Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIK

DIRUANG ICU RSI SUNAN KUDUS

DISUSUN OLEH :

NAMA : FILDA NADIAWATI

NIM : 2020181069

PRODI : D3 KEPERAWATAN (2B)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN

KETOASIDOSIS DIABETIKUM

A. DEFINISI

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau

relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan

membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami

dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD)

merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan

elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan

disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan

gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.

KAD adalah keadaan yan g ditandai dengan asidosis met abolik akibat pembentukan

keton yang berlebihan, sedangk an SHH ditandai dengan hiperos molalitas berat dengan

kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni (American Diabetes

Association, 2011)

B. ETIOLOGI

Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada

pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.

Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.

Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan

oleh:
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi

2. Keadaan sakit atau infeksi

3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati

Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:

· Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel
darah

putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.

· Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis

· Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat

· Kardiovaskuler : infark miokardium

· Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid and

adrenergik. (Samijean Nordmark,2011)

C. PATOFISIOLOGI

Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula.
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya untuk mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekresikan glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti
natrium, dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat
kehilangan kira – kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium serta klorida
selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi benda keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terajdi produksi benda keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalanm sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan
asidosis metabolik (Sudoyo, 2012)
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Poliuria (sering kencing) dan polidipsia (rasa haus meningkat).

2. Pernafasan kusmaul, hiperventilasi dengan pernapasan sangat dalam, tetapi tak labored.

3. Nadi cepat, lemah, dapat terjadi.

4. Gejala-gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, dan nyeri abdomen (mungkin parah).

5. Penglihatan kabur, kelemahan, dan sakit kepala.

6. Hipotensia ortostatik pada pasien dengan penurunan volume.

7. Nafas bau aseton (bau buah).

8. Perubahan status mental sangat bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya. Beberapa
mungkin sadar, sementara lainnya letargik, atau normal (Hackley, 2010)
E. PATHWAYS
F. PENATALAKSANAAN

1. Pemeriksaan Laboratorium

1. Glukosa.

Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin

memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki

kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.

Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa

darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari

100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis

diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.

2. Natrium.

Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100 mg / dL

glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila

kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.

3. Kalium.

Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat

digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.

4. Bikarbonat.

Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3).

Tingkat pCO 2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik


(pernapasan

kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
2. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:

1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini

dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.

2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.

3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.

4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.

5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan

kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

6. Aseton plasma: Positif secara mencolok

7. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat

8. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat semu; F turun

9. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal

10. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik) dengan kompensasi

alkalosis respiratorik

11. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis, hemokonsentrasi

12. Ureum/creatinin: meningkat/normal

13. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut

G. PENGKAJIAN FOKUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab

2. Keluhan Utama
Keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama.

Pengkajian Primer

a) Airway

Kaji jalan nafas terbuka, ada tidaknya sekret atau benda asing yang menghalangi jalan nafas dan
kaji timbulnya suara seperti gurgling, snoring maupun crowing.

b) Breathing

Inspeksi rate, kesimetrisan peranjakan paru serta ada tidaknya dispnea, kaji adanya sesak nafas,
cuping hidung, nafas cepat, adanya sianosis atau tidak dan pemakaian otot pernafasan tambahan.

Auskultasi suara nafas dan perkusi area paru

c) Circulation

Kaji frekuensi denyut nadi, tekanan darah, suhu, capilary refil, SPO2 dan kaji adanya edema.

d) Disability

Kaji status neurologi : GCS dan tanda lateralisasi

e) Eksposure

Kaji adanya jejas pada seluruh tubuh, yang perlu diperhatikan adalah cegah hipotermi

4. Pengkajian Sekunder

a) Riwayat Keperawatan/Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Sekarang

2) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Dahulu

3) Riwayat Kesehatan/Keperawatan Keluarga

Pemeriksaan Fisik

1. TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu )

a. Suhu biasanya meningkat (infeksi) atau menurun : normal : 36-37 0C

Oral : dikatakan normal apabila suhu tubuh 37,0°C


Rectal : dikatakan normal apabila suhu 37,5°C

Aksila : dikatakan normal apabila suhu 36,7°C

Esophagus : dikatakan normal apabila suhu 37,3°C

b. Nadi biasanya takikardi/bradikardi (normal 60-100x/menit)

c. RR biasanya takipnea (normal 16-24 x/menit)

Keadaan umum : Composmentis atau apatis

Kesadaran : Biasanya mungkin sadar, sementara lainnya letargik, atau


normal

d. Tekanan darah biasanya hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri) =
(normal : sistolik = 90-120 dan diastolic =60-79 mmHg).

2. Head To Toe

1. Pemeriksaan kepala dan leher:

a. Kepala dan rambut

a) Tulang tengkorak

· Inspeksi : ukuran cranium, deformitas, benjolan. Pembesaran kepala pada hidrosefalus.

· Palpasi : keseluruhan kepala, adakah nyeri tekan.

b) Wajah

· Perhatikan ekspresi wajah dan konturnya.

· Perhatikan keadaan asimetris, edema, dan massa

c) Rambut

· Inspeksi: kuantitas, distribusi, tekstur, ketombe atau kutu.

· Rambut yg halus èhipertiroidisme

· Rambut kasarèhipotiroidisme

d) Kulit kepala

· Apakah ada skuama, benjolan, nevus, atau lesi


· Kemerahan & skuama ditemukan pd dermatitis seboroika.

b. Mata (penglihatan):

a) Inspeksi

· Penglihatan kabur

· Amati letak kesimetrisan mata, gerakan mata, lapang pandang, & visus

· Amati kelopak mata (palpebra)èLebar fisura palpebra, edema, warna, lesi, keadaan & arah
bulu mata, kemampuan mengatup.

· Amati konjungtivaèwarna (anemis, ikterik,merah), infeksi, atau pus

· Amati skeleraèwarna (ikterik, merah)

· Amati warna iris, ukuran & bentuk pupil.

· Amati reaksi pupil thdp cahaya. N= isokor. Bila mengecil disebut miosis, melebar disebut
midriasis, sangat kecil disebut pin point.

· Amati kornea dan lensa. Perhatikan kekeruhan.

· Inspeksi gerakan mata : amati adakah nistagmus, strabismus ; cek fungsi 6 otot mata.

b) Palpasi

· Tekanan bola mata : (intraokuler)èTonometer.

· Pemeriksaan dengan oftalmoskop.

c. Hidung (penciuman)

a) Inspeksi :

· Pernafasan cepat

· Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung.

· Tidak terdapat jaringan parut dalam hidung.

· Tidak terdapat deviasi septum.

· Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung.

· Tidak tampak udem mukosa.


· Mukosa hidung hiperemis.

· Terdapat secret.

b) Palpasi :

· Tidak terdapat nyeri tekan.

· Tidak ada krepitasi.

d. Telinga (pendengaran)

a) Inspeksi

· Pinna : ukuran, bentuk, warna, lesi, ada massa.

· Canalis : bersih, serumen ,nanah.

· Reflek cahaya politzer : tarik daun telinga ke atas & belakang (dewasa); ke bawah (anak-
anak)èmembran timpani utuh atau tidak.

b) Palpasi

· jaringan lunak, jaringan keras, tulang mastoid. Bila ada peradangan akan terasa nyeri.

· Tes pendengaran Garpu Tala: Rinne, Webber.

e. Mulut dan gigi

a) Inspeksi

· Mukosa bibir kering

· Gigi : sisa makanan, karang, caries, gigi palsu/tdk

· Lidah : lurus, warna, ulkus, kebersihan

· Selaput Lendir : warna, bengkak, tumor, sekresi, ulkus, berdarah

· Faring : radang

· Tonsil : ukuran

· Uvula: simetris

f. Tenggorokan :

a) Inspeksi :
· Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta.

· Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).

· Ovula : tidak ada kelainan.

· Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis.

· Detritus (-)

b) Palpasi :

· Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)

g. Leher

a) Inspeksi

· Bentuk, warna, bengkak, massa, jaringan parut

b) Palpasi

· Nodul kelenjar limfe, vena jugularis, kelenjar tiroid.

· Pemeriksaan kaku kuduk/ tengkuk ciri adanya rangsang /iritasi meningeal akibat
perdarahan/ peradangan sub arachnoid.

2. Pemeriksaan Thoraks/ dada :

a. Pemeriksaan paru:

- Inspeksi : Bentuk dinding dada simetris, adanya nafas kusmaul

- Palpasi : Bentuk normalnya tidak ada kreptasi, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus
kanan dan kiri sama.

- Perkusi : Tidak ada pembesaran dinding dada sonor pada kedua lapang paru

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler atau tidak, suara nafas tambahan tidak ada,
ronci (-), wheezing (-)

b. Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba


- Perkusi :

a. Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra

b. Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra

c. Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra

d. Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra

- Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, dan tidak ada
murmur.

3. Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi : Bentuk flat dan simetris, adanya distensi abdominal

- Auskultasi : Peningkatan bising usus (>20x/mnt)

- Palpasi : Terkadang dapat nyeri abdomen

- Perkusi : Terdapat bunyi pekak.

PENGKAJIAN VIRGINIA HENDERSON

1. Pola pernafasan
2. Kebutuhan nutrisi
3. Kebutuhan eliminasi
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
5. Kebutuhan rrasa aman dan nyaman
6. Kebutuhan berpakaian
7. Kebutuhan mempertahankan suhu
8. Kebutuhan personal hygine
9. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
10. Kebutuhan komunikasi
11. Kebutuhan spiritual
12. Kebutuhan bekerja
13. Kebutan bermain dan berekreasi
14. Kebutuhan beljar
H. DIAGNOSA

1. Devisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dan hiperglikemia)

2. Nutrisi, perubahan: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan


insulin

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic

4. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia darah

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dan hiperglikemia)

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC NIC

v Fluid balance Fluid management

v Hydration o Pertahankan catatan intake dan


output yang akurat
v Nutrition status : food and
fluid o Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
v Intake darah ortostatik ) jika diperlukan

o Monitor vital sign


Kriteria Hasil : o Monitor masukan makanan / cairan IV
v Mempertahankan urine output o Berikan cairan IV pada suhu ruangan
sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
v Tekanan darah, nadi, suhu o Kolaborasi dengan dokter
tubuh dalam batas normal

v Tidak ada tanda dehidrasi,


Hypovelemia Management
v Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak o Monitor tingkat Hb dan hematokrit
ada rasa haus yang berlebihan o Monitor tanda vital

o Monitor respon pasien terhadap


penambahan cairan

o Pemberian cairan IV monitor adanya


tanda dan gejala kekurangan volume
cairan

2. Nutrisi, perubahan: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan


insulin.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC NIC

v Nutritional status : Nutrition Management

v Nutritional status : food and o Kaji adanya alergi makanan


fluid
o Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
v Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
v Nutritional status : nutrient
intake o Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
v Weigh control
o Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah
Kriteria Hasil : konstipasi
v Adanya peningkatan BB o Berikan makanan yang terpilih (sudah
sesuai dengan tujuan dikonsultasikan dengan ahli gizi )

v BB ideal sesuai dengan tinggi o Ajarkan pasien bagaimana membuat


badan catatan makanan harian

v Mampu mengidentifikasi o Monitor jumlah nutrisi dan kandungan


kebutuhan nutrisi kalori

v Tidak ada tanda-tanda o Berikan informasi tentang kebutuhan


malnutrisi nutrisi

v Menunjukkan peningkatan o Kaji kemampuan pasien untuk


fungsi pengecapan dari menelan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

v Tidak terjadi penurunan BB


yang berarti
Nutrition Monitoring

o BB pasien dalam batas normal

o Monitor adanya penurunan BB

o Monitor tipe dan jumlah aktivitas


yang bisa dilakukan

o Monitor intraksi klien selama makan

o Monitor lingkungan selama makan

o Jadwalkan pengobatan dan tindakan


tidak selama jam makan

o Monitor kulit kering dan perubahan


pigmentasi

o Monitor turgor kulit

o Monitor kekeringan, rambut kusam,


dan mudah patah

o Monitor mual dan muntah

o Monitor kadar Hb, dan kadar Ht

o Monitor kalori dan intake nutrisi


3. pola nafas tidak efektik berhubungan dengan kompensasi asidosis

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC NIC

v Respiratory Status : Airway management


Ventilation
o Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
v Respiratory Status : Airway lift atau jaw thrust bila perlu
Patency
o Posisikan pasien untuk
v Vital and Signs memaksimalkan ventilasi

o Identifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas buatan
Kriteria Hasil :
o Pasang mayo bila perlu
v Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang o Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu (mampu mengeluarkan o Auskultasi suara nafas, catat adanya
sputum, mampu bernafas dengan suara nafas tambahan
mudah, tidak ada pursed lips). o Berikan bronkodilator bila perlu
v Menunjukkan jalan nafas yang o Berikan pelembab udara kassa basah
paten (klien tidak merasa NaCl lembab
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang o Atur intake untuk cairan
normal, tidak ada suara nafas
o Monitor respirasi dan status O2
abnormal).

Oxygen Therapy:

o Pertahankan jalan nafas yang paten

o Atur peralatan oksigenasi

o Monitor aliran oksigen

o Pertahankan posisi pasien


o Observasi adanya tanda – tanda
hiperventilasi

o Monitor adanya kecemasan pasien


terhadap oksigenasi

Vital Sign Monitoring

o Monitor TD. Nadi, suhu dan RR

o Catat adanya fluktuasi TD

o Monitor VS saat pasien berbasis


duduk atau berdiri

o Auskukltasi TD pada kedua lengan


dan bandingkan

o Monitor TD, nadi, RR sebelum,


selama dan sesudah aktivitas

o Monitor kualitas dari nadi

o Monitor frekuensi dan irama


pernafasan

o Monitor pola pernafasan abnormal

o Identifikasi penyebab dan perubahan


vital sign

4. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia darah

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC NIC

v Endurance Energy Management

v Consentrasion o Observasi adanya pembatasan klien


dalam melakukan aktifitas
v Energy conservation o Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
v Nutrisional status : energy
o Monitor klien akan adanya fisik dan
emosi secara berlebihan
Kriteria Hasil : o Monitor respon kardiovaskuler
v Memverbalisasikan peningkatan terhadap ativitas
energy dan merasa lebih baik o Monitor pola tidur dan lamanya tidur
v Menjelaskan penggunaan istirahat klien
energy untuk mengatasi kelelahan o Dukung klien dan keluarga untuk
v Kecemasan menurun mengungakpkan perasaan, berhubungan
dengan perubahan hidup yang
v Glukosa darah adekuat disebabkan oleh keletihan

v Kwalitas hihup meningkat o Bantu aktivitas seharihari sesuai


dengan kebutuhan
v Istirahat cukup
o Tingkatkan tirah baring dan
v Mempertahankan kemampuan
pembatasan aktivitas
untuk berkonsentrasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC NIC

v Knowledge : disease process Teaching : Disease Process

v Knowledge : health o Berikan penilaian tentang tingkat


behaviuour pengetahuan klien penyakit yang spesifik

o Jelaskan patofisiologi dari penyakit


dan bagaimana hal ini berhubungan
Kriteria Hasil : dengan anatomi dan fisiologi dengan
v Pasien dan keluarga cara yang tepat
menyatakan pemahaman tentang o Gambarkan tanda dan gejala yang
penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan biasa muncul pada penyakit dengan cara
yang tepat
v Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang o Gambarkan proses penyakit dengan
dijelaskan secara benar cara yang tepat

v Pasien dan keluarga mampu o Identifikasi kemungkinan penyebab


mejelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim o Sediakan informasi pada pasien
kesehatan lainnya tentang kondisi

o Beritahu keluarga informasi


tentang kemajuan klien

o Diskusikan perubahan gaya hidup


yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang akan
datang atau proses pengontrolan penyakit

o Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan

o Dukung pasien untuk mengeksplorasi


atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau di
indikasikan

J. REFERENSI

Greenberg. (2012). Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga


Hackley, D. C. (2011). Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2011). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &


Suddarth. Jakarta: EGC

Stillwell, Susan B. (2011). Pedoman keperawatan kritis. Jakarta: EGC

Sudoyono, Aru W. (2010). Buku Ajar Penyakit Dalam jilid III. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai