A. PENGERTIAN
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. (Price, 2016)
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang
atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang
dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada keadaan
patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang
menjadi lebih lemah. Dalam keadaan ini, kekerasan sedikit saja
akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2015)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas
jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2015)
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur
yang bisa terjadi akibat truma langsung (kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok (FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
B. Etiologi
Menurut Barbara C Long (2016)
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti
berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis
pada fraktur patologis. Fraktur patologik yaitu fraktur yang
2
C. PATHWAY
E. KLASIFIKASI
Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan
yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga
fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat
hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh
penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang
seperti terlihat pada foto.
5
F. PATOFISIOLOGI
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh
atau trauma (Long, 1996: 356). Baik itu karena trauma langsung
misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya:
patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep
mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
(Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar
tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut,
jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah
putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa
sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma
fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel
baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati
(Corwin, 2001)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf
yang berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat
menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan
kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya
8
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah
“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk
9
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif
1. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih
memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain
itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat
terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips
dan traksi.
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai
dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips
adalah :
1) Immobilisasi dan penyangga fraktur
2) Istirahatkan dan stabilisasi
3) Koreksi deformitas
4) Mengurangi aktifitas
5) Membuat cetakan tubuh orthotic
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan gips adalah :
1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
2) Gips patah tidak bisa digunakan
3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat
membahayakan klien
4) Jangan merusak / menekan gips
5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam
gips / menggaruk
6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu
lama
b. Traksi (mengangkat / menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan
beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan
11
5. Fraktur Pelvis
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara
lain :
1. Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
2. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf
yang berada didekatnya
3. Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
4. Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang
lain
5. Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin,
terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan
dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan
fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan
dijalankan
I. KOMPLIKASI
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah
telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya,
membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan
terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan
normal.
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan
takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang
disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam
pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada
15
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) Radiologi
B DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi,
stress/ansietas.
2. gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,pembengkakan, prosedur
bedah,immobilisasi. terapi restriktif (imobilisasi)
3. Risti infeksi b.d port de entrée luka fraktur femur
4. Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup)
18
C INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA