Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

Kebutuhan Oksigenasi

NAMA : Nur Maulidatun Nafilah


NIM : 18020088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI

A. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu komponen gan dan unsur vital dalam
proses metabolisme, untuk memepertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara
ruangan dalam setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuelr, dan keadaan
hematologis. Adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia,
yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat
mengancam kehidupan.

B. Kebutuhan Fisiologis
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliende dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang,
sedangkan recoil merupakan kemampuan CO2 atau kontraksi
menyempitkan paru. Pusat pernafasan adalah Medulla Oblongata dan
Pons dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi dipegaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya :
1) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik
3) Adanya kemampuan thoraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas permukaan paru, tebal
membran respirasi, permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstinal ( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan ).
c. Transportasi Gas
Tranportasi gas merupakan proses distribusi O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu curah jantung ( Cardiac Output ), kondisi
pembuluh darah, latihan ( Excercise ). Perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan ( Hematokrit ) serta elektrolit dan HB (
Hemoglobin ).

C. Etiologi
Adapun faktor-faktor penyebab dari gangguan oksigenasi adalah
hiperventilasi, hipoventilasi, devormitas tulang dan dinding dada, nyeri,
cemas, penurunan energi/kelelahan, kerusakan neuromuskular, kerusakan
muskuloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan
membran kapiler-alveoli.

D. Faktor Yang Mempengaruhi


a. Lingkungan
Konsentrasi oksigen pada dataran tinggi cenderung lebih rendah,
sehingga tubuh berespon untuk meninggalkan frekuensi dan kedalaman
pernafasan untuk memenuhi oksigenasi jaringan.
b. Excercise
ktifitas fisik atau berolahraga akan meningkatkan Heart Rate dan
Respiratory Rate memenuhi kebutuhan oksigenasi.
c. Emosi
Emosi akan merangsang saraf simpatis sehingga akan meningkatkan
Heart Rate dan Respiratory Rate.
d. Status Kesehatan
Kondisi sehat dan sakit seseorang akan mempengaruhi tingkat asupan
oksigen seperti halnya pada pasien Anemia atau PPOK.
e. Efek Samping Obat
Sadaptif baik narkotik dan psikotropik akan menekan pusat nafas.
f. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang.
Nikotin pada rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
koroner, akibatnya suplai darah ke jaringan menurun.
g. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem kardiovaskuler dan respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubu secara
adequat. Sebaliknya orang yang mempunyai penyakit jantung dan
penyakit saluran pernafasan / dapat mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

E. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventelasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila ada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen
tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan
nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluarag mukus. Proses
difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas
F. Tanda dan gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot bantu nafas
tambahan untuk bernafas, pernafasan cuping hidung, dispnea, ortopneu, nafas
pendek, posisi tubuh menunjukkan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tandagejala adanya pola nafas yang tidak
efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi. Beberapa tanda lainnya yaitu
takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia,
kebingungan, AGD abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,
abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2018).

G. Indikasi Terapi Oksigen


Indikasi utama pemberian terapi O2 sebagai berikut :
1. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan.
3. Klien dengan peningkatan laju miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung adekuat

Metode Pemberian Terapi Oksigen :


1. Sistemaliran darah rendah
a. Kateter nasal : 1-6 L/menit
b. Nasal kanul : 1-6 L/menit
c. Simple Mask : 5-8 L/menit
d. Rebreathing Mask : 8-12 L/menit
e. Non-Reabreathing : 12-15 L/menit
2. Sistem aliran tinggi
Contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu dengan menggunakan ventury
mask. Venturi mask menerapkan prinsio entrainmen udara (menjebak
udara seperti vakum).
H. Pathway
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
a. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri : untuk memberikan informasi tentang disfusi
gas melalui membran kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri : untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
d. Pemeriksaan sinar X dada : untuk pemeriksaan adanya cairan, massa,
fraktur, dan proses – proses abnormal.
e. Bronkoskopi : untuk memperoleh sampel biospy dan cairan atau sampel
sputum/ benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi : untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi : untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal.
h. CT – Scan : untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.

J. Penatalaksanaan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Pemberian jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Ketidakefektifan pola nafas
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Tekhnik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
K. Konsep Keperawatan
1) Pengkajian
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Pasien mengeluh sesak nafas
2) Pasien mengeluh batuk tertahan
3) Pasie tidak mampu mengeluarkan dekresi jalan nafas
4) Pasien merasa ada suara nafas tambahan
5) Pasien nampak tercengal – cengal saat bernafas/ nafas dangkal
6) Terdapat bunyi nafas tambahan
7) Pasien tampak bernafas dengan mulut
8) Adanya cuping hidung saat bernafas
9) Penggunaan obat bantu untuk pernafasan
10) Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
1) Pasien merasakan berat saat bernafas
2) Irama nafas tidak efektif
3) Orthopnea
4) Pernafasan disritmia dan catergi
c. Gangguan pertukaran gas
1) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
2) Pasien mengeluh susah untuk tidur
3) Pasien merasa cepat lelah
4) Pasien terlihat pucat
5) Perubahan pada nadi
2) Pemeriksaan fisik
a. Mata
1) Konjungtiva pucat
2) Konjungtiva sianosis
3) Konjungtiva pethecha
b. Kulit
1) Sianosis perifer
2) Penurunan turgor kulit
3) Edema
4) Edema peritonial
c. Jari dan kuku
1) Adanya clubbing finger
2) Kuku terlihat pucat
3) Capillary refil time > 2 detik
d. Mulut dan bibir
1) Adanya pernafasan menggunakan mulut
2) Terlihat pucat pada bibir
e. Hidung
1) Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung
f. Vena pada leher
1) adanya denyutan yang keras
g. Dada
1) terlihat retraksi intercostae
2) retraksi suprasternal
3) tanda – tanda dispnea
4) Pemeriksaan penunjang
a. EKG
b. X – Ray thorax
c. CT – Scan paru
5) Asuhan keperawatan
No. Mayor Minor NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas : ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran nafas guna
1.
mempertahankan jalan nafas yang bersih.
a) Dispnea/ sesak a. Merokok Tujuan : Manajemen nafas buatan (3040 )
b) Suara nafas b. Perokok pasif Setelah dilakukan tidakan 1. Posisikan posisi
tambahan c. Spasme jalan nafas keperawatan selama 2 x 24 jam, memaksimalkan posisi
ketidakefektifan bersihan jalan 2. Intruksikan bagaimana agar
c) Batuk tidak efektif d. Mukus berlebihan nafas teratasi bisa batuk efektif
e. Terdapat benda asing 3. Motivasi pasien untuk
Kriteria Hasil : bernafas pelan
f. Retensi secret 4. Bantu dan dorong spirameter
Status pernafasan (0415)
g. Adanya jalan nafas sebagaimana mestinya
Kode Indikator S.A S.T
buatan
h. Asma 041501 Frekuensi 3 5
Perkuensi
i. Trauma, dll.
Suara
041504 3 5
Auskultasi
Napas

041531 Kepatenan 3 5
jalan
nafas.
Keterangan :
1 : Devisiasi berat
2 : Devisiasi cukup berat
3 : Devisiasi sedang
4 : Devisiasi ringan
5 : Tidak ada devisiasi
2. Ktidakefektifan pola nafas : inspirasi dan/ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
a) Dispnea/ sesak a) Ansietas Tujuan : Manajemen jalan nafas (3108)
b) Nafas pendek b) Posisi tubuh Setelah dilakukan tindakan Aktifitas
c) Retraksi dinding dada c) Nyeri keperawatan selama 2 x 24 jam
1. Lakukan fisioterapi dada
ketidakefektifan pola nafas teratasi
Pernafasan cuping d) Hiperventilasi 2. Monitor status pernafasan dan
Kriteria hasil : oksigenasi sebagaimana
hidung mestinya
Status pernafasan (0415)
Managemen asma (3210)
Kode Indikator S.A S.T
Aktivitas
04151 Dispnea 3 5
1. Ajarkan teknik yang tepat
saat untuk penggunaan pengobatan
istirahat dan obat (mobilizer inhaler)
041511 3 5 2. Ajarkan teknik pernafasan (
Retraksi
relaksasi )
dinding
041529 dada 3 5
Pernafasan
cuping
hidung
Keterangan :
1 : devisiasi berat
2 : devisiasi cukup berat
3 : devisiasi sedang
4 : devisiasi sedikit
5 : devisiasi tidak ada
3. Gangguan pertukaran gas : kelebihan atau defisit pada oksigenasi atau eliminasi CO2 pada membran alveolar – kapiler.
a) Ph darah/ arteri a) Ventilasi – perfusi Tujuan : Managemen pernafasan (3350)
abnormal b) Perubahan membran Setelah dilakukan tindakan Aktifitas
b) Ph arteri abnormal alveolar – kapiler, dll. keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Catat perubahan dan saturasi
gangguan pertukaran gas teratasi
c) Dispnea O2 volume tidal akhir CO2
dan perubahan nilai analisa
d) Peurunan gas darah dengan tepat
karbondioksida Kriteria hasil : 2. Monitor kemungkinan
penyebab terjadinya kelebihan
Status pernafasan : pertukaran gas
asam karbonat dan asidosis
(0402)
respiratorik (misal obstruksi
kode Indikator S.A S.T jalan nafas, devisiensi
ventilasi)
040208 Tekanan 2 5
parsial O2
didaerah
arteri
(PaO2)
040210 1 5
pH arteri
040205 2 5
Tekanan
parsial
CO2
didaerah
arteri
(PaCO2)
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini & Hafifah. 2014. Hubungan Antara Oksigen dan tingkat Kesadaran
Pada Pasien Cedera Kepala Non Trauma Di ICU RSU Ulin Banjarmasin.
Semarang: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. www.keperawatan.undip.ac.id (Diakses 5 November
2018)
Mubarok, Wahit Iqbal. 2007 . Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC Widkinson

Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan


Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Capernito Moyet, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
ECG
Heather, Herdman T. 2015 . Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria et all. 2016 . Nursing Interventions Classification ( NIC ).
Jakarta : Mocomedia
Moorhead, Sue et all. 2016 . Nursing Outcomes Classification ( NOC ). Jakarta :
Mocomedia
NANDA. 2018, NANDA Internasional: Diagnosis Keperawatan definisi dan
klasifokasi: Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai