Anda di halaman 1dari 8

1. Sebutkan 4 macam obat inhalasi anestesi?

Obat Anestetik inhalasi


1. Halothan/fluothan

 Tidak berwarna, mudah menguap


 Tidak mudah terbakar/meledak
 Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:

 Tidak merangsang traktus respiratorius


 Depresi nafas Þ stadium analgetik
 Menghambat salivasi
 Nadi cepat, ekskresi airmata
 Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
 Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
 Depresi otot jantung Þ aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
 Depresi otot polos pembuluh darah Þ vasodilatasi Þ hipotensi
 Vasodilatasi pembuluh darah otak
 Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
 Meningkatkan aktivitas vagal  vagal refleks
 Pemberian berulang (1-3 bulan)  kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)
 Menghambat kontraksi otot rahim
 Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
 Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan

 cepat tidur
 Tidak merangsang saluran napas
 Salivasi tidak banyak
 Bronkhodilator  obat pilihan untuk asma bronkhiale
 Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
 Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
Kerugian

 overdosis
 Perlu obat tambahan selama anestesi
 Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
 aritmia jantung
 Sifat analgetik ringan
 Cukup mahal
 Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan

2. Nitrogen Oksida (N2O)

 gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak
larut dalam darah.
Efek:

 Analgesik sangat kuat setara morfin


 Hipnotik sangat lemah
 Tidak ada sifa relaksasi sama sekali
 Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.  Bila murni N2O =
depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP
 jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain seperti
halotan dan sebagainya.
3. Eter

- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- !margin safety sangat luas
- murah
- analgesi sangat kuat
- sedatif dan relaksasi baik
- memenuhi trias anestesi
- teknik sederhana

4. Enfluran

 isomer isofluran
 tidak mudah terbakar, namun berbau.
 Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada
EEG).
 Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
iritatif dibanding halotan.

5. Isofluran

 cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
 menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
 Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran

6. Sevofluran

 tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk
induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
 tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
5. Sebutkan 4 macam analgesik narkotika dan dosisnya?
a. Morfin
b. Pethidin
c. D
d. D
6. Sebutkan 4 macam obat pelumpuh otot (generik / paten ) dan dosisnya

a.
Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
b.
Short (10-15 menit) : mivakurium
c.
Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
d.
Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin
7. Sebutkan persiapan anestesi kuret dan pemilihan anestesinya?
 TIVA dengan ketamin dan
8. Sebutkan pembagian teknik anastesi secara garis besarnya saja?
9. Sebutkan 5 komponen darah dan indikasi pemberiannya

Jenis Darah Yang Ditransfusikan

1. Whole Blood (Darah Simpan/Wb)


 450 ml darah + 63 ml CPD (citrat phosphate dextrose anticoagulan)
 Simpan 4oC
 Lama simpan < 28 hari
 Antikoagulan lain : Acid Citrate Dextrose (simpan 4oC bisa selama 21 hari)
 Rendah platelet, F V&VIII, kecuali bila disimpan < 6 jam
 untuk mengganti volume darah pasien shock hipovolemik perdarahan
2. Fresh Whole Blood (darah segar)

 12 jam penyimpanan
 indikasi : pasien dengan Hb& platelet rendah, trombositopenia, transfusi masif dengan
darah simpan
3. Packed Red Cell

 Hasil sentrifugasi WB (plasma dikurangi 200 ml)


 Volume 300 ml (masa hidup 21 hari jika disimpan dalam 4oC)
 1 unit = meningkatkan Hb 1-1,5 gr%
 indikasi : anemia kronis dengan normovolemi sirkulasi supaya tidak overload : pasien gagal
jantung, pasien sangat tua, sepsis kronis. Anemia perdarahan akut yang sudah mendapat
penggantian cairan
 dapat dicampur NS è untuk pasien shock)
4. Stable Plasma Protein Solution (SPPS)

 Resiko hepatitis sangat kecil


 Pemanasan tinggi
 Faktor pembekuan kurang, F V, VIII
 Infus cepat SPPS untuk pasien hipotensi
 Sangat mahal, dipakai jika tidak sempat cross match
5. Fresh Frozen Plasma (FFP)

 Dari WB < 6 jam simpan. penyimpanan -20oC (3 bulan). Penyimpanan -30oC 1 tahun
 diinfuskan setelah mencair
 Indikasi: Mengganti faktor koagulasi, mengganti volume plasma
 Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan 1 cc/kg Bb per jam sampai PPT dan APTT
mencapai nilai  1,5 x nilai kontrol yang normal.
 Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki pasien hipoalbuminemia karena tidak akan
meningkatkan kadar albumin secara nyata
6. Thrombocyte Concentrate = TC

 berasal dari 250 cc darah utuh


 meningkatkan trombosit 5000/mm3.
 Disimpan pada 22oC  bertahan 24 jam. Pada suhu 4o-10oC  bertahan 6 jam.
 Diberikan pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi masif > 1,5 x
volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai trombositopenia (50.000-80.000/mm3).
 Penambahan trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab trombosit
yang terkandung hanya sedikit.
 Trombosit diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan (bleeding
time) mendekati 2x nilai normal, bukan sampai jumlah trombosit normal.
7. Larutan Albumin

 Terdiri dari 5% dan 25% human albumin


 Resiko hepatitis <
 Faktor pembekuan (-)
 Tujuan : meningkatkan albumin serum pada : Penyakit hepar, Ekspansi volume darah
8. Cryoprecipitate

 Sentrifugasi plasma beku


 Konsentrasi tinggi F VIII
 Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain
 Resiko hepatitis

10. Transfusi diberikan pada saat kapan? Dan terangkan kenapa?

TRANSFUSI

Catatan:

1. Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9 sampai 10 ml/dl agar tersedia
cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan organ vital (otak, jantung) dalam
mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa Hb 3 sampai 6 g/dl masih dapat
mencukupi kebutuhan oksigen jaringan. Dari percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl
atau 6-8% masih mampu menunjang kehidupan (Singler,1980;Johnson,1991). Batas
“anemia aman” bagi pasien yang memiliki jantung normal adalah hematokrit 20%.
Pasien yang menderita penyakit jantung koroner memerlukan batas 30%
2. Penggantian volume yang hilang harus didahului karena penurunan 30% saja sudah
dapat menyebabkan kematian. Sebaliknya batas toleransi kehilangan Hb lebih besar.
Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat diatasi. Bagi pasien tanpa penyakit jantung,
Hb 8-10 gm/dl masih dapat memberikan cukup oksigen untuk jaringan dengan baik
(asal volume sirkulasi normal). Karena itu, tidak semua perdarahan harus diganti
transfuse. Terapi diprioritaskan untuk mengembalikan volume sirkulasi dengan
cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau Plasma Substitute/koloid (Expafusin,
Dextran, Hemaccel, Gelafundin) selama Hb masih 8-10 gm/dl. Cara terapi dengan
cairan ini disebut hemodilusi. Perdarahan sampai volume darah masih dapat diganti
saja tanpa transfusi.
3. Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah pemberian cairan, jika Hb < 8-
10 gm/dl atau hematrokit < 20-25% maka transfusi diberikan.
4. Sasaran transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-10 gm/dl saja. Tidak
perlu sampai Hb “normal” 15 gm/dl lagi.
5. Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya menaikkan Hb 0,5 gm/dl.
Peningkatan sebesar ini juga dapat dicapai dengan pemberian gizi yang baik dan
terapi Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak sebanding dengan resiko
penularan penyakit.
6. Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien trauma dan trauma thorax
karena dapat menyebabkan edema otak/paru. Terus pakai apa?
TUJUAN TRANSFUSI

1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen


2. Memperbaiki volume darah tubuh
3. Memperbaiki kekebalan
4. Memperbaiki masalah pembekuan

INDIKASI

1.Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
2.Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
3.Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
4.Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma substituen atau
larutan albumin
TRANSFUSI AUTOLOGOUS

darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan untuk digunakan pada waktu
pembedahan yang terencana (efektif). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tidak ada resiko
penularan penyakit sama sekali.

KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH

I. Reaksi imunologi

A. Reaksi Transfusi Hemolitik


 Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
 Tanda : menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri
dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri,
perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Urine coklat kehitaman sampai
hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan butir darah merah
 Terapi : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan
jumlah urine yang keluar
 Diuretika yang digunakan ialah :
a. Manitol 25 %, 25 gr diberikan iv  pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.

b. Furosemid

 Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis

B. Reaksi transfusi non hemolitik

1. Reaksi transfusi “febrile”

 Tanda: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk nonproduktif.

2. Reaksi alergi

a. “Anaphylactoid”

bila terdapat protein asing pada darah transfusi.

b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita
sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus dihentikan.

II. Reaksi non imunologi

a. Reaksi transfusi “Pseudohemolytic”


b. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
c. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
d. Virus hepatitis.
e. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG dan
virus Epstein-Barr, parasit serta bakteri.
f. AIDS.

III. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah masif.

1. “dilutional coagulopathy”
2. disseminated intravascular coagulation (dic)
3. intoksikasi sitrat (komplikasi yang jarang terjadi)
4. keadaan asam basa
5. hiperkalemi
6. hipotermi
7. Post transfusion hepatitis (PTH)

Cara menghindari reaksi transfusi :

a. Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien.

b. Memilih tips dan saringan yang tepat.

c. Pada transfusi darurat :

Dalam situasi darurat tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan singkat untuk
melakukan tes sebagai berikut :

1. Type-Specific, Partially Crossmatched Blood

Bila menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus diperoleh tipe ABO-Rh
dan sebagian “crossmatched”.

2. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood.

Untuk tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama penderita
dalam perjalanan ke rumah sakit.

3. O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood

Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis baik oleh
anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan darah O kita sebut
sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang gawat bila tidak
memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau “crossmatched”.
TANDA OVERLOAD SIRKULASI

I. Pasien Sadar

1. dada sesak
2. batuk
3. dispnea
4. sianosis
5. vena leher membesar
6. takikardi
7. krepitasi basal
8. edema pulmo
II. Pasien dalam anestesi

1. takikardi
2. TD menurun
3. sianosis
4. vena leher membesar
5. krepitasi basal
Terapi:

1. stop transfusi
2. inhalasi O2
3. sandarkan pasien
4. digitalis iv, kecuali pasien gagal ginjal dan tua
5. diuretic  furosemid
6. morfin
7. aminofilin

RUMUS-RUMUS TRANSFUSI

1. WB = 6 X (BB (Kg) X ∆Hb


2. PRC = 4 X (BB (Kg) X ∆Hb
3. albumin = ∆ albumin x BB x 0,8
4. koreksi asidosis metabolic
NaHCO3 = BE x 30% x BB

BE = Base Excess = jumlah asam basa yang harus ditambahkan supaya pH darah
meningkat

ESTIMATED BLOOD VOLUME


Blood volume (ml/kgBB)
Bayi prematur 100-110
Bayi aterm 90-100
Anak <10 kg 85
Anak >10 kg 80
Pria dewasa 70
Wanita dewasa 65
Penggantian darah (WB) pada pasien selama operasi dipertimbangkan apabila
- Operasi sedang berlangsung dan telah kehilangan darah
Dewasa > 25% dari EBV
Bayi dan anak > 10% dari EBV
- Anemia berat.
- Kelainan faktor pembekuan.
- Sepsis.
Catatan:

 Pada pasien dewasa dengan Hb normal, perdarahan s.d 25% dari EBV
dapat ditolerir dan tidak perlu di lakukan transfusi.
 Perdarahan 10-20% harus hati-hati mungkin perlu darah
 Penggantian darah selama operasi digunakan Whole Blood (WB)
 Pada kasus-kasus sangat darurat, tidak tersedia darah yang sesuai dengan
golongan darah pasien, gunakan O. tranfusi selanjutnya selama 2 minggu tetap O.

11. Terangkan secara singkat dengan kompartemen cairan tubuh


12. Laki laki 18 tahun datang ke UGD setelah mengalami kecelakaan dengan kondisi RR
40x/menit,akral dingin basah dan pucat, nadi 160 x/ menit tensi 60 palpasi apa yang harus
dilakukan?
i. Primary survey
ii. Terapi cairan
iii. Cek Hb transfusi wholeblood bila perlu
13. Laki laki 22 tahun dengan BB 50 kg, datang ke IGD dengan kondisi RR 40 x per menit , mata
cekung, turgor menurun, gelisah, nadi 160x/menit, tensi 80 palpasi. Riwayat muntaber.
Apa yang harus dilakukan?

Anda mungkin juga menyukai