IRFAK HANUBUN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
1
“SEBARAN JENIS BURUNG PARUH BENGKOK DI KEPULAUAN
GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR”
IRFAK HANUBUN
NIM : 201580045
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
PENGUJI I PENGUJI II
MENGESAHKAN MENGETAHUI
ii
ABSTRAK
IRFAK HANUBUN, 2020. Sebaran Jenis Burung Paruh Bengkok di Kepulauan Gorom
Kabupaten Seram Bagian Timur. Dibimbing oleh C. K. Pattinasarany dan A. Tuhumury.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran jenis burung paruh bengkok di
Kepulauan Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode VCP (Variable Circular Point) dan dianalisis secara
deskriptif.
Hasil penelitian ini ditemukan enam jenis burung paruh bengkok di Pulau Gorom, lima
jenis di Pulau Manawoka dan satu jenis di Pulau Panjang. Jenis burung Nuri Maluku (Eos
bornea) merupakan jenis burung yang mendominasi di Pulau Gorom. Sedangkan di Pulau
Manawoka dan Pulau Panjang, jenis burung yang mendominasi yaitu burung Nuri Pipi
Merah (Geoffroyus geoffroyi). Jenis burung paruh bengkok lebih banyak ditemukan di
Pulau Gorom dan Pulau Manawoka karena kondisi habitat yang belum mengalami
kerusakan akibat penggunaan lahan hutan oleh masyarakat.
ABSTRACT
IRFAK HANUBUN, 2020. Distribution Types of Parrots in the Gorom Islands, East
Seram District. Guided by C. K. Pattinasarany and A. Tuhumury.
This study aims to determine the distribution type of parrots in the Gorom Islands, East
Seram Regency. The method used in this study is the VCP (Variable Circular Point)
method and analyzed descriptively.
The results of this study found six species of parrots on Gorom Island, five species on
Manawoka Island and one species on Panjang Island. The red lory (Eos bornea) is a bird
species that dominates on the island of Gorom. Whereas on Manawoka Island and
Panjang Island, the dominant bird species are the red-cheeked parrot (Geoffroyus
geoffroyi). More parrots are found on Gorom Island and Manawoka Island due to habitat
conditions that have not been damaged due to community forest use.
iii
PERNYAATAAN KEASLIAN PENULIS
Irfak Hanubun
NIM. 2015 80 045
iv
PRAKATA
v
10. Keluarga tercinta, Mama Bonso Fatma, Om Tab, Tini Kilbaren, Dedi , Monda
dan Ade Fania.
11. Kepada Om Gafar, Kaka Aca, Ade Anwar, Ris, Ipul, Musa, Amirula, Dirman,
Sukiman, Nyong, Abang is, Abang malik, Nujum dan kaka Anti yang telah
banyak membantu penulis selama berlangsungnya penelitian.
12. Kepala Adat Negeri Pulau Gorom, Kepala Adat Negeri Manawoka, Kepala
Adat Negeri Pulau Panjang dan kepada masyarakat yang membantu penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.
13. Para Sahabat angkatan 2013, Irna, Trie, Sarif Wally, Lia Yusuf, Siti, Anti,
Susi, Jefri, Fadli Yasir Loklomin, Arifa, Masdara, Lahya, Fajar,Tuti, Rahma
Amrin, Miko,
14. Sahabat terdekatku M. Sutran Tutupoho, Fahrul Rumata, Dessi Uyara Sukira
Rumuar yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
15. Keluarga besar Hanubun di Desa Dai
16. Para teman-teman seperjuangan Angkatan 2015, Chello, Ucu, Ijal, Aldi, Janes,
Evan, Tia, Gebby, Fatwa, Alif, Enka, Andre, Frandi, Sri, Sumy, Tasya, Dahlia,
Viktor, Shinta, Meskie, Jamil, Asmad, Farhan, Widi, Clif, Fira, Afzan, Yuni,
Bela, Ani, Anil, Nova Tuawael, Iswanty, Ulen, Iki, Wasti, Marni, Anna, Tanty,
Junne, Jastri, Elisabet, Fitri elis, Dina, Ilham, Risaldi, Bill, Onky, Aco, Novia,
Dika, Crisna D nuruwe.
17. Semua pihak yang turut memberikan partisipasi serta dukungan kepada penulis
yang tidak sempat disebutkan satu per satu.
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA .…........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL……………………………………………...………................ x
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
I.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
I.4. Luaran Penelitian ....................................................................................... 3
vii
2.6.1.Habitat burung…………………………………………............... 11
2.7. Ekosistem Pulau Kecil ..............................................................................
12
III. METEDELOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 14
viii
5.4. Pulau Panjang ………………………………………..…………………. 43
5.4.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Panjang ………………………… 43
5.5. Komponen Habitat Burung Paruh Bengkok…………………………… 45
5.6. Sebaran Burung Paruh Bengkok ………………………............................ 56
5.6.1. Sebaran Antar Pulau ….………………………………………… 56
5.6.2. Sebaran Antar Jalur Di Tiap Pulau …………………………….. 57
5.7. Pola Migrasi Harian Burung Paruh Bengkok …………………………… 63
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
x
Tabel 5.13. Jenis pakan burung paruh bengkok yang di temukan di Kepulauan
Gorom (Pulau Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang).................................47
Tabel 5.14. Jenis cover satwa burung yang ditemukan di Kepulauan Gorom
(Pulau Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang).............................................50
Tabel 5.15. Sebaran burung yang ditemukan pada setiap jalur di tiap-tiap
pulau di Kepulauan Gorom.........................................................................59
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
jalur pengamatan di Pulau Manawoka………………………….. 63
Gambar 5.26. Grafik sebaran burung paruh bengkok yang ditemukan pada tiap
jalur pengamatan di Pulau Panjang…………………………..….. 63
Gambar 5.27. Pola migrasi harian burung paruh bengkok di kepulauan
Gorom……………………………………………………………... 64
xiii
I. PENDAHULUAN
Burung merupakan salah satu jenis satwaliar yang banyak di manfaatkan oleh
manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan estetika. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingginya penggunaan
jenis burung oleh manusia, mengakibatkan terjadinya tekanan spesies dan habitat alami
burung. Dengan banyaknya manfaat yang dimiliki, manusia berupaya ingin
memanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung sehingga kelestarian spesies burung
ini dapat terancam.
Konservasi burung di Indonesia saat ini masih terpusat pada kawasan konservasi
seperti cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional. Burung merupakan satwaliar
yang memili ki tingkat mobilitas yang tinggi dan mampu berdaptasi pada berbagai tipe
habitat yang luas (Welty, 1982 dalam Darmawan 2006).
Tercatat 372 jenis burung paruh bengkok sejenis Kakatua dan Nuri tersebar di
seluruh belahan dunia, dan sebanyak 87 spesies atau 23% hidup di Indonesia. Wilayah
yang kaya akan spesies burung Kakatua dan Nuri adalah kawasan Wallacea dan
Australia, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku hingga Papua. (Profauna
Indonesia 2018).
Keberadaan burung Kakatua dan jenis burung paruh bengkok lainnya masih
terancam akibat berubahnya habitat dan penangkapan di alam untuk diperdagangkan.
Padahal hampir semua jenis burung paruh bengkok telah dilindungi oleh undang-undang
yang termuat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.106/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan
dan satwa yang dilindungi karena statusnya yang terancam punah.
2
Salah satu kelompok jenis burung yang banyak diperjual belikan untuk memenuhi
permintaan pasar antara lain Kakatua koki (Cacatua galerita), perkici pelangi
(Trichoglossus haematodus), Nuri bayan (Eclectus roratus), Nuri maluku (Eos bornea),
Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi), Betet kelapa (Tanygnathus megalorynchos),
(WWF-Indonesia 2018).
Nilai estetika burung paruh bengkok yang unik dan menarik menjadi penyebab
tingginya perburuan liar dengan berbagai alasan dan kepentingan. Kondisi ini merupakan
salah satu tekanan terhadap kelestarian dan perkembangbiakan jenis-jenis burung ini.
Kepulauan Gorom yang terdiri dari tiga pulau yakni Pulau Gorom, Pulau
Manawoka dan Pulau Panjang yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten
Seram Bagian Timur dengan luas wilayah daratan Kecamatan Pulau Gorom yaitu sebesar
91,303 km2, atau sekitar 1,58 % (Sangadji, 2018).
Karakteristik penggunaan lahan yang ada di Kepulauan Gorom menjadi salah satu
aspek yang perlu diamati sehubungan dengan sebaran jenis burung paruh bengkok.
Meningkatnya perkembangan penggunaan lahan oleh aktivitas masyarakat yang ada di
sekitar kawasan hutan serta kegiatan perburuan liar yang masih terus dilakukan terhadap
satwaliar yang menyebabkan kekhawatiran akan berdampak pada penurunan populasi dan
mempengaruhi habitat satwaliar khususnya burung paruh bengkok. Namun sampai saat
ini informasi mengenai sebaran jenis burung paruh bengkok di kepulauan Gorom belum
diketahui.
2.1. Burung
Burung merupakan hewan yang termasuk dalam kelas aves, sub Phylum vertebrata
dan masuk ke dalam Phylum chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua (Welty,
1982 dalam Setioko 2019).
Terdapat 29 ordo burung yang terdiri dari 158 famili, yang merupakan salah satu
diantara kelas hewan yang bertulang belakang, burung merupakan hewan yang berdarah
panas dan berkembangbiak secara ovipar. Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Burung juga memiliki proses pertukaran zat
yang cepat karena saat terbang memerlukan banyak energi. Suhu tubuh burung tinggi dan
tetap sehingga banyak makanan yang dibutuhkan. (Darmawan, 2006 dalam Setioko
2019).
Welty (1982) dalam Setioko (2019), mendeskripsikan burung sebagai hewan yang
memiliki bulu, tungkai atau lengan depan termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang
teradaptasi untuk berjalan, berenang dan hinggap, paruh tidak bergigi, jantung memiliki
empat ruang, rangka ringan, memiliki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki
kandung kemih dan bertelur.
Jenis burung paruh bengkok diseluruh dunia 403 jenis, sedangkan di Indonesia
terdapat 81 jenis. Salah satu wilayah yang kaya akan jenis burung paruh bengkok adalah
kepulauan Maluku sebanyak 32 jenis, dan 12 diantaranya adalah endemik Maluku
(Wiryawan, 2012).
5
a. Filum : Cordata
b. Anak filum : Vertebrata
c. Kelas : Aves
d. Bangsa : Psittaciformes
e. Suku : Psittacidae
g. Marga : 1. Cacatua
: 2. Probosciger
: 2. Cacatua sulpuhurea
: 3. Cacatua moluccensis
: 4. Cacatua alba
: 5. Cacatua goffini
i. Marga : 1. Lorius
: 2. Trihoglossus
: 3. Eos
: 4. Psittrichas
: 2. Lorius domicellus
k. Marga : 1. Electus
: 2. Tanygnathus
: 3. Loriculus
Phyllum Chordata
Kelas Aves
Bangsa Psitaciformes
Suku Psitacidae
Marga Cacatuinae Sub Bangsa Sub BangsaSub Bangsa Sub Bangsa LoriusEosPsittrichas
Marga Probosciger Sub Bangsa Sub Bangsa
Trichoglosus
Sub Bangsa EclectusTanygnat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Keterangan Gambar :
2. Nuri
3. Betet kelapa
Lidah : Lidah burung betet sama seperti burung kakatua
berbentuk kubus yang permukaannya halus namun
tidak sekuat paruh kakatua.
perembesan dari pusat penyebarannya keluar juga dapat terjadi karena adanya rangsangan
dari kondisi di luar yang lebih baik. Untuk menjamin berhasilnya invasi dan pemencaran
diperlukan suatu koridor yang dapat menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dan
perkembangan populasi. Koridor yang paling efektif untuk menunjang proses invasi dan
pemencaran adaalah hutan. Jika koridor-koridor ini terputus, akan terputus pula
kesinambungan proses invasi dan pemencaran.
2.6.2. Nomad
Nomad yaitu pergerakan individu ataupun populasi yang tidak tepat dan sulit untuk
dikenali secara pasti. Mereka bergerak untuk mendapatkan makanan dan tidak harus
kembali ke wilayah asalnya. Terjadinya satwaliar nomad ini juga dapat disebabkan
karena perubahan atau perusakan habitatnya, misalnya karena penebangan pohon,
kebakaran hutan, pembukaan hutan dan kekeringan
2.6.3. Migrasi
Migrasi merupakan pergerakan periodik satwa menuju ke suatu daerah dan
sebaliknya. Seperti halnya dengan natalitas dan mortalitas, maka migrasi sangat
berpengaruh terhadap densitas suatu populasi pada suatu tempat tertentu. Migrasi adalah
aktivitas satwa untuk mencari makan, minum, dan lingkungan yang cocok untuk hidup
dan berkembang biak. Pergerakan individu-individu keluar dari suatu daerah disebut
emigrasi. Spesies yang bermigrasi telah beradaptasi dengan iklim dan kondisi lainnya
yang berhubungan dengan perubahan musim dan dengan demikian cenderung untuk
menghindari kondisi lingkungan yang tidak disukainya dan menggunakan lingkungan
yang disukainya. (Alikodra 1979)
2.6.4. Penyebaran
Dispersal merupakan pergerakan individu-individu yang menyebar dari tempat
tinggalnya. Pergerakan ini biasanya perlahan-lahan dan mencakup wilayah yang tidak
luas. Pergerakan ini akhirnya membentuk “range baru“ setelah individu beradaptasi
dengan lingkungannya. Fenomena penyebaran ini dapat dilihat pada sekelompok burung
ataupun mamalia yang masih muda. (Own 1975 dalam Alikodra 1979) menyebut
pergerakan ini sebagai “dispersal of young”. Sedangkan dispersal satwa adalah
perpindahan satu arah seekor individu dari home range dimana ia dilahirkan ke home
range yang baru. Home range baru biasanya jauh dari asalnya, normalnya berjarak
1
beberapa kali dari diameter home range. Dispersal bisa juga memperluas distribusi suatu
spesies secara keseluruhan
2.7. Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup atau tempat dimana organisme
ditemukan atau melakukan siklus hidup (Odum 1971, dalam Zulfan, 2009) Habitat adalah
tempat yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik yang merupakan satu
kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biak oleh satwaliar
(Alikodra, 1993 dalam Zulfan, 2009). Satwaliar menempati habitat sesuai dengan
lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya.
Habitat adalah tempat untuk mencari makan, minum, berlindung dan bermain serta
tempat untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan dimana satwa dapat beradaptasi dan
menetap sesuai dengan kehidupannya dan hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor biotik
maupun abiotik (Alikodra, 1990).
Habitat yang sesuai bagi suatu jenis belum tentu sesuai dengan jenis lainnya karena
setiap jenis satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda. Tumbuh-tumbuhan
selain digunakan sebagai tempat tidur, istrahat, bermain, membersihkan diri dan tempat
bersembunyi juga digunakan sebagai tempat sumber makan bagi jenis satwa. Apabila
suatu habitat terganggu atau rusak, maka dapat dipastikan bahwa satwa yang mendiami
habitat tersebut berusaha untuk mencari tempat lain yang cocok untuk keperluan
hidupnya (Alikodra, 1990).
Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan
maupun habitat bukan hutan. Menurut (Welty,1982 dalam Setioko 2019), setiap burung
yang hidup di alam membutuhkan dua kebutuhan dasar yaitu bahan dan energi. Bahan
menyediakan media untuk hidup burung, seperti udara dan daratan, sedangkan energi
didapatkan burung dari makanan dan energi matahari.
Sebagai komponen habitat burung, pohon dapat berfungsi sebagai cover (tempat
berlindung dari cuaca dan predator, bersarang, bermain, beristrahat,dan mengasuh anak).
Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk
istrahat, bermai, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung. kemampuan areal
menampung burung ditentukan oleh luaasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya
tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan. Burung merupakan salah satu
margasatwa yang terdapat hampir di setiap tempat, tetapi untuk hidupnya memerlukan
syarat-syarat tertentu yaitu adanya kondisi habitat yang cocok, baik, serta aman dari
segala macam gangguan. Habitat yang baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat
berlindung, tempat beristrahat dan tidur malam, serta tempat untuk berkembangbiak baik
1
ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Habitat burung terbentang mulai dari tepi pantai
hingga ke puncak gunung. Burung yang memiliki habitat khusus di tepi pantai tidak
dapat hidup di pegunungan dan sebaliknya. Namun ada pula spesies burung-burung
generalis dapat di jumpai di beberapa habitat.
Hasil pengamatan dari para ahli biologi diketahui bahwa luas area pulau turut
menentukan jumlah spesies yang mampu menghuninya. Berdasarkan pola hubungan
tersebut maka dikembangkan model biogeografi pulau, mengarahkan logika berpikir,
bahwa pulau-pulau berukuran besar sudah pasti memiliki lebih banyak spesies daripada
yang berukuran kecil. Teori pulau biogeografi menjelaskan perbedaan dalam keragaman
spesies berdasarkan ukuran pulau (misalnya, pulau besar cenderung memiliki lebih
banyak spesies kategori tertentu daripada pulau-pulau kecil).
Hal ini berarti bahwa jumlah spesies yang terdapat pada suatu pulau akan di tentukan
oleh luas pulau. Jumlah spesies yang berada di suatu pulau akan ditentukan oleh luas
pulau. Pulau dengan ukuran sepuluh kali lebih besar cenderung akan memiliki spesies dua
kali lebih banyak. (MacArthur, dkk., 1967 dalam Prasetyo 2013).
Menurut teori biogeografi pulau (Mac Arthur, dkk, 1967 dalam Gunawan 2013),
kekayaan spesies suatu pulau bergantung pada :
1. Isolasi pulau, karena isolasi pulau mempengaruhi laju kolonisasi. Pulau yang
terisolasi atau jauh, memiliki spesies yang lebih sedikit dari pada pulau yang
dengan sumber spesies yang mengkolonisasi.pulauh yang lebih jauh, lebih
sedikit didatangi pengkoloni dibandingkan pulau yang lebih dekat.jika ada
pulau-pulau di antara sumber kolonisasi (daratan utama) dengan pulau, maka
dapat berperan sebagai batu loncatan (stepping stones) dan dapat meningkatkan
laju kolonisasi pulau yang jauh.
2. Luas pulau, karena luas pulau mempengaruhi laju kepunahan. Pulau yang besar
memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan pulau kecil. Pulau
1
kecil memiliki ukuran populas yang lebih kecil, lebih sedikit refugia (area untuk
mengungsi) dan memiliki laju kepunahan lebih tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Gorom, (Pulau Gorom, Pulau Panjang dan
Pulau Manawoka) Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, dari bulan Agustus
2019 sampai selesai.
• Roll meter (digunakan untuk mengukur panjang dan lebar jalur tiap blok
pengamatan)
Kepulauan Gorom terdiri dari 3 pulau yaitu pulau Gorom, Pulau Panjang, dan
pulau Manawoka dengan ukuran :
a. Pulau Gorom
- Panjang 13,93 km
- Lebar bagian utara 5,54 km
- Lebar bagian tengah 4,30 km
- Lebar bagian selatan 3,16 km
b. Pulau Panjang
- Panjang 9,27 km
- Lebar bagian utara 2,03 km
- Lebar bagian tengah 3,08 km
1
1.
2.
c. Cover
Cover diinventarisir secara langsung saat satwa terbang akibat gangguan menuju
pohon tertentu untuk berlindung atau pohon yang digunakan untuk bersarang dan
tidur di malam hari. Vegetasi yang ada dalam setiap stasion diinventarisir
jenisnya untuk tingkat pohon.
1
2
A Pulau Gorom
1 Jalur 01
Stasion 1
Stasion 2
Stasion 3
2
1
2
Berdasarkan data dari Bappeda, ibukota kecamatan Pulau Gorom (Negeri Kilalir)
berjarak sekitar 140 Km ke ibukota Kabupaten (Kecamatan Bula). Di sini Bappeda
memperoleh jarak dengan menarik garis lurus (jarak terdekat) dari ibukota kecamatan ke
ibukota kabupaten. Sementara itu kita perlu menempuh jarak lebih dari itu untuk menuju
Kecamatan Pulau Gorom.
4.2. Geologis
Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan wilayah gugusan pulau-pulau.
Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur letaknya tersebar di 50 (lima
puluh) pulau-pulau di bagian timur laut Provinsi Maluku, untuk Kecamatan Pulau Gorom
sendiri berada di wilayah daratan Pulau Seram. Luas Wilayah Kabupaten Seram Bagian
Timur seluruhnya kurang lebih 5799,123Km2. Sementara luas wilayah daratan
Kecamatan Pulau Gorom yaitu sebesar 91,303km2, atau sekitar 1,58 persen dari seluruh
luas daratan Kabupaten Seram Bagian Timur.
1. Zona agroklimat I.3 dengan curah hujan bulanan yang merata, ciri-ciri tahunan
lainnya (suhu rata-rata 26,0 0C, dengan curah hujan sebesar 1800-2200 mm),
mempengaruhi bagian timur Kecamatan Seram Timur hingga Kecamatan Pulau-
Pulau Gorom;
2. Zona agroklimat II.6 dengan curah hujan tertinggi antara bulan Desember – Mei,
ciri-ciri tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,4 0C, curah hujan sebesar 2500-4000
mm), mempengaruhi umumnya daratan Kecamatan Seram Timur dan Pulau-pulau
Watubela;
3. Zona agroklimat III.1 dengan curah hujan tertinggi antara bulan Juni-Agustus, ciri-
ciri tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,1 0
C, curah hujan 2000-2500 mm),
mempengaruihi sebagian kecil kawasan pantai Kecamatan Werinama.
b. Pendidikan.
Secara komposit, peningkatan kualitas SDM ditandai oleh makin membaiknya
indeks pembangunan manusia (IPM) yang merupakan indikator komposit status
kesehatan yang dilihat dari angka harapan hidup saat lahir, taraf pendidikan yang diukur
dengan angka melek huruf penduduk dewasa dan gabungan angka partisipasi kasar
jenjang pendidikan dasar, menengah, tinggi, serta taraf perekonomian penduduk yang
diukur dengan pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita dengan paritas daya
beliPendidikan wajib belajar 9 tahun yang meliputi 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun
SLTP memberikan harapan pada pengurangan tingkat kemiskinan yang terjadi di Seram
Bagian Timur.
Tabel 4.2. Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di kepulauan gorom.
No. Jumlah Fasilitas Pendidikan
1 Pulau Gorom 20 10 4 1 3 2 1
2 Gorom Timur 8 3 3 - 1 2 -
3 Pulau Panjang 3 1 1 - - - -
Jumlah total 31 14 8 1 4 4 1
b. Tanaman Perkebunan
Komoditas perkebunan Kabupaten Seram Bagian Timur yang cukup unggul yakni
Cengkeh dan Pala. Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2016
produksi terbesar kedua untuk komoditi Cengkeh ada di Kecamatan Pulau Gorom,
sedangkan produksi terbesar pertama ada di Kecamatan Kilmury. Sementara produksi
2
terbesar untuk Pala ada di Kecamatan Pulau Gorom dengan jumlah produksi sebanyak
339 ton.
Perkebunan di Kecamatan Pulau Gorom menghasilkan komoditas diantaranya
Kelapa, Cengkeh, Pala, Kakao, Kopi, dan Jambu Mete. Berdasarkan data Dinas
Kehutanan dan Perkebunan tersebut, komoditi Kelapa berada pada urutan pertama
terbanyak.
c. Peternakan
Usaha Peternakan di Kecamatan Pulau Gorom umumnya merupakan peternakan
rakyat dan masih bersifat tradisional, komoditas ternak yang ada antara lain kambing dan
unggas.
d. Perikanan
Kabupaten Seram Bagian Timur pada umumnya memiliki potensi Perikanan yang
cukup besar dengan berbagai kandungan biota laut, demikian juga pada Kecamatan Pulau
Gorom.
44 Marsegu Chiroptera
Family : Psitacidae
Family : Psitacidae
Status : Dilindungi
Tabel 5.1. Sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan di Kepulauan Gorom
.
Jenis burung Status Lokasi
Berdasarkan data pada tabel 5.1 menunjukan bahwa telah ditemukan 6 jenis burung
paruh benkok di Kepulauan Gorom dan saat ini sudah berstatus dilindungi berdaarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM. 1/12/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi
Dari ke 4 jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove hanya
terdapat 2 jenis pohon yaitu (Rizhopora mucronata) dan (Sonneratia alba)
sementara berbunga dan berbuah sehingga menjadi sumber pakan bagi burung
paruh bengkok. Selain menjadi penyedia makanan, habitat hutan mangrove juga
digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai tempat untuk melakukan aktivitas
lain seperti bermain dan juga sebagai cover.
3
2. Hutan Pantai
Hutan pantai adalah ekosistem hutan di daerah kering tepi pantai dengan
tanah berpasir atau berbatu. Hutan pantai biasanya berada di belakang hutan
mangrove, atau pada lokasi tertentu langsung dari laut yang terdapat hamparan
pasir pantai dan tumbuh beberapa jenis tumbuhan pantai seperti Waru laut
(Hibiscus tiliaceus), Bintanggur pantai (Challopylum inophilum), Kayu besi
pantai (Pongamia pinatta), Kayu buta (Excocccaria agaboha), Ketapang
(Terminalia catapa), Hutung (Baringtonia asiatica), Kayu burung (Eleocarpus
ganitrus), Kenari (Canarium Sp), dan Beringin (Ficus benjamina). Hasil
pengamatan terdapat 5 jenis burung paruh bengkok yang di jumpai pada habitat
hutan pantai diantaranya Nuri bayan (Eclectus roratus), Betet kelapa
(Tanygnathus megalorinchos), Perkici pelangi (Trichoglossus haematodus), Nuri
maluku (Eos bornea) dan Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi) yang sedang
melakukan aktivitas harian seperti makan dan bermain setelah itu mereka akan
kembali ke habitat aslinya.
Tabel 5.3. jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau Gorom
Jenis Pohon
5 Kenari Canarium Sp
Hasil pengamatan burung paruh bengkok yang dilakukan pada habitat hutan
pantai telah ditemukan beberapa jenis pohon yang sedang berbuah dan berbunga
seperti : Kayu burung (Eleocarpus ganitrus), Linggua (Ptrocarpus indicus),
Beringin (Ficus benjamina), Kenari (Canarium Sp), Mangga (Mangifera indica),
dan Kelapa (Cocos nucifera),
3. Kebun campuran
Kebun campuran ialah lahan yang awalnya berupa hutan sekunder dan sebagian
hutan primer yang dikonversi menjadi lahan budidaya kebun yang terletak pada
ketinggian 350-370 m, areal ini merupakan habitat bukan hutan berupa tanaman,
calon ladang dan lahan terbuka. Areal hutan tersebut dikonversi dengan cara
menebang pohon di areal calon ladang yang kemudian dibakar untuk menambah
kesuburan tanah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk ditanami
berbagai jenis tanaman pertanian seperti : Kakao (Theobroma cacao), Kelapa
(Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus), dan juga ditanami sayur-sayuran
dan tanaman penghasil buah lainnya. Habitat kebun campuran hanya ditemukan 1
jenis saja yaitu Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi).
3
Hasil pengamatan burung paruh bengkok yang dilakukan pada habitat hutan
pantai telah ditemukan beberapa jenis pohon yang sedang berbuah dan berbunga
seperti : Kayu burung (Eleocarpus ganitrus), Linggua (Ptrocarpus indicus),
Beringin (Ficus benjamina), Kenari (Canarium Sp), Mangga (Mangifera indica),
dan Kelapa (Cocos nucifera),
4. Kebun campuran
Kebun campuran ialah lahan yang awalnya berupa hutan sekunder dan sebagian
hutan primer yang dikonversi menjadi lahan budidaya kebun yang terletak pada
ketinggian 350-370 m, areal ini merupakan habitat bukan hutan berupa tanaman,
calon ladang dan lahan terbuka. Areal hutan tersebut dikonversi dengan cara
menebang pohon di areal calon ladang yang kemudian dibakar untuk menambah
kesuburan tanah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk ditanami
berbagai jenis tanaman pertanian seperti : Kakao (Theobroma cacao), Kelapa
(Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus), dan juga ditanami sayur-sayuran
dan tanaman penghasil buah lainnya. Habitat kebun campuran hanya ditemukan 1
jenis saja yaitu Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi).
Tabel 5.4. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun Campuran di Pulau
Gorom
Jenis Pohon
Pada habitat kebun campuran terdapat 11 jenis pohon yang ditemukan, dari 11
jenis pohon ini terdapat 4 jenis pohon sementara berbuah dan berbunga yang
digunakan sebagai sumber pakan oleh burung paruh bengkok yaitu : Mangga
(Mangifera indica), Linggua (Ptrocarpus indicus), Bintanggur pantai
(Challopylum inophilum) dan Kelapa (Cocos nucifera). Habitat kebun campran
yang ada di Pulau Gorom hanya digunakan sebagai tempat mencari makan oleh
burung paruh bengkok, sedangkan untuk aktivitas lain tidak ditemukan.
5. Hutan Sekunder
Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melelui suksesi sekunder
alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan yang berat, seperti lahan
bekas perladangan berpindah atau untuk pertanian menetap. Habitat hutan
sekunder memliki jumlah jenis pohon paling banyak jika di bandingkan dengan
habitat hutan lain dengan jumlah sebanyak 38 jenis pohon, sedangkan jenis yang
dominan adalah Kenari (Canarium Sp), Pala (Myristica fragrans). Selain itu
terdapat beberapa jenis pohon sementara berbuah dan berbunga yang ditemukan
pada habitat hutan sekunder di antaranya : Durian (Durio zibethinus), Kedondong
(Spondias pinatta), Matoa (Pometia pinatta), Bintanggur gunung (Challophyllum
soulatri), Kelapa (Cocos nucifera), Pohon germum, Kenanga (Cananga odorata),
Kenari (Canarium Sp), Pala (Myristica fragrans), Sengon (Paraserianthes
falcataria), Beringin (Ficus benjamina), Mangga (Mangifera indica), Kayu
burung (Eleocarpus ganitrus), Linggua (Ptrocarpus indicus) yang sementara
digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai sumber pakan.
Jenis burung yang ditemukan pada habitat hutan sekunder adalah Nuri
bayan (Eclectus roratus), Nuri maluku (Eos bornea), Betet kelapa (Tanygnathus
megalorinchos), Kakatua koki (Cacatua galerita), Perkici pelangi (Trichoglossus
haematodus) dan Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi). Selain menjadi penyedia
3
pakan, habitat hutan sekunder yang terdapat di Pulau Gorom juga merupakan
habitat yang paling banyak digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai tempat
untuk melakukan aktivitas lainnya seperti bersarang, cover dan sebagai tempat
untuk berkembang biak.
Tabel 5.5. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan sekunder di Pulau
Gorom
Jenis Pohon
9 Kenari Canarium Sp
15 Kayu sisan -
16 Pohon sosil -
17 Kayu wakas -
3
21 Pohon germum -
26 Kayu tan -
Tabel 5.6. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau
Manawoka
Jenis Pohon
2. Kebun Campuran
Habitat kebun campuran di Pulau Manawoka hanya di dominasi oleh jenis-jenis
pohon seperti : (Cocos nucifera), (Carbera manghas), (Excocccaria agaboha),
(Ptrocarpus indicus), (Mangifera indica), (Pongamia piñata). Perbedan jumlah
jenis pohon yang ditemukan pada kedua pulau ialah terdapat 11 jenis pohon di
habitat kebun canpuran di Pulau Gorom sedangkan untuk Pulau Manawoka hanya
terdapat 8 jenis pohon dan habitat kebun campuran yang terdapat Pulau
Manawoka juga sama dengan habitat kebun campuran yang terdapat di Pulau
Panjang. Jenis burung yang ditemukan pada habitat kebun campuran yaitu Nuri
pipi merah (Geofreyus geofroyi).
4
Tabel 5.7. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun campuran di Pulau
Manawoka
Jenis Pohon
3. Hutan Sekunder
Hutan sekunder yang terdapat di Pulau Manawoka berbeda dengan hutan
sekunder yang terdapat di Pulau Gorom. Hal ini terlihat pada jenis pohon yang
ditemukan pada kedua lokasi yaitu sebanyak 38 jenis pohon yang tedapat di
Pulau Gorom. Sedangakan Pulau Manawoka hanya terdapat 16 jenis pohon.
Habitat hutan sekunder ini hanya di temukan 1 jenis burung paruh benngkok saja
yaitu Nuri bayan (Eclectus roratus).
4
Tabel 5.8. jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan sekunder di Pulau
Manawoka
Jenis Pohon
1. Hutan Primer
Hutan primer merupakan hutan alam yang masih utuh yang belum mengalami
gangguan eksploitasi oleh manusia. Pada arael hutan primer hanya tardapat di
Pulau Manawoka khususnya pada jalur 2 dan jalur 3 yaitu di bagian tengah dan di
bagian utara pulau, jenis pohon yang ditemukan pada habitat ini sebanyak 20
jenis dari. Sedangkan jenis yang dominan pada habitat hutan primer adalah pohon
Kayu besi (Intsia bijuga), pohon Siki (Palaquium amboinensis) dan Kayu Buta
(Excocccaria agaboha). Hasil pengamatan pada habitat hutan primer ditemukan
beberapa jenis pohon yang sedang berbuah dan berbunga seperti Gayawas hutan
(Duabanga moluccana), Mangga (Mangifera indica), Bintanggur pantai
(Challophylum inophyllum), Linggua (Ptrocarpus indicus), Kelapa (Cocos
nucifera), Bintanggur gunung (Chalophyllum soulatri), Matoa (Pometia pinatta),
dan Beringin (Ficus benjamina). Jenis burung paruh bengkok yang di jumpai
pada habitat hutan primer antara lain Nuri bayan (Eclectus roratus), Betet kelapa
(Tanygnathus megalorinchos), Kakatua koki (Cacatua galerita), Perkici pelangi
(Trichoglossus haematodus) dan Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi). Habitat
hutan primer ini juga digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai tempat
bersarang, berkembang biak, cover dan sebagai tempat mencari makan. Karena
pada habitat ini terlihat masih alami dan belum ada gangguan dari manusia
sehingga cocok untuk burung paruh bengkok untuk melakukan aktivitasnya.
Tabel 5.9. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan primer di Pulau
Manawoka
Jenis Pohon
Tabel 5.10. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove di Pulau
Panjang
Jenis pohon
1. Hutan Pantai
Hutan pantai yang terdapat di Pulau Panjang mimiliki jumlah jenis pohon
sebanyak 9 jenis yang terdiri dari (Challopylum inophilum), (Pongamia piñata),
(Cocos nucifera), (Baringtonia asiatica), (Terminalia catapa), (Hibiscus
tiliaceus), (Casuari equisekedia), (Excocccaria agaboha), dan (Mangifera
indica).
4
Tabel 5.11. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau
Panjang
Jenis Pohon
2. Kebun campuran
Pada areal kebun campuran yang terdapat di Pulau Panjang di jumpai beberapa
jenis pohon hutan seperti (Pongamia piñatta), (Mangifera indica), (Intsia bijuga),
(Excocccaria agaboha), (Carbera manghas), dan beberapa jenis tanaman
pertanian masyarakat seperti Umbi-umbian, Kacang-kacangan, Jagung dan
Kelapa. Pada areal kebun campuran ini ditemukan juga burung Nuri pipi merah
(Geofreyus geofroyi) yang sedang menggunakan pohon kelapa sebagai sarang dan
juga melakukan aktivitas makan pada pohon manga yang sedang berbuah
4
Tabel 5.12. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun campuran di Pulau
panjang
Jenis Pohon
Hasil pengamtan vegetasi yang dilakukan pada kelima tipe habitat yang terdapat di
masing-masing pulau mengalami perbedaan, misalnya pada habitat hutan sekunder yang
ada di pulau gorom berbeda dengan hutan sekunder yang terdapat di pulau manawoka dan
pulau panjang . Hal ini telihat pada variasi jenis tumbuhan yang mendiami kedua tipe
habitat tersebut, misalnya di pulau gorom banyak dijumpai ditemukan jenis pohon seperti
: Kayu burung (Eleocarpus ganitrus, Kenari (Canarium Sp), Beringin (Ficus benjamina),
Kananga (Cananga odorata), Pohon Germum, Matoa (Pometia piñatta) dan beberapa
jenis tanaman pertanian yang tergolong di dalamnya seperti Pala (Myristica fragrans),
Durian (Durio zebinthinus), dan Kelapa (Cocos nucifera) yang menjadi sumber pakan
4
bagi burung paruh bengkok. Sedangkan komposisi jenis pohon hutan yang terdapat Pulau
Manawokan dan Pulau Panjang terlihat hampir sama karena kedua lokasi banyak di
jumpai jenis pohon seperti : Kayu besi pantai (Pongamia piñata), Kayu buta
(Excocccaria agaboha) Matoa (Pometia piñata), Giyawas hutan (Duabanga moluccana),
Kayu besi (Intsia bijuga) dan Kelapa (Cocos nucifera).
Purnomo, dkk, 2009 dalam latupapua 2016, menyatakan bahwa struktur vegetasi
mempengaruhi pemilihan habitat oleh burung. Apabila habitat tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan hidup, maka burung tersebut akan berpindah. Selajutnya
(Wisnubudi, 2009 dalam latupapua 2016), menyatakan bahwa keanekaragaman jenis
vegetasi yang tinggi dapat dijadikan sebagai tempat sumber pakan tempat berlindung
maupun tempat bersarang dari jenis-jenis burung.
Pada umumnya jenis pakan yang di konsumsi oleh ke 6 jenis burung paruh
bengkok ini hampir sama hanya 2 jenis yang lebih spesifik berbeda dengan jenis lain
misalnya Kakatua koki (Cacatua galerita), dan Betet kelapa paruh besar (Tanygnathus
megalorynchos), karena dilihat dari ukuran paruhnya yang keras dan sangat besar
sehingga mampu mengkomsumsi buah yang berukuran besar dan keras sekalipun,
misalnya buah kelapa, kenari dan durian. Sebagian burung paruh bengkok jenis Kakatua
koki (Cacatua galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus) dan Nuri pipih merah (Geofreyus
geofroyi) saat ini sudah dianggap sebagai hama oleh masyarakat pulau manawoka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang warga Desa Loku mengatakan
bahwa burung Kakatua koki (Cacatua galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus) dan Nuri
pipih merah (Geofreyus geofroyi) sering datang dalam jumlah yang banyak untuk
memakan jenis tanamam pertanian masyarakat yang sudah siap di panen seperti : Pepaya,
Pisang, Jagung, Kacang Panjang, Mangga dan Kedondong. Dan saat ini upaya yang
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk melakukan pengendalian yaitu dengan cara-
cara yang sederhana seperti membuat orang-orangan untuk menakut-nakuti atau
menggunakan pecahan piring dan kaleng yang di gantungkan di sekitar areal kebun
masyarakat agar terjadi kebisingan secara mendadak dengan tujuan untuk mengusir
burung yang datang memakan tanaman mereka. Ini merupakan upaya pengendalian
secara tradisional yang menggunakan nilai-nilai kearifan lokal sejak dulu hingga sekarang
ini.
5
Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung pada kondisi sumber pakan pada
setiap jalur ataupun stasiun yang ada menunjukan bahwa jumlah pakan yang masih cukup
tersedia bagi burung paruh bengkok yang terdiri dari berbagai jenis pohon yang menjadi
sumber pakan bagi satwa burung seperti : pohon Kayu burung (Eleocarpus ganitrus),
Kenari (Canrium Sp), Beringin (Ficus benjamina), Pohon germum dan Pohon seat.
Tabel 5.13. Jenis pakan burung paruh bengkok yang di temukan di Kepulauan Gorom
(Pulau Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang)
1 2 3
Berikut ini merupankan jenis pakan burung paruh bengkok yang ditemui pada
lokasi penelitian.
2. Air
Setiap makhluk hidup membutuhkan air baik itu hewan maupun tumbuhan untuk
memnuhi kebutuhan hidupnya serta membantu proses pencernaan dalam tubuh satwa itu
sendiri. Burung paruh bengkok merupakan satwa yang jarang membutuhkan air karena
air hanya didapat dari buah yang mengandung kadar air, madu, ataupun embun yang
terdapat pada dedaunan dan air hujan yang ada pada ranting pohon.
Tabel 5.14. Jenis cover satwa burung yang ditemukan di Kepulauan Gorom (Pulau
Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang)
No. Jenis burung Jenis cover
3. Nuri pipih merah Tengah tajuk, ujung tajuk dan pohon yang rimbun
5. Nuri bayan Tengah tajuk, ujung tajuk dan pohon yang rimbun
Berdasarkan data pada tabel 5.10. menunjukan bahwa terdapat beberapa pohon
yang digunakan sebagai cover (tempat berlindung), jenis-jenis tersebut adalah Bintanggur
pantai (Challophylum inophyllum), Beringin (Ficus benjamina), Kayu besi (Intsia
bijuga), Kayu hitam (Diospyros ebenum), Pohon germum, Pohon sosil, Kenari
(Canarium Sp) dan beberapa jenis pohon yang sudah kering serta beberapa jenis Bakau
yang tergolong di dalamnya.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada lokasi penelitian ditemukan Jenis burung
kakatua lebih banyak menggunakan pohon-pohon yang memiliki tajuk yang datar serta
pohon yang sudah kering sebagai covernya. Berbeda dengan burung Betet (Tanygnathus
megalorynchos), Nuri bayan (Eclectus roratus), Perkici pelangi (Trichoglossus
haematodus), Nuri pipih merah ( geofroyus geofroyi) dan Nuri Maluku (Eos bornea)
yang menggunakan pohon yang rimbun dengan tajuk yang sangat rapat untuk beristrahat
sekaligus sebagai tempat kamuflase dari serangan dan gangguan predator. Karena jenis
5
burung ini memiliki banyak variasi warna seperti Hijau, Merah, Biru, Hitam dan Kuning
yang selaras dengan dengan warna yang terdapat pada pohon misalnya daun, batang,
cabang, bunga yang dihinggapi.
Berikut ini merupakan beberapa jenis pohon yang di jadikan sebagai tempat untuk
melekukan aktivitas hariannya berupa makan, bermain, beristrahat dan juga sebagai cover
oleh burung paruh bengkok yang ditemukan pada lokasi penelitian di Kepulauan Gorom
seperti gambar berikut ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Pulau Gorom dan Pulau Manawoka yang
diteliti masih memiliki jumlah jenis burung dan satwaliar lainnya masih terbilang cukup
baik karena secara umum dua kawasan ini memiliki keragaman jenis tumbuhan yang
cukup mendukung serta mengandung variasi sumber pakan yang sangat beragam
sehingga menyebabkan satwaliar khususnya burung paruh bengkok tersebar mengikuti
Namun sejauh ini belum ada upaya-upaya perlindungan yang dilakukan dari masyarakat
maupun dari pemerintah terhadap jenis satwaliar khususnya burung paruh bengkok
sehingga apabila dibiarkan terus-menerus maka di khawatirkan keberadaan mereka di
alam menjadi terancam.
Berikut ini merupakan gambar temuan aktivitas perburuan liar yang dilakukan oleh
masyarakat di lokasi penelitian
4. Tempat Berkembangbiak
Burung paruh bengkok biasanya membuat sarang pada lobang kayu pada batang
pohon yang sudah kering atau bekas ranting pohon yang sudah patah dan membusuk
yang kemudian dilobangi menggunakan paruh mereka hingga sampai terbentuk menjadi
sarang yang bisa digunakan. Pada umumnya burung paruh bengkok lebih banyak
membuat sarang pada pohon yang memiliki ketinggian tertentu serta tajuk yang terbuka
dengan tujuan agar mereka dengan mudah menghindar dari gangguan predator yang
mengganggu.
Hasil pengamatan yang dilakukan telah ditemukan beberapa jenis pohon yang
sementara di pakai oleh burung paruh bengkok sebagai sarang yaitu Pohon Sosil, Pohon
Germum, Pohon Sisan, Kelapa (Cocos nucifera) dan Pohon Kenari (Canarium Sp)
seperti gambar berikut ini
5
Gambar 5.19. Sarang burung Kakatua Gambar 5.20. Sarang burung Kakatua
Gambar 5.21. Sarang Nuri bayan Gambar 5.22. sarang Nuri pipih merah
5
Pulau gorom
jumlah
4
Pulau manawoka Pulau panjang
3
2
1
0
Pulau gorom Pulau Pulau panjang
manawoka
Gambar 5.23. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom
Tabel 5.15. Sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan pada setiap jalur di
tiap-tiap pulau di Kepulauan Gorom
N Jenis burung Kelimpahan Frekuensi Tipe habitat
o
Nama lokal Nama latin
A Pulau Gorom
1 Jalur 01
2 Jalur 02
B Pulau Manawoka
1 Jalur 01
2 Jalur 02
C Pulau panjang
1 Jalur 01
3 Jalur 03
Berdasarkan data pada tabel 5.11. Maka dapat dijelaskan berdasarkan sebaran jenis
burung paruh bengkok yang ditemukan di ketiga pulau dan masing-masing jalur yang
terdapat di setiap Pulau :
1. Pulau Gorom
Diantara jenis burung paruh bengkok yang dijumpai di Pulau Gorom, terdapat
beberapa jenis yang ditemukan memiliki frekuensi sebaran yang tinggi karena lebih
banyak di jumpai di setiap jalur yang ada dalam jalur pengamatan namun ada
sebagian lain memiliki sebaran yang terbatas di ke 3 jalur pangamatan. Jenis burung
paruh bengkok yang memiliki tingkat perjumpaan paling banyak adalah Nuri pipi
merah, Nuri Maluku dan betet kelapa sedangkan untuk jenis dengan sebaran terbatas
yaitu Perkici pelangi dan Kakatua koki.
6
No jenis frekuensi
Jalur 1 jalur 2 jalur 3
1. Nuri pipi merah 2 2 3
2. Perkici pelangi 3 2 0
3. Nuri Maluku 2 2 1
4. Kakatua koki 2 2 0
5. Nuri bayan 1 1 1
6. Betet kelapa 1 1 1
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Betet kelapa Kakatua koki Nuri bayan Nuri malukuNuri pipihPerkici
merahpelangi
Jalur 1Jalur 2Jalur 3
Gambar 5.24. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan
di tiap jalur pengamatan di Pulau Gorom.
2. Pulau Manawoka
Burung paruh bengkok yang memiliki frekuensi tertinggi ialah Nuri pipih
merah karena sebaranya di temukan di pada setiap 3 jalur yang ada di pulau
manawoka. Berbeda dengan jenis lainya seperti burung betet kelapa, kakatua
koki, Nuri bayan meski terbilang memiliki jumlah yang cukup banyak namun
memiliki sebaran yang terbatas yaitu hanya ditemukan pada jalur 1 dan jalur
2 di Pulau Manawoka sehingga di kategorikan sebarannya rendah atau
terbatas
6
No jenis frekuensi
Jalur 1 jalur 2 jalur 3
1. Nuri pipi merah 2 3 3
2. Nuri bayan 1 2 0
3. Kakatua koki 1 2 0
4. Betet kelapa 0 1 0
5. Perkici pelangi 0 1 2
3,5
2,5
1,5
0,5
Betet kelapaKakatua koki Nuri bayanNuri pipih merah Perkici pelangi
0 Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3
Gambar 5.25. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan pada
tiap jalur pengamatan di Pulau Manawoka
3. Pulau Panjang
Hasil pengamatan yang dilakukan di Pulau Panjang hanya ditemukan 1 jenis
burung paruh bengkok yaitu Nuri pipih merah. Meski hanya ditemukan 1
jenis saja namun jenis burung ini memiliki frekuensi sebaran yang cukup
tinggi karena sebarannya di jumpai di ke 3 jalur yang ada. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
No jenis Frekuensi
1. Nuri pipi merah jalur 1 jalur 2 jalur 3
2 3 3
6
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Gambar 5.26. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan pada
tiap jalur pengamatan di Pulau Panjang
Sementara itu tidak ditemukan migrasi harian burung dari Pulau Manawoka dan
Pulau Panjang serta migrasi antara Pulau Panjang dan Pulau Gorom ataupun juga
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena areal hutan yang terdapat di Pulau Panjang
merupakan :
6
Pulau Gorom
Gambar 5.27. Pola migrasi harian burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom
Keterangan gambar:
- Titik biru dan panah biru menunjukan sebaran satwa burung paruh bengkok
terbatas
- Panah merah menunjukan sebaran satwa burung paruh bengkok antara stasion
- Panah hijau menunjukan sebaran satwa burung paruh bengkok antara pulau
- Tanda kali hitam menunjukan tadak ada sebaran satwa burung paruh bengkok
antara pulau.
Gambar 23. Menunjukan bahwa sebaran burung paruh bengkok di Pulau Gorom dan
Pulau Manawoka dapat di kategorikan sebagai pusat sebaran burung paruh bengok karena
:
6
a. Kondisi kawasan hutan yang masih relatif baik karena kurangnya aktivitas
masyarakat dalam kawasan hutan serta kegiantan lain berupa penebangan pohon
dan pembukaan lahan hutan untuk berkebun yang masih jarang dilakukan.
b. Sebagian besar burung paruh bengkok menggunakan kawasan hutan ini sebagai
tempat beraktivitas seperti makan, beristrahat, berlindung dan bersarang.
6
6.1. Kesimpulan
1. Ditemukan enam jenis satwa burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom yaitu
Kakatua koki (Cacatua galerita), Nuri Bayan (eclectus roratus), Nuri Maluku
(Eos bornea), Betet Kelapa Paruh Besar (Tanygnathus megalorynchos), Perkici
pelangi (Trichoglossus haematodus) dan Nuri pipih merah (Geofreyus geofroyii)
2. Sebaran burung paruh bengkok lebih banyak terdapat di Pulau Gorom dan Pulau
Manawoka, yaitu sebanyak 6 jenis ditemukan di Pulau Gorom, 5 jenis di Pulau
Manawoka, sedangkan sebaran paling rendah terdapat di Pulau Panjang yang
hanya ditemukan 1 jenis burung paruh bengkok. Jenis burung paruh bengkok
yang mendominasi di Pulau Gorom adalah Nuri maluku (Eos bornea), sedangkan
untuk Pulau Manawoka dan Pulau Panjang adalah Nuri pipi merah (Geofreyus
geofroyi).
6.2. Saran
DAFTAR PUTAKA
Bibby, C, Martin dan stuart M 2000. Teknik-teknik ekspedisi lapangan : Survei Burung
Bird Live Internasional Indonesia Programmem Bogor.
Darmawan, M P, 2006. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di hutan
lindung gunung lumut kalimantan timur.
Leimena, G J. 2014. Jenis Dan Sebaran Satwaliar Di Pulau Wamar, Kecamatan Pulau-
Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru.
Latupapua ,L. 2016. jenis Dan Habitat Burung Paruh Bengkok Pada Hutan Wae Illie
Taman Nasional Manusela.
Sam, J. 2013. Jenis Dan Habitat Burung Paru Bengkok (Parrot) di Suaka Alam Gunung
Sahuwai bagian selatan Kabupaten Seram Bagian Barat .
Peraturan Menteri. 2018. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.106 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkongan
Hidup Dan Kehutanan Nomor Nomor P.20 /MENLHK/SETJEN/KUM.16/2018
Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi. Kepala BIRO HUKUM.
JAKARTA.
Sangadji, A. (2018) Profil Pulau Gorom.Data BPS Kabupaten Seram Bagian Timur.
71
Waristo, H, 2010 dkk, Keragaman S pesies una Pulau Moor, Nabire, Papua, Studi
Awal Di Beberapa Tipe Habitat Avifa
Yuda, P, I, 1994. Studi Awal Tentang Penggunaan Teknik Sensus Titik Dengan Jarak
Tertentu Dan Jarak Tak Terbatas Untuk Pendugaan Kemelimpahan Dan
Keanekaragaman Burung.