Anda di halaman 1dari 13

Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku,

seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat);
memperhatikan ejaan yang disempurnakan;serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam
kalimat. kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengar.

Menurut JS badudu kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan
atau dirasakan oleh si pembaca (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterami dan dipahami oleh
pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh si penutur atau si penulis.

Recommend

Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak hemat atau kalimat yang menggunakan dua
bentuk yang maknanya sama. Contoh :

 Taman itu merupakan adalah tempat kesukaannya.

Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak langsung karena menggunakan dua kata yang
maknanya sama. Kedua kata tersebut adalah kata merupakan dan adalah. Bagaimana agar
kalimat tersebut menjadi kalimat efektif? Cukup hilangkan salah satu kata tersebut, sehingga
akan menjadi kalimat berikut.

 Taman itu adalah tempat kesukaannya.


 Taman itu merupakan tempat kesukaannya.

Ciri-Ciri Kalimat Tidak Efektif

Ketidakhematan kalimat ini dibedakan atas beberapa macam (Gufron, 2015:144).

1. Penggunaan kata-kata yang maknanya sama


2. Penggunaan kata bentukan beserta maknanya
3. Penggunaan dua konjungsi yang semakna
4. Penggunaan subjek yang berlebihan

Untuk lebih memahami kalimat tidak efektif berikut cara memperbaikinya, perhatikan contoh
berikut ini.

1. Penggunaan kata-kata yang maknanya sama

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Bunga ini merupakan adalah bunga favoritnya.


 Mereka bekerja demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
 Petani harus rajin agar supaya hasil panennya berlimpah.
 Suasana di rumahnya sangat sepi sekali.
 Sekolahnya banyak terdapat berbagai jenis tanaman obat.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Bunga ini merupakan bunga favoritnya.


 Bunga ini adalah bunga favoritnya.
 Mereka bekerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
 Mereka bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
 Petani harus rajin supaya hasil panennya berlimpah.
 Petani harus rajin agar hasil panennya berlimpah.
 Suasana di rumahnya sangat sepi.
 Suasana di rumahnya sepi sekali.
 Sekolahnya terdapat banyak jenis tanaman obat.
 Sekolahnya terdapat berbagai jenis tanaman obat.

2. Penggunaan kata bentukan beserta maknanya

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Kakaknya anak paling tercantik di keluarganya.


 Rapat dihadiri para pejabat-pejabat.
 Seminar itu diikuti semua mahasiswa-mahasiswa.
 Keduanya saling bantu-membantu dalam kesulitan.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Kakaknya anak paling cantik di keluarganya.


 Kakaknya anak tercantik di keluarganya.
 Rapat dihadiri pejabat-pejabat.
 Rapat dihadiri para pejabat.
 Seminar itu diikuti mahasiswa-mahasiswa.
 Seminar itu diikuti semua mahasiswa.
 Keduanya saling membantu dalam kesulitan.
 Keduanya bantu-membantu dalam kesulitan.

3. Penggunaan dua konjungsi yang semakna

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Meskipun demam, namun Anas tetap pergi kuliah.


 Walaupun lelah sekali, tetapi Ana tetap ikut bakti sosial.
 Jika bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil.
 Karena kakaknya sakit, maka ia pergi ke rumah sakit.
 Setelah memasak, kemudian ibu mencuci baju.
Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Meskipun demam, Anas tetap pergi kuliah.


 Anas demam, namun tetap pergi kuliah.
 Walaupun lelah sekali, Ana tetap ikut bakti sosial.
 Ana lelah sekali, tetapi tetap ikut bakti sosial.
 Jika bekerja dengan keras, kamu pasti berhasil.
 Kamu bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil.
 Karena kakaknya sakit, ia pergi ke rumah sakit.
 Kakaknya sakit, maka ia pergi ke rumah sakit.
 Setelah memasak, ibu mencuci baju.
 Ibu memasak, kemudian mencuci baju.

4. Penggunaan subjek yang berlebihan

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Ana menulis cerpen setelah Ani membaca cerpen Hasan.


 Saya berdoa sebelum saya makan.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Ana menulis cerpen setelah membaca cerpen Hasan.


 Saya berdoa sebelum makan.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan kembali gagasan pada diri pendengar
atau pembaca seperti yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif
seyogyanya tidak membuat pendengar atau pembaca mengalami perbedaan pemahaman dengan
pembicara atau penulis.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Kalimat efektif dapat diketahu dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini.

1. Kesepadanan struktur
2. Kesamaan bentuk
3. Ketegasan makna
4. Kehematan kata
5. Kecermatan dan kesantunan
6. Kepaduan makna
7. Kelogisan makna

Untuk lebih memahami ciri kalimat efektif, perhatikan contoh berikut.


1. Kesepadanan struktur

Kesepadanan struktur ditunjukkan dengan kejelasan subjek dan predikat. Perlu diketahui bahwa
pengertian subjek bukanlah yang dikenai tindakan, melainkan hal yang dibicarakan.

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Kepada para peserta diskusi dipersilakan masuk. (tidak bersubjek)

Pada kalimat tersebut tidak memiliki subjek. Hal ini dikarenakan setelah kata kepada selalu kata
keterangan. karenanya pada kalimat tersebut kata kepada perlu dihilangkan. Sehingga kalimat
tersebut akan seperti berikut.

 Para peserta diskusi dipersilakan masuk. (subjeknya para peserta diskusi)

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Penelitian itu saya dibantu dosen. (tidak ada kejelasan subjek dan predikatnya)

Pada kalimat tersebut tidak ada kejelasan mana subjek dan predikatnya. Agar kalimat tersebut
memiliki kejelasan struktur, perlu dianalisis maksud dari kalimatnya. Secara harfiah kalimat
tersebut ingin menyampaikan bahwasannya “saya dibantu oleh dosen saat melaksanakan
penelitian”. Jika diuraikan dalam bentuk kalimat, maka:

 kata saya adalah subjek,


 kata dibantu adalah predikat,
 kata dosen adalah objek, dan
 kata penelitian itu adalah keterangan.

Untuk memperjelas fungsi keterangan pada kalimat tersebut, makan perlu ditambahkan kata
penunjuk keterangan. Perhatikan kalimat berikut.

 Dalam penelitian itu, saya dibantu dosen.

Kata dalam selalu diikuti oleh keterangan.

2. Kesamaan bentuk

Kesamaan bentuk dapat pula disebut kepararelan bentuk. Jadi antara satu bentuk kata atau frasa
satu dengan lainnya dalam kalimat harus sama. Perhatikan kalimat berikut!

 Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, menganalisis data, dan menyimpulkan hasil
analisis.

Pada kata yang digaris bawahi, kita dapat menguraikannya sebagai berikut.

1. pengumpulan = pe + kumpul + an
2. menganalisis = me + alalisis
3. menyimpulkan = me + simpul + kan

Ketiga kata tersebut memiliki imbuhan yang berbeda-beda. Dalam ciri kesamaan bentuk, bentuk
dari kata yang pararel (disatukan oleh tanda koma [,]) harus disamakan bentuknya. Kalimat
tersebut berhubungan dengan bentuk kata berimbuhan. Karenanya terdapat dua pilihan untuk
mengefektifkan kalimat tersebut. Pilihan pertama yaitu menyamakan imbuhannya dengan pe –
an atau dengan me-.

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

 Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyimpulan hasil
analisis.
 Tahapan penelitian meliputi mengumpulkan data, menganalis data, dan menyimpulkan hasil
analisis.

3. Ketegasan Makna

Ketegasan makna, dapat dilakukan dengan meletakkan bagian yang dipentingkan di bagian awal
kalimat. Hal ini dilakukan untuk memberikan penekanan pada hal yang dimaksud.

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!

(1) Pergi kamu!

(2) Kamu pergi!

Jika dilihat, kedua kalimat tersebut tidak ada bedanya. Namun berdasarkan makna dan tujuan,
kedua kalimat tersebut memiliki perbedaan yang nyata. Pada kalimat (1) penekanannya terletak
pada kata pergi. Hal ini memiliki maksud, bahwasannya harus segera pergi dengan cepat.
Sedangkan kalimat (2) penekanannya terletak pada kata kamu. Hal ini memiliki maksud,
bahwasannya yang harus pergi adalah kamu bukan yang lain.

4. Kehematan kata

Kehematan kata bisa dilakukan dengan menghindari pengulangan subjek, serta dengan
menghindari penggunaan superordinat dan hiponim secara bersamaan. Hiponim adalah
hubungan antara makna spesifik dan makna generik atau antara anggota taksonomi dan nama
taksonomi (KBBI). Perhatikan bagan berikut!

Superordinat Hiponim

Burung Beo, Pelatuk, Kakak tua, dll

Bunga Seruni, Mawar, Melati, dll


Buah Jeruk, Mangga, Markisa, dll

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!

 Saya suka kecantikannya, saya suka bodinya. (pengulangan subjek)


 “Kak, belikan buah jeruk!” (penggunaan superordinat dan hiponim)

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Saya suka kecantikannya dan bodinya.


 “Kak, belikan jeruk!”

Pada kalimat kedua, memiliki konteks ‘seorang adik yang memesan sesuatu ketika ke toko
buah’. Sudah pasti ‘jeruk’ yang dimaksud adalah ‘buah jeruk’, bukan ‘pohon jeruk’ atau ‘daun
jeruk’. Karenanya cukup menggunakan kata ‘jeruk’.

5. Kecermatan dan kesantunan

Kecermatan dapat dilakukan dengan memilih bentuk sinonimi yang paling tepat. Sinonimi
merupakan kata yang memiliki kesamaan makna atau arti. Contoh sinonimi:

 cantik = ayu
 benar = betul
 mati = wafat, tewas, mampus
 melihat = menonton, menatap, melirik, mengintip, menerawang, dll

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!

 Lihatlah cawan petri yang tersedia.


 Rani menjinjing adiknya yang masih kecil.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Amatilah cawan petri yang tersedia.


 Rani menggendong adiknya yang masih kecil.

Cawan petri digunakan untuk penelitian di lab biologi, fisika, atau kimia. Kata lihatlah kurang
tepat untuk kalimat tersebut, karena dalam percobaan perlu lebih dari sekedar melihat. Kata yang
lebih tepat adalah amatilah yang memiliki makna melihat dengan lebih. Pada kalimat
selanjutnya, kata menjinjing biasa digunakan untuk membawa barang atau sesuatu dengan posisi
tangan kebawah. Tidaklah tepat jika kata tersebut digunakan untuk menggambarkan seseorang
yang membawa adiknya. Maka kata menggendong, yakni membawa dengan mendukung di
pinggang lebih tepat untuk menggambarkan seorang kakak yang membawa adiknya.
Kesantunan dapat dilakukan dengan memilih kata-kata yang bermakna netral atau denotasi.
Penggunaan kata dalam teori kesantunan dibagi menjadi beberapa kelas. perhatikan kalimat-
kalimat berikut ini.

(1) Maaf bapak, anak bapak kurang mampu sehingga kami terpaksa tidak menaikkan kelas.

(2) Maaf bapak, anak bapak bodoh sehingga kami terpaksa tidak menaikkan kelas.

(3) Maaf bapak, anak bapak dungu sehingga kami terpaksa tidak menaikkan kelas.

Pada kalimat (1) merupakan kelas paling santun yakni menggunakan konotasi positif. Kalimat (2)
merupakan kelas yang umum dan efektif, namun dirasa kurang sopan. Kalimat tersebut menggunakan
makna netral (makna sesungguhnya atau denotasi). Sedangkan kalimat (3) merupakan kelas terendah
yakni menggunakan konotasi negatif. Ada baiknya menggunakan konotasi positif, namun alangkah lebih
baik dalam kondisi tertentu kejujuran diperlukan. Hal ini akan menjadikan pembicara dan pendengar
memaknai hal dengan sama.

6. Kepaduan makna

Kepaduan makna dapat dicapai dengan terpenuhinya kepaduan bentuk. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan penggunaan Aspek dan Agen yang benar. Aspek merupakan keterangan
petunjuk. Perhatikan pola berikut.

Aspek + Agen +Verba

Contoh aspek, misalnya : sudah, sedang, akan, dll.

Perhatikan kalimat berikut!

 Proposal Anggi dosen sudah terima.

Kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat berikut.

 Proposal Anggi sudah dosen terima.

7. Kelogisan Makna

Kelogisan merupakan sesuatu yang bernalar atau masuk akal. Suatu kalimat haruslah masuk
akal. Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

(1) Ibunya Dina masih gadis.

(2) untuk mempersingkat waktu diskusi kita mulai.

Pada kalimat (1), tentulah tidak logis. Seorang ibu tentulah bukan gadis lagi. Sedangkan pada
kalimat (2), waktu tidak dapat disingkat. Waktu berjalan sesuai dengan apa adanya. Kesalahan
penggunaan kata ini sering terjadi dalam acara-acara umum. Kedua kalimat tersebut seharusnya
dirubah menjadi berikut.

(1) Ibunya Dina masih muda.

(2) untuk mengefisienkan waktu diskusi kita mulai.

Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak hemat atau kalimat yang menggunakan dua
bentuk yang maknanya sama. Contoh :
 Taman itu merupakan adalah tempat kesukaannya.

Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak langsung karena menggunakan dua kata yang
maknanya sama. Kedua kata tersebut adalah kata merupakan dan adalah. Bagaimana agar
kalimat tersebut menjadi kalimat efektif? Cukup hilangkan salah satu kata tersebut, sehingga
akan menjadi kalimat berikut.

 Taman itu adalah tempat kesukaannya.


 Taman itu merupakan tempat kesukaannya.

Ciri-Ciri Kalimat Tidak Efektif

Ketidakhematan kalimat ini dibedakan atas beberapa macam (Gufron, 2015:144).

1. Penggunaan kata-kata yang maknanya sama


2. Penggunaan kata bentukan beserta maknanya
3. Penggunaan dua konjungsi yang semakna
4. Penggunaan subjek yang berlebihan

Untuk lebih memahami kalimat tidak efektif berikut cara memperbaikinya, perhatikan contoh
berikut ini.

1. Penggunaan kata-kata yang maknanya sama

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Bunga ini merupakan adalah bunga favoritnya.


 Mereka bekerja demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
 Petani harus rajin agar supaya hasil panennya berlimpah.
 Suasana di rumahnya sangat sepi sekali.
 Sekolahnya banyak terdapat berbagai jenis tanaman obat.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Bunga ini merupakan bunga favoritnya.


 Bunga ini adalah bunga favoritnya.
 Mereka bekerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
 Mereka bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
 Petani harus rajin supaya hasil panennya berlimpah.
 Petani harus rajin agar hasil panennya berlimpah.
 Suasana di rumahnya sangat sepi.
 Suasana di rumahnya sepi sekali.
 Sekolahnya terdapat banyak jenis tanaman obat.
 Sekolahnya terdapat berbagai jenis tanaman obat.

2. Penggunaan kata bentukan beserta maknanya


Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Kakaknya anak paling tercantik di keluarganya.


 Rapat dihadiri para pejabat-pejabat.
 Seminar itu diikuti semua mahasiswa-mahasiswa.
 Keduanya saling bantu-membantu dalam kesulitan.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Kakaknya anak paling cantik di keluarganya.


 Kakaknya anak tercantik di keluarganya.
 Rapat dihadiri pejabat-pejabat.
 Rapat dihadiri para pejabat.
 Seminar itu diikuti mahasiswa-mahasiswa.
 Seminar itu diikuti semua mahasiswa.
 Keduanya saling membantu dalam kesulitan.
 Keduanya bantu-membantu dalam kesulitan.

3. Penggunaan dua konjungsi yang semakna

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Meskipun demam, namun Anas tetap pergi kuliah.


 Walaupun lelah sekali, tetapi Ana tetap ikut bakti sosial.
 Jika bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil.
 Karena kakaknya sakit, maka ia pergi ke rumah sakit.
 Setelah memasak, kemudian ibu mencuci baju.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Meskipun demam, Anas tetap pergi kuliah.


 Anas demam, namun tetap pergi kuliah.
 Walaupun lelah sekali, Ana tetap ikut bakti sosial.
 Ana lelah sekali, tetapi tetap ikut bakti sosial.
 Jika bekerja dengan keras, kamu pasti berhasil.
 Kamu bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil.
 Karena kakaknya sakit, ia pergi ke rumah sakit.
 Kakaknya sakit, maka ia pergi ke rumah sakit.
 Setelah memasak, ibu mencuci baju.
 Ibu memasak, kemudian mencuci baju.

4. Penggunaan subjek yang berlebihan

Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

 Ana menulis cerpen setelah Ani membaca cerpen Hasan.


 Saya berdoa sebelum saya makan.

Kalimat-kalimat di atas seharusnya dirubah menjadi kalimat-kalimat berikut.

 Ana menulis cerpen setelah membaca cerpen Hasan.


 Saya berdoa sebelum makan.

engertian Kalimat Sumbang

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumbang diartikan sebagai sesuatu hal yang
janggal, salah, keliru, tidak selaras. Dalam Bahasa Indonesia, kalimat sumbang diartikan sebagai
kalimat yang tidak sesuai dengan topik pembicaraan atau gagasan utama dalam suatu paragraf.
Kalimat sumbang seringkali disebut dengan kalimat tidak padu. Adanya kalimat ini dalam suatu
paragraf biasanya merupakan unsur kesengajaan dari penulis.

Menemukan kalimat sumbang dalam suatu paragraf tidaklah terlalu sulit jika kita mengetahui
bagaimana ciri khas kalimat tersebut. Berikut adalah ciri-ciri kalimat sumbang:

 Kalimat sumbang bertolak belakang dengan pokok pembicaraan


 Jika dibaca secara runtut, maka kalimat ini tidak ada hubungannya dengan kalimat
sebelum maupun sesudahnya

Supaya lebih mudah dalam menemukan kalimat sumbang, pembaca harus membaca secara teliti
suatu paragraf. Selain itu, pembaca juga harus mengerti apa sebenarnya topik pembicaraan dalam
paragraf tersebut.

Contoh Kalimat Sumbang

Berikut disajikan beberapa contoh kalimat sumbang yang terdapat dalam suatu paragraf:

Contoh 1

(1) Meilani adalah murid yang berprestasi di sekolah. (2) Di SMA tempatnya bersekolah, ia
berhasil menjadi siswa yang memperoleh hasil UN tertinggi. (3) Tidak hanya itu, nilainya juga
menjadi yang terbaik se-kabupaten. (4) Nilai dua mata pelajaran berhasil ia peroleh secara
sempurna. (5) Meilani sangat hobi memasak kuliner tradisional. (6) Sekarang ia sedang
menunggu pengumuman dari salah satu universitas ternama di Jogja apakah ia berhasil diterima
untuk menjadi mahasiswa kedokteran.

Pokok pembicaraan pada paragraf di atas adalah tentang Meilani yang merupakan murid
berprestasi. Oleh karena itu kalimat pendukung tentunya bercerita tentang prestasi Meilani di
sekolah. Dari semua kalimat di paragraf tersebut, kalimat (5) tidak sesuai dengan pokok
pembicaraan. Ini karena kalimat (5) berbicara tentang hobi memasak Meilani.

Contoh 2
(1) Suasana alam di desaku sangatlah sejuk dan damai. (2) Desaku jauh dari suara bising
kendaraan kota. (3) Udaranya pun sangat sejuk karena tidak ada gangguan polusi. (4) Pepohonan
pun masih rindang sehingga semakin menambah keasrian desa. (5) Pemandangan hamparan
sawah selalu menghiasi desaku. (6) Sungai di desaku masih berair jernih dan sangat nyaman
untuk bermain-main. (7) Orang-orang desa sangat senang dengan hasil panen yang melimpah.

Jika membaca paragraf di atas, paragraf tersebut membahas tentang suasana desa yang sejuk dan
damai. Maka tentunya kalimat-kalimat selanjutnya akan membahas tentang suasana desa.
Kalimat (1) hingga kalimat (6) secara konsisten membahas tentang suasana desa, mulai dari
udara, pemandangan, hingga kondisi sungai di desa. Hal yang lain ditulis pada kalimat (7).
Kalimat (7) dapat dikatakan sebagai kalimat sumbang karena tidak sesuai dengan pokok
pembicaraan dalam paragraf.

Contoh 3

(1) Kesehatan dan daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola olahraga. (2) Olahraga yang teratur
dapat meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh. (3) Hal ini sangat mungkin terjadi karena
olahraga adalah aktivitas yang dapat melancarkan proses metabolisme dalam tubuh. (4) Ketika
proses metabolisme dalam tubuh berjalan dengan lancar maka semua zat dari makanan yang
dikonsumsi dapat diserap dengan baik. (5) Zat makanan yang diserap oleh tubuh ini kemudian
akan menjadi nutrisi bagi organ tubuh. (6) Jika setiap organ dalam tubuh dapat melakukan
fungsinya dengan baik maka secara otomatis tubuh kita akan terhindar dari gangguan penyakit.
(7) Oleh karena itu, olahraga sangat membuat tubuh lelah dan berkeringat.

Pokok pembicaraan pada paragraf contoh ke tiga adalah tentang “olahraga teratur dapat
meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh”. Jika diperhatikan secara seksama, kalimat yang
tidak sesuai dengan pokok pembicaraan adalah kalimat (7). Kalimat ini merupakan kalimat
sumbang pada contoh paragraf ke tiga ini.

Contoh 4

(1) Indonesia adalah negara dengan keberagaman dalam setiap lini kehidupan. (2) Mulai dari
agama, ras, suku, kepercayaan, bahasa, budaya, ataupun adat istiadat. (3) Selama bertahun-tahun
keberagaman itu tidak pernah terusik. (4) Semua hidup berdampingan rukun satu sama lain. (5)
Dan sekarang karena membela dan menuntut satu individu kemudian mempertaruhkan seluruh
kedamaian yang ada. (6) Semua pihak tentu berharap permasalahan ini dapat selesai tanpa ada
tumpah darah. (7) Semua pihak ada baiknya dapat menahan emosi. (8) Budaya Indonesia
membuat bangsa lain berdecak kagum. (9) Semua departemen seharusnya bisa meredam emosi
rakyat. (10) Semua pemimpin agama seharusnya bisa membawa umatnya kembali ke koridor
semula. (11) Sekarang, semua harus mengutamakan bertoleransi yang bertanggungjawab demi
Indonesia.

Pokok pembicaraan pada paragraf contoh ke empat adalah tentang “Indonesia adalah negara
dengan keberagaman dalam setiap lini kehidupan”. Jika diperhatikan secara seksama, kalimat
yang tidak sesuai dengan pokok pembicaraan adalah kalimat (8). Kalimat ini merupakan kalimat
sumbang pada contoh paragraf ke empat ini.
Contoh 5

(1) Tempat tinggal sementara selama aku kuliah di kota ini hanyalah di kamar berukuran 3 x 4 m
ini. (2) Ruangan ini mempunyai satu pintu, satu jendela, dan dua lubang ventilasi. (3) Di dalam
kamar ini ada satu almari kecil di sudut ruangan, kasur berukuran single, satu dispenser, satu
magicom kecil, dan meja belajar kecil. (4) Tidak ada dipan di kamarku, karena kasur aku
letakkan begitu saja di lantai. (5) Kamarku dulunya disewa oleh seorang wanita. (6) Barang-
barangku juga tidak terlalu banyak. (7) Ini karena aku ingin kamarku terlihat simple dan tidak
rumit. (8) Untuk mendukung hal itu, aku mengecat kamarku dengan warna putih.

Pokok pembicaraan pada paragraf di atas adalah mengenai kondisi kamar. Jenis paragraf ini
condong pada jenis paragraf deskriptif. Jika dibaca dengan seksama, maka ditemukan satu
kalimat yang tidak sesuai dengan kalimat yang lainnya yaitu kalimat (5). Jadi, kalimat sumbang
pada contoh paragraf ke lima ini adalah kalimat (5).

Anda mungkin juga menyukai