Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Fitoremidiasi merupakan kegiatan pemulihan atau pembersihan permukaan tanah


yang tercemar. Dimana tujuannya dilakukan remidiasi ini agar lahan yang tercemar dapat
digunakan kembali untuk berbagai kegiatan secara aman. Proses fitoremidiasi ini dapat
menggunakan media tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau
menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik (Raras, Yusuf,
Kalimantan, & Dalam, 2015). Tanaman yang mampu dimanfaatkan sebagai fitoremidiasi
adalah Hydrilla, eceng gondok, serta kiambang.

Hydrilla merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan mampu menyerap logam berat.
Hal ini yang menyebabkan tanaman Hydrilla verticillata cukup efektif dan efisien dalam
fitoremediasi. Tanaman Hydrilla verticillata diketahui dapat menyerap logam berat di
antaranya logam Cu, Cr, Pb (Susilaningsih, 1992). Namun, berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas air pada limbah tekstil yang diberi tanaman
Hydrilla. Hal ini diduga karena pemberian tanaman Hydrilla yang kurang sehingga tanaman
tersebut tidak dapat meremidiasi limbah tekstil pada konsentrasi 100 ppm.

Eceng gondok juga termasuk tumbuhan yang memiliki toleransi tinggi terhadap
logam berat karena mempunyai kemampuan membentuk fitokelatin dimana senyawa peptide
yang dihasilkan oleh tanaman mampu mengkhelat logam dalam jumlah yang besar
(Setyowati, 2015). Selain itu tanaman kiambang (Salvinia sp) juga memiliki kemampuan
sebagai tanaman remidiasi. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Rahmansyah (2009)
bahwa Salvinia sp. memiliki tingkat survival yang tinggi pada media terkontaminasi. Namun,
setelah pemberian eceng gondok maupun kiambang, limbah tekstil mengalami penurunan
kualitas air baik dari kekeruhan, suhu, pH, serta DO. Hal ini diduga karena konsentrasi
limbah tekstil yang digunakan untuk penelitian terlalu tinggi, sedangkan banyaknya tanaman
yang digunakan terlalu sedikit, sehingga tidak dapat mengurangi tingkat toksisitas limbah
tekstil tersebut.

Dari ketiga perlakuan, perlakuan kedua mengalami penurunan kekeruhan yang paling
signifikan yaitu 5,3 NTU. Berdasarkan Permenkes Batas minimal kekeruhan air adalah 5
skala NTU, sehingga kualitas air tersebut tergolong buruk. Tingkat Oksigen terlarut atau
Dissolved Oxygen (DO) pada setiap percobaan berbeda dan mengalami penurunan hingga
hari terakhir pengamatan. DO atau tingkat oksigen terlarut ada pada perlakuan ke 3 yaitu 3,60
mg/L. menurut PP RI No. 82 tahun 2001 DO tersebut termasuk kaetgori 3 yang mana
tergolong kurang baik baik kehidupan organisme. Sedangkan suhu penelitian didapat hasil
yang stabil yaitu 25 oC.

Daftar Rujukan

Setyowati, S., Nanik H.S., Erry W. 2015. Kandungan Logam Tembaga (Cu) dalam Eceng
Gondok (Eichhornia crasipes) Perairan dan Sedimen Berdasarkan Tata Guna Lahan
di Sekitar Sungai Banger Pekalongan. Bioma, 7 (1): ISSN 1410-8801

Raras, D. P., Yusuf, B., Kalimantan, M., & Dalam, T. (2015). Analisis Kandungan Ion
Logam Berat ( Fe , Cd , Cu dan Pb ) pada Tanaman ApuApu (Pistia Stratiotes L)
dengan menggunakan Variasi Waktu. 1Laboratorium Kimia Analitik Program Studi
Kimia FMIPA Universitas Mulawarman 2Program Studi Kimia FMIPA Universitas
Mulawarman.

Lestari, Y.P & Aminatun, T. 2018. Efektivitas Variasi Biomassa Tanaman Hydrilla
Verticillata Dalam Fitoremediasi Limbah Batik. Jurnal Prodi Biologi. Vol 7 (4)

Susilaningsih, D. 1992. Pemanfaatan Tumbuhan Hydrilla verticillata dan Eichornia crassipes


sebagai Salah satu Usaha Pengendalian Pencemaran Logam Kromium (Cr) dari
Limbah Pelapisan Logam. Skripsi. Purwokerto : Fakultas Biologi. Universitas
Jenderal Soedirman, 75 hal.

Rahmansyah, Maman dkk. 2009. Tumbuhan Akumulator untuk Fitoremediasi Lingkungan


Tercemar Merkuri dan Sianida Penambangan Emas.Jakarta : LIPI Press

Anda mungkin juga menyukai