Anda di halaman 1dari 6

Resume Jurnal 1

Judul Jurnal : DO ARTIFICIAL AND REAL INCOME SMOOTHING


INCREASE EARNINGS INFORMATIVENESS
EQUIVALENTLY IN INDONESIA?

Tahun & Objek Penelitian : 2019, Data keuangan 2014 hingga 2016 Perusahaan
non-keuangan Indonesia yang terdaftar di BEI periode
1 Januari 2010 hingga Desember 2017.

Latar Belakang : Perataan laba adalah teknik pensinyalan yang


dimaksudkan untuk memberikan sinyal yang dapat
memprediksi pendapatan di masa depan dengan lebih
akurat sehingga perataan laba akan memiliki dampak
menguntungkan pada nilai perusahaan (Tucker & Zarowin,
2006). Tindakan manajemen laba terjadi karena peluang
yang dibatasi oleh standar akuntansi sehingga tindakan ini
bukan pelanggaran yang mengarah pada manipulasi.
Di Indonesia, penelitian yang berkaitan dengan
pemeriksaan perataan laba atas informativeness
pendapatan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Studi
ini membuktikan bahwa perataan laba dapat menjadi
komunikasi yang efisien sehingga informasi yang
dihasilkan oleh perusahaan dapat secara signifikan
digunakan sebagai prediksi informasi masa
depan. Selanjutnya, Firmansyah (2017) menggunakan
data perusahaan non-keuangan Indonesia dari tahun 2008
hingga 2013, membuktikan bahwa perataan laba tidak
terkait dengan ke informatifan pendapatan. Studi ini
relevan dengan Nazar (2017) yang memeriksa data
perusahaan Indonesia juga. Sebagai hasil dari tiga studi,
masih, ada ketidakkonsistenan hasil sehingga penelitian
ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh perataan
laba terhadap informativeness pendapatan di Indonesia.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara
perataan laba buatan dan pendapatan riil serta
keinformatifan pendapatan. Perataan laba riil diwakili oleh
kepemilikan instrumen lindung nilai oleh perusahaan,
sedangkan perataan laba buatan adalah salah satu pola
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Metodologi : Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan


metode kuantitatif menggunakan analisis regresi linier
berganda.

Variable : Variabel terikat (Y): earnings informativeness diwakili oleh


FERC (Future Earnings Response Coefficience)
Variabel Bebas (X1): perataan laba buatan diwakili oleh
korelasi negatif antara perubahan proxy akrual
diskresioner (DDAP) dan perubahan pendapatan pra-
diskresioner (DPDI).

Variabel Bebas (X2): perataan laba riil diwakili oleh


instrumen lindung nilai.

Variabel Kontrol: Ukuran dan Leverage Perusahaan.

Hasil : Hasilnya menunjukkan bahwa perataan laba riil dan


artifisial tidak terkait dengan earnings informativeness.
Perusahaan tidak menggunakan perataan laba riil dan
artifisial untuk meningkatkan earnings informativeness,
sementara investor tidak menanggapi dua jenis perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan sebagai tindakan
yang efisien.

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan-perusahaan


di Indonesia harus menyadari bahwa perataan laba yang
dilakukan dengan tindakan nyata dan tindakan buatan
tidak dapat menjadi sisi informativeness pendapatan.
Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa Dewan
Standar Akuntansi Indonesia harus berusaha untuk
mengatur pengungkapan informasi yang berasal dari
laporan keuangan yang dapat dengan mudah dibaca oleh
pengguna laporan keuangan, terutama oleh investor.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia perlu
mendidik investor dalam penggunaan informasi yang
bersumber dari laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan investasi.

Resume Jurnal 2

Judul Jurnal : Potential Big Bath Accounting Practice in CEO Changes


(Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia
Stock Exchange)

Tahun : 2018
Latar Belakang : Banyak studi empiris telah mendokumentasikan Big Bath
yang dilakukan oleh manajer (Walsh et al., 1991; Beattie et
al., 1994; Hwang & Ryan, 2000; Christensen et al., 2008;
Riedl & Srinivasan, 2010). Namun, salah satu penelitian
empiris yang menarik menemukan bahwa perilaku Big
Bath diamati dengan kedatangan CEO baru, contohnya
Pourciau (1993) dan Murphy dan Zimmerman (1993) yang
dihasilkan adalah pergantian CEO akan mempengaruhi
motivasi CEO untuk memanipulasi laporan laba.
Fenomena perubahan manajemen dapat dibagi menjadi
rutin dan non-rutin. Rutin berarti bahwa perubahan
manajemen dilakukan secara teratur atau berkala hingga
jangka waktu berakhir. Perubahan manajemen non-rutin
bersifat sporadis atau diberhentikan sebelum masa
berakhir. Dalam saingan turnover manajemen, manajemen
baru yang ditunjuk akan melakukan Big Bath di tahun
pertama karena potensi kerugian, reputasi yang dimiliki
oleh manajemen baru tidak akan menanggung hutang
untuk mengalihkan tanggung jawab pada sistem
kompensasi yang terjadi pada waktu itu atau yang lain
(Obinata, 2007; Tokuga & Yamashita, 2011). Di sisi lain,
dalam kasus perubahan manajemen rutin, Big Bath dapat
terjadi ketika (selama tahun ini) pengunduran diri
manajemen seperti manajer yang mengundurkan diri
memiliki wewenang untuk mengusulkan nama manajer
untuk periode berikutnya. tahun (Otomasa, 1997;
Yamaguchi, 2009), ada kemungkinan bahwa manajer yang
mengundurkan diri akan melakukan Big Bath untuk
memungkinkan penggantinya membuat awal baru di tahun
pertamanya di perusahaan.
Tujuan : Bertujuan untuk membandingkan praktik akuntansi Big
Bath yang terjadi pada saat Pergantian CEO yang terjadi
di Indonesia.
Metodologi : Jenis Penelitian ini adalah deskriptif komparatif yang
menggunakan data sekunder dari laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang tersedia di Bursa
Efek Indonesia.

Hasil : Dari 14 perusahaan tidak ada perusahaan yang berpotensi


dominan praktik akuntansi Big Bath.

Kesimpulan : Ada potensi manajemen laba model akuntansi Big Bath


pada perubahan CEO, tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikan antara manajemen laba model akuntansi Big
Bath sebelum perubahan CEO dan setelah pergantian
CEO dilakukan secara rutin dan non-rutin.

Resume Jurnal 3

Judul Jurnal : CREATIVE ACCOUNTING SEBAGAI INFORMASI YANG


BAIK ATAU MENYESATKAN?

Tahun & Objek Penelitian : 2017

Latar Belakang : Tingginya aktivitas ekonomi dan perkembangan dunia


bisnis, menuntut perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Persaingan yang tinggi menuntut
manajemen melakukan kreativitas manajemen untuk
menghasilkan produk yang mempunyai daya saing di
pasar, baik pasar barang maupun pasar modal. Upaya
manajemen dalam menaikkan nilai perusahaan (laba)
secara umum dilakukan melalui metode pencatataan
aktivitas dan perhitungan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi akan menaikkan peluang
perusahaan menjadi leading firm atau leader di pasar
modal (Kellog dan Kellog, 1991).
Creative accounting yang dilakukan oleh manajemen
mepunyai tujuan menaikkan nilai perusahaan, dan
memberikan kepuasan bagi investor dan pemilik. Secara
teoritis, upaya creative accounting lebih berkaitan dengan
upaya memanfaatkan celah yang di ada dalam standar
penyusunan laporan informasi keuangan,tanpa harus
melakukan pelanggaran atas standar akuntansi.

Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk melihat creative accounting


sebagai informasi yang baik atau menyesatkan bagi
investor

Metodologi : Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan


pendekatan deskriptif. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini dengan pendekatan studi pustaka.

Hasil : penelitian ini menunjukkan creative accounting dilakukan


oleh manajemen untuk menaikkan nilai perusahaan dan
memberikan kepuasaan pada investor.

Kesimpulan : Creative accounting yang dilakukan bisa dilihat dari


berbagai perspektif, baik dari perspektif perusahaan,
perspektif akuntan, perspektif analis investasi, serta
perspektif informasi. Semua perspektif ini menggunakan
laporan keuangan perusahaan sebagai sumber informasi
tentang perusahaan dan dari setiap prespektif, creative
accounting memiliki fungsi dan peran masing masing.
Walaupun begitu creative accounting tetap saja tidak
dapat diterima dari sisi etika.

Resume Jurnal 4
Judul Jurnal : THE BALANCE SHEET AS AN EARNINGS
MANAGEMENT CONSTRAINT (Case Study in Indonesia
Manufacture Company)

Tahun & Objek Penelitian : 2012, Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diambil dari laporan keuangan triwulanan 68
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2008-2009

Latar Belakang : Dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan dan daya


tarik manajemen laba dan keadaan di mana perusahaan
paling mungkin terlibat dalam manajemen laba telah
menjadi subyek diskusi dan debat yang cukup besar di
antara para peneliti akuntansi juga seperti di kalangan
praktisi, peraturan pemerintah, dan investor.
Neraca sebagai elemen dalam laporan keuangan dapat
digunakan oleh manajer sebagai informasi untuk
mengelola pendapatan. Informasi neraca juga dapat
digunakan oleh investor untuk menyimpulkan kualitas laba
yang dilaporkan dalam pengumuman laba
berikutnya. Barton dan Simko (2002); Hansen (2004)
menyimpulkan bahwa neraca yang terlalu besar menjadi
kendala pada kemampuan perusahaanuntuk mengelola
laba.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberadaan neraca
sebagai kendala manajemen laba.

Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan


model analisis regresi. Sampel penelitian ini diambil
dengan metode Purposive Sampling.

Variable : Variabel terikat (Y): Kejutan laba (Surprise) yang


diindikasikan dengan EPS (Earnings Per Share)
Variabel Bebas (X):
 NOA adalah aset operasi bersih
(yaitu, ekuitas pemegang saham dikurangi
kas dan surat berharga, ditambah total utang) pada
awal kuartal t, diskalakan oleh penjualan untuk kuartal
t – 1.
 SHARES adalah jumlah rata-rata tertimbang dari
saham biasa yang beredar selama kuartal t.
 BIG4 adalah variabel indikator berkode 1 jika
perusahaan memiliki auditor Big 4 pada kuartal t, 0
sebaliknya.
 PB adalah kapitalisasi pasar dari saham biasa dibagi
dengan ekuitas, keduanya pada akhir kuartal t.
 LTGN_RISK adalah variabel indikator berkode 1 jika
perusahaan berada di salah satu dari berikut ini:
industri, obat-obatan / bioteknologi,
komputer,elektronik, atau sektor ritel, 0 sebaliknya.
 PREV_MB adalah variabel indikator berkode 1 jika,
berdasarkan ICMD, perusahaan melaporkan kejutan
pendapatan non-negatif pada kuartal t- 1, 0
sebaliknya.
 CV_FORECAST adalah koefisien variasi dalam
perkiraan terbaru analis untuk kuartal t.
 SALES_GROWTH adalah penjualan untuk kuartal t
dibagi dengan penjualan untuk t- 3, kurang dari 1.
 ROE adalah laba bersih untuk kuartal t dibagi
dengan ekuitas pemegang saham pada akhir kuartal
t.
 ∆ ROE adalah ROE untuk kuartal t kurang ROE
untuk kuartal t – 1.
 MKT_CAP adalah logaritma natural kapitalisasi pasar
saham biasa pada akhir kuartal t.

Hasil : Output dari regresi menunjukkan bahwa ada hubungan


yang signifikan antara aset bersih dengan kejutan
pendapatan. Laba pelaporan mengejutkan penurunan
negatif atau positif yang lebih besar ketika nilai aset bersih
dilebih-lebihkan

Kesimpulan : dapat disimpulkan bahwa neraca adalah sebagai kendala


manajemen laba

Anda mungkin juga menyukai