Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan Pra Transfusi Darah

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum proses transfusi darah, diantara nya mencakup beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus, uji Crossmatch, Coomb’s
test ( uji Antiglobulin ), skrinning dan identifikasi antibodi, uji saring terhadap infeksi.

1. Pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus


Proses transfusi darah dilakukan bila golongan darah antara pasien dan donor sama.
Adanya ketidakcocokan golongan darah pada proses transfusi darah dapat mengakibatkan
reaksi hemolitik yang dapat membahayakan jiwa pasien.

Tujuan dari pemeriksaan ini, untuk menentukan adanya antigen A, B, Rhesus pada sel
eritrosit serta adanya anti A, anti B pada serum/plasma darah.

a. Forward Grouping
Menentukan golongan darah ABO berdasarkan antigen pada eritrosit. Antigen
bereaksi dengan antisera ( IgM anti-A atau anti-B) akan menyebabkan terjadinya
aglutinasi.

Prosedur kerja :
- Dibuat suspensi eritosit 2-4% dengan NaCl 0,9%
- Disediakan 3 tabung dan diberi label A, B dan AB
- Tambahkan 1 tetes antiserum anti-A pada tabung A
- Tambahkan 1 tetes antiserum anti-B pada tabung B
- Tambahkan 1 tetes antiserum anti-AB pada tabung AB
- Tambahkan 1 tetes suspensi eritrosit pada masing – masing tabung
- Kemudian disentrifugasi selama 15 menit 3500 rpm
- Lihat ada/tidak nya aglutinasi

Antisera Golongan darah


Anti-A Anti-B Anti-AB
0 0 0 O
+ 0 + A
0 + + B
+ + + AB
0 0 + Sub golongan A lemah
b. Reverse Grouping
Menentukan golongan darah ABO berdasarkan ada/tidak nya antibodi. Antibodi pada
serum bereaksi dengan antigen A/B pada eritrosit akan menyebabkan aglutinasi.

Prosedur kerja :
- Siapkan 2 buah tabung, beri label A, B
- Tambahkan 2 tetes serum/plasma ke dalam masing – masing tabung
- Tambahkan 1 tetes reagen eritrosit A1 ke dalam tabung A
- Tambahkan 1 tetes reagen ertirosit B ke dalam tabung B
- Sentrifugasi 3500 rpm selama 15 menit
- Lihat adanya aglutinasi

A1 B Antibodi Golongan darah


+ + Anti-A & Anti-B O
0 + Anti B A
+ 0 Anti A B
0 0 Tidak ada AB

Pada pemeriksaan pre transfusi, pemeriksaan forward dan reverse grouping wajib dilakukan
bersamaan. Apabila terjadi perbedaan hasil golongan darah ketika dilakukan pemeriksaan cara
forward dan reverse grouping (diskrepansi sistem ABO) harus segera diatasi karena dapat
berakibat fatal bagi pasien hal tersebut bisa terjadi karena kesalahan teknis saat pemeriksaan
maupun macam – macam kondisi klinis penyakit.

2. Uji Crossmatch ( uji cocok silang serasi )


Merupakan reaksi silang antara darah donor dengan darah pasien. Bertujuan untuk
membuktikan bahwa darah yang akan ditransfusika ke pasien akan dapat bertahan secara
invivo dan bermanfaat bagi pasien.
a. Mayor crossmatch
Reaksi antara eritrosit donor dengan serum pasien. Untuk mengetahui ada/tidak nya
Ag pada sel eritosit donor yang dapat bereaksi dengan Ab pasien. Apabila terdapat
Ag pada eritrosit donor yang bereaksi dengan Ab pada serum pasien, maka akan
terbentuk aglutinasi (inkompatibilitas).

b. Minor crossmatch
Reaksi antara serum donor dengan eritrosit pasien. Untuk mengetahui apakah pada
plasma donor mengandung Ab yang dapat bereaksi secara langsung dengan Ag pada
pasien. Apabila terdapat Ab pada serum donor yang bereaksi dengan Ag pada eritrosit
pasien, maka akan terbentuk aglutinasi (inkompatibilitas).
Jika uji crssmatching mayor dan minor tidak terjadi aglutinasi, maka darah donor
kompatibel dan boleh diberikan kepada pasien..
Uji Crossmatch terdiri dari 3 fase :

 Fase medium saline


Reaksi dilakukan pada medium saline dengan suhu kamar, untuk mendeteksi adanya
inkompatibilitas golongan darah ABO serta inkompatibilitas terhadap Ab irregular jenis
IgM

 Fase medium Bovine Albumine 22%


Reaksi dilakukan pada medium bovine albumin 22%. Albumin berfungsi untuk
mengurangi zeta potensial antar sel eritrosit. Reaksi ini dilakukan untuk mendeteksi
inkompatibilitas terhadap Ab jenis IgG

 Fase Coombs Control Cells (CCC)


Coombs test atau anti-human globulin test (AHG) dilakukan untuk mendeteksi Ab yang
mensensitisasi sel eritrosit baik invivo maupun invitro

Prosedur kerja

Fase Saline :

- Masukkan 1 tetes suspensi sel eritrosit donor/pasien ke dalam tabung reaksi


- Tambahkan 2 tetes serum donor/pasien, homogenisasi
- Sentrifugasi 3000 rpm selama 15 detik
- Lihat ada/tidak nya aglutinasi dengan cara menggoyangkan tabung reaksi secara
perlahan. Apabila tidak terbentuk aglutinasi, maka dilanjutkan ke fase bovine
albumin

Fase Bovine Albumin :

- Tambahkan 2 tetes bovine albumin 22%, homogenisasi


- Campuran diinkubasi 37C selama 15 menit
- Campuran tersebut disentrifugasi 3000 rpm selama 15 detik
- Lihat ada/tidak nya aglutinasi dengan cara menggoyangkan tabung reaksi secraa
perlahan. Apabila tidak terbentuk aglutinasi, maka dilanjutkan ke fase AHG

Fase AHG :

- Larutan dicuci 3x dengan saline


- Tambahkan 2 tetes AHG, homogenisasi
- Sentrifugasi 3000 rpmselama 15 detik
- Lihat ada/tidak nya aglutinasi dengan cara menggoyangkan tabung reaksi secara
perlahan. Apabila tidak terbentuk aglutinasi, maka tambahkan 1 tetes CCC lalu
sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit
- Amati aglutinasi yang terbentuk ( harus terbentuk aglutinasi 2 pos, apabila tidak
terbentuk aglutinasi, reaksi dinyatakan invalid)

3. Coomb’s test
Untuk mengetahui ada tidaknya Ab yang menyelimuti sel eritrosit, baik secara invivo
maupun invitro. Sel eritosit sampel direaksikan dnegan reagen AHG, apabila terjadi
aglutinasi, maka sel eritrosit sampel telah diselimuti oleh Ab secara invivo/invitro.
Terdiri dari Coomb’s test direct ( invivo ) dan indirect ( invitro ).

Prosedur kerja

a. Coombs’s test direct


- Masukkan suspensi sel darah merah 5% ke dalam tabung reaksi I dan II sebanyak
2 tetes
- Cuci dengan saline sebanyak 4x ( hingga bagian atas larutan jernih )
- Pada tabung I tambahkan 2 tetes AHG, tabung II 2 tetes saline ( kontrol negatif )
- Sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit atau 3500 rpm selama 15 detik
- Lihat ada/tidak nya aglutinasi yang terbentuk
- Apabila tidak terjadi aglutinasi, tambahkan CCC kemudian sentirugasi 1000 rpm
selama 1 menit
- Amati aglutinasi yang terbentuk ( harus terbentuk aglutinasi 2 pos, apabila tidak
terbentuk aglutinasi, reaksi dinyatakan invalid)

b. Coomb’s test indirect


- Masukkan 2 tetes plasma/serum ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah 5% golongan darah O ( atau sama
golongan darah dengan sampel ) sebanyak 1 tetes
- Sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit, kemudian lihat ada/tidak nya aglutinasi
- Jika tidak terjadi aglutinasi, inkubasi campuran tersebut pada suhu 37C selama
15-60 menit
- Sentrifugasi kembali 1000 rpm selama 1 menit, kemudian lihat ada/tidak nya
aglutinasi
- Jika tidak terjadi aglutinasi, cuci campuran tersebut dengan saline sebanyak 3-4x (
hingga bagian atas jernih ), saline pencucian terakhir dibuang untuk mencegah
terjadinya pengenceran AHG
- Sedimen sampel ditambahkan 2 tetes AHG, sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit
- Kemudian amati aglutinasi yang terbentuk (harus terbentuk aglutinasi 2 pos,
apabila tidak terbentuk aglutinasi, reaksi dinyatakan invalid )
4. Uji Skrining dan Identifikasi Antibodi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada serum/plasma donor terdapat Ab
irregular, sehingga mencegah terjadinya reaksi hemolitik pada pasien apabila pada darah
donor terdapat Ab irregular, mencegah terjadinya haemolytic Disease of the Fetus and
Newborn ( HDFN ), pembuatan produk plasma serta pembuatan reagensia golongan
darah.

Reagensia pad auji skrining dan identifikasi Ab berasal dari sel eritrosit golongan O yang
sudah diketahui jenis antigen nya seperti antigen Rh, Kell, MNS, Duffy, Kidd, Lewis.
Pemilihan jenis Ag berdasarkan pada populasi yang mempunyai frekuensi cukup tinggi
dan diutamakan sel dengan Ag homozigot. Reagensia ini dinamakan sel panel, yang
terdiri atas sel panel besar dan kecil. Sel panel yang telah ditentukan jenis antigen nya
dpaat digunakan untuk skrinning dan mengidentifikasi Ab yang terdapat didalam sampepl
serum/plasma.

Prinsip skrinning dan identifikasi Ab adalah reaksi antara serum/plasma dengan reagen
sel darah merah yang mengandung beberapa Ag yang sudah diketahui jenisnya (R/ sel
panel ). Jika di dalam serum/plasma tersebut terdapat Ab irregular yang sesuai dengan Ag
yang terdapat pada R/ sel panel amakan akan terjadi aglutinasi. Apabila aglutinasi terjadi
pada reaksi dengan suhu 20C maka Ab yang terdapat pada serum/plasma sampel
merupakan antibodi jenis IgM yang bereaksi pada medium slaine, seperi : anti N, I, dan
P. aglutinasi yang terbentuk pada fase AHG dengan suhu 37C, membuktikan adanya Ab
jenis IgG pada serum/plasma sampel seperti anti Rh, Kell, Kidd, dan Duffy. Apabila
terjadi aglutinasi pada Auto kontrol mengindikasikan Auto Ab atau pasien sudah
menerima beberapa transfusi karena adnaya allo Ab yang melapisi sel eritrosit donor
yang bersirkulasi.

Prosedur kerja

a. Skrinning antibodi :
- Serum/plasma pasien sebanyak 2 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi I, II,
dan III
- Tambahkan 1 tetes sel panel S1 pada tabung I, 1 tetes sel panel s2 pada tabung II,
dan 1 tetes sel eritrosit pasien pada tabung III
- Inkubasi dalam suhu ruang (20C) selama 60 menit
- Sntrifugasi selama 1000 rpmselama 1 menit, kemudian lihat ada/tidak nya
aglutinasi
- Kemudian tambahkan 2 tetes bovine albumin 22%, homogenisasi
- Inkubasi tabung suhu 37C selama 15-60 menit
- Sentrifugasi tabung 1000 rpm selama 1 menit, lihat ada/tidak nya aglutinasi
- Suspensi sampel dicuci dengan saline sebanyak 3x, supernatan dibuang hingga
bersih
- Sedimen sampel ditambahkan 2 tetes AHG, sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit
- Kemudian lihat ada/tidak nya aglutinasi. Apabila tidak terjadi aglutinasi, maka
tambahkan CCC lalu sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit
- Masing – masing tabung diamati aglutinasi yang terbentuk ( harus terbentuk
aglutinasi 2 pos, apabila tidak terbentuk aglutinasi, maka reaksi invalid )

b. Identifikasi antibodi
- Serum/plasma pasien sebanyak 2 tetes dimasukkan ke dalam 11 tabung reaksi
- Tabung I ditambakan 1 tetes sel panel 1, tabung 2 ditambahkan 1 tetes sel panel 2,
dan seterusnya hingga tabung ke 11
- Inkubais pada suhu ruang (20C) selama 60 menit
- Sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit, lihat ada/tidak nya aglutinasi
- Masing – masing tambahkan 2 tetes bovine albumin 22% lalu homogenkan
- Kemudian inkubasi pada suhu 37C selama 15-60 menit
- Sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit, lihat ada/tidak nya aglutinasi
- Suspensi sampel dicuci dengan saline sabnyak 3x, supernatan dibuang hingga
bersih
- Sedimen sampel ditambahkan 2 tetes AHG, sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit
- Kemudian lihat ada/tidak nya aglutinasi. Apabila tidak terjadi aglutinasi, maka
tambahkan CCC lalu sentrifugasi 1000 rpm selama 1 menit
- Masing – masing tabung diamati aglutinasi yang terbentuk ( harus terbentuk
aglutinasi 2 pos, apabila tidak terbentuk aglutinasi, maka reaksi invalid )

5. Uji saring terhadap infeksi


Bertujuan untuk memastikan bahwa darah yang tersedia sedapat mungkin bebas dari
infeksi. Penyebab infeksi seperti HIV, Hepatitis B dan C, Malaria, dan Sifilis.
Metode pemeriksaan nya meliputi ELISA, Aglutinasi partikel, dan Rapid test.

Anda mungkin juga menyukai