Anda di halaman 1dari 61

PROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

LIMA KAUM I KABUPATEN TANAH DATAR


PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

SRI ZEKIARTI
1800274

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2019
Hasil Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Menempuh Ujian Akhir Program pada Program Studi DIII Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

Akan diseminarkan pada hari Sabtu / 20 Juli 2019

Telah disetujui dan Disahkan oleh Dosen Pembimbing :

Pembimbing

Armon Fernando, M.Si, Apt


NIDN. 1015038003
LAPORAN TUGAS AKHIR

PROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS LIMA KAUM I


KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh
SRI ZEKIARTI
NIM : 1800274

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing :

Armon Fernando, M.Si, Apt


NIDN. 1015038003

Mengesahkan,

Ketua Ketua Program Studi Diploma III


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Prof.Dr.Bustari Hasan, M.Sc Septi Muharni, M.Farm,Apt


NIP : 19591024 198603 1 004 NIDN : 1026098404
LAPORAN TUGAS AKHIR

PROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN


DI PUSKESMAS LIMA KAUM I KABUPATEN TANAH DATAR
PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh

SRI ZEKIARTI
NIM : 1800274

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


Pada Tanggal 20 Juli 2019 dan Dinyatakan
Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Susunan Tim Penguji

No Nama Jabatan Tanda tangan

1 Armon Fernando, M.Si, Apt

2 Fina Ariyani, M.Sc, Apt

3 Muhammad Riza Marjoni, S.Si, Apt


Mhd Riza Marjoni, S.Si, M.Farm,
Apt
KATA PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit

dan bumi, dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa

raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa

merindu akan kemaha besaran-Nya.

Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi

persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun

peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad SAW...

Tetes peluh yang membasahi asa, ketakutan yang memberatkan langkah,

tangis keputus asaan yang sulit dibendung, dan kekecewaan yang pernah

menghiasi hari-hari kini menjadi tangisan penuh kesyukuran dan kebahagiaan

yang tumpah dalam sujud panjang. Alhamdulillah maha besar Allah, sembah

sujud sedalam qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki yang melimpah,

kebutuhan yang tercukupi, dan kehidupan yang layak.

Pada akhirnya Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik

dan tepat waktu (InsyaAllah), bila meminjam pepatah lama “Tak ada gading

yang tak retak” maka sangatlah pantas bila pepatah itu disandingkan dengan

karya ini. Karya ini merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah

makna kesempurnaan dengan tanpa berharap melampaui kemaha sempurnaan

sang maha sempurna.

Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata, ku persembahkan karya ini

untuk yang terkasih ayah dan bunda juga buat suami dan anak-anakku tersayang
dan keluarga yang doanya senantiasa mengiringi setiap derap langkahku dalam

meniti kesuksesan.

Untuk mu teman, sungguh kebersamaan yang kita bangun selama ini telah

banyak merubah kehidupanku. Sungguh aku bahagia bersamamu, bahagia

memiliki kenangan indah dalam setiap bait pada paragraf kisah kebersamaan

kita. Bila Tuhan memberikanku umur panjang, akan aku bagi harta yang tak

ternilai ini (persahabatan) dengan anak dan cucuku kelak.

Untuk mu dosen-dosenku semoga Allah selalu melindungimu dan

meninggikan derajatmu di dunia dan di akhirat, terima kasih atas bimbingan dan

arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi

manusia yang berharga di dunia dan bernilai di akhirat. Alhamdulillahi robbil

‘aalamiin.....

Kepada pembimbing penyusun mengucapkan banyak terima kasih yang

telah membukakan jalan dan sebagai penunjuk arah dalam perjalanan kami

membuat Laporan Tugas Akhir, do’a terbaik buat bapak, semoga Allah

merahmati bapak dan diberikan kesehatan selalu. Aamiin….

Kemudian kepada dosen pembahas, terimakasih atas masukan dan saran

serta bimbingan yang ibu Fina Aryani, M.Sc, Apt dan bapak Muhammad Riza

Marjoni, S.Si, Apt berikan kepada penyusun, hingga akhirnya Laporan Tugas

Akhir ini lebih baik lagi.

“Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu dan Amal ku sebagai lentera jalan hidupku

keluarga dan saudara seimanku”

“ Penulis “
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sri Zekiarti lahir di Batusangkar, Provinsi Sumatera

Barat pada tanggal 23 Januari 1980 yang merupakan

anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan

Ayahanda Urfani dan Ibunda Nuryasni. Penulis

mulai mengenal pendidikan formal untuk pertama

kalinya di Sekolah Dasar Negeri 04 Sumanik

Kecamatan Salimpaung dari tahun 1986-1992.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Sumanik dari tahun 1992-1995 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi dari tahun 1995-1998. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan D III Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau pada

tahun 2018 dan telah menyelesaikan tugas akhir pada tanggal 20 Juli 2019 dengan

bidang Farmasi Klinis, penulis berhak menyandang gelar Ahli Madia Farmasi

(A.Md.Farm) atas bimbingan Bapak Armon Fernando, M.Si., Apt.


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk mengemban amanah dalam menuntut

ilmu. Shalawat dan salam senantiasa tertuju pada Rasulullah SAW, yang telah

membawa dan menuntun umatNya menuju cahaya illahi. Atas berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ P

ROFIL PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS LIMA KAUM I K

ABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT ” diajukan

dan dipertahankan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh derajat

Diploma di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR).

Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan wawasan

dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang farmasi. Dalam

penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi serta bimbingan

baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bustari Hasan,M.Sc selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi Riau Yayasan Univ Riau.

2. Ibu Dra. Ainun Na’im, M.Farm, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Dwi

Farma Bukittinggi

3. Ibu Septi Muharni,M.Farm.,Apt selaku Ketua Program Studi Diploma III

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.

i
4. Bapak Armon Fernando M.Si.,Apt selaku Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, motivasi, nasehat sehingga Laporan Tugas Akhir

ini dapat terwujud.

5. Ibu Zulfisa, S.Si. ,M.Farm. selaku Penasehat Akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis.

6. Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi yang telah memfasilitasi penulis

untuk dapat menyelesaikan perkuliahan program D III RPL.

7. Bapak Kepala BKPSDM Kabupaten Tanah Datar yang telah memberikan

waktu dan kesempatan kepada penulis agar dapat mengikuti perkuliahan

program D III RPL ini.

8. Ibu Kepala UPT Puskesmas Lima Kaum I yang telah mengizinkan penulis

untuk mengikuti perkuliahan program D III RPL dan melakukan penelitian

di UPT Puskesmas Lima Kaum I.

9. Ungkapan rasa sayang dan terima kasih penulis persembahkan untuk

keluarga tercinta , suami terkasih dan anak-anak tersayang juga untuk kedua

orang tua yang selalu mengiringi langkah penulis dengan doa, motivasi dan

segenap rasa sayang yang tak terbatas.

10. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i STIFAR angkatan 2018 serta

semua pihak yang sudah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan

penelitian dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, Juli 2019

Penulis

ii
ABSTRAK

Pelayanan kefarmasian merupakan sebuah pelayanan langsung serta bertanggung


jawab terhadap pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud me
ncapai hasil yang pasti dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien.
Pelayanan resep merupakan proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non
teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai
dengan penyerahan obat kepada pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai pelayanan kefarmasian di Puskesmas
berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016 pada Puskesmas Lima Kaum I di
Kabupaten Tanah Datar. Penelitian merupakan penelitian deskriptif observasi
dengan rancangan cross sectional study. Sampel diperoleh dengan menggunakan
rumus Slovin, sampel yang didapat sebanyak 95 lembar resep pasien. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Lima
Kaum I Kabupaten Tanah Datar untuk pemeriksaan kelengkapan administrasi
resep, menyiapkan sediaan sesuai persyaratan farmasetik dan klinis sudah
terlaksana 100%. Untuk pemberian informasi obat kepada pasien persentase
terendah 15,79% memberikan informasi tentang aktivitas apa saja yang perlu
dihindari berkaitan dengan penggunaan obat, sedangkan persentase tertinggi
untuk pemberian informasi aturan dan cara pemakaian obat sebesar 93,63%.
Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I dikategorikan
baik dengan persentase sebesar 71,16%.

Kata kunci : apotek, obat, pelayanan kefarmasian, Puskesmas, Resep

iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………… i

ABSTRAK…………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………..……………………………… iv

DAFTAR TABEL…………………….………………….…… vi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………. vii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………….……………………. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………… 4

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………. 5

1.4 Manfaat Penelitian………………………………….. 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas dan Fungsinya………………………… 6

2.2 Profil Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah 7

Data ………………………………………….… 9

2.3 Pelayanan Kefarmasian ……………………….. 13

2.4 Obat ……………………………………………… 16

2.5 Resep …………………………………………….. 17

2.5 KelengkapanResep ……………………………..

BAB III PELAKASANAAN PENELITIAN 18

iv
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………. 18

3.2 Metode Penelitian ………………………………….. 18

3.2.1 Jenis Penelitian………………………………… 18

3.2.2 Populasi penelitian……………………………. 18

3.2.3 Sampel penelitian………………………….….. 18

3.3 Alur Penelitian…………………………………… 19

3.3.1 Pengurusan Izin Penelitian……………………. 19

3.3.2 Pengambilan, Pengumpulan dan Pengolahan 20

Data ………………………………….……. 20

3.3.3 Analisis Data……………………….………… 20

3.4 Etika Penelitian …..……………………………… 20

3.5 Instrumen penelitian……………………………… 21

3.6 Definisi Operasional ..……………………………. 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………….……… 24

4.1 Hasil……………………………………………….. 24

4.2 Pembahasan……………………………………….. 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………… 31

5.1 Kesimpulan………………………………………… 31

5.2 Saran……………………………………………….. 31

DAFTAR PUSTAKA………………………………………... 32

LAMPIRAN ………………………………………………….

RAPIKAN LAGI PENULISAN DAFTAR ISI, TABVEL

DAN LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 36

1 Jumlah dan Persentase (%) .Total pelaksanaan Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I …….. …………….

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 8

1. Peta Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar……. 42

2. UPT Puskesmas Lima Kaum I……………………………… 42

3. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Apoteker di Apotek

Puskesmas Lima Kaum I…………………………………… 43

4. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian di Apotek Puskesmas Lima Kaum I……….… 43

5. Penyerahan obat TBC di ruang Pencegahan Penyakit

Menular…………………………………………………….

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 34

1. Alur Penelitian……………………………………………… 35

2. Skema Pengambilan, Pengumpulan, dan Pengolahan data 37

3. Jumlah dan Persentase (%) Total pelaksanaan Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I……………….….. 38

4. Lembar Kuesioner Pelayanan Kefarmasian ………………. 40

5. Persentase Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Lima 41

Kaum I …………………………………………………… 41

6. Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol ………….…………. 42

7. UPT puskesmas Lima Kaum I……………………………… 42

8. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Apoteker Puskesmas

Lima Kaum I………………………………………………… 43

9. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian Puskesmas Lima Kaum I……………………… 43

10.Penyerahan Obat TBC di ruang Pencegahan Penyakit

Menular……………………………………………………… 44

111.11. Contoh Dokumen Pengumpulan Data………………………

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2014). Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya

kesehatan yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus

mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan

pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2016).

Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien (Depkes RI, 2009a). Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah

paradigmanya dari orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan

kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi

tersebut, apoteker dan asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi

1
langsung dengan pasien (Depkes RI, 2006).

Supardi,et.al, (2012) melakukan penelitian mengenai evaluasi peran

apoteker berdasarkan pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas

mendapatkan hasil apoteker belum tersedia di semua Puskesmas perawatan,

apalagi Puskesmas non perawatan, sehingga pelayanan resep dikerjakan oleh

tenaga non profesional. Peran apoteker dalam pengelolaan obat umumnya sudah

berjalan, khususnya dalam pelayanan obat resep dan pembuatan Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat ( LP-LPO ) bulanan serta sudah

terlaksananya peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian. Penelitian mengenai

hubungan ketersediaan tenaga kefarmasian dengan karakteristik Puskesmas dan

praktik kefarmasian di Puskesmas mendapatkan hasil bahwa hanya 17,5%

Puskesmas di Indonesia memiliki apoteker dan ada 32,2% Puskesmas yang tidak

memiliki tenaga kefarmasian sama sekali. Ada perbedaan ketersediaan tenaga

kefarmasian antar Puskesmas berdasarkan lokasi Puskesmas, jenis Puskesmas,

keterpencilan wilayah dan status kepegawaian tenaga kefarmasian. Apoteker

berperan lebih baik dalam memberikan pelayanan farmasi, mengelola obat dan

menyusun LP-LPO dengan lengkap dibandingkan dengan tenaga teknis

kefarmasian dan tenaga teknis kefarmasian juga berperan lebih baik

dibandingkan dengan tenaga non-farmasi dalam hal yang sama (Herman, et.al,

2013). Penelitian mengenai hubungan antara mutu pelayanan kefarmasian

dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Teling Atas kota Manado

mendapatkan hasil adanya hubungan antara pelayanan kefarmasian yaitu

ketanggapan, kepedulian, bukti langsung dengan kepuasan pasien di Puskesmas

Teling Atas kota Manado dan tidak adanya hubungan antara pelayanan

2
kefarmasian antara jaminan dengan kepuasan pasien (Kawahe, et.al, 2015).

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada

pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian

yang komprehensif meliputi 2 kegiatan, yaitu memberikan rasa aman karena

kesehatannya menjadi lebih baik dan menghindarkan masyarakat dari sakit dan

penyakit. Dalam proses pengobatan penyakit, berarti menjamin kualitas obat

untuk mencapai pengobatan maksimum dan terhindar dari efek samping

(Depkes RI, 2004 ).

Dalam hal memberikan pelayanan kefarmasian diperlukan pelayanan yang

berorientasi langsung dalam proses penggunaan obat, bertujuan menjamin

keamanan, efektifitas dan kerasionalan penggunaan obat dengan menerapkan

ilmu pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pasien, monitoring penggunaan

obat untuk mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadinya kesalahan

pengobatan serta pengobatan berbasis pasien dengan tujuan meningkatkan

kualitas hidup pasien (Dianita, 2017) .

Pelayanan resep merupakan proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan

non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat

sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Konsep pelayanan kefarmasian

(Pharmaceutical Care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima

pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik

sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat yang sesuai dengan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Pelayanan resep di mulai dari penerimaan,pengkajian resep, penyiapan

3
perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai

pemberian informasi. Pada setiap alur pelayanan resep, dilakukan upaya

pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) untuk

keselamatan pasien (patient safety) (Kemenkes RI, 2011).

Puskesmas Lima Kaum I merupakan Puskesmas dengan kunjungan

terbanyak di Kabupaten Tanah Datar dengan rata-rata kunjungan per bulan yaitu

3000 -3200 pasien. Ketersediaan tenaga kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I

adalah 1 orang Apoteker dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Dengan

banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas Lima Kaum I otomatis jumlah resep

pasien akan banyak juga masuk ke apotek Puskesmas Lima Kaum I dengan rata-

rata 2000-2300 per bulan. Diharapkan kepada Tenaga Kefarmasian tetap dapat

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas terutama dengan pelayanan resep kepada pasien.

Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai profil pelayanan kefarmasian terutama pelayanan resep di Puskesmas

Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar yang mengacu pada standar pelayanan

kefarmasian di Puskesmas berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016.


1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalahnya adalah bagaimana pelaksanaan pelayanan

kefarmasian di Puskesmas terhadap pasien yang berkunjung di Puskesmas Lima

Kaum I. Apakah sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian Di

Puskesmas ?

1.3 Tujuan Penelitian

4
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai

pelayanan kefarmasian di Puskesmas berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun

2016 pada Puskesmas Lima Kaum I di Kabupaten Tanah Datar.


1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
1. Bagi Puskesmas Lima Kaum I dapat mengetahui seberapa jauh

kegiatan pelayanan kefarmasian berjalan dengan baik sehingga

dapat memotivasi semua pihak yang terlibat untuk melakukan

langkah – langkah perbaikan dalam kegiatan pelayanan

kefarmasian.
2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, wawasan dan

keterampilan aplikatif dalam mengidentifikasi dan memecahkan

masalah dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas


3. Untuk penelitian selanjutnya menjadi bahan dasar untuk penelitian

yang akan datang.


1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kuesioner yang diisi oleh

peneliti dan wawancara langsung dengan tenaga kefarmasian di Puskesmas Lima

Kaum I.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Menurut Permenkes RI No.74 tahun 2016 Puskesmas adalah unit pelaksana

teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai

pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kabupaten atau

Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak

pembangunan kesehatan Indonesia (ISFI, 2004)


Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan (Trihono, 2005).


Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab

wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep

wilayah yaitu desa atau kelurahan serta dusun atau rukun warga (RW). Visi

pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya

kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan

sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat

kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional

6
dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai

visi tersebut Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan

kefarmasian yang bermutu (Depkes RI, 2006a).


2.2 Profil Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar (Dinkes, 2017)
1. Geografis

UPT Puskesmas Lima Kaum I terletak di Jorong Tigo Tumpuak Nagari

Limo Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar dengan luas wilayah

kerja + 3.615 Km2. Dan dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Sungai Tarab.

b. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Rambatan.

c. Sebelah Barat berbatas dengan Nagari Cubadak.

d. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Saruaso.

Wilayah kerja UPT Puskesmas Lima Kaum I terdiri dari 2 Kenagarian yaitu

Nagari Lima Kaum yang mempunyai 8 jorong dan Nagari Baringin yang

mempunyai 13 jorong.

2. Demografi

7
Penduduk di Puskesmas Lima Kaum I termasuk padat bila dibandingkan

dengan Puskesmas lain di Kabupaten Tanah Datar. Adapun jumlah penduduk

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Jumlah penduduk : 29.221 Jiwa

Dengan rincian : Nagari Lima Kaum : 14.409 jiwa

Nagari Baringin : 14.812 jiwa

b. Jumlah Kepala Keluarga : 6.936 KK

Dengan rincian : Nagari Lima Kaum : 3.432 KK

Nagari Baringin : 3.504 KK

Gambar 1. Peta Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar

8
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I dilaksanakan oleh

Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dengan melakukan pengkajian resep

meliputi pemeriksaan kelengkapan administratif resep, pemeriksaan kesesuaian

farmasetik, pertimbangan klinik dan konsultasikan dengan dokter apabila di

temukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia. Puskesmas Lima Kaum I

memiliki 1 orang Apoteker dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian yang masing-

masing mempunyai tugas pokok dan fungsi.


Apoteker berperan penting dalam kegiatan pelayanan kefarmasian mulai

meracik, membuat serta bertanggung jawab dalam membuat obat dan memberikan

informasi obat kepada pasien secara profesional. Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian Puskesmas Lima Kaum I ikut serta dalam meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pengelolaan obat di rumah tangga melalui penyuluhan kesehatan

baik didalam gedung maupun diluar gedung Puskesmas. Inisiatif upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dari segi manajemen

obat, peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkesinambungan serta

memberikan informasi penggunaan obat yang benar kepada masyarakat akan tetap

ditingkatkan agar tercipta masyarakat cerdas obat.


Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Apoteker dan

Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur (SOP). Puskesmas Lima Kaum I menggunakan beberapa Standar

Operasional Prosedur (SOP) diantaranya SOP peresepan, pemesanan dan

pengelolaan obat, SOP pengawasan dan pengendalian psikotropika dan narkotika,

SOP penyimpanan obat, SOP pemberian obat kepada pasien dan pelabelan, SOP

pemberian informasi penggunaan obat, SOP pemberian informasi tentang efek

9
samping obat atau efek yang tidak diharapkan, SOP petunjuk penyimpanan obat

dirumah dan SOP penanganan obat kadaluwarsa/ rusak.

2.3 Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang

merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Dengan

makin kompleksnya upaya pelayanan kesehatan khususnya masalah terapi obat,

telah menuntut kita untuk memberikan perhatian dan orientasi pelayanan farmasi

kepada pasien (Depkes RI, 2006a). Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan

yang terpadu dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (Depkes RI, 2016).


Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (Sumber Daya

Manusia (SDM), sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta

administrasi dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat,

penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan

memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai

dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan (Depkes RI, 2006a).


Pelayanan farmasi klinik yang merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian

yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan

bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

10
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes, 2016). Menurut Permenkes RI No.

74 Tahun 2016 pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep dan pelayanan

resep, pelayanan informasi obat, konseling, ronde/visite pasien, monitoring efek

samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat.


Pengkajian dan pelayanan resep merupakan kegiatan pengkajian resep dimulai

dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis

baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Pelayanan informasi obat

merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi

kesehatan lainnya dan pasien. Konseling merupakan suatu proses untuk

mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan

penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016 tersebut ronde/visite pasien

merupakan kunjungan ke pasien rawat inap yang di lakukan secara mandiri atau

bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-

lain. Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon

terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis

normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi

atau memodifikasi fungsi fisiologis. Pemantauan terapi obat merupakan proses yang

memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif,

terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan

obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).

11
Pelayanan informasi obat yang merupakan salah satu aspek pelayanan

kefarmasian di berikan oleh apoteker kepada pasien dan pihak-pihak terkait

lainnya. Informasi obat adalah suatu bantuan bagi dokter dalam pengambilan

keputusan tentang pilihan terapi obat yang tepat bagi pasien. Pelayanan yang di

berikan tersebut haruslah lengkap, obyektif, berkelanjutan dan selalu baru up to

date (Dinkes,2006).

Menurut Permenkes RI No.74 tahun 2016 pelayanan informasi obat

merupakan kegiatan pelayanan yang di berikan oleh apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi

kesehatan lainnya dan pasien.

Informasi obat sangat dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dalam hal

penggunaannya. Secara umum informasi obat yang di berikan adalah mengenai

waktu penggunaan, cara penggunaan, efek yang di timbulkan dari penggunaan

obat yang akan di rasakan, hal-hal lain yang mungkin timbul dan cara

penyimpanan (Depkes RI, 2009c).

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasian dan tenaga

kesehatan di lingkungan Puskesmas yaitu dokter, dokter gigi, perawat,

bidan dan lain-lain.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan obat.

3. Meningkatkan profesionalisme dokter.

4. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan pelayanan informasi obat :

12
1. Pelayanan informasi obat aktif yaitu pelayanan informasi obat yang di

berikan tanpa menunggu adanya pertanyaan.

2. Pelayanan informasi obat pasif yaitu pelayanan informasi obat yang di

berikan sebagai jawaban atas pertanyaan yang di terima baik secara lisan

maupun tertulis.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan informasi

obat adalah ( Depkes, 2016 ) :

1. Sumber informasi obat ; sumber informasi obat dapat berasal dari media cetak

dan media elektronik. Banyaknya sumber informasi dari media elektronik,

menjadikan kita harus dapat mencari literature yang valid dan akurat yang

akan disampakan kepada konsumen.

2. Tempat; pelayanan informasi obat membutuhkan tempat tersendiri, terutama

untuk pasien-pasien yang mempunyai kasus khusus dan tidak ingin diketahui

orang lain. Proses dokumentasi juga dibutuhkan dalam proses pelayanan

informasi obat, sehingga dibutuhkan ruang khusus untuk keperluan pencatatan

informasi.

3. Tenaga; tenaga kefarmasian yang dapat menyampaikan informasi obat

hendaknya memenuhi persyaratan tertentu, yaitu minimal apoteker. Apoteker

mempunyai kompetensi dasar mampu mencari sumber informasi yang valid

dan akurat serta menguasai teknik komunikasi dalam menyampaikan

informasi tersebut.

4. Perlengkapan; untuk mencari literature sebagai dasar informasi diperlukan

pustaka dari berbagai sumber. Oleh karena itu perlengkapan seperti buku-

13
buku standar serta internet diperlukan sebagai sarana pendukung pelaksanaan

pelayanan informasi obat.

2.4. Obat

Obat secara umum adalah semua bahan tunggal atau campuran yang di

pergunakan oleh semua mahkluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna

mencegah, meringankan dan menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2006). Menurut

Permenkes RI No.74 tahun 2016 obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk

produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.


Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan,selain itu

karena obat sudah merupakan kebutuhan masyarakat, maka persepsi masyarakat

tentang hasil dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke

sarana kesehatan (Depkes RI, 2007). Obat yang beredar harus terjamin keamanan,

khasiat dan mutu agar memberikan manfaat bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu

masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan penyalahgunaan obat. Untuk

itu di perlukan tenaga kesehatan yang memiliki keahlian atau kompetensi dan

kewenangan yang sesuai yaitu tenaga kefarmasian serta struktur organisasi yang

jelas dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya (Depkes RI,2009b). Obat berdasarkan

penandaan di kelompokkan menjadi (Kemenkes RI, 2012) :

1. Obat bebas

Sesuai dengan namanya,obat-obatan dalam golongan tersebut dapat di jual

dengan bebas, tanpa resep dokter dan dapat di beli bebas di apotik, toko

obat maupun warung-warung kecil. Kemasan dan etiket mempunyai tanda

14
khusus lingkaran hijau dengan garis tepi hitam.

2. Obat bebas terbatas

Obat ini termasuk obat keras tetapi masih dapat di beli tanpa resep dokter.

Penggunaannya harus memperhatikan informasi obat di dalam kemasan.

Kemasan dan etiket terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru dengan

garis tepi berwarna hitam.

3. Obat keras

Obat yang hanya dapat di beli dengan resep dokter dan dapat di peroleh di

sarana pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, apotik). Mempunyai

tanda khusus berupa lingkaran merah dengan garis tepi warna hitam dan

huruf K di tengah yang menyentuh garis tepi.

4. Obat psikotropik

Obat yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat,dapat

menyebabkan perubahan mental dan perilaku, yang hanya dapat di beli

dengan resep dokter dan dapat di peroleh di sarana pelayanan kesehatan

(puskesmas, rumah sakit, apotik). Di jual dengan resep dokter dan di beri

tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

5. Obat narkotika

Obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, dan

dapat menimbulkan ketergantungan yang hanya dapat di beli dengan resep

dokter dan dapat di peroleh di sarana pelayanan kesehatan (puskesmas,

rumah sakit, apotik). Sebagai tanda pada kemasan dan etiket di beri tanda

khusus palang merah dengan latar belakang putih dalam lingkaran warna

15
merah.

Pada setiap kemasan obat harus selalu dicantumkan nama obat, komposisi,

indikasi, informasi cara kerja obat, aturan pakai, peringatan (khusus untuk obat

bebas dan bebas terbatas), perhatian, nama produsen, nomor bats, nomor

registrasi, tanggal kadaluarsa dan efek samping (Depkes RI, 2006b).

2.5 Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk

membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak menulis resep

adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada pengobatan gigi dan mulut) dan dokter

hewan (terbatas pada pengobatan hewan). Resep harus di tulis jelas dan lengkap.

Apabila resep tidak dapat di baca dengan jelas dan lengkap, apoteker harus

menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief,1997).

Pelayanan resep di mulai dari penerimaan,pengkajian resep, penyiapan

perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai

pemberian informasi. Pada setiap alur pelayanan resep, dilakukan upaya

pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) untuk

keselamatan pasien (patient safety) (Kemenkes RI, 2011).

Pengkajian resep meliputi pemeriksaan kelengkapan administratif resep,

pemeriksaan kesesuaian farmasetik, pertimbangan klinik dan konsultasikan

dengan dokter apabila di temukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia.

Setelah memeriksa resep, maka hal selanjutnya adalah menyiapkan obat sesuai

dengan permintaan pada resep. Dilanjutkan dengan penyerahan obat yang di sertai

dengan pelayanan informasi obat dan konseling obat yang bertujuan memberikan

16
pemahaman yang benar mengenai obat sehingga dapat memaksimalkan efek

terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan

menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi (Kemenkes, 2011).

2.5.1 Kelengkapan resep

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ recipe yang artinya (ambillah).

Didepan tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Umumnya

resep ditulis dalam bahasa latin (Anief, 1997) :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter

hewan, tanggal penulisan resep (inscription)

2. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan dan nama setiap obat atau

komposisi obat (invocation)

3. Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan (Prescription)

4. Aturan pemakai obat yang tertulis (signature)

5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku (subscribtio)

6. Diperuntukkan (pro), dicantumkan nama, umur dan alamat pasien.

17
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni

2019 pada Puskesmas Lima Kaum I di Kabupaten Tanah Datar.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

` Jenis penelitian adalah observatif atau pengamatan yaitu suatu penelitian

yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian, dan

bersifat deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta - fakta, sifat-sifat serta hubungan

fenomena yang diselidiki menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Pengumpulan data diambil secara cross sectional study yang merupakan

dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (

Notoatmodjo, 2010 ).

3.2.2 Populasi Penelitian

Populasi merupakan resep pada bulan Mei dan Juni tahun 2019 di

Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar.

3.2.3 Sampel Penelitan

Sampel merupakan sebagian resep yang diambil pada bulan Mei dan Juni

tahun 2019 di Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar

Dengan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Slovin :

18
Rumusnya :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Derajat kesalahan terhadap populasi yang diinginkan (10%)

n= 2.100

2.100 (0,1) 2 +1

n= 2.100

2.100 x 0,01 + 1

n= 2.100

21 + 1

n= 2.100 = 2.100

21 + 1 22

n = 95,45 , dibulatkan menjadi 95

Jadi sampel yang diperoleh sebanyak 95 lembar resep.

3.3 Alur Penelitian

3.3.1 Pengurusan Izin Penelitian

Pengurusan izin penelitian dimulai dengan mengurus surat pengantar izin

penelitian di bagian administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau dilanjutkan

dengan penyerahan surat pengantar tersebut ke Kantor Kesatuan Bangsa dan

19
Politik KabupatenTanah Datar dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kabupaten

Tanah Datar dan didapatkan surat pengantar permohonan izin penelitian di

Puskesmas Lima Kaum I.

3.3.2 Pengambilan, Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data primer diperoleh dengan pengisian kuesioner pelayanan

kefarmasian oleh peneliti, wawancara tentang kegiatan pelayanan kefarmasian

dengan tenaga kefarmasian di Puskesmas dan pengamatan langsung di sarana

pelayanan kefarmasian khususnya di apotek tempat penyerahan obat kepada

pasien di Puskesmas. Untuk data sekunder diperoleh dari beberapa contoh SOP di

Puskesmas, SDM yang ada di Puskesmas serta kelengkapan sarana dan prasarana

yang tersedia di Puskesmas.

Pengolahan data dilakukan secara deskriptif analitik yaitu suatu

metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap

objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum ( Sugiono, 2009 ).

3.3.3 Analisis Data

Data dianalisis secara univariat yaitu analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Kemudian data diukur dengan skala Guttman yang didapat dari jawaban “ ya atau

tidak “, skor yang tertinggi yaitu jawaban ya dengan nilai 1 dan skor yang

20
terendah yaitu jawaban tidak dengan niali 0. Untuk menentukan kriteria

pencapaian pelayanan kefarmasian dapat digunakan rumus :

DP = n x 100 %
N
Keterangan :

DP = Deskriptif Persetase

N = Skor Empirik yang diperoleh

N = Skor ideal untuk setiap item pertanyaan

Tabel 1. Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ( Ridwan, 2004 )

No Persentase Kriteria
1 0 % - 20 % Sangat kurang baik
2 21 % - 40 % Kurang baik
3 41 %- 60 % Cukup baik
4 61 %- 80 % Baik
5 81 % - 100 % Sangat baik

3.4 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian diawali dengan meminta persetujuan dari Kepala

Puskesmas Lima Kaum I untuk melakukan pengambilan data. Pengambilan data

mengikuti etika confidentiality untuk menjaga kerahasiaan data dengan mengisi

langsung lembar kuesioner.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner

yang bersumber dari Permenkes RI. No. 74 tahun 2016 , referensi yang relevan

yang bersumber dari buku, jurnal ilmiah maupun literatur lain yang dapat

menunjang dalam proses pembuatan Laporan Tugas Akhir ini. Data yang

digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari

wawancara dengan petugas, pengamatan langsung dan kuesioner. Data sekunder

21
di peroleh dari Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Puskesmas Lima

Kaum I dan profil Puskesmas Lima Kaum I.

3.6 Definisi Operasional

Berikut ini adalah jabaran dan batasan variabel yang digunakan oleh

peneliti :

1. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan sendiri/

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.

2. Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

3. Efek samping obat

Efek samping obat adalah gejala atau efek diluar tujuan terpi yang tidak

diharapkan, yang mungkin dapat dialami pasien disebabkan penggunaan obat.

4. Waktu penggunaan obat

Waktu penggunaan obat adalah waktu yang tepat untuk penggunaan obat

sehingga bisa mendapatkan efek terapeutik yang optimal.

5. Tanggal kadaluarsa

22
Tanggal kadaluarsa adalah tanggal dimana produsen menjamin keamanan

dan potensi penuh obat tersebut.

6. Dosis obat

Dosis obat adalah jumlah atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan

efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan.

7. Etiket

Etiket adalah informasi yang menyertai obat yang dibuat oleh tenaga

kefarmasian Puskesmas, berisi inforamsi mengenai nama pasien dan aturan pakai.

8. Kuesioner

Kuesioner adalah berupa daftar pertanyaan yang telah disusun dan

digunakan untuk mengetahui pelayanan kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian tentang profil pelayanan kefarmasian di

Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Petugas melakukan pemeriksaan kelengkapan resep sesuai persyaratan

administrasi sebesar 100%

2. Petugas melakukan pemeriksaan persyaratan farmasetik sebesar 100%

3. Petugas menyiapkan persediaan sesuai dengan persyaratan klinis sebesar

100%

4. Petugas menyerahkan obat disertai informasi tentang nama obat dan bentuk

obat sebesar 61,05%

5. Petugas memberikan informasi tentang dosis dan jumlah obat sebesar

78,95%

6. Petugas memberikan informasi tentang aturan dan cara pemakaian obat

sebesar 92,63%

7. Petugas memberikan informasi tentang cara penyimpanan obat sebesar

33,68%

24
8. Petugas menyampaikan informasi tentang efek samping yang timbul setelah

meminum obat sebesar 45,26%

9. Petugas memberikan informasi tentang aktifitas apa saja yang perlu dihindari

berkaitan dengan penggunaan obat sebesar 15,79%

10. Petugas memberikan informasi obat menggunakan bahasa yang bias dan

dimengerti sebesar 84,21%.

TOLONG DIGABUNG LAGI, SEHINGGA HASILNYA TIDAK

SEBANYAK INI

4.2 Pembahasan

Apoteker atau tenaga kesehatan lainnya yang bertugas dalam penyerahan

obat harus memperhatikan dan menjalankan proses penyediaan maupun

penyerahan obat secara benar., karena merekalah orang terakhir yang

berhubungan dengan pasien atau keluarganya, sebelum obat digunakan. Adapun

proses penyiapan obat untuk sampai ke tangan pasien adalah sebagai berikut :

1. Pembacaan dan pemahaman isi resep

Dalam tahap ini resep diteliti keabsahannya, asal resep, nama obat,

bentuk dan kekeuatan sediaan, dosis dan cara penggunaanya.

2. Penyediaan obat secara benar

Diteliti ketersediaan obatnya ditempat pelayanan, waktu kadaluwarsa

serta dicermati bentuk dan kekuatan sediaannya.

3. Penetuan jumlah obat

Dilakukan dalam wadah yang sesuai dan bersih

4. Pengemasan dan pemberian etiket

25
Kemasan yang baik akan memberikan kesan yang baik pula terhadap

pelayanan yang diberikan. Informasi pada etiket harus lengkap memuat nama

obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis, frekuensi dan cara penggunaan.

Demikian pula nama pasien, tanggal serta identitas lainnya.

5. Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dillakukan pemeriksaan

akhir tehadap kesesuaian obat dengan resep.

6. Pemberian informasi

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sekurang-kurangnya

meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,

aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Depkes

RI, 2006a). Pasien dipastikan mengetahui dan memahami cara menggunakan obat

secara benar sesuai yang dianjurkan, karena hal ini akan meningkatkan ketaatan

pasien untuk mengikuti anjuran pengobatan yang berpengaruh pada keberhasilan

terapi.

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Puskesmas Lima Kaum I merupakan satu-satunya Puskesmas

dengan angka kunjungan pasien terbanyak di Kabupaten Tanah Datar, dimana

khusus untuk kunjungan resep rata-rata 2000-2300 per bulan. Pelayanan resep di

Puskesmas Lima Kaum I dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 12.00 siang

untuk setiap hari Senin sampai dengan hari Kamis, pukul 10.00 siang untuk hari

Jum’at dan pukul 11.00 siang untuk hari Sabtu. Keterbatasan waktu pelayanan

26
menyebabkan kurang terlaksananya standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas. Tidak hanya itu tingginya angka kunjungan pasien juga

mempengaruhi beban kerja yang harus diterima oleh tenaga kefarmasian. Karena

semakin tinggi angka kunjungan pasien maka semakin banyak reep pasien yang

harus dilayani

Hal pertama yang dilakukan oleh seorang tenaga kefarmasian pada saat

melakukan pelayanan resep adalah pengkajian resep. Pengkajian resep dilakukan

untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait

obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Pengkajian resep

meliputi pemeriksaan persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan

persyaratan klinis.

Persyaratan administasi resep meliputi pemeriksaan kelengkapan dan

keabsahan resep dimulai dari nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien,

nama dan paraf dokter, tanggal dan asal resep. (Depkes RI, 2016). Pemeriksaan

kelengkapan administrasi resep berguna untuk menghindari terjadinya

medication error . Resep mempunyai dua makna penting yaitu sebagai dokumen

legal dan sebagai alat komunikasi antara penulis resep ( prescriber) dan penerima

resep (dispencer). Oleh karena itu, resep harus memenuhi persyaratan

administratif dan ditulis dengan jelas agar tidak menimbulkan salah interprestasi

bagi penerima resep. Puskesmas Lima Kaum I sudah melakukan pemeriksaan

kelengkapan administrasi resep sebesar 100%.

Pemeriksaan kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sedian,

dosis dan jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara penggunaan,

serta imkompatibilitas (Depkes RI, 2016). Pemeriksaan kesesuaian farmasetik

27
dilakukan agar obat yang diberikan kepada pasien aman, tepat dan efektif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat 100% Puskesmas Lima

Kaum I sudah melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik.

Skrining resep juga meliputi pengkajian aspek klinis dengan cara

melakukan patient assessment kepada pasien. Patient assessmen merupakan

tahapan untuk mengevaluasi data pasien meliputi adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya) dan

keluhan pasien dan hal terkait dengan kajian aspek persyaratan klinis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat 100% Puskesmas Lima

Kaum I sudah melakukan pemeriksaan persyaratan klinis.

Pemberian informasi adalah untuk mendukung penggunaan obat yang

benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir

serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error). Tujuan

pemberian informasi kepada masyarakat maupun pasien adalah bagian dari

edukasi, supaya masyarakat atau pasien benar-benar memahami secara cermat

dan cerdas obat yang hendak dikonsumsi sekaligus cara penggunaan obat yang

baik dan benar.

Informasi-informasi yang harus diberikan oleh tenaga kefarmasian yang

ada di Puskesmas meliputi khasiat obat, efek samping obat, cara pemakaian obat,

dosis obat, waktu pemakaian obat, lama pemakaian obat, kontra indikasi obat, hal

yang harus diperhatikan sewaktu minum obat, hal yang harus dilakukan jika lupa

meminum obat, cara penyimpanan obat yang baik, cara memperlakukan obat

yang masih tersisa dan cara membedakan obat yang masih baik dan yang sudah

rusak (Depkes RI, 2006).

28
Berdasarkan hasil penelitian 61,05% (58 lembar resep) Tenaga kefarmasian

Puskesmas Lima Kaum I sudah menyerahkan obat disertai dengan informasi

mengenai nama dan khasiat obat. Dosis obat merupakan bagian dari informasi

yang penting untuk disampaikan guna mencapai keberhasilan terapi dan

menghindari penggunaan obat yang salah (drug misuse). Dari hasil penelitian 75

lembar resep (78,95%) tenaga kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I sudah

memberikan informasi mengenai dosis dan jumlah obat.

Aturan, cara pemakaian dan cara penyimpanan obat yang benar akan

menentukan keberhasilan pengobatan. Pasien harus mendapatkan penjelasan yang

lengkap mengenai aturan, cara pemakaian serta penyimpanan obat yang benar

terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, obat

tetes telinga, suppositoria, krim/ salep, dan tablet vagina. Berdasarkan hasil

penelitian hanya 7 lembar resep yang tidak disertai informasi tentang aturan dan

cara pemakaian obat, 92,63% Puskesmas Lima Kaum I sudah memberikan

informasi tentang aturan dan cara pemakaian obat dan 33,68% ( 32 lembar resep)

untuk informasi mengenai cara penyimpanan obat. Informasi yang harus

diberikan kepada pasien mengenai penyimpanan obat meliputi penyimpanan obat

harus dalam kemasan asli, terlindung dari cahaya sinar matahari langsung, tidak

ditempat yang lembab kemudian jauhkan dari jangkauan anak-anak, sebagaimana

yang sudah ada pada SOP.

Pemberian informasi tentang efek samping yang timbul setelah meminum

obat sangatlah diperlukan oleh pasien karena efek samping merupakan suatu

dampak atau pengaruh yang merugikan dan tidak diinginkan, yang timbul sebagai

hasil dari suatu pengobatan atau intervensi lain. Efek samping tidak mungkin

29
dihindari/ dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau seminimal mungkin

dengan menghindari faktor-faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui

(Anief, 2007). Berdasarkan hasil penelitian tenaga kefarmasian Puskesmas Lima

Kaum I telah memberikan informasi mengenai efek samping kepada pasien

sebesar 45,26% sebanyak 43 lembar resep dari sampel yang ada.

Dalam mengkonsumsi obat-obatan ada beberapa aturan yang harus dipatuhi

atau aktifitas yang perlu dihindari oleh pasien agar kondisi kesehatan pasien

mengalami perubahan dari yang tidak baik menjadi lebih baik atau agar obat yang

diminum menjadi efektif saat diserap oleh tubuh. Berdasarkan hasil penelitian

didapat 15 lembar resep (15,79%) tenaga kefarmasian Puskesmas Lima Kaum I

sudah memberikan informasi mengenai aktifitas apa saja yang perlu dihindari

berkaitan dengan penggunaan obat. Kurangnya informasi yang diberikan oleh

Tenaga Teknis Kefarmasian disebabkan karena keterbatasan waktu pelayanan

yang tidak sebanding dengan jumlah pasien dengan sumber daya manusia yang

ada serta tidak ada dicantumkan dalam SOP tentang pemberian informasi

penggunaan obat secara rinci termasuk mengenai aktifitas yang boleh

dilaksanakan selama penggunaan obat.

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat maka pemberian

pengobatan harus disertai dengan pemberian informasi yang memadai. Dengan

kata lain, informasi obat dan pengobatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari proses terapi yang rasional. Tenaga kefarmasian merupakan

orang terakhir yang berkomunikasi dengan pasien sebelum obat digunakan, maka

proses penyerahan obat merupakan tahap yang sangat penting dalam menentukan

penggunaan obat yang tepat. Tenaga kefarmasian harus berkomunikasi dengan

30
pasien menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga pasien dapat

melakukan instruksi dari tenaga kefarmasian dengan benar. Berdasarkan hasil

penelitian tenaga kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I sudah memberikan

informasi obat menggunakan bahasa yang bias dan dimengerti oleh pasien

sebesar 84,21% (80 lembar resep).

31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tenaga

kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I sudah melakukan pelayanan kefarmasian

di Puskesmas sebesar 71,16 % dengan kategori baik.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada tenaga kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I dapat

menjalankan pelayanan kefarmasian sesuai standar pelayanan kefarmasian

di Puskesmas khususnya dalam memberikan informasi mengenai obat yang

diserahkan kepada pasien.

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk dapat melengkapi sarana dan

prasarana dan menyediakan sumber daya manusia (SDM) guna

meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

3. Diharapkan kepada Puskesmas Lima Kaum I agar dapat merevisi kembali

SOP yang ada di Apotek khususnya tentang SOP pemberian informasi

penggunaan obat kepada pasien.

4. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

mengenai pelayanan kefarmasian mengenai Pelayanan Informasi Obat

(PIO), konseling, ronde/visite pasien, Monitoring Efek Samping Obat

(MESO), Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Evaluasi Penggunaan Obat

(EPO).

32
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 2003, Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.

Depkes RI. 2004, Kebijakan Dasar Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

ISFI. 2004, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi


Indonesia.

Depkes RI. 2006a, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 2006b, Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dinkes. 2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit, Dinas


Kesehatan Propinsi Sumatra Barat.

Depkes RI. 2007, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Di Daerah Kepulauan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 2009a, Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 2009b, Standar Penyimpanan Obat Publik Dan Perbekalan


Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 2009c, Informasi Tentang Obat-Obat Yang Memerlukan Perhatian


Khusus, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, akarta.

Kemenkes RI. 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI. 2012, Informasi Obat, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Depkes RI. 2014, Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Depkes RI. 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Dinkes. 2017, Profil Puskesmas Lima Kaum I, Dinas Kesehatan Tanah Datar,
Batusangkar.

Herman, M.J, S.Supardi & Y.Yuniar, 2013, Hubungan Ketersediaan Tenaga


Kefarmasian Dengan Karakteristik Puskesmas Dan Praktik Kefarmasian Di
Puskesmas, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, No. 1 : 88-89.

33
Kawahe, M, C.K.F.Mandagi & P.A.T.Kawatu, 2015, Hubungan Antara Mutu
Pelayanan Kefarmasian Dengan Kepuasan Pasien Rawat jalan Di
Puskesmas Teling Atas Kota Manado, Pharmacon, Vol. 4, No. 4 : 261-269.

Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,


Jakarta.

Putri, D.R, 2017, Pengaruh Kualitas Kefarmasian Terhadap Kepuasan,


Kepercayaan dan Loyalitas Konsumen Apotek, Indonesian Journal for
Health Sciences, Vol.1, No.1 : 23-29.

Supardi, S, Raharni, A.L.Susyanti & M.J.Herman, 2012, Evaluasi Peran Apoteker


Berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Media
Litbang Kesehatan, Vol. 22, No. 4 : 190-198.

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Buku Kedokteran


EGC, Jakarata.

Trihono, 2005, Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat, Sagung Seto,


Jakarta.

Widha, P, P. Pribadi & P. S. Dianita, 2015, Gambaran Penerapan Standar


Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas X Kota Malang, Farmasi Sains dan
praktis, Vol. 1 , No. 1: 35-41

34
Lampiran 1. Alur Penelitian

Pengurusan surat pengantar riset dibagian adiministrasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

Pengurusan surat permohonan izin penelitian ke Kantor KesbangPol


Kabupaten Tanah Datar

Pengurusan izin penelitian di Puskesmas Lima Kaum I

Penelusuran data

Pengambilan dan pengumpulan data

Analisis data

KETERANGAN????

35
Lampiran 2. Skema Pengambilan, Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

Pasien Rawat Jalan

Pengisian kuesioner

Pemindahan data kusioner ke lembar pengumpulan data (buku)

Pengolahan Data

Analisis data

KETERANGAN????

36
Lampiran 3. Jumlah dan persentase (%) total pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I

Tabel 1. Jumlah dan persentase (%) total pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas Lima Kaum I

(%) Pelaksanaan
Pengamatan Pelayanan
No PERTANYAAN
Kefarmasian
Ya Tidak
1. Resep dengan kelengkapan administrasi
1. Nama 95 0
2. Umur 95 0
3. Jenis Kelamin 95 0
4. BB Pasien 95 0
5. Nama 95 0
6. Paraf Dokter 95 0
7. Tanggal Resep 95 0
8. Asal Resep 95 0
Total (%) 100
2. Resep yang sesuai dengan persyaratan
farmasetik
1. Bentuk 95 0
2. Kekuatan Sediaan 95 0
3. Dosis 95 0
4. Jumlah Obat 95 0
5. Stabilitas 95 0
6. Ketersediaan 95 0
7. Aturan dan Cara Penggunaan 95 0
8. Imkompabilitas 95 0
Total (%) 100
3. Resep yang sesuai dengan persyaratan klinis
1. Ketepatan indikasi 95
2. Ketepatan dosis 95

37
3. Ketepatan waktu menggunakan obat 95
4. Duplikasi pengobatan 95
5. Alergi 95
6. Interaksi 95
7. Efek samping 95
8. Kontar indikasi 95
9. Efek adiktif 95
Total (%) 100
4 Penyerahan obat disertai informasi tentang 58 37 61,05
nama dan bentuk obat
5 Penyerahan obat disertai informasi tentang 75 20 78,95
dosis dan jumlah obat
6 Penyerahan obat disertai informasi tentang 88 7 92,63
aturan dan cara pemakaian obat
7 Petnyerahan obat disertai informasi tentang 32 63 33,68
cara penyimpanan obat
8 Penyerahan obat disertai informasi tentang 43 52 45,26
efek samping yang timbul setelah meminum
obat
9 Penyerahan obat disertai informasi tentang 15 80 15,79
aktivitas apa saja yang perlu dihindari
berkaitan dengan penggunaan obat
10 Penyerahan obat disertai informasi obat 80 15 84,21
menggunakan bahasa yang bias dan
dimengerti pasien.
Total 711,16

Rerata 71,16

38
Lampiran 4. Lembar kuesioner Pelayanan Kefarmasian

KUESIONER
PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS LIMA KAUM 1
(%) Pelaksanaan
Pengamatan Pelayanan
No PERTANYAAN
Kefarmasian
Ya Tidak
1. Resep dengan kelengkapan administrasi :
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. BB Pasien
5. Nama
6. Paraf Dokter
7. Tanggal Resep
8. Asal Resep
Total (%)
2. Resep yang sesuai dengan persyaratan
farmasetik
1. Bentuk
2. Kekuatan Sediaan
3. Dosis
4. Jumlah Obat
5. Stabilitas
6. Ketersediaan
7. Aturan dan Cara Penggunaan
8. Imkompabilitas
Total (%)
3. Resep yang sesuai dengan persyaratan klinis

39
1. Ketepatan indikasi
2. Ketepatan dosis
3. Ketepatan waktu menggunakan obat
4. Duplikasi pengobatan
5. Alergi
6. Interaksi
7. Efek samping
8. Kontar indikasi
9. Efek adiktif
Total (%)
4 Penyerahan obat disertai informasi tentang
nama dan bentuk obat
5 Penyerahan obat disertai informasi tentang
dosis dan jumlah obat
6 Penyerahan obat disertai informasi tentang
aturan dan cara pemakaian obat
7 Petnyerahan obat disertai informasi tentang
cara penyimpanan obat
8 Penyerahan obat disertai informasi tentang
efek samping yang timbul setelah meminum
obat
9 Penyerahan obat disertai informasi tentang
aktivitas apa saja yang perlu dihindari
berkaitan dengan penggunaan obat
10 Penyerahan obat disertai informasi obat
menggunakan bahasa yang bias dan
dimengerti pasien.

Mengetahui Apoteker
UPT Puskesmas Lima Kaum I

( Harri Saputra, S.Farm, Apt. )

40
Lampiran 5. Persentase (%) Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Lima Kaum I KETERANGAN GAMBAR????

Petugas
melakukan
Persentase

pemeriksaan
kelengkapan
administrasi
Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas
resep Petugas
menyerahkan memberi memberi memberi menyampaika memberi memberikan
Petugas melakukan
disertai informasi informasi informasi informasi n informasi informasi informasi
menyiapkan pemeriksaan
tentang nama dan tentang tentang tentang cara tentang efek tentang obat
sediaan sesuai persyaratan klinis dosis dan
dengan bentuk obat aturan dan penyimpanan samping yang aktivitas apa menggunakan
jumlah obat cara obat timbul setelah saja yang perlu bahasa yang
persyaratan
farmasetik pemakaian meminum obat dihindari bias dan
obat berkaitan dimengerti
dengan pasien.
penggunaan
obat

Ya Tidak
k

41
Lampiran 6. Surat izin penelitian dari KesbangPol

Petugasmemberikan
Petugas memberi
informasi
informasitentang
obat
aktivitas apa saja yang
menggunakan
perlu dihindari
bahasa yang bias
berkaitan dengan
dan dimengerti
penggunaan
pasien.obat

42
KETERANGAN????

Lampiran 7. UPT Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar


Gambar 2. UPT Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar

Lampiran 8. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Apoteker di Apotek


Puskesmas Lima Kaum I Kabupaten Tanah Datar
Gambar 3. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Apoteker di Apotek Puskesmas
Lima Kaum I Kabupaten Tanah

PISAHKAN LAMPIRAN DAN GAMBAR, LIHAT PANDUAN

43
Lampiran 9. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
di Apotek Puskesmas Lima Kaum I
Gambar 4. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian oleh Tenaga Teknis Kefarmasian di
Apotek Puskesmas Lima Kaum I

Lampiran 10. Penyerahan obat TBC di ruang Pencegahan Penyakit Menular


Gambar 5. Penyerahan obat TBC di ruang Pencegahan Penyakit Menular

44
KETERANGAN????

45

Anda mungkin juga menyukai