada karyawan yang berprestasi dan memberikan sangsi kepada

karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau kembali Pedoman

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah Sakit

dengan menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry.

45
LANGKAH 4 (Kebijakan Manajemen)

Rumah Sakit juga sebaiknya mensosialisasikan mengenai undang-undang yang

mengatur perlindungan kesehatan kerja, dan mewajibkan seluruh karyawan untuk

mentaati peraturan. Memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi dan

memberikan sangsi kepada karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau kembali

Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah Sakit dengan

menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry

LANGKAH 5 (Regulasi yang berlaku)

Penanganan masalah kesehatan kerja secara holistic dan komprehensif dapat

tercapai melalui peraturan dan perundangan yang bertujuan melindungi

karyawan.Undang-undang yang menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja

adalah:

a. PERMENAKERTRANS No. Per-01/MEN/1981 tentang Kewajiban melapor

PAK

Pasal 4: pengurus wajib menyediakan cuma-cuma APD yang wajib

penggunaannya oleh pekerja

Pasal 5: Pekerja harus memakai APD yang telah disediakan.

b. UU No. 1 th 1970 tentang Keselamatan kerja

Pasal 3 (1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat

keselamatan kerja untuk:

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

46
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadiankejadian lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g.mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau

radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya;

n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

atau barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi

47
pada UU no.14 tahun 1969, tentang ketentuan pokok tenaga kerja, UU no. 23

tahun 1992 tentang kesehatan, UU no. 3 tahun 1992 tentang kesehatan, beberapa

keputusan bersama antara departemen kesehatan dengan departemen lain yang

berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, UU no.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja, dan PP. No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.

48
LAMPIRAN

49
50
DAFTAR PUSTAKA

Anwar prabu mangkunegara,2003. Perencanaan dan pengembangan sumber daya


manusia. Bandung:Refika Aditama
Belsito DV. 2013. Allergic Contact Dermatitis. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff
K,Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI (eds). Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8thed. New York: The McGraw-Hill; h. 1164-1179.
CDC, 2007. Mother-to-Child (Perinatal) HIV Transmission and Prevention. In English
Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi.
Depkes, R.I., 2010, Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-
IFRS), Jakarta.
Fauci, Anthony S, Lane HC. 2011. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS
and Related Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrison’s Principles of
Internal Medicin 18th edition. United States of America: Mc Graw Hill;1076,
2372-2390
Infodatin.2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Selatan:Kemetrian Kesehatan RI, di unduh dari:
(http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-data-pusat-data-
dan-informasi.html) pada tanggal tanggal 28 Maret 2016.
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010, Standar
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Persyaratan
Kesehatan Lngkungan Rumah Sakit
Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed.chapter 355 viral hepatitis ,
Copyright © 2007 Saunders, An Imprint of ElsevieKompier, Michiel AJ, and
Allard J. van der Beek. "Psychosocial factors at work and musculoskeletal
disorders." Scandinavian journal of work, environment & health (2008): 323-
325

51
Lyne M, 2015, Healthcare Laundry and Textiles in the United States: Review and
Commentary on Contemporary Infection Prevention Issues.Infection Control
& Hospital Epidemiology Journal. Vol : 00 pp 1- 16
Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006. 443-4463
OHSAH, 2003, An Ergonomic guide for Hospita lLaundries, Canada : National
Library.
Panjabi MM, Clinical Spinal Instability and Low Back Pain. J Electromyogr
Kinesneol. Aug 2003;13(4):371-9
Perdani, 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya Nyeri
Punggung Bawah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Permenkes RI No. 1295/MENKES/PER/XII/2007.
Prasetyo et al. 2007. Family and Children Affected by HIV and AIDS in Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan UI.
Rheisa A, http://www.scribd.com/doc/77334668/Referat-Trauma-Inhalasi. Diakses 21
April 2017
Samara D, 2004. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. J Kedokter Trisakti. April 2004. Vol23 No2
Sama’mur ,Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Gunung agung,2005
Sjamsuhidajat, R., de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sukumar, Khartiga, 2014. A Study on Laundry Workers Attitude towards Health Care
Industry in Trichy City.International Journal of Scientific and Research
Publications. Vol : 4 pp 2-8.
Sulistiyaningrum et al. 2011.Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi pada Geriatri.MDVI
Vol. 38 No. 1. Jakarta Pusat: FK UI.
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khadijah Gurah, 2015,
nomer: 226/ KEP/ IV.6.AU/H/2015. Tentang Standart Prosedur Operasional
(SPO) Pengelolahan Linen RS Muhammadiyah Siti Khadijah Gurah.

52
Van PM, Hoofman. An Update of a Systematic Review of Controlled Clinical Trial
on The Primary Prevention of Back Pain at The Workplace. Occup Med
(lond). Aug 2004;54(5):342-52
Vorvick LJ, 2013. Muscle Pain.U.S. National Library of Medicine. Medical
Encyclopedia
White, Leigh Ann, et al. "Employees with fibromyalgia: medical comorbidity,
healthcare costs, and work loss." Journal of Occupational and Environmental
Medicine 50.1 (2008): 13-24.
WHO, 2007.Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Interim WHO. Indonesia.
Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th ed. New York: The McGraw-Hill Companies; h. 20-33.
Zein U dan Habib. 2007. 111 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda
Ketahui. Medan: USU pr

53
54

Anda mungkin juga menyukai