A. Kedaulatan Rakyat
Setiap negara memerlukan kedaulatan,baik ke luar maupun ke dalam. Menurut Jean Bodin
(1530-1596). Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Kekuasaan
tertinggi itu sah dan harus ditaati rakyat. Jika suatu negara telah merdeka, secara otomatis
negara itu berdaulat. Demikian juga negara Indonesia. Kedaulatan negara Indonesia
diperoleh dengan perjuangan. Oleh karena itu, kita wajib mempertahankan kedaulatan
negara ini dengan berperan aktif dalam pembangunan.
1. Pengertian Kedaulatan
Berdaulat asal kata dari daulat (dari bahasa arab) yang berarti kekuasaan. Jadi, berdaulat
artinya mempunyai kekuasaan. Kata kedaulatan, juga berasal dari bahasa latin yaitu
supremus, artinya yang tertinggi. Kedaulatan dari berbagai bahasa itu dapat diartikan
sebagai wewenang suatu kesatuan politik. Jadi kedaulatan adalah sebagai kekuasaan yang
tertinggi dalam suatu negara atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah kekuasaan lain,
kecuali kekuasaan yang satu adalah kekuasaan Tuhan. Dengan demikian pengertian
kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.
Makna Kedaulatan Rakyat
Menurut teori, suatu negara yang akan berdiri harus memenuhi tiga syarat, yaitu :
a) Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang berada di dalam suatu negara atau menjadi penghuni
suatu negara.
b) Wilayah/daerah
Adalah wilayah yang menunjukkan batas-batas ditempat negara itu untuk dapat
melaksanakan kedaulatannya.
c) Pemerintah yang berdaulat
Adalah lembaga yang memiliki wewenang untuk mengatur kehidupan rakyatnya dan
menjaga seluruh tanah air serta segenap rakyatnya.
Negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah
dan yang ditaati oleh rakyat. Pengertian kedaulatan ada 2 yaitu,
1. Kedaulatan kedalam
Kedaulatan kedalam artinya pemerintah (negara) mempunyai kekuasaan untuk mengatur
kehidupan negara melalui lembaga negara atau alat perlengakapan negara yang diperlukan
untuk itu. Dalam pembukaan UUD 1945 kedaulatan kedalam nampak pada tujuan negara
sebagai berikut.
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
2. Kedaulatan keluar
Kedaulatan keluar mengandung pengertian kekuasaan untuk mengadakan atau kerjasama
dengan negara lain. Hubungan dan kerjasama ini tentu saja untuk kepentingan sosial. Ini
berarti pula bahwa bahwa negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sederajat dengan
negara lain. Kedaulatan keluar ini nampak pada Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuhnya
(pasal-pasal), yaitu :
a. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian pribadi, dan
keadilan sosial (Pembukaan Uud 1945 alinea ke-4)
b. Pasal 11 ayat (1), berbunyi : Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang,
membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
c. Pasal 13 ayat (1), berbunyi : Presiden mengangkat duta dan konsul
2. Teori-teori Kedaulatan
c) Pancasila
Sila keempat berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”.
Dengan demikian, jelaslah bahwa negara kita menganut kedaulatan rakyat yang
pelaksanaannya dilakukan oleh MPR, DPR,DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD.
Perjalanan demokrasi yang menceminkan kedaulatan rak yat di Indonesia sejak Proklamasi
17 Agustus 1945 sampai saat ini dibagi menjadi 4 periode
a) Periode 1945-1959
sDalam periode ini terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi
parlementer. Selain itu, terjadi beberapa peristiwa penting, misalnya intervensi Belanda dan
pemberontakan. Pada periode ini, sistem kedaulatan rakyat lebih menonjolkan kepentingan
individu dan golongan daripada bangsa dan negara. Semua itu dikarenakan peranan
parlemen dan partai lebih menonjol sehingga sistemnya cenderung liberal.
b) Periode 1959-1965
Periode ini ditandai dengan keluarnya Dekret Presiden 5 Juli 1959. Dengan adanya Dekret
Presiden tersebut, sistem pemerintahan kembali ke UUD 1945. Namun terhadap
pelaksanaannya terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945 dengan munculnya sistem
demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin ini menjurus pada pengultusan individu seorang
presiden. Pelaksanaan demokrasi terpimpin juga cenderung bergeser menjadi pemusatan
kedaulatan pada presiden. Misalnya pembentukan MPRS dengan Penpres No 2/1959.
c) Periode 1966-1998
Periode ini ditandai dengan lahirnya orde baru sebagai amanat rakyat. Orde baru bertujuan
mengoreksi tatanan lama yang telah melakukan penyimpangan UUD 1945 dan
melaksanakan Pancasila dan UUD secara murni dan konsekuen. Namun dalam
pelaksanaannya, orde baru tidak mampu membawa masyarakat dan bangsa pada
kehidupan yang demokratis. Hal itu karena posisi pemerintah lebih kuat daripada rakyat
sehingga kedaulatan rakyat tidak tercapai. Pada masa ini kedaulatan rakyat sangat lemah
karena lembaga perwakilan rakyat seolah-olah hanya mengikuti kehendak eksekutif
d) Periode 1998-sekarang
Periode ini dimulai pada saat terjadi pergantian kepemimpinan nasional sehingga terkenal
dengan sebutan masa reformasi. Pelaksanaan kedaulatan pada masa ini lebih terbuka dan
demokratis. Pemerintah mulai membuka kembali komunikasi dengan rakyat secara terbuka
dan transparan. Bukti pelaksanaan kedaulatan rakyat yang demokratis ialah
Sebagai salah satu contoh negara kesatuan maka tipe sistem pemerintahan yang digunakan
oleh negara Indonesia salah satunya berciri pemerintahan terpusat dan pendelegasian
beberapa wewenang kepada pemerintah daerah. Kedaulatan tertinggi di Indonesia berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang oleh karena itu pemerintah
perlu menunjukkan perilaku-perilaku yang ditampilkan dalam perwujudan kedaulatan
rakyat. Adapun perilaku yang dapat ditampilkan oleh pemerintah diantaranya adalah
sebagai berikut:
Tugas lembaga negara yang bertindak sebagai lembaga perwakilan di Indonesia seperti MPR
(Majelis Perwakilan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPD (Dewan Perwakilan
Daerah), dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) merupakan penjelmaan dari rakyat
karena lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga penyalur aspirasi rakyat. Dengan
demikian lembaga perwakilan rakyat merupakan sarana yang paling efektif untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebagai pemerintah, diperlukan adanya efektivitas dan
efisiensi dari lembaga perwakilan rakyat tersebut sehingga kedaulatan rakyat benar-benar
dapat tercapai.
2. Persamaan Warga Negara dalam Hukum
Warga negara merupakan penduduk suatu negara yang mendapat legalitas untuk diakui
secara hukum dari negara tersebut. Sebagai negara hukum, pemerintah Indonesia
menjamin warga negaranya untuk mendapatkan persamaan baik di hadapan hukum
maupun pemerintah. Tidak hanya pemerintah saja, warga negara yang tinggal di suatu
negara juga sangat penting untuk menjunjung hukum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan
UUD (Undang-Undang Dasar) 1945 Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Istilah kesamaan di dalam hukum ini
biasa disebut dengan “equality before the law”. Persamaan warga negara dalam hukum ini
merupakan salah satu contoh perilaku yang ditampilkan dalam perwujudan kedaulatan
rakyat. (Baca juga : Landasan Hukum Persamaan Kedudukan Warga Negara)
Perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan bagian penting dalam pemerintahan
Indonesia, bahkan di dalam konstitusi Indoneisa yakni UUD 45 terdapat pasal-pasal yang
secara khusus membahas HAM ini. Jaminan perlindungan HAM telah diberikan oleh
pemerintah Indonesia melalui berbagai tindakan seperti:
Pemberlakuan UU tentang HAM dan pengesahan berbagai konvensi tentang HAM (Baca
kuga : Pengertian Konvensi)
Pendirian lembaga-lembaga perlindungan HAM (Baca juga: Lembaga Perlindungan HAM)
Pembentukan lembaga peradilan HAM.
Teori kedaulatan rakyat dimaknai bahwa kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat oleh
karena itu segala penyelenggaraan pemerintahan ditunjukan untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV berbunyi “…disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indoneisa, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Rebublik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat…”. Sesuai dengan pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut maka pemerintah Indonesia melaksanakan penyelenggaraan pemerintah sebagai
amanat kedaulatan rakyat. Dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 menerangkan bahwa “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar”.
Selain itu dalam Pasal 9 ayat (1) menjelaskan tentang sumpah presiden dan wakil presiden
yakni “… memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan
menjalankan segala undang-undang dan peratuirannya dengan selurus-lurusnya..”. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah wajib menjalankan amanat kedaulatan rakyat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Baca juga: Ciri-Ciri Konstitusi
Negara)
Sebagai negara hukum, Indonesia selalu berupaya agar kedaulatan hukum dan kedaulatan
rakyat dapat berjalan beriringan dan saling mendukung satu sama lain. Untuk
menghindari jenis-jenis pelanggaran hamdan penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
wewenang maka diperlukan adanya pengawasan yang baik maupun dikenai pelanggaran
administrasi. Untuk mengadili pelanggaran seperti ini pemerintah membentu PTUN
(Peradilan Tata Usaha Negara). Penyelenggaraan proses peradilan administrasi harus bebas
dan mandiri sehingga terhindar dari KKN (Korupsi, Kolsdi, dan Nepotisme).
7. Penyelenggaraan Pemilu
Demokrasi yang dijunjung oleh bangsa Indonesia adalah Demokrasi Pancasila yang mana
pelaksanaanya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Pelaksanaan demokratisasi melalui
pemilu ini merupakan salah satu contoh perilaku yang ditampilkan pada perwujudan
kedaulatan rakyat. (Baca juga : Asas-Asas Demokrasi Pancasila)
Mengikuti proses pemilu dengan baik dan selektif dalam memilih pemimpin agar calon
pemimpin bangsa yang kita pilih merupakan kandidat yang memang benar-benar berpotensi
untuk mengatur pemerintahan di Indonesia.
Aktif dalam menjaga ketertiban dan kesejahteraan baik di lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun pemerintah.
Kristis dan tanggap terhadap kondisi sekitar dan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
yang dirasa merugikan banyak masyarakat
Pembangunan nasional diperlukan demi terwujudnya masyarakat yang adil, sejahtera, dan
makmur. Pembangunan nasional tidak akan berhasil jika hanya dibebankan kepada
pemerintah, kita sebagai warga negara harus turut andil di dalamnya. Apalagi prinsip
kedaulatan rakyat yang menjadikan rakyatlah pemegang kekuasaan tertinggi membuat
rakyat sendiri harus ikut terjun langsung dan turut aktif dalam pembangunan nasional.
Sikap seperti ini merupakan salah satu perilaku yang ditampilkan dalam perwujudan
kedaulatan rakyat.
Beberapa uraian di atas telah mengulas tentang perilaku yang biasa ditampilkan dalam
perwujudan kedaulatan rakyat. Semoga kita bisa menjadi salah satu warga negara yang
dapat berpartisipasi aktif dalam perwujudan kedaulatan rakyat tersebut.
Dalam perjalanannya sebagai sebuah Negara yang berdaulat, rakyat Indonesia telah
melaksanakan sepuluh kali Pemilu, yaitu pada tahun 1955 (Orde Lama), 1971, 1977, 1982,
1987, 1992, dan 1997 (Orde Baru), serta tahun 1999, 2004 dan 2009 pada masa pasca
reformasi. Ini belum termasuk Pemilu Presiden Dan Wakil Presiden tahun 2004 dan 2009,
serta Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) yang selama tahun 2010 tercatat sebanyak 222
daerah melaksanakan pemungutan suara dari 244 daerah yang dijadwalkan.
Realitasnya…!?
Secara normatif, penyelenggaraan Pemilu di Indonesia memunyai empat (4) tujuan pokok,
yaitu; pertama, untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, kedua, untuk membentuk
pemerintahan yang demokratis dan kuat, ketiga, memperoleh dukungan rakyat, ke-empat,
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dari empat tujuan ini bisa dilihat betapa krusialnya
eksistensi rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang telah menjadi “ruh” dari demokrasi itu
sendiri.
Dalam kaitan penyelenggaraannya, pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila
memenuhi beberapa persyaratan:
a)Pertama, Pemilu harus bersifat kompetitif, dalam artian peserta Pemilu harus bebas dan
otonom.
b)Kedua, Pemilu yang diselenggarakan secara berkala, dalam artian Pemilu harus
diselenggarakan secara teratur dengan jarak waktu yang jelas.
c)Ketiga, Pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang
yang sama untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Tidak ada satu pun kelompok yang
diperlakukan secara diskriminatif dalam proses Pemilu.
Sejak dilaksanakan pertama kali pada tahun 1955 hingga 2009 lalu, penyelenggaraan Pemilu
tak pernah sepi dari kritik. Ada intrik, bermacam pelanggaran, dan beragam problematika
penyelenggaraan Pemilu yang senantiasa mewarnainya. Dalam pelaksanaannya, pelibatan
serta keterlibatan rakyat sebagai pemegang kedaulatan mengalami pasang surut serta
dipengaruhi iklim politik penguasa secara signifikan. Antusiasme rakyat Indonesia untuk
mengikuti pemilu sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat tidaklah datar dan tanpa
masalah. Penerapan prinsip kedaulatan rakyat dalam peraturan perundangan tentang
pemilu serta implementasinya di lapangan sangatlah dinamis, banyak faktor yang
memengaruhi sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan bernegara.
Pemilu tahun 1955 (Orde Lama) yang merupakan Pemilu pertama di negeri ini, menurut
sebagian kalangan dianggap paling demokratis pelaksanaannya, namun tidak berhasil
mengatasi krisis politik yang lebih yang lebih kronis. Hal itu ditandai oleh pertarungan
ideologi, pertentangan antara parlementer dan kabinet, dan konflik antar kelompok dalam
masyarakat telah menciptakan situasi politik yang tidak stabil.
Dalam pemilu-pemilu selama pemerintahan Orde Baru (Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987,
1992, dan 1997), terjadi hal yang sangat ironis. Aspirasi serta kepentingan rakyat cenderung
dikebiri oleh penguasa. Partai politik dibonsai sehingga tidak hanya secara kualitas
menurun, namun secara kuantitas mengalami penciutan jumlah menjadi dua partai politik
(PDI dan PPP), ditambah 1 Golongan Karya yang ketika itu dinyatakan bukan partai politik.
Terjadi fait accompli oleh partai-partai. Dalam praktik sistem proporsional yang berlaku
selama Orde Baru masyarakat hanya memilih atau mencoblos tanda gambar partai,
sedangkan para calon telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya oleh elite partai tanpa
keterlibatan masyarakat. Dapat dipahami bahwa penyelenggraan Pemilu pada era ini
didesain secara manipulative untuk mempertahankan struktur politik yang berlaku.
Runtuhnya Orde Baru yang ditandai dengan momentum kejatuhan Suharto setelah
berkuasa selama 32 tahun pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh Wakil Presiden BJ.
Habibie, telah mengantarkan Indonesia memasuki babak baru dalam proses
demokratisasinya. Era Reformasi ditandai dengan perubahan yang cukup mendasar
dibanding penyelenggaraan pemilu-pemilu sebelumnya. Keran demokrasi kembali dibuka,
terjadi semacam ledakan “demokratisasi” di negeri ini yang ditandai dengan menjamurnya
partai politik baru, yang pada saatnya Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik.
DIBUAT OLEH :
- Shendy Auliya
- Yulia Rossa
- Salsabila A.P
- CAROLINE FIORENZA
- LIA SAPUTRI
- JHANSEN FEBRIYAN.S
- AHMAD ARAFI