Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH TRANSAKSI PIHAK BERELASI TERHADAP

MANAJEMEN LABA DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI


VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2017)

TESIS

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2


Program Magister Akuntansi

Disusun oleh:
TIARA NUGRAINI DWIPUSPA
121600529

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA
YOGYAKARTA
2019

i
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH TRANSAKSI PIHAK BERELASI TERHADAP MANAJEMEN
LABA DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2017)
Disusun Oleh:
Tiara Nugraini Dwi Puspa
NIM : 121600529

Pembimbing Efraim Ferdinan Giri, Dr, M.Si, Ak., CA.

Program Pascasarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Yayasan Keluarga Pahlawan Negara Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh transaksi pihak berelasi


terhadap manajemen laba dengan komite audit sebagai variabel moderasi. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2013-2017. Teknik sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.
Variabel dependen yaitu manajemen laba akrual, manajemen laba berbasis penjualan,
manajemen laba berbasis produksi berlebih dan manajemen laba berbasis biaya
diskresioner. Variabel independen yaitu transaksi pihak berelasi diukur dengan total
transaksi berelasi dibagi dengan total aset. Variabel moderasi yaitu komite audit yang
diukur dengan jumlah anggota komite audit dalam perusahaan. Peneliti juga
menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan
Publik, dan leverage. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transaksi pihak berelasi
berpengaruh terhadap manajemen laba rill berbasis produksi, sedangkan hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba akrual, manajemen laba riil berbasis penjualan,
manajemana laba riil berbasis biaya diskresioner dan transaksi pihak berelasi tidak
berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen laba akrual, manajemen laba riil
berbasis penjualan, manajemen laba riil berbasis produksi berlebih, manajemen laba
riil berbasis biaya diskresioner dengan komite audit sebagai variabel moderasi.

Kata Kunci: manajemen laba, transaksi pihak berelasi, komite audit

A. Latar Belakang Masalah


Hubungan keagenan merupakan kontrak kerja antara pemegang saham dengan
manajer, pemegang saham (principal) memberikan kewenangan kepada manajer (agent)
untuk mengelola perusahaan. Adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan
perusahaan dapat menimbulkan masalah. Masalah tersebut sering disebut dengan masalah
keagenan, yaitu perbedaan kepentingan antara principal dan agent (Jensen dan Meckling,
1976). Ada kemungkinan besar bahwa agent tidak selalu bertindak demi kepentingan

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbaik bagi principal. Konflik ini terjadi dikarenakan adanya kecenderungan manajer
untuk mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain.
Walaupun manajer memperoleh kompensasi dari pekerjaannya, namun pada
kenyataannya perubahan kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan perubahan
kemakmuran pemilik/pemegang saham (Jensen dan Murphy, 1990).
Tindakan yang dilakukan oleh agent untuk mencari keuntungan sendiri yaitu
manajemen laba. Scott (2012) berpendapat bahwa manajemen laba adalah tindakan
manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan
tujuan tertentu. Gumanti (2014) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan
tindakan seorang manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan
saat ini dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer melakukan
praktik manajemen laba dengan mengatur komponen-komponen discretionary
accruals. Konsep discretionary accruals memberi pengertian bahwa pihak
manajemen dapat memanipulasi pendapatan akrual dan biasanya digunakan untuk
mencapai pendapatan yang diinginkan.
Manajemen laba salah satunya dapat dilakukan melalui transaksi pihak-pihak
berelasi, dalam hal ini hubungan antara induk dan anak perusahaan (McKay, 2002).
Transaksi pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan
sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah orang atau entitas yang
terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan keuangannya (PSAK No. 7,
2010).
Pihak-pihak yang berhubungan istimewa tidak bisa dikatakan sebagai pihak
yang independen walau secara hukum merupakan entitas yang berbeda dengan yang
lain. Sehingga, sebuah transaksi antar pihak yang saling memiliki hubungan
kepemilikan selalu bisa digunakan untuk tujuan-tujuan kepentingan eksekutif yang
selanjutnya bisa merugikan kepentingan pemegang saham luar/minoritas (Sokarina,
2012). Ada beberapa tindakan manajemen laba yang dilakukan melalui transaksi
pihak-pihak berelasi antara lain Enron (Cornett et al., 2006). Enron memerlukan
sejumlah uang untuk membiayai infrastruktur, transportasi, gudang, dan pengiriman
komiditas. jika Enron mengambil sejumlah utang yang besar, kemungkinan akan
membuat pembeli atau penjual menjadi ragu untuk bekerjasama. Tingginya utang
juga dapat mengakibatkan penurunan investasi dan memicu bank menarik dananya.
Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan kontrak sebagai
pendapatan. Andrew dan KAP Arthur Anderson bekerjasama dan menyiapkan serial
limited partnership (perusahaan rekanan terbatas) yang disebut sebagai “Special
Purpose Entities” (SPE). Aturan akuntansi memungkinkan bahwa perusahaan dapat
tidak mencantumkan SPE pada laporan keuangan, asalkan terdapat suatu pihak yang
dapat mengontrol penyelenggaraannya serta memiliki setidaknya 3 persen nilai SPE.
Pada tahun 1999, Enron mendirikan 3 SPE yaitu Chewco Investment LP, LJM
Cayman LP, dan LJM 2 Cp-Investment. Tahun 2000 Enron mengumumkan bahwa
perusahaannya berhasil memperoleh pendapatan bersih setelah pajak sebesar $1.01
Milyar. Selanjutnya Enron menempatkan sahamnya sebesar $62 juta kedalam 3 SPE
tersebut.
Transaksi pihak berelasi dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan
anak ke induk (Cheung et al., 2006). McKay (2002) membuktikan bahwa transaksi
pihak berelasi pernah dimanfaatkan perusahaan Coca-Cola dengan mempengaruhi
pihak pembuat botolnya untuk membebankan harga botol yang lebih rendah agar
Harga Pokok Penjualan Coca-Cola turun sehingga laba Coca-Cola akan meningkat.

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manajemen laba yang dilakukan menyebabkan terjadinya kasus-kasus diatas
merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, karena manajemen laba yang terjadi
mengakibatkan suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan.
Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk
mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Ashari et al., 1994).
Jian dan Wong (2003) menyebutkan bahwa transaksi utang piutang pihak
hubungan istimewa dapat timbul karena adanya transaksi penjualan atau pembelian.
Transaksi utang dan piutang memiliki pengaruh terhadap laporan keuangan,
khususnya pada perhitungan laba akuntansi suatu perusahaan. Ketika tingkat
penjualan pihak berelasi meningkat, maka akan mempengaruhi besarnya laba di
dalam laporan laba rugi dan peningkatan piutang akan memperbesar nilai aset
perusahaan di dalam laporan posisi keuangan sehingga laba akan terpengaruh menjadi
lebih besar. Saat perusahaan menetapkan menggunakan harga beli lebih rendah, maka
utang yang dimiliki perusahaan juga semakin kecil dan harga pokok penjualan yang
tercatat juga lebih rendah. Saat harga pokok penjualan rendah, maka laba akan
meningkat. Penelitian Suryandari (2014) memberikan bukti bahwa perusahaan
melakukan manajemen laba dengan menaikkan transaksi penjualan dengan pihak
berelasi yang mengakibatkan naiknya piutang terhadap pihak – pihak berelasi
sehingga laba perusahaan meningkat.
Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa manajemen laba dengan
menggunakan metode akrual telah bergeser dengan menggunakan metode riil, karena
manajemen laba dengan metode akrual lebih banyak menarik perhatian auditor dan
membawa risiko dalam akhir periode akuntansi, karena apabila sampai akhir periode
akuntansi laporan keuangan menunjukkan defisit maka kinerja manajer dianggap
buruk (Kusumawatiet al., 2015). Roychowdhury (2006) memberikan bukti bukti
bahwa manajer dalam melakukan manajemen laba riil dapat dilakukan dalam berbagai
kegiatan yaitu dengan mengadakan diskon, jika dengan adanya diskon maka akan
meningkatkan penjualan, sehingga akan memproduksi barang secara besar-besaran
sehingga memperkecil biaya produksi dan mengurangi pengeluaran diskresioneruntuk
memperbaiki margin yang ditentukan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari praktik manajemen
laba adalah dengan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Veronica dan Utama,
2005). Tata kelola perusahaan merupakan suatu pola hubungan, sistem dan proses
yang digunakan oleh organ perusahaan (direksi, dewan komisaris dan RUPS) guna
memberikan nilai kepada pemegang saham, secara berkesinambungan dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berdasarkan
peraturan perundangan dan norma yang berlaku (Daniri, 2015).
World Bank (1999) menyatakan bahwa dua mekanisme pengendali tata kelola
perusahaan yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Yang termasuk
mekanisme internal adalah komponen-komponen yang bersinggungan langsung
dengan proses pengambilan keputusan perusahaan yaitu shareholders, board of
commission, board of directors dan management. Mekanisme eksternal adalah
standard, laws and regulation, dan pasar. Mekanisme tata kelola perusahaan dalam
penelitian ini adalah komite audit. Pembentukan komite audit harapkan dapat
membantu menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja direksi dan tim
manajemen. Keberadaan komite audit yang independen akan memastikan pelaporan
keuangan yang disajikan berkualitas, sehingga meminimalisir terjadinya manajemen
laba (Raja et al., 2014). Komite audit memiliki peranan penting dalam tata kelola
dalam suatu perusahaan. Keefektifan mereka dalam mengawasi pengelolaan keuangan
dan mengamati proses pelaporan keuangan merupakan hal yang penting untuk

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendorong adanya laporan finansial yang terpercaya. Hal ini penting untuk
menumbuhkan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut
(Cunningham, 2004). Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen.
Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dengan moralitas yang melandasi
integritasnya, karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara
eksternal auditor dan perusahaan yang sekaligus menjembatani antara fungsi
pengawasan dewan komisaris dengan auditor internal (Surya dan Yustiavandana,
2006).
Pembentukan komite audit yang efektif tidak boleh lepas dari penerapan prinsip
tata kelola perusahaan. Prinsip ini secara keseluruhan dalam suatu perusahaan
menerapkan independency, transparency atau disclosure, accountability,
responsibility dan fairness menjadi landasan utama dalam menjalankan perusahaan
(Hasnati, 2015). Anggota komite audit memiliki dua kewajiban mendasar, yaitu duty
of care dan duty of loyalty. Kewajiban duty of care terkait dengan tanggung jawab
direksi untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh ketekunan dan bertindak dengan
niat baik. Kewajiban duty of loyalty dibebankan ketika direksi membuat transaksi atau
memiliki benturan kepentingan dengan perusahaan tempatnya bekerja. Kewajiban ini
mewajibkan komite audit untuk menghadiri pertemuan dan secara aktif berpartisipasi
dalam diskusi, serta menggunakan hak suaranya dengan wajar. Walaupun komite
audit tidak diharuskan berasal dari akuntan, akan tetapi mereka harus memahami
persoalan akunting perusahaan secara kritis. Komite audit harus tetap mendapatkan
informasi mengenai bisnis dan urusan perusahaan dan mereka harus menyelidiki
permasalahan yang potensial yang ditandai oleh keadaan atau peristiwa tertentu
(Olson et al., 2002).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan melakukan analisis pengaruh
transaksi pihak berelasi terhadap manajemen laba. Manajemen laba yang digunakan
dalam penelitian ini adalah manajemen laba akrual dan manajemen laba aktivitas riil.
Penelitian akan dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013 – 2017.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apakah entitas bisnis dengan transaksi pihak relasi berpengaruh positif pada
tindakan manajemen laba?
2. Apakah transaksi pihak berelasi berpengaruh negatif terhadap tindakan
manajemen laba yang dimoderasi dengan komite audit?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk menguji apakah entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasi
berpengaruh positif pada tindakan manajemen laba.
2. Untuk menguji apakah transaksi pihak berelasi berpengaruh negatif terhadap
tindakan manajemen laba yang dimoderasi dengan komite audit.

D. Pengembangan Hipotesis
Jian dan Wong (2003) menemukan bahwa transaksi dengan pihak
berelasimenunjukkan kecenderung oportunis. Hal ini dibuktikan dengan ditemukan
tingginya tingkat penjualan dengan transaksi pihak berelasi, terutama kepada

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemegang saham kendali dan anggota lain perusahaan dalam grup, ketika perusahaan
memiliki insentif untuk memanipulasi laba.
Transaksi dengan pihak yang mempunyai pihak berelasi dapat menjadi salah
satu cara untuk melakukan manajemen laba. Penjualan dengan harga yang tidak wajar,
penukaran barang dengan kualitas yang berbeda, pemberian remunerasi pada
karyawan kunci bisa menjadi salah satu cara untuk melakukan manajemen laba.
Transaksi pihak berelasi dapat berdampak pada adanya incomeshifting dan kerugian
pada pihak pihak tertentu. Dengan begitu diduga semakin besar nilai transaksi pihak
berelasi, maka akan semakin besar dorongan untuk melakukan manajemen laba untuk
menutupi kerugian yang dihasilkan dari transaksi tersebut (Juvita dan Siregar, 2013).
Transaksi pihak istimewa yang rumit disertai dengan tingginya risiko inheren
karena adanya keterlibatan yang tinggi oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan. Semakin kompleksnya transaksi dengan pihak istimewa maka akan
menimbulkan risiko salah saji material karena rentan terhadap manipulasi oleh
manajemen (Lou dan Wang, 2009). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H1a: Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasiberpengaruh positif pada tindakan
manajemen laba akrual.
H1b: Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasiberpengaruh positif pada tindakan
manajemen laba riil berbasis penjualan.
H1c: Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasiberpengaruh positif pada tindakan
manajemen laba riil berbasis produksi.
H1d: Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasiberpengaruh positif pada tindakan
manajemen laba riil berbasis biaya diskresioner.

Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat


diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui tata kelola
perusahaan(Kusumawati et al., 2015).
Praktik tata kelola perusahaandapat berjalan dengan baik apabila menerapkan
prinsip-prinsip yang terdiri dari keterbukaan informasi (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (Independency)
dan kesetaraan dan kewajaran (fairness). Dengan adanya prinsip tata kelola
perusahaantersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas manajemen laba
yang mengakibatkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan menjadi tidak
akurat. Komite audit merupakan pihak yang melakukan pengawasan dan
pengendalian untuk menciptakan keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan
responsibilitas. Keempat faktor inilah yang membuat laporan keuangan menjadi lebih
berkualitas (Yoviaal, 2015). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H2a: Transaksi pihak berelasi berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen
laba akrual yang dimoderasi dengan komite audit.
H2b: Transaksi pihak berelasi berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen
laba riil berbasis penjualan yang dimoderasi dengan komite audit.
H2c: Transaksi pihak berelasi berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen laba
riil berbasis produksi yang dimoderasi dengan komite audit.
H2d: Transaksi pihak berelasi berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen laba
riil berbasis biaya diskresioner yang dimoderasi dengan komite audit.
Berdasarkan uraian tersebut maka rangkuman hipotesis penelitian ini adalah:

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 1
Rangkuman Hipotesis
No Hipotesis Prediksi
1. H1a Entitas bisnis dengan transaksi + Signifikan
pihak berelasi berpengaruh positif
pada tindakan manajemen laba
akrual.
2. H1b Entitas bisnis dengan transaksi + Signifikan
pihak berelasi berpengaruh positif
pada tindakan manajemen laba riil
berbasis penjualan.
3. H1c Entitas bisnis dengan transaksi + Signifikan
pihak berelasi berpengaruh positif
pada tindakan manajemen laba riil
berbasis produksi.
4. H1d Entitas bisnis dengan transaksi + Signifikan
pihak berelasi berpengaruh positif
pada tindakan manajemen laba riil
berbasis biaya diskresioner.
5. H2a Transaksi pihak berelasi - Signifikan
berpengaruh negatif terhadap
tindakan manajemen laba akrual
yang dimoderasi dengan komite
audit.
6. H2b Transaksi pihak berelasi - Signifikan
berpengaruh negatif terhadap
tindakan manajemen laba riil
berbasis penjualan yang
dimoderasi dengan komite audit.
7. H2c Transaksi pihak berelasi - Signifikan
berpengaruh negatif terhadap
tindakan manajemen laba riil
berbasis produksi yang dimoderasi
dengan komite audit.
8. H2d Transaksi pihak berelasi - Signifikan
berpengaruh negatif terhadap
tindakan manajemen laba riil
berbasis biaya diskresioner yang
dimoderasi dengan komite audit.

E. Kerangka Skematis Model Penelitian


Berdasarkan pengembangan hipotesis penelitian dapat dibentuk kerangka
skematis model penelitian yang memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai
pengaruh transaksi pihak berelasi dan komite audit terhadap manajemen laba dengan
tiga komponen variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan
publik, leverage.

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1
Kerangka Skematis Model Penelitian

Tata Kelola Perusahaan

H2a-, H2b-, H2c-, H2d-


Manajemen Laba:
‐ Akrual
Transaksi Pihak Berelasi ‐ Riil berbasis penjualan
H1a+, H1b+, H1c+, H1d+
‐ Riil berbasis produksi
Gambar 2.1 ‐ Riil berbasis biaya
Kerangka Skematis Model Penelitian
Variabel
F. Kontrol:
Metode Penelitian diskresioner
G. Analisis
‐ Ukuran PerusahaanData
H.
‐ Ukuran Kantor Akuntan
Publik
‐ Leverage

F. Metode Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 - 2017.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. Teknik
sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013 – 2017.
b. Perusahaan menyediakan laporan tahunan (annual report) tahun 2013 –
2017.
2. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Data yang digunakan: data sekunder
Teknik pengumpulan data: dokumentasi
Data sekunder: laporan tahunan perusahaan
Sumber data: website Bursa Efek Indoensia dan website perusahaan
3. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
a. Variabel dependen: manajemen laba akrual dan manajemen laba riil
b. Variabel independen: transaksi pihak berelasi
c. Variabel moderasi: komite audit
d. Variabel kontrol: ukuran perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),
leverage

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Berikut ini disajikan hasil analisis statistik deskriptif yang telah dilakukan:

Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Standar
Deviasi
Akrual
Tahun 2013 125 0,00 0,89 0,0944 0,10776
Tahun 2014 130 0,00 0,40 0,0704 0,06976
Tahun 2015 127 0,00 0,54 0,0729 0,08935
Tahun 2016 124 0,00 0,40 0,1132 0,07732
Tahun 2017 130 0,00 0,73 0,0772 0,08554
Penjualan
Tahun 2013 125 -1,70 0,54 -0,3255 0,24028
Tahun 2014 130 -0,78 0,21 -0,1523 0,14571
Tahun 2015 127 -1,03 0,22 -0,2648 0,19213
Tahun 2016 124 -1,43 0,27 -0,1598 0,17588
Tahun 2017 130 -5,48 -0,03 -0,6267 0,54413
Produksi
Tahun 2013 125 -1,13 0,98 -0,0959 0,23962
Tahun 2014 130 -0,93 0,44 -0,0374 0,21677
Tahun 2015 127 -1,68 0,36 -0,2165 0,24389
Tahun 2016 124 -0,98 0,23 -0,0952 0,19891
Tahun 2017 130 -0,85 1,11 -0,0053 0,23756
Bi. Diskresioner
Tahun 2013 125 -1,67 1,56 -0,2213 0,28632
Tahun 2014 130 -1,41 1,57 -0,2024 0,28495
Tahun 2015 127 -1,56 1,10 -0,3030 0,31023
Tahun 2016 124 -3,17 0,21 -0,3675 0,35057
Tahun 2017 130 -1,51 0,48 -0,0964 0,18547
TPB
Tahun 2013 125 0,00 1,84 0,0987 0,20330
Tahun 2014 130 0,00 0,61 0,0833 0,12499
Tahun 2015 127 0,00 1,00 0,1054 0,17243
Tahun 2016 124 0,00 0,62 0,0677 0,11624
Tahun 2017 130 0,00 0,60 0,0698 0,11367
KA
Tahun 2013 125 1,00 5,00 3,0480 0,37794
Tahun 2014 130 2,00 5,00 3,1000 0,39079
Tahun 2015 127 2,00 5,00 3,0630 0,39336
Tahun 2016 124 2,00 5,00 3,0806 0,39503
Tahun 2017 130 2,00 5,00 3,0385 0,40162

2. Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji


Autokorelasi

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas
dan Uji Autokorelasi
No Uji Akrual Penjualan Produksi Bi. Diskresioner
1 Uji Normalitas Data normal Data normal Data normal Data normal.
2 Uji Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
Multikolinearitas multikolinearitas multikolinearitas multikolinearitas multikolinearitas
3 Uji Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
Heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas
4 Uji Autokorelasi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
autokorelasi. autokorelasi. autokorelasi. autokorelasi.

3. Uji Hipotesis
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis Manajemen Laba Terhadap Transaksi Pihak Berelasi
Variabel Akrual Penjualan Produksi Bi. Diskresioner
B Sig. B Sig. B Sig. B Sig.
(Constant) 0,061 0,000 -0,214 0,000 -0,061 0,000 -0,217 0,000
TPB 0,009 0,662 -0,126 0,048 0,205 0,000 -0,227 0,001

Tabel 4
Hasil Analisis Regresi Moderasi
Variabel Akrual Penjualan Produksi Bi. Diskresioner
B Sig. B Sig. B Sig. B Sig.
(Constant) 0,061 0,606 -0,315 0,036 -0,086 0,498 -0,064 0,695
TPB*TKP 0,027 0,654 0,311 0,120 -0,223 0,1890 0,478 0,030

4. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa transaksi pihak berelasi
berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil. Hasil penelitian ini
mendukung pernyataan Juvita dan Siregar (2013) yang menyatakan bahwa
transaksi dengan pihak yang mempunyai pihak berelasi dapat menjadi salah satu
cara untuk melakukan manajemen laba. Penjualan dengan harga yang tidak
wajar, penukaran barang dengan kualitas yang berbeda, pemberian remunerasi
pada karyawan kunci bisa menjadi salah satu cara untuk melakukan manajemen
laba. Transaksi pihak berelasi dapat berdampak pada adanya incomeshifting dan
kerugian pada pihak pihak tertentu. Dengan begitu diduga semakin besar nilai
transaksi pihak berelasi, maka akan semakin besar dorongan untuk melakukan
manajemen laba untuk menutupi kerugian yang dihasilkan dari transaksi
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Limanto dan
Herusetya (2017) yang menunjukkan transaksi pihak berelasi berpengaruh
positif terhadap manajemen laba riil.
Komite audit tidak mampu meminimalkan tindakan manajemen laba
akrual dan manajemen laba riil. Hasil ini mendukung hasil penelitian milik Rini
dan Rahmawati (2008) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit dalam
perusahaan manufaktur belum mampu mengurangi manajemen laba dalam
perusahaan, hal ini terbukti dengan pengujian adanya komite audit terhadap
manajemen laba yang menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan. Penelitian

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
milik Veronica dan Utama (2005) memaparkan hasil yang sama, yaitu leberadaan
komite audit tidak berpengaruh terhadap upaya pengurangan praktik manajemen
laba. Hasil ini menunjukkan bahwa komite audit belum melaksanakan tugasnya
dengan baik dengan memenuhi tanggung jawabnya, yang diantaranya
memastikan jalannya perusahaan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku,
operasi perusahaan telah dijalankan secara beretika, dan pengawasan yang efektif
terhadap bentrokan kepentingan dan kecurangan yang terjadi dalam perusahaan
telah dilakukan (Rini dan Rahmawati, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan belum tentu dapat memperkecil kemungkinan terjadinya manajemen
laba, karena perusahaan besar lebih banyak memiliki aset dan memungkinkan
banyak aset yang tidak dikelola dengan baik sehingga kemungkinan kesalahan
dalam mengungkapan total aset dalam perusahaan tersebut. Menurut Rahmasari
(2014) dalam Astuti dan Nuraina (2017) pengawasan yang ketat dari pemerintah,
analis, dan investor yang ikut menjalankan perusahaan menyebabkan manajer
tidak berani melakukan praktik perataan laba (income smoothing) yang
merupakan salah satu teknik dalam manajemen laba. Hal ini dikarenakan
dengan pengawasan yang ketat tersebut jika manajer melakukan praktik
perataan laba, besar kemungkinan akan diketahui oleh pemerintah, analis, dan
investor sehingga hal ini dapat merusak citra dan kredibilitas manajer
perusahaan tersebut (Astuti dan Nuraina, 2017).
Variabel kontrol ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba akrual dan juga terhadap manajemen laba riil berbasis
produksi berlebih. KAP Big Four memiliki pengalaman yang lebih banyak dan
klien yang ditangani juga lebih komplek, sehingga akuntan publik yang dimiliki
juga lebih berkualitas, berpengalaman dan memiliki pengetahuan lebih banyak
serta selalu menjaga reputasi KAP nya dibandingkan dengan akuntan publik
dari KAP Non-Big Four . Hal tersebut menjadikan akuntan publik dari KAP Big
Four dapat lebih cermat dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan dan
memberikan dedikasi atau manfaat yang berguna bagi perusahaan dalam
menetapkan kebijakan manajemen laba (Martinus dan Safriliana, 2015).
Variabel kontrol leverage menunjukkan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba riil berbasis arus kas operasi dan terhadap manajemen laba
berbasis biaya diskresioner. Hasil lain menunjukkan bahwa leverage
berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil berbasis produksi berlebih.
Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba menunjukkan
bahwa semakin besar rasio leverage menunjukkan bahwa semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin
besar juga beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh pihak
perusahaan. Manajemen akan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan
pendapatan, misalnya untuk memperbaiki posisi bargaining-nya saat negosiasi
utang atau untuk mendapatkan dana dari kreditor atau investor (Astuti dan
Nuraina, 2017).
Leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba menunjukkan
bahwa semakin tinggi leverage maka tindakan manajemen laba semakin
berkurang. Firth dan Smith (1992) dalam Mahiswari dan Nugroho (2014)
menjelaskan bahwa tingkat kewajiban yang tinggi menjadikan pihak
manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam membuat prediksi jalannya
perusahaan ke depan. Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka

10

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh kreditor, sehingga fleksibilitas
manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin berkurang.

H. Kesimpulan
1. Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh pada tindakan
manajemen laba akrual. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
transaksi pihak berelasi tidak mempengaruhi tindakan manajemen laba yang
dilakukan oleh pihak manajemen.
2. Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh positif pada
tindakan manajemen laba riil berbasis penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi rendahnya transaksi pihak berelasi tidak mempengaruhi tindakan
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
3. Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasi berpengaruh positif pada
tindakan manajemen laba riil berbasis produksi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi transaksi pihak berelasi maka tindakan manajemen laba riil
berbasis produksi semakin meningkat.
4. Entitas bisnis dengan transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh positif pada
tindakan manajemen laba riil berbasis biaya diskresioner. Hal ini
menunjukkan bahwa tinggi rendahnya transaksi pihak berelasi tidak
mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen.
5. Transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh negatif terhadap tindakan
manajemen laba akrual yang dimoderasi dengan komite audit. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah anggota komite audit
belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba akrual.
6. Transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh negatif terhadap tindakan
manajemen laba riil berbasis penjualan yang dimoderasi dengan komite audit.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah anggota komite
audit belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba riil berbasis
penjualan.
7. Transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh negatif terhadap tindakan
manajemen laba berbasis produksi yang dimoderasi dengan komite audit. Hal
ini menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah anggota komite audit
belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba riil berbasis produksi.
8. Transaksi pihak berelasi tidak berpengaruh negatif terhadap tindakan
manajemen laba berbasis biaya diskresioner yang dimoderasi dengan komite
audit. Hal ini menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah anggota
komite audit belum mampu mengurangi tindakan manajemen laba riil berbasis
biaya diskresioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transaksi pihak berelasi berpengaruh
terhadap manajemen laba riil berbasis produksi, hal ini menunjukan bahwa
perusahaan yang memiliki transaksi pihak berelasi cenderung melakukan manajemen
laba riil berbasis produksi.
I. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi yaitu dapat memberikan informasi
kepada investor bahwa dengan adanya transaksi pihak berelasi akan mampu
memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba riil
berbasis produksi. Berdasarkan hal tersebut maka pihak investor diharapkan

11

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempertimbangkan keputusan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki
transaksi pihak berelasi.
J. Keterbatasan Penelitian
1. Pengaruh transaksi pihak berelasi, komite audit, ukuran perusahaan, ukuran
Kantor Akuntan Publik dan leverage terhadap manjemen laba hanya berkisar
sebesar 10,9%, hal ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang
dapat mempengaruhi manajemen laba yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini. Penyebab yang lain dapat dikarenakan ukuran transaksi pihak berelasi,
manajemen laba akrual, dan leverage menggunakan alat ukur yang berbeda.
2. Variabel moderasi dalam penelitian ini hanya diukur dengan jumlah anggota
komite audit.
3. Sampel penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur sehingga
hasilnya tidak bisa digeneralisasi untuk semua jenis industri.

K. Saran Penelitian
1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan periode sehingga dapat
memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain yang
berpengaruh terhadap manajemen laba contohnya IOS (investment opportunity
set), dan profitabilitas.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel dari mekanisme tata
kelola perusahaan lain contohnya dewan komisaris independen, ukuran dewan
direksi, jumlah pertemuan rapat komite audit, latar belakang pendidikan komite
audit.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan jenis industri lainnya
contohnya industri pertambangan, property dan real estate, retail.

DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Nasuniyah., Hian C. Koh, Soh L. Tan, and Wei H. Wong. 1994. Factors Aff
ecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore. Accounting
and Business Research. Vol 24, No. 96: 291-301.

Cheung, Y.L., Rau, P., and Stouraitis, A. 2006. Tunneling, Propping, and
Expropriation: Evidence From Connected Party Transactions in Hong Kong.
Journal of Finance Economics, 82, 343–386

Cornett, M. M., Marcus, A. J., Saunders, A., and Tehranian, H. 2006, Earnings
Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. Working
Paper. Southern Illinois University, Carbondale.

Cunningham, Lawrence A. 2004. From Convergence to Comity in Corporate Law:


Lessons from the Inauspicious Case of SOX. GW Law Faculty Publications &
Other Works. George Washington University Law School

12

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya
dalam Konteks Indonesia. Cetakan Pertama. Gloria Printing. Jakarta.

Dechow, Sloan dan Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management. The


Accounting Review. Vol 70. No 2.

Eisenhardt, Kathleem. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of


Management Review. 14. Hal 57-74.

Limanto dan Herusetya. 2017. The Association between Related Party Transactions
and Real Earnings Management: Internal Governance Mechanism as
Moderating Variables. SHS Web of Conferences.

Ghozali. Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Godfrey, J., Allan Hodgson, and Scott Holmes. 1997. Accounting Theory. 3rd ed.
New York: John Wiley & Sons.

Gumanti. 2014. Determinan-Determinan Manajemen Laba pada Penawaran Saham


Perdana (Kasus pada Perusahaan Sektor Aneka Industri). Jurnal Siasat Bisnis.
Volume 18. Nomor 2.

Hasnan, Shrrie dan Husaain. 2016. Related Party Transactions and Earnings Quality:
Does Corporate Governance Matter?. International Journal of Economics and
Management. 10(2): 189 – 219

Hasnati. 2015. Analisis Yuridis Tentang Independensi Dewan Komisaris dalam


Mendukung Peran Komite Audit yang Efektif.

Herman dan Rahardjo. 2013. Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Istimewa di
Sekitar Penawaran Saham Perdana. Diponegoro Journal of Accounting. Volume
2. Nomor 3.

Hutapea, W. Damaiyanti, (2008). “Pengaruh Komponen-Komponen Corporate


Governance, Proporsi Kepemilikan, Tingkat Hutang, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kemungkinan Terjadinya Transaksi Pihak Hubungan Istimewa. Tesis.
Program Ilmu Magister Sains Manajemen Keuangan.

Jensen dan Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, V. 3, No. 4, pp.
305-360.

Jensen, M.C. and K.J. Murphy. 1990. Performance Pay and Top-Management
Incentives. Journal of Political Economy 98 (2), 225-264.

Jian, M., dan T.J. Wong. 2003. Earnings Management and Tunneling Through
Related Party Transactions: Evidence from Chinese Corporate Groups. EFA

13

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2003 Annual Conference Paper.
http://papers.ssrn.com/sol3/papers/cfm?abstract_id=424888.

Juvita dan Siregar. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan


Besaran dan Pengungkapan Transaksi Pihak Berelasi dengan Manajemen Laba:
Studi Empiris Perubahan PSAK No. 7. Jurnal Akuntansi & Auditing. Volume
10. Nomor 1. Halaman 45 - 67.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor
KEP-643/BL/2012

Kuan, Tower, Rusmin dan Zahn. 2010. Related Party Transaction and Earnings
Management. JAAI. Volume 14. Nomor 2. Halaman 115 – 137.

Kusumawati, Trisnawati dan Mardalis. 2015. Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Manajemen Laba Riil. The 2nd University Research Coloquium.

Lou, Young-I, and Ming-Long Wang. 2009. Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle
Assessing the Likelihood of Fraudulent Financial Reporting. Journal of
Business & Economics Research, Vol. 7, No. 2, pp. 63-78.
McKay, B. 2002. Coca-Cola: Real Thing Can be Hard to Measure. Wall Street
rd
Journal. 23 Jan.

Munawir. 2008. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kelimabelas.


Penerbit Liberty. Yogyakarta

Nastiti dan Gumanti. 2015. Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Laba pada Initial
Public Offering. Simposium Nasional Akuntansi XVII.

Olsen, W.H. 2002. Petroleum revenue management – an industry perspective, speech


delivered at the Oil, Gas, Mining and Chemicals Department of the WBG and
ESMAI Workshop on Petroleum Revenue Management, Washington, DC,
October 23-24, available at:
www.worldbank.org/ogmc/pdfs/WillyOlsenSpeech.pdf.

Peraturan Bapepam LK No. VIII Tahun 2000

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 7


Tentang Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Puspitasari dan Sari. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Lamanya


Waktu Penyelesaian Audit (Audit delay) Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Burs Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing, 9(1): h:1-96.

Raja, D. R., Anugerah, R., Desmiyawati dan Kamaliah. 2014. Aktivitas Manajemen
Laba: Analisis Peran Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Persentasi
Saham Publik dan Leverage. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XVII.
Mataram.

14

repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ratmono. 2010. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor yang
Berkualitas Mendeteksinya?. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Rifai, Badriyah. 2009. Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good


Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum. Nomor 3. Volume
16.

Roychowdhury (2006). Earnings Management Through Real Activities Manipulation.


Journal of Accounting and Economics. Page 335-370.

Scott, W.R. 2012. Financial Accounting Theory. PrenticeHall International

Setiawati, Lilis & Na’im, Ainun. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Volume 15 (4: 424 – 441).

Sokarina, Ayudia. 2012. Kualitas Auditor, Besaran Transaksi Antar Pihak yang
Berhubungan Istimewa dan Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma. Volume 3. Nomor 1.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keempatbelas. Bandung: Penerbit


Alfabeta

Surya Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance,
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.

Utami dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan
Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Prosiding Seminar
Ketahanan Ekonomi Nasional. Yogyakarta

Veronica dan Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Praktik Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings
Management). Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.

World Bank. 1999. Indonesia, Strategy for A Sustained Reduction in Poverty.


Washington D.C.: The World Bank.

Yoviaal (2015). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Earnings


Management (Studi Empiris pada Family Firm dan Non Family Firm yang
Terdaftar di BEI Periode 2011 – 2013). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. Volume 4. Nomor 1

15

repository.stieykpn.ac.id

Anda mungkin juga menyukai