Anda di halaman 1dari 85

“SEBARAN JENIS BURUNG PARUH BENGKOK DI KEPULAUAN

GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR”

IRFAK HANUBUN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020

1
“SEBARAN JENIS BURUNG PARUH BENGKOK DI KEPULAUAN
GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR”

IRFAK HANUBUN
NIM : 201580045

SKRIPSI
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI UJIAN


SARJANA

YANG DILAKSANAAN PADA


HARI DAN TANGGAL : KAMIS, 19 MARET 2020
TEMPAT UJIAN : JURUSAN KEHUTANAN UNIVERSITAS
PATTIMURA

JUDUL SKRIPSI : SEBARAN JENIS BURUNG PARUH


BENGKOK DI KEPULAUAN GOROM
KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR
NAMA MAHASISWA : IRFAK HANUBUN
NIM : 2015-80-045

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ir. C.K. Pattinasarany, MP A. Tuhumury, S.Hut, M.Sc


NIP.196203201989031001 NIP. 198504152015041003

PENGUJI I PENGUJI II

Ir. M. Kaya, MScF L. Latupapua, S.Hut, MP


NIP.195912251988031002 NIP.197603152001122003

MENGESAHKAN MENGETAHUI

DEKAN FAKULTAS PERTANIAN KETUA JURUSAN KEHUTANAN

Prof. Dr. Ir. J .M. MATINAHORU Ir. S. Limba. MS


NIP. 19600606 1986 03 1004 NIP. 19570409 1985 03 1012

ii
ABSTRAK

IRFAK HANUBUN, 2020. Sebaran Jenis Burung Paruh Bengkok di Kepulauan Gorom
Kabupaten Seram Bagian Timur. Dibimbing oleh C. K. Pattinasarany dan A. Tuhumury.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran jenis burung paruh bengkok di
Kepulauan Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode VCP (Variable Circular Point) dan dianalisis secara
deskriptif.

Hasil penelitian ini ditemukan enam jenis burung paruh bengkok di Pulau Gorom, lima
jenis di Pulau Manawoka dan satu jenis di Pulau Panjang. Jenis burung Nuri Maluku (Eos
bornea) merupakan jenis burung yang mendominasi di Pulau Gorom. Sedangkan di Pulau
Manawoka dan Pulau Panjang, jenis burung yang mendominasi yaitu burung Nuri Pipi
Merah (Geoffroyus geoffroyi). Jenis burung paruh bengkok lebih banyak ditemukan di
Pulau Gorom dan Pulau Manawoka karena kondisi habitat yang belum mengalami
kerusakan akibat penggunaan lahan hutan oleh masyarakat.

Kata kunci: Sebaran, jenis, Burung Paruh Bengkok, Kepulauan Gorom

ABSTRACT

IRFAK HANUBUN, 2020. Distribution Types of Parrots in the Gorom Islands, East
Seram District. Guided by C. K. Pattinasarany and A. Tuhumury.

This study aims to determine the distribution type of parrots in the Gorom Islands, East
Seram Regency. The method used in this study is the VCP (Variable Circular Point)
method and analyzed descriptively.

The results of this study found six species of parrots on Gorom Island, five species on
Manawoka Island and one species on Panjang Island. The red lory (Eos bornea) is a bird
species that dominates on the island of Gorom. Whereas on Manawoka Island and
Panjang Island, the dominant bird species are the red-cheeked parrot (Geoffroyus
geoffroyi). More parrots are found on Gorom Island and Manawoka Island due to habitat
conditions that have not been damaged due to community forest use.

Keywords: Distribution, Type, Parrots, Gorom Islands

iii
PERNYAATAAN KEASLIAN PENULIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “SEBARAN JENIS


BURUNG PARUH BENGKOK DI KEPULAUAN GOROM KABUPATEN
SERAM BAGIAN TIMUR” adalah benar karya saya dengan arahan dari tim
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Jika di kemudian hari terbukti mengandung plagiarisim maka saya bersedia


menerima sanksi apapun dari universitas pattimura.

Ambon, Maret 2020

Irfak Hanubun
NIM. 2015 80 045

iv
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil`aalamiin, puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya ke pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “ SEBARAN JENIS BURUNG PARUH BENGKOK
DI KEPULAUAN GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabat. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. J. M. Matinahoru, selaku Dekan Fakultas Pertanian,


Universitas Pattimura,
2. Bapak Ir. S. Limba, MS dan Bapak Dr. Rony.S. Maail, S.Hut, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Kehutanan.
3. Bapak F,Tetelay,S.Hut,MP selaku Ketua Program Studi Kehutanan
4. Bapak Ir. C.K. Pattinasarany.MP dan Bpk. A. Tuhumury, S.Hut, M.Sc selaku
dosen pembimbing yang dengan keralaan hati memberikan bimbingan,
petunjuk dan saran serta semangat kepada penulis dalam mempersiapkan
penelitian hingga sampai dengan tersusunnya hasil penelitian
5. Bapak Ir. M. Kaya, MScF dan ibu L. Latupapua, S. Hut,MP selaku dosen
penguji yang dengan kerelaan hati memberikan masukan serta saran dalam
perbaikan skripsi ini,
6. Ibu Ir. E. Badaruddin. MP yang dengan kerelaaan hati memberikan bimbingan
serta masukan mulai dari perencanaan penelitian hingga selesai,
7. Seluruh dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura,
terima kasih atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan,
8. Kepada orang tua tercinta, Mama dan Papa atas segala doa dan kerja keras
serta dukungan yang tiada hentinya untuk keberhasilan penulis.
9. Kakak dan adik-adikku yang terkasih, Fahida Sohilauw, Sukri Sohilauw,
Salma Hanubun, Amin Rumasilan, Ima Hanubun, Ardiyanto Hanubun, Sakin
Hanubun, Jasna Hanubun, Marisa Hanubun dan Izha Sohilauw yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.

v
10. Keluarga tercinta, Mama Bonso Fatma, Om Tab, Tini Kilbaren, Dedi , Monda
dan Ade Fania.
11. Kepada Om Gafar, Kaka Aca, Ade Anwar, Ris, Ipul, Musa, Amirula, Dirman,
Sukiman, Nyong, Abang is, Abang malik, Nujum dan kaka Anti yang telah
banyak membantu penulis selama berlangsungnya penelitian.
12. Kepala Adat Negeri Pulau Gorom, Kepala Adat Negeri Manawoka, Kepala
Adat Negeri Pulau Panjang dan kepada masyarakat yang membantu penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.
13. Para Sahabat angkatan 2013, Irna, Trie, Sarif Wally, Lia Yusuf, Siti, Anti,
Susi, Jefri, Fadli Yasir Loklomin, Arifa, Masdara, Lahya, Fajar,Tuti, Rahma
Amrin, Miko,
14. Sahabat terdekatku M. Sutran Tutupoho, Fahrul Rumata, Dessi Uyara Sukira
Rumuar yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
15. Keluarga besar Hanubun di Desa Dai
16. Para teman-teman seperjuangan Angkatan 2015, Chello, Ucu, Ijal, Aldi, Janes,
Evan, Tia, Gebby, Fatwa, Alif, Enka, Andre, Frandi, Sri, Sumy, Tasya, Dahlia,
Viktor, Shinta, Meskie, Jamil, Asmad, Farhan, Widi, Clif, Fira, Afzan, Yuni,
Bela, Ani, Anil, Nova Tuawael, Iswanty, Ulen, Iki, Wasti, Marni, Anna, Tanty,
Junne, Jastri, Elisabet, Fitri elis, Dina, Ilham, Risaldi, Bill, Onky, Aco, Novia,
Dika, Crisna D nuruwe.
17. Semua pihak yang turut memberikan partisipasi serta dukungan kepada penulis
yang tidak sempat disebutkan satu per satu.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …......................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN ……………………….……………...…………. ii

ABSTRAK ……………………………………………………………...……….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………….............. iv

PRAKATA .…........................................................................................................ v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL……………………………………………...………................ x

DAFTAR GAMBAR …………………………..................................................... xii

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
I.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
I.4. Luaran Penelitian ....................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Burung ………………............................................................................... 4
2.2. Burung Paruh Bengkok ............................................................................. 4
2.3. Klasifikasi Burung Paruh Bengkok ........................................................... 5
2.4. Ornitologi Burung Paruh Bengkok ........................................................... 7
2.5. Pergerakan Satwa ………………………………………..……..……….. 8
2.5.1. Invasi dan pemencaran ……………………………..……….. 8
2.5.2. Nomad ………………...………………………………………. 9
2.5.3. Migrasi ………………………………………………………... 9
2.5.4. Dispersal (Penyebaran) …...………...………………………… 9
2.5.5. Ditribusion (sebaran) ……………………..…………………... 10
2.6. Habitat …………………………………………………..………………. 10

vii
2.6.1.Habitat burung…………………………………………............... 11
2.7. Ekosistem Pulau Kecil ..............................................................................
12
III. METEDELOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 14

3.2. Bahan Dan Alat Penelitian ......................................................................... 15


3.3. Objek Penelitian ………………………...………………………………. 15
3.4. Metoda Penelitian .......................................................................................
15
3.4.1. Penataan Areal Penelitian ............................................................... 15
3.4.2. Teknik Pengambilan Data ............................................................... 18
3.4.3. Pendataan Habitat .......................................................................... 18
3.4.4. Data Sekunder ............................................................................... 19
3.5. Analisis Data .............................................................................................. 19
3.5.1. Jenis Satwa Burung ......................................................................... 19
3.5.2. Habitat Satwa Burung ..................................................................... 20
3.5.3. Cover Satwa Burung ....................................................................... 20
3.6. Metoda Pembahasan ................................................................................... 20

IV. KEADAAN UMUM LOKASI 21


4.1. Letak geografis …………………………………………………………. 21

4.2. Geologis ………………………………………...……………................ 21

4.3. Iklim dan curah hujan …………………………………………………... 21

4.4. Sosial Ekonomi …………………….…………………..……................. 22

4.5. Pertanian ……………………………………………………………….. 24

5.2. kekayaan jenis satwaliar……..…………………………………………. 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Jenis satwa burung paruh bengkok ……………………...…….. ……….. 27

5.2. Pulau Gorom …………………..………………………………................ 31


5.2.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Gorom…………………………… 31
5.3. Pulau Manawoka …………………………………………...…………… 38
5.3.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Manawoka………………………. 38

viii
5.4. Pulau Panjang ………………………………………..…………………. 43
5.4.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Panjang ………………………… 43
5.5. Komponen Habitat Burung Paruh Bengkok…………………………… 45
5.6. Sebaran Burung Paruh Bengkok ………………………............................ 56
5.6.1. Sebaran Antar Pulau ….………………………………………… 56
5.6.2. Sebaran Antar Jalur Di Tiap Pulau …………………………….. 57
5.7. Pola Migrasi Harian Burung Paruh Bengkok …………………………… 63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ………………………..…………………………………….. 66

6.2. Saran ………………………………………..……………………………. 66

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 4.1. Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kepulauan Gorom.......................................23


Tabel 4.2. Jumlah Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kepulauan Gorom...............23
Tabel 4.3. Kekayaan Jenis Satwaliar Yang Ditemukan di Kepulauan Gorom.................25
Tabel 5.1. Sebaran jenis Burng paruh bengkok yang di temukan
di Kepulauan Gorom..........................................................................................30
Tabel 5.2. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove
di Pulau Gorom..................................................................................................32
Tabel 5.3. jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai
di Pulau Gorom...................................................................................................33
Tabel 5.4. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun Campuran
di Pulau Gorom.................................................................................................35
Tabel 5.5. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan sekunder
di Pulau Gorom...................................................................................................36
Tabel 5.6. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai
di Pulau Manawoka............................................................................................39
Tabel 5.7. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun campuran
di Pulau Manawoka............................................................................................40
Tabel 5.8. jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan sekunder
di Pulau Manawoka............................................................................................40
Tabel 5.9. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan primer
di Pulau Manawoka...........................................................................................42
Tabel 5.10. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove
di Pulau Panjang.................................................................................................43
Tabel 5.11. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai
di Pulau Panjang.................................................................................................44
Tabel 5.12. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun campuran
diPulaupanjang...................................................................................................45

x
Tabel 5.13. Jenis pakan burung paruh bengkok yang di temukan di Kepulauan
Gorom (Pulau Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang).................................47
Tabel 5.14. Jenis cover satwa burung yang ditemukan di Kepulauan Gorom
(Pulau Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang).............................................50
Tabel 5.15. Sebaran burung yang ditemukan pada setiap jalur di tiap-tiap
pulau di Kepulauan Gorom.........................................................................59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Klasifikasi Burung Paruh Bengkok....................................................... 6


Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian di kepulauan Gorom……….……................... 14
Gambar 3.2. Tata letak jalur dan stasion pengamatan…………………...……….. 17
Gambar 5.1. Burung Kakatua koki............................................................................. 27
Gambar 5.2. Burung Nuri Bayan………………………………………………….. 28
Gambar 5.3. Burung bêtet kelapa....………………………………………………. 28
Gambar 5.4. Burung uri pipi merah………………………………………………... 29
Gambar 5.5. Burung uri Maluku…………...………………………………………. 29
Gambar 5.6. Perkici pelangi……………………………………………………….. 30
Gambar 5.7. Buah kenari………..……………………………………...………….. 48
Gambar 5.8. Buah kayu burung…………………....………………………............. 48
Gambar 5.9. Buaberingin………….......…………...………………………………. 48
Gambar 5.10. Buah pohon germum………………....……………..………………. 48
Gambar 5.11. Bunga beringin………...........………………………………............. 49
Gambar 5.12. Pohon sosil…………...………............……………………............... 51
Gambar 5.13. Pohon kenari………………..........………………………................. 51
Gambar 5.14. Pohon kenari………………..........……………………..…............... 52
Gambar 5.15. Pohon kayu besi……………............…………………….…………. 52
Gambar 5.16. Pohon beringin……………..........…………………………………. 52
Gambar 5.17. Pohon beringin………………......……………….............................. 52
Gambar 5.18. Aktivitas perburuan liar………………………….…………… …… 54
Gambar 5.19. Sarang burung kakatua………………………………….................. 55
Gambar 5.20. Sarang burung kakatua………………………………….................. 55
Gambar 5.21. Sarang nuri bayan………………………………………............…… 55
Gambar 5.22. sarang nuri pipih merah………….………………………................. 55
Gambar 5.23. Grafik sebaran burung paruh bengkok di kepulauan gorom………. 57
Gambar 5.24. Grafik sebaran burung paruh bengkok yang ditemukan di tiap jalur
pengamatan di pulau gorom………...……………………………. 61
Gambar 5.25. Grafik sebaran burung paruh bengkok yang ditemukan pada tiap

xii
jalur pengamatan di Pulau Manawoka………………………….. 63
Gambar 5.26. Grafik sebaran burung paruh bengkok yang ditemukan pada tiap
jalur pengamatan di Pulau Panjang…………………………..….. 63
Gambar 5.27. Pola migrasi harian burung paruh bengkok di kepulauan
Gorom……………………………………………………………... 64

xiii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Burung merupakan salah satu jenis satwaliar yang banyak di manfaatkan oleh
manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan estetika. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingginya penggunaan
jenis burung oleh manusia, mengakibatkan terjadinya tekanan spesies dan habitat alami
burung. Dengan banyaknya manfaat yang dimiliki, manusia berupaya ingin
memanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung sehingga kelestarian spesies burung
ini dapat terancam.

Burung merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang harus di jaga


kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenis. Menurut
(Sujatnika et al, 1995 dalam Darmawan 2006), keberadaan suatu jenis burung dapat
dijadikan sebagai indikator keanekaragaman hayati, karena kelompok burung memiliki
sifat-sifat yang mendukung, yaitu hidup di seluruh habitat, peka terhadap perubahan
lingkungan, taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui.

Konservasi burung di Indonesia saat ini masih terpusat pada kawasan konservasi
seperti cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional. Burung merupakan satwaliar
yang memili ki tingkat mobilitas yang tinggi dan mampu berdaptasi pada berbagai tipe
habitat yang luas (Welty, 1982 dalam Darmawan 2006).

Tercatat 372 jenis burung paruh bengkok sejenis Kakatua dan Nuri tersebar di
seluruh belahan dunia, dan sebanyak 87 spesies atau 23% hidup di Indonesia. Wilayah
yang kaya akan spesies burung Kakatua dan Nuri adalah kawasan Wallacea dan
Australia, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku hingga Papua. (Profauna
Indonesia 2018).

Keberadaan burung Kakatua dan jenis burung paruh bengkok lainnya masih
terancam akibat berubahnya habitat dan penangkapan di alam untuk diperdagangkan.
Padahal hampir semua jenis burung paruh bengkok telah dilindungi oleh undang-undang
yang termuat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.106/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan
dan satwa yang dilindungi karena statusnya yang terancam punah.
2

Salah satu kelompok jenis burung yang banyak diperjual belikan untuk memenuhi
permintaan pasar antara lain Kakatua koki (Cacatua galerita), perkici pelangi
(Trichoglossus haematodus), Nuri bayan (Eclectus roratus), Nuri maluku (Eos bornea),
Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi), Betet kelapa (Tanygnathus megalorynchos),
(WWF-Indonesia 2018).

Burung paruh bengkok memiliki beberapa karakteristik utama dibandingkan dengan


kelompok burung yang lain. Karakteristik unik tersebut antara lain berupa paruhnya yang
tebal dengan bagian atasnya melengkung dan keunikan suaranya. Ciri unik lain yang
dimiliki antara lain warna bulu yang indah dan bervariasi. Selain ciri-ciri unik yang
dimiliki burung paruh bengkok diatas, ternyata burung ini sangat pintar sehingga mudah
dilatih untuk menirukan suara-suara manusia (Wiryana, 2012 dalam Sam, 2013).

Nilai estetika burung paruh bengkok yang unik dan menarik menjadi penyebab
tingginya perburuan liar dengan berbagai alasan dan kepentingan. Kondisi ini merupakan
salah satu tekanan terhadap kelestarian dan perkembangbiakan jenis-jenis burung ini.

Kepulauan Gorom yang terdiri dari tiga pulau yakni Pulau Gorom, Pulau
Manawoka dan Pulau Panjang yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten
Seram Bagian Timur dengan luas wilayah daratan Kecamatan Pulau Gorom yaitu sebesar
91,303 km2, atau sekitar 1,58 % (Sangadji, 2018).

Karakteristik penggunaan lahan yang ada di Kepulauan Gorom menjadi salah satu
aspek yang perlu diamati sehubungan dengan sebaran jenis burung paruh bengkok.
Meningkatnya perkembangan penggunaan lahan oleh aktivitas masyarakat yang ada di
sekitar kawasan hutan serta kegiatan perburuan liar yang masih terus dilakukan terhadap
satwaliar yang menyebabkan kekhawatiran akan berdampak pada penurunan populasi dan
mempengaruhi habitat satwaliar khususnya burung paruh bengkok. Namun sampai saat
ini informasi mengenai sebaran jenis burung paruh bengkok di kepulauan Gorom belum
diketahui.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Sebaran Jenis Burung Paruh Bengkok di Kepulauan Gorom Kabupaten
Seram Bagian Timur ”
3

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sebaran burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom Kabupaten
Seram Bagian Timur.
2. Jenis burung paruh bengkok apa saja yang terdapat di Kepulauan Gorom
Kabupaten Seram Bagian Timur.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Sebaran burung paruh bengkok yang terdapat di Kepulauan Gorom Kabupaten
Seram Bagian Timur.
2. Jenis burung paruh burung paruh bengkok apa saja yang terdapat di Kepulauan
Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.

1.4. Luaran Penelitian


1. Hasil penelitian ini akan disusun dalam bentuk skripsi sebagai salah satu
persyaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Fakultas
Pertanian Universitas Pattimura
2. Sebagai data base tentang keberadaan sebaran jenis burung paruh bengkok di
Maluku khususnya di Kepulauan Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur dalam
upaya konservasi satwaliar.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Burung
Burung merupakan hewan yang termasuk dalam kelas aves, sub Phylum vertebrata
dan masuk ke dalam Phylum chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua (Welty,
1982 dalam Setioko 2019).

Terdapat 29 ordo burung yang terdiri dari 158 famili, yang merupakan salah satu
diantara kelas hewan yang bertulang belakang, burung merupakan hewan yang berdarah
panas dan berkembangbiak secara ovipar. Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Burung juga memiliki proses pertukaran zat
yang cepat karena saat terbang memerlukan banyak energi. Suhu tubuh burung tinggi dan
tetap sehingga banyak makanan yang dibutuhkan. (Darmawan, 2006 dalam Setioko
2019).

Welty (1982) dalam Setioko (2019), mendeskripsikan burung sebagai hewan yang
memiliki bulu, tungkai atau lengan depan termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang
teradaptasi untuk berjalan, berenang dan hinggap, paruh tidak bergigi, jantung memiliki
empat ruang, rangka ringan, memiliki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki
kandung kemih dan bertelur.

2.2. Burung Paruh Bengkok


Burung paruh bengkok secara ilmiah dikelompokan kedalam bangsa (ordo)
Psittaciformes dan suku (famili) psittacidae yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai
parrot. Famili psittacidae di bagi menjadi 3 subfamili. Berdasarkan morfologi dan
kebiasaan makannya, yaitu burung kakatua (Cacatutudinae), nuri (Loriinae), betet
(Psittaciinae), (Bashari, 2008).

Jenis burung paruh bengkok diseluruh dunia 403 jenis, sedangkan di Indonesia
terdapat 81 jenis. Salah satu wilayah yang kaya akan jenis burung paruh bengkok adalah
kepulauan Maluku sebanyak 32 jenis, dan 12 diantaranya adalah endemik Maluku
(Wiryawan, 2012).
5

2.3. Klasifikasi Burung Paruh Bengkok


Menurut (Gruson, 1976 dalam Sam, 2013), klasifikasi Burung Paruh Bengkok
(parrot) adalah sebagai berikut :

a. Filum : Cordata
b. Anak filum : Vertebrata

c. Kelas : Aves

d. Bangsa : Psittaciformes

e. Suku : Psittacidae

f. Anak suku : Cacatuiinae

g. Marga : 1. Cacatua

: 2. Probosciger

g.1. Jenis Cacatua : 1. Cacatua galerita

: 2. Cacatua sulpuhurea

: 3. Cacatua moluccensis

: 4. Cacatua alba

: 5. Cacatua goffini

g.2. Jenis Probosciger : Probosciger aterrimus

h. Anak Suku : Loriinae

i. Marga : 1. Lorius

: 2. Trihoglossus

: 3. Eos

: 4. Psittrichas

i.1. Jenis Lorius : 1. Lorius lorry


6

: 2. Lorius domicellus

i.2. Jenis Trihoglossus : Trihoglossus ornatus

i.3. Jenis eos : Eos histrio

i.4. jenis psittrichas : Psittrichas fulgidus

j. Anak Suku : Psittaciinae

k. Marga : 1. Electus

: 2. Tanygnathus

: 3. Loriculus

k.1. Jenis Eclectus : Eclectus roratus

k.2. Jenis Tanygnathus : Tanygnathhus sumatranus


7

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini

Phyllum Chordata

Anak Phyllum Vertebrata

Kelas Aves

Bangsa Psitaciformes

Suku Psitacidae

Anak Suku Cacatudinae

Sub Bangsa Cacatuiinae Sub Bangsa Loriinae Sub Bangsa Psittaciinae

Marga Cacatuinae Sub Bangsa Sub BangsaSub Bangsa Sub Bangsa LoriusEosPsittrichas
Marga Probosciger Sub Bangsa Sub Bangsa
Trichoglosus
Sub Bangsa EclectusTanygnat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 2.1. Klasifikasi Burung Paruh Bengkok

Keterangan Gambar :

1 Cacatua galerita 6 Probosciger aterrimus 11 Trichoglossus ornatus

2 Cacatua sulphurea 7 Lorius lory 12 Eclectus roratus

3 Cacatua moluccensis 8 Lorius domicellus 13 Tanygnathus sumatranus

4 Cacatua alba 9 Eos histrio 14 Loriculus exilis


5 Cacatua gofifini 10 Psittrichas fulgidus 15 Loriculus catamena
8

2.4. Ornitologi Burung Paruh Bengkok


Suku psittacidae disebut burung paruh bengkok karena memang terlihat berbeda
pada bentuk paruhnya yang bebeda dengan jenis burung pemangsa misalnya elang,
rajawali, dan burung hantu yang bersifat merobek. Burung paruh bengkok mempunyai
paruh yang bersifat masif (padat dan kompak). Paruh bagian atas dan bagian bawahnya
berbentuk bengkok menyerupai alat cabut. (Mackinon, 1998 dalam sam 2013)
Dengan bentuk demikian, paruh ini bersifat penghancur (pemecah) biji-bijian besar
dan kecil bahkan buah yang keras sekalipun. Burung paruh bengkok di bedakan menjadi
3 kelompok berdasarkan bentuk lidah, cara makan, keberadaan bulu dikepala (jambul)
yang ditegakkan (ereksi) serta bulunya.
Kelompok tersebut adalah kakatua, nuri, dan betet. (Wiryawan, 2012 dalam Sam 2013)
1. Kakatua

 Jambul : Dapat di tegakkan


 Lidah : Berbentuk kubus yang permukann yang halus

 Pakan : Biji-bijian buah yang bersifat keras dan lunak

 cara makan : Memecahkan kulit biji menggunakan paruhnya.

 Warna bulu : Putih, merah muda, dan hitam.

2. Nuri

 Lidah : Mempunyai permukaan yang mirip dengan sikat.

 Cara makan : Dengan menjilat

 Jenis pakan : Buah-buahan, madu, tepung sari, bunga dan nektar

 Warna bulu : Sangat beranekaragam


9

3. Betet kelapa
 Lidah : Lidah burung betet sama seperti burung kakatua
berbentuk kubus yang permukaannya halus namun
tidak sekuat paruh kakatua.

 Pakan : Biji-bijian dengan kulit dan buah yang keras dan


lunak.
 Cara makan : Memecah kulit biji dengan menggunakan paruh.

 Warna bulu : Didominasi oleh warna merah dan hijau.

2.5. Pergerakan Satwa


Perpindahan populasi pada satwaliar dikenal juga dengan istilah pergerakan.
Pergerakan satwa adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk
menyusuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan
berkembangbiak secara normal. Pergerakan satwaliar ini merupakan suatu perilaku,
sehingga mempunyai pola-pola tertentu sesuai dengan jenisnya.
Pergerakan satwa liar baik dalam skala sempit maupun skala luas merupakan usaha
untuk memenuhi tuntutan hidupnya. Pergerakan ini erat hubungannya dengan sifat
individu dan kondisi lingkungannya seperti persediaan makanan, fasilitas untuk
berkembang biak, pemangsaan, kecelakaan, kondisi cuaca, sumber air maupun karena
adanya perusakan lingkungan. Mereka bergerak untuk mencari makan, untuk hidup dan
berkembang biak. ( Boughey, 1973 dalam Alikodra 1979). Selanjutnya Alikodra 1997,
dalam Ramlie 2014, meyebutkan bahwa pergerakan satwa liar dapat digolongkan
menjadi :

2.6.1. Invasi dan pemencaran


Invasi dan pemencaran merupakan tipe pergerakan populasi yang dilakukan secara
perlahan-lahan terutama untuk menyusuaikan dirinya dengan iklim ataupun perubahan
lingkungannya. Pergerakan ini dapat memperluas daerah penyebaran satwa liar. Proses
invasi dan pemencaran satwa liar dapat juga disebut sebagai proses perembesan. Proses
1

perembesan dari pusat penyebarannya keluar juga dapat terjadi karena adanya rangsangan
dari kondisi di luar yang lebih baik. Untuk menjamin berhasilnya invasi dan pemencaran
diperlukan suatu koridor yang dapat menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dan
perkembangan populasi. Koridor yang paling efektif untuk menunjang proses invasi dan
pemencaran adaalah hutan. Jika koridor-koridor ini terputus, akan terputus pula
kesinambungan proses invasi dan pemencaran.

2.6.2. Nomad
Nomad yaitu pergerakan individu ataupun populasi yang tidak tepat dan sulit untuk
dikenali secara pasti. Mereka bergerak untuk mendapatkan makanan dan tidak harus
kembali ke wilayah asalnya. Terjadinya satwaliar nomad ini juga dapat disebabkan
karena perubahan atau perusakan habitatnya, misalnya karena penebangan pohon,
kebakaran hutan, pembukaan hutan dan kekeringan

2.6.3. Migrasi
Migrasi merupakan pergerakan periodik satwa menuju ke suatu daerah dan
sebaliknya. Seperti halnya dengan natalitas dan mortalitas, maka migrasi sangat
berpengaruh terhadap densitas suatu populasi pada suatu tempat tertentu. Migrasi adalah
aktivitas satwa untuk mencari makan, minum, dan lingkungan yang cocok untuk hidup
dan berkembang biak. Pergerakan individu-individu keluar dari suatu daerah disebut
emigrasi. Spesies yang bermigrasi telah beradaptasi dengan iklim dan kondisi lainnya
yang berhubungan dengan perubahan musim dan dengan demikian cenderung untuk
menghindari kondisi lingkungan yang tidak disukainya dan menggunakan lingkungan
yang disukainya. (Alikodra 1979)

2.6.4. Penyebaran
Dispersal merupakan pergerakan individu-individu yang menyebar dari tempat
tinggalnya. Pergerakan ini biasanya perlahan-lahan dan mencakup wilayah yang tidak
luas. Pergerakan ini akhirnya membentuk “range baru“ setelah individu beradaptasi
dengan lingkungannya. Fenomena penyebaran ini dapat dilihat pada sekelompok burung
ataupun mamalia yang masih muda. (Own 1975 dalam Alikodra 1979) menyebut
pergerakan ini sebagai “dispersal of young”. Sedangkan dispersal satwa adalah
perpindahan satu arah seekor individu dari home range dimana ia dilahirkan ke home
range yang baru. Home range baru biasanya jauh dari asalnya, normalnya berjarak
1

beberapa kali dari diameter home range. Dispersal bisa juga memperluas distribusi suatu
spesies secara keseluruhan

2.6.5. Distribution (sebaran)


Kerena adanya dispersal maupun migrasi menyebabkan satwa tersebar. Sebaran
satwa dapat ditinjau dari segi ruang dan dapat pulau ditinjau dari segi waktu. Sebaran
margasatwa baik menurut ruang maupun menurut waktu sangat penting untuk dipelajari
sehubung dengan sikap dan langkah-langkah pembinaan margasatwa. Penyebaran ini juga
dapat mencerminkan populasinya. Sebaran satwa sangat ditentukan oleh kondisi biologis
dari setiap jenis satwa yang meliputi sifat-sifat ekologis, morfologis dan fisiologisnya,
(Alikodra 1979).

2.7. Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup atau tempat dimana organisme
ditemukan atau melakukan siklus hidup (Odum 1971, dalam Zulfan, 2009) Habitat adalah
tempat yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik yang merupakan satu
kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biak oleh satwaliar
(Alikodra, 1993 dalam Zulfan, 2009). Satwaliar menempati habitat sesuai dengan
lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya.

Habitat adalah tempat untuk mencari makan, minum, berlindung dan bermain serta
tempat untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan dimana satwa dapat beradaptasi dan
menetap sesuai dengan kehidupannya dan hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor biotik
maupun abiotik (Alikodra, 1990).

Lingkungan sebagai suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor


berpengaruh satu dengan yang lain juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
organisme. Sedangkan habitat tempat dimana organisme hidup dan berkembang biak
(Alikodra, 1979). Pada prinsipnya untuk hidup, margasatwa memerlukan tempat-tempat
yang dipergunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat untuk
berkembang biak.
Selanjutnya Alikodra menyatakan bahwa lingkungan hidup margasatwa sangat ditentukan
oleh 5 komponen sebagai berikut :
• Temperatur, kelembaban, cahaya dan curah hujan.
• Makanan, tanah dan air.
1

• Komposisi jenis margasatwa lain yang berada di daerah tersebut.


• Tempat berlindung, bersarang, bermain dan berkembang biak.
• Manusia.

Habitat yang sesuai bagi suatu jenis belum tentu sesuai dengan jenis lainnya karena
setiap jenis satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda. Tumbuh-tumbuhan
selain digunakan sebagai tempat tidur, istrahat, bermain, membersihkan diri dan tempat
bersembunyi juga digunakan sebagai tempat sumber makan bagi jenis satwa. Apabila
suatu habitat terganggu atau rusak, maka dapat dipastikan bahwa satwa yang mendiami
habitat tersebut berusaha untuk mencari tempat lain yang cocok untuk keperluan
hidupnya (Alikodra, 1990).

2.7.1. Habitat burung


Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu yang dijadikan tempat
suatu jenis atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan
organisme yang hidup didalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu
untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Habitat merupakan bagian
penting bagi distribusi dan jumlah burung, (Bibby et a.l. 2000 dalam Setioko 2019).

Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan
maupun habitat bukan hutan. Menurut (Welty,1982 dalam Setioko 2019), setiap burung
yang hidup di alam membutuhkan dua kebutuhan dasar yaitu bahan dan energi. Bahan
menyediakan media untuk hidup burung, seperti udara dan daratan, sedangkan energi
didapatkan burung dari makanan dan energi matahari.

Sebagai komponen habitat burung, pohon dapat berfungsi sebagai cover (tempat
berlindung dari cuaca dan predator, bersarang, bermain, beristrahat,dan mengasuh anak).
Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk
istrahat, bermai, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung. kemampuan areal
menampung burung ditentukan oleh luaasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya
tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan. Burung merupakan salah satu
margasatwa yang terdapat hampir di setiap tempat, tetapi untuk hidupnya memerlukan
syarat-syarat tertentu yaitu adanya kondisi habitat yang cocok, baik, serta aman dari
segala macam gangguan. Habitat yang baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat
berlindung, tempat beristrahat dan tidur malam, serta tempat untuk berkembangbiak baik
1

ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Habitat burung terbentang mulai dari tepi pantai
hingga ke puncak gunung. Burung yang memiliki habitat khusus di tepi pantai tidak
dapat hidup di pegunungan dan sebaliknya. Namun ada pula spesies burung-burung
generalis dapat di jumpai di beberapa habitat.

2.8. Ekosistem Pulau Kecil


Pulau-pulau kecil juga dikenal sebagai wilayah yang memiliki karakteristik khas
sepeti luas daratannya yang kecil, relatif jauh dari daratan induk (mainland), relatif peka
dalam konteks ekonomi maupun lingkungan. (Srinivas, 1998 dalam Leimena 2014).

Hasil pengamatan dari para ahli biologi diketahui bahwa luas area pulau turut
menentukan jumlah spesies yang mampu menghuninya. Berdasarkan pola hubungan
tersebut maka dikembangkan model biogeografi pulau, mengarahkan logika berpikir,
bahwa pulau-pulau berukuran besar sudah pasti memiliki lebih banyak spesies daripada
yang berukuran kecil. Teori pulau biogeografi menjelaskan perbedaan dalam keragaman
spesies berdasarkan ukuran pulau (misalnya, pulau besar cenderung memiliki lebih
banyak spesies kategori tertentu daripada pulau-pulau kecil).

Hal ini berarti bahwa jumlah spesies yang terdapat pada suatu pulau akan di tentukan
oleh luas pulau. Jumlah spesies yang berada di suatu pulau akan ditentukan oleh luas
pulau. Pulau dengan ukuran sepuluh kali lebih besar cenderung akan memiliki spesies dua
kali lebih banyak. (MacArthur, dkk., 1967 dalam Prasetyo 2013).

Menurut teori biogeografi pulau (Mac Arthur, dkk, 1967 dalam Gunawan 2013),
kekayaan spesies suatu pulau bergantung pada :

1. Isolasi pulau, karena isolasi pulau mempengaruhi laju kolonisasi. Pulau yang
terisolasi atau jauh, memiliki spesies yang lebih sedikit dari pada pulau yang
dengan sumber spesies yang mengkolonisasi.pulauh yang lebih jauh, lebih
sedikit didatangi pengkoloni dibandingkan pulau yang lebih dekat.jika ada
pulau-pulau di antara sumber kolonisasi (daratan utama) dengan pulau, maka
dapat berperan sebagai batu loncatan (stepping stones) dan dapat meningkatkan
laju kolonisasi pulau yang jauh.

2. Luas pulau, karena luas pulau mempengaruhi laju kepunahan. Pulau yang besar
memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan pulau kecil. Pulau
1

kecil memiliki ukuran populas yang lebih kecil, lebih sedikit refugia (area untuk
mengungsi) dan memiliki laju kepunahan lebih tinggi.

3. Dinamika kolonisasi dan kepunahan, kolonisasi menggantikan spesies yang


punah (species tumover).

4. Kekayaan spesies mencerminkan suatu keseimbangan (equilibrium) antara


kolonisasi dan kepunahan.
1

III. METEDELOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Gorom, (Pulau Gorom, Pulau Panjang dan
Pulau Manawoka) Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, dari bulan Agustus
2019 sampai selesai.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian di Kepulauan Gorom

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian Di Kepulauan Gorom


1

3.2. Bahan dan Alat penelitian

Bahan dan peralatan yang di pakai untuk melakukan penelitian adalah :

• Peta lokasi penelitian (menunjukan lokasi penelitian)

• Binokuler (digunakan untuk mengamati satwa burung paruh bengkok)

• counter (untuk menghitung satwa berkelompok)

• Roll meter (digunakan untuk mengukur panjang dan lebar jalur tiap blok
pengamatan)

• Kamera (untuk dokumentasi)

• GPS (untuk menentukan lokasi penelitian)

• Thallysheet (untuk pengambilan data burung)

• Buku panduan lapangan pengenalan jenis–jenis burung

• Alat tulis menulis

3.3. Objek penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

• Satwa burung paruh bengkok

• Vegetasi sebagai habitat burung paruh bengkok

3.4. Metoda Penelitian

3.4.1. Penataan Areal Penelitian

Kepulauan Gorom terdiri dari 3 pulau yaitu pulau Gorom, Pulau Panjang, dan
pulau Manawoka dengan ukuran :

a. Pulau Gorom
- Panjang 13,93 km
- Lebar bagian utara 5,54 km
- Lebar bagian tengah 4,30 km
- Lebar bagian selatan 3,16 km
b. Pulau Panjang
- Panjang 9,27 km
- Lebar bagian utara 2,03 km
- Lebar bagian tengah 3,08 km
1

- Lebar bagian selatan 1,02 km


c. Pulau Manawoka
- Panjang 17,40 km
- Lebar bagian utara 3,46 km
- Lebar bagian tengah 1,90 km
- Lebar bagian selatan 1,71 km
Untuk mengetahui jenis satwa burung paruh bengkok di ketiga pulau, maka areal
penelitian di ketiga pulau akan ditata sebagai berikut :
a. Pulau Gorom :
- Panjang jalur 1 : 5,30 km = 5.300,00 m
2 : 3,95 km = 3.950,00 m
3 : 2,85 km = 2.850,00 m
- Jarak antar jalur 5,81 km = 5.810,00 m
- Lebar jalur pengamatan 200 meter (100 meter kiri – kanan),
- Tiap jalur dibuat 3 stasion dengan diameter 200 meter (100 meter kiri- kanan),
- Jarak antar tiap stasiun 2,51 km = 2.510,00 m
b. Pulau Panjang :
- Panjang jalur 1 : 1,40 km = 1.400,00 m
2 : 3,22 km = 3.220,00 m
3 : 2,31 km = 2.310,00 m
- Jarak antar jalur 3,78 km = 3.780,00 m
- Lebar jalur pengamatan 200 meter (100 meter kiri – kanan),
- Tiap jalur dibuat 3 stasion dengan diameter 200 meter (100 meter kiri- kanan),
- Jarak antar tiap stasion 1,12 km = 1.120,00 m
c. Pulau Manawoka :
- Panjang jalur 1 : 1,17 km = 1.170,00 m
2 : 1,595 km = 1.595,00 m
3 : 2,31 km = 2.310,00 m
- Jarak antar jalur 8,35 km = 8.350,00 m
- Lebar jalur pengamatan 200 meter (100 meter kiri – kanan),
- Tiap jalur dibuat 3 stasion dengan diameter 200 meter (100 meter kiri- kanan),
- Jarak antar tiap stasion 941 meter,
d. Pengamatan sebaran satwa burung antar pulau dilakukan pada stasion pertama
di setiap pulau yang berhadapan dengan pulau – pulau lain.
1

e. Inventarisasi vegetasi tingkat pohon sebagai habitat satwa burung paruh


bengkok hanya dilakukan dalam setiap stasion pengamatan.
Desain tata letak jalur dan stasion pengamatan di Kepulauan Gorom dapat dilihat
pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Tata letak jalur dan stasiun pengamatan


1

3.4.2. Teknik Pengambilan Data


Pendataan satwa burung paruh bengkok dilakukan sebagai berikut :
a. Pengamatan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada waktu :
- Pagi pukul 06.00 - 09.00 wit
- Sore pukul 15.00 – 18.00 wit
b. Pendataan dilakukan dengan metode VCP (Variabel circular point) Reynolds
et.al (1983) dalam Yuda (1994).
c. Peneliti mengambil posisi di tengah lingkaran dan menginventarisasi secara
langsung jenis populasi dan habitat yang digunakan.
d. Waktu pencatatan di setiap stasion selama 20 menit,
e. Setelah selesai, peneliti segera berpindah ke stasion berikutnya.

3.4.3. Pendataan Habitat


Habitat satwa burung diinventarisir melalui 3 komponen, yaitu :
a. Makanan
Tabel 3.1. Jenis pakan satwa burung yang ditemukan

No. Jenis burung Jenis pakan

1.

2.

Jenis pakan diinventarisir secara langsung pada saat penelitian yaitu :


- Mencatat jenis pakan yang dikonsumsi oleh tiap jenis satwa burung,
- Mengamati kondisi dari sumber pakan misalnya buah, apakah buah tersebut
dalam jumlah banyak atau sedikit.
b. Air
Komponen air diinventarisir secara langsung pada saat penelitian apabila
menemukan satwa burung sedang minum.
2

c. Cover
Cover diinventarisir secara langsung saat satwa terbang akibat gangguan menuju
pohon tertentu untuk berlindung atau pohon yang digunakan untuk bersarang dan
tidur di malam hari. Vegetasi yang ada dalam setiap stasion diinventarisir
jenisnya untuk tingkat pohon.

Tabel 3.2. Jenis cover satwa burung yang ditemukan

No. Jenis Burung Jenis Pohon Keterangan

1
2

3.4.4. Data Sekunder


Data sekunder adalah data penunjang yang diperlukan untuk melengkapi analisis dan
pembahasan hasil penelitian berupa :
a. Aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan perburuan satwa burung paruh
bengkok
b. Upaya perlindungan tradisional yang dilakukan masyarakat.

3.5. ANALISIS DATA


3.5.1. Jenis Satwa Burung
Hasil inventarisasi jenis satwa burung paruh bengkok pada areal penelitian dapat
dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Jenis satwa burung yang ditemukan

Jalur/ Jenis burung


No Kelimpahan
Stasion Nama lokal Nama latin Habitat

A Pulau Gorom
1 Jalur 01
Stasion 1
Stasion 2
Stasion 3
2

3.5.2. Habitat Satwa Burung

Tabel 3.4. Jenis pakan burung yang ditemukan

No. Jenis Burung Jenis Pakan Keterangan

3.5.3. Cover Satwa Burung

Tabel 3.5. Jenis cover satwa burung yang ditemukan

No. Jenis Burung Jenis Pakan Keterangan

1
2

3.6. Metoda Pembahasan


Data yang diperoleh akan dibahas menggunakan metoda Analisa Deskriptif yaitu
melakukan deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat sesuai dengan fakta yang
ditemui di lapangan serta mengkaji secara mendalam mengenai jenis satwa burung paruh
bengkok yang menggunakan Kepulauan Gorom sebagai habitatnya.
2

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Letak Geografis

Secara astronomis, Kecamatan Pulau Gorom terletak antara 131⁰01’00” sampai


dengan 1301⁰20’00” Bujur Timur dan 03⁰54’30” sampai dengan 04⁰11’00” Lintang
Selatan.
Adapun batas-batas Kecamatan Pulau Gorom adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Seram
Sebelah Selatan : Kecamatan Wakate
Sebelah Timur : Kecamatan Gorom Timur
Sebelah Barat : Kecamatan Pulau Panjang

Berdasarkan data dari Bappeda, ibukota kecamatan Pulau Gorom (Negeri Kilalir)
berjarak sekitar 140 Km ke ibukota Kabupaten (Kecamatan Bula). Di sini Bappeda
memperoleh jarak dengan menarik garis lurus (jarak terdekat) dari ibukota kecamatan ke
ibukota kabupaten. Sementara itu kita perlu menempuh jarak lebih dari itu untuk menuju
Kecamatan Pulau Gorom.

4.2. Geologis
Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan wilayah gugusan pulau-pulau.
Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur letaknya tersebar di 50 (lima
puluh) pulau-pulau di bagian timur laut Provinsi Maluku, untuk Kecamatan Pulau Gorom
sendiri berada di wilayah daratan Pulau Seram. Luas Wilayah Kabupaten Seram Bagian
Timur seluruhnya kurang lebih 5799,123Km2. Sementara luas wilayah daratan
Kecamatan Pulau Gorom yaitu sebesar 91,303km2, atau sekitar 1,58 persen dari seluruh
luas daratan Kabupaten Seram Bagian Timur.

4.3. Iklim dan Curah Hujan


Iklim yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur adalah Iklim laut tropis dan
iklim musim. Terjadi iklim tersebut oleh karena Kabupaten Seram Bagian Timur
dikelilingi oleh laut yang luas, maka iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh laut yang
berlangsung seirama dengan musim yang ada.
Oleh karena luasnya wilayah ini dimana pulau-pulau yang tersebar dalam jarak yang
berbeda-beda, Keadaan klimatologi pada Stasion Meteorologi Geser yang
2

menggambarkan iklim di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan iklim


musim dan laut tropis, yang dipengaruhi angin dari Samudera Pasifik menuju arah barat,
berinteraksi dengan dinamika laut, dan masa gugus pulau, membentuk 3 (tiga) zona
agroklimat,

1. Zona agroklimat I.3 dengan curah hujan bulanan yang merata, ciri-ciri tahunan
lainnya (suhu rata-rata 26,0 0C, dengan curah hujan sebesar 1800-2200 mm),
mempengaruhi bagian timur Kecamatan Seram Timur hingga Kecamatan Pulau-
Pulau Gorom;
2. Zona agroklimat II.6 dengan curah hujan tertinggi antara bulan Desember – Mei,
ciri-ciri tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,4 0C, curah hujan sebesar 2500-4000
mm), mempengaruhi umumnya daratan Kecamatan Seram Timur dan Pulau-pulau
Watubela;
3. Zona agroklimat III.1 dengan curah hujan tertinggi antara bulan Juni-Agustus, ciri-
ciri tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,1 0
C, curah hujan 2000-2500 mm),
mempengaruihi sebagian kecil kawasan pantai Kecamatan Werinama.

4.4. Sosial Ekonomi


a. Penduduk
Pertumbuhan penduduk dapat terjadi akibat 4 (empat) komponen yaitu, tingkat
kelahiran (natalitas), tingkat kematian (mortalitas), migrasi masuk, dan migrasi keluar.
Dengan kata lain pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis
antara lahir, mati, datang dan pergi. Sedangkan tenaga kerja adalah jumlah seluruh
penduduk dalam satu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap mereka dan jika mereka mau berpartisipasi.
Tabel 4.1. Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kepulauan Gorom Di Tahun 2019
Nama Jumlah Jumlah Kepala Tingkat Kepadatan
Kecamatan Penduduk Keluarga (Kk) Pertumbuhan( Penduduk
(jiwa) %) (Jiwa/Ha)

Pulau Gorom 22.208 3,790 1,58 3,36

Gorom Timur 7,423 1 ,441 0,58 3,15

Pulau Panjang 2,108 520 0,45 3,47

Sumber : Data Bappeda Kab. SBT


2

b. Pendidikan.
Secara komposit, peningkatan kualitas SDM ditandai oleh makin membaiknya
indeks pembangunan manusia (IPM) yang merupakan indikator komposit status
kesehatan yang dilihat dari angka harapan hidup saat lahir, taraf pendidikan yang diukur
dengan angka melek huruf penduduk dewasa dan gabungan angka partisipasi kasar
jenjang pendidikan dasar, menengah, tinggi, serta taraf perekonomian penduduk yang
diukur dengan pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita dengan paritas daya
beliPendidikan wajib belajar 9 tahun yang meliputi 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun
SLTP memberikan harapan pada pengurangan tingkat kemiskinan yang terjadi di Seram
Bagian Timur.
Tabel 4.2. Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di kepulauan gorom.
No. Jumlah Fasilitas Pendidikan

Nama Kecamatan Umum Agama

SD SLTP SMA SMK MI MTs MA

1 Pulau Gorom 20 10 4 1 3 2 1

2 Gorom Timur 8 3 3 - 1 2 -

3 Pulau Panjang 3 1 1 - - - -

Jumlah total 31 14 8 1 4 4 1

Sumber: Dinas Pendidikan & Kementrian Agama Kab.SBT


4.5. Pertanian
a. Tanaman Pangan
Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Pulau Gorom Tahun 2016 menghasilkan
beberapa jenis komoditas, untuk komoditi yang memiliki produksi paling besar adalah
Ketela Rambat, Ketela Pohon, diikuti Talas, Jagung, dan Kacang Tanah.

b. Tanaman Perkebunan
Komoditas perkebunan Kabupaten Seram Bagian Timur yang cukup unggul yakni
Cengkeh dan Pala. Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2016
produksi terbesar kedua untuk komoditi Cengkeh ada di Kecamatan Pulau Gorom,
sedangkan produksi terbesar pertama ada di Kecamatan Kilmury. Sementara produksi
2

terbesar untuk Pala ada di Kecamatan Pulau Gorom dengan jumlah produksi sebanyak
339 ton.
Perkebunan di Kecamatan Pulau Gorom menghasilkan komoditas diantaranya
Kelapa, Cengkeh, Pala, Kakao, Kopi, dan Jambu Mete. Berdasarkan data Dinas
Kehutanan dan Perkebunan tersebut, komoditi Kelapa berada pada urutan pertama
terbanyak.

c. Peternakan
Usaha Peternakan di Kecamatan Pulau Gorom umumnya merupakan peternakan
rakyat dan masih bersifat tradisional, komoditas ternak yang ada antara lain kambing dan
unggas.

d. Perikanan
Kabupaten Seram Bagian Timur pada umumnya memiliki potensi Perikanan yang
cukup besar dengan berbagai kandungan biota laut, demikian juga pada Kecamatan Pulau
Gorom.

4.6. Kekayaan Jenis Satwaliar Di Kepulauan Gorom


Kepulauan Gorom memiliki kekayaan jenis satwaliar yang sangat beragam baik itu
Burung, Reptil dan Mamalia yang di temukan. Jenis yang ditemukan antara lain 6 jenis
burung paruh bengkok, 30 jenis burung selain burung paruh bengkok, 5 jenis Reptil dan 4
jenis Mamalia sehingga jumlah total secara keseluruhan 45 jenis. Sebagaimana tercantum
pada Tabel berikut ini.
Tabel 4.3. Kekayaan Jenis Satwaliar Yang Ditemukan di Kepulauan Gorom.

Jenis Satwa Liar


No Nama Lokal Nama Latin

1 Kakatua koki Cacatua Galerita


2 Nuri bayan Eclectus roratus
3 Betet kelapa Tanygnathus megalorinchos
4 Nuri Maluku Eos borne
5 Nuri pipi merah Geofreyus geofroyi
6 Perkici pelangi Trichoglossus haematodus
2

7 Gosong Kelam Megapodius frecinet


8 Pergam Rempah Ducula myristicivora
9 Pergam Laut Ducula bicolor
10 Cangkak Laut Ardea sumatrana
11 Kuntul Besar Egretta alba
12 Kuntul Karang Egretta sacra
13 Kowak Malam Merah Nyeticorax caledonicus
14 Kokokan Laut Butorides striatus
15 Elang Ikan Kecil Ichthyophaga humilis
16 Elang Tiram Pandion haliaetus
17 Belibis Tutul Dendrocygna guttata
18 Umukia Raja Tadoma radjah
19 Mandar Kelam Galinula tenelorosa
20 Trinil Rumbai Philomacus pugnax
21 Trinil Semak Tringa glareola
22 Dara Laut Jambul Stema bergii
23 Wili-Wili Besar Esacus koeglectu
24 Walik Dada Putih Ptilinopus rivoli
25 Walik Dada Lembuyung Ptilinapus viridis
26 Cekakak Talaud Todirhamphus enigma
27 Raja Udang Biru Alcedo pusilla
28 Perkutut Loreng Geopelia maugei
29 Burung Mata Merah Aplonia metalica
30 Srigunting Dicrurus macrocercus
31 Kipasan Kebun Rhipidura leucophrys
32 Terkukur Biasa Streptopelia chinensis
33 Sikatan Buruh Ficedula buruensis
34 Merpati Hutan Colaumba viteinensis
35 Sikatan Belang Ficedula westermanni
36 Angsa Batu Sula abbotti
37 Biawak Maluku Varanus indicus

38 Bunglon Bronchocela cristatella


2

39 Ular Piton Phyton raticulatus

40 Kadal Pohon Hijau Dasia olivacea


41 Kadal Kebun Eutropis macularia
42 Kuskus Putih Phalanger urinus

43 Babi Hutan Sus scrofa

44 Marsegu Chiroptera

45 Kukus Cokelat Phalanger orientalis

Sumber : Data primer 2019


2

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Jenis burung paruh bengkok


Kekayaan jenis burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom adalah sebanyak 6
terdiri dari 3 Sub bangsa yang berbeda yaitu Cacatuiinae, Lorinae dan Psittacinae yang
ditemukan pada lokasi penelitian. Jenis burung tersebut antara lain :

1. Kakatua Koki (Cacatua galerita)

Nama lokal : Kakatua jambul kuning

Nama ilmiah : Cacatua galerita

Family : Psitacidae

Penyebaran : Pulau Gorom dan


Pulau Manawoka.
Status : Dilindungi
Habitat : Hutan Sekunder dan
Hutan Primer
Pola migrasi : Berkelompok
harian
Makanan : Buah, biji dan bunga
Ketinggian : 20-350 M. dpl
tempat

Gambar 5.1. Burung Kakatua koki


2

2. Nuri Bayan (Eclectus roratus)

Nama lokal : Nuri bayan


Nama ilmiah : Eclectus roratus
Family : Psitacidae
Penyebaran : Pulau Gorom dan
Pulau Manawoka
Status : Dilindungi
Habitat : Hutan pantai,
HutanSekunder dan
Hutan primer
Pola migrasi : Berkelompok
harian
Makanan : Buah dan biji
Ketinggian : 20-350 M. Dpl
tempat

Gambar 5.2. Burung nuri bayan

3. Betet Kelapa (Tanygnathus megalorynchos)


Nama lokal : Betet kelapa
Nama ilmia : Tanygnathus
megalorynchos .
Family : Psitacidae
Penyebaran : Pulau Gorom,
Pulau Manawka
Status : Dilindungi
Habitat : Hutan pantai, Hutan
Sekunder Hutan primer
Pola migrasi : Berkelompok
harian
Makanan : Buah dan biji
Ketinggian tempat: 20-350 M. Dpl
Gambar 5.3. Burung bêtet
3

4. Nuri pipi merah (Geoffreyus geoffroyii)

Nama lokal : Nuri pipi merah


Nama ilmiah : Geoffreyus geoffroyii
Family : Psitacidae
Penyebaran : Pulau Gorom, Pulau
Manawoka, Pulau
Panjang
Status : Dilindungi
Habitat : HutanMangrove,Hutan
Pantai, Kebun campuran,
Hutan Sekunder dan
Hutan Primer
Pola migrasi : Berkelompok
harian
Makanan : Buah dan biji

Ketinggian : 20-350 M. Dpl


tempat

Gambar 5.4. Nuri pipi merah


5. Nuri maluku (Eos bornea)

Nama lokal : Nuri maluku


Nama latin : Eos bornea

Family : Psitacidae

Penyebaran : Pulau Gorom

Status : Dilindungi

Habitat : Hutan pantai,


Hutan Sekunder,
Pola migrasi : Berkelompok
harian
Makanan : Buah dan biji

Ketinggian : 50-250 M. Dpl


tempat
Gambar 5.5. Nuri Maluku
3

6. Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus)

Nama lokal : Perkici pelangi

Nama ilmiah : Trichoglossus haematodus


Family : Psitacidae

Penyebaran : Pulau Gorom, dan


Pulau Manawoka
Status : Dilindungi
Habitat : Hutan Mangrove, Hutan
Pantai, Hutan Sekunder
dan Hutan Primer
Pola migras : Berkelompok
harian
Makanan : Buah, Biji, Madu

Ketinggian : 20-350 M. dpl


Tempat

Gambar 5.6. Perkici pelangi

Tabel 5.1. Sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan di Kepulauan Gorom
.
Jenis burung Status Lokasi

No Lokal Latin Perlindungan P. P. P.


Gorom Manawoka Panjang

1 Kakatua Cacatua galerita Dilindungi √ √ x


koki

2 Nuri bayan Eclektus roratus Dilindungi √ √ x

3 Betet kelapa Tanygnathus Dilindungi √ √ x


megalorynchos
3

Table lanjutan 5.1

Jenis burung Status


Perlindungan Lokasi
No
Lokal Latin P.
Goro P. P.
m Manawoka Panjang
4 Nuri pipi Geoffreyus Dilindungi √ √

merah geofroyyi
5 Nuri maluku Eos bornea Dilindungi √ x x
6 Perkici Trichoglossus Dilindungi √ √ x
pelangi heamatodus

Berdasarkan data pada tabel 5.1 menunjukan bahwa telah ditemukan 6 jenis burung
paruh benkok di Kepulauan Gorom dan saat ini sudah berstatus dilindungi berdaarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM. 1/12/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi

5.6. Pulau Gorom


Sebaran jenis burung paruh bengkok lebih banyak ditemukan pada jalur 1 dan
jalur 2 yaitu di bagian utara pulau dan bagian tengah Pulau Gorom. Sedangkan pada jalur
3 di bagian selatan hanya ditemukan 4 jenis burung paruh bengkok.

Hasil penelitian menunjukan bahwa burung paruh bengkok lebih banyak


ditemukan melakukan aktivitas pada areal hutan yang terdapat di bagian utara dan bagian
tengah Pulau Gorom dikarena kedua jalur tersebut memeliki beberapa jenis tumbuhan
penghasil pakan yang cukup bila di bandingkan dengan jalur 3 yang terdapat di bagian
selatan Pulau Gorom, jenis pohon yang ditemukan di kedua jalur tersebut antara lain
pohon Kayu burung (Eleocarpus ganitrus), Kenari (Canarium Sp), Durian (Durio
zibethinus) sehingga menjadi sumber pakan bagi jenis burung ini. Sedangkan jalur 3
yang terdapat di bagian selatan Pulau Gorom sangat jarang ditemukan jenis pohon seperti
Kayu burung (Eleocarpus ganitrus) dan Durian (Durio zibethinus).
3

5.6.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Gorom


Pulau Gorom memiliki beberapa tipe habitat hutan yang digunakan oleh burung
paruh bengkok sebagai habitatnya berupa tempat mencari makan, melakukan
aktivitas bermain, bersarang, berkembangbiak dan sebagai tempat untuk
berlindung, diantarnya :
1. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem air payau terletak di bibir pantai dengan
kondisi terendam dan berlumpur karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Habitat hutan mangrove hanya ditemukan di Pulau Gorom dan pulau panjang
bagian selatan, Dengan panjang areal sekitar 300 meter dan lebar 70 meter, jenis
yang dominan adalah (Sonneratia alba) dan (Rizhopora mucronata), (Bruguiera
gymnorrhiza) dan (Bruguiera parviflora). Jenis burung yang ditemukan pada
habitat mangrove yaitu Nuri pipi merah (Goefreyus geofroyi)
Tabel 5.2. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove di Pulau
Gorom
Jenis pohon

No Nama local Nama latin

1 Bakau pidada putih Sonneratia alba

2 Bakau kurap Rizhopora mucronata

3 Bakau putut Bruguiera gymnorrhiza

4 Bakau lenggadai Bruguiera parviflora

Dari ke 4 jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove hanya
terdapat 2 jenis pohon yaitu (Rizhopora mucronata) dan (Sonneratia alba)
sementara berbunga dan berbuah sehingga menjadi sumber pakan bagi burung
paruh bengkok. Selain menjadi penyedia makanan, habitat hutan mangrove juga
digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai tempat untuk melakukan aktivitas
lain seperti bermain dan juga sebagai cover.
3

2. Hutan Pantai
Hutan pantai adalah ekosistem hutan di daerah kering tepi pantai dengan
tanah berpasir atau berbatu. Hutan pantai biasanya berada di belakang hutan
mangrove, atau pada lokasi tertentu langsung dari laut yang terdapat hamparan
pasir pantai dan tumbuh beberapa jenis tumbuhan pantai seperti Waru laut
(Hibiscus tiliaceus), Bintanggur pantai (Challopylum inophilum), Kayu besi
pantai (Pongamia pinatta), Kayu buta (Excocccaria agaboha), Ketapang
(Terminalia catapa), Hutung (Baringtonia asiatica), Kayu burung (Eleocarpus
ganitrus), Kenari (Canarium Sp), dan Beringin (Ficus benjamina). Hasil
pengamatan terdapat 5 jenis burung paruh bengkok yang di jumpai pada habitat
hutan pantai diantaranya Nuri bayan (Eclectus roratus), Betet kelapa
(Tanygnathus megalorinchos), Perkici pelangi (Trichoglossus haematodus), Nuri
maluku (Eos bornea) dan Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi) yang sedang
melakukan aktivitas harian seperti makan dan bermain setelah itu mereka akan
kembali ke habitat aslinya.

Tabel 5.3. jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau Gorom

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Kayu burung Eleocarpus ganitrus

2 Bintanggur pantai Challopylum inophilum

3 Kayu besi pantai Pongamia piñata

4 Pulai Alstonia scholaris

5 Kenari Canarium Sp

6 Kelapa Cocos nucifera

7 Beringin Ficus benjamina

8 Pala Myristica fragrans


3

Tabel lanjutan 5.3.


9 Hutung Baringtonia asiatica

10 Ketapang Terminalia catapa

11 Kayu siki Palaquium amboinensis

12 Linggua Ptrocarpus indicus

13 Waru laut Hibiscus tiliaceus

14 Kasuari pantai Casuari equisekedia

15 Kapok Ceiba petandra

16 Kayu buta Excocccaria agaboha

17 Mangga Mangifera indica

Hasil pengamatan burung paruh bengkok yang dilakukan pada habitat hutan
pantai telah ditemukan beberapa jenis pohon yang sedang berbuah dan berbunga
seperti : Kayu burung (Eleocarpus ganitrus), Linggua (Ptrocarpus indicus),
Beringin (Ficus benjamina), Kenari (Canarium Sp), Mangga (Mangifera indica),
dan Kelapa (Cocos nucifera),

3. Kebun campuran
Kebun campuran ialah lahan yang awalnya berupa hutan sekunder dan sebagian
hutan primer yang dikonversi menjadi lahan budidaya kebun yang terletak pada
ketinggian 350-370 m, areal ini merupakan habitat bukan hutan berupa tanaman,
calon ladang dan lahan terbuka. Areal hutan tersebut dikonversi dengan cara
menebang pohon di areal calon ladang yang kemudian dibakar untuk menambah
kesuburan tanah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk ditanami
berbagai jenis tanaman pertanian seperti : Kakao (Theobroma cacao), Kelapa
(Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus), dan juga ditanami sayur-sayuran
dan tanaman penghasil buah lainnya. Habitat kebun campuran hanya ditemukan 1
jenis saja yaitu Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi).
3

Hasil pengamatan burung paruh bengkok yang dilakukan pada habitat hutan
pantai telah ditemukan beberapa jenis pohon yang sedang berbuah dan berbunga
seperti : Kayu burung (Eleocarpus ganitrus), Linggua (Ptrocarpus indicus),
Beringin (Ficus benjamina), Kenari (Canarium Sp), Mangga (Mangifera indica),
dan Kelapa (Cocos nucifera),

4. Kebun campuran
Kebun campuran ialah lahan yang awalnya berupa hutan sekunder dan sebagian
hutan primer yang dikonversi menjadi lahan budidaya kebun yang terletak pada
ketinggian 350-370 m, areal ini merupakan habitat bukan hutan berupa tanaman,
calon ladang dan lahan terbuka. Areal hutan tersebut dikonversi dengan cara
menebang pohon di areal calon ladang yang kemudian dibakar untuk menambah
kesuburan tanah sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk ditanami
berbagai jenis tanaman pertanian seperti : Kakao (Theobroma cacao), Kelapa
(Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus), dan juga ditanami sayur-sayuran
dan tanaman penghasil buah lainnya. Habitat kebun campuran hanya ditemukan 1
jenis saja yaitu Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi).

Tabel 5.4. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun Campuran di Pulau
Gorom

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Pulai Alstonia scholaris

2 Bintanggur Challopylum inophilum

3 Kayu besi pantai Pongamia piñatta

4 Mangga Mangifera indica

5 Kayu besi Intsia bijuga

6 Kayu buta Excocccaria agaboha

7 Jambu air Eugenia aqvasea

8 Managga berabu Carbera manghas


3

Table lanjutan 5.4

9 Linggua Ptrocarpus indicus

10 Rambutan Nephelium lappaceum

11 Kelapa Cocos nucifera

Pada habitat kebun campuran terdapat 11 jenis pohon yang ditemukan, dari 11
jenis pohon ini terdapat 4 jenis pohon sementara berbuah dan berbunga yang
digunakan sebagai sumber pakan oleh burung paruh bengkok yaitu : Mangga
(Mangifera indica), Linggua (Ptrocarpus indicus), Bintanggur pantai
(Challopylum inophilum) dan Kelapa (Cocos nucifera). Habitat kebun campran
yang ada di Pulau Gorom hanya digunakan sebagai tempat mencari makan oleh
burung paruh bengkok, sedangkan untuk aktivitas lain tidak ditemukan.

5. Hutan Sekunder
Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melelui suksesi sekunder
alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan yang berat, seperti lahan
bekas perladangan berpindah atau untuk pertanian menetap. Habitat hutan
sekunder memliki jumlah jenis pohon paling banyak jika di bandingkan dengan
habitat hutan lain dengan jumlah sebanyak 38 jenis pohon, sedangkan jenis yang
dominan adalah Kenari (Canarium Sp), Pala (Myristica fragrans). Selain itu
terdapat beberapa jenis pohon sementara berbuah dan berbunga yang ditemukan
pada habitat hutan sekunder di antaranya : Durian (Durio zibethinus), Kedondong
(Spondias pinatta), Matoa (Pometia pinatta), Bintanggur gunung (Challophyllum
soulatri), Kelapa (Cocos nucifera), Pohon germum, Kenanga (Cananga odorata),
Kenari (Canarium Sp), Pala (Myristica fragrans), Sengon (Paraserianthes
falcataria), Beringin (Ficus benjamina), Mangga (Mangifera indica), Kayu
burung (Eleocarpus ganitrus), Linggua (Ptrocarpus indicus) yang sementara
digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai sumber pakan.
Jenis burung yang ditemukan pada habitat hutan sekunder adalah Nuri
bayan (Eclectus roratus), Nuri maluku (Eos bornea), Betet kelapa (Tanygnathus
megalorinchos), Kakatua koki (Cacatua galerita), Perkici pelangi (Trichoglossus
haematodus) dan Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi). Selain menjadi penyedia
3

pakan, habitat hutan sekunder yang terdapat di Pulau Gorom juga merupakan
habitat yang paling banyak digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai tempat
untuk melakukan aktivitas lainnya seperti bersarang, cover dan sebagai tempat
untuk berkembang biak.

Tabel 5.5. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan sekunder di Pulau
Gorom

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Pulai Alstonia scholaris

2 Kayu buta Excocccaria agaboha

3 Kayu besi Intsia bijuga

4 Linggua Ptrocarpus indicus

5 Kayu burung Eleocarpus ganitrus

6 Mangga Mangifera indica

7 Beringin Ficus benjamina

8 Sengon Paraserianthes falcataria

9 Kenari Canarium Sp

10 Durian Durio zibethinus

11 Cengkeh Eugenia aromatic

12 Cempeda Artocarpus integer

13 Jati Tectona grandis

14 Kenanga Cananga odorata

15 Kayu sisan -

16 Pohon sosil -

17 Kayu wakas -
3

Table lanjutan 5.5


18 Pala Myristica fragrans

19 Kemiri Aceurithes mollucana

20 Membacang Mangifera tutida

21 Pohon germum -

22 Kayu maran Litsea elliptica

23 Kayu rengas Gladula renghas

24 Pohon marsegu Anthoceppalus cadamba

25 Gondal Ficus variegate

26 Kayu tan -

27 Tomi-tomi Flacourtia inermis

28 Pohon seat Lokal

29 Gayam Inocarpus fagiferus

30 Sukun Artocarpus altilis

31 Kedondong Spondias piñata

32 Manggustan Garcia manggustana

33 Kelapa Cocos nucifera

34 Bintanggur gunung Challophyllum soulatri

35 Matoa Pometia piñata

36 Durian hutan Durio Sp

37 Kayu hitam Diospyros ebenum

38 Titi Gemelina mollucana


4

5.7. Pulau Manawoka


Sebaran burung paruh bengkok di Pulau Manawoka juga mengalami perbedaan
pada jenis burung serta sebaran antara 3 jalur yang ada, yang menjadi perbedaannya
adalah tidak ditemukan burung Nuri Maluku (Eos bornea) di Pulau Manawoka hal ini
yang menjadi faktor pembanding di antara Pulau Gorom dan Pulau Manawoka. Selain itu
sebaran antara 3 jalur juga mengalami perbedaan misalnya jalur 1 yang terdapat bagian
selatan ditemukan 3 jenis burung paruh bengkok, sedangkan jalur 2 di bagian tengah
terdapat 5 jenis dan jalur 3 hanya 2 jenis. Jenis-jenis burung paruh bengkok yang
ditemukan antara lain Kakatua koki (Cacatua galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus),
Betet kelapa (Tanygnathus megalorynchos), Nuri pipi merah (Geoffroyus geoffroyi),
Perkici pelangi (Trichoglossus heamatodus). Sedangkan jenis burung paruh bengkok
yang dominan di Pulau Manawoka adalah Nuri pipi merah (Geoffroyus geoffroyi),

5.7.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Manawoka


1. Hutan Pantai
Variasi jenis tumbuhan pada habitat hutan pantai yang terdapat di Pulau
Manawoka hampir sama dengan habitat hutan pantai yang terdapat di Pulau
Gorom. Namun ada sedikit perbedaan pada komposisi jenis tumbuhan antara
kedua pulau yaitu jenis (Canarium Sp), (Eleocarpus ganitrus), (Myiristica
fragrandans) dan (Ceiba petandra) yang hanya ditemukan di Pulau Gorom. Jenis
burung yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau Manawoka ialah Nuri
pipi merah (Geofreyus geofroyi) dan Perkici pelangi (Trichoglossus haematodus).
Pada habitat hutan pantai ini juga di temukan 1 pohon kelapa yang digunakan
oleh burung Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi) sebagai sarang.

Tabel 5.6. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau
Manawoka

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Bintanggur pantai Challopylum inophilum

2 Kayu besi pantai Pongamia piñata

3 Pulai Alstonia scholaris


4

Tabel lanjutan 5.6

4 Kelapa Cocos nucifera

5 Beringin Ficus benjamina

6 Hutung Baringtonia asiatica

7 Ketapang Terminalia catapa

8 Kayu siki Palaquium amboinensis

9 Linggua Ptrocarpus indicus

10 Waru laut Hibiscus tiliaceus

11 Kasuari pantai Casuari equisekedia

12 Kayu buta Excocccaria agaboha

13 Mangga Mangifera indica

2. Kebun Campuran
Habitat kebun campuran di Pulau Manawoka hanya di dominasi oleh jenis-jenis
pohon seperti : (Cocos nucifera), (Carbera manghas), (Excocccaria agaboha),
(Ptrocarpus indicus), (Mangifera indica), (Pongamia piñata). Perbedan jumlah
jenis pohon yang ditemukan pada kedua pulau ialah terdapat 11 jenis pohon di
habitat kebun canpuran di Pulau Gorom sedangkan untuk Pulau Manawoka hanya
terdapat 8 jenis pohon dan habitat kebun campuran yang terdapat Pulau
Manawoka juga sama dengan habitat kebun campuran yang terdapat di Pulau
Panjang. Jenis burung yang ditemukan pada habitat kebun campuran yaitu Nuri
pipi merah (Geofreyus geofroyi).
4

Tabel 5.7. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun campuran di Pulau
Manawoka
Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Bintanggur Challopylum inophilum

2 Kayu besi pantai Pongamia piñata

3 Mangga Mangifera indica

4 Kayu besi Intsia bijuga

5 Kayu buta Excocccaria agaboha

6 Managga berabu Carbera manghas

7 Linggua Ptrocarpus indicus

8 Kelapa Cocos nucifera

3. Hutan Sekunder
Hutan sekunder yang terdapat di Pulau Manawoka berbeda dengan hutan
sekunder yang terdapat di Pulau Gorom. Hal ini terlihat pada jenis pohon yang
ditemukan pada kedua lokasi yaitu sebanyak 38 jenis pohon yang tedapat di
Pulau Gorom. Sedangakan Pulau Manawoka hanya terdapat 16 jenis pohon.
Habitat hutan sekunder ini hanya di temukan 1 jenis burung paruh benngkok saja
yaitu Nuri bayan (Eclectus roratus).
4

Tabel 5.8. jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan sekunder di Pulau
Manawoka

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Pulai Alstonia scholaris

2 Kayu buta Excocccaria agaboha

3 Kayu besi Intsia bijuga

4 Linggua Ptrocarpus indicus

5 Mangga Mangifera indica

6 Beringin Ficus benjamina

7 Kenanga Cananga odorata

8 Kayu sisan Lokal

9 Kayu wakas Lokal

10 Kayu maran Litsea elliptica

11 Pohon seat Lokal

12 Kelapa Cocos nucifera

13 Bintanggur gunung Challophyllum soulatri

14 Matoa Pometia piñata

15 Durian hutan Durio Sp

16 Kayu hitam Diospyros ebenum


4

1. Hutan Primer
Hutan primer merupakan hutan alam yang masih utuh yang belum mengalami
gangguan eksploitasi oleh manusia. Pada arael hutan primer hanya tardapat di
Pulau Manawoka khususnya pada jalur 2 dan jalur 3 yaitu di bagian tengah dan di
bagian utara pulau, jenis pohon yang ditemukan pada habitat ini sebanyak 20
jenis dari. Sedangkan jenis yang dominan pada habitat hutan primer adalah pohon
Kayu besi (Intsia bijuga), pohon Siki (Palaquium amboinensis) dan Kayu Buta
(Excocccaria agaboha). Hasil pengamatan pada habitat hutan primer ditemukan
beberapa jenis pohon yang sedang berbuah dan berbunga seperti Gayawas hutan
(Duabanga moluccana), Mangga (Mangifera indica), Bintanggur pantai
(Challophylum inophyllum), Linggua (Ptrocarpus indicus), Kelapa (Cocos
nucifera), Bintanggur gunung (Chalophyllum soulatri), Matoa (Pometia pinatta),
dan Beringin (Ficus benjamina). Jenis burung paruh bengkok yang di jumpai
pada habitat hutan primer antara lain Nuri bayan (Eclectus roratus), Betet kelapa
(Tanygnathus megalorinchos), Kakatua koki (Cacatua galerita), Perkici pelangi
(Trichoglossus haematodus) dan Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyi). Habitat
hutan primer ini juga digunakan oleh burung paruh bengkok sebagai tempat
bersarang, berkembang biak, cover dan sebagai tempat mencari makan. Karena
pada habitat ini terlihat masih alami dan belum ada gangguan dari manusia
sehingga cocok untuk burung paruh bengkok untuk melakukan aktivitasnya.

Tabel 5.9. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan primer di Pulau
Manawoka

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Bintanggur gunung Challophyllum soulatri

2 Kayu hitam Diospyros ebenum

3 Matoa Pometia piñata

4 Kelapa Cocos nucifera

5 Kayu wakas Lokal

6 Beringin Ficus benjamina


4

Tabel lanjutan 5.9


7 Kayu buta Excocccaria agaboha

8 Kayu besi Intsia bijuga

9 Linggua Ptrocarpus indicus

10 Pulai Alstonia scholaris

11 Kayu Buta Excoecaria agallocha

12 Bintanggur pantai Challophylum inophyllum

13 Manngga berabu Cerbera manghas

14 Hutung Baringtonia asiatica

15 Ketapang Terminalia catappa

16 Pohon waru Hibiscus tiliaceus

17 Mangga Mangifera indica

18 Kenari hutan Canarium sylvestre

19 Gayawas hutan Duabanga moluccana

20 Kayu siki Palaquium amboinensis

5.8. Pulau Panjang


Hasil pengamatan yang dilakukan di Pulau Panjang hanya di temukan 1 jenis
burung paruh bengkok mulai dari jalur 1 di bagian timur hingga jalur 3 di bagian
utara Pulau Panjang. Hal ini di pengaruh oleh kondisi pulau tidak mendukung
keberadaan jenis lainnya karena kurangnya ketersediaan sumber pakan serta
kondisi habitat yang sebagian besar sudah mengalami kerusakan akibat alih fungsih
lahan hutan menjadi areal kebun sehinnga sangat mempengaruhi keberadaan jenis
burung lainnya, Jenis burung yang ditemukan di Pulau Panjang hanyalah Nuri
pipih merah (Geoffroyus geoffroyi).
4

5.8.1. Tipe Habitat Hutan Di Pulau Panjang


1. Mangrove
Habitat hutan mangrove yang terdapat di pulau panjang memiliki jenis yang
pohon yang sama dengan yang ditemukan di pulau gorom yaitu sebanyak 4 jenis
yaitu (Sonneratia alba), (Rizhopora mucronata), (Bruguiera gymnorrhiza) dan
(Bruguiera parviflora). Tidak di jumpai jenis burung paruh bengkok pada areal
ini karena tidak termasuk dalam jalur pengamatan burung

Tabel 5.10. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan mangrove di Pulau
Panjang

Jenis pohon

No Nama local Nama latin

1 Pidada Putih Sonneratia alba

2 Kurap Rizhopora mucronata

3 Putut Bruguiera gymnorrhiza

4 Lenggadai Bruguiera parviflora

1. Hutan Pantai
Hutan pantai yang terdapat di Pulau Panjang mimiliki jumlah jenis pohon
sebanyak 9 jenis yang terdiri dari (Challopylum inophilum), (Pongamia piñata),
(Cocos nucifera), (Baringtonia asiatica), (Terminalia catapa), (Hibiscus
tiliaceus), (Casuari equisekedia), (Excocccaria agaboha), dan (Mangifera
indica).
4

Tabel 5.11. Jenis pohon yang ditemukan pada habitat hutan pantai di Pulau
Panjang

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

1 Bintanggur pantai Challopylum inophilum

2 Kayu besi pantai Pongamia piñata

3 Kelapa Cocos nucifera

4 Hutung Baringtonia asiatica

5 Ketapang Terminalia catapa

6 Waru laut Hibiscus tiliaceus

7 Kasuari pantai Casuari equisekedia

8 Kayu buta Excocccaria agaboha

9 Mangga Mangifera indica

2. Kebun campuran
Pada areal kebun campuran yang terdapat di Pulau Panjang di jumpai beberapa
jenis pohon hutan seperti (Pongamia piñatta), (Mangifera indica), (Intsia bijuga),
(Excocccaria agaboha), (Carbera manghas), dan beberapa jenis tanaman
pertanian masyarakat seperti Umbi-umbian, Kacang-kacangan, Jagung dan
Kelapa. Pada areal kebun campuran ini ditemukan juga burung Nuri pipi merah
(Geofreyus geofroyi) yang sedang menggunakan pohon kelapa sebagai sarang dan
juga melakukan aktivitas makan pada pohon manga yang sedang berbuah
4

Tabel 5.12. jenis pohon yang ditemukan pada habitat kebun campuran di Pulau
panjang

Jenis Pohon

No Nama local Nama latin

2 Kayu besi pantai Pongamia piñata

3 Mangga Mangifera indica

4 Kayu besi Intsia bijuga

5 Kayu buta Excocccaria agaboha

6 Managga berabu Carbera manghas

8 Kelapa Cocos nucifera

5.5. Komponen Habitat Burung Paruh Bengkok


1. Makanan
Burung memerlukan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Burung
memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis pakan tertentu, sehingga dalam memenuhi
kebutuhan pakan, burung akan mencari habitat yang mampu menyediakan jenis pakan
yang sesuai. Burung memiliki preferensi terhadap suatu
makanan, jika di suatu tempat tidak memenuhi kebutuhannya maka burung akan
memilih tempat lain yang memiliki sumber pakan yang melimpah (Dewi, 2005 dalam
Syafrudin 2011)

Hasil pengamtan vegetasi yang dilakukan pada kelima tipe habitat yang terdapat di
masing-masing pulau mengalami perbedaan, misalnya pada habitat hutan sekunder yang
ada di pulau gorom berbeda dengan hutan sekunder yang terdapat di pulau manawoka dan
pulau panjang . Hal ini telihat pada variasi jenis tumbuhan yang mendiami kedua tipe
habitat tersebut, misalnya di pulau gorom banyak dijumpai ditemukan jenis pohon seperti
: Kayu burung (Eleocarpus ganitrus, Kenari (Canarium Sp), Beringin (Ficus benjamina),
Kananga (Cananga odorata), Pohon Germum, Matoa (Pometia piñatta) dan beberapa
jenis tanaman pertanian yang tergolong di dalamnya seperti Pala (Myristica fragrans),
Durian (Durio zebinthinus), dan Kelapa (Cocos nucifera) yang menjadi sumber pakan
4

bagi burung paruh bengkok. Sedangkan komposisi jenis pohon hutan yang terdapat Pulau
Manawokan dan Pulau Panjang terlihat hampir sama karena kedua lokasi banyak di
jumpai jenis pohon seperti : Kayu besi pantai (Pongamia piñata), Kayu buta
(Excocccaria agaboha) Matoa (Pometia piñata), Giyawas hutan (Duabanga moluccana),
Kayu besi (Intsia bijuga) dan Kelapa (Cocos nucifera).

Purnomo, dkk, 2009 dalam latupapua 2016, menyatakan bahwa struktur vegetasi
mempengaruhi pemilihan habitat oleh burung. Apabila habitat tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan hidup, maka burung tersebut akan berpindah. Selajutnya
(Wisnubudi, 2009 dalam latupapua 2016), menyatakan bahwa keanekaragaman jenis
vegetasi yang tinggi dapat dijadikan sebagai tempat sumber pakan tempat berlindung
maupun tempat bersarang dari jenis-jenis burung.

Pada umumnya jenis pakan yang di konsumsi oleh ke 6 jenis burung paruh
bengkok ini hampir sama hanya 2 jenis yang lebih spesifik berbeda dengan jenis lain
misalnya Kakatua koki (Cacatua galerita), dan Betet kelapa paruh besar (Tanygnathus
megalorynchos), karena dilihat dari ukuran paruhnya yang keras dan sangat besar
sehingga mampu mengkomsumsi buah yang berukuran besar dan keras sekalipun,
misalnya buah kelapa, kenari dan durian. Sebagian burung paruh bengkok jenis Kakatua
koki (Cacatua galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus) dan Nuri pipih merah (Geofreyus
geofroyi) saat ini sudah dianggap sebagai hama oleh masyarakat pulau manawoka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang warga Desa Loku mengatakan
bahwa burung Kakatua koki (Cacatua galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus) dan Nuri
pipih merah (Geofreyus geofroyi) sering datang dalam jumlah yang banyak untuk
memakan jenis tanamam pertanian masyarakat yang sudah siap di panen seperti : Pepaya,
Pisang, Jagung, Kacang Panjang, Mangga dan Kedondong. Dan saat ini upaya yang
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk melakukan pengendalian yaitu dengan cara-
cara yang sederhana seperti membuat orang-orangan untuk menakut-nakuti atau
menggunakan pecahan piring dan kaleng yang di gantungkan di sekitar areal kebun
masyarakat agar terjadi kebisingan secara mendadak dengan tujuan untuk mengusir
burung yang datang memakan tanaman mereka. Ini merupakan upaya pengendalian
secara tradisional yang menggunakan nilai-nilai kearifan lokal sejak dulu hingga sekarang
ini.
5

Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung pada kondisi sumber pakan pada
setiap jalur ataupun stasiun yang ada menunjukan bahwa jumlah pakan yang masih cukup
tersedia bagi burung paruh bengkok yang terdiri dari berbagai jenis pohon yang menjadi
sumber pakan bagi satwa burung seperti : pohon Kayu burung (Eleocarpus ganitrus),
Kenari (Canrium Sp), Beringin (Ficus benjamina), Pohon germum dan Pohon seat.

Tabel 5.13. Jenis pakan burung paruh bengkok yang di temukan di Kepulauan Gorom
(Pulau Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang)

No Jenis burung Jenis pakan

1 2 3

1. Kakatua koki Buah kelapa, kenari, bunga kenanga, bunga


sengon, bunga pohon germum, beringin, buah
kenari, atang pohon, jagung, Buah pala.

2. Nuri bayan Kenari, matoa, beringin, bunga

3. Betet kelapa paruh besar Kenari, kelapa, durian, matoa. Beringin

4. Nuri maluku Beringin, kenanga, matoa,, bunga linggua, bunga


sengon, nectar,
5. Nuri pipih merah Mangga, bintanggur, kenari, matoa, kedondong,
beringing,

6. Perkici pelangi Beringing, kenanga, bunga linggua, nectar.


5

Berikut ini merupankan jenis pakan burung paruh bengkok yang ditemui pada
lokasi penelitian.

Gambar 5.7. Buah kenari Gambar 5.8. Buah kayu burung

Gambar 5.9. Buah beringin Gambar 5.10. Bunga pohon germum


5

Gambar 5.11. Buah beringin

2. Air
Setiap makhluk hidup membutuhkan air baik itu hewan maupun tumbuhan untuk
memnuhi kebutuhan hidupnya serta membantu proses pencernaan dalam tubuh satwa itu
sendiri. Burung paruh bengkok merupakan satwa yang jarang membutuhkan air karena
air hanya didapat dari buah yang mengandung kadar air, madu, ataupun embun yang
terdapat pada dedaunan dan air hujan yang ada pada ranting pohon.

Hasil penelitian yang di lakukan di Kepulauan Gorom tidak di temukan satwa


burung paruh bengkok yang turun ke sungai ataupun telaga untuk minum. Namun ada
beberapa jenis pohon penghasil buah yang digunakan sebagai sumber air seperti buah
Kelapa (Cocos nucifera) dan buah Kenari (Canarium Sp) yang masih muda. Karena buah
kelapa dan buah kenari yang masi muda mengandung kadar air meskipun dalam jumlah
yang sedikit.
5

3. Cover (Tempat Berlindung)


Semua jenis Satwaliar yang ada di setiap belahan bumi ini pasti membutuhkan
tempat untuk berlindung (cover), berkembangbiak, beristrahat dan bersarang. Satwa
burung paruh bengkok termasuk hewan yang hidup berkelompok. Namun dalam
melakukan aktivitas keseharian menunjukan perilaku yang berbeda-beda seperti perilaku
makan, beristrahat, bersarang dan sebagai tempat untuk berlindung (cover).

Tabel 5.14. Jenis cover satwa burung yang ditemukan di Kepulauan Gorom (Pulau
Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang)
No. Jenis burung Jenis cover

Bagian ujung tajuk pohon yang kering dan


1. Kakatua koki terbuka
Tengah tajuk, ujung tajuk, pohon yang rimbun
2. Betet kelapa paruh besar dan pohon berukuran besar

3. Nuri pipih merah Tengah tajuk, ujung tajuk dan pohon yang rimbun

5. Nuri bayan Tengah tajuk, ujung tajuk dan pohon yang rimbun

6. Perkici pelangi Tengah tajuk dan pohon yang rimbun

Berdasarkan data pada tabel 5.10. menunjukan bahwa terdapat beberapa pohon
yang digunakan sebagai cover (tempat berlindung), jenis-jenis tersebut adalah Bintanggur
pantai (Challophylum inophyllum), Beringin (Ficus benjamina), Kayu besi (Intsia
bijuga), Kayu hitam (Diospyros ebenum), Pohon germum, Pohon sosil, Kenari
(Canarium Sp) dan beberapa jenis pohon yang sudah kering serta beberapa jenis Bakau
yang tergolong di dalamnya.

Hasil pengamatan yang dilakukan pada lokasi penelitian ditemukan Jenis burung
kakatua lebih banyak menggunakan pohon-pohon yang memiliki tajuk yang datar serta
pohon yang sudah kering sebagai covernya. Berbeda dengan burung Betet (Tanygnathus
megalorynchos), Nuri bayan (Eclectus roratus), Perkici pelangi (Trichoglossus
haematodus), Nuri pipih merah ( geofroyus geofroyi) dan Nuri Maluku (Eos bornea)
yang menggunakan pohon yang rimbun dengan tajuk yang sangat rapat untuk beristrahat
sekaligus sebagai tempat kamuflase dari serangan dan gangguan predator. Karena jenis
5

burung ini memiliki banyak variasi warna seperti Hijau, Merah, Biru, Hitam dan Kuning
yang selaras dengan dengan warna yang terdapat pada pohon misalnya daun, batang,
cabang, bunga yang dihinggapi.

Berikut ini merupakan beberapa jenis pohon yang di jadikan sebagai tempat untuk
melekukan aktivitas hariannya berupa makan, bermain, beristrahat dan juga sebagai cover
oleh burung paruh bengkok yang ditemukan pada lokasi penelitian di Kepulauan Gorom
seperti gambar berikut ini.

Gambar 5.12. Pohon Sosil Gambar 5.13. Pohon Kenari


5

Gambar 5.14. Pohon Kenari Gambar 5.15. Pohon Kayu Besi

Gambar 5.16. Pohon Beringin Gambar 5.17. Pohon Beringin


5

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pulau Gorom dan Pulau Manawoka yang
diteliti masih memiliki jumlah jenis burung dan satwaliar lainnya masih terbilang cukup
baik karena secara umum dua kawasan ini memiliki keragaman jenis tumbuhan yang
cukup mendukung serta mengandung variasi sumber pakan yang sangat beragam
sehingga menyebabkan satwaliar khususnya burung paruh bengkok tersebar mengikuti
Namun sejauh ini belum ada upaya-upaya perlindungan yang dilakukan dari masyarakat
maupun dari pemerintah terhadap jenis satwaliar khususnya burung paruh bengkok
sehingga apabila dibiarkan terus-menerus maka di khawatirkan keberadaan mereka di
alam menjadi terancam.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kepulaun Gorom masih ditemukan


adanya aktivitas perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat terhadap satwa burung
paruh bengkok. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat
dengan pemerintah guna mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan
perlindungan satwa-satwa tersebut.

Setelah dilakukan penelitian di Kepulauan Gorom terlihat bahwa kedua pulau


yakni Pulau Gorom dan Pulau Manawoka memiliki sejumlah potensi sumber daya alam
berupa potensi flora dan fauna yang masih cukup banyak di kedua pulau, sehingga
diharapkan adanya upaya dari Pemeritah Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur yang
lebih spesifik kepada Dinas Kehutanan yang memiliki wewenang dalam masalah
Kehutanan yang ada sehingga dibuatlah suatu kebijakan dalam menangani masalah-
masalah yang ada berupa :

a. Sosialisasi kepada masyarakat Desa setempat


b. Pembuatan papan informasi terkait dengan jenis-jenis tumbuhan dan satwaliar
yang dilindungi sehingga menghambat kegiatan perburuan liar yang masih terus
dilakukan oleh masyarakat
5

Berikut ini merupakan gambar temuan aktivitas perburuan liar yang dilakukan oleh
masyarakat di lokasi penelitian

Gambar 5.18. Aktivitas perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat

4. Tempat Berkembangbiak
Burung paruh bengkok biasanya membuat sarang pada lobang kayu pada batang
pohon yang sudah kering atau bekas ranting pohon yang sudah patah dan membusuk
yang kemudian dilobangi menggunakan paruh mereka hingga sampai terbentuk menjadi
sarang yang bisa digunakan. Pada umumnya burung paruh bengkok lebih banyak
membuat sarang pada pohon yang memiliki ketinggian tertentu serta tajuk yang terbuka
dengan tujuan agar mereka dengan mudah menghindar dari gangguan predator yang
mengganggu.

Hasil pengamatan yang dilakukan telah ditemukan beberapa jenis pohon yang
sementara di pakai oleh burung paruh bengkok sebagai sarang yaitu Pohon Sosil, Pohon
Germum, Pohon Sisan, Kelapa (Cocos nucifera) dan Pohon Kenari (Canarium Sp)
seperti gambar berikut ini
5

Gambar 5.19. Sarang burung Kakatua Gambar 5.20. Sarang burung Kakatua

Gambar 5.21. Sarang Nuri bayan Gambar 5.22. sarang Nuri pipih merah
5

5.6. Sebaran Burung Paruh Bengkok

5.6.3. Sebaran Antar Pulau


Hasil penelitian menunjukan bahwa sebaran burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom
tidak merata, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di ketiga pulau terlihat
bahwa sebaran burung paruh bengkok banyak ditemukan di Pulau Gorom dan Pulau
Manawoka sedangkan sebaran paling rendah terdapat di Pulau Panjang berikut ini
merupakan perbandingan sebaran antara ketiga pulau diantaranya :
1. Ditemukannya 6 jenis burung paruh bengkok di Pulau Gorom yaitu Kakatua koki
(Cacatua galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus), Perkici pelangi (Trichoglossus
haematodus), Nuri maluku (Eos bornea), Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyii),
dan Betet kelapa (Tanygnathus megalorynchos), sementara jenis yang
mendominasi di Pulau Gorom adalah Nuri maluku (Eos bornea). Sedangkan di
Pulau Manawoka ditemukan 5 jenis yang terdiri dari Kakatua koki (Cacatua
galerita), Nuri bayan (Eclectus roratus), Perkici pelangi (Trichoglossus
haematodus), Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyii), dan Betet kelapa
(Tanygnathus megalorynchos), dan hanya terdapat 1 jenis di Pulau Panjang yaitu
Nuri pipi merah (Geofreyus geofroyii), jenis burung paruh bengkok yang dominan
di Pulau Manawoka dan Pulau Panjang adalah Nuri pipi merah (Geofreyus
geofroyii).
2. Burung paruh bengkok lebih menyukai areal Pulau Gorom secara keseluruhan dan
Pulau Manawoka bagian tengah sebagai pusat sebarannya hal ini di prediksi
disebabkan karena :
a. Kerusakan hutan yang terdapat di Pulau Gorom dan Pulau Manawoka relatif
rendah bila dibandingkan dengan Pulau Panjang yang sebagian besar hutan
telah di konversi sebagai kebun masyarakat.
b. Komposisi tumbuhan punyusun vegetasi yang relatif sedikit karena di
pengaruhi oleh kondisi topografi, tanah yang didominasi oleh batu berkarang
sehingga menyebabkan berkurangnya jenis-jenis pohon penghasil buah
sebagai sumber pakan bagi burung paruh bengkok.
3. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom (Pulau
Gorom, Pulau Manawoka, Pulau Panjang).
6

Grafik sebaran burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom

Pulau gorom
jumlah

4
Pulau manawoka Pulau panjang
3

2
1

0
Pulau gorom Pulau Pulau panjang
manawoka

Gambar 5.23. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom

5.6.4. Sebaran Antar Jalur Di Tiap Pulau


Sebanyak 6 jenis burung paruh bengkok ditemukan pada jalur 1 di bagian Utara
dan jalur 2 di bagian Tengah Pulau Gorom, sedangkan jalur 3 yang terdapat di
bagian Selatan hanya ditemukan 4 jenis. Berbeda dengan sebaran jenis burung di
Pulau Manawoka dengan jumlah burung yang ditemukan sebanyak 5 jenis yaitu 3
jenis ditemukan di jalur 1 bagian selatan pulau, kemudian 5 jenis ditemukan di
jalur 2 bagian tengah pulau dan 2 jenis terdapat di jalur 3 bagian utara.
Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan di pulau panjang menunjukan bahwa
diantara ketiga jalur yang ada mulai dari jalur 1 di bagian selatan hingga sampai
dengan jalur 3 yang ada di bagian utara pulau panjang hanya ditemukan 1 jenis
burung paruh bengkok yaitu Nuri pipi (Geoffroyus geoffroyii)
6

Tabel 5.15. Sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan pada setiap jalur di
tiap-tiap pulau di Kepulauan Gorom
N Jenis burung Kelimpahan Frekuensi Tipe habitat
o
Nama lokal Nama latin

A Pulau Gorom

1 Jalur 01

1 Nuri pipih merah Geofreyus 3 2 Mangrove dan


geofroyi hutan sekunder
2 Perkici pelangi Trichoglossus 13 3 Hutan mangrove,
haematodus hutan pantai dan
hutan sekunder
3 Nuri maluku Eos bornea 14 2 Hutan
sekunder dan hutan
pantai
4 Kakatua koki Cacatua galerita 5 2 Hutan sekunder
dan hutan pantai
5 Betet kelapa Tanygnathus 2 1 Huntan pantai
megalorinchos
6 Nuri bayan Eclectus roratus 3 1 Hutan pantai

2 Jalur 02

1 Betet kelapa Tanygnathus 12 1 Hutan sekunder


megalorynchos
2 Kakatua koki Cacatua galerita 6 2 Hutan sekunder
dan kebun
campuran
3 Nuri pipi merah Geofreyus 10 2 Hutan pantai dan
geofroyi hutan Sekunder
4 Nuri bayan Eclectus roratus 4 1 Hutan sekunder

5 Perkici pelangi Trichoglossus 7 2 Hutan sekunder


haematodus dan hutan pantai
6 Nuri Maluku Eos bornea 7 2 Hutan sekunder
dan hutan pantai
3 Jalur 03
6

Table lanjutan lanjutan 5.15


1 Betet kelapa Tanygnathus 3 1 Hutan pantai
megalorynchos
2 Nuri pipih merah Geofreyus 3 2 Hutan pantai dan
geofroyi hutan sekunder
3 Nuri bayan Eclektus roratus 2 1 Kebun campuran

4 Nuri Maluku Eos bornea 3 1 Hutan sekunder

B Pulau Manawoka

1 Jalur 01

1 Nuri pipih merah Geofreyus 5 2 Hutan pantai dan


geofroyi hutan sekunder
2 Nuri bayan Eclectus roratus 1 1 Hutan sekunder

3 Kakatua koki Cacatua galerita 1 1 Hutan pantai

2 Jalur 02

1 Betet kelapa Tanygnathus 2 1 Hutan primer


megalorynchos

2 Nuri pipih merah Geofreyus 11 3 Hutan pantai,


geofroyi kebun campuran,
hutan primer
3 Kakatua koki Cacatua galerita 14 2 Hutan primer dan
hutan pantai
4 Nuri bayan Eclectus roratus 10 2 Hutan primer dan
hutan pantai
5 Perkici pelangi Trichoglossus 2 1 Hutan primer
haematodus
3 Jalur 03

1 Perkici pelangi Trichoglossus 6 2 Hutan pantai dan


haematodus hutan primer
2 Nuri pipih merah Geofreyus 7 3 Hutan pantai,
geofroyi kebun campuran
dan hutan primer
6

3 Perkici pelangi Trichoglossus 6 2 Hutan primer dan


haematodus hutan pantai
Table lanjutan 5.15

C Pulau panjang

1 Jalur 01

1 Nuri pipih merah Geofreyus 4 2 Hutan pantai dan


geofroyi kebun campuran
2 Jalur 02

1 Nuri pipih merah Geofreyus 10 3 Hutan pantai dan


geofroyi kebun campuran

3 Jalur 03

1 Nuri pipih merah Geofreyus 5 3 Hutan pantai dan


geofroyi Kebun campuran

Berdasarkan data pada tabel 5.11. Maka dapat dijelaskan berdasarkan sebaran jenis
burung paruh bengkok yang ditemukan di ketiga pulau dan masing-masing jalur yang
terdapat di setiap Pulau :

1. Pulau Gorom
Diantara jenis burung paruh bengkok yang dijumpai di Pulau Gorom, terdapat
beberapa jenis yang ditemukan memiliki frekuensi sebaran yang tinggi karena lebih
banyak di jumpai di setiap jalur yang ada dalam jalur pengamatan namun ada
sebagian lain memiliki sebaran yang terbatas di ke 3 jalur pangamatan. Jenis burung
paruh bengkok yang memiliki tingkat perjumpaan paling banyak adalah Nuri pipi
merah, Nuri Maluku dan betet kelapa sedangkan untuk jenis dengan sebaran terbatas
yaitu Perkici pelangi dan Kakatua koki.
6

No jenis frekuensi
Jalur 1 jalur 2 jalur 3
1. Nuri pipi merah 2 2 3
2. Perkici pelangi 3 2 0
3. Nuri Maluku 2 2 1
4. Kakatua koki 2 2 0
5. Nuri bayan 1 1 1
6. Betet kelapa 1 1 1

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Betet kelapa Kakatua koki Nuri bayan Nuri malukuNuri pipihPerkici
merahpelangi
Jalur 1Jalur 2Jalur 3

Gambar 5.24. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan
di tiap jalur pengamatan di Pulau Gorom.

2. Pulau Manawoka
Burung paruh bengkok yang memiliki frekuensi tertinggi ialah Nuri pipih
merah karena sebaranya di temukan di pada setiap 3 jalur yang ada di pulau
manawoka. Berbeda dengan jenis lainya seperti burung betet kelapa, kakatua
koki, Nuri bayan meski terbilang memiliki jumlah yang cukup banyak namun
memiliki sebaran yang terbatas yaitu hanya ditemukan pada jalur 1 dan jalur
2 di Pulau Manawoka sehingga di kategorikan sebarannya rendah atau
terbatas
6

No jenis frekuensi
Jalur 1 jalur 2 jalur 3
1. Nuri pipi merah 2 3 3
2. Nuri bayan 1 2 0
3. Kakatua koki 1 2 0
4. Betet kelapa 0 1 0
5. Perkici pelangi 0 1 2

3,5

2,5

1,5

0,5
Betet kelapaKakatua koki Nuri bayanNuri pipih merah Perkici pelangi
0 Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3

Gambar 5.25. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan pada
tiap jalur pengamatan di Pulau Manawoka

3. Pulau Panjang
Hasil pengamatan yang dilakukan di Pulau Panjang hanya ditemukan 1 jenis
burung paruh bengkok yaitu Nuri pipih merah. Meski hanya ditemukan 1
jenis saja namun jenis burung ini memiliki frekuensi sebaran yang cukup
tinggi karena sebarannya di jumpai di ke 3 jalur yang ada. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

No jenis Frekuensi
1. Nuri pipi merah jalur 1 jalur 2 jalur 3
2 3 3
6

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3

Nuri pipih merah

Gambar 5.26. Grafik sebaran jenis burung paruh bengkok yang ditemukan pada
tiap jalur pengamatan di Pulau Panjang

5.7. Pola Migrasi Harian Burung Paruh Bengkok


Burung merupakan salah satu hewan yang selalu melakukan migrasi (perpindahan
tempat) dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari makan dan habitat yang cocok
untuk mempertahankan hidup di alam. Hasil pengamatan yang dilakukan pada waktu pagi
pukul 06:30 burung dari bagian utara dan bagian selatan terbang secara berkelompok
menuju jalur 2 yang terdapat di bagian tengah Pulau Gorom untuk melakukan
aktivitasnya. Dan pada pukul 05:00 sore mereka mulai kembali ke bagian utara dan
selatan Pulau Gorom.
Sementara itu burung paruh bengkok juga ditemukan bermigrasi dari Pulau Gorom
menuju Pulau Manawoka melalui jalur yang terdapat di bagian selatan Pulau Gorom dan
bagian selatan Pulau Manawoka kedua titik ini di jadikan sebagai jalur untuk bermigrasi
antara kedua pulau karena memiliki jarak yang sangat dekat. Namun terkadang
pergerakan ini juga biasanya mengikuti musim tertentu misalnya pada saat musim
berbuah ataupun musim kawin. Jadi ketika pada saat musim berbuah di Pulau Gorom
maka burung paruh bengkok jenis Kakatua koki (Cacatua galerita), Betet kelapa
(tanygnathus megalorinchos), dan Nuri bayan (Eclectus roratus) akan terbang
berdatangan dari Pulau Manawoka menuju Pulau Gorom dan begitu juga sebaliknya.

Sementara itu tidak ditemukan migrasi harian burung dari Pulau Manawoka dan
Pulau Panjang serta migrasi antara Pulau Panjang dan Pulau Gorom ataupun juga
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena areal hutan yang terdapat di Pulau Panjang
merupakan :
6

a. Lahan marginal yang dikelilingi oleh kebun masyarakat


b. Kurangnya ketersediaan sumber pakan bagi burung
c. Pengaruh ukuran luas pulau terhadap sebaran burung
d. Aktivitas manusia yang keluar masuk kawasan hutan.

Pola Migrasi Harian Burung Paruh Bengkok Di Kepulaun Gorom

Pulau Gorom

Pulau Panjang Pulau Manawoka

Gambar 5.27. Pola migrasi harian burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom

Keterangan gambar:

- Titik biru dan panah biru menunjukan sebaran satwa burung paruh bengkok
terbatas
- Panah merah menunjukan sebaran satwa burung paruh bengkok antara stasion
- Panah hijau menunjukan sebaran satwa burung paruh bengkok antara pulau
- Tanda kali hitam menunjukan tadak ada sebaran satwa burung paruh bengkok
antara pulau.

Gambar 23. Menunjukan bahwa sebaran burung paruh bengkok di Pulau Gorom dan
Pulau Manawoka dapat di kategorikan sebagai pusat sebaran burung paruh bengok karena
:
6

a. Kondisi kawasan hutan yang masih relatif baik karena kurangnya aktivitas
masyarakat dalam kawasan hutan serta kegiantan lain berupa penebangan pohon
dan pembukaan lahan hutan untuk berkebun yang masih jarang dilakukan.
b. Sebagian besar burung paruh bengkok menggunakan kawasan hutan ini sebagai
tempat beraktivitas seperti makan, beristrahat, berlindung dan bersarang.
6

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ditemukan enam jenis satwa burung paruh bengkok di Kepulauan Gorom yaitu
Kakatua koki (Cacatua galerita), Nuri Bayan (eclectus roratus), Nuri Maluku
(Eos bornea), Betet Kelapa Paruh Besar (Tanygnathus megalorynchos), Perkici
pelangi (Trichoglossus haematodus) dan Nuri pipih merah (Geofreyus geofroyii)
2. Sebaran burung paruh bengkok lebih banyak terdapat di Pulau Gorom dan Pulau
Manawoka, yaitu sebanyak 6 jenis ditemukan di Pulau Gorom, 5 jenis di Pulau
Manawoka, sedangkan sebaran paling rendah terdapat di Pulau Panjang yang
hanya ditemukan 1 jenis burung paruh bengkok. Jenis burung paruh bengkok
yang mendominasi di Pulau Gorom adalah Nuri maluku (Eos bornea), sedangkan
untuk Pulau Manawoka dan Pulau Panjang adalah Nuri pipi merah (Geofreyus
geofroyi).

6.2. Saran

1. Diharapkan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah Kabupaten


Seram Bagian Timur dalam meningkatkan pengelolaan terhadap sumberdaya
alam serta ekosistem yang ada agar tetap terjaga dengan baik.
2. Pemerintah Daerah dan Dinas Kehutanan khususnya (BKSDA) diharapkan lebih
tegas dalam mengatasi masalah perburuan liar yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap satwa burung maupun satwaliar lainnya yang ada di Kepulauan Gorom.
3. Perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat guna meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran masyarakat terkait dengan manfaat satwaliar dan
tumbu-tumbuhan bagi kehidupan sehingga ekosistemnya tetap terjaga.
6

DAFTAR PUTAKA

Alikodra, H. S. (I990) Pengelolaan Satwa Liar,Jilid 1. Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas – Institut
Pertanaian Bogor.

, H, S. (1979). Konservasi Alam Dan Pengelolaan Margasatwa Bagian III.


Institut Pertanian Bogor.

Achmad, A. 2013 dkk, Potensi Keanekaragaman Satwaliar Untuk Pengembangan


Ekowisata Di Laboraturium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan Dan
Ekowisata Hutan Pendidikan UNHAS.

Bibby, C, Martin dan stuart M 2000. Teknik-teknik ekspedisi lapangan : Survei Burung
Bird Live Internasional Indonesia Programmem Bogor.

Bashari,H. 2018. Burung kakatua jangan hinggap dijendela lagi, www.burung.org.


Diakses tannggal 18 Februari 2013.

Darmawan, M P, 2006. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di hutan
lindung gunung lumut kalimantan timur.

Leimena, G J. 2014. Jenis Dan Sebaran Satwaliar Di Pulau Wamar, Kecamatan Pulau-
Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru.

Latupapua ,L. 2016. jenis Dan Habitat Burung Paruh Bengkok Pada Hutan Wae Illie
Taman Nasional Manusela.

Sam, J. 2013. Jenis Dan Habitat Burung Paru Bengkok (Parrot) di Suaka Alam Gunung
Sahuwai bagian selatan Kabupaten Seram Bagian Barat .

Morisson, M.L.,B,G Marot, dan R.W.Mannan 2006. Wildlife-Habitat Relationship.Island


press.yogyakarta
Prasetyo, G H L B. 2013. Fragmentasi hutan : teori yang mendasari penataan ruang hutan
menuju pembangunan berkelanjutan. Pusat penelitian dan pengembangan
konservasi dan rehabilitasi. Bogor.

Profauna Indonesia 2018. “Hari Kakatua Indonesia”http://www.Pro Fauna Indonesia.


Diakses, kamis 09/06/2108 - 18:53.

Peraturan Menteri. 2018. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.106 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkongan
Hidup Dan Kehutanan Nomor Nomor P.20 /MENLHK/SETJEN/KUM.16/2018
Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi. Kepala BIRO HUKUM.
JAKARTA.
Sangadji, A. (2018) Profil Pulau Gorom.Data BPS Kabupaten Seram Bagian Timur.
71

Setioko, R, A, P. 2019. Studi Jenis Dan Status Konservasi Burung-Burung Yang


Diperdagangkan Di Wilayah Metro Dan Bandar Lampung

Waristo, H, 2010 dkk, Keragaman S pesies una Pulau Moor, Nabire, Papua, Studi
Awal Di Beberapa Tipe Habitat Avifa

WWF-Indonesia 2018. Burung Paruh Bengkok https://www.wwf.or.id. Diakses, Minggu


02/02/2020-12:54.

Yuda, P, I, 1994. Studi Awal Tentang Penggunaan Teknik Sensus Titik Dengan Jarak
Tertentu Dan Jarak Tak Terbatas Untuk Pendugaan Kemelimpahan Dan
Keanekaragaman Burung.

Zulfan, 2009. Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Mangrove Krueng Bayeun


Kabupaten Aceh Timur Timur Provinsi Nangroh Aceh Darussalm

Anda mungkin juga menyukai